Anda di halaman 1dari 86

PEMANFAATAN SMOKE FILTER UNTUK MENURUNKAN

KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) DAN


AMONIA (NH3) DI SMOKING AREA

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
Endang Widia Wati
NIM. PO7233317 581

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII SANITASI
2020
PEMANFAATAN SMOKE FILTER UNTUK MENURUNKAN
KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) DAN
AMONIA (NH3) DI SMOKING AREA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan Lingkungan

Oleh :
Endang Widia Wati
NIM. PO7233317 581

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII SANITASI
2020
i
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Endang Widia Wati


NIM : PO7233317 581
Agama : Islam
Tempat, Tanggal, Lahir : Tanjunguban, 29 Mei 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
No Hp : 0852 6321 1841

Nama Ayah : Mahwan


Pekerjaan : Wiraswasta
No Hp :
Nama Ibu : Kiptyah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No Hp : 0831 2441 5590
Nama Saudara Kandung : Agnes Mardianah

Alamat Lengkap : Sungailadi

Riwayat Pendidikan :
1. Periode SD : SD Negeri 004 Tanjungpinang Kota
2. Periode SMP : SMP Negeri 017 Gesek
3. Periode SMA : MA Negri Tanjungpinang
4. Periode DIII : DIII Santitasi
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang (2017-2020)

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmia ini dengan judul “Pemanfataan Smoke Filter Untuk Menurunkan Kadar

Karbon Monoksida (CO) Dan Amonia (NH3) Di Smoking Area”.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Novian Aldo, SST.MM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Tanjungpinang.

2. Weni Enjelina, M. Si., selaku Ketua Prodi DIII Sanitasi Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungpinang.

3. Ibu Veronika Amelia Simbolon SKM., MKM selaku pembimbing

akademik yang telah meluangkan waktunya dan memberikan

bimbingan, saran, dukungan, dan semangat sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Kholilah Samosir, M.Kes., selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, saran,dukungan,

dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. Ibu Luh Pitriyanti, M. Kes., selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya, memberikan saran dan masukan

mengkoreksi terhadap penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
6. Ibu Hevi Horiza, M. Si., selaku penguji yang telah memberikan kritik

dan saran untuk menyelesaikan pelunisan karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Prodi DIII Kesehatan Lingkungan

dan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yang telah banyak

membantu penulis dalam urusan akademik selama menjalani

pendidikan di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

8. KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) kelas II Tanjungpinang yang

telah sudi meminjamkan alat yang berhubungan dengan penelitian.

9. Seluruh Keluarga tercinta terutama kedua orang tua bapak Mahwan,

mamak Kiptiyah, abang Fauzi dan adik Agnes tersayang yang telah

memberikan doa dan motivasi yang sangat berarti dalam

penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Sahabat seperjuangan Meysi, Riauwani, Desy, Nurasikin, Tri Rezky

Rantika Cintya P, Rika Zulaika, Laras Pradini, Zilmardahtilla, Indah

Windayanti, Syahalda Raina dan Alya Fatiazahra yang selalu

memberikan semangat yang tak pernah mengalah dalam

penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 9 Prodi DIII Kesehatan

Lingkungan yang telah memotivasi sehingga penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini bisa terselesaikan

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kata sempurna. Untuk itu segala kerendahan hati, penulis sangat

mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

viii
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang
Prodi DII Sanitasi

Karya Tulis Ilmiah, 08 Juli 2020

PEMANFAATAN SMOKE FILTER UNTUK MENURUNKAN KADAR KARBON


MONOKSIDA (CO) DAN AMONIA (NH3) DI SMOKING AREA
Endang Widia Wati1, Kholilah Samosir, M.Kes 2, Luh Pitriyanti, M.Kes 3

XV + 60 Halaman + 11 Tabel + 12 Gambar + 4 Lampiran

ABSTRAK

Pencemaran udara merupakan masalah yang berdampak buruk bagi kehidupan


makhluk hidup, satunya penyebab pencemaran udara adalah arsap rokok. Asap rokok
sendiri merupakan asap yang timbul dari kegiatan merokok yang dapat menimbulkan
masalah bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Maka salah satu solusi untuk
menurunkan parameter kandungan senyawa berbahaya pada asap rokok adalah dengan
menggunakan alat smoke filter, dalam penelitian ini penulis merancang alat smoke filter
dengan media filtrasi karbon aktif yang dapat menyerap senyawa hasil pembakaran
rokok sehingga dapat menurunkan kadar senyawa aktif yang terkandung didalamnya dan
mengombinasikan dengan batu zeolit yang berfungsi mengikat gas diudara.
Jenis penelitian ini adalah teknologi tepat guna yang diberinama smok filter
dengan menggunakan media arang aktif batok kelapa dan batu zeolit yang telah
diaktifasi. Pengukuran hasil penelitian ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.
Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik Wilcoxon untuk
mengetahui perbedaan parameter kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH 3)
dismoking area sebelum dan sesudah.
Pengukuran kadar karbon monoksida (CO) sebelum perlakuan dengan rata-rata
27 ppm kadar karbon monoksida (CO) setelah perlakuan dengan rata-rata 5,3 ppm dan
Penurunan kadar amonia (NH3) sebelum perlakuan dengan rata-rata 0,57 ppm kadar
amonia (NH3) setelah perlakuan dengan rata-rata 0,00 ppm Hasil uji paired T-test
menunjukkan adanya perbedaan karbon monoksida (CO) dan amonia (NH 3) sebelum dan
sesudah penggunaan alat smoke filter dengan nilai p.value masing-masing sebesar
0,102 dan 0,102.
Penggunaan alat smoke filter dapat digunakan untuk penurunan kadar karbon
monoksida (CO) dan amonia (NH 3) asap rokok di smoking area. Diharapkan peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan menyempurnakan alat yang siap
digunakan oleh masyarakat dan menggunakan modifikasi atau menambahkan sensor
yang dapat mendeteksi asap rokok.

Kata Kunci : Smoke Filter

Referensi : 26 Referensi (2003 – 2019)

Keterangan

1. Mahasiswa Sanitasi
2. Dosen Pembimbing 1 Karya Tulis Ilmiah
3. Dosen Pembimbing 2 Karya Tulis Ilmiah

ix
Ministry Of Health Republic Of Indinesia
Health Polytechinic Tanjungpinang
Sanitation Study Program

Scientific Writing, 08 July 2020

UTILIZATION OF SMOKE FILTERS TO REDUCE MONOXIDE (CO) AND


AMMONIA (NH3) CARBON CONTENTS IN SMOKING AREA
Endang Widia Wati1, Kholilah Samosir, M.Kes 2, Luh Pitriyanti, M.Kes 3

XV+ 60 page + 11 table + 12 Image + 4 Appendix

ABSTRACT
Air pollution is a problem that has a bad impact for the life of living beings, the
only cause of air pollution is ARSAP cigarette. Cigarette smoke itself is smoke arising
from smoking activities that can cause problems for the environment and human health.
Then one solution to reduce the parameter of the content of harmful compounds in
cigarette smoke is to use smoke filter tools, in this research author designed a smoke
filter tool with activated carbon filtration media that can absorb the results of cigarette
burning compounds so as to lower the levels of active compounds contained therein and
combine with the zeolite stone that serves to binding the gas in the air.
This type of research is the appropriate technology that has a smok filter using
the active coconut shell charcoal and zeolit that has been activated. The measurement of
this research was done before and after treatment. Sampling techniques with purposive
sampling methods. The data analysis used is univariate analysis and bivariate analysis.
Statistical test Wilcoxon to determine the difference in parameters of carbon monoxide
(CO) and ammonia (NH3) level dismoking area before and after.
Measurement of carbon monoxide (CO) levels prior to treatment with an average
of 27 ppm of carbon monoxide (CO) levels after an average treatment of 5.3 ppm and
decreased ammonia levels (NH 3) before treatment with an average of 0,57 ppm of
ammonia levels (NH3) after treatment with an average of 0,00 ppm the results of the test
paired T-test showed the differences in carbon monoxide (CO) and ammonia (NH 3)
before and after the use of smoke filter tools with a value of p. Value of 0.102 and 0.102
respectively.
The use of smoke filter tools can be used to decrease the carbon monoxide (CO)
and ammonia (NH3) cigarette smoke in the smoking area. It is hoped that researchers can
then conduct advanced research by enhancing tools that are ready for use by the
community and using modifications or adding sensors that can detect cigarette smoke.

Keyword : Smoke Filter

Reference : 26 Reference (2003-2019)

Description :

1. Student of Sanitation Study Program


2. Advisor I Scientific Writing
3. Advisor Ii Scientific Writing

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHANii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIiv
DAFTAR GAMBARvi
DAFTAR TABELvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1
1.2. Rumusan Masalah4
1.3. Tujuan Penelitian5
1.3.1. Tujuan Umum5
1.3.2. Tujuan Khusus5
1.4. Manfaat Penelitian5
1.4.1. Manfaat Teoritis5
1.4.2. Manfaat Praktis6
1.5. Ruang Lingkup6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara7
2.1.1. Pengertian pencemaran udara8
2.1.2. Parameter Udara9
2.1.3. Sumber Pencemaran Udara10
2.1.4. Jenis Pencemaran Udara10
2.1.5. Lokasi Pencemaran Udara12
2.2. Rokok13
2.2.1. Definisi Rokok13
2.2.2. Jenis-jenis Rokok15
2.2.3. Zat terkandung dalam rokok16
2.2.4. Bahaya Rokok18
2.3. Asap Rokok17
2.3.1. Pemahaman Asap Rokok22
2.3.2. Komponen Asap Rokok22
2.3.3. Bahaya asap rokok23
2.3.4. Cara menghindari asap rokok23
2.4. Karbon Monoksida (CO) 30
2.4.1. Pemahaman Karbon Monoksida (CO) 30
2.4.2. Dampak Karbon Monoksida (CO) 31
2.4.3. Nilai Abang Batas Karbon Monoksida (CO) 33
2.5. Amonia (NH3) 33
2.5.1. Pemahaman Amonia (NH3) 33
2.5.2. Dampak Amonia (NH3) 34
2.5.3. Nilai Abang Batas Amonia (NH3) 35
2.6. Smoking Area35
2.6.1. Definisi Smoking Area35
2.6.2. Manfaat Smoking Area36
2.6.3. Standar Ruangan Smoking Area 36
2.7. Karbon Aktif37

xi
2.8. Zeolit39
2.10. Kerangka Teori39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep40
3.2. Hipotesis40
3.3. Variabel Penelitian41
3.3.1. Variabel Dependen41
3.3.2. Variabel Independen41
3.4. Jenis dan Desain Penelitian41
3.4.1. Jenis Penelitian41
3.4.2. Desain Penelitian41
3.5. Definisi Operasional42
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian43
3.6.1. Lokasi43
3.6.2. Waktu43
3.7. Populasi dan Sampel43
3.7.1. Populasi 43
3.7.2. Sampel43
3.8. Pengumpulan Data43
3.8.1. Jenis Data43
3.8.2. Sumber Data44
3.8.3. Metode Pengumpulan Data44
3.8.4. Instrumen/ Alat Pengumpulan Data44
3.8.5. Prosedur Penelitian44
3.8.6. Desain Alat Penelitian46
3.8.7. Persedur Pengukuran47
3.8.8. Diagram Alir Penelitian48
3.9. Pengolahan Data49
3.10. Analisis Data49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tahapan Penelitian50
4.1.1. Analisis Univariat51
4.1.2. Analisis Bivariat52
4.2. Pembahasan54
4.2.1. Penggunaan Alat Smoke Filter untuk Menurunkan Kadar
Karbon Monoksida (CO) 56
4.2.1. Penggunaan Alat Smoke Filter untuk Menurunkan Kadar
Amonia (NH3) 57
4.3. Keterbatasan Penelitian58
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan59
5.2. Saran59
DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar hal
2.2 Bahan Berbahaya Beracun Yang Terdapat Dalam Rokok18
2.2 Efek Rokok Terhadap Kesehatan19
2.7 Arang Aktif40
2.8 Zeolit41
2.9 Air Freshener Kimia.44
2.9 Air Freshener Alami44
2.10 Kerangka Teori45
3.1 Kerangka Konsep46
3.2 Jenis Penelitian48
3.8 Desain Smoke Filter53
3.8 Diagram Alir Penelitian54
4.1 Pengaplikasian Media54

xiii
DAFTAR TABEL

Table hal
2.3 Komponen Mainstream Smoke Dan Sidestrem Smoke24
2.4 Kadar Co Dan Sumbernya33
2.4 Nilai Ambang Batas Co36
2.4 Nilai Ambang Batas Amonia38
3.1 Rancangan Percobaan48
3.5 Definisi Operasional49
4.1 Hasil pengukuran Kadar Mononoksida (CO) 51
4.2 Hasil pengukuran Kadar Amonia52
4.3 Hasil Uji Normalitas53
4.4 Hasil Uji Wilcoxon CO53
4.5 Hasil Uji Wilcoxon NH354

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 Lembaran Konsultasi
Lampiran 3 Hasil Pengukuran Kadar CO dan NH3

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan suatu masalah yang berdampak

buruk bagi kehidupan makhluk hidup. Udara yang tercemar akan

menimbulkan berbagai macam penyakit, sehingga perlu dilakukan

pengamatan tingkat pencemaran udara pada lingkungan masyarakat.

Dampak perubahan kualitas udara akan menyebabkan timbulnya

beberapa dampak lanjutnya, baik terhadap kesehatan manusia dan

makhluk hidup lainnya, aspek estetika udara, keutuhan bangunan, dan

lainnya (Satra & Ranchman, 2016).

Laporan State of Global Air (SOGA) tahun 2019 yang diterbitkan

oleh Health Effects Institute di Amerika dan Universitas British Columbia

di Kanada mengatakan, pencemaran udara adalah penyebab ke-5 paling

besar yang memperpendek usia manusia (Kemenkes, 2019). Menurut

World Health Organization (WHO), polusi adalah penyebab kematian

sekitar 7 juta orang diseluruh dunia setiap tahun. Pencemaran udara

pada prinsipnya ada 2 macam, yaitu sumber bergerak dan sumber tidak

bergerak. Sumber tidak bergerak berupa industri yang me nggunakan

bahan bakar fosil, sedangkan sumber bergerak contohnya seperti asap

rokok (Mukono, 2014).

Menurut data World Health Organization (WHO) telah menetapkan

Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga dunia setelah Cina dan

India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya

beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat

1
2

rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan

mencapai 10 juta juta jiwa dan 70% di antaranya berasal dari negara

berkembang (Kemenkes, 2017). Secara nasional, prevalensi merokok

adalah sebanyak 29%. Provinsi dengan revalensi merokok tertinggi di

Indonesia adalah jawa barat barat (32,7%). Sedangkan prevalensi

merokok terendah adalah Provinsi Papua (21,9%). Kepulauan Riau

menempati urutan ke 6 dengan prevalensi (30,8%) (Kemenkes, 2018).

Asap rokok adalah asap yang timbul dari kegiatan merokok yang

dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh perokok pasif

maupun perokok aktif. Asap rokok secara umum mengandung gas

nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), karbon monoksida

(CO), asetaldehid, metan, hydrogen sianida (HCN), asam nitrit, aseton,

akrolein, amonia, methanol, hydrogen sulfide (H2S), hidrokarbon, gas

nitrosamine dan senyawa karbonil. Dari beberapa kandungan kimia yang

terdapat pada asap rokok terdapat 3 kandungan asap rokok yang paling

berbahaya bagi kesehatan yaitu tar, nikotin dan karbon monoksida (CO)

serta 50 kali jumlah amonia lebih banyak yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit berbahaya bahkan kematian (Cahyono, 2017).

PP No. 9 Tahun 2003 yang mengatur tentang pengamanan rokok

bagi kesehatan dijelaskan pada pasal 1 ayat (1) “pengamanan rokok

adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat

menghasilkan, mengemas dan/atau menangani dampak penggunaan

rokok baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan”. Dari

ayat tersebut didapatlah suatu terobosan awal dalam melindungi prokok

pasif dan lingkungan untuk menyediakan smoking area bagi memenuhi

hak perokok aktif yang disediakan di tempat-tempat umum.


3

Semoking area yang sering kita temukan ditempat-tempat umum

seperti mal, bandara, terminal, stasiun dan lain-lainnya didesain dengan

ruangan tertutup hal ini mengakibatkan asap terperangkap dan tidak

dapat keluar. Asap rokok yang teperangkap dengan exhaush ducting

(saluran pembuangan asap rokok keluar ruangan) dengan menggunakan

kipas penghisap (blower) namun dengan minimnya proses pengolahan

yang terdapat hanya sebatas mengurai udara dan kemudian

membuangnya bukan menyaring atau memfilter udara dengan udara

yang lebih bersih. Pada proses ini asap rokok hanya akan sementara

terperangkap pada ruangan smoking area, sedangkan fungsi awal

smoking area melindungi perokok pasif dan tidak melepas asap

berbahaya ke udara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nouval Abdulah, dkk (2019),

tentang “Perancangan dan Realisasi Alat Penyaring Hydrogen, Metana

dan Karbon Monoksida yang Terkandung dalam Asap Rokok Berbasis

Ardono Uno” dengan bahan karbon aktif yang berfungsi untuk mengikat

kandungan asap atau gas hydrogen, metana dan karbon monoksida dan

batu zeolit yang berfungsi untuk pemurnian kandungan asap atau gas

hydrogen. Kemudian pada tahun 2018 penelitian Mazuarman dan M, Nur

Faizi membuat “Prototype Penelitian Asap Rokok pada Ruangan

Menggunakan Metode Corona Discharge” dengan metode Corona

Discharge mampu menetralisir asap dengan rata-rata waktu 3 menit 19

detik pada pengujian ruang dengan dimensi 40 cm x 30 cm x 30 cm serta

aman untuk digunakan dalam kondisi indoor maupun outdoor.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merancang sebuah alat

dengan pemanfaatan smoke filter yang dapat menurunkan kadar karbon


4

monoksida (CO) dan amonia (NH3) pada smoking area, sehingga

kandungan yang terdapat dalam asap rokok menjadi udara yang minim

dari senyawa berbahaya dan dapat mengurangi bahaya bagi prokok aktif.

Dengan tahapan asap akan dihisap dengan exhaust fan yang berfungsi

menghisap asap rokok kemudian disaring dengan media karbon aktif

yang dapat menyerap senyawa hasil pembakaran rokok sehingga dapat

menurunkan kadar senyawa aktif yang terkandung didalamnya dan

mengombinasikan dengan batu zeolit yang berfungsi mengingat gas

diudara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan oleh

peneliti “Apakah pemanfaatan smoke filter dapat menurunkaan kardar CO

dan amonia (NH3) di smoking area?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui penurunan kadar

karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3) yang terkandung dalam rokok

dengan sasaran tempat smoking area memanfaatkan alat smoke filter.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Diketahui kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3) pada

smoking area sebelum dilakukan pemanfaatan alat smoke filter.

2) Diketahui kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3) pada

smoking area sesudah dilakukan pemanfaatan alat smoke filter.

3) Diketahui penurunan kadar karbon monoksida (CO) dan amonia

(NH3) pada smoking area dengan menggunakan alat smoke filter.


5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1) Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini berfungsi sebagai wujud aplikasi ilmu yang telah

didapatkan selama perkuliahan tentang pencemaran udara, serta

penelitian ini dapat menjadi suatu pengalaman dan ilmu tersendiri

yang diperoleh untuk peneliti, khususnya pemanfaatan alat smoke

filter untuk penurunan kadar karbon monoksida (CO) dan amonia

(NH3) pada smoking area.

2) Manfaat bagi Lembaga Penelitian.

Hasil yang didapat nantinya dari penelitian yang dilakukan

diharapkan menjadi informasi dan memberikan referensi penelitian

dan dapat dimanfaatkan sebagai data penelitian sebagai bahan

pustaka dalam kepentingan penetian ataupun pembelajaran.

1.4.2. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

perokok di smoking area untuk kenyamanan bagi masyarakat

perokok aktif maupun perokok pasif.

2) Manfaat bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan menjadi suatu trobosan baru khususnya

daerah Kepulauan Riau untuk memanfaatkan smoke filter yang

menyediakan di smoking area tertutup.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini memanfaatkan alat smoke filter

diharapkan untuk mengetahui penurunan kadar karbon monoksida (CO)


6

dan amonia (NH3) yang terkandung dalam rokok dan penggunaan fungsi

air freshener/pengharum ruangan dengan sasaran tempat smoking area.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Pengertian pencemaran udara

Disadari atau tidak, beberapa kegiatan manusia dapat mengotori

udara. Alam (termasuk udara) memiliki mekanisme pembersih diri secara

alami, antara lain siklus hidrologi yang dapat mencuci atmosfer. Namun,

kadang kala bahan campuran pengotor udara melebihi kemampuan alam

untuk membersihkan diri. Keadaan tersebut menjadikan udara tercemar,

kotor, tidak mampu memenuhi fungsi dan tidak layak untuk mendukung

suatu kehidupan termasuk manusia. Dalam waktu yang lama makhluk

hidup berusaha mengadaptasi kondisi tersebut dan berusaha untuk

membentuk sesuatu keseimbangan (Cahyono, 2017).

Pencemaran udara ditarifkan sebagai kehadiran bahan pencemar,

sebagai debu, gas, bau dan asap, dalam atmosfer. Kuantiti, ciri-ciri dan

tempo kehadiran bahan tersebut boleh memberi kesan yang negatif

kepada manusia, tumbuhan dan hewan serta merosokkan harta benda.

Gas nitrogen atau oksigen contohnya tidak toksik dan bukan bahan

pencemar walaupun mempunyai kuantiti yang tinggi dalam udara

(Mohamed dkk, 2015).

Kualitas udara akan selalu menurun secara alami sampai batas

waktu yang tidak mendukung adanya kehidupan. Hal ini kerena faktor-

faktor yang mengandung keseimbangan alam sudah sangat rapuh, dunia

alam semesta akan hancur (kiamat). Kondisi ini dipercepat oleh aktivitas

7
8

manusia yang sengaja atau tidak sengaja justru mengotori alam semesta,

sehingga mempercepat proses kehancuran alam semesta. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka kita harus mengupayakan kualitas lingkungan

kembali alami, sehingga waktu kehancuran alam semesta tidak akan

terjadi dalam waktu dekat (Cahyono, 2017).

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999, pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga

mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Menurut pengertian di atas, pencemaran diakibatkan oleh kegiatan

manusia, baik disengaja atau tidak. Sedangkan bencana alam seperti

gunung meletus, gas alam, panas bumi tidak dikategorikan pencemaran.

Hal ini berhubungan dengan regulasi yang dibuat dan sanksi tuntutan

hukum. Bencana alam tidak bisa dilakukan penuntutan hukum, meskipun

dalam kajian teoritis, bencana alam dapat mengakibatkan fungsi udara

menjadi tidak bisa mendukung kehidupan manusia, hewan, dan

tumbuhan. Kejadian pencemaran, baik kerena bencana alam atau

aktivitas manusia, alam memiliki kemampuan adaptasi sesuai dengan

keseimbangan unsur-unsur pendukungnya (Cahyono, 2017).

2.1.2. Parameter Udara

a. Parameter fisik udara

1) Suhu (0C), Kelembapan (%), Kebisingan (dB(A)), Pencahayaan

(lux).
9

2) Kecepatan angin (Knot, m/d, km/j), Arah angin (0), Tekanan udara

(bar, atm).

3) Radiasi (Gy, Sv, Hz, mW/cm2, Tesla).

b. Parameter kimia udara

Menutut Cahyono (2017) parameter udara menjadi tiga yaitu :

1) Gas ; CO, CO2, Sox, NOx, Pb, O3, CH4, HC,H2S,CI2, Dioxyn, HN

(ppm, µg/m3)

2) Partikel ; PM10, PM5, PM2,5, PM1, Duat Fall, Debu Total, Smoke,

Fume, Fog, Mist, Aerosol (ppm, µg/m3).

Partikel secara materi termasuk parameter fisik, namun

penekanan pebgkajian pada kandungan kimia partikel, sehingga

dimasukkan kelompok parameter kimia. Satuan partikel kimia

umumnya ppm (part per million) atau BDS ( Bagian Dalam Sejuta)

1% = per seratus.

1 ppm = per sejuta volume (10-6 volume).

1 ppb = per semilyar volume (10-9 volume).

1 ppt = per setrilyun vlolume (10-12 volume)

1 ppq = per sequadtrilyun volume (10-15 volume)

1 ppm = 103 ppb (part per billion) = 106 ppt (part per trillion) = 109

ppq (part per quadrillion)

1 ppm = 1 mg/kg = 1 ml/kl = 1 mg/I = 103µg/I = 106 µg/m3

Dalam pp No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian

pencemaran udara satuan yang digunakan sebagaian besar adalah

µg/Nm3, huruf N dalam satuan tersebut bukanlah kepanjangan dari

nano, tetapi parameter diukur dalam kondisi suhu ruangan

normal/suhu kamar 250C dengan tekanan 1 atm atau 76 cm Hg.


10

c. Parameter Mikrobiologi udara

Angka kuman (CFU/m3)

2.1.3. Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi di lingkungan disebabkan oleh

berbagai sumber baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia.

Menurut Sugiarti (2009), pencemaran udara yang diakibatkan oleh

sumber alamiah, seperti letusan gunung berapi dan yang diakibatkan oleh

aktivitas manusia seperti emisi transportasi dan emisi pabrik atau industri.

Pencemaran udara juga dapat terjadi baik dalam ruangan tertutup

(indoor) maupun luar ruangan (outdoor). Adapun sumber pencemaran

udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber bergerak seperti aktivitas

lalu lintas, kendaraan bermotor dan transportasi laut, sedangkan, sumber

tidak bergerak seperti pembangkit listrik, industri, dan rumah tangga.

2.1.4. Jenis Pencemaran Udara

Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):

a. Berdasarkan bentuk

1. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena

dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.

2. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari

zat-zat kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan,

maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya:

debu, asap, kabut, dan lain-lain.

b. Berdasarkan tempat

1. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut

juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah,


11

rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya

adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika

memasak, dan lain-lain.

2. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut

juga udara bebas seperti asap dari industri maupun kendaraan

bermotor.

c. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan

1. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi

jaringan tubuh, seperti SO2, ozon, dan nitrogen oksida.

2. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan

tidak mampu melepas karbon dioksida. Gas penyebab tersebut

seperti CO, H2S, NH3, dan CH4.

3. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya

merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya:

formaldehide dan alkohol.

4. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat

penyebabnya seperti timbal, cadmium, fluor, dan insektisida.

d. Berdasarkan susunan kimia

1. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon

seperti asbestos, amonia, asam sulfat, dan lain-lain.

2. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti

pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain

e. Berdasarkan asalnya

a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke

udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan


12

membahayakan. Contohnya: CO2 yang meningkat diatas

konsentrasi normal.

b. Sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil

reaksi anatara zat polutan primer dengan komponen alamiah.

Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN)

2.1.5. Lokasi Pencemaran Udara

Menurut Cahyono (2017), lokasi polutan bahan pencemar udara

perlu diketahui untuk memudahkan dalam mengisolasi dan melakukan

pengendalian pencemaran udara. Lokasi bahan pencemar udara dapat

digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Emisi

Emisi disebut juga sumber penghasil polutan udara. EmISI

merupakan awal dihasilkannya polutan pencemar udara. Polutan

pada emisi berasal dari sumber bergerak dan tidak bergerak.

Kegiatan pada sumber bergerak menghasilkan polutan pencemar

udara yaitu motor, pesawat, atau kapal. Sedangkan kegiatan sumber

tidak bergerak menghasilkan polutan pencemar udara yaitu industri

atau pembakaraan sampah..

b. Ambient

Udara ambient adalah udara bebas di sekitar manusia tanpa

batas, seandainya ada batas, pasti sangat luas. Udara ambient

meliputi udara pada jalan, lapangan, tempat wisata/rekreasi (pantai,

pegunungan), arena bermain, terminal, bandara, stasiun. Nilai ambang

batas (NAB) kimia udara ambient diatur dalam PP No. 41 tahun 1999

tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional, untuk daerah permukiman


13

diatur dalam Kepmenkes No. 829/ Menkes/SK/Vl/1999 Tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan.

c. Udara Ruang

Udara ruang adalah udara yang dibatasi oleh dinding yang

memisahkan dengan udara bebas di luar ruang. Udara ruangan yaitu

udara dalam kamar di rumah tangga, udara dalam kamar hotel, kamar

rumah sakit, ruang perkantoran, ruang kerja, ruang kendaraan. NAB

fisik dan kimia udara ruang kerja diatur da|am Permenaker

No.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja, serta Permenkes No. 48 Tahun 2016

tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran dan

Permenkes No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Khusus NAB udara dalam

rumah diatur dalam Permenkes No. 1077/Menkes/ Per/V/2011

Tentang Pedoman Penyehatan Udara da|am Ruang Rumah.

KepMenKes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2.2. Rokok

2.2.1. Definisi Rokok

Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan dapat

menimbulkan dampak dan berbahaya bagi kesehatan induvidu dan

masyarakat. Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2003, diketahui bahwa rokok

adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacym,

Nicotiana Rustica dan spesies lain, atau sitesisnya yang mengandung

nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Rochka dkk, 2019).
14

Untuk pertama kalinya, dunia mengenal rokok pada abad ke-15,

seiring dengan awal perjalanan Columbus dan para pelaut spanyok ke

seluruh benua baru yang kemudia dikenal dengan nama benua Amerika

pada tahun 1518. Pada saat itu rokok telah menjadi satu hal lazim

dilakukan oleh penduduk asli di benua baru tersebut, yaitu para indian

yang sebenarnya pula para indian tersebut mengenalnya dari tetangga

mereka, masyarakat meksiko (Husnaini, 2007).

Rokok adalah slinder dari kertas berukuran panjang yang berkisar

70-120 mm (bervasiasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10

mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Sejak beberapa

tahun terakhir, bungkus rokok telah disertai dengan pesan kesehatan

yang memberikan peringatan bahwa merok berbahaya bagi kesehatan,

banyak penyakit yang ditimbulkan dari merokok misalnya kanker paru-

paru atau serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin. Meskipun

telah terdapat pesan dan informasi kesehatan pada kemasan rokok,

namun pada kenyataannya jarang sekali dipatuhi oleh para perokok

(Rochka dkk, 2019).

Menurut kemenkes RI (2011) rokok adalah salah satu produk

tembakau yang dimasukkan untuk dibakar, dihisap dan dihirup termasuk

kretek, rokok purih, cerutu atau bentuk lainya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok berarti

membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan

rokok maupun menggunakan pipa. Alasan utama merokok adalah cara

untuk bisa diterima secara sosial, melihat orang tua yang merokok,

menghilangkan januh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress.


15

Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

menggolongkan zat adiktif yaitu terdiri dari tembakau, produk yang

mengandung tembakau, padat, cair dan gas, yang bersifat adiktif yang

penggunanya dapat menimbulkan kerugian pada dirinya dan/atau

masyarakat disekelilingnya.

2.2.2. Jenis-jenis Rokok

Menurut Irmati dkk (2011) perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus

1. Kawung adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun aren.

2. Sigaret adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa

kertas.

3. Cerutu adalah jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi

1. Rokok putih yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya hanya

daun tembakau yang berisi saus atau mendapatkan efek rasa dan

aroma tertentu.

2. Rokok kretek yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya terdiri

dari daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapat efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok klembak yaitu jenis rokok yang bahan baku atau isinya

terdiri dari daun tembakau, cengkeh dan menyan yang diberi saus

untuk mendapat efek rasa dan aroma tertentu.


16

c. Rokok berdasarkan penggunaan filter

1. Rokok filter (RF) adalah jenis rokok yang pada bagian pengkalnya

terdapat gabus atau disebut dengan filter.

2. Rokok nonfilter (RNF) adala jenis rokok yang pada bagian

pengkalnya tidak terdapat gabus atau filter.

2.2.3. Zat terkandung dalam rokok

Setiap rokok atau cerutu menggandung lebih dari 4.000 jenis bahan

kimia dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat bersifat racun dalam

tubuh manusia, sedangkan 40 dari bahan tersebut dapat menyebabkan

kanker. Secara umum kandungan yang terdapat pada rokok dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu komponen gas sebanyak 92% dan

komponen padat atau partikel sebanyak 8% (Rochka dkk, 2019).

Beberapa jenis racun yang terkandung dalam sebatang rokok

diantaranya :

a. Aseton : Baha pelarut

b. Cyanhydric acid : Digunakan pada kamar gas

c. Naphtylamine : Bahan Karsinogenik

d. Ammonia : Detergen/pembersih lantai

e. Methanol : Bahan bakar roket

f. Urethane : Bahan karsinogenik

g. Pyrene : Bahan karsinogenik

h. Toluene : Larutan industry

i. Naphthalene : Repelen serangga

j. Arsen : Bahan beracun

k. Nikotin : Pestisida, herbisida, insektisida.


17

l. Dibenzacridine : Karsinogenik

m. Polonium 210 : Elemen radioaktif, karsinogenik.

n. Cadmium : Bahan beterei, karsinogenik.

o. Karbon monoksida :Terdapat dalam sisa bahan pembakaran

(Fumes)

p. DDT (Insektisida)

q. Vinyl choride : Bahan untuk material plastik

Gambar 2.2 Bahan Berbahaya Beracun Yang Terdapat Dalam Rokok

2.2.4. Bahaya Rokok

Akibat buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan telah banyak di

bahas. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa kurang lebih 50%

para perokok yang merokok sejak remaja akan meningggal akibat

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok.

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan kurang lebih 25

jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia. Penyakit tersebut,

antara lain: kanker mulut, esophagus, faring, laring, paru, pancreas,

kandung kemih, dan penyakit pembuluh darah. Hal itu dipengaruhi pula
18

oleh kebiasaan meminum alkohol serta factor lain. (Aditama dalam

Nururrahmah, 2014).

Merokok merupakan penyebab 87% kematian akibat kanker paru.

Pada wanita, kanker paru melampaui kanker payudara yang merupakan

penyebab utama kematian akibat kanker. Hal ini disebabkan karena

dalam tiga decade terakhir ini, jumlah wanita yang merokok semakin

bertambah banyak. Merokok saat ini juga dianggap menjadi penyebab

dari kegagalan kehamilan, meningkatnya kematian bayi, dan penyakit

lambung kronis. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru yang

normal karena hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida

membentuk karboksihemoglobin daripada membawa oksigen. Orang

yang banyak merokok (perokok aktif) dan orang yang banyak mengisap

asap rokok (perokok pasif), dapat berakibat paru-parunya lebih banyak

mengandung karbon monoksida dibandingkan oksigen sehingga kadar

oksigen dalam darah kurang lebih 15% daripada kadar oksigen normal

(Nururrahmah 2014).

Gambar 2.2 Efek Rokok Terhadap Kesehatan


19

Produk rokok yang dihisap termasuk melalui pipa, mengandung

lebih dari 7000 bahan kimia, termasuk setidaknya 250 bahan kimia yang

diketahui beracun atau menyebabkan kanker. Penggunaan produk

tembakau tidak berasap dapat menimbulkan permasalahan kesehatan

serius yang terkadang mematikan. Di tingkat global, lebih dari 22,000

orang meninggal dunia karena penggunaan tembakau atau terpapar asap

rokok setiap harinya, satu orang dalam 4 detik setiap harinya.

Penggunaan tembakau memengaruhi hampir semua organ tubuh

manusia (WHO, 2019).

Menurut WHO (2019) penyakit yang ditimbulkan oleh segala bentuk

rokok, yaitu :

a. Serangan jantung, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya

Hampir satu dari tiga kematian di seluruh dunia disebabkan oleh

penyakit kardiovaskular. Penggunaan rokok dan paparan terhadap

asap rokok orang lain merupakan penyebab utama yang

menyebabkan 3 juta kematian akibat kardiovaskular di tingkat global

setiap harinya. Perokok memiliki risiko terkena stroke dua kali lebih

tinggi dan risiko terkena penyakit jantung empat kali lebih tinggi.

Merokok merusak pembuluh arteri jantung, menyebabkan timbulkan

plak dan sumbatan darah, karenanya membuat aliran darah tidak

lancar dan pada akhirnya menimbulkan serangan jantung dan stroke.

Aliran darah yang tidak lancar, bila tidak tertangani dapat

menyebabkan gangrene (matinya jaringan tubuh) dan amputasi pada

daerah yang terkena. Stroke, seperti penyakit jantung, memiliki risiko

kematian yang tinggi, dan para penderita stroke dapat mengalami


20

kondisi disabilitas yang membahayakan misalnya kelumpuhan atau

kehilangan kemampuan melihat atau bicara.

Merokok adalah suatu kebiasaan yang berbahaya, apapun

frekuensinya. Mereka yang merokok hanya satu batang rokok per hari

sudah memiliki setengah kemungkinan mengalami penyakit jantung

dan stroke dari mereka yang merokok 20 batang per hari. Namun,

bukan hanya merokok tetapi paparan asap rokok orang lain juga dapat

meningkatkan risiko penyakit.

b. Kanker mulut dan penyakit mulut lainnya

Penggunaan tembakau (baik yang diisap maupun yang tanpa

asap) bertanggungjawab pada tingginya beban penyakit mulut.

Keduanya diketahui menyebabkan kanker mulut. Di banyak negara,

kemungkinan selamat setelah diagnosis kanker mulut lebih dari lima

tahun sangat rendah. Mereka yang selamat dari kanker mulut biasanya

mengalami disfigurasi wajah dan kehilangan kemampuan berbicara,

menelan ataupun mengunyah. Penggunaan tembakau juga

meningkatkan penyakit periodontal, penyakit peradangan kronis yang

membuat gusi memburuk dan menghancurkan tulang rahang, dan

akhirnya menanggalkan gigi. Merokok tembakau dan penggunaan

produk-produk tembakau tanpa asap akan membuat kondisi kimiawi

mulut terganggu, menimbulkan plak berlebih dan membuat gigi

menguning, dan menyebabkan bau mulut.

c. Kanker tenggorokan

Penggunaan produk tembakau tak berasap dan merokok

tembakau meningkatkan risiko kanker kepala dan leher, termasuk


21

kanker di bibir, tenggorokan (pharynx dan larynx) dan oesofagus.

Operasi pengangkatan larynx yang mengalami kanker memunculkan

kemungkinan tracheostomy, dibuatnya lubang di leher dan pipa angin

yang membantu pasien bernafas. Radiasi dan kemoterapi untuk

kanker tenggorokan menimbulkan efek yang merusak dan amat

melumpuhkan, termasuk hilangnya kemampuan mengecap rasa,

menurunkan produksi saliva dan meningkatkan mucus tenggorokan,

menjadikannya sangat sakit dan sulit untuk makan.

d. Kematian janin

Penggunaan tembakau dan paparan asap tembakau saat

kehamilan meningkatkan risiko kematian janin. Perempuan yang

merokok atau terpapar asap rokok saat kehamilan memiliki risiko

keguguran yang semakin tinggi. Lahir mati (kondisi bayi yang

meninggal dalam kandungan) juga semakin sering terjadi karena janin

kekurangan oksigen dan abnormalitas plasenta yang diakibatkan oleh

karbon monoksida dalam rokok tembakau dan nikotin dalam rokok

tembakau dan tembakau tak berasap. Perokok memiliki risiko lebih

tinggi mengalami kehamilan ektopik, komplikasi yang mungkin

mematikan bagi ibu dimana ovum yang sudah dibuahi merekat di luar

rahim. Karenanya upaya berhenti merokok dan perlindungan dari

paparan asap rokok orang lain penting bagi perempuan pada usia

produktif yang berencana untuk hamil dan saat pada saat kehamilan.

e. Lambatnya pertumbuhan janin, berat kelahiran yang rendah dan lahir

prematur

Bentuk penggunaan atau paparan tembakau apapun saat

kehamilan akan berdampak buruk pada perkembangan seorang anak.


22

Bayi yang lahir dari perempuan yang merokok, menggunakan

tembakau tanpa asap, atau terpapar asap rokok orang lain saat

kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi melahirkan bayi secara

prematur dan berat lahir yang rendah. Anak-anak yang lahir prematur

dan memiliki berat lahir yang rendah dapat mengalami komplikasi

kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit kronis pada masa

dewasa.

2.3. Asap Rokok

2.3.1. Pemahaman Asap Rokok

Asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS) dapat

digambarkan sebagai bahan di udara dalam ruangan yang berasal dari

asap tembakau/rokok. Bernapas dalarn ETS dikenal sebagai perokok

pasif, asap tangan kedua (Second-hand Smoke), atau merokok paksa

(lnvoluntary Smoking). Asap rokok sendiri terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu

mainstream smoke dan sidestream smoke. Mainstream smoke diemisikan

pada saat perokok mengembuskan napasnya setelah mengisap rokok.

Sedangkan sidestream smoke diemisikan pada saat rokok

terbakar/menyala. Senyawa yang lebih banyak terkandung dalam

mainstream smoke, di antaranya sianida, catechol dan hidrokuinon.

Senyawa yang lebih banyak terkandung pada sidestream smoke adalah

fenol, kresol, xylenol, guianikol, dan asam format. Asap rokok secara

umum mengandung gas nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida

(CO2), CO, asetaldehid, metan, hydrogen sianida (HCN), asam nitrit,

aseton, akrolein, amonia, methanol, hydrogen sulfide (H 2S), hidrokarbon,

gas nitrosamine; dan senyawa karbonil (Cahyono, 2017).


23

Asap rokok asap yang ditimbulkan dari kegiatan merokok. Asap

rokok memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh, tidak hanya bagi

tubuh perokok (prokok aktif) tapi juga bagi penghirup selain perokok

(perokok pasif). Asap rokok mengandung lebih dari empat ribu bahan

kimia berbahaya diantaranya karbon monoksida, nikotin dan tar. Dari

berbagai bahan kimia tersebut dapat menimbulkan penyakit berbahaya

yang dapat berdampak kematian (Handoko, dalam marzuarman, 2018).

2.3.2. Komponen Asap Rokok

Asap rokok dalam konsentrasi tinggi dapat lebih beracun yaitu

memiliki 2 kali konsentrasi nikotin dan tar, 3 kali jumlah zat karsinogenik,

5 kali kadar karbon monoksida dan 50 kali jumlah amonia lebih banyak

(Cahyono, 2017).

Tabel 2.3 Komponen mainstream smoke, dan sidestrem smoke


pada rokok sigaret non-filter
Komponen Gas Mainstream smoke sidestrem smoke
Karbon monoksida 10 – 20 mg 2,5
Karbon dioksida 20 - 60 mg 8,1
Metan 1,3 mg 3,1
Asetilen 27 mg 0,8
Amonia 80 mg 73
Hidrogen sianida 430 mg 0,25
Dimetilnitrosamin 10-65 mg 52

Komponen Partikel Mainstream smoke sidestrem smoke


Tar 1 – 40 mg 1,7
Nikotin 1 - 2,5 mg 2,7
Toluene 108 mg 5,6
Fenol 20 – 150 mg 2,6
Naftalen 2,8 mg 16
Benzo (a) piren 20 – 40 mg 2,8
Hidrazin 32 mg 30
Sumber : Cahyono, 2017
24

2.3.3. Bahaya asap rokok

Bayi dan anak-anak yang orang tuanya merokok mempunyai

risiko lebih besar terkena gangguan saluran pernapasan dengan gejala

sesak napas, batuk dan lendir berlebihan, bahan berbahaya dan racun

dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada

perokok saja, namun juga pada orang-orang sekitarnya yang tidak

merokok seperti bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi

perokok pasif kerena ada yang merokok di rumah (Cahyono, 2017).

Menutut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2019) ada 18 penyakit

yang diakibatkan oleh asap rokok, yaitu :

a. Kanker paru-paru

Prokok memiliki 22 kali kemungkinan untuk mengalami kanker

paru-paru dalam kehidupannya dibandingkan yang bukan perokok.

Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru,

menyebabkan lebih dari dua per tiga kematian kanker paru-paru di

tingkat global dan merenggut sekitar 1.2 juta nyawa setiap tahunnya.

Mereka yang bukan perokok dan terpapar asap rokok sebagai perokok

pasif dirumah atau ditempat kerja juga memiliki risiko mengalami

kanker paru-paru.

b. Asma

Merokok diketahui semakin memperburuk asma pada orang

dewasa, membatasi kegiatan mereka, menimbulkan disabilitas dan

meningkatkan risiko asma yang membutuhkan perawatan darurat.

Anak-anak usia sekolah yang orangtuanya merokok terpapar dampak

buruk perokok pasif dan berisiko mengalami munculnya asma yang

memburuk melalui peraadangan saluran ke paru-paru.


25

c. Penyakit paru obstruktif kronis

Satu dari lima perokok akan mengalami penyakit paru obstruktif

kronis (PPOK) dalam kehidupan mereka, terutama mereka yang mulai

merokok saat masa kanak-kanak dan remaja, karena merokok

tembakau akan secara signifikan memperlambat pertumbuhan dan

perkembangan paru-paru. Perokok memiliki 3-4 kali kemungkinan

mengalami PPOK dari yang bukan perokok. Merokok menyebabkan

pembengkakan dan robeknya kantung udara dalam paru yang

mengurangi kapasitas paru untuk mengambil oksigen dan

mengeluarkan karbon dioksida. Selain itu, menyebabkan timbulnya

mukus berisi pus, mengakibatkan batuk yang sangat sakit dan

kesulitan bernafas yang parah. Orang dewasa yang tepapar asap

rokok saat masih kanak-kanak, dan sering mengalami infeksi

pernafasan bagian bawah juga berisiko mengalami PPOK.

d. Tuberkulosis

Sekitar seperempat penduduk dunia mengidap tuberkulosis

laten, membuat mereka berisiko mengalami penyakit aktif. Merokok

melipatgandakan risiko terkena tuberkulosis dari kondisi laten menjadi

aktif, dan diketahui juga memperburuk progresi penyakit itu. Selain itu

paparan terhadap asap rokok orang lain dapat meningkatkan risiko

infeksi tuberculosis menjadi penyakit aktif. Tuberkulosis merusak paru-

paru, menurunkan fungsi paru yang disebabkan oleh kebiasaan

merokok dan meningkatkan risiko mengalami disabilitas dan kematian

karena kegagalan bernafas.

e. Penyakit pernapasan lainnya dan menurunnya fungsi paru

Merokok diketahui menyebabkan pneumonia dan semua gejala

penyakit pernafasan termasuk batuk, batuk rejan dan dahak.


26

Pertumbuhan dan fungsi paru juga mungkin rusak di kalangan perokok

tembakau. Anak-anak yang orangtuanya merokok mengalami gejala

pernafasan serupa dan fungsi paru sepanjang masa kanak-kanakpun

rendah. Bayi yang lahir dari ibu yang merokok saat hamil memiliki

kerentanan, karena terpapar bahan kimia yang ditemukan pada

tembakau saat tahap perkembangan penting dalam kandungan.

f. Diabetes tipe 2

Risiko mengalami diabetes pada perokok lebih tinggi, dan risiko

ini semakin tinggi seiring dengan semakin banyaknya rokok yang

dihisap setiap harinya. Paparan perokok pasif juga berhubungan

dengan diabetes tipe 2.

g. Demensia

Merokok merupakan faktor risiko demensia, kelompok kelainan

yang menimbulkan penurunan kapasitas mental dan sampai saat ini

tidak ada obat yang efektif. Demensia sifatnya sangat progresif,

memengaruhi ingatan, perilaku dan kemampuan kognitif lain dan

mengganggu kegiatan sehari-hari. Selain dari menimbulkan disabilitas

pada orang yang hidup dengan demensia, penyakit ini dapat

menimbulkan masalah emosi kepada keluarga dan perawat pasien.

Penyakit Alzheimer merupakan bentuk demensia yang paling umum,

dan diperkirakan 14% kasus Alzheimer diseluruh dunia disebabkan

oleh merokok.

h. Menurunnya tingkat kesuburan pada laki-laki dan perempuan

Perokok memiliki kecenderungan lebih besar mengalami

infertilitas. Dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,


27

perokok perempuan cenderung mengalami kesulitan untuk hamil,

meningkatkan waktu konsepsi dan risiko keguguran lebih tinggi.

Merokok juga akan menurunkan jumlah, motilitas dan morfologi

sperma (bentuk sperma) pada laki-laki. Perokok yang berusaha untuk

hamil dengan menggunakan teknologi reproduksi dengan bantuan

memiliki tingkat keberhasilan yang rendah, terkadang membutuhkan

lebih dari dua siklus fertilisasi in vitro untuk mencapai konsepsi.

i. Disfungsi ereksi

Merokok menghambat aliran darah ke penis, yang dapat

menimbulkan impotensi (kemampuan untuk mencapai ereksi).

Disfungsi ereksi lebih sering terjadi di kalangan perokok dan seringkali

terus terjadi atau permanen kecuali ia berhenti merokok sejak dini.

j. Sindrom kematian bayi mendadak

Sindroma kematian bayi mendadak atau sudden infant death

syndrome (SIDS) merupakan kematian yang mendadak pada anak

berusia dibawah 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Ibu

yang merokok saat hamil menyebabkan risiko SIDS semakin

meningkat, dan risikonya semakin tinggi di kalangan anak-anak dari

orang tua yang terus merokok sampai kelahiran anaknya.

k. Menstruasi dan menopause

Perempuan yang merokok lebih tinggi kemungkinannya

mengalami menstruasi yang menyakitkan dan gejala menopause yang

lebih parah. Menopause timbul 1-4 tahun lebih awal pada perempuan

perokok karena merokok mengurangi produksi telur dalam ovarium,


28

mengakibatkan turunnya fungsi reproduktif dan tingkat hormon

estrogen yang lebih rendah.

l. Kelainan kelahiran

Merokok dapat merusak sperma dan merusak struktur DNA yang

menyebabkan kelainan sejak lahir. Beberapa studi menyimpulkan

bahwa laki-laki yang merokok memiliki risiko lebih tinggi memiliki anak

yang terkena kanker. Ibu yang merokok di awal kehamilan

meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan bibir maupun langit-

langit mulut yang sumbing. Juga laki-laki yang ibunya merokok saat

kehamilan memiliki densitas sperma yang lebih rendah dari laki-laki

yang ibunya tidak pernah merokok.

m. Kehilangan penglihatan

Merokok menyebabkan timbulnya penyakit mata yang bila tidak

tertangani akan mengakibatkan kebutaan. Para perokok memiliki

kemungkinan lebih tinggi dibandingkan non-perokok mengalami

degenerasi makular yang berhubungan dengan usia, kondisi yang

mengakibatkan kebutaan permanen. Degenerasi makular yang

berhubungan dengan usia akan memengaruhi kemampuan seseorang

membaca, mengendarai mobil, mengenali wajah dan warna serta

melihat benda secara rinci. Perokok memiliki risiko mengalami katarak

lebih tinggi, lensa mata yang berkabut yang menghalangi cahaya.

Katarak menimbulkan kebutaan, dan operasi adalah satu-satunya cara

untuk mengembalikan penglihatan. Bukti baru menunjukkan merokok

dapat menimbulkan glukoma, kondisi yang menekan bola mata dan

menimbulkan kerusakan penglihatan. Merokok tembakau membuat


29

peradangan pada mata dan memperburuk gejala mata kering pada

perokok dan orang-orang yang terpapar asap rokok, terutama mereka

yang menggunakan lensa kontak.

n. Kehilangan pendengaran

Orang tua yang merokok menyebabkan penyakit telinga bagian

tengah di kalangan anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang terpapar

asap rokok di rumah. Penyakit otitis media kronis di kalangan anak-

anak menjadi penyebab hilangnya pendengaran dan ketulian. Perokok

dewasa mungkin mengalami hilangnya pendengaran karena efek

merokok jangka panjang terhadap asupan darah pada cochlear.

Kondisi yang tidak tertangani akan berdampak pada kondisi sosial,

emosional dan ekonomi.

o. Penyakit saluran cerna

Perokok lebih mungkin mengalami kelainan saluran cerna,

misalnya ulser perut, penyakit peradangan pada perut, misalnya

penyakit Crohn, dan kanker saluran gastrointestinal. Penyakit

peradangan perut seringkali dikaitkan dengan keram perut, diare

persisten, demam dan pendarahan pada rektum.

p. System kekebalan tubuh yang melemah

Komponen dari rokok melemahkan sistem kekebalan tubuh,

membuat para perokok memilki risiko mengalami infeksi paru. Selain

itu, para perokok yang memiliki predisposisi genetik terhadap penyakit

autoimun memiliki risiko mengalami berbagai penyakit termasuk

rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, meningitis bakteria, infeksi pasca

operasi, dan kanker. Merokok juga mengakibatkan individu yang

mengalami kekebalan tubuh yang buruk misalnya mereka yang hidup


30

dengan cystic fibrosis, multiple sclerosis atau kanker berisiko lebih

tinggi mengalami komorbiditas yang berhubungan dengan penyakit ini

dan kematian dini. Dampak immunosupresi tembakau akan membuat

ODHA mengalami risiko tinggi menjadi AIDS. Di kalangan perokok

yang HIV positif, rata-rata mereka kehilangan 12.3 tahun dari

hidupnya, lebih dari setengah dari jumlah tahun yang hilang dari ODHA

yang tidak merokok.

q. Tulang yang lemah

Karbon monoksida, gas beracun yang keluar dari asap mobil dan

rokok, lebih mudah mengikat di hemoglobin dalam darah daripada

oksigen, mengurangi penyampaian oksigen pada jaringan tubuh.

Kepadatan tulang para perokok lebih mungkin turun, lebih mudah retak

dan mengalami kompliasi serius, misalnya kesembuhan yang tertunda

atau gagal sembuh.

r. Kerusakan kulit

Merokok meningkatkan risiko psoriasis , kondisi peradangan kulit

yang tidak menular yang membuat kulit gatal, dengan bercak-bercak

merah di seluruh tubuh. Merokok saat usia muda akan membuat kulit

menua lebih cepat karena menghilangkan protein yang memberikan

kekenyalan kulit, menghabiskan vitamin A dan membatasi aliran darah.

Perokok lebih mungkin mengalami kulit yang kering, kasar dan keriput

terutama sekitar bibir dan mata.

2.4. Karbon Monoksida (CO)

2.4.1. Pemahaman Karbon Monoksida (CO)

Pada proses pembakaran tidak sempurna, karbon dan oksigen

dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO), nmun


31

pada pembakaran sempurna dihasilkan karbon oksida (CO2). Karbon

monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak

berasa, tidak mudah larut dalam air dan pada suhu normal berbentuk gas

yang tidak berwarna, bersibat racun daan berbahaya. (Cahyono, 2017).


Tabel 2.4 Kadar CO dan Sumbernya

Kadar CO
Sumber
Rata-Rata

0,1 ppm Alam atmosfer

0,5 – 5 ppm Di rumah

5-15 ppm Dekat kompor gas rumah

5,000 ppm Cerobong asap rumah dari pembakaran kayu

Gas knalpot mobil yang tidak diencerkan – tanpa pengubah


7,000 ppm
katalitik

30, 000 ppm Asap rook yang tidak diencerkan

Sumber :Cahyono, 2017

2.4.2. Dampak Karbon Monoksida (CO)

CO memiliki kemampuan untuk berikatan dengan hemoglobin (Hb),

pigmen sel darah merah yang mengangkut O2 keseluruh tubuh. lkatan

tersebut menghasilkan pembentukan karboksihemoglobin (HbCO) yang

200 kali lebih stabil dibandingkan oksihemoglobin (HbOz). Penguraian

HbCO yang relatif lambat, hal ini menyebabkan terhambatnya kerja

molekul sel pigmen darah merah yang membawa oksigen keseluruh

tubuh. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen, metabolisme tubuh

terganggu, dan pembentukan energi pada otot juga terganggu. Kondisi

seperti ini bisa berakibat serius, karena dapat menyebabkan keracunan.

Keracunan CO sangat berbahaya bagi penderita gangguan ototjantung

atau sirkulasi darah periferal. Efek racun CO menyebabkan kegagalan

transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan,


32

gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitivitas ujung jari,

penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk terutama pada balita,

berat badan bayi lahir rendah, kematian janin) (Cahyono, 2017).

Salah satu berbahaya yang terkandung dalam rokok yaitu karbon

monoksida. Gas berbahaya pada asap rokok ini seperti yang ditentukan

pada asap pembuangan mobil. Karbon monoksida menggantikan sekitar

15 jumlah oksigen yang biasanya dibawa oleh sel darah merah, sehingga

menyebabkan suplay oksigen jantung ke seseorang perokok menjadi

berkurang. Karbon monoksida juga dapat merusak lapisan pembuluh

darah dan menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah. Hal ini

dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh

darah( Rochka dkk, 2019).

Keracunan gas CO dalam skala kecil ditandai dengan gejala pusing,

sakit kepala, dan mual. Gejala ini akan bertambah dengan rasa lelah,

mengeluarkan keringat cukup banyak, pola pernafasan menjadi cepat dan

pendek, adanya rasa gugup dan berkurangnya fungsi penglihatan. Jika

terjadi nyeri dada, sakit dada yang sangat mendadak, maka CO sudah

berada di jantung. Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan

tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi

abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah peripheral,

menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sitem

kardiovaskuler, serangan jantung, bahkan kematian (Cahyono, 2017).

Banyak kasus kematian keracunan karbon monoksida disebabkan

oleh kesulitan bernafas, edema paru, dan karena kekurangan oksigen

pada level sel, hal ini karena sel tidak mendapatkan cukup oksigen dari

darah dan justru mengikat gas CO. Paparan CO 1.000 ppm selama

beberapa menit dapat menimbulkan kejenuhan karboksi haemoglobin,


33

bekurang kesadarannya atau pingsan, bahkan dapat mengakibatkan

kematian. Dalam keadaan normal, konsentrasi CO di dalam darah

berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5% (Cahyono,

2017).

2.4.3. Nilai Abang Batas Karbon Monoksida (CO)

Organisasi Administrasi di Amerika Serikat, kesehatan dan

keselamatan kerja membatasi paparan ditempat kerja sebesar 50 ppm. Di

dalam ruangan industry menurut WHO ditentukan batasan yang tidak

boleh melebihi 50 ppm selama 8 jam (Cahyono, 2017).

Table 2.4 Nilai ambang batas CO

Nilai Ambang Batas Lokasi Sumber

Permenkes No. 48 Tahun


10 ppm Perkantoran
2016
Permenkes No. 70 Tahun
25 ppm Industri
2016
Kemenkes No.
1000,00 µg/m3 (18jam) Rumah Sakit
1204/Menkes/SK/X/2004
Permenkes No.
9,00 ppm (8jam) Rumah
1077/Menkes/PER/2011
30.000 µg/Nm3 (1 jam)
Ambient PP No. 41/1999
10.000 µg/Nm3 (24 jam)
Sumber : Cahyono,2017

2.5. Amonia (NH3)

2.4.1 Pemahaman Amonia (NH3)

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang terdiri dari 3

atom hidrogen (H) dan 1 atom nitrogen (N). Amonia adalah gas yang

tidak berwarna dan memiliki bau yang sangat merangsang. sehingga gas

ini mudah dikenali melalui baunya. Gas ini tidak mudah terbakar, tetapi

jika terjadi campuran udara dan amoniak dalam ruangan 13 27%, maka

akan terjadi ledakan dan terbakar. Amonia juga dapat menjadi korosif bila
34

terkena tembaga dan timah, sangat mudah larut dalam air, mudah

mencair, amonia cair membeku pada suhu -78°C dan mendidih pada

suhu -33° C. Amonia murni pada suhu kamar dan tekanan 1 atm

berbentuk uap, pada temperatur ~33 QC berbentuk cairan. Amonia

merupakan gas yang higroskopis, mudah menyerap air dan mempunyai

kelarutan terhadap air pada semua komposisi (Cahyono, 2017).

2.4.2 Dampak Amonia (NH3)

Amonia bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada mata,

saluran pernapasan, dan kulit. Pemaparan Amonia konsentrasi rendah

akan menimbulkan batuk dan iritasi hidung, serta saluran napas.

Pemaparan dengan konsentrasi tinggi akan menimbulakan luka bakar

dihidung, tenggorokan saluran napas, bronchiolar dan alveolar oedema,

respiratory failure, bahkan kematian (Cahyono, 2017).

Amonia merupan zat dengan bau yang sangat tajam bersifat keras

dan apabila sedikit saja disuntikan ke dalam tubuh dapat menyebabkan

seseorang pingsan (Rochka dkk, 2019)

Efek jangka pendek (akut) paparan amonia pada kadar 400-700

ppm menyebabkan iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung,

tenggorokan, dan mata. Pada kadar 5000 ppm dapat menimbulkan

kematian kontak dengan mata, menimbulkan iritasi, hingga kebutaan

total. Sedangkan kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar

(frostbite). Pada kadar 2500 6500 ppm, gas amonia melalui inhalasi

menyebabkan iritasi hebat pada mata (keraktitis), sesak napas (dyspnea),

bronchospasm, nyeri dada, sembap paru, batuk darah, bronchitis dan

pneumonia. Pada kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka

bakar pada kulit (Cahyono, 2017).


35

2.4.3 Nilai Abang Batas Amonia (NH3)

Administrasi keselamatan dan kesehatan pekerja amerika serikat

memberikan batas 15 menir bagi kontak dengan amonia dalam gas

berkonsentrasi 33 ppm volume, atau 8 jam untuk 25 ppm volume.Nilai

ambang batas gas NH3 diudara menurut NIOSH (Nasional Institute for

Occupstionsl Safety and Health) adalah 25 ppm (Cahyono, 2017).

Tabel 2.5 Nilai ambang batas amonia

Nilai Ambang Batas Lokasi Sumber

17 mg/m3 Permenkes No. 70


Industri
25 ppm Tahun 2016
Sumber : Cahyono, 2017

2.6. Smoking Area

2.6.1. Definisi Smoking Area

Smoking area adalah tempat khusus untuk kegiatan merokok yang

berada didalam kawasan tanpa rokok (Peratuan Wali Kota Batu Tahun

2015). Sedangkan menurut Aeron dan Edwin (2012) smoking area adalah

suatu tempat di dalam cafe atupun restoran yang diijinkan untuk merokok

yang diposisikan sedemikian rupa sehingga terdapat system ventilasi dan

penghalang yang digunakan untuk menghalangi asap rokok agar asap

rokok tidak dapat memasuki area yang lain.

2.6.2. Manfaat Smoking Area

Menurut Aeron dan Edwin (2012) maanfaat dari di banagunnya

smoking area, yaitu :

1. Kenyamanan

Dengan adanya fasilitas smoking area yang berfungsi dengan baik

hal ini dapat memberikan kenyamanan pada konsumen perokok dan

konsumen non perokok.


36

2. Menarik Minat Konsumen

Dengan adanya fasilitas smoking area yang berfungsi dengan baik

hal ini dapat menarik minat konsumen perokok dan konsumen non

perokok.

3. Menciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok

4. Mengurangi dampak negatif bagi orang-orang sekitarr karena perokok

melakukan aktivitas merokok di dalam ruangan.

2.6.3. Standar Ruangan Smoking Area

Menurut Aeron dan Edwin (2012) syarat agar suatu tempat

dijadikan smoking area adalah :

1. Jauh dari keramaian

2. Ruang yang akan dijadikan smoking area harus terpisah dari gedung

utama agar asap rokok tidak mencemai orang-orang sekitar

3. Tidak boleh tertutup rapat, apabila tertutup harus ada kipas penyedot.

2.7. Karbon Aktif

Karbon aktif atau arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang

mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang

mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi (Achmad

dalam, Arum 2015).

Gambar 2.7. Arang Aktif


37

Karbon aktif merupakan senyawa karbon, yang dapat dihasilkan

dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang

diperlukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang

lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300 – 3500

m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang

menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon

aktif dapat mengadsorpsi dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat

adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan

luas permukaan. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral yang dibedakan

berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan karakteristiknya.

Sumber bahan dan proses yang berbeda akan menghasilkan kualitas

karbon aktif yang berbeda (Arum, 2015)

2.8. Zeolit

Zeolit merupakan kristal berongga yang terbentuk oleh jaringan

silika alumina tetrahedral tiga dimensi dan mempunyai struktur yang

relative teratur dengan rongga yang didalamnya terisi oleh logam alkali

atau alkali tanah sebagai penyambung muatannya. Rongga-rongga

tersebut merupakan suatu system saluran yang didalamnya terisi oleh

molekul air. Ukuran Kristal zeolit kebanyakan tidak lebih dari 10-15 mikron

(Artikah dalam, Arum 2015)

Gambar 2.8 Zeolit


38

Zeolit dapat memisahkan molekul gas atau zat lain dari campuran

tertentu, karena mempunyai ruang hampa yang cukup besar dengan

garis tengah yang bermacam-macam. Volume dan ukuran ruang hampa

dalam kisi-kisi kristal ini menjadi dasar kemampuan zeolit untuk bertindak

sebagai penyaring (Darmayanto, 2009)


39

2.10 Kerangka teori

Pencemaran udara

Sumber pencemaran udara

Sumber bergerak Sumber tidak bergerak

Kapal Laut Rokok Motor

Asap Rokok

Parameter Parameter Parameter


Fisik Udara Kimia Udara Biologi Udara

CO CO2 CH4 NH3 C2H2 HCN

Keterangan :
“Pemanfaatan Smoke Filter Untuk : yang diteliti
Menurunkan Kardar Co Dan : yang tidak
Amonia (Nhditeliti
3) Di Smoking Area”

Lingkungan

Gambar 2.10. kerangka teori


Sumber : Cahyono, 2017
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainya atau

antara variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan teori, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Kadar CO
Smoke Filter
2. Kadar NH3

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. Hipotesis

biasa dirumuskan dalam bentuk hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen, untuk menentukan arah pembuktian. Adapun

hipotesisnya yaitu:

Ha : ada perbedaan kadar CO dan NH 3 pada asap rokok sebelum

dan sesudah penggunaan smoke filter dengan media zeolit dan

karbon aktif.

H0 : tidak ada perbedaan kadar CO dan NH 3 pada asap rokok

sebelum dan sesudah penggunaan smoke filter dengan media

zeolit dan karbon aktif.

40
41

3.3. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel penelitian, diantaranya

variabel independen dan variabel dependen.

3.3.1. Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar CO dan NH3.

3.3.2. Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah smoke filter.

3.4. Jenis dan Desain Penelitian

3.4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen atau percobaan

(experimental research) yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan

mengetahui gejala atau pengaruh yang muncul, sebagai akibat dari

perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian

ini adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan ini berupa perlakuan

atau intervensi terhadap suatu variabel, dari perlakuan tersebut

diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel lain

(Notoadmodjo, 2012).

3.4.2. Desain Penelitian

Desain penelitin yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra

eksperimen dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Dalam

rancanagan Modifikasi smoke filter dalam penelitian ini tidak ada

kelompok pembanding (control), tetapi dilakukan obsevasi pertama

pretest (01) yaitu pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan amonia

(NH3) pada asap rokok. Prosedur penggunakan smoke filter dengan

zeolit, dan karbon aktif, atau intervensi (x) pada Asap rokok tersebut,

setelah itu dilakukan posttest (02) yang bertujuan untuk mengetahui


42

adanya perubahan pada kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3)

setelah diberikan perlakuan (eksperimen) (Notoadmodjo, 2012).

Pretest Perlakuan Posttes

01 X 02

Gambar 3.2 Jenis Penelitian


(Sumber : Notoatmodjo, 2012)

Adapun rancangan percobaan dalam penelitian ini yaitu :

\ Tabel 3.1 Rancangan Percobaan

kadar karbon monoksida (CO)


dan amonia (NH3)

Sebelum Sesudah
Pemanfaatan
Smoke filter
Media Zeolit dan karbon
aktif
Pada asap rokok

1 2 3 1 2 3

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi variabel Cara Hasil ukur/ Skala
Operasional pengukuran Kategori

Variabel Dependen
Kadar karbon karbon monoksida Gas detector Mg Rasio
monoksida (CO) pada asap rokok
(CO) sebelum dan sesudah
perlakuan dengan alat
smoke filter dengan
media zeolit dan
karbon aktif
Kadar karbon pada Kadar Gas detector Mg Rasio
amonia amonia (NH3)asap
(NH3) rokok sebelum dan
43

sesudah perlakuan
dengan alat smok filter
dengan media zeolit
dan karbon aktif
Variabel Independen /bebas
Smoke filter Proses pemfiteran - - -
asap rokok dengan
alat smoke fiter
menggunakan media
zeolit dan karbon aktif
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1. Lokasi

Pada penelitian ini lokasi penelitian dan perancangan dilaksanakan

menggunakan simulasi ruangan smoking area, dengan peminjaman alat

penurunan kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH 3) dari Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Tanjungpinang.

3.6.2. Waktu

Waktu dilaksanakannya penelitian ini pada bulan Januari sampai

dengan Mei 2020.

3.7. Populasi dan Sampel

3.7.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah asap rokok di

smoking area.

3.7.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi, adapun teknik yang digunakan ialah non

probability sampling (bukan secara acak) dengan metode purposive

sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang

didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Sampel


44

yang digunakan dalam penelitian ini adalah asap rokok di salah satu

fasilitas umum kota smoking area Tanjungpinang.

3.8. Pengumpulan Data

3.8.1. Jenis Data

a. Data Umum

Data umum berupa data asap rokok di smoking area.

b. Data Khusus

Data Khusus berupa data penurunan kadar karbon monoksida

(CO) dan amonia (NH3) sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

3.8.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer,

yang diperoleh dari pengamatan pada sampel, diantaranya hasil

pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH 3) pada

sampel.

3.8.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan pengukuran

terhadap sampel yang diteliti dengan cara observasi atau pengamatan

langsung terhadap objek.

3.8.4. Instrumen/ Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, Instrumen yang digunakan untuk

pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH 3) pada

sampel sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan alat Gas

dectektor.

3.8.5. Prosedur Penelitian

a. Alat dan Bahan Penelitian :

Tabel 3.3 Alat dan Bahan Penelitian


45

Alat Bahan
1. Meteran 1. Rokok
2. Gergaji 2. Kawat kasa
3. Martil 3. Batok kelapa
4. Mika kaca 4. Zeolit
5. Echaust fan 5. Solasi
6. Paku 6. Lakban
7. Gunting 7. Atk
8. Cutter 8. KMnO4
9. Gas dectetor
10.Oven
11.Kasa besi

b. Prosedur Pembuatan smoke filter :

1. Pakailah APD terlebih dahulu.

2. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

3. Potong mika kaca bentuk persegi ukuran tinggi 13 cm x 13 cm 4

buah sebanyak 8 buah.

4. Ambil satu mika kaca bentuk persegi panjang sebagai ruang

exhaust fan.

5. Sisihkan 1 mika kaca persegi untuk dilubangi dengan solder.

6. Hubungkan masing-masing mika kaca yang telah dipotong dengan

mengungunakan lem kaca.

7. Rangkailah mika kaca sesuai dengan desain alat.

8. Masukan bahan filtrasi kedalam smoke filter dengan ketebalan

masing - masing media (3cm).

9. Alat siap digunakan.

3.8.6. Prosedur Media Filter

1. Siapkan alat dan bahan

2. Masukan zeolit kedalam oven dengan pengaturan suhu 2500C

3. Oven zeolit selama kurang lebih 8 jam.

4. Zeolit siap digunakan


46

3.8.7. Desain Alat Penelitian

a. Prosedur penggunaan alat :

1. Siapkan alat dan bahan

2. Hubungkan kaber smoke filter kealiran listrik untuk

menghidupkannya.

3. Hidupkan rokok untuk menghasilkan asap rokok.

4. Asap akan dihisap exhaust fan untuk di filter.

b. Desain Alat

Gambar 3.8 Desain smoke filter

3.8.7. Prosedur Pengukuran

a. Siapkan alat

b. Kalibrasi alat terlebih dahulu

c. Tentukan jenis gas yang ingin diukur

d. Jangkauan pengukuran gas dengan waktu respon 5 menit

e. Lakukan simulasi pengukuran dengan 5-10 perokok


47

f. Lakukangan pengukuran 3 kali sehari sebelum dan 3 kali pengukuran

sehari sudah penggunaan alat smoke filter

g. catat hasil pengukuran dan rata-ratakan hasilnya


48

3.8.8. Diagram Alir Penelitian

Pembuatan alat
smoke filter

Pengaktifan Zeolit dan


pengaktifan karbon aktif

Pembuatan
Pengaharum
Ruangan

Perancangan alat
smoke filter

Asap rokok dari


kegiatan merokok

Sampel yang telah melalui


Asap rokok proses filter dari alat smoke filter
sebelum dengan media zeolit dan karbon
perlakuan aktif (Post Test)

Pengukuran karbon monoksida


(CO) dan amonia (NH3)
menggunakan gas detector

Hasil pengukuran

Pengolahan data dan analisis

Kesimpulan

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian


49

3.9. Pengolahan Data

Menurut Notoadmojo (2010) proses pengolahan data ini melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan hasil

pengukuran setelah pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) dan

amonia (NH3) pada asap rokok.

b. Coding

Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan.

c. Data Entry

Memasukan data yang sudah terbentuk kode (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program komputer.

d. Cleaning data

Dilakukan pengecekan setelah semua data hasil pengukuran telah

dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode dan

ketidak lengkapan kemudian dilakukan koreksi.

3.10. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat dan

bivariat. Analisi univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

menggambarkan setiap karakter variabel yang diteliti yaitu karbon

monoksida (CO) dan amonia (NH3) yang terdapat pada asap rokok

menggunakan alat smoke filter dengan media zeolit, dan karbon aktif.

Analisis Bivariat yang digunakan adalah dengan menggunakan uji

Wilcoxon jenis pengujian statistik jika nilai P.value ≥ 0,05 maka Ho gagal
50

ditolak yang berarti tidak ada perbedaan dari sebelum dan sesudah

dilakukan perlakuan tertentu, sedangkan jika nilai P.value < 0,05 maka

Ho ditolak yang berarti ada perbedaan dari sebelum dan sesudah

dilakukan perlakuan tertentu, dengan persyaratan data distribusi normal.

Data yang berdistribusi normal dilanjutkan dengan menggunakan One-

Sampel Kolmogorov-Sumirnov Test dan apabila data tidak berdistribusi

normal, maka dilakukan uji turunannya menggunakan uji

WilcoxonSigned Rank (Yulius, 2010).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahapan. Tahapan

pertama studi pertama yaitu pembuatan arang aktif dari tempurung

kelapa. Penelitian melakukan pengangambilan arang tempurung kelapa

di dompak salah satu usaha arang, selanjudnya arang kelapa di bilas

hingga bersih dengan air yang mengalir, arang kelapa yang telah dicuci

bersih diaktivasi mengunakan larutan KMnO4 sebanyak 355,5 gram air

4500 ml untuk 1,5 arang batok kelapa selama 24 jam.

Tahap kedua dilakukan pembelian zeolit alami 1,5 kg dengan

ukuran 1’’ di Jln.Mande Raya No.26 RT 01 RW 02 Cikadut-Cicahaum,

Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya zeolit alam dicuci hinga

bersih dan dikeringkan dibawah sinar matahari, zeolit alam yang telah

kering diaktivasi dengan menggunakan oven suhu 250oC selama 8 jam.

Tahap ketiga yaitu pembuatan telnologi tepat guna menggunakan

kayu balok sebagai kerangka, selanjutnya exhaust fan sebagai pengisap

asap rokok, kasa besi sebagai sekat media dengan zeolit sekat pertama

dan arang aktif disekat kedua, dilanjutkan dengan pemasangan di dinding

alat menggunakan 3 triplek dan 1 kaca.

Tahap keempat yaitu tahap uji alat dengan proses pemeriksaan

asap rokok diruanggan simulasi menggunakan 6 rokok 2 merek rokok

berbeda yaitu 3 rokok Hmind Bold dan 3 rokok Djarum Super, di ruangan

yang besarnya 4x6m dan tinggi 2,90m. Asap rokok dihidupkan secara

51
52

bergantian dengan alat gas dectektor mendeteksi kandungan kadar

karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3) secara bersamaan selama 5

menit, selanjutnya dilkukan pemeriksaan kadar karbon monoksida gas

(CO) dan amonia (NH3) sesudah adanya pemfiteran selama 5 menit,

pemeriksaan ini dilakukan 3 hari berturut-turut dengan menggunkan

jumlah rokok, jenis rokok dan ruangan yang sama.

4.1.1. Analisis Univariat

Analisi univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable yang diteliti yaitu kandungan kadar karbon

monoksida gas (CO) dan amonia (NH3) pada asap rokok sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan modifikasi dengan menggunakan alat smoke

filter, lalu diperiksa kadar karbon monoksida gas (CO) dan amonia (NH 3)

menggunakan alat gas dectektor. Adapun hasil pengukuran kadar karbon

monoksida gas (CO) dan amonia (NH3) yang dilakukansebagai berikut :

a. Hasil Pemeriksaan Kadar Karbon Monoksida (CO)

Hasil pengukuran karbon monoksida (CO) asap rokok sebelum

dan sesudah dilakukan pemfilteran menggunakan smoke filter, dapat

dilihat pada table berikut :

Table 4.1 Hasil Pengukuran kadar monoksida (CO)

Kadar CO (ppm) Persentase


Waktu
No. Jumlah Penurunan
pengukuran Sebelum Sesudah
penurunan (%)
1. Hari ke-1 21 6 15 71,42
2. Hari ke-2 21 6 15 71,42
3. Hari ke-3 39 4 35 89,74
Rata-rata 27 5,3 21,7 80,37
53

Berdasarkan table 4.1 hasil pengukuran Kadar CO pada smoking

area dengan nilai pengukuran rata-rata sebelum perlakuan 27 ppm

dan hasil rata-rata setelah dengan modifikasi smoke filter terjadi

penurunan 5,3 ppm, sedangkan hasil penurunan 21,7 ppm dengan

presentase penurunan sebesar 80,37%.

b. Hasil Pengukuran Amonia (NH3)

Hasil pengukuran kadar amonia (NH3) pada smoking area

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan alat smoke filter

dapat dilihat pada table berikut :

Table 4.2 Hasil Pengukuran Kadar Amonia (NH3)

Kadar NH3 (ppm)


Persentase
Waktu
No Jumlah Penurunan
pengukuran sebelum Sesudah
penurunan (%)

1. Hari ke-1 0,46 0,00 0,46 100

2. Hari ke-2 0,46 0,00 0,46 100

3. Hari ke-3 0,78 0,00 0,78 100

Rata-rata 0,57 0,00 0,57 100

Berdasarkan table 4.2 hasil pengukuran kadar amonia (NH3) pada

smoking area dengan nilai pengu kuran rata-rata sebelum perlakuan

0,57 ppm dan hasil rata-rata setelah dengan modifikasi smoke filter

terjadi penurunan 0,00 ppm, sedangkan hasil penurunan 0,57 ppm

dengan presentase penurunan sebesar 100%.

4.1.2. Analisis Bivariat

Analisi bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetaui

penggunaan kadar karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3)

menggunakan alat smoke filter di smoking area.


54

Pengujian data dari hasil uji normalitas menggunakan alat smoke

filter di smoking area dapat dilihat pada table berikut :

Table 4.3 Hasil Uji Normalitas

Uji shapiro
Variabel Normalitas
wilk
CO sebelum perlaukuan 0,0001 Tidak Normal
CO sesudah perlakuan 0,0001 Tidak Normal
NH3 sebelum perlakuan 0,0001 Tidak Normal
NH3 sesudah perlakuan - -

Berdasarkan table 4.3 hasil uji normalitas karbon monoksida (CO)

sebelum perlakuan diketahui nilai uji Shapiro Wilk sebesar 0,0001dan

karbon monoksida (CO) sesudah perlakuan yaitu 0,0001, sedangkan hasil

amonia (NH3) sebelum perlakuan diketahui nilai Shapiro Wilk 0,0001.

a. Hasil Penyajian Uji Wilcoxon Monoksida (CO)

Penyajian data dari hasil uji Wilcoxon penggunaan alat smok

filter pada tabel sebagai berikut :

Table 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Karbon Monoksida (CO)

Variabel N ̅x SD P.Value

Sebelum perlakuan 3 27,00 10,39


0,102
Sesudah perlakuan 3 5,33 1,15

Berdasarkan hasil 4.4diatas hasil uji Wilcoxon dengan

menggunakan perangkat komputer diperoleh hasil nilai signifikasi

sebesar 0,102, dimana nilai p.value > 0,05 yang artinya Ho gagal

ditolak sehingga tidak ada perbedaan rata-rata kadar karbon

monoksida (CO) pada asap rokok sebelum dan sesudah

penggunaan alat smoke filter dengan media zeolit dan arang aktif.
55

b. Hasil Penyajian Uji Wilcoxon Amonia (NH3)

Penyajian data dari hasil uji Wilcoxon penggunaan alat smoke filter

pada tabel sebagai berikut :

Table 4.5 Hasil Uji wilcoxon amonia (NH3)

Variabel N ̅x SD P.Value
Sebelum perlakuan 3 0,56 0,18
0,102
Sesudah perlakuan 3 0,00 0,00

Berdasarkan hasil tabel 4.5 hasil uji Wilcoxon dengan

menggunakan perangkat komputer diperoleh hasil nilai signifikasi

sebesar 0,102, dimana nila p.value > 0,05 yang artinya Ho gagal

ditolak sehingga tidak ada perbedaan rata-rata kadar amonia (NH3)

pada asap rokok sebelum dan sesudah penggunaan alat smoke filter

dengan media zeolit dan arang aktif.

4.2. Pembahasan

Penelitian memanfaatkan 2 media yaitu arang aktif batok kelapa

sebanyak 1,5 kg yang berfungsi menyerap senyawa hasil pembakaran

dan zeolit yang berupa butiran dengan berat 1,5 kg yang berfungsi

mengikat gas diudara, kemudian media di aplikasikan ke dalam alat dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1 Pengaplikasian Media


56

Pada Gambar 4.1 terdapar 1 balok dengan panjang 14 cm, lebar 13

cm dan tinggi 13 cm. alat yang diberi nama smoke filter terdapat exhaust

fan sebagai penghisap asap rokok di luar kemudian dihisap untuk difilter

ke-2 media yang telah dirancang didalamnya, yaitu arang aktif sebagai

pengikat kandungan asap atau gas hidrogen, metana dan monoksida.

Media kedua yaitu batu zeolit yang berfungsi untuk untuk permurnian

kandungan asap atau gas hidrogen, metana dan karbon monoksida

(Nouval Abdulah dkk, 2019)

Menurut Sholihah dkk (2015) penggunaan arang aktif dapat

digunakan mempengaruhi hasil asap mainstream (asap rokok pada saat

perokok menghembuskan asapnya setelah menghisap rokok) dari hasil

pembakaran setiap batang rokok. Hal ini dikerenakan arang batok kelapa

menghasilkan karbon aktif yang berkualitas dengan kandungan karbon

sangat banyak.

Hasil penelitian menggunakan smoke filter dengan media arang aktif

dan zeolit mengalami penurunan dengan persentase kadar karbon

monoksida (CO) sebanyak 80,37% dan kadar amonia (NH3) 100%.

Berdasarkan data diatas terlihat ada penurunan rata-rata kadar karbon

monoksida (CO dan kadar amonia NH3 meskipun hasil ini belum dapat

dibuktikan secara statistik.

Setelah melewati dua filter asap rokok akan difilter kemudian asap

rokok masuk melewati media arang aktif dan zeolit, asap rokok yang telah

melewati 2 media akan keluar dari sekatan filter yang mengeluarkan gas

yang bersih dan aman bagi perokok pasif, perokok aktif dan lingkungan,
57

asap rokok yang akan dikeluargan ada 2 opsi yaitu asap kembali lagi

kedalam ruangan smoking area atau asap akan keluar ke luar ruangan.

Rokok yang digunakan 2 jenis rokok yang berbeda yang diharapkan

dalam proses pengasapan menjadi asap yang random seperti di smoking

area pada umumnya yang digunakan bermacam-macam orang yang

mengonsumsi rokok memiliki selera dan jenis yang berbeda-

beda.Penggunaan alat smoke filter sudah menunjukan adanya penurunan

kadar karbon monoksida (CO) dan kadar amonia (NH 3) namun untuk

analisis data yang telah dilakukan tidak memberikan pengaruh terhadap

penurunan dikarenakan keterbatasan data dan hanya dilakukan 3 kali

pengamatan.

4.2.1. Penggunaan Alat Smoke Filter Untuk Menurunkan Kadar Karbon

Monoksida (CO)

Pengukuran kadar karbon monoksida (CO) didapat kan hasil dengan

nilai rata-rata sebelum perlakuan 27 ppm dan hasil rata-rata setelah

penggunaan alat smoke filter yaitu 5,3 ppm sedangkan untuk rata-rata

hasil penurunan adalah 21,7 ppm dengan persentase penurunan sebesar

80,37%. Penurunan kadar karbon monoksida (CO) dipengaruhi salah

satu media filter yang terdapat pada alat smoke filter yaitu berupa zeolite

berfungsi mengikat gas diudara dan arang aktif yang berfungsi menyerap

senyawa hasil pembakaran rokok, hal ini dapat dibuktikan melalui

penelitian sebelumnya.

Menurut Nurullita & Mifbakhuddin (2015) nilai rata-rata penurunan

karbon monoksida pada kelompok karbon aktif tempurung kelapa adalah

6,8 ppm, sedangkan pada kelompok kulit durian 77,48 ppm. Persentasi
58

penurunan gas karbon monoksida (CO) dengan absorben tempurung

kelapa adalah 62,6%, sedangkan kulit durian adalah 70,6%.

Dari hasil univariat diketahui adanya penurunan kadar karbon

monoksida (CO) dengan rata-rata sebesar 21,7 Hal ini belum dapat

dibuktikan secara statistic dengan nilai p.value 0,102 sehingga Ho

diterima, oleh kerena itu dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata

kadar karbon monoksida (CO) sebelum dan sesudah perlakuan.

Menurut Cahyono (2017) karbon monoksida (CO) pada rokok 10-20

ppm dengan pemanfaatan alat smoke filter yang telah dirancang kadar

karbon monoksida (CO) menjadi 4-6 ppm dengan menggunakan media

yang arang aktif batok kelapa dengan zeolit alam yang telah di aktivasi.

Kadar karbon monoksida (CO) dengan konsentrasi sebanyak 10 ppm

pada dasarnya dapat mengganggu sistem saraf sentral dan konsentrasi

20 ppm dapat menyerang atau mempengaruhi panca indra, namun hal ini

tidak akan berpengaruh apabila kadar karbon monoksida (CO) hanya

terpapar sebentar saja namun kadar karbon monoksida (CO) dapat

berpengaruh apabila terhirup dengan jangka waktu yang lama.

4.2.2. Penggunaan Alat Smoke Fiter Untuk Menurunkan Kadar Amonia

(NH3)

Pengukuran kadar amonia (NH3) didapat kan hasil dengan nilai rata-

rata sebelum perlakuan 0,57 ppm dan hasil rata-rata setelah penggunaan

alat smoke filter yaitu 0,00 ppm sedangkan untuk hasil penurunan adalah

0,57 ppm dengan persentase penurunan sebesar 100 %. Dalam

penurunan kadar amonia (NH3) menggunakan smoke filter menunjukan

adanya penurunan dikerenakan adanya beberapa pengaruh yaitu tidak


59

terdekteksinya kadar amonia (NH3) atau tidak terserapnya kadar amonia

(NH3) oleh exhaust fan yang berfungsi memfiter asap rokok.

Dari hasil univariat diketahui adanya penurunan kadar amonia (NH 3)

dengan rata-rata sebesar 0,57. Hal ini belum dapat dibuktikan secara

statistic dengan nilai p.value 0,102 sehingga Ho diterima, oleh kerena itu

dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata kadar amonia (NH3)

sebelum dan sesudah perlakuan.

Menurtut Cahyono (2017) amonia (NH3) pada rokok 80 ppm dengan

pemanfaatan alat smoke filter yang telah dirancang kadar amonia (NH3)

menjadi 0 ppm dengan menggunakan media yang arang batok kelapa

dengan zeolit alam yang telah di aktivasi.

4.3. Keterbatasan Penelitian

a. Penggunaan alat smoke filter masih kurang dalam pendesainan

media, masih ada media yang tidak tersekat dengan baik sehingga

media masih berserakan.

b. Pengaplikasian media kurang sehingga masih terdapat ¼ ruangan

media yang tidak terisi penuh dengan media.

c. Pada uji normalitas dalam analisi komputer data penelitian NH 3

sesudah tidak terbaca dikerenakan banyaknya sampel nilai yang

konstan.

d. Lokasi yang belum memenuhi syarat ruangan smoking area yang

sebenarnya.

e.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

a. Hasil karbon monoksida (CO) pada asap rokok sebelum dan sesudah

perlakuan 27 ppm dan 5,3 ppm dengan jumlah penurunan 21,7 ppm.

b. Hasil rata-rata amonia (NH3) pada asap rokok sebelum dan sesudah

perlakuan 0,57 ppm 0,00 ppm dengan jumlah penurunan 0,57 ppm.

c. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata kadar

karbon monoksida (CO) dan amonia (NH3) pada asap rokok sebelum

dan sesudah penggunaan alat smoke filter dengan nilai p.value

sebesar 0,102.

5.2. Saran

a. Bagi instasi pendidikan

Diharapkan penelititian ini dapat menjadikan sebagai sumber informasi

tambahan dalam pembelajaran serta dapat menjadi bahan tambahan

perpustakaan.

b. Bagi masyarakat

Alat smoke filter menjadi solusi bagi penurunan kadar karbon

monoksida (CO) dan amonia (NH3) pada asap rokok di tempat-tempat

yang menyediakan smoking area.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Diharapkan mendesain alat dengan sederhana dan mudah

diaplikasikan di masyarakat.

60
61

2. Diharapkan memodifikasi kembali alat smoke filter dalam

pemfilteran asap rokok dalam sekala besar.

3. Diharapkan mengukur kadar gas lainnya yang terdapat di asap

rokok seperti karbon dioksida (CO2), metan, asetile dan lainya.


DAFTAR PUSTAKA

Aeron, A., & Nugroho, E. A. (2012). Analisa Persepsi Konsumen Perokok Dan
Non Perokok Terhadap Sebarapa Pentingnya Fasilitas Smoking Area Di
Restoran. Jurnal Pospitalisasi dan Manajemen Jaza, 2(2), hal : 192-195.

Abdul, Rahman mohamed (2015) Pengenalan kepada pencemaran udara.


Universiti sains Malaysia

Arum, S. (2015). Efektivitas Arang Aktif, Zeolit, dan Bentonit Terhadap


Penurunan Kadar Mg2+ dan Mn2+ Dalam Tiga Sumber Air. Universitas
pasudan bandung.

Cahyono, T. (2017). Penyehatan Udara. Yogyakarta: ANDI.

Darmayanto. (2009). Pengunaan Serbuk Tulang Ayam Sebagai Penurun


Intensitas Warna Air Gambut. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Husmain, A. (2006). Rahasia & Cara Empatik Berhenti Merokok. Depok: Pustaka
IIMaN.

Kemenkes RI. (2019). Jangan Biarkan Rokok Merenggut Napas Kita. Jakarta :
Kemenkes Ri
Kemenkes Ri. (2017). Merokok, Tak ada Untungnya Banyak Sengsaranya.
Jakarta : Kemenkes Ri
Kemenkes Ri. (2018) Situasi Umum Konsumsi Tembakau Di Indonesia. Jakata
Selatan : Pusat Data Dan Informasi
Maryanto, D., Mulasari, S., & Suryani, D (2009). Penurunan Kadar Emisi Gas
Buang Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan Arang Aktif pada
Kendaraan Bermotor Di Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahla .
Marzuarman, & Faizi, M. N. (2018). Prototype Peneltralisir Asap Rokok pada
Ruangan Menggunakan Metode Corona Discharge. Jurnal Inovtek
Polbeng, Vol. 8.
Mukono, H. (2014). Pencemaran Udara dalam Ruangan. Surabaya: Airlangga
University Press.

Nahla Mustafa Kamal (2015) Studi tingkat kualitas udara pada kawasan mall
penahukang di makasar. Universitas Hasanuddin.

Nouval, A., Asep, S,. & Suwandi. (2019) Perancangan Dan Realisasi Alat
Penyaring Hidrogen, Metana Dan Karbon Monoksida Yang Terkandung
Dalam Asap Rokok Berbasis Arduino Uno. Universitas Telkom.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.
Nurullita, U., & Mifbakhuddin. (2015). Adsorbsi Karbon Monoksida (CO) Dalam
Ruangan Dengan Karbon Aktif Tempurung Kelapa Dan Kulit Durian.
Universitas Muhamamadiyah Semarang.

Nurrahman (2014) Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukkan


kanker manusia, prosing seminar nasional. universitas cokroaminoto
palopa.

Peraturan Pemerintah RI. (2003). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no


19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta.

Peraturan pemerintah RI No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara. (t.thn.). Jakarta.

Rochka, M. M., Anwar, A. A., & RamadhanI, S. (2019). Kawasan Tanpa Rokok Di
Fasilitas Umum. Jawa Timur: Uwis Inspirasi Indonesia.

Satra, R., & Ranchman, A. (2016). Pengembangan Sistem Monitoring


Pencemaran Udara Berbasis Protocol Zigbee dengan Sensor CO. Jurnal
Ilmiah ILKOM, 8 (1).

Seodarto. (2013). Lingkungkan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Sholihah, F.B., Wardoyo, P. Y. A., & Yuana, F. (2015). Pemanfaatan Batok


Kelapa Sebagai Filter Rokok Terhadap Emisi Partikel Ultrafine pada Asap
Mainstream Rokok. Universitas Brawijaya

Sugiarti. (2009). Gas Pencemar Udara dan Pengaruh Bagi Kesehatan Manusia.
Jurnal Chemical, 10 (1), 50-58.

Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


Jakarta.

World Health Organization (WHO). 2019. Tubuh Tembakau. Indonesia : Bahasa


Translation by WHO Country Office of Indonesia.
DOKUMENTASI

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12
13 14 15

18
16 17

Keterangan Gambar :

1. Alat yang digunakan


2. Exhaus fan sebagai penyedot asap
3. Alat pendeteksi gas (Gas detector)
4. Pembuatan kerangka exhausfan.
5. Proses pengukuran tiap-tiap triplek sebagai dinding smoke filter.
6. Pemasangan dinding alat smoke filter.
7. Pemasangan kawat kasa sebagai skat antar media dan udara bersih.
8. Proses pemasangan mika kaca sebagai pemantau jalannya pemfiteran.
9. Prosen membuat penutup smoke filter.
10. Penimbangan zeolit alam.
11. Pencucian zeolit.
12. Proses aktifasi zeolit dengan pengovenan selama 8 jam.
13. Penimbangan KMnO4.
14. Proses aktifasi arang aktif menggunakan KMnO4.
15. Pengaplikasian media ke dalam alat smoke filter.
16. Pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) sebelum perlakuan.
17. Pemeriksaan kadar amonia (NH3) sebelum perlakuan.
18. Pemeriksaan kadar (CO) dan kadar (NH3) sesudah perlakuan
LAMPIRAN HASIL UJI STATISTIK

a. Uji Normalitas

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

kadar co sebelum percobaan ,385 3 . ,750 3 ,000

kadar CO sesudah
,385 3 . ,750 3 ,000
perlakuan

kadar NH3 sebelum


,385 3 . ,750 3 ,000
perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kadar co sebelum percobaan 3 27,00 10,392 21 39

kadar NH3 sebelum


3 ,5667 ,18475 ,46 ,78
perlakuan

kadar CO sesudah
3 5,33 1,155 4 6
perlakuan

kadar NH3 sesudah


3 ,00 ,000 0 0
perlakuan

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 3a 2,00 6,00

kadar CO sesudah Positive Ranks 0b ,00 ,00


perlakuan - kadar co
sebelum percobaan Ties 0c

Total 3

Negative Ranks 3d 2,00 6,00

kadar NH3 sesudah Positive Ranks 0e ,00 ,00


perlakuan - kadar NH3
sebelum perlakuan Ties 0f

Total 3

a. kadar CO sesudah perlakuan < kadar co sebelum percobaan

b. kadar CO sesudah perlakuan > kadar co sebelum percobaan

c. kadar CO sesudah perlakuan = kadar co sebelum percobaan

d. kadar NH3 sesudah perlakuan < kadar NH3 sebelum perlakuan

e. kadar NH3 sesudah perlakuan > kadar NH3 sebelum perlakuan

f. kadar NH3 sesudah perlakuan = kadar NH3 sebelum perlakuan

Test Statisticsa

kadar CO sesudah perlakuan - kadar NH3 sesudah perlakuan -


kadar co sebelum percobaan kadar NH3 sebelum perlakuan

Z -1,633b -1,633b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,102 ,102

Anda mungkin juga menyukai