Anda di halaman 1dari 50

EVALUASI PROSES REGENERASI RESIN PADA MIXBED

POLISHER DENGAN LARUTAN HCL DEMIN PLANT di PT.


DOMAS AGROINTI PRIMA

KARYA AKHIR

Oleh:
AGUS SWARANTA LUMBANGAOL
NIM. 20 03 003

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
2023
LEMBAR PENGESAHAN

“EVALUASI PROSES REGENERASI RESIN PADA MIXBED POLISHER


DENGAN LARUTAN HCL DEMIN PLANT di PT. DOMAS AGROINTI
PRIMA”

KARYA AKHIR
Diajukan Oleh :
AGUS SWARANTA LUMBANGAOL
NIM. 20 03 003

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing I

(Dr.TENGKU RACHMI HIDAYANI, M.Si ) Tanggal :


NIP. 198803152014022001

Pembimbing II

(Ir.IRWAN RACHMIADJI, M.M) Tanggal :


NIP.196004301986031004

Medan, Agustus 2023


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit
Ketua Tim Karya Akhir

(Dr. TENGKU RACHMI HIDAYANI, M.Si.)


NIP. 198803152014022001

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya tulis saya, karya akhir dengan judul “EVALUASI PROSES
REGENERASI RESIN PADA MIXBED POLISHER DENGAN
LARUTAN HCL DEMIN PLANT di PT. DOMAS AGROINTI PRIMA”
adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di Politeknik Teknologi Kimia Industri, maupun di
Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ii murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Di dalam karya akhir ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang
telah di tulis atau dipunlikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis
dengan jelas dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Medan, Agustus 2023


Saya Yang Menyatakan,

Agus Swaranta Lumbangaol


NIM. 20 03 003

iii
BIODATA MAHASISWA
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Agus Swaranta Lumbangaol
2. NIK : 1208012108020003
3. Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 21 Agustus 2002
4. Jenis Kelamin : Laki – laki
5. Agama : Kristen Protestan
6. Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit
7. Jalur Pendaftaran : Jarvis Bersama
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Jenis Pendaftaran : Baru
10. Alamat : Jl. Flamboyan VI No. 330, Nusa Harapan,
Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun
11. No. Telepon : 0858-3610-8647
12. Email : aguslumbangaol21@gmail.com
13. Jenis Tinggal : Kost
14. Alat Transportasi : Angkutan Umum

B. DATA ORANG TUA/WALI


1. AYAH
A. Nama : Bisman
B. NIK : 1208012506600001
C. Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 25 Juni 1960
D. Pendidikan : SMA Sederajat
E. Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
2. IBU
A. Nama : Elisabeth Manurung
B. NIK : 1208015111690001
C. Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 11 November 1969
D. Pendidikan : SMA Sederajat
E. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

iv
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah ion Ca 2+ yang terikat


pada resin Mixbed Polisher selama proses regenerasi resin di PT. Domas Agrointi
Prima. Perhitungan dimulai dengan menghitung Normalitas HCl berdasarkan
jumlah pemakaian chemical sebesar 156,2 L, yang kemudian dikonversikan
menjadi Molaritas dan molalitas. Ion Ca 2+ diidentifikasi sebagai ion dominan
dalam proses regenerasi resin.
Dalam proses penghitungan, jumlah mol H + dihitung berdasarkan rumus
Molaritas HCl dikalikan dengan Volume HCl, menghasilkan 25.247,883 mol H+.
Jumlah ion Ca2+ yang terikat pada resin kemudian dihitung dengan membagi
jumlah mol ion H+ dengan faktor 2, mengingat 1 ion Ca2+ bereaksi dengan 2 ion
H+, menghasilkan 12.713,9415 mol ion Ca2+ yang terikat pada resin.
Hasil data setelah regenerasi meliputi pH 7,72, Conductivity 0,403 μS,
Silika 0,25 ppm, dan Kalsium 2.10-4 ppb. Proses pertukaran ion terjadi melalui
reaksi kimia antara ion dalam larutan dan ion dalam resin padat. Proses
demineralisasi melibatkan pertukaran ion Ca 2+ dan Cl- dalam air dengan ion H+
dan Cl- dalam resin. Kualitas air meningkat setelah regenerasi, sesuai dengan
standar yang ditetapkan, terlihat dari peningkatan nilai pH dan pemenuhan standar
nilai conductivity, SiO2, dan Ca2+.

Kata Kunci : Anion, Kation, Ca2+, Air, Resin, Regenerasi, Mixbed Polisher.

v
ABSTRACT

This study aims to calculate the quantity of Ca2+ ions bound to resin during the
resin regeneration process at PT. Domas Agrointi Prima. The calculation begins
by determining the Normality of HCl based on the usage of 156.2 L of chemicals,
which is then converted into Molarity and molality. Ca 2+ ions are identified as the
predominant ions in the resin regeneration process.

In the calculation process, the number of mol H+ is computed based on the


formula Molarity of HCl multiplied by the volume of HCl, resulting in 25,247.883
mol of H+. The quantity of Ca2+ ions bound to the resin is then calculated by
dividing the number of mol of H + ions by a factor of 2, considering that 1 Ca 2+ ion
reacts with 2 H+ ions, yielding 12,713.9415 mol of Ca2+ ions bound to the resin.

The post regeneration data includes a pH of 7.72, Conductivity of 0.403 μS, Silica
of 0.25 ppm, and Calcium of 2.10-4 ppb. The ion exchange process involves
chemical reactions between ions in the solution and ions in the solid resin. The
demineralization process entails the exchange of Ca 2+ and Cl- ions in the water
with H+ and Cl- ions in the resin. Water quality improves post-regeneration, as
evidenced by the increase in pH value and the compliance with standards for
conductivity, SiO2, and Ca2+ values.

Keywords : Anion, Kation, Ca2+, Water, Resin, Regeneration, Mixbed Polisher.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal karya akhir ini, penulis banyak mendapakan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Poltak Evencus Hutajulu, ST, MT selaku Direktur Politeknik
Teknologi Kimia Indsutri Medan
2. Pembantu Direktur I, II, dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan.
3. Ibu Tengku Rachmi Hidayani, M.Si selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Kelapa Sawit beserta sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
membantu penulis dalam memberikan arahan sehingga penulisan karya
akhir ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Meutia Mirnandaulia, ST.MT selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis Kelapa Sawit.
5. Bapak Ir. Irwan Rachmiadji, M.M. selaku dosen wali beserta selaku Dosen
Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan
sehingga penulisan karya akhir ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Mahyana, SE selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
7. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan pegawai Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan, khususnya jurusan Agribisnis Kelapa Sawit.
8. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Domas Agrointi Prima terkhusus Plant
Utility (Bapak Umar & Bapak Faisal Selaku Manager Plant Utility) yang
telah memberikan kesempatan, bimbingan dan dorongan serta fasilitas
kepada Penulis dalam melakukan penelitian sehingga Karya Akhir ini
dapat selesai dengan baik.
9. Teristimewa kepada orang tua dan saudara penulis, Bapak Bisman dan Ibu
Elisabet Br. Manurung dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan,
memberi semangat, dan motivasi kepada Penulis

vii
10. Seluruh teman-teman seperjuangan Agribisnis Kelapa Sawit angkatan
2020, terkhusus kelas AKS A yang telah memberikan dukungan dan
membantu dalam penyusunan Karya Akhir ini.

Penulis juga menyadari dalam penulisan karya akhir ini masih


banyak terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya
penulis berharap semoga karya akhir ini dapat bermanfaat unuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Medan, Juli 2023


Penulis,

Agus Swaranta Lumbangaol


NIM. 20 03 003

viii
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

PERNYATAAN....................................................................................................iii

BIODATA MAHASISWA...................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

ABSTRACT...........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian.....................................................................................2
1.3.2 Manfaat Penelitian...................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................3

2.1 Landasan Teori...............................................................................................3


2.1.1 Air............................................................................................................3
2.1.2 Sifat Mutu Air..........................................................................................5
2.1.3 Sistem Pengolahan Air di PT Domas Agrointi Prima.............................7
2.1.4 Resin......................................................................................................14
2.1.4 Mixbed...................................................................................................16
2.1.5 Proses Pada Mixbed...............................................................................16
2.1.6 Proses Regenerasi Pada Mixbed............................................................17
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan...................................................................18
2.3 Kerangka Konseptual...................................................................................19

ix
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................21

3.1 Tempat dan Waktu.......................................................................................21


3.1.1 Tempat Penelitian..................................................................................21
3.1.2 Waktu Penelitian....................................................................................21
3.2 Pengumpulan Data.......................................................................................21
3.2.1 Alat dan Bahan......................................................................................21
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................22
3.4 Analisa Data.................................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................25

4.1 Data..............................................................................................................25
4.2 Pengolahan Data...........................................................................................25
4.2.1 Konversi Ca+ dengan satuan (ppb) menjadi satuan (ppm).....................25
4.2.2 Menghitung Konsentrasi HCl................................................................26
4.3 Pembahasan..................................................................................................29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................30

5.1 Kesimpulan...................................................................................................30
5.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

LAMPIRAN..........................................................................................................33

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pretreatment........................................................................................7
Gambar 2. 2 Clarifier...............................................................................................9
Gambar 2. 3 Basin....................................................................................................9
Gambar 2. 4 Sand Filter.........................................................................................10
Gambar 2. 5 Utility Water Tank............................................................................10
Gambar 2. 6 Demineralisasi...................................................................................11
Gambar 2. 7 Operasi Saringan Kation dan Anion.................................................13
Gambar 2. 8 Kerangka Konseptual........................................................................20

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Proses Penjernihan Air Baku..................................................................8

Tabel 4. 1 Data Untuk Mengkonversi Ca2+ 25


Tabel 4. 2 Data Setelah Konversi...........................................................................26
Tabel 4. 3 Data Setelah Dilakukan Regenerasi......................................................28

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Air merupakan senyawa H2O adalah bagian yang paling penting dalam
kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Hampir 85% tubuh
manusia mengandung air dan semakin tinggi tingkat aktivitas maka semakin
tinggi pula air yang dibutuhkan. Manfaat dan fungsi air dalam tubuh manusia
adalah sebagai media penghantar nutrisi, vitamin, mineral, oksigen ke organ
dan sel-sel tubuh (Ambarwati, 2014).
Air juga sangat dibutuhkan pada proses di dunia industri. Misalnya pada
proses PT. Domas Agrointi Prima. Air merupakan kebutuhan pendukung
yang ada di industri tersebut. PT. Domas Agrointi Prima menggunakan air
permukaan sungai sebagai raw material. Air permukaan yang diambil dari
sungai harus melewati proses pretreatment terlebih dahulu lalu memasuki
proses demineralisasi. Pada proses pretreatment dilakukan dengan metode
secara fisik dan kimia. Dimana pada metode fisik terdiri dari flokulasi,
sedimentasi, dan filtrasi. Sedangkan pada metode kimia terdiri dari koagulasi
dan disinfeksi. Air yang keluar dari proses ini disebut dengan Water Utility.
Water Utility ini kemudian didistribusikan untuk kebutuhan domestik pabrik
dan juga sebagai air umpan semi demin dan demin (demineralisasi).
Proses demineralisasi bertujuan untuk mengurangi mineral yang ada pada
air, pada proses ini dibutuhkan resin-resin untuk menukar mineral yang ada
pada air menjadi H2O. Resin yang digunakan pada proses demineralisasi di
PT. Domas Agrointi Prima adalah resin kation Amberjet 1200 Na dan Resin
Anion Amberjet 4200 Cl. Mixbed merupakan suatu tangki yang berisi kation
dan anion dan untuk memastikan kadar mineral yang ada didalam air benar-
benar sudah sangat kecil. Regenerasi dilakukan apabila resin kation dan anion
yang ada didalam tangi sudah mulai jenuh. Regenerasi dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl dan NaOH. Untuk mengetahui berapa jumlah
larutan HCl yang akan digunakan pada proses regenerasi, maka penulis
mengambil judul karya akhir :

1
2

“EVALUASI PROSES REGENERASI RESIN PADA MIXBED


DENGAN LARUTAN HCl DI PT. DOMAS AGROINTI PRIMA”

1.2 Perumusan Masalah


a. Berapa banyak jumlah Ca2+ yang ada pada resin pada proses regenerasi
resin di PT. Domas Agrointi Prima ?
b. Apakah air yang diproses memenuhi standart setelah dilakukan regenerasi
di PT. Domas Agrointi Prima ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk menghitung jumlah Ca2+ yang ada pada resin pada proses
regenerasi resin di PT. Domas Agrointi Prima.
b. Untuk mengetahui kualitas air sesuai standart setelah dilakukan
regenerasi di PT. Domas Agrointi Prima

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Dapat mengetahui jumlah Ca2+ yang ada pada resin pada proses
regenerasi resin di PT. Domas Agrointi Prima.
b. Dapat mengetahui kualitas air sesuai standart setelah dilakukan
regenerasi di PT. Domas Agrointi Prima
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Air

Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan


manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,
masak, mandi, mencuci, pertanian, industri, perikanan, rekreasi, dll. Air meliputi
70% dari permukaan bumi, tetapi di banyak negara persediaan air terdapat dalam
jumlah terbatas (Chandra, 2007). Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi
juga mutu air diperlukan untuk penggunaan tertentu, seperti air yang cocok
digunakan dalam industri atau untuk diminum. Oleh karena itu penanganan air
tertentu diperlukan untuk persediaan air yang didapat dari sumber air tanah atau
sumber-sumber di permukaan. Air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Pramesti, 2020)
Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan air dari masyarakat. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan
air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan
air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60
liter/hari. Jadi untuk negara-negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti
lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang (Triono,
2018).
Air murni adalah zat cair yang tidak memiliki rasa, bau, warna, yang
terdiri dari hydrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. karena air suatu
larutan yang bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah ataupun buatan
manusia hingga tingkat tertentu terlarut didalamnya (Herlambang, 2006).
Masalah air baku untuk industri air minum menjadi sangat penting karena
kualitas air minum yang dipengaruhi oleh kualitas air baku tersebut akan
berpengaruh kepada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. Air minum
memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan
dengan proses biologis tubuh yang dapat menentukan kualitas kehidupan manusia.
Lebih dari 70% tubuh terdiri dari air dan lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh

3
4

memerlukan air sebagai mediumnya. Bila air minum manusia itu tidak berkualitas
baik, maka jelas akan mengganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan
gangguan fungsional. Sebagian besar, air baku untuk penyediaan air bersih
diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu
langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan
kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-
partikel kecil dan koloid yang berukuran sangat kecil. Partikel-partikel koloid
tersebut tidak lain adalah tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan sebagainya
(Puspita, 2016).
Di alam ini ada tiga macam sumber air yaitu: air hujan, air dalam tanah, air
dipermukaan (Martin Dermasetiawan, 2001).
a. Air Hujan Bagi daerah yang tidak memiliki sumber air atau hanya
memiliki sedikit sumber air tanah maupun sumber air permukaan, maka
air hujan merupakan sumber air yang sangat penting. Air hujan dapat
dipercaya kemurniannya karena sudah memenuhi syarat-syarat
bakteriologi, fisik, dan kimia. Air hujan yang sudah terkumpul 2-3 hari
kemurniannya tidak terjamin lagi.
b. Air Dalam Tanah Air tanah merupakan sumber air dalam bentuk mata air.
Air ini berasal dari kulit bumi yang telah mengalami penyaringan oleh
lapisan tanah. Air dalam tanah ini dua macam mata air yaitu : mata air
arthesis dan mata air biasa.
- Mata air Arthesis Airnya berasal dari lapisan kulit bumi (tanah) dalam,
tidak dipengaruhi oleh musim hujan, musim kemarau serta musim
lainnya.
- Mata Air Biasa Airnya berasal dari dalam tanah dan juga air
permukaan yang meresap kedalam tanah melalui lapisan tanah yang
tidak kuat keluar sebagai mata air, mata air tidak dipengaruhi oleh
musim, pada musim hujan, air yang keluar banyak sebaliknya pada
musim kemarau sedikit kadang-kadang menjadi kering.
c. Pada umumnya air permukaan sudah mengalami pencemaran, sedangkan
derajat pencemarannya tergantung lokasi daerahnya. Sumber air
permukaan ini dapat berupa sungai, danau, air saluran irigasi (Igwe, 2017).
5

2.1.2 Sifat Mutu Air

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang
terdiri dari Hidrogen dan Oksigen. Karena air bersifat universal, maka yang paling
alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat-tingkat tertentu ada zat yang
terlarut didalamnya. Di samping ini akibat daur hidrologi air juga mengandung
berbagai zat lainnya termasuk gas, zat-zat ini sering disebut pencemar yang
terdapat di dalam air (Wardhana, 2006). Dalam penelitian mutu air, pencemar di
dalam air biasanya di klasifikasikan atas: fisik dan kimia (Ginting, 2007)
A. Sifat Fisik Air
a. Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh
air dan menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung
didapat dengan menyaring suatu contoh air. Perbedaan bahan padat
keseluruhan dan bahan padat terapung merupakan bahan padat terlarut.
Konsentrasi bahan padat terlarut keseluruhan, bersama-sama suatu
analisis kimiawi terperinci, dipergunakan untuk menguji kecocokan
berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya industri
dan pertanian.
b. Kekeruhan, yaitu mengurangi kejernihan air dan akibatnya oleh
pencemarpencemar yang terbagi halus, darimanapun asalnya, yang ada
dalam air. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, lanau,
partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya
(Yuniarti, 2007). Air yang tingkat kekeruhan melebihi dari bak mutu
bagi kesehatan yaitu timbulnya berbagai jenis penyakit seperti diare,
cacingan, dan penyakit kulit (Rachmansyah, 2014).
c. Warna yang banyak diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu dari bahan
organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau
tumbuh-tumbuhan yang membusuk.
d. Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang
membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya
dengan melarutkan warna, rasa dan bau.
e. Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan
penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar
6

serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air


tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang
menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan yang disadap dari suatu
waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya.

B. Sifat – Sifat Kimia Air


a. Kesadahan
Kesadahan adalah salah satu parameter kimia tentang kualitas air
bersih dengan tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh
jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Tingginya kandungan
mineral kalsium dan magnesium dalam air yang jika direbus akan
meninggalkan endapan atau karat pada peralatan logam atau sukar
untuk dipakai ketika mencuci. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 persyaratan kualitas air bersih yaitu
maksimal 500 mg/l. Dampak apabila tingkat kesadahan melebihi dari
baku mutu adalah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
jantung dan batu ginjal (Nyoman, 2018).
b. Mangan (Mn)
Mangan (Mn) adalah salah satu unsur logam yang termasuk dalam
golongan VII yang berwarna kelabu-kemerahan. Kandungan mangan
dalam air dapat diketahui karena menimbulkan rasa, warna
(coklat/ungu/hitam), dan kekeruhan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 persyaratan kualitas air bersih,
kandungan mangan yang diizinkan dalam air adalah 0,5 mg/l. (Febrina,
2015).
c. Derajat Keasaman dan Basa (pH)
Derajat Keasaman (pH) adalah salah satu sifat kimia yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan oleh suatu larutan
(Mashadi, 2018). pH asam (< 6,5) akan meningkatkan korosifitas pada
benda – benda logam dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia
menjadi racun sehingga mengganggu kesehatan (Munfiah, 2013).
7

2.1.3 Sistem Pengolahan Air di PT Domas Agrointi Prima

Pada PT. Domas Agrointi Prima, air digunakan sebagai pendukung proses
pada setiap plant yang ada dipabrik tersebut. Air yang digunakan bersumber dari
air permukaan sungai dimana air tersebut masih mengandung kotoran – kotoran
sehingga diperlukan treatment untuk mengilangkan kotoran – kotoran yang ada
pada air tersebut.
Pengolahan air di PT. Domas Agrointi Prima dibagi atas dua pengolahan
yaitu Pretreatment dan Demineralisasi. Pretreatment bertujuan untuk mengurangi
pengotor/kontaminan yang terkandung di dalam air. Pada air sungai pengotor
yang berupa koloid – koloid tersebut tidak dapat mengendap sehingga diperlukan
suatu cara untuk mengendapkan pengotor/koloid tersebut. Proses pretreatment
terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Air yang keluar dari
proses ini akan disimpan pada tangki WU (Water Utility), air yang ada pada
tangki tersebut adalah air yang digunakan pada domestik pabrik seperti air pada
kamar mandi yang ada dipabrik dan digunakan juga sebagai air umpan untuk
pengolahan air demin.
Demineralisasi atau demin plant adalah peralatan yang menghasilkan air
murni atau air bebas mineral. Umumnya peralatan dalam plant ini terdiri dari
saringan carbon active, kation, tangki degasisifier, anion, dan mixbed polisher.
Masing – masing dilengkapi dengan tangki HCl dan NaOH. Pada proses ini
terjadi pertukaran ion dimana ion – ion kation seperti Calsium, magnesium dan
natrium pada air akan ditukarkan dengan ion Hidrogen yang ada pada resin kation
dan ion – ion negatif seperti silica, sulphate dan khlorida pada air akan ditukar
dengan ion hidroksida yang ada pada resin anion. Air yang keluar dari proses ini
akan disimpan pada tangki air demin. Pada PT. Domas Agrointi Prima, air demin
salah satunya digunakan untuk proses pengolahan seperti Fatty Acid Plant sebagai
campuran bahan baku (CPKO dan RBDPS) untuk proses pada unit spliting untuk
membantu reaksi hidrolisa.
8

A. Proses Penjernihan Air Baku (Pre-Treatment)

Gambar 2. 1 Pretreatment
Sumber : (Utility Department, 2022).
9

Tahapan awal atau pretreatment dapat dilihat dari tabel 2.1 di bawah ini :

Unit Tujuan Proses Pretreatment


Clorination Process Menghilangkan bakteri, Mikroorganisme control
lumut dan sejenisnya
Clarification process Menurunkan turbidiy Sedimentasi
demgam kontrol flokulasi
dan koagulasi
Proses media filter (sand Menghilangkan koloid – Filtrasi
filter dengan media silica koloid yang masih tersisa
sand) agar lebih maksimal
Tabel 2. 1 Proses Penjernihan Air Baku
Sumber : (Utility Department, 2022).

Biasanya terdiri dari proses koagulasi, flokulasi dan pengendapan.


Koagulasi adalah proses penggumpalan dari pengotor/koloid-koloid yang terdapat
pada air sungai dengan menambahkan cairan kimia berupa poly aluminium
chloride. Flokulasi adalah proses penambahan cairan kimia sehingga gumpalan –
gumpalan yang terjadi pada proses koagulasi menjadi gumpalan – gumpalan yang
lebih besar yang biasa disebut dengan flok. Flok – flok tersebut mempunyai
ukuran yang lebih besar sehingga lebih mudah untuk diendapkan.

1. Water Intake
Proses pengolahan di mulai dari pemompaan air baku di water intake dari
sungai bosar desa kuala tanjung kec. Sei suka Batu Bara. Air sungai dialirkan ke
kolam penampung dan di saring dari sampah kemudian air dipompakan ke
clarifier tank di areal pabrik yang berjarak ± 7km menggunakan pipa.

2. Clarifier
10

Gambar 2. 2 Clarifier (Utility Department, 2022)


air yang dari water intake sebelum masuk ke clarifier terlebih dahulu
diinjeksikan bahan kimia berupa kaporit, PAC, Soda ash, dan polimer. Bahan
kimia tersebut akan mempercepat terjadinya pengendapan bahan bahan yang
menyebabkan kekeruhan pada air dan juga untuk mendapatkan pH air yang
sesuai. Air bersih yang berada pada bagian atas clarifier dialirkan secara overflow
ke clear water basin, sedangkan sludge yang ada pada clarifer mengalami
pengendapan sehingga sludge jatuh kebagian bawah clarifier.
3. Clear Water Basin

Gambar 2. 3 Basin (Utility Department, 2022)


Clear water basin memiliki kegunaan sebagai tempat penampungan air yang
selanjutnya akan dilakukan penjernihan lanjutan di sand filter.
4. Sand Filter
11

Gambar 2. 4 Sand Filter (Utility Department, 2022)


Sand filter berfungsi sebagai saringan untuk memisahkan air dengan padatan
yang membentuk koloid dan suspensi menggunakan media pasir (Silica Sand).
Jumlah silica sand yang ada di dalam sand filter yaitu 8400 kg.

5. Utility Water Tank

Gambar 2. 5 Utility Water Tank (Utility Department, 2022)


Tempat penyimpanan air utility dengan Volume 2200 m 3. Tangki yang berada
di plant WTP berjumlah 4 unit.
12

B. Proses Pengolahan Air Demin (Demineralisasi)

Gambar 2. 6 Demineralisasi
Sumber : (Utility Department, 2022)
13

Demineralisasi air adalah sebuah proses penyerapan kandungan ion-ion mineral di


dalam air. Air hasil proses demineralisasi digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan, terutama untuk industri. Industri yang menggunakan air demin
diantaranya yakni pembangkit listrik tenaga uap, industri semikonduktor, dan juga
industri farmasi. System demineralisasi terdiri atas:
1. Saringan Kation
Unit penukar kation merupakan bagian dari Demineralizer Plant
yang berfungsi untuk meluikar ion-ion positif (kation) dalam air yang
masuk melalui unit ion-ion positif, kecuali ion Hidrogen (H+). Pada jenis
ini, listrik yang bekerja adalah Negatif dan bersifat menukar Cation-
Cation.
Regenerasi Cation Exchanger :
Setelah beberapa lama opeasi, mesin penukar kation tidak lagi mampu
menukar ion-ion dalam air. Hal ini akan disebabkan karena ion-ion
hidrogen dalam unit penukar kation telah habis ditukar dengan kation dari
air. Resin-seperti ini disebut sebagai resin yang telah jenuh. Untuk itu
resin tersebut harus diaktifkan kembali dengan cara meregenerasi.
Regenerasi dilakukan dengan menginjeksikan larutan asam (biasanya asam
chlorida) pada resin penukar kation, sehingga kation-kation yang ada
dalam resin akan kembali ditukar dengan ion-ion hidrogen.

2. Saringan Anion
Unit penukar anion merupakan bagian dari Demineralizer Plant
yang berfungsi untuk menukar ion-ion negatif (anion) yang terkandung
dalam air yang masuk melalui unit ini, sehingga air yang keluar dari unit
ini akan bebas dari ion-ion negatif kecuali ion-ion hidroksil (OH-). Pada
jenis ini, listrik yang bekerja adalah positif dan bersifat menukar Anion-
Anion. Penukar ion setelah dipakai dapat mengalami kejenuhan dan
berdasarkan reaksinya yang reversible (bolak-balik) maka apabila penukar
ion sudah jenuh dapat dikembalikan keaktifannya dengan sebutan
Regenerasi.
14

Regenerasi saringan Anion


Bila resin penukar anion telah jenuh maka resin tersebut juga perlu
diregenerasi. Cara meregenerasi resin anion adalah dengan menginjeksi
larutan basa kedalam resin, sehingga anion-anion yang ada dalam resin
akan kembali dengan ion-ion hidroksil.

Gambar 2. 7 Operasi Saringan Kation dan Anion


15

2.1.4 Resin

Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang


tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta
gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan.

Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua


yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation,
mengandung kation yang dapat dipertukarkan. sedang resin penukar anion,
mengandung anion yang dapat yang dapat dipertukarkan.

Sifat – sifat penting resin penukar ion adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas Penukaran ion

Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat


dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (milli ekivalen) per gram resin kering
dalam bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap
milliliter resin (meq/ml).

2. Selektivitas

Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang menunjukan
aktifitas pilihan atas ion tertentu. Hal ini karena penukar ion merupakan suatu
proses stoikhiometrik dan dapat balik (reversible) dan memenuhi hukum kerja
massa. Faktor yang yang menentukan selektivitas terutama adalah gugus
ionogenik dan derajat ikat Secara umum selektivitas penukaran ion dipengaruhi
oleh muatan ion dan jari-jari ion. Selektivitas resin penukar ion akan menentukan
dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan dalam suatu larutan apabila dalam
larutan tersebat terdapat ion-ion bertanda muatan sama, demikian juga dapat atau
tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan.

3. Derajat ikat silang (crosslinking)

Ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer. Derajat


ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas pertukaran,
perilaku mekaran, perubahan volume, selektivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
16

4. Porositas

Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori saluran-saluran kapiler.


Ukuran saluran-saluran ini biasanya tidak seragam. Porositas berbanding lansung
derajat ikat silang, walaupunn ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam.
Jalinan resin penukar mengandung rongga-rongga,tempat air terserap masuk.
Porositas mempengaruhi kapasitas dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya gugus
ionogenik di permukaan saja yang aktif.

5. Kestabilan resin

Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat.
Kestabilan fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatan dan ketahanan
gesekan. Ketahanan terhadap pengaruh osmotik, baik saat pembebanan maupun
regenerasi, juga terkait jenis monomernya. Kestabilan termal jenis makropori
biasanya lebih baik daripada yang gel, walau derajat ikat silang serupa. Akan
tetapi lakuan panas penukar kation makropori agak mengubah struktur kisi ruang
dan porositasnya. Proses penukar ion antara lain:

a. Co-Flow Ion Exchanger

Penukar ion awal co-flow selama operasi, larutan mengalir dari atas ke
bagian bawah kolom, dan regeneran menggunakan jalur yang sama.

b. Operasi Penukar lon

Pengoperasian penukar ion co-flow terdiri dari 5 langkah/Mulai dari


penukar ion tidak lagi efektif. pencucian menerapkan regenerant, penggantian,
penyiraman maju dan operasi normal. Kelima langkah ini membentuk siklus
operasi penukar ion
17

2.1.4 Mixbed

Proses pertukaran ion dalam campuran mixbed dicapai dengan mencampur


resin anion dan kation pada rasio tertentu dalam satu wadah. Resin akan
membentuk lapisan resin tipe OH dan H selama proses regenerasi. Dan kemudian
dicampur merata. Pada tahap ini, tempat campuran siap untuk pengolahan air.
Campuran mixbed dapat diliat sebagai sejumlah besar resin anion/kation
terhuyung ke tempat multi-level, di mana proses pertukaran ion terjadi secara
bersamaan untuk kedua jenis resin. H+ dan OH- ion akan dibentuk masing-
masing dari resin tipe H dan OH dan segera berubah menjadi air. Ini akan
menghasilkan reaksi pertukaran lengkap dan kualitas air output yang sangat baik.
Bila mixed bed ini ditempatkan setelah unit kation dan anion maka
fungsinya sebagai backing (pelindung, safety) kalau ada kelolosan ion positif atau
negatif dari unit sebelumnya. Bila mixed bed berdiri sendiri maka fungsinya
sebagai unit utama penukar kation dan anion.
Bila resin kation dan anion yang terdapat dalam unit ini sudah jenuh maka
perlu diregenerasi. Cara meregenerasi. Cara meregenerasi yatu dengan
menginjeksikan laurtan basa (NaOH), kemudian larutan asam (HCl).

2.1.5 Proses Pada Mixbed

Mixbed merupakan pencampuran dari kation dan anion, pada tangki


mixbed ini nilai pH, conductivity, siO2, Fe2-, dan total hardness di kontrol dan
dicek. Didalam tangki mixbed terdapat resin, HCl, dan NaOH. Dimana fungsi dari
HCl yaitu untuk menurunkan total hardness, fungsi NaOH yaitu untuk menjaga
agar nilai conductivity turun, dan juga menjaga nilai pH dan fungsi resin yaitu
sebagai pertukaran ion. Mislakan ketika anion masuk ke tangki mixbed tetapo
bukan conductivity melewati standar maka mixbed tidak bekerja secara optimal,
maka harus dilakukan regenerasi. Sehingga pada mixbed ion yang dari kation dan
anion harus seimbang, untuk mengatur agar seimbang biasanya diatur dengan
menggunakan struck pompa HCl dan NaOH. (Utility Department, 2022).
Resin penukar ion pada proses pembuatan ari bebas mineral berfungsi
untuk mengambil pengotor pair dengan cara pertukaran ion yang bermuatan sama.
18

Kation yang ada dalam air akan ditukarkan/diambil dengan kation resin
sedangkan anion dalam air akan dipertukarkan dengan anion resin.

2.1.6 Proses Regenerasi Pada Mixbed

1. Drain mixbed polisher vessel atas (anion)


2. Backwash vessel kation selama 10 – 15 menit
3. Drain kation, dan isi kembali dengan air semi demin
4. Tahap regen dilakukan dengan menggunakan HCl
5. Slow rinse selama 45 menit dengan menggunakan air demin
6. Lakukan fast rinse dengan menggunakan air semi demin selama 20 menit
7. Isi kembali vessel anion dengan menggunakan air semi demin.
8. Tahap regen dilakukan pada vessel anion dengan menggunakan NaOH
9. Slow rinse selama 1 jam dengan menggunakan air demin
10. Fast rinse selama 11/2 jam dengan air semi demin.
19

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan


Judul Penelitian Pertama :

“Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two


BedWater Treatment Plant”

Peneliti :

Hadi Saroso

Kajian Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi pemakaian NaOH


dan HCl untuk meregenerasi pada water treatment plant. Proses regenerasi ada
beberapa tahap yang biasa dilakukan di Water Treatment Plant PLTU UP Paiton,
unit 1 dan 2 yaitu back wash, chemical injection, slow rinse, fast rinse atau final
rinse. Instruktur kerja yang digunakan masih menggunakan instruktur kerja yang
lama dengan menggunakan pompa HCl dan NaOH sedangkan di lapangan telah
menggunakan sistem ejector. Kinerja resin dalam ion exchanger yang dibuktikan
dari lamanya waktu servis dari 17 – 20 jam per satu kali proses regenerasi.
Variabel dalam bentuk massa (kg) bahan kimia yaitu NaOH dan HCl. Variabel
yang digunakan adalah 1750, 1800, 1850, 1900, 1950, 2000, 2050, 2100, 2150,
dan 2200.

Hasil penelitian ini adalah instruksi kerja mengenai waktu injeksi kimia
sudah tidak relevan untuk diaplikasikan dan harus diganti dengan fungsi level
pemakaian bahan kimia, dikarenakan peralihan peralatan pompa keejector dan
perlu diberi saran yang telah ada. Jumlah HCl yang terserap resin adalah 1687,21
kg. Jumlah NaOH yang terserap resin adalah 1318,77 kg. Hasil dari perhitungan
bahan kimia secara manual memiliki nilai pemakaian bahan kimia secara manual
memiliki niali dari pemakaian bahan kimia yang paling efesien dari perhitungan
rekomendasi NALCO dan instruksi kerja dengan jumlah NaOH 2000 kg dan HCl
2000 kg dan dapat menghemat sekitar Rp. 1.165.400,00 untuk sekali regenerasi.
20

Judul penelitian kedua :

“Evaluasi Performance Regenerasi Mixed Bed Polisher Pada Unit


Demineralisasi”

Peneliti :

Irhamni Nuhardin, Mimin Septiani, dan Ronaldo Rivaldiansyah.

Kajian Penelitian :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasikinerja atau performa


mixed bed polisher khususnya pada saat regenerasi pada unit demineralisasi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara penentuan kerangka pemikiran dan tahapan
penulisan. Tahapan penulisan berupa pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis sintesis data, serta pengambilan kesimpulan.

Berdasarkan penelitian ini maka diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan


performance dari mixed bed dengan perolehan bad expansion sebesar 80,7% dan
tinggi resin 2,42 m. Banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk regenerasi
adalah 1170,7 kg yang terdiri dari HCl dan NaOH sehingga flow rate air demin
yang dibutuhkan untuk mengencerkan regeneran adalah 7.126 m3/h.

2.3 Kerangka Konseptual


Tahap persiapan dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian
seperti pengumpulan data, analisis, dan penyusunan hasil penelitian.
Metode pengumpulan data diperoleh dari instansi yang berkaitan misalnya data
pada PT. Domas Agrointi Prima (DAP). Adapun data – data yang digunakan
adalah data prosedur penentuan resin dan data kapasitas resin yang digunakan.
Penambahan resin bertujuan untuk menurunkan conductivity. Penambahan
resin sendiri dilakukan saat air sudah mengalami kejenuhan atau conductivity
tidak memenuhi standart dikarenakan fungsi dari resin itu sendiri untuk
menurunkan conductivity. Setelah pengujian selesai, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penambahan resin sangat diperlukan untuk menurunkan
conductivity agar dapat memenuhi standart air. Tahapan penelitian ini dapat
dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 2.8.
21

Permasalahan:
Banyak nya ion yang terkandung dalam air sungai seperti Calsium,
Magnesium, dan Natrium. Dan ion yang paling dominan pada air sungai
yaitu ion Calsium.

Menyebabkan: Dampak:
- Kerusakan pada peralatan. - Mengurangi
Ion yang masih ada dalam air efisiensi kerja
demin dapat menyebabkan kerak peralatan dan
atau endapan mineral pada memperpendek
peralatan seperti boiler, pipa, masa pakainya.
dan alat pengolahan lainnya. - Mengurangi
- Keruskan pada produk. kualitas produk.
Jika air demin yang
mengandung ion digunakan
dalam proses produksi, ion
tersebut dapat terbawa dan
menyebabkan kontaminasi pada
produk akhir.

Solusi:
Dilakukan proses pertukaran ion atau demineralisasi dengan tujuan
menghilangkan ion yang ada pada air pada mixbed polisher.

Hasil penelitian:
- Mengetahui berapa banyak ion Calsium yang ada pada resin.
- Mengetahui kualitas air setelah dilakukan proses regenerasi pada
mixbed polisher.

Gambar 2. 8 Kerangka Konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT Domas Agrointi Prima yang berada di


JL.Raya Access Road Inalum Km 15, Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras,
Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Indonesia .

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung selama 1 bulan dimulai pada tanggal 01 November


2022 s.d. 30 November 2022.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian karya akhir ini menggunakan data
sekunder. Adapun alat, bahan dan metodenya adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat dan Bahan

a. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu :
1. Lapangan
No Alat Kegunaan
1 Tangki HCl dan NaOH Sebagai tempat menyimpan larutan
HCl dan NaOH yang dipakai saat
regenerasi
2 Tangki Mixbed Polisher Alat yang digunakan untuk
menghasilkan air dengan
kemurnian yang tinggi yang
didalamnya ada resin kation dan
anion
3 Pompa HCl dan NaOH Digunakan untuk mengalirkan HCl
dan NaOH

21
22

2. Laboratorium
No Alat Kegunaan
1 Beaker glass Sebagai wadah untuk larutan atau
sampel air
2 Pipet volume Mengukur volume tepat dari sampel air
3 Erlenmeyer Wadah yang digunakan untuk
melakukan reaksi kimia
4 Conductivity meter Untuk mengukur konduktivitas air
5 pH meter Untuk mengukur tingkat keasaman dan
kebasaan (pH)

b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
No Bahan Kegunaan
1 HCl Digunakan untuk meregenerasi resin
kation dengan menggantikan ion – ion
yang telah diserap oleh resin dengan
ion hidrogen
2 Air Digunakan sebagai sampel pengujian
pada laboratorium untuk mengetahui
kualitas air.
3 NaOH Digunakan untuk meregenerasi resin
anion dengan menggantikan ion – ion
yang telah diserap oleh resin dengan
ion hidroksida
4 Resin Digunakan untuk menghilangkan ion
seperti calsium, magnesium dan
natrium yang ada pada air.
23

3.3 Metode Penelitian


Metoda kerja adalah cara kerja yang digunakan untuk memperoleh data-
data yang diperlukan. Cara yang digunakan untuk memperoleh data sehubungan
dengan proses regenerasi adalah sebagai berikut :
a. Di lapangan
1) Mempelajari dan mengamati secara langsung proses regenerasi sebagai
objek penelitian serta keterkaitannya dengan peralatan lain penulisan
serta keterkaitannya dengan peralatan lain penulis melakukannya
dengan cara :
a) Tanya jawab dengan operator lapangan.
b) Melakukan diskusi baik dengan pembimbing lapangan di pabrik
maupun pembimbing akademis
2) Mengamati dan mencatat data-data yang diperlukan pada proses
regenerasi, yaitu :
a) Pada proses regenerasi, mencatat berapa flow air pada tangki
mixbed.
b) Pada proses regenerasi, mencatat beberapa kapasitas dan
temperatur resin.
c) Pada proses regenerasi, mencatat beberapa efisiensi resin yang
akan digunakan

b. Di Laboratorium
1. Pengujian Conductivity
a) Air diambil dari tangki mixbed
b) Beaker glass dipersiapkan, kemudian air dari tangki mixbed
dimasukkan ke dalam beaker glass
c) Air dimasukkan ke dalam botol vial
d) Botol vial dimasukkan ke alat penguji conductivity
e) Hasil dibaca pada alat conductivity
24

2. Pengujian SiO2
a) Air diambil dari tangki mixbed
b) Masukkan nomor program yang tersimpan untuk silika, tekan:
PGRM, layar akan menampilkan “PGRM?”
c) Dua buah sampel cell di isi dengan 10 ml sampel
d) 15 tetes molybdate 3 reagent ditambahkan kedalam masing masing
sampel, kemudian di aduk
e) Tekan : TIMER, biarkan sampel selama 4 menit
f) Setelah timer berbunyi, satu buah reagent citric acid powder pillow
ditambahkan kepada masing – masing sampel, kemudian diaduk
g) Slayar akan menampilkan timer 1 menit, enter ditekan
h) Setelah timer berbunyi, satu amino acid ditambahkan pada salah
satu sampel cell. (sampel cell tanpa amino acid merupakan blanko).

3. Pengujian pH
a) Air dari tangki mixbed diambil sebanyak 100ml, kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass
b) pH meter dikalibrasi
c) Air pada beaker glass dicelupkan ke pH meter, lalu ditunggu
hingga angka konstan
d) Setelah angka pH meter konstan, nilai dibaca pada pH meter

4. Pengujian total hardness


a) Sampel diukur sebanyak 100 ml kedalam labu ukur
b) Buffer pH 10 ditambahkan sebanyak 5 ml
c) Larutan indikator EBT ditambahkan sebanyak 4 tetes
d) Larutan dihomogenkan sampai muncul warna ungu
e) Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA sampai berwarna biru
f) Volume dicatat dan dihitung

3.4 Analisa Data


25

1. Konversi ppb menjadi ppm


1 ppb=0,001 ppm
ppb/1000= ppm
2. Menghitung chemical yang dipakai
H1 X V1 = H2 X V2 ....(3.1)
H1 = HCl yang digunakan (%)
H2 = HCl yang diencenrkan (%)
V1 = Volume HCl (Liter)
V2 = Volume HCl dan Air (Liter)
3. Menghitung normalitas HCl
% × Bj ×1000
N= ....(3.2)
Be
4. Konversi normalitas HCl menjadi molaritas
Normalitas = M × Valensi

Normalitas
Molaritas = ....(3.3)
Valensi

5. Perhitungan banyaknya jumlah ion Calsium yang terikat pada resin.

Jumlah mol H+ = Molaritas HCl × Volume HCl ....(3,4)

+¿
H
Jumlah mol Ca 2+
= Jumlah mol ¿
2
....(3.5)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
Tabel 4. 1 Data Untuk Mengkonversi Ca2+

Mixbed
Flow air Temperatur Conduktivity SiO2
No (m3/jam) (oC) pH μS/cm (ppm) Ca+ (ppb)

1 5 25-26 8,51 0,805 0,35 0,2

2 5 25-26 8,3 0,692 0,38 0,2

3 5 25-26 6,29 0,663 0,31 0,3

4 5 25-26 7,81 0,659 0,17 0,2

5 5 25-26 7,64 0,473 0,29 0,2

6 5 25-26 7,76 0,501 0,33 0,2

7 5 25-26 7,76 0,516 0,39 0,2

8 5 25-26 7,61 0,499 0,43 0,2

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Konversi Ca+ dengan satuan (ppb) menjadi satuan (ppm).

1 ppb=0,001 ppm
ppb/1000= ppm
Data I
0,001 ppm −4
0 , 2 ppb × =2.10
1 ppb
Lakukan perhitungan yang sama untuk data 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8

25
26

Tabel 4. 2 Data Setelah Konversi

Mixbed
Flow air Temperatur Conduktivity SiO2
No (m3/jam) (oC) pH μS/cm (ppm) Ca+ (ppm)

1 5 25-26 8,51 0,805 0,35 2.10-4

2 5 25-26 8,3 0,692 0,38 2.10-4

3 5 25-26 6,29 0,663 0,31 3.10-4

4 5 25-26 7,81 0,659 0,17 2.10-4

5 5 25-26 7,64 0,473 0,29 2.10-4

6 5 25-26 7,76 0,501 0,33 2.10-4

7 5 25-26 7,76 0,516 0,39 2.10-4

8 5 25-26 7,61 0,499 0,43 2.10-4

4.2.2 Menghitung Konsentrasi HCl

HCl yang dibeli sebanyak 32%

HCl yang digunakan sebanyak 5%

Perhitungan jumlah chemical yang digunakan

H1 X V1 = H2 X V2

32% X V1 = 5% X 1000 L

V1 = 156,2 L

HCl yang dipakai 5%

% × Bj ×1000
N=
Be

gr ml
5 % ×1 , 19 ×1000
ml l
N=
gr
36 ,5
ek
27

N = 163,0137 N

Normalitas HCl dikonversikan ke Molaritas

N = M × Valensi

163,0137 N =M × 1

M = 163,0137 M

4.2.3 Menghitung Jumlah Ion

Reaksi yang terjadi :


R – Ca2+ + HCl R – H+ + CaCl

R – Ca2+ + HCl R – 2H+ + CaCl

Hitung Jumlah ion H+ dalam HCl yang digunakan

Diketahui molaritas HCl sebesar 163,0137 M(mol/L) dan akan dikonversi


dengan volume HCl yang digunakan sebesar 156,2L.

Jumlah mol ion H+ dalam HCl :

Jumlah mol H+ = Molaritas HCl × Volume HCl

Jumlah mol H+ = 163,0137 mol/L × 156,2 L

Jumlah mol H+ = 25.427,883 mol

Hitung Jumlah ion Ca2+ yang terikat pada resin

Karena setiap ion Ca2+ akan bereaksi dengan 2 ion H+, kita perlu membagi
jumlah mol ion H+ dengan faktor 2 untuk mendapatkan jumlah mol ion Ca 2+
yang terikat pada resin.

+¿
H
Jumlah mol Ca2+ = Jumlah mol ¿
2

25427,883 mol
Jumlah mol Ca2+ =
2
28

Jumlah mol Ca2+ = 12.713,9415 mol

Konversi jumlah mol ion Ca2+ menjadi jumlah partikel ion Ca2+

Karena setiap ion Ca2+ mengandung satu partikel ion, jumlah mol ion Ca 2+
juga akan menjadi jumlah partikel ion Ca2+

Jumlah partikel ion Ca2+ :

Jumlah partikel ion Ca2+ = Jumlah mol Ca2+

Jumlah partikel ion Ca2+ = 12.713,9415 mol.

Tabel 4. 3 Data Setelah Dilakukan Regenerasi

Mixbed
Flow air Temperatur Conduktivity SiO2
No (m3/jam) (oC) pH μS/cm (ppm) Ca2+ (ppb)

1 5 25-26 7,72 0,403 0,25 2.10-4


29

4.3 Pembahasan

Berdasarkan perhitungan jumlah pemakaian chemichal yang digunakan


yaitu 156,2 L dan didapatkan Normalitas dengan rumus Normalitas sebesar
163,0137 N dan Normalitas HCl dikonversikan ke Molaritas dan didapatkan hasil
sebesar 163,0137 M. Selanjutnya Molaritas HCl dikonversikan ke molalitas dan
didapatkan hasil sebesar 163.013,7 mol.
Pada proses regenerasi mempunyai ion – ion yang terdapat pada resin. Ion
yang lebih dominan yaitu ion Ca2+. Untuk mencari jumlah ion Ca 2+ yang terikat
pada resin, terlebih dahulu menghitung jumlah mol H+. Untuk mencari jumlah mol
H+ dapat menggunakan rumus Molaritas HCl dikalikan dengan Volume HCl maka
didapat hasilnya yaitu 25.247,883 mol. Selanjutnya mencari Jumlah ion Ca 2+ yang
terikat pada resin kita perlu membagikan jumlah mol ion H+ dengan faktor 2,
karena 1 ion Ca2+ akan bereaksi dengan 2 ion H + dan akan didapat hasil ion Ca 2+
yang terikat pada resin yaitu 12.713,9415 mol.
Selanjutnya didapatkan hasil data setelah regenerasi yaitu pH sebesar 7,72,
Conductivity sebesar 0,403 μS, Silika sebesar 0,25 ppm dan Calsium Sebesar
2.10-4. ppb.
Proses pertukaran ion melibatkan reaksi kimia antara ion dalam fasa cair
dengan ion dalam fasa padat. Ion – ion tertentu dalam larutan lebih mudah
terserap oleh solid penukar ion. Dalam proses Demineralisasi, maka sebagai
contoh: kation Ca2+ dan anion Cl- disisihkan dari air dan solid resin melepas ion
H+ untuk ditukar dengan ion Ca2+, serta OH- ditukar dengan Cl- dari air sehingga
kandungan Ca2+ dan Cl- dalam air hilang.
Kation yang ada dalam air akan dipertukarkan/diambil dengan kation resin
sedangkan anion dalam air akan dipertukarkan dengan anion resin. Didalam
kolom resin penukar kation, garam – garam yang terlarut di dalam air dikonversi
menjadi asam – asam mineral masing – masing melalui pertukarn kation –
kationnya dengan ion H+.
Setelah dilakukan regenerasi kualitas air menjadi lebih baik dan sesuai
standart dimana pada nilai pH menjadi turun dan memenuhi standart, serta nilai
conductivity, SiO2, dan Ca2+ juga telah memenuhi standart.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Regenerasi dilakukan apabila air demin tidak memenuhi batas standart di
PT. Domas Agrointi Prima. Dengan pengujian mixbed polisher di PT.
Domas Agrointi Prima, maka diperoleh jumlah ion Ca 2+ yang ada didalam
resin sebanyak 12.713,9415 mol.
2. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diperoleh bahwa air demin
telah memenuhi standart di PT. Domas Agrointi Prima setelah dilakukan
regenerasi. Dimana standart PT.Domas Agrointi Prima :
- pH :6–9
- Conductivity : < 5 μS
- Silika : < 0,5 ppm

5.2 Saran
Perlu dilakukan pembaruan resin kation dikarenakan resin sudah
mengalami kejenuhan, perlu dilakukan kalibrasi rutin terhadap conductivity meter
pada indikator kontrol, untuk meminimalisir hasil produksi air demin yang berada
di luar standar, perlu dilakukan update prosedur kerja berkala, pemantauan
pemakaian resin dan larutan kimia guna regenerasi resin.

30
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit buku


Kedokteran EGC.
Febrina, L., dan Ayuna, A. 2015. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan
(Mn) Dalam Air Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang perumahan
serta pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Manusia dapat bertahan hidup
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah.
Teknologi, 7(1), 1–44.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Yrama
Widya, Bandung.
Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal
Air Indonesia.
Igwe, P.U., Chukwudi, C. C., Ifenatuorah, F. C., Fagbeja, I.F., Okeoke, C. A.
2017. Areview of Enviromental Affects of Surface Water Pollution.
International Journal Of Advanced Engineering Research and
Science(IJAERS). Vol 4. No1. Hal 128-137.
Martin Darmasetiawan. 2001. Penggolongan Air. Jakarta : Erlangga
Munfiah, S., Nurjazuli dan Setiani, O. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur
Gali Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak.
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(2), 154-159.
Nyoman, R.N., Amri, I dan Harun, H. 2018. Perbandingan Kadar Kesadahan Air
PDAM dan Air Sumur Suntik Kelurahan Tondo Kota Palu Tahun 2017.
Ilmiah Kedokteran, 5(3), 12-21.
Pramesti, D. S, & Puspikawati, S. I. 2020. Analisis Uji Kekeruhan Air Minum
Dalam Kemasan Yang Beredar di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 11(2), 75-85.
Puspita, I., Ibrahim, L., & Hartono, D. 2016. Pengaruh Perilaku Masyarakat Yang
Bermukim di Kawasan Bantaran Sungai Terhadap Penurunan Kualitas Air
Sungai Karang Anyar Kota Tarakan. Jurnal Manusia dan Lingkungan,
23(2), 249-258.

31
32

Rachmansyah, F., Utomo, S.B dan Sumardi. 2014. Perancangan dan Penerapan
Alat Ukur Kekeruhan Air Menggunakan Metode Nefelometrik pada
Insalasi Pengolahan Air dengan Multi Media Card (MMC) sebagai Media
Penyimpanan (Studi Kasus di PDAM Jember), 2(1), 17-21.
Suriaman, E,Juwita, 2008. Jurnal Penelitian Mikrobiologi Pangan “Uji Kualitas
Air“ Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negri Alang.
Triono, M. O. 2018. Access Clean Water In The Community Of Surabaya City
And Their Bad Impacts Clean Water Access To Surabaya Community
Productivity. JIET.
Utility Department. 2022. Utility Overview WTP. PT Domas Agorinti Prima.
Wardhana, W. 2006. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Jakarta: PPSML
UI.
Yuniarti, B. 2007. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Menggunakan
Turbidimeter Berdasarkan Prinsip Hamburan Cahaya. Skripsi.
Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar di PT. Domas Agrointi Prima.

33
34

Lampiran 2. Sertifikat Praktek Kerja Industri


35

Lampiran 3. Nilai Praktek Kerja Industri


36

Lampiran 4. Lembar Asistensi Karya Akhir

Anda mungkin juga menyukai