YULIANA HERLINA
NIM 191011030
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan (A.Md. Kes)
Pada Program Studi D-III Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
YULIANA HERLINA
NIM 191011030
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
Diusulkan Oleh
YULIANA HERLINA
NIM 191011030
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
YULIANA HERLINA
NIM 191011030
Tim Penguji :
Tanda Tangan
Mengetahui : Pontianak,…………...
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Ketua Prodi Sanitasi
iii
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
YULIANA HERLINA
NIM 191011030
v
ABSTRAK
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu upaya pencegahan melalui
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
sabun. Tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku
cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada guru di SD Pontianak utara.
penelitian ini di dapatkan hasil dari 24 responden 96,67% hasil
pengetahuan kriteria baik dan 66,67% hasil perilaku kriteria cukup baik.
Saran diharapkan bagi peneliti yang selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti
hubungan pengetahuan dan perilaku terhadap cuci tangan pakai sabun
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya yang
telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Proposal Tugas Akhir/Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Dan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada
Guru Di
SD 16 Pontianak Utara” dapat terselesaikan.
Selanjutnya saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada
Taufik Anwar, S.K.M.,M.Kes selaku pembimbing utama dan Moh. Adib, S.K.M,
M.Kes selaku pembimbing pendamping dan yang penuh kesabaran dan
perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga proposal tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya proposal tugas akhir ini, perkenankan pula saya untuk
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurul Amaliyah, S.K.M., M.Sc selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Bapak Dr. Malik Saepudin, S.K.M., M.Kes selaku Kepala Prodi D-III
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak
4. Bapak Bambang Prayitno, ST.MT atas kesediaannya untuk menguji tugas
akhir ini.
5. Ibu Lastinah, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD 16 Pontianak Utara yang
telah memberikan izin penelitian ini.
6. Bapak Ibu di SD 16 Pontianak Utara yang terlah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
7. Orang tua tercinta yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan
pendidikan ini.
8. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Jurusan Kesehatan Lingkungan serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
viii
9. Semua teman yang telah memberi semangat dan masukan dalam penulisan
proposal tugas akhir kepada penulis.
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................ii
ABSTRAK ...........................................................................................................v
ABSTRACT .........................................................................................................vi
DAFTARISI ........................................................................................................viii
E. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Mencuci Tangan Pakai Sabun ....19
G. Kerangka Teori...........................................................................................26
x
A. Alur Penelitian............................................................................................27
B. Definisi Operasional...................................................................................28
LAMPIRAN .....................................................................................................37
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 definisi oprasional ................................................................................28
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Tim Depkes (2013) mencuci tangan adalah membersihkan
tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry
dan Potter mencuci tangan merupakan Teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan adalah
membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar
kuman yang menempel pada tangan bebar-benar hilang. Mencuci tangan
juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan lengan
Cuci tangan harus dilakukan dengan baik benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di
kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Perilaku cuci tangan pakai sabun
merupakan salah satu perilaku yang dapat menghindari kita dari penyakit
kebiasaan masyarakat bisa diubah tergantung kebijakan yang berlaku,
sebaliknya perilaku dan budaya masyarakat juga membuat kebijakan.
Menurut Depkes RI (2013), masyrakat harus mengetahui bagaimana
mencuci tangan dengan air dan sabun denagn benar. Air yang tidak bersih
banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, dan apabila
digunakan makan kuman akan berpindah ketangan. Pada saat makan kuman
dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit
mencuci tangan dengan sabun mencegah penularan kuman kandungan sabun
terbukti secara klinis mampu membunuh bakteri, virus, dan kuman penyakit
mencuci tangan dengan sabun adalah langkah dasar yang paling mudah dan
aman untuk melindungi diri dari virus dan merupakan anjuran WHO.
Peran guru juga sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku
seseorang, selain ketersediaan sarana (Notoatmodjo, 2013). Pendekatan
perubahan perilaku kesehatan siswa khususnya perilaku cuci tangan pakai
sabun dapat terjadi dengan adanya peran guru yang memberikan contoh atau
1
suri tauladan dengan membiasakan menerapkan perilaku cuci tangan di
sekolah sehingga pada akhirnya akan menjadi perilaku yang membudaya di
sekolah (Sri Murwaningsih, 2016). Peran guru sangat penting melakukan
Cuci Tangan Pakai Sabun karena menjadi contoh dan sekaligus menjadi
proses edukasi tentang hygiene perseorangan khususnya tentang kebersihan
tangan (Snow M, dkk, 2016) juga dapat mendorong teknik cuci tangan yang
tepat untuk mencegah penyebaran penyakit dalam kelas (Redmond, T, 2016)
dukungan guru kepada siswa terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun
sangat penting seperti mempraktekan cuci tangan pakai sabun secara
langsung kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun hal tersebut bisa
diterapkan siswa saat dirumah.
Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit badan secara bermakana mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasite
lainnya pada kedua tangan juga memutuskan mata rantai penyebaran peyakit.
Berdasarkan survey pendahuluan di SD 16 Pontianak Utara, diketahui
bahwa 30-40% guru di SD tersebut belum menerapkan cuci tangan pakai
sabun yang benar. Selanjutnya berdasarkan survey pendahuluan yang telah
dilakukan dengan metode wawancara maupun observasi pada beberapa guru
di SD 16 Pontianak Utara belum meliliki pengetahuan mengenai cuci tangan
pakai sabun. Bahkan tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum
masuk ke ruangan kelas padahal di SD 16 Pontianak Utara sudah memiliki
fasilitas ataupun sarana cuci tangan pakai sabun yang lengkap. Selain itu
juga terdapat poster prosedur mencuci tangan pakai sabun yang ditempelkan
di beberapa titik di sekolah tersebut. Seharusnya fungsi guru di sekolah bisa
mengajarkan atau memberi contoh perilaku yang baik kepada murid.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul sebagai berikut “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Dan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada Guru Di
SD 16 Pontianak Utara
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku cuci
tangan pakai sabun (CTPS) pada guru di SD 16 Pontianak Utara
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada
guru
b. Menggambarkan perilaku pada guru di SD 16 Pontianak Utara
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Merupakan sarana untuk belajar, menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman peneliti dibidang kesehatan lingkungan dan kesehatan, sekaligus
untuk menerapkan ilmu yang didapat.
2. Bagi Masyarakat
Merupakan salah satu sumber informasi pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat bagi masyrakat
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat
berguna sebagai bahan tambahan acuan untuk penelitian Kesehatan
Lingkungan, terutama PHBS, dan cuci tangan pakai sabun.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera pengluhatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk Tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2013).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
denga apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2016).
4
2. Tingakat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2013 pengetahuan mempunyai enam
tingakatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat Kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu merupakan tingakat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memehami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan utntuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemempuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, menglompokkan, dan sebagainya
5
e. Sintetis (Synthesis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada
3. Kategori Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan penulis menggunakan pengkategorian
yaitu :
a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari
seluruh pertanyaan
b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari
seluruh pertanyaan.
c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari
seluruh pertanyaan
6
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan
3. Umur
Usia adalah individu yang terhitung mulai saat di
lahirkan sampai berulang tahun
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang
ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
2. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada
masyrakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima
informasi
B. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkautan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masingmasing (Notoatmodjo, 20016). Di lihat dari bentuk respon
stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Perilaku
tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulasi ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas orang lain.
7
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulasi tersebut sudah jelas dalam atau
praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang
lain.
2. Dominan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon
terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecardasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai
perilaku seseorang.
Perilaku manusia kedalam 3 dominan ranah atau kawasan yakni:
kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor),
dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran
hasil Pendidikan kesehatanyakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau
Tindakan.
3. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui
dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu
mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya.
Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat
Kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek
tertentu
8
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku
dibagi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor presisposisi (predisposing factors)
Faktor- faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyrakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
halhal yang berkaitan dengan Kesehatan, system nilai yang dianut
masyarakat, tingakat Pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan,
dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyrakat, misalnya: air bersih tempat
pembungan sampah, tempat pembungan tinja, ketersedian makanan
bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliknik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan
sosisal, baik dukungan suami maupun keluarga.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku pada petugas Kesehatan. Termasuk
juga disini undang-undang peraturan baik dari pusat maupun dari
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
5. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan Kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bila mana telah sembuh dari sakit.
b. Perilaku penin
c. gkatan kesehatan, apa bila seseorang dalam keadaan sehat.
d. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
9
C. Sarana Prasarana
1. Pengertian Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana diartikan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk mencapai tujuan, media, dan alat. Sedangkan prasarana sebagai
sesuatu yang berperan sebagai penunjang uatama terselengaranya
sebuah proses atau kegiatan.
Menurut Rohiyat (2014) sarana dan prasarana adalah keseluruhan
proses, perencanaan, pengadaan pendayagunaan dan pengawasan
sarana dan prasarana yang digunakan demi mencapai tujuan secara
efektif dan jelas.
Menurut Mustri (2014) sarana dan prasarana sebagai kegiatan
untuk menata, dan menganalisis kebutuhan serta menginventarisasi,
dan pengadaan terhadap barang-barang bergerak ataupun tidak
bergerak.
Menurut Permendiknas No. 24 Tahun 20015 menyatakan bahwa
standar sarana prasarana sekolah dibedakan menurut jenjang sekolah.
Adapun jenis-jenis sesuai standar yang meliputi satuan pendidikan,
lahan, bangunan, gedung dan kelengkapan sarana dan prasarana
2. Perbedaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana memiliki perbedaan dalam hal pemakiannya.
Sarana memiliki perbedaan dalam hal pemakiannya. Sarana adalah
peralatan yang bergerak dan umumnya dipakai secara langsung
misalnya ada kertas, pulpen, buku, komputer, dan lain-lainya
Sedangkan prasarana adalah penunjang dan umumnya merupakan
fasilitas yang tidak bergerak, misalnya gedung dan ruangan. Sarana
dan prasarana memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Dua
hal ini adalah fasilitas penunjang manusia untuk dapat melakukan
pekerjaan dengan mudah efisien. Beberapa perbedaan antara sarana
dan prasarana yaitu:
a. Bentuk
Prasarana memiliki bentuk yang lebih besar sehingga susah atau
tidak bisa dipindahkan. Sedangkan, sarana merupakan benda yang
10
dapat dengan mudah dipindahkan karena memiliki bentuk yang
lebih kecil. Prasarana juga memiliki sifat menetap di suatu tempat
sedangkan sarana dapat dibawa dengan mudah.
b. Kepemilikan
Sarana dapat dimiliki secara individu, swasta, dan pemerintah.
Sedangkan, prasarana pada umumnya memiliki fungsi sebagai
penunjang.
c. Fungsi
Sarana memiliki fungsi utama dari sebuah aktivitas tertentu.
Sedangkan prasarana pada umumnya memiliki fungsi sebagai
penunjang.
d. Pembiayaan Pengadaan
Pembiayaan pengadaan sarana lebih kecil sehingga bisa dilakukan
oleh pihak tertentu yang mengadakan suatu kegiatan.
Sedangkan, pembiayaan untuk pengadaan prasarana jauh lebih
tinggi. Sehingga pembiayaan sepenuhnya berasal dari suatu instusi
tertentu seperti pemerintah.
D. Guru
1. Definisi guru
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah guru adalah “orang
yang pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar. Sedangkan
menurut Ri Nomer 14 tahun 2005, bab 1, pasal 1, ayat 1 di sebutkan,
bahwa yang dimksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU
nomer 14 tahun 2005).
Dari pengertian di atas maka seorang guru, bisa juga dikatakan
sebagai:
a. Seorang pendidik
b. Seorang pengajar
c. Seorang pembimbing
d. Seorang pengarah
11
e. Seorang pelatih
2. Peranan guru
Peran terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian
banyak peran yang harus di jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama
yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas memberiakan
keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka.
Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi
dua jenis menurut situasi intersksi sosial yang mereka hadapi.
a. Peranan Guru di Lingkungan Sekolah
Peranan guru sebagai komunikator yaitu, guru membiasakan
peserta didik untuk saling berhubungan, berinterksi dengan orang lain.
Misalnya melakukan tugas kelompok, berdiskusi, dan bersosialisasi
dengan masyrakat.
b. Peran Guru Dalam Motivator
Peran guru dalam motivator yaitu, sebagai panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya, dan memberi
motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam belajar, misalnya
seorang guru memotivasi siswanya dengan memberikan suatu
imbalan, apabila salah satu peserta didik yang mendapatkan nilai yang
baik, siswa tersebut akan diberikan hadiah.
c. Guru sebagai fasilisator
Peran guru dalam f asilisator yaitu, adalah membawa
konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan Guru dan Siswa yang
semula bersifat kemitraan, guru sering kali diposisikan sebagai atasan
yang cenderung bersifat otoriter syarat komando. Misalnya guru dan
siswa harus menjalin hubungan yang baik, yaitu dengan saling
mengenal, jadi guru tidak diposisikan sebagai otoriter atau komando
akan tetapi guru bisa diposisikan sebagai teman.
d. Guru sebagai kreditor
Guru sebagai kreditor yaitu, guru sebagai penggerak untuk
mendorong dan menggerakan sistem sekolah dan membutuhkan
kinerja, sumber daya manusia secara maksiml berkelanjutan. Misalnya
12
guru mempunyai tugas dan bidang berbeda, dan bertanggung jawab
atas tugas yang ada.
E. Sekolah Dasar
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada
Pendidikan formal diIndonesia. Sekolah dasar dapat ditempuh dalam
waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar
dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau
sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di
Indonesia, setiap warga Negara berusia 7-15 tahun-tahun wajib mengikuti
Pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sedarat) 6 tahun dan sekolah
menengah pertama (atau sderajat) 3 tahun. Dalam setiap Sekolah Dasar
selalu terdapat tim pengajar yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah.
Pengajar atau guru ini memiliki peranan yang penting dalam proses
pembelajaraan, bukan hanya sebagai penyampaian materi pembelajaran,
tetapi juga sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk memahami materi
yang disampaikan. Peranan guru sangat menentukan efektivitas
pembelajaran karena kedudukannya sebagai pemimpin proses
pembelajaran diantara murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau
dalam arti kata sempit, guru yang berkewajiban mewujudkan suatu
program kelas adalah seseorang yang tugasnya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih luas guru berarti
orang yang bekerja dalam bidang Pendidikan dan pengajar yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai
kedewasaan masing-masing.
Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di
depan kelas untuk meyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi
adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta
kreatif dalam mengarahkan perkembangan akan didiknya untuk menjadi
anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Pengetahuan dan
pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari pola
kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru. Kompetensi guru
yang dimaksud antara lain mengenai kompetensi-kompetensi pribadi,
kompetensi profesi dan kompetensi masyarakat.
13
F. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
1) Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu upaya pencegahan
melalui tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun. Tangan manusia seringkali menjadi agen
yang membawa kuman dan menyebabkan pathogen berpindah dari satu
orang atau dari alam ke orang lain melalui kontak langsung atau tidak
langsung. (Depkes, 2016; Wagner & Lanoix)
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan pakai sabun
yaitu; (1). Infeksi saluran pernapasan karena mencuci tangan dengan
sabun dapat melepaskan kuman-kuman pernapasan yang terdapat pada
tangan dan permukaan telapak tangan, dan dapat menghilangkan kuman
penyakit lainnya. (2). Diare karena kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur fecal-oral, sehingga mencuci tangan pakai
sabun dapat mencegah penularan kuman penyakit tersebut, (3). Infeksi
cacing, mata dan penyakit kulit, dimana penelitian telah membuktikan
bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan, penggunaan sabun
dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata
seperti trakoma, dan cacingan khusunya untuk ascariasis dan
trichuriasis
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif
dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan
sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci sebenarnya menyebabkan
orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci
tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan
kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek
dalam upaya melepaskanya. Di dalam lemak dan kotoran yang
menempel inilah kuman penyakit hidup.
Agar efektif, WHO (2015) telah menetepkan Langkah-langkah cuci
tangan pakai sabun sebagai berikut: membasahi kedua tangan dengan
air mengalir, beri sabun secukupnya, menggosokan kedua telapak
tangan dan punggung tangan, menggosok sela-sela jari kedua tangan,
menggosok kedua telapak dengan jari-jari rapat, jari-jari tangan
14
dirapatkan sambal digosok ke telapak tangan, tangan kiri ke kanan, dan
sebaliknya, menggosok ibu jari secara berputar dalam genggaman
tangan kanan, dan sebaliknya menggosokkan kuku jari kanan memutar
ke telapak tangan kiri, dan sebaliknya, basuh dengan air, dan
mengeringkan tangan.
2) Waktu Yang Tepat Untuk Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Depkes (2014), waktu yang tepat untuk mencuci tangan
pakai sabun adalah:
a. Sebelum dan setelah makan
b. Sebelum memegang makanan
c. Sebelum melakukan kegiatan jari-jari ke dalam mulut atau mata
d. Setelah bermain/berolahraga
e. Setelah BAK dan BAB
f. Setelah buang ingus
g. Setelah buang sampah
h. Setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan
i. Sebelum mengobati luka
3) Cara mencuci tangan yang benar
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah
air yang mengalir. Sedangkan. Langkah-langkah teknik mencuci
tangan yang benar menurut World Health Organisation (WHO),
sebagai berikut:
a. tuang cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
b. usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
c. gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
d. bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci
e. gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
f. letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
15
Gambar 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun 2.1
16
terhadap organisme tertentu (Kemenkes Ri, 2014). 6) Manfaat Cuci
Tangan Pakai Sabun
Cuci tangan dapat berguna untuk mencegah penyakit yaitu dengan cara
membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan,
maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam
keadaan bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung
(Proverawati dan Rahmawati, 2013).
17
juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Berkembangnya teknologi
akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih
baik, terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2014)
4. Sosial budaya dan ekonomi
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya yang ada.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
5. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
6. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dimasa lalu. Pengalaman juga dikaitkan dengan umur pendidikan seseorang
yang berarti pendidikan yang tinggi maka pengalaman juga luas. Semakin
tua umur seseorang maka pengalaman juga semakin banyak.
18
7. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang semakin
bertambah usia akan semakin berkembangnya pula daya tangkap dan pola
pikirannya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
19
makanan. Lingkungan yang buruk juga menjadi penyebab penularan
hepatitis A
6. Radang pernafasan
Sesak nafas, batuk, dan radang tenggorokan adalah contoh penyakit
radang saluran pernafasan yang disebabkan tidak mencuci tangan sebelum
makan.
Proses penularan penyakit ini terjadi ketika sumber infeksi seperti bakteri
atau virus berkembang danmasuk ke tubuh lewat makanan bersentuhan
dengan lendir dalam tenggorokan, sehingga menyebabkan penurunan
sistem kekebalan tubuh.
20
tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap obyek (Notoatmodjo,2014)
Sikap (attitude), merupakan konsep paling penting dalam psikologis
sosial dalam membahas unsur sikap sebagai individu maupun kelompok.
Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses
terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah
dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek perannya dalam
pembentukan karakter dan sistem hubungan dan kelompok serta
pilihanpilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya
terhadap perubahan
b. Sifat sikap
Sifat sikap menurut Wawan dan Dewi (2013), yaitu:
1) Sikap positif, terdapat kecenderungan tindakan untuk mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif, terdapat tercenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Menurut Krathwohl dalam Wati (2015), bahwa “affective Domain” terdiri
dari lima tingkatan, yaitu:
1) Receiving, dapat diartikan bahwa orang (subyek) telah mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Responding, berarti bahwa rangsangan telah mampu merubah
seseorang untuk memberi perhatian dan ikut serta.
3) Valuing, ditandai dengan sadarnya seseorang akan adanya nilai baru
dalam masyarakat tetapi nilai itu belum merupakan nilai khas bagi
masyarakat bersangkutan.
4) Organisation, berupa kemampuan seseorang menyadari bahwa nilai
yang baru itu telah terorganisasi dan menjadi milik masyarakat.
5) Characterzition by avalue complex, dimana masyarakat yang
bersangkutan telah memiliki nilai khusus dan khas bagi mereka.
21
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen tersebut secara Bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude)
c. Indikator untuk menentukan sikap kesehatan
22
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau serah dengan sikap orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan
Konsep moral dan ajaran dari Lembaga Pendidikan dan Lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan jika
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
23
diperoleh melalui Pendidikan, paparan media massa, hubungan sosial dan
pengalaman), sikap, kepercayaan, nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor
pendukung (enabling factor), meliputi ketersediaan sumber-sumber/fasilitas,
faktor yang meperkuat. Faktor pendorong (reinforcing factor), meliputi sikap
dan perilaku petugas atau tokoh masyarakat. Oleh sebab itu, Pendidikan
kesehatan sebagai intervensi kesehatan harus bisa diarahkan dalam tiga faktor
tersebut (Notoatmodjo, 2014).
1. Kesadaran (Awareness)
Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek), terlebih
dahulu.
2. Tertarik (Interest)
Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah diketahui dan
dipahami terlebih dahulu.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation)
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudah dilakukan serta
pengaruh terhadap dirinya.
4. Mencoba (trial)
Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru yang sudah
diketahui dan dipahami terlebih dahulu.
5. Mengadopsi (Adoption)
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus
J. Langkah-langkah Teknik mencuci tangan yang benar menurut WHO (2015) yaitu
sebagai berikut :
a. Basahi tangan dengan air dan ambil sabun secukupnya
b. Gosokkan kedua telapak tangan hingga ke sela-sela jari
24
c. Jangan lupa bagian belakang jari, pakai Teknik mengunci
d. Bersihkan juga bagian jempol, luar dan dalam
e. Basahi tangan dengan air bersih untuk membilas sabun
f. Keringkan tangan dengan handuk, jangan lupa keringkan keran air.
K. Kerangka Teori
Menurut L. Green dalam Notoatmojo (2014) menyatakan bahwa perilaku
ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Sikap
- Pekerjaan
- Paritas
- Tradisi /Budaya
Faktor Pendukung
Perilaku
- Air Bersih
- Washtafel
- Sabun
- Kain Lap/Tisu
- Poster Cuci
- Tangan Pakai Sabun
-
Faktor Penguat
25
Gambar 2.2 Kerangka Teori (L.Green dalam Notoatmojo 2014)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Alur Penelitian
Penentuan Judul
Persiapan Penelitian
1. Surat izin
2. Kuesioner
Pengumpulan Data
1. Data primer
2. Data sekunder
Pengolahan Data
26
B. Definisi Operasional Penyajian Data
Definisi operasional adalah berfungsi untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variable-variabel diamati atau diteliti. Definisi Operasional juga
berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
varibel-variabel yang bersangkutan serta pengambilan instrument atau alat ukur
(Notoatmodjo, 2014)
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
27
Perilaku cuci Pengetahuan Lembar Observasi Skor perilaku Ordinal
tangan pakai Guru tentang Observasi dibagi
sabun Langkah-
langkah menjadi:
mencuci
tangan pakai
sabun
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang bertujuan untuk melihat
tingkat pengetahuan, perilaku guru di SD 16 Pontianak Utara.
B. Lokasi dan Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di SD 16 Pontianak Utara
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai Maret- Juli 2022
29
a. Alat Tulis
b. Kamera
c. Lembar Kuesioner
d. Lembar Observasi/From Checklist
E. Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah data yang dikumpulkan yang dilakukan
secara komputerisasi dengan maksud agar data yang dikumpulkan
memiliki sifat jelas dan teridentifikasi dengan baik. Langkah-langkah
pengolahan data tiap variabel adalah sebagai berikut:
a. Editing
Memeriksa kuesioner yang masuk, dengan maksud apakah semua
pertanyaan sudah terjawab, apakah semua sudah jelas sesuai pertanyaan
yang diajukan.
b. Scoring
Adalah data yang dikategorikan dan diberi skor untuk mempermudah
pengelompokkan/pendistribusian data untuk dihitung dengan rumus.
c. Tabulating
Penyederhanan dalam bentuk penyimpanan data dan pengelompokannya
dalam bentuk tabel.
2. Analisis Data
Data pengetahuan, dan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada
Guru di SD 16 Pontianak Utara yang telah didapatkan kemudian dianalisis
secara univariat atau deskriptif yang menggambarkan kumpulan data
berupa nilai frekuensi karakteristik responden.
Dalam melakukan pertanyaan kuesioner terhadap pengetahuan Guru
diberikan penilaian 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang
salah, sedangakan untuk penilaian kuesioner perilaku Guru yang mana
pertanyaan positif diberikan penilaian 1 untuk jawaban “YA” dan 0 untuk
jawaban “TIDAK”, kemudian untuk pertanyaan negatif diberikan
penilaian 0 untuk jawaban “YA” dan 1 untuk jawaban “KTIDAK”
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum
Profil Sekolah SD Negeri 16 Pontianak Utara merupakan salah satu
sekolah yang terletak di Jl. Selat Panjang Kelurahan Siantan Hulu Kec.
Pontianak Utara Kota Pontianak SD Pontianak ini sudah beroperasi
sejak tahun 1910 hingga sekarang dan memiliki 25 guru aktif.
42%
71%
31
No. Umur Persentase
1. 24 tahun 4,1%
2. 26 tahun 4,15
3. 27 tahun 4,1%
4. 31 tahun 8,3%
5. 32 tahun 4,1%
6. 33 tahun 8,3%
7. 34 tahun 4,1%
8. 35 tahun 4,1%
9. 38 tahun 4,1%
10. 39 tahun 4,1%
11. 40 tahun 4,1%
12. 45 tahun 4,1%
13. 51 tahun 12,5%
14. 52 tahun 4,1%
15. 57 tahun 4,1%
16. 59 tahun 12,5%
17. 60 tahun 8,3%
Gambar tabel 5.1Respon Menurut Umur
4. Hasil Penelitian
a. Tingkat pengetahuan guru terhadap cuci tangan pakai
sabun (CTPS) di SD Pontianak Utara tahun 2022
Pengetahuan
Cuci Tangan
24 96,67%
Pakai Sabun
(CTPS)
Perilaku cuci
tangan pakai
24 66,67%
sabun
(CTPS)
B. PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pengdengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,2013).
33
1. Tingkat Pengetahuan Guru Cuci Tangan Pakai Sabun Di SD 16
Pontianak Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD 16 Pontianak
Utara menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan Guru di SD 16 Pontianak
Utara dari hasil distribusi frekuensi dari kuesioner tingkat pengetahuan
sebanyak 24 Guru di dapatkan hasil 96,67% dengan kategori baik. Hal
ini disebebkan karena tingkat pengetahuan dan kesedaran responden di
SD 16 Pontianak Utara tentang Cuci Tangan Pakai Sabun sudah baik,
yang tentu saja di pengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan. Selain itu juga terdapat poster prosedur mencuci
tangan pakai sabun yang ditempelkan di beberapa titik di sekolah tersebut
dan fasilitas dan sarana cuci tangan pun sudah lengkap di SD tersebut.
2. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau akifitas organisme (mahluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka memiliki aktifitas masing-masing.
(Notoatmodjo, 2013). Dilihat dari responden stimulus ini maka perilaku
dapat dibedakan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
34
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan dan perilaku Guru
terhadap cuci tangan pakai sabun dapat di simpulkan bahwa :
1. Tingkat Pengetahuan CTPS dari 24 responden 96,67% dengan
berpengetahuan baik
2. Perilaku CTPS dari 24 responden 66,67% berperilaku cukup
B. Saran
1. Bagi peneliti
Diharapkan bagi peneliti yang selanjutnya untuk lebih lanjut
meneliti hubungan pengetahuan dan perilaku terhadap cuci
tangan pakai sabun
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat lebih memberikan informasi agar guru
dan siswanya dapat meningkatakan kesadaran akan pentingnya
cuci tangan pakai sabun dan melengkapi fasilitas cuci tangan
yang lengkap
3. Bagi Instansi terkait
Diharapkan puskesmas dapat memberikan penyuluhan dan
membagikan poster tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS)
DAFTAR PUSTAKA
35
Fatih, H. Al. (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Cuci Tangan Siswa
Di Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, 5(1),
18–23.
Hermawati, B., Handayani, O. W. K., Mahendrasari, D. S., Mukti, F. A., &
Wijayanti, A. (2021). Edukasi Kesehatan Mengenai Praktik Cuci Tangan
pada Guru sebagai Upaya Pencegahan Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 894–902.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i2.1060
Ii, B. A. B., & Kepatuhan, A. (2014). Hasty N. Perbandingan Efektivitas Mencuci
Tangan Menggunakan Hand Sanitizer Dengan Sabun Antiseptik Pada
Tenaga Kesehatan Systematic Review. Politek Kesehat Kemenkes Medan.
2021;1–36.
Isnaini, A., Indah, M. F., & Ishak, N. I. (2020). Hubungan Pengetahuan,
Dukungan Orang Tua Dan Guru Dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) Pada Siswa Kelas Viii Di Smpn 15 Banjarbaru Tahun
2020. 1–8.
Mustikawati, I. S. (2017). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif pada
Ibu-Ibu di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi
Kualitatif. ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat), 2(1), 115–125.
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v2i1.514
Pinem, C. (2019). Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun
2019 Oleh :
Trijayanti, D. A. K. L. (2019). Perilaku Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Di
Madrasah Ibtidaiyah Taswirul Afkar. Jurnal PROMKES, 7(1), 46.
https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i1.2019.46-55
Zanti Ardi. (2019). Pengertian sekolah. Universitas Lampung, 171.
http://digilib.unila.ac.id/1366/5/BAB II.pdf
Lampiran 1.1
36
Lampiran 1.2
37
Lampiran 2.1
DOKUMENTASI PENELITIAN
38
Gambar 6.1
39
Lampiran 2.2
Gambar 6.2
40
Lampiran 2.3
Gambar 6.3
Lampiran 3.1
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
41
GAMBARAN PERILAKU GURU TERHADAP CUCI TANGAN
PAKAI SABUN (CTPS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI 16
PONTIANAK UTARA
A. Karateristik Responden
Nama Responden :
Agama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan yang kamu anggap benar.
1. Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari bakteri atau membunuh
mikroorganisme
a. Benar
b. Salah
2. Mencuci tangan dengan bersih dapat mencegah penyakit dam memutus
penyebaran kuman.
a. Benar
b. Salah
3. Cuci tangan pakai sabun dilakukan sebelum menyentuh makanan.
a. benar
b. salah
4. cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi penyebaran penyakit pada
tubuh
a. Benar
b. Salah
5. Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah kewajiban bagi semua orang
a. Benar
b. Salah
6. Setelah BAB dan buang air kecil sebaiknya mencuci tangan pakai sabun.
a. Benar
b. Salah
7. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat menyebabkan sakit
a. Benar
b. Salah
Lampiran 3.2
8. Apakah tidak mencuci tangan pakai sabun dapat menularkan penyakit
a. Benar
b. Salah
9. Cuci tangan pakai sabun memiliki 6 langkah.
42
a. Benar
b. Salah
10. Cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir merupakan tindakan
yang tepat.
a. Benar
b. Salah
11. Mencuci tangan dapat mencegah atau mengurangi penyebaran rantai
penyakit
a. Benar
b. Salah
12. Sabun yang tepat untuk cuci tangan adalah jenis sabun antiseptik dan
sabun cair
a. Benar
b. Salah
13. Tujuan dari cuci tangan pakai sabun yaitu dapat mencegah penyebaran
infeksi
a. Benar
b. salah
14. penyakit kulit dapat disebabkan karena tidak cuci tangan pakai sabun
a. benar
b. salah
15. setelah menyentuh hewan sebaiknya cuci tangan pakai sabun
a. benar
b. salah
16. perhatikan gambar di bawah ini!
Lampiran 3.3
17. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari dilakukan pada kedua tangan
merupakan gerakan cuci tangan langkah yang ke dua
a. Benar
b. Salah
43
18. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari dilakukan pada kedua tangan
merupakan gerakan cuci tangan langakah yang ke dua
c. Benar
d. Salah
19. Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan kanan,
dilakukan juga pada tangan satunya merupakan langakah cuci tangan yang
kelima
a. Benar
b. Salah
20. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan merupakan langakah
cuci tangan yang ketiga
a. Benar
b. Salah
Lampiran 3.4
C. Sarana
NO SARANA & PRASARANA ADA TIDAK
1. Air Bersih
2. Wastafel
3. Sabun
4. Kain Lap/Tisu
5. Poster cuci tangan pakai sabun
6. Pipa pembuangan
Tabel 6.1
Lampiran 3.4
Perilaku
Tidak
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
44
Cuci tangan pakai sabun saat memasuki
1.
ruangan kelas
Cuci tangan pakai sabun sebelum
2.
menyentuh makanan dan minuman
Cuci tangan pakai sabun setelah
3.
melakukan aktivitas belajar mengajar
Cuci tangan pakai sabun setelah
4. bersalaman kepada siswa maupun guru
lainnya
cuci tangan setelah mengkonsumsi
5.
makanan dan minuman
Cuci tangan pakai sabun setelah
6.
membuang sampah
Mencuci tangan setelah membantu siswa
7.
membersihkan lingkungan sekolah
Mencuci tangan setelah memegang
8.
pegangan pintu kelas
Cuci tangan pakai sabun setelah selesai
9.
mengajar dikelas
Cuci tangan pakai sabun ketika batuk
10.
atau bersin
Tabel 6.2
45
Lampiran 3.5 Pengetahuan Guru
Pertanyaan Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Benar % Kategori
No Nama 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20
3
1 Heri Susanto, A.Ma 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik
Lasmaria
2 Simangungsong, 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
S.Pd
3 Amia, A.Ma.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
4 Syarifah Aminah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
5 Sugiyono 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
Inosensia Murni
6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik
Astuti, S.Pd
7 Melinda, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
8 Agustina, S.Th 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
9 Bidok, S.Ag 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
Nazia Febriantika,
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
S.Pd
11 Asmiri, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 95 Baik
12 Syafaeyani, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
13 Labiah, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
14 Abang Azhary, S.Pd 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
15 Ari, S.Pd 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik
Rizki Diah Ayu
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
Permata, S.Pd
Ratih Dian
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
Hidayanti, S.Pd
46
18 Arie Budiono, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
19 Mulyani, S.Pd.I 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90 Baik
Agung Sulistiyo.
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
S.Pd
21 Sumigiyanti, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
22 Kumala Sari, S.Pd.I 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
23 Ade Marika, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100 Baik
Agnes Marvella,
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
S.Pd
Jumla 2 2
24 24 24 24 23 19 21 24 21 23 24 24 23 24 23 24 24 24 464 Baik
h 4 4
Rata-
19,33 96,67 Baik
rata
47
Lampiran 3.6
Perilaku Cuci Tangan Pakai sabun (CTPS)
No Nama Benar % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Heri Susanto,A. Ma 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7 70 Cukup
2 Lasmaria Simangungsong, S.Pd 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 50 Cukup
3 Amia, A.Ma.Pd 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup
4 Syarifah Aminah, 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup
5 Sugiyono 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70 Cukup
6 Inosensia Murni Astuti, S.Pd 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 70 Cukup
7 Melinda, S.Pd 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 60 Cukup
8 Agustina, S.Th 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 Cukup
9 Bidok, S.Ag 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 40 Cukup
10 Nazia Febriantika, S.Pd 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 70 Cukup
11 Asmiri, S.Pd 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 70 Cukup
12 Syafaryani, S.Pd 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7 70 Cukup
13 Labiah, S.Pd 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Cukup
14 Abang Azhary, S.Pd 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 Cukup
15 Ari, S.Pd 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60 Cukup
16 Rizki Diah Ayu Permata, S.Pd 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 60 Cukup
17 Ratih Dian Hidayanti, S.Pd 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 70 Cukup
18 Arie Budiono, S.Pd 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 6 60 Cukup
19 Mulyani, S.Pd 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 70 Cukup
20 Agung Sulistoyo, S.Pd 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 70 Cukup
21 Sumigiyati, S.Pd 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Cukup
22 Kumala Sari, S.Pd 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 70 Cukup
23 Ade Marika, S.Pd 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup
24 Agnes Marvella, S.Pd 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60 Cukup
Jumlah 14 20 18 17 17 23 22 10 12 7
Rata-
rata 6,67 66,67 Cukup
48