TESIS
OLEH
ACHY ASKWANA
NIM, 127037012
TESIS
Oleh
ACHY ASKWANA
NIM, 127037012
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Judul Tesis ANALISIS KARAKTERISTIK ORNAMENTASI DI MASJID
AL-MASHUN MEDAN
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Program Studi:
Magister (S.2) Penciptaan dan
Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya
Ketua, Dekan,
This research deals with ornaments which found in the Mosque of Al-
characteristic and its background concept, the writer find out that the ornament
consist of several values which have close relationship to visual art, ideology and
religion.
In this thesis the writer uses several relevant theories to drow conclusion
Based on the theories, the writer tries to understand and appreciate the
meaning of the selected ornaments to classify the form. He also makes these
The result of the research shows that the beauty of the ornaments in the
mosque Al-Mashun is not merely only the visual art, but dhey also express the
glory of Deli Sultante, the culture of Deli Malaya the adoration to the Almighty
God.
art.
ABSTRAK
Penelitian ini adalah mengkaji ornamentasi yang terdapat pada masjid Al-
Mashun diwilayah kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Analisis figuratif bentuk
nilai-nilai artistik (visual art), nilai-nilai ideologi dan nilai-nilai agama. Peneliti
ingin melihat sebagaimana pertanyaan yang di buat sebagai kerangka arah untuk
mendapatkan kesimpulan, dan sebagai teori penentu adalah teori semiotika (teori
makna) dan teori seni rupa. Dengan landasan teori ini peneliti berupaya
yang melekat pada masjid Al-Mashun di kota Medan tidak hanya sekedar sebagai
dan budaya Melayu Deli serta sebuah presentatif kecintaan terhadap Tuhan.
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena
atas karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
Junjungan Muhammad S.A.W beserta keluarga beliau, sahabat beliau, para suhada
dan tabi’in-tabi’in.
Terima kasih atas kebanggaan kepada kedua orang tua penulis ayah
(asmady hs) dan omak (suryani), saudara (adik-adik penulis), sejauh ini kalian
selesainya tesis ini. Terima kasih juga kepada istri (januarti devi kondany) dan
anak-anak penulis (nurul askwana dan fahri askwana) yang tidak terlepas dari
kontribusi yang diberikan baik waktu dan pengertian selama proses perkuliahan di
Sumatera Utara.
Tentunya penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, DTM & H, M,Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Seni dan
Budaya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran selama penulis
Irwansyah, M.A., selaku Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni
Fakultas Seni Ilmu Budaya (USU), selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima
kasih kepada Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hun., selaku Sekretaris Program
Sumatera Utara yang selalu memberikan petunjuk teknis penulisan tesis sampai
Bapak Drs. Azmi, M.Si., selaku pembimbing II yang selalu siap mengarahkan
penulis dalam penelitian ini, Bapak Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S., selaku penguji
dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis, sehingga penulis
Bapak Drs. Muhammad Takari, M.A., Ph.D., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A.,
Ph.D., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si., Bapak Drs. Bebas Sembiring,
M.Si., Ibu Dra. Rithaony, M.A., Ibu Asmyta, S., M.S., Bapak Dr. Budi Agustono,
S.U., Bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, M.A., selaku Dosen Pasca Sarjana
dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kepada
Ibu Hj. Andriani selaku Kepala Seksi Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Pemerintah Kota Medan, Bapak Tengku Sahar selaku juru kunci istana
Maimoon, Bapak H. Ulumuddin selaku ketua kenajiran masjid Al-Mashun, Bapak
Sastra Gunawan sebagai Budayawan, Bapak Amran Eko Prawoto yang banyak
Penulis menyadari hasil tesis ini masih jauh belum maksimal, untuk itu
Deli dan para generasi muda di seluruh tanah air, dapat memberikan masukan
berupa kritikan dan saran sebagai penyempurnaan kearah yang lebih baik
penelitian tesis ini. Dengan demikian penulis menghaturkan terima kasih kesemua
pihak dan maaf atas segala sesuatu yang mungkin terjadi selama penulis
melakukan penelitian ini. Akhir kata harapan penulis bagi kesemua pihak terkait
Achy Askwana
NIM : 127037012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Pendidikan :
1. SD
2. SMP
3. Sarjana Seni Rupa Universitas Negeri Medan
4. Pada tahun 2012/2013 diterima menjadi mahasiswa Program Studi
Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
PERNYATAAN
Dengan ini saya Achy Askwana menyatakan bahwa dalam tesis ini sebelumnya
tidak pernah diajukan sebagai karya untuk suatu kepentingan dan memperoleh
penelitian ini tidak terdapat pada karya orang lain dan diterbitkan sebagai karya
ilmiah yang sama, kecuali karya tulisan lain yang mengacu pada naskah saya dan
Achy Askwana
NIM : 127037012
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL……………………………………………………... i
ABSTRACT……………………………………………………………… iv
ABSTRAK……………………………………………………………….. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………..... vi
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………... vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... viii
BAB. I PENDAHULUAN
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan……………………………………………… 175
dikenali sebagai sesuatu yang dimiliki oleh sekelompok orang. Ciri khas identitas
Melayu adalah hasil sebuah produk budaya yang kehadirannya bisa apa saja.
masyarakat.
bukan hanya memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, tempat tinggal dan
pakaian, tapi ada kepentingan lain yakni identitas yang berpedoman kepada nilai
Kehadiran suatu nilai identitas bersifat abstrak. Nilai identitas tidak dapat
di ukur baku tetapi kapasitasnya dapat diungkap lewat simbol budaya. Dalam
simbol budaya masyarakat Melayu kedudukan nilai terhadap aspek tertentu bisa
lewat karya seni. Pada umumnya dalam karya seni tersebut sudah melekat
alamiah. Inilah fungsi nilai sebagai konsep ideologi di mulai. Budaya lahir atas
interaktif sosial serta memiliki kepentingan yang sama dalam ruang yang sama.
penentu.
Dedikasi seorang dukun, kepala suku, tetua adat, orang yang memiliki
kemampuan khusus seperti ahli dalam berburu, perang, berorasi dan lain
sebagainya, biasanya mereka ini dapat dijadikan sumber penentu karena gagasan-
gagasan mereka.
pikiran, konsep serta petunjuk yang dapat di ambil serta dibenarkan dalam
Norma atau peraturan ini masih sesuatu bersifat abstrak yang sebahagian
masih berupa kerangka di dalam otak. Sebahagian lain berbentuk prilaku yang
ideal yang memberikan corak dan jiwa yang diimplementasikan dalam tatanan
kehidupan yang serasi, seimbang dan selaras. Inilah adat istiadat yang bersifat
umum serta turun temurun, apabila di langgar akan merasa tidak nyaman
system.
Dengan demikian maka keberadaan yang pantas diakui oleh setiap orang
atas harkat dan martabat disuatu kelompok masyarakat, dengan sendirinya dapat
kepentingan yang khusus dan umum namun masih saja dalam kawasan seputar
Penjelmaan konsep buah ide dari hasil pemikiran yang dijadikan panduan
penting, bukan saja menjaga struktur atau untuk memanajemen sistem yang
di kota Medan.
Kota Medan merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh masyarakat
membentuk Negara. Dalam kesatuan aksi seperti itu, ada pola kerja dan tatanan
yang di ciptakan sehingga menuju sasaran akhir, yaitu pemenuhan tujuan hidup
mewakili kebudayaan di masyarakat. Ada yang berwujud ada pula yang tidak
bersifat material, seperti dapat disentuh, dilihat, bergerak atau diam. Misalnya
yang diletakkan pada bidang tertentu, membawa arti dan makna yang penting
harus diketahui oleh pemilik budaya tersebut. Contoh seperti gambar babi hutan
dengan tombak diatasnya, di gambar oleh manusia zaman purba di dinding goa.
Gambar tersebut sebagai alat komunikasi untuk menandakan adanya sesuatu fakta
dapat diketahui sebagai sesuatu yang bermakna. Hal itu sangatlah akurat dan
adalah bahagian yang tidak di anggap sederhana. Misalnya bunyi kentongan yang
khas didengarkan sesuai dengan arti tertentu, seperti nada bunyi untuk
kematian.
tersendiri dalam arti kekhasan tradisi akan diketahui dari aktifitas sosial,
gambar dalam bentuk hiasan yang di sebut ornamen diterapkan pada tempat atau
dikenali.
pada tempat-tempat yang di anggap istimewa dan khusus, yang pada dasarnya
hampir tidak ada hubungannya dengan tradisi. Seperti gedung perkantoran, kafe,
hotel, rumah pribadi dan rumah ibadah dan lain sebagainya. Semua hal itu
istimewa karena di miliki oleh kelompok tertentu untuk terus memelihara warisan
leluhur.
Sosok fisik bangunan Rumah Ibadah yang di sebut Masjid bagi umat
agama Islam adalah sesuatu tempat ibadah atau tempat shalat (menyembah kepada
Allah S.W.T., Tuhan pencipta alam semesta). Selain tempat shalat, juga
berkumpulnya sejumlah orang untuk beribadah kepada Tuhan sang pencipta alam
pedagang Islam sampai pada ke dataran pantai yang dikunjungi, jauh di luar tanah
Arab, di samping berniaga di situ pula mereka berdakwah dalam berbagai metode
penyampaian.
perdebatan pendapat para ahli, akan tetapi banyak menyimpulkan awal masuknya
pada abad 1 H (abad ke 7-8 M) langsung di bawa oleh bangsa Arab. Daerah yang
pertama yang dikunjungi islam adalah pesisir Sumatera yaitu Aceh. Sebahagian
para ahli yang menyatakan bahwa masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad
Samudra Pasai yang memuat nama Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun
696 H ( 1297 M ), serta sejumlah nisan yang lainnya dari abad berikutnya.
Sumber lain juga mendukung adalah laporan perjalanan Marco Polo yang singgah
di Perlak tahun 1292 M. laporan ini menyebutkan bahwa di daerah Perlak sudah
Indonesia di bawa oleh pedagang Gujarat, Persia dan sebagian besar dari bangsa
dan kesenian.
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Hindu / Budha dan berkeinginan untuk
berkuasa sendiri dengan jalan masuk agama Islam ( Baiduri, dari : Leur 1955:165-
167 ).
masjid didirikan sebagai tempat ibadah dan menciptakan ciri khas identitas
disekitarnya menetap dan hidup dalam tatanan agama Islam. Latar belakang
penyebaran agama dan peribadatan dan tentu dalam hal itu menjadi faktor penentu
dari gaya arsitektur dan ornamentasi di masjid yang ada di sepenjang sejarah
Indonesia.
Sumatera Utara ini adalah salah satu masjid peninggalan masa pemerintahan
kerajaan Melayu Deli. Sebagai Identitas budaya yang di kenal sebagai salah satu
2012).
Terlepas dari fungsi masjid dari konsep agama dan ibadah, salah satu
unsur yang dapat dijadikan sebagai nilai artistik serta terhubung dengan nilai
identitas baik kekuasaan maupun ideologi dari salah satu khas budaya.
pilosofis . Akan tetapi, benarkah ciri-ciri khas suku Melayu tersebut benar-benar
murni sebagai hak kepemilikkan suatu budaya yang tertatah dalam dekorasi
Keterkaitan apapun yang ada didalamnya fakta pisik sebagai bentuk yang
berwujud memberikan nuansa tersendiri bagi siapa saja yang dapat menikmatinya
secara visual. Artinya jika kita tidak mementingkan kedudukan khasnya suatu
suku atau tradisi tertentu tidaklah sangat menjadi persoalan. Karena keindahan
bersifat subyektif. Siapa pun boleh menaruh tinggi rendah nya nilai yang tercipta
Sangat berbeda pula jika kita melihat kedudukan ornamen tersebut bukan
hanya berfungsi sebagai dekorasi belaka, tetapi memikul sederetan ideologi yang
tatanan kehidupan merupakan sebuah citra luhur yang di usung dalam simbol-
cukup hanya sebagai pengisi ruang kosong agar media tampak menjadi lebih
indah, akan tetapi jauh dari itu struktur budaya dari suatu suku bahwa simbol-
Dalam hal ini penulis melihat fenomena yang terkait bahwa ornamen yang
melekat di setiap sudut masjid Al-Mashun tersebut tentu membawa arti penting
Melayu Deli sendiri maupun orang lain di luar suku Melayu memahami ornamen
otoritas, hak kepemilikan hanya suatu suku saja. Citra luhur yang di anggap
sebuah keakuan.
Ciri-ciri khas yang dapat dikenali karena adanya keakuan dan identitas
bahwa suatu suku menyatakan “kita bangga karena kita memiliki keluhuran“.
ada di masjid raya Al-Mashun Medan tersebut didirikan atas kepentingan pihak
merupakan wajah kejayaan Suku Melayu Deli. Kemudian fungsi lain sebagai
Kesimpulan sementara yang menjadi pertanyaan penulis atas dua hal, yang
dimiliki oleh Sultan Ma’mun Al- Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai suku melayu.
Yang kedua ornamen-ornamen itu sendiri justru aslinya berasal dari Negara-
permasalahan yang akan dijadikan dalam penelitian ini adalah bagaimana corak
dan bentuk ornamen yang menghiasi di setiap bagian fisik bangunan masjid raya
diketahui berakar dari asal budaya di luar Indonesia sebagai pemeluk agama Islam
yang telah menjadi bagian budaya Melayu, memberikan konsep tertentu setelah
Ornamen yang bukan cenderung bercorakkan khas milik budaya Melayu asli
2. Mengapa tidak memilih corak khusus budaya Melayu sebagai budaya lokal
3. Makna apa saja yang terkandung dalam sejumlah tipologi ornamen yang
Deli yang tentu memiliki aspek historis terhadap budaya Melayu Deli sendiri.
c. Nilai-nilai budaya sebagai citra luhur peradaban yang di usung oleh ornamen-
ornamen yang ada di sejumlah masjid Raya Al-Mashun Medan sebagai napak
tilas sejarah apakah dapat memberikan sesuatu yang berarti terhadap generasi
Al-Mashun Medan.
siapa saja sebagai pemerhati seni dan kebudayaan terutama terhadap suku melayu
deli yang berada di Medan dan sekitarnya. Untuk menindak lanjuti aspek budaya
kian memudarnya di tengah-tengah hiruk pikuknya budaya modern serta
pada program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni fakultas Ilmu Budaya
b. Memberikan gagasan untuk berpikir kritis bagi mahasiswa dalam hal-hal yang
ornamen yang berada di fisik bangunan masjid raya Al-Mashun Medan yang
b. Sebagai bahan masukan terhadap tim pengajar ilmu budaya khususnya dosen
seni rupa.
c. Sebagai tambahan bahan referensi bagi peneliti lain sebagai lanjutan penelitian
a. Dapat mengenal citra luhur dari kekayaan kebudayaan daerah yang menjadi
harta warisan bangsa yang patut di kenal, dicintai serta di pelihara khususnya
c. Bagi suku melayu deli sendiri yang berada di Medan dan sekitarnya
d. Aspek timbal balik terhadap suku-suku yang lain agar bagaimana memelihara
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media
yang dapat di tangkap penglihatan dan dirasakan dengan sentuhan rabaan. Kesan
ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, ruang, bentuk,
yang dapat terlihat atau sengaja dilihatkan, akan tetapi terjadi presentasi dari
kualitas bentuk. Kehadiran bentuk terinspirasi dari segenap alam semesta yang
bentuk.
mendapatkan nilai artistik. Kata “ornament (Verb)” berasal dari kata bahasa
Inggris yang berarti “ragam hias“ dan dalam bahasa belanda “siermotieven” yang
berarti “aneka corak “ (Ekoprawoto, Amran, Ragam Hias sebagai Media Ungkap
Pengertian umum bahwa ornamen ini sangat besar, hal ini dapat di lihat melalui
baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Ornamen adalah komponen produk seni
yang ditambahkan atau di sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping
untuk menambahkan indahnya sesuatu barang sehingga lebih bagus dan menarik,
akibatnya mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual
ornamen akan arti yang lebih jauh dengan disertai harapan-harapan tertentu pula.
(Amran, dari gustami : seni ukir dan masalahnya, jilid II, STSRI-ASRI 1983-
19840).
kenal dengan masjid raya Medan ini, memiliki nilai-nilai keindahan yang pantas
Masjid Al-Mashun.
memberikan nilai keindahan pada sebuah media, dalam hal ini kajian seni rupa
yang mengukur unsur bentuk, media, tekstur, motif atau tipe, warna bahkan
sampai pada tafsir makna. Dibagian badan masjid Al-Mashun terdapat corak
ornamen dengan berbagai motif. Dengan pemahaman agama Islam yang benar
bahwa setiap unsur yang terdapat pada masjid di peroleh dari pertimbangan Islam.
belaka, akan tetapi sarat dengan nilai-nilai agama Islam, dan sebagai lambang
pencitraan penguasa.
Mungkinkah hal itu terdapat demikian sebagai landasan cipta rasa yang di
bangun oleh Kesultanan. Dengan mengupas bentuk dan makna yang terkandung
di setiap pola-pola ornamen yang ada, dari sudut keilmuan seni rupa tentunya,
telah ditentukan oleh Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah sendiri. Pada
masa itu kesultanan tidak memiliki arsitek khusus dari Bangsa Melayu yang
arsitek Belanda bernama T.H. Van Erp. Arsitek ini adalah seorang perwira Zeni
Jakarta.
1.4.2 Teori
Sebagaimana pokok masalah yang telah menjadi acuan penelitian ini yaitu:
(1) latar belakang sejarah Kesultanan Deli Untuk menghiasi masjid Al-Mashun
ornamen keseluruhan sebagai konsep satu makna, dengan demikian penulis harus
Beberapa teori yang tepat digunakan sesuai pada pokok masalah adalah
kebudayaan lain, seperti bentuk rumah, topeng, pakaian dan lain-lain. Beliau
berhubungan. Dalam kajian kebudayaan tentu adanya hubungan yang tidak dapat
dipungkiri karena aspek adat istiadat merupakan bentuk sosial komunitas yang
corak perpaduan ornamen dari Negeri luar yang masih berkaitan dengan agama
Islam.
Keindahan karya seni rupa dari ornamen tersebut tidak sekedar hanya
bentuk-bentuk dan penempatan nya yang sesuai terisi kandungan makna tertentu.
bentuk sederetan ornamen yang ada. Mengupas makna dari tanda-tanda yang
beragam wujud dari setiap elemen corak. Tentu akan mendapatkan sebuah prakira
identitas nilai-nilai kebudayaan melayu deli, karena kita juga tahu bahwa ada
ornamen lokal asli yang dimiliki oleh suku budaya melayu sendiri.
gejala masyarakat yang dapat di usut secara ilmiah dengan metode observasi,
mengelola, melukiskan fakta yang tejadi dari masyarakat yang hidup. Dengan ini
dijadikan sumber kajian merupakan faktuil yang dapat sebagai informasi ilmiah
yang berharga. Sejarah yang terkait dalam kajian ini melingkupi Kebudayaan
melayu deli sebagai arah untuk melihat pendekatannya terhadap kesenian yang
digunakan.
mendapatkan alur kajian ini namun demikian ada yang dikonsentrasikan penuh
sebagai titik analisis ini yaitu makna dari karakteristik ornamen. Sesuai dengan
maksud sasaran penelitian ini maka penulis mengintensitaskan kepada makna atau
kajian semiotika.
persoalan tanda. Penulis hanya memilih seorang tokoh semiotika yaitu Charles
Sanders Peirce. Beliau menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi seseorang
(indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan
bentuk alamiahnya. Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan,
misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab
akibat. Contoh adanya asap tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang
sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif
penulis adalah ornamen maka yang lebih dekat yaitu Iconic Legisign, dan
Rhematic Symbol.
dihuni. Sebaliknya pendatang yang membawa budaya dari luar atas bentuk
semua regularitas proses budaya merupakan hukum dari kehidupan mental dan
studi tentang ini dapat dilakukan melalui psikologi budaya. Studi psikologi
budaya lebih kearah survival (kelestarian) budaya dari tempat satu ketempat yang
lain.
Survival budaya berarti ketahanan, dan itu bukan persoalan fungsi semata.
Survival sebuah daya eksistensi budaya. Survival tidak lain merupakan daya
menimbulkan makna baru. Setelahnya makna baru tersebut tak lain merupakan
terjadi sirkulasi budaya pendatang dan budaya asli lokal. Islam sebelum
kebudayaan Islam mulai disisipkan sedikit demi sedikit. Dalam hal ini terjadi
Multikultural.
diketahui dengan harapan mendapatkan mata rantai sejarah dan tentunya terkait
dibutuhkan penelaahan dari kaca mata seni rupa yang mengupas kandungan
atau teori tanda dalam usaha untuk memahami kandungan makna apa yang ada
Penulis harus memilih teori yang cukup dekat dengan kajian penelitian ini,
penulis memilih teoritis yang tepat adalah Charles Sanders Peirce yang
Gagasan penciptaan visual art (seni rupa) tentu dilandasi konsep yang
mengaitkan maksud yang akan di capai oleh media sebagai hasil karya seni.
Maksud sebagai tujuan gagasan itulah adalah isyarat, Peirce menyebutnya sebagai
bahasa. Tentu bahasa inilah kontens makna yang dipresentatifkan oleh Peirce
sebagai sasaran.
berpikir dalam tanda. Tanda dapat dimaknai sebagai tanda hanya apabila ia
berfungsi sebagai tanda. Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak
efisien menjadi efisien baik dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam
some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi,
selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, objek, dan interpretant,
tiga bagian yakni, qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang
ada pada tanda misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign
adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda misalnya, kata
kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan
bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh
tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh
berupa suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek. Berdasarkan objeknya
Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).
Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab akibat. Contohnya adanya asap
tentu adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah
penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan
sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif
diagram, peta, serta tanda baca. Ornamen adalah representatif bentuk yang telah
berobah dari bentuk-bentuk alamiah seperti tumbuhan, makluk hidup, alam benda
dan fenomena alam semesta. Kaitan tanda terhadap objek visual terkadang jauh
mengatakan harimau apabila melihat kain beludru bercorak belang hitam berdasar
kuning. Asosiasi tanda ini karena telah mengenal betul subjek yang dipahami.
Ornamen masjid Al-Mashun Medan dengan sejumlah tipe ornamen, jika di lihat
menjadi persoalan pada penelitian ini. Penelitian ini terletak pada seluruh aspek
yang melekat terhadap ornamen (kajian seni rupa), tentunya keterkaitan media
seperti latar belakang penciptaan (sumber ide), bahan yang digunakan, teknik
Unsur rupa yang terdapat di setiap elemen ornamen adalah menjadi kajian
keseluruhan. Bagian ini dapat digolongkan yakni, bagian utama (main), bagian
berhubungan dengan vocal point atau sasaran yang diutamakan yang harus
oleh umum. apabila penulis tidak melihat kategori umum atau hanya penulis saja
yang dapat memahami, di kwatirkan akan membuat persepsi baru. Kategori umum
terkadang pendukung ini manjadi hal terpenting, di lihat dari elemen yang di
gunakan, misalnya ornamen bunga mawar (sebagai objek), tanpa lengkap adanya
daun dan tangkai. Daun-daun dan tangkai tersebut begitu pentingnya terhadap
mawar tersebut meski di lain hal tanpa daun dan tangkai pun bunga mawar ini
Biasanya diletakkan pada latar belakang apabila ornamen berbentuk gambar baik
pada dataran rata mau pun dataran tidak rata (relief). Pelengkap ini cenderung
lebih memadatkan atau memberikan ruang seakan penuh. Nilai tambah terhadap
menggunakan ayakan teori seni rupa. Aspek kaitannya terhadap bentuk, media,
ukuran, warna, tekstur, letak, serta konsep desain. Seni rupa digolongkan pada dua
sifat dari presentatifnya. Yang pertama adalah seni rupa hanya untuk ekspresi,
sehingga setiap karya yang dihasilkan digolongkan pada seni murni. Murni berarti
tidak dilatar belakangi kehendak tertentu yang bersifat pada kegunaan. Seperti
karya lukis, patung, dan relief. Yang kedua adalah seni rupa terapan atau di buat
kwalitas keindahan tidak di ukur dengan satu cara. Banyak aspek yang dapat di
pertimbangan yang kuat dalam kontribusi nilai karya, terutama pelaku utama
karya seni rupa terletak pada gagasan ide yang mencerminkan daya serap
seseorang memahami lingkungannya. Untuk mengkaji sejarah terkadang orang-
orang yang berkaitan langsung terhadap hasil sebuah karya seni hampir tidak
yang sangat indah itu. Hanya ada beberapa bangsa saja menuliskan orang-orang
sebagai makluk hidup, memiliki nilai-nilai luhur yang diemban karena mereka
Keindahan menurut bangsa Yunani adalah sesuatu yang logis di cerna oleh
panca indra untuk mendapatkan kebaikan. Plato sendiri menyebutkan watak yang
Yunani keindahan dalam arti luas meliputi keindahan seni, keindahan alam,
merupakan lahiriah yang sudah ada dalam diri setiap orang. Pemahaman
keindahan lewat karya seni di bangun oleh pengalaman hidup seseorang untuk
melalui seni.
sebagai sifat obyektif dari bentuk (l’esthetique est la science du beau). Lipps
pertimbangan selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones),
ditemukan terhadap sesuatu hal, apakah bersifat yang tampak, di dengar, di sentuh
dan lain sebagainya. Bagian kwalita seni rupa mencakup kesatuan (unity),
perlawanan (contrast).
Yunity atau sering di sebut dengan perpaduan seluruh kapasitas seni yang
terbangun di dalam sebuah karya seni rupa. Kesatuan ini mencakup media, bentuk
seni, makna serta konsep yang terpadu. Harmoni atau keselarasan atau keserasian,
bahwa dalam karya seni rupa dapat menunjukkan bagian-bagian penting dan tidak
saling terkait dan berhubungan. Balance atau keseimbangan adalah ukuran tata
letak objek, tekanan warna dan lain sebagainya. Pertimbangan estetika seringkali
mengukur nilai estetika semata, tetapi harus dilalui dengan ukuran logika. Konsep
alamiah yang terkait antara manusia dengan lingkungannya tidak akan terlepas
hubungan secara rasional. Salah satu contoh ketika manusia butuh perlindungan
sesuatu diluar dirinya salah satu contohnya seperti cuaca. Dengan pengalaman
hidup dari gejala alam sehingga manusia harus beradaptasi dengan mengikuti
berpikir dan bertindak sesuai kehendak alam. Dengan demikian manusia harus
keluarganya dan disesuaikan pada konstruksi yang memadai. Tentunya logika ini
dipakai untuk mendesain agar bentuk yang diinginkan harus layak difungsikan.
Konteks penelitian ini tertuju pada ornamen masjid Al-Mashun dan kandungan
maknanya, maka jika dilihat bahwa seluruh imajinasi yang ada pada setiap wujud
indah, tetapi kita juga harus sadar bahwa setiap objek ornamen yang melekat
dilalui dengan hukum logika. Logika dalam hal ini tentunya adalah Desain.
Desain atau merancang tidak terlepas dari sejumlah program atau perencanaan
ornamen yang berada di masjid raya Al-Mashun, dan tidak menggunakan metode
kualitatif. Bagaimana penulis menguraikan data faktuil dalam kaca mata seni rupa
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara
serta mencakup sarana lain seperti dokumen, buku, foto dan video. Metode
serta kandungan makna didalamnya. Menurut Strauss & Corbin, Metode kualitatif
yang sedikit pun belum diketahui atau baru sedikit diketahui (2003 : 5).
sendiri serta masyarakt kalayak umum sebagai konteks sosial dalam memahami
penelitian kualitatif banyak hal yang harus di lihat di dalam fenomena kehidupan
manusia, seperti tentang nilai, fungsi sosial serta terkadang politik. Lingkup
budaya menjadi intensitas yang paling berarti untuk dapat diketahui sebagaimana
kepentingan sosial yang ada, kehidupan tidak akan lepas dari hal-hal yang
namun di satu sisi lain ada yang belum semuanya sempurna. Akibatnya muncullah
Meski keindahan bentuk sebagai vigura (bingkai hiasan), akan tetapi ornamen di
buat bukan sekedar penghias, tetapi sebuah atribut atau pengingat akan adanya
Penelitian lapangan (fiel work) adalah menjadi fokus utama untuk menganalisis
ornamen pada masjid Al-Mashun atau masjid Raya yang berada di wilayah kota
Medan Provinsi Sumatera Utara. Latar belakang keilmuan sarjana yang penulis
peroleh, yaitu sarjana seni rupa, maka batasan penelitian ini tentunya di seputar
bahasan seni rupa. Namun tentunya ketika kita membicarakan seni sudah tentu
dibicarakan pula tentang manusia. Seni tumbuh karena manusia ada. Seni adalah
akar hubungan konteks manusia dan seni yang berada didalamnya. Tentunya
Al-Mashun di Medan. Sehubungan dengan disiplin ilmu budaya yang diikuti yaitu
pasca sarjana (S2) Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni di Universitas
dan foto, mencatat. Wawancara dilakukan degan memilih sejumlah informan yang
di pilih penulis sebagai nara sumber (key people) untuk mendapatkan data singkat
maknanya.
berikut :
1. Konsep bentuk dasar ornamen yang telah dideformatif atau berobah dari
3. Media ornamen serta penempatan letak di salah satu lokasi di masjid Al-
Mashun.
Sumber data yang dibugunakan adalah data primer dan data skunder. Data primer
adalah data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi kelapangan.
Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari pustaka baik teori-teori
yang dikemukakan dari buku-buku atau literatur lain yang bersifat tidak langsung.
1.5.4.1 Observasi
mencatat data yang didapatkan dari pengamatan terhadap ornamen yang berada di
sebenarnya.
1.5.4.2 Wawancara
sumber. Nara sumber di pilih sesuai jumlah yang diklasipikasi penulis agar arah
konsep yang sebelumnya di susun seperti apa bentuk pertanyaannya dan siapa
yang harus menjadi nara sumbernya. Penulis melakukan wawancara terhadap nara
sumber (interview) yakni dengan beberapa orang dari pihak Pengurus Masjid Al-
Mashun, dari sejumlah tokoh adat melayu, partisipan budayawan, dan beberapa
orang dari dinas Pemerintah terkait seperti dinas Pariwisata dan dinas Museum
Pemko Medan.
manjadi solid.
yang diharapkan oleh penulis atau bagian-bagian mana yang pantas di ambil dan
yang tidak pantas di ambil. Analisis data pada ornamen masjid Al-Mashun Medan
2. Mengumpulkan data yang terkait pada suku melayu deli yang berada di sekitar
Medan.
Medan.
adalah seperti buku, artikel ilmiah dan semi ilmiah, laporan penelitian, majalah,
penulis mengenai ornamen baik dari Strata satu atau lanjutan, maupun penulis
antara lain :
pembedahan yang penulis lalukan di dalam penelitian ini, disamping itu juga
wilayah tempat yang diteliti juga berbeda. Penulis memilih jurnal ini karena
2. Ratih Baiduri, penulis buku Masjid Raya Al Ma’shun Medan sebuah tinjauan
sebagai sesuatu titik lain yang harus diperhatikan, kemudian di teliti tersendiri
yang ada sehingga penulis harus memilih kesatu arah sehingga mendapatkan
ornamen yang terdapat di bagian rumah adat suku melayu deli. Karena beliau
Universitas Medan (S1) jurusan Seni Rupa, sekaligus beliau menerima ketika
Melayu Ditinjau dari Bentuk dan Warna di kota Medan. Penelitian skripsi ini
gambar dengan ragam corak yang ada. Pendekatan Ayu Kartini memberikan
struktur dasar seni rupa sebagaimana unsur-unsur seni rupa secara umum.
Mungkin wajar saja dengan latar belakang pendidikan yang pernah penulis
tempuh di mana Ayu Kartina belajar di tempat yang sama yakni jurusan seni
rupa Universitas Medan, namun demikian pun banyak batasan sehingga begitu
teliti.
masuknya ke daerah Sumaetra sampai pulau jawa. Meskipun buku ini tidak
cukup dalam mengupas lebih jauh tentang peradapan Islam yang berada di
yang ada pada ornamen itu sendiri. Penulis melihat tulisan buku Pemehaman
Kontekstual tersebut sangat membantu, terutama konsep ideologi yang
1. Penulis butuh panduan dalam tata cara membuat tulisan penelitian ilmiah
sebagai bahan kajian. Buku ini dapat menjadi nahkoda bagi penulis sehingga
konsep yang di temukan oleh para pakar antropologi. Tulisan ini menawarkan
metodologi dan landasan teori yang didukung oleh validitas data, analisis yang
tajam serta penulisan standar akademis. Referensi buku ini sangat membantu
penulis bagaimana memulai, menyusun kalimat dan kata, memilih bahasa baku
10. Karangan Yasraf Amir Piling membuka hal-hal yang rumit tentang sebuah
makna didalam teks dan konteks budaya. Bukunya yang berjudul Semiotika
semiotika dari salah satu tokoh semiotika yaitu Carles Sanders Peirce.
Mashun Medan penulis menggunakan beberapa teori dan salah satunya adalah
teori makna dari Carles Sanders Peirce. Pengupasan makna tanda pada
jadikan landasan teori, hanya ada beberapa saja. Buku karangan Paul Cobley
dan Litza Jansz dalam gaya Visual humor berjudul mengenal Semiotika, for
12. Sejarah Singkat Istana Maimoon, sebuah buku kecil diterbitkan dari
kalangan sendiri oleh pihak Istana Maimoon yang didapati penulis dari
pemberian salah seorang nara sumber, kerabat Istana Maimoon, tanpa
Kesultanan Istana Maimoon serta sejumlah gambar dan foto sejarah Sultan.
13. Karangan Drs. Alex Sobur, M.Si. , dengan judul Semiotika Komunikasi,
nilai dalam sosial adalah sesuatu yang paling berarti sampai pada tingkat
dari balik hubungan manusia dan alam sekitarnya. Penulis menemukan tokoh
mendasar bahwa penafsiran tanda dilalui dari Ikon, Indeks dan Simbol. Maka
penulis.
14. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh teori seni rupa serta tinjauan seni
dalam melihat kualitas tidaknya sebuah hasil karya seseorang, buku diktat dari
Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Jakarta, karangan Sem C. Bangun
berjudul Kritik Seni Rupa membeberkan singkat sederetan tokoh Kritik Seni
yang ada di Indonesia mengupas kualitas sebuah karya seni. Penulis harus
dapat memahami media sebagai subjek tafsir dari kaca mata seni rupa.
Ornamen masjid Al-Mashun Medan tentunya hasil karya agung seni rupa yang
tidak terlepas dari media sebagai sumber telaah. Buku ini sangat baik menjadi
15. Kedalaman Spritual Islam Dalam Karya Seni Rupa, sebuah kumpulan
rupa dan citra karya seni Islam. Esensial sebuah karya seni rupa Islam
berlandaskan rasa kecintaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yakni Allah
mengikat. Tulisan artikel ini memberikan penulis untuk dapat memahami latar
Islam.
Sumatera, serta bahasa yang digunakan dahulu sebagai alur hubungan dekat
17. Buku Wawasan Seni karangan Prof. DRS. Suwaji Bastomi, bacaan hanya
112 halaman tersebut begitu padat membeberkan teori-teori seni rupa dan
bentuk serta makna yang di kandung oleh ornamen yang ada di masjid Al-
Makshun. Bagian besar dalam ulasan Suwaji adalah masalah seni rupa dan
garis-garis besar teoritisnya dan ini membantu penulis untuk membuat struktur
seni.
18. Antropologi Budaya, oleh Prof. Dr. Gede A. B. Wiranata, S.H., M.H.,
cukup berarti bagi penulis untuk melihat fakta sebagai peninggalan sejarah.
beradap dan beradat dan dilakukan terus menerus. Melihat orientasi nilai
19. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku, karangan Achmad Mufid A. R.,
panduan penulis untuk memilih tata bahasa sesuai dengan kaidah penulisan
pada aturan kata-kata untuk mendapatkan penjelasan yang sempurna. Buku ini
teori seni rupa, penulis memiliki buku karangan Wucius Wong, seorang pakar
dan dosen seni rupa desain di Jepang, yang membuka konsep berkarya dalam
desain. Segala rancangan seni rupa dilalui beberapa ketentuan yang mengikat,
merancang Trimatra ini sebagai alat bedah penulis untuk melihat konteks rupa
21. Sebagai bahan perbandingan dalam penulisan ini, penulis juga butuh
penulis.
22. Buku kumpulan kliping oleh Amran Ekoprawoto dengan judul Nilai
tentang beberapa etnik dan salah satunya adalah suku melayu. Meski tidak
informasi adat istiadat suku lain di daerah yang merupakan warna budaya di
Nuantara. Buku ini ini juga hadir sebagai menambah khasanah penulis untuk
beberpa pandangan filsuf yang menyinggung etika dan rasional, bukunya yang
24. Buku kecil dan sederhana namun kuat dan penting, karangan Aar Van
dijadikan sebagai kaca mata melihat teks dan konteks dari sebuah budaya.
Hasil karya adalah sebuah presentatif dan citra manusia. Budaya adalah mesin
hidup dan salah satunya adalah wujud kesenian. Salah satunya adalah simbol-
25. Beberapa motif ragam hias di tulis oleh Amran Ekoprawoto, dalam
nilai kearifan lokal sebagai salah satu yang berharga dan diketahui oleh
penulis.
26. Ungkapan budaya di mulai dari adat istiadat, kesenian bahkan permainan
adalah wujud nyata yang terus bergulir dan berkembang sampai kini. Ilmu
gosip, dongeng dan lain sebagainya yang di kenal sebagai Foklor. Buku yang
Penulisan dalam tesis ini dalam bentuk bab demi bab, keseluruhannya ada
enam bab. Setiap babnya secara saintifik memiliki runtutan isi yang dekat, bab-
belakang penelitian, pokok masalah sebagai sasaran penulis yang akan diteliti,
tujuan penelitian, manfaat dan fokus peneliti, kerangka teori sebagai acuan yang
sajikan, teknik analisis data, studi kepustakaan dan sistematika penulisan yang
penulis gunakan.
masuknya agama Islam dan cikal bakal kesultanan deli sebagai petinggi adat
Melayu. Bangunan masjid Al-Mashun sebagai sebuah maha karya masa pimpinan
Bab ini menjelaskan urutan demi urutan sesuai klasipikasi data ornamen serta
media yang menjadi bahan ornamen yang ada. Kajian memahami bentuk ornamen
masjid Al-Mashun, serta area tempat ornamen diletakkan, di buatkan tabel berupa
keterangan gambar. Memberikan rekonstruksi bentuk objek ornamen sebagai asal
gagasan idenya.
ingin membuktikan sejauh mana makna yang ditimbulkan dari keindahan dan
Kemudin catatan Saran sebagai harapan penulis bagi seluruh lapisan masyarakat
untuk dapat menghargai bahwa keindahan ornamen yang terdapat pada masjid Al-
Mashun merupakan harta warisan leluhur bangsa Indonesia yang patut dihargai.
BAB II
LINTAS SEJARAH
Sejarah adalah napak tilas dari latar belakang budaya yang memberikan
informasi tentang bagaimana manusia pada waktu tertentu hidup di dalam situasi
yang diciptakan. Dalam penelitian ini seperti apa yang telah penulis kemukakan
Ornamen adalah hasil cipta karya budaya dan merupakan bukti representatif dari
nilai-nilai budaya yang berwujud seni visual. Runtutan hal ihwal kesejarahan
memungkinkan sangat rumit. Karena sampai saat ini para pakar arkeologis belum
tujuan penelitian ini akan menjadi fokus. Sebagai konsentrasi penelitian ini
bertitik pada ornamen, keterkaitannya pada masjid Al-Mashun dan budaya Melayu
Deli, maka terlebih dahulu penulis memusarkan konteks sosialnya, dalam hal ini
Melayu merujuk pada sejarah masuknya agama Islam yang di bawa oleh bangsa-
bangsa Arab. Sebelum kedatangan Islam, agama Hindu dan Budha berkembang di
Indonesia. Sejak pertama Masehi, orang-orang Arab telah datang dan pergi ke
Indonesia, dan pada abad ke-7 M untuk pertama kalinya orang-orang Islam datang
dan memperkenalkan agama dan peradapan mereka di Indonesia. Pada abad ke-
Indonesia (Nusantara).
Aceh. Dalam catatan sejarah Kerajaan Haru merupakan Bangsa Melayu memiliki
wilayah Temiang (Aceh Timur) sampai Rokan (Riau) telah memeluk agama
Islam. Kerajaan ini berpusat di lokasi Kerajaan Deli sekarang. Dalam sejarah
kebudayaan melayu dari Hikayat Raja-raja Pasai bahwa Raja Haru dan Panai telah
di Islamkan oleh Nahkoda Syeh Ismail dari Mekkah dibantu oleh Fakir
Muhammad dari Hindia, setelah mengislamkan Raja Samudra Pasai Merah Silu
tokoh Muslim yang dimakamkan adalah Imam Shaddik Bin Abdullah, meninggal
23 syakban 998 H yaitu pada tanggal 27 juni 1590 M (Baiduri, dari sinar,
2012,16)
saat itu dituliskan So-Lo-Tan Hut-Sing (Sultan Husin) yang membayar upeti ke
beragama Islam selain bukti benda meriam yang bertuliskan aksara Arab dan
berdirinya kerajaan Haru sebelum penyerbuan Sultan Iskandar Muda dari Aceh.
Dugaan Kerajaan Haru yang telah memeluk agama Islam dalam laporan-laporan
merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatera. Pada pertengahan abad ke-16,
menaklukkan Haru tetapi tetap saja berontak terhadap dominasi Aceh. Aceh pun
tetap saja mengirim ekspedisi militer untuk menghantam Haru yang kemudian
berubah nama menjadi “Guri” dan di awal abad ke-17 M menjadi “Deli”.
memimpin daerah perwakilan Wali Negeri sebagai Raja Kesultanan Deli Pertama,
wilayahnya dari Tamiang hingga Rokan. Pada tahun 1669, Deli memisahkan diri
dari Kerajaan Aceh, memanfaatkan situasi Aceh yang sedang melemah ketika itu
(Delhi), nama aslinya adalah Muhammad Deli Khan, dan masih keturunan raja
India yang terdampar di Pasai setelah melepas diri karena konflik dari
ayahandanya di Pagaruyung. Tokoh ini berkulit hitam karena itu beliau di gelar
tidak heran banyak sebagian masyarakat menganggap nama Deli berasal dari
berada di Delitua, kemudian setelah beliau mangkat dan digantikan oleh anaknya
raih oleh Gocah Pahlawan, sampai peperangan terakhir dengan kerajaan Haru
maka sangat wajarlah beliau diangkat menjadi wakil Aceh memerintah di Delitua.
dengan Urung. Setiap Urung dipimpin oleh datuk-datuk yang memiliki hak
Dua Kota atau Hamparan Perak, Sukapiring, Petumbak, Sinembah dan Sunggal.
Urung Sunggal adalah yang paling terbesar dan terkuat, maka untuk tujuan
menyunting adik datuk Sunggal bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti pada
SERBA NYAMAN
KOTA
DU A
LON GAER
MEDAN
H
SUNGGAL
LU
G
U
GLUGUR
PIRIN
P
SE
T. LANGKAT
KA
PERCUT
SU
LABUHAN DELI
DELI SEKITARNYA
Gambar 2, peta wilayah imperium kesultanan deli (sket ulang, sumber: baiduri ratih)
jalur tepi pantai yaitu antara Kuala Belawan dan Kuala Percut, dengan dukungan
Aceh maka jalur tersebut sebagai jalur yang paling potensial bagi sumber ekonomi
Deli.
Disamping itu kemajuan bidang politik juga terlihat, atas karena dukungan
para ke 4 datuk Urung. Kesepakatan antara para datuk Urung dengan Sri Gocah
baru dari setiap pergantian kesultanan dari keturunan sultan. Pelantikan sultan ini
daerah padang datar atau Medan Deli. Masa-masa itu kerajaan Aceh mulai
melemah setelah mangkatnya Sultan Iskandar Thaani, karena setelahnya
2012:23).
yang telah wafat. Berikutnya digantikan lagi oleh Panglima Pasutan Kembali
ibukota dipindahkan dari padang datar ke Labuhan Deli. Beliau digantikan oleh
Tuanku Panglima Gandar Wahid, dan datuk 4 suku atau datuk Urung semangkin
Anderson mengunjungi deli ketika itu berperang melawan kerajaan Pulau Brayan,
Langkat dan Sunggal pada tahun 1823 M. Putra ketiga dari Tuanku Gandar
Wahid ini memerintah pada tahun 1804 sampai dengan 1850, pada masa
pemerintahannya hubungan dan pengaruh kerajaan Siak lebih kuat dari kerajaan
Aceh, hal ini ditandai dengan pemberian gelar Kesultanan kepada kerajaan Deli.
menaklukkan Deli pada tahun 1854 M. Beliau mendapat pengesahan dari kerajaan
Aceh, bahwa kesultanan Deli merupakan daerah yang berdiri sendiri. Untuk kedua
kalinya Deli menjadi merdeka dari Aceh atas wilayah kekuasaan Aceh, yang
ditandai denngan diberikannya pedang Bawar dan Cap Sembilan. Hal ini
Deli. Sultan Osman diberi gelar dari Kerajaan Aceh sebagai “ Wakil Sultan
Aceh”.
Mahmud Perkasa Alam pada tahun 1861 M sampai dengan tahun 1873 M. Beliau
mengangkat adiknya sebagai Raja Muda Sulaiman. Pada masa Sultan Mahmud
2012: 24).
digantikan oleh putranya yang cukup muda yaitu Sultan Ma’mun Al-Rasyid
umum lainnya. Beliau meninggal pada tahun 1924 M dan digantikan oleh Sultan
dagang terjalin dengan baik dengan luar Negeri serta dengan kerjaan-kerajaan lain
diploklamirkan Merdeka pada tahun 1945. Sejak saat itu kedaulatan Sultan-Sultan
Deli selanjutnya menjadi penguasa tertinggi Adat Istiadat dan kebudayaan Melayu
berganti kembali penguasa Adat kepada Sultan Azmi Perkasa Alam, lalu Sultan
Otteman Mahmud Perkasa Alam, dan yang terakhir Sultan Mahmud Lamantjiji
Perkasa Alam pada tahun 2005 sampai saat ini (tahun penelitian ini dilaksanakan
2014).
budaya Melayu Deli yang beragama Islam, maka masjid didirikan dalam kawasan
istana, berjarak dari istana lebih kurang dua ratus meter, sebagai kepentingan
Kerajaan Deli semakin maju pesat dalam perdagangan tembakau, pada saat inilah
berjarak lebih kurang dua ratus meter dari istana Maimun dan lebih kurang lima
puluh meter dari masjid Al-Mashun. Letaknya sebelah utara dari masjid.
Penggalian tanah kolam diangkut untuk menjadi timbunan dasar tanah masjid
yang berikutnya akan dibangun. Strategis dari tiga bangunan yang fundamental ini
tersebut melihat area yang terpisah antara Istana Maimun, masjid Al-Mashun dan
Kolam Raja. Strategis setiap bangunan ini memiliki kepentingan fungsi yang
sekaligus tempat tinggal Sultan yang merupakan adanya ruang lingkup antara
pejabat kerajaan, cukup pada wilayah Pemerintah saja. Sedangkan kolam raja
adalah tempat rileksasi Sultan beserta keluarganya dan tamu kehormatan ketika
mengadakan acara tertentu bahkan menurut nara sumber sering juga Sultan
dengan Pemerintahan Kesultan terjalin lebih dekat dan erat. Konsep ini dibentuk
Maimun. Ketika itu belum ada perancang lokal yang mampu membuat bangunan-
terjalin yang disebut sebagai “Politik Kontrak Panjang” (Lange Politiek Contract),
prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman, ketika itu Van Erp dipanggil ke Jawa
dari pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi
Borobudur.
Medan dan diresmikan pada hari Jumat tanggal 10 September 1990 M. Van
terkenal dengan kekayaan dan keindahan masjidnya dengan judul “moskeen Van
MENARA
PINTU GERBANG
PERKUBURAN
TEMPAT WUDHU
U
MASJID AL-MASHUN
Gambar 6, denah area masjid Al-Mashun (sket ulang dari ratih:hal 40)
Pembiayaan pembangunan fasilitas kerajaan Deli ini diambil dari kas
ada menyebutkan sumbangan dana sepertiga diperoleh dari Tjong A Fie yang
berhubungan baik degan kesultanan. Wajar saja demikian karena Tjong A Fie
didatangkan dari cina. Tjong A fie juga membangun masjid Petisah, dan ada
beberapa masjid didaerah Spirok (Tapanuli Selatan) dan juga di Sumatera Barat.
Beliau adalah tokoh Cina perantauan, diangkat sebagai Kapten Cina oleh Kolonial
Belanda (Ratih,dari sinar, 2012:27). Tempat tinggal Tjong A Fie lebih kurang dua
Allah SWT. Dalam rangka peresmiannya untuk pertama dilaksanakan shalat Jumat
oleh kesultanan Deli serta para pembesar-pembesar dari Langkat dan Negeri
Serdang. Masjid ini di kenal dengan Masjid Raya Medan. Sekarang persisnya
sebagai kota budaya Melayu Islam dan merupakan salah satu peninggalan budaya
dengan agama, ada beberapa bagian yang tidak dapat diselaraskan. Dengan
budaya harus dipadankan atau dapat diganti dengan pola budaya yang telah
agama Islam ke Indonesia, pengaruh Hindu dan Budha terlebih dahulu menjadi
membenarkan syirik atau menyekutukan Allah dengan yang lain, atau hanya Allah
syirik (menurut Islam). Namun tidak sepenuhnya pula bagian-bagian itu hilang
bagian dari kehidupan masyarakat Melayu, tetapi telah distirilisasi sehingga dapat
diterima Islam maupun melayu. Karena bagaimana pun ikatan tardisi yang telah
lama diyakini tidak dapat dihilangkan dalam waktu singkat. Dengan pelahan-
agama Islam. Demikian proses tersebut akhirnya dapat diterima menjadi bagian
kekuasaan hukum Tuhan. Dalam bahasa Melayu, “kerajaan” secara harfiah berarti
“keadaan yang mempunyai raja”. Seorang raja Melayu tidaklah dianggap sebagai
anggota biasa dari ras Melayu atau umat Islam, melainkan merupakan objek
utama dari kesetiaan. Raja merupakan pusat bagi setiap aspek kehidupan orang
penguasa raja dan kaum masyarakatnya. Masyarakat adalah patik atau sebagai
hamba raja, sementara raja berkuasa atas hukum sebagaimana hikayat keturunan
raja-raja Negeri Deli bahwa syariat beserta dengan hukum adat berada di tangan
raja. Raja menetapkan gelar bagi seseorang, menentukan status, simbol, pakaian,
dan hal itu diterima karena dipercaya bahwa perintah raja adalah perintah Tuhan.
Sejarah mengatakan bahwa kehormatan yang diberikan oleh raja di percaya sangat
berpengaruh bagi kehidupan seseorang pada masa sekarang maupun akan datang
keyakinan itu masih saja berlaku hingga sekarang (hanya kerabat adat saja).
seperti gelar-gelar bangsa Arab (gelar Muslim). Sebutan Sultan diberikan kepada
raja-raja serta diletakkan pada mata uang. Seperti mata uang kerajaan Aceh tertera
nama Sultan dan bagian belakang tertulis As-Sultan “Adil”. Budaya ini digunakan
kerajaan Malaka, kerajaan Kelantan, kerajaan Patani dan kerajaan Kedah
menjadi sebutan Sultan, kedudukannya hampir sama penefsiran bahwa raja atau
sultan sebagai titisan Tuhan. Doktrin mistis yang di pakai oleh bangsa melayu
sebelum Islam raja digambarkan sebagai titisan Dewa Wisnu atau seorang
Bodhisadwa yang hampir dekat dengan konsep Islam yaitu “insan kamil”
raja, sehingga kedudukan suci raja ini sangat membantunya untuk memenuhi
dihubungkan dengan konsep Khalifah, Sultan atau Syah (Syeh) dalam tradisi
cikal bakal Sri Paduka Gocah Pahlawan hingga sekarang kedudukan raja atau
Sultan di anggap adalah Khalifah ummat Islam, dimana beliau didampingi oleh
Setelah memeluk agama Islam dan Sultan tidak secara langsung memiliki
sebelum kesultanan. Ketika Sultan beragama Islam dan para pembesar kerajaan
juga memeluk agama Islam, maka masyarakat melayu menjadi lebih besar masuk
pada diri seseorang atau masyarakat. Menurut Karl Marx Ideologi merupakan alat
(pemikiran tertentu). “salah satu item yang membentuk keperluan mental dan
permasalahan politik, sosial, ekonomi dan perkara yang bersangkut paut dengan
didasarkan pada ideologi Hindu dan Budha. Pendekatan budaya asalnya tidak
sepenuhnya ditinggalkan, justru ada bagian yang masih melekat dan dilestarikan.
Tuhan Yang Maha Esa, budaya sebagai sentral ideologi yang kemudian
memiliki multi budaya dengan merangkaikan sejumlah budaya asal sebagai milik
asli yang telah terjadi pembentukkan budaya lewat ayakan agama yang dianut.
Dari ayakan agama ini terdapat bagian yang masih diperbolehkan sebagai sistem
secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal meliputi dari dasar seperti seluruh
dinding paling bawah bagian luar seputar lingkaran bangunan masjid, dinding luar
masjid, bagian lingkaran atas antara lain kubah,menara dan pintu gerbang
(termasuk gedung tempat wudhu). Kemudian bagian dalam hanya sekitar
meliputi pintu gerbang, bangunan tepat wudhu, menara dan bangunan utama
masjid. Berikutnya bagian dalam masjid meliputi serambi, mihrap, mimbar dan
ketentuan yang telah penulis sebutkan, dan tidak melakukan bagian-bagian lain
yang bukan menjadi bahasan penulis. Tindakan ini bertujuan agar dapat
pengaruh besar terhadap bangunan masjid. Bagian ornamen terkecil tercatat hanya
menurut penulis tidak cukup memberikan pengaruh besar dalam penelitian ini
sehingga penulis harus menentukan bagian yang tepat dan layak sebagai sasaran
penelitian.
diuraikan area serta keadaan masjid Al-Mashun secara umum. Masjid raya Medan
Area masjid dibatasi oleh pagar tembok dan besi dengan luas 13200 m2 .
Pintu gerbang terdapat pada arah timur laut dengan memiliki dua ruangan. Dua
masjid Al-Mashun.
Masjid sebagai titik sentral maka dapat dilihat bangunan utama dan
bersuci sebelum shalat), menara masjid (sebagai tempat pengeras suara bilal
yang mengomandangkan azan), serta area perkuburan pembesar Sultan dan pintu
gerbang.
keseluruhan yang meliputi di mulai dari pintu gerbang, bangunan tempat wudhu,
tertentu.
wujud yang hampir mirip atau sejenis dan seragam. Misalnya jenis dasar bentuk
halnya juga terhadap bentuk-bentuk yang lain seperti bentuk fauna, geometris,
melalui pintu gerbang. Pintu gerbang ini memiliki dua ruang kiri dan kanan, saat
membatasi area masjid Al-Mashun, dan memiliki beberapa pintu gerbang kecil
Secara vertikal atau sudut pandang dilihat urutannya dengan cara dari atas
kebawah. Tidak ada pembakuan apabila melihat sesuatu objek harus dengan satu
cara yang dibenarkan. Penulis hanya berpendapat bahwa dengan cara melihat di
Deskripsi ornamen yang ada pada pintu gerbang yang pertama terletak
pada bingkai atau bagian atas (Cresting), yang melingkari berbentuk putik bunga
sebagai hiasan pagar lantai atas dengan empat sudut, setiap sudutnya berbentuk
mahkota. Level berikutnya berada di lantai bangunan kiri dan kanan, masih
bagian dari pintu gerbang, persis tepatnya atap ruangan yang terdapat dua ruang
pintu gerbang yang berseberangan , juga sama persis bentuk ornamen yang
terdapat pada level sebelumnya. Terbuat dari batu semen dan menyatu pada
bangunan.
dalam kolom bercekung kedalam berbentuk empat segi. Setiap kolom berbentuk
ornamen berpusar pada delapan segi dengan memiliki ornamen kembar yang di
chrossing atau di silang masing-masing empat sudut dan empat sisi pinggir.
Bentuknya adalah motif flora yang telah terjadi proses deformatif (perobahan
bentuk).
Berikutnya terdapat empat daun jendela bagian depan dan bagian belakang
pintu gerbang, sama persis memiliki kisi-kisi (windows grilles) atau bingkai
jendela untuk sirkulasi angin. Fisik jendela ini juga di sebut dengan jendela mati
atau jendela tetap, yakni jendela yang dibuat dari material yang sama pada
bangunannya atau yang menyatu dengan bangunannya (semen), dan tidak dapat
dibuka tutup atau dipisahkan. Bentuk ornemen jendela ini sederhana bermotif
geometris dalam lengkungan runcing bagian atas (pointed arch), dengan latar
byground kramik dinding. Motif ini berbentuk relief datar dan berlobang.
Gambar 10, windows grilles pintu gerbang (koleksi pribadi)
Setelah melalui pintu gerbang, arah sebelah kiri lebih kurang jaraknya
100m dari pintu gerbang, sebelah timur, terdapat bangunan berkubah tunggal.
Bangunan ini adalah tempat wudhu. Bentuk bangunan ini berbentuk delapan segi.
Bagian pagar sisi kubah letaknya bagian atas terdapat ornamen sebagai lingkaran
pagar saling berangkai dan menyatu. Bentuk relief ini memiliki dua pola yakni
pola semi patung (masih kategori dua dimensi/relief tinggi), dan relief bolong.
bidang kecil segi empat. Setiap bidang terdapat bermotif lingkaran, dan
Gambar 12, urutan ornamen di bangunan tempat wudhu (sket ulang dari foto koleksi pribadi)
delapan buah jendela. Setiap jendelanya memiliki frame relief berbentuk pola
Gambar 13, lengkungan bermotif flora (sket ulang dari foto pribadi)
Berikutnya pagar bermotif gigi-gigi gergaji (sow tooth) terdapat pada level
bawah bagian atap utama bangunan tempat wudhu, dengan enam jendela yang
tidak dapat dipisah (terbuat dari semen) berfungsi sebagai fentilasi (windows
grilles).
Gambar 14, gigi-gigi gergaji (sket ulang dari foto koleksi pribadi)
Gambar 15, jendela berkisi-kisi (digambar ulang dari foto koleksi pribadi)
Pada posisi lintang barat, persis sebelah kanan arah pintu masuk gerbang
utama, terdapat menara masjid Al-Mashun. Menara ini berfungsi sebagai tempat
menara terdapat pagar kayu berbentuk arcade (deretan tiang dan lengkungan).
Gambar 16, komponen ornamen pada puncak manara masjid (koleksi pribadi)
Pada level berikutnya terus mengarah pada bagian kebawah, terdapat dua
level atau dua lantai berturut-turut, bentuk pagar sama dengan diatas sebelumnya,
namun pagar-pagar ini terbuat dari batu semen serta bagian ring-ring bawahnya
terdapat ornamen bentuk bintang bersudut delapan dibatasi dengan bingkai segi
empat berjumlah empat buah. Diantara bentuk bintang di sela dengan relief segi
berikutnya ada di bawah setelah bintang bersudut delapan dan segi tiga bersisik,
terdapat bidang datar terdapat bentuk lingkaran dalam segi tiga mengapit bentuk
ornamen swastika dalam lingkaran. Jumlah lingkaran dalam segi tiga jumlahnya
dari lantai paling bawah dengan sisi empat sudut atau seperti kubus, lazimnya
standart bangunan umum. Diatas bangunan ini terdapat bingkai Cresting berpola
kurang berjarak 100 meter, terdapat bangunan yang paling utama di area masjid
dengan pagar tembok dan besi. Bangunan ini merupakan sentral pisik atau
bangunan yang paling utama. Masjid ini memiliki tujuh pintu utama, sebelumnya
mendapatkan tiga pintu dari bangunan ruang yang berkubah. Bangunan berkubah
ini berada di setiap sudut bangunan utama masjid, hanya tiga yang memiliki anak
tangga menuju bangunan utama sedangkan yang satunya sebelah bagian lintang
barat tidak ada anak tangga karena persis letak area mihrab masjid yang tentunya
bangunan utama masjid, yakni terdapat pada bagin yang paling tertinggi. Pada
bangunan utama masjid yang paling tertinggi yaitu adalah kubah besar bangunan
Ornamen tinggi di pagar sekitar kubah sama persis bentuknya dengan tipe
yang berada di kubah bangunan tempat wudhu yaitu bermotif gigi-gigi gergaji
(sow tooth).
Gambar 22, urutan ornamen di bangunan tempat wudhu (sket ulang dari foto koleksi pribadi)
bidang) mengarah kebawah sampai pada kedelapan sisi bidang bangunan kubah
dan diantara bidang terdapat dua jendela dan jumlah seluruh jendela ada enam
belas jendela. Dari puncak bangunan kubah sampai pada keenam belas jendela
Gambar 23, .jendela kubah (sket ulang dari foto koleksi pribadi)
Gambar 24, crasting pada ring kubah pada bangunan utama masjid (koleksi pribadi)
pagar berelief ornamen. Tetapi pagar ini bukan sekedar dekorasi tetapi
Gambar 25, pagar berornamen bintang bersegi enam dan lingkaran (sket ulang dari foto koleksi
pribadi)
Gambar 26, pagar atas kubah berbentuk bintang bersegi enam dan lingkaran (koleksi pribadi).
setelah pagar ini dibawahnya juga memiliki panel frame tekuk bertingkat.
Gambar 27, tekuk bertingkat (sket ulang dari foto koleksi pribadi)
Setelah pagar level paling atas terus mengarah kebawah terdapat kembali
motif gigi-gigi gergaji (sow tooth), selanjutnya segi empat sejajar horizontal, dan
byground atau latarnya diletakkan tegel atau keramik dinding dengan tehknik
grafis (cetak) bermotif flora. Motif ornamen pada tegel atau keramik dinding
sampai bagian level paling bawah, di dalam bidang segi empat sejajar arah
Gambar 29, latar tegel atau keramik pada bidang byground (koleksi pribadi)
tidak secara langsung ketika seseorang melalui pintu gerbang maka bangunan
serambi berkubah yang pertama sekali yang tampak ditemukan adalah bangunan
berkubah bagian lintang utara. Strategis itu juga difungsikan sebagai hilir mudik
dari bagian yang paling atas yaitu pada ring kubah. Ring kubah pada bagian ini
tidak terdapat ornamen hanya saja pagar berbentuk arcade atau tiang-tiang
bagian kubah.
bidang segi empat hampir memenuhi setiap dinding. Kembali terdapat tegel atau
keramik yang sama terdapat pada kubah bangunan utama masjid sebagai isian di
mendapatkan tegel atau keramik dengan gambar flora dari tekhnik grafis menjadi
byground jendela pada bangunan berkubah tersebut. Ornamen-ornamen ini juga
terdapat pada ke empat bangunan kubah di setiap sisi sudut bangunan utama
masjid Al-Mashun.
pendamping bangunan utama masjid, tampak ornamen relief datar atau relief
pada panel atas pintu masuk bangunan serambi berkubah. Bentuk-bentuk jalinan
serambi, persis di bawah ruangan bangunan berkubah sisi bangunan utama masjid.
Tepatnya kubah bagian dalam berbentuk cekungan bersegi, berpusar pada titik
tengah dengan gambar bintang bersegi-segi, dan terdapat di setiap segi bidangnya
berornamenkan motif flora. Ornamen ini tidak berbentuk relief atau tekstur timbul
dari bentuk atau corak gambarnya, melainkan menggunakan tekhnik grafis atau
tekhnik cetak, dan ornamen tersebut bermotif sama yang terdapat pada cekungan-
cekungan di bawah ketiga kubah lainnya. Setiap sudut bersegi terbingkai pada
terbuat dari tegel atau keramik dengan dua ragam pola ornamen bermotif flora di
Gambar 33, ornamen berbentuk bintang bersegi persis di tengah kubah (koleksi pribadi)
Gambar 34, cekungan bersegi dibawah kubah, ornamen tekhnik grafis (koleksi pribadi)
Gambar 36, ornamen diatas pintu masuk bagian dalam (koleksi pribadi)
berkubah kembali ditemukan relief berbentuk lembaran daun dan kuntum bunga
atau jenis motif flora. Beberapa tampilan berurut dari atas kebawah gambar dari
bentuk deformatif kuntum bunga, daun, rantai dan lis bevel sebagai ritme
perbagian kolom, bunga, lis bevel dan tegel dinding sebagai akhir dinding bagian
Ada empat serambi disetiap sisi bangunan masjid, kemudian satu serambi
Diatas pintu lorong serambi terdapat panel diatas nya diisi berbentuk
bingkai ring pintu. Berikutnya motif kuntum bunga dengan garis bergelombang
Gambar 39, bermotif kuntum bunga di kepala tiang pintu masuk serambi (foto koleksi pribadi)
Dilangit-langit serambi terdapat bermotif geometris berbentuk lingkaran
didalam mata angin dan frame jalinan tali dengan ulir floris yang diletakkan
ditengah-tengah berjajar disepanjang langit-langit lorong serambi.
Gambar 40, lingkaran geometris dengan jalinan tali dilangit-langit serambi (foto koleksi pribadi)
utama masjid. Motif floris menghiasi anjungan jendela serambi dengan aplikasi
relief pada bingkai jendela, kaca patri sebagai daun jendela dan tiang kecil dengan
rangkaian bingkai bermotif kuntum bunga dan daunan berjajar arah horizontal
Gambar 42, frame serambi bermotif kuntum bunga dan daun terdapat dibangunan utama masjid
Gambar 42, frame bermotif geometris secara horizontal disepanjang dinding lorong serambi (foto
koleksi pribadi)
Lantai serambi berpola kotak dengan susunan spasi kotak kecil wajik
secara formal berbaris lurus dengan selang-seling berwarna hijau, biru dan
kuning. Motif ini terdapat disetiap lantai bangunan serambi dan lantai ruangan
serambi berkubah. Dengan dibatasi frame garis lurus setiap bidang lantai baik
Masih dalam lorong serambi bagian sisi samping luar dilalui bagian atas
terdapat kanopi atau resplang serambi dengan beberapa tiang berjajar sebagai
pagar serambi. Relief bermotif bevel atau tekukan disetiap pinggir resplang,
pintu masuk utama. Pintu masuk utama ini sama sejajar dengan pintu masuk
bangunan berkubah serambi dan pintu tengah dilorong disetiap serambi. Jumlah
pintu masuk keruangan utama masjid Al-Mashun ada delapan pintu. Empat pintu
sma arah ruangan bangunan serambi berkubah, dan empat pintu ditengah lorong
serambi. Idealnya tentu pintu masuk keruangan bangunan utama masjid Al-
Mashun adalah yang persis berhadapan dengan pintu masuk bangunan serambi
berkubah.
Relief bermotif wajik dan segi tiga sebagai kisi-kisi diatas pintu masuk
Motif bintang bersegi banyak terdapat pada ditengah kubah bagian dalam.
Sejumlah panel berisikan motif floris melapisi kubah bagian dalam yang terbuat
dari kayu. Bermotif floris dan geometris sebagai bingkai kubah yang dilanjutkan
dengan frame diantara jendela kubah bagian atas. Dinding bangunan atas setelah
kubah dan frame terdapat latar belakang bermotif floris disetiap dinding bagian
atas. Kuntum bunga dan lembaran daun berbentuk tameng-tameng disela jendela
atas kubah. Pengulangan motif floris berjajar dari atas kebawah dan kiri kekanan
floris dengan tameng ditengah berbentuk bunga. Berikutnya masih dalam ring
kanopi beberapa panel bermotif kuntum bunga berjajar berspasi dengan panel
putih kosong berukuran sama dengan panel bermotif kuntum bunga yang
kemudian dibagian batas ujung setiap lingkaran kanopi terdapat panel bermotif
lengkungan ring kanopi. Persis dibawah ujung ring kanopi terdapat tiang sebagai
kuda-kuda kanopi terbuat dari batu marmer berjumlah delapan tiang. Motif
Gambar 48, motif geometris dipadu berangkai dengan motif floris terdapat di bawah ring kanopi
masjid, kembang bunga menutupi seluruh dasar dengan frame jajaran mata
tombak dari deformatif geometris dan floris, dan sebagai sentralnya motif bintang
masjid bagian sisi atas setelah langit-langit dan sebarisan dengan jendela bermotif
disetiap dinding bangunan masjid, jendela ini tertutup kaca patri bermotif floris,
berfungsi hanya menerima cahaya masuk sebagaimana seluruh jendela yang ada
floris kuntum bunga dan dedaunan. Kemudian ruangan imam atau tempat
pemandu shalat disebut dengan mihrab. Didinding ruangan bercekung ini terbuat
dari susunan batu marmer, di tengah bagian atasnya bermotif matahari. Kemudian
ring topinya bermotif kuntum bunga berjajar. Gigi-gigi gergaji sebagai frame
pembatas antara motif matahari dengan dinding mihrab. Kepala tiang mihrab
pada dinding paling bawah bangunan utama masjid hanya les lurus horizontal.
Ada dua mimbar didalam ruangan masjid, yang satu disisi sebelah kanan
mihrab, dan yang satunya lagi di sebelah barisan Sap jemaah wanita, tepatnya
bagian kelompok kaum wanita ketika shalat. Apabila shalat berjemaah dilakukan
ketika didalam masjid, terdapat dua kelompok barisan berjajar menghadap Kiblat
(arah antara lintang Barat dan utara). Dua kelompok ini terbagi dua dengan garis
pembatas kain, yakni didepan adalah para jemaah kaum pria dan disebelah
floris dimulai dari atap berbentuk kubah, kanopi dan kepala tiang. Pagar mimbar,
pondasi, dinding anak tangga mimbar, dinding pondasi tangga bermotif floris
Gambar 52, mimbar yang dekat dengan mihrab (foto koleksi pribadi).
Gambar 53, kanopi mimbar berkubah (foto koleksi pribadi).
tiang pagar, dinding anak tangga, tonggak tengah pondasi mimbar, adalah
bermotif floris. Sedangkan tonggak tengah pondasi bagian atas, panel timbul
seperti sarang lebah, pinggang pondasi dan tapak pondasi bermotifkan gigi-gigi
dan geometris.
Gambar 54 , mimbar kedua (foto koleksi pribadi).
Gambar 55, tampak samping kiri mimbar kedua (foto koleksi pribadi).
BAB IV
Struktur bentuk atau telaah dari unsur-unsur yang membangun pisik seni
temuan para ahli tentang peninggalan sejarah yang berhubungan dengan seni
penafsiran dan dugaan, mereka harus mengaitkan berbagai teori sosial. Dengan
demikian pendekatan prakira bagaimana konsep ide diciptakan masa itu harus
terhadap ornamen pada bab sebelumnya yang terdapat dari sejumlah letak serta
urutan. Dengan cara seperti ini menurut penulis akan lebih jelas.
4.1.1 Bentuk
Bentuk (form) atau benda plastis menurut bahasa Indonesia kata “bentuk”
yang berarti bangun (shape), dalam pengertian seni rupa adalah wujud tampak
sesuatu materi atau pisik. Bentuk merupakan elemen rupa yang memiliki sifat
countur atau bentuk dasar permukaan pisik yang di sebut Raut. Dapat di lihat atau
Bentuk juga terkait kepejalan atau volume materi yang di sebut gempal.
Bentuk memiliki ruang rongga yang di isi maupun tidak. Bersifat keras atau juga
Letak ornamen masjid Al-Mashun terbagi dua lokasi. Letak ini juga
penyampai maksud-maksud tertentu yang lebih spesifik. Tetapi dalam hal ini
Dua lokasi tersebut adalah penempatan ornamen pada bidang letak yakni
bagian dalam (interior) dan bagian luar (eksterior). Dari setiap letak akan didapati
fungsi ornamen secara persentasi, apakah keindahan ornamen terjadi lebih sedikit
atau banyak, lebih rumit atau sederhana, tentunya semua ini dikehendaki sesuai
penelitian ini. Sudah pasti akan ditemukan kandungan bobot sebagai kwalitas
nilai. Kemudian seluruh nilai-nilai yang terdapat pada setiap ornamen akan
menjadi kapasitas unsur keindahan penghias. Bukan hanya itu saja, selain
bentuk yang telah menjadi karya seni yang di sebut ornamen berawal dari ide di
tumbuhan, hewan, alam benda, alam semesta dan imajinatif abstrak. Maka
batu arca dan beberapa benda pakai. Pakar antropologi mengaitkan kesenian dan
sosial ketika zaman itu cukup memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap
kuat memiliki sistem tatanan kehidupan meski masyarakat yang telah memeluk
yang tidak ada hubungannya dengan corak ornamen baik primitif atau tradisionil.
Tetapi beberapa pakar seni rupa mengatakan apabila salah satu tipe atau corak
ornamen apakah primitif maupun tradisionil ketika diletakkan pada suatu bidang
yang tidak semestinya sebagaimana asal aslinya, maka ornamen ini masih saja di
masing-masing seperti motif flora, motif fauna, motif manusia, motif alam benda,
Motif atau ciri bentuk dari objek-objek tumbuhan disebutkan motif flora.
pohon dan daun. Selanjutnya motif-motif ini di gubah atau di stirilisasi sehingga
menjadi gambar dekor atau bukan realis ( realis = aliran seni lukis ). Gambar
penghias.
Kehadiran bentuk flora ini dapat berperan utama atau menjadi sentral
poin. Kedudukannya pada sudut letak dekor justru menjadi fokus, sehingga
ornamen sejenis ini bukan hanya fungsinya sebagai penghias, akan tetapi sebagai
penguat dalam bidang bangunan tertentu. Seperti biasanya motif bunga adalah
beberapa tipe bentuk fariasi tumbuhan yakni bentuk dedaunan, bunga, kuncup
justru memberikan bidang lebih berkesan hidup atau berjiwa. Nuansa makluk
hidup meski telah terjadi pendistorsian atau deformatif ( perobahan bentuk dari
bentuk asalnya ) tidak terdapat dalam lingkungan masjid. Ajaran agama islam
masih ada juga terdapat dibeberapa media yang difungsikan sebagai perangkat
alat terdapat motif makluk hidup. Namun di dalam area mesjid Al Mashun Medan
terutama pada bangunan utama baik dalam maupun di bagian luar masjid tidak
terdapat ornamen yang berbentuk motif fauna. Tentunya penulis tidak mendata
Masjid. Meskipun bentuknya sudah berobah tidak lagi sempurna karena sudah
terjadi pendeformasian akan tetap tidak dibenarkan. Setiap hiasan yang mejadi
Ta’ala (Tauhid). Melarang adanya gambar atau bentuk makluk hidup sebagaimana
di beberapa penafsiran ajaran Islam bahwa perbuatan ini seakan meniru ciptaan
masjid di Indonesia memiliki arsitektur dan ornamen yang dibawa dari Bangsa
Bangsa Arab tetapi atas hasil karya dari sikap orang Arab terhadap kesenian
meski persinggungan dalam penelitian ini sangat tidak ditemukan adanya gambar
makluk hidup atau manusia di dalam seluruh ornamen masjid Al Mashun Medan.
Motif alam benda atau gambar-gambar seperti anak panah, pedang, piala,
mahkota dan lain sebagainya, sering menjadi hiasan yang mengagumkan ketika
berobah menjadi ornamen. Seperti motif flora, motif alam benda pun sering
ditemukan menjadi figur atau sentral poin. Dan tujuannya tetap memberikan
ornamen gaya modern. Pada dasarnya ornamen sendiri adalah sesuatu proses
kreatifitas manusia yang bertitik dari kayali atau sesuatu yang abstrak. Namun
bentuk-bentuk yang menjadi inspirasi masih dapat dilihat. Motif imajinatif abstrak
adalah secara keseluruhan objek bentuk telah total terjadi berobah. Seperti gambar
bintang misalnya, benda angkasa itu tidak pernah diprediksi secara benar bentuk
aslinya sehingga ada yang bersegi lima, delapan, dua belas dan seterusnya, serta
saja.
Tentunya motif ini yang sangat erat hubungannya dengan masjid. Motif-
motif font arabic atau aksara arab sering didapati di beberapa bidang bangunan
masjid terutama letak area interior atau bagian dalam ruangan masjid. Aksara arab
ini adalah ayat-ayat Al-Quran (kitab Suci Islam), yang di pilih sesuai dengan
bangunan Ibadah lainnya sesuai dengan aksara dan Kitab Suci masing-masing
pada masjid Al Mashun sendiri tidak terdapat tulisan ayat-ayat suci Al Quran baik
yang didapati pada bangunan masjid Al-Mashun Medan yakni motif flora, motif
Motif geometrik adalah bentuk-bentuk dasar dari segi empat, segi tiga,
lingkaran dan lainnya, dipadukan sesuai dengan artistik visual tanpa kandungan
tegas dan kaku. Banyak ahli menjelaskan motif geometrik yang menjadi pola
didalamnya. Terlepas dari latar belakangan konsep geometrik, motif ini terdapat
ornamen.
Tabel 1, ornamen dalam area masjid Al-Mashun serta letak dan medianya
Pintu Gerbang
dibawah siku-siku
pinggir bangunan
pintu gerbang
langit gerbang
gerbang
Tempat Wudhu
Bentuk Letak Media
kubah
ring kubah
jendela
bangunan utama
tempat wudhu
dinding bagunan
tempat wudhu
Menara masjid
bunga
horizontal bertingkat
segitiga
segi empat
delapan
Topi pintu berkisi-kisi Diatas pintu lantai Relief bolong/ semen dan
Kepala tiang bermotif Disisi kiri dan kanan Relief rendah/ semen
saling berhimpit
Bangunan serambi berkubah di empat sisi bangunan utama masjid
dibagian dalam
diberikan warna
jendela berkubah
berlengkung berkubah
Pucuk-pucuk pakis Bagian atas pintu Tralis besi
lengkung
pembatas bermotif
jalinan rantai
Keramik dinding Dinding bagian dalam Keramik
kecil
Motif flora dalam panel Diatas pintu lurung Relief rendah/ semen
serambi
serambi masjid
Motif putik bunga dan Kepala tiang disisi kiri Relief rendah/ semen
lorong serambi
anyaman geometris
diletakkan ditengah
buah
sponing jendela
stirilisasi
bermotif geometris
yang dikembangkan
menjadi garis
dalam setengah
lingkaran berjajar
dibingkai resplang
serambi
Motif bidang geometris Lantai ruangan Keramik
kecil
Motif rantai terkait Ring topi pintu utama Relief rendah/ semen
masjid
kubah
dedaunan dikubah
masjid
resplang.
setelah
masjid
lengkungan meruncing
tombak masjid
Motif floris dalam Langit-langit masjid Grafis/ kayu
belakang bunga
berbaris
jendela masjid
kepala tiang
horizontal
Stirillisasi daun Dinding ruangan Keramik/ grafis
utama masjid
bawah bangunan
masjid
marmer
pakis marmer
Stirilisasi rangkaian Dinding pondasi Relief rendah/ batu
dalam panel
berbentuk kotak-kotak
sarang lebah
mimbar kedua
ditengah
bertingkat
4.1.3 Dimensional
Kata dimensi dalam arti seni rupa adalah sesuatu yang menempati ruang.
Persoalan sesuatu itu tidak lain adalah materi atau media rupa yang tampak
kelihatan oleh panca indra. Berikutnya materi tersebut di ukur lewat bentuknya.
atau sifat permukaan serta volume (isi) yang membawanya. Terkadang bidang
datar juga di sebut bentuk, karena apapun yang datar tidak terlepas dari materi.
Dengan demikian seni rupa membagi ruang ini menjadi dua yaitu dua dimensi
Dua dimensi memiliki sifat datar dan papar, memiliki bidang, memiliki
tekstur, bersifat materi (hukum materi). Segala sesuatu objek seni dalam
pertimbangan ruang yang dikelompokkan pada sifat datar dan papar maka
digolongkanlah kepada seni dua dimensi. Perlu dipahami juga bahwa sifat lebih
mendominasi dari pada ukuran, karena ada materi yang bersifat countur yang
dinamis atau tinggi rendah kepaparan materi akan tidak sama apabila disetarakan
dengan bidang yang berbeda. Contoh misalnya ada sebidang tanah dengan luasnya
mencapai ketinggian satu sampai tiga meter. Sementara di lain hal ada selembar
kertas mulus tanpa ada yang terlipat terletak di atas meja, dengan ukurannya tidak
lebih besar dari sehelai sapu tangan. Tentu apabila kita lihat kedua ukuran ini jauh
Sifat dasar dimensi dari setiap seni yang ciptakan, maka dapat diketahui
besarnya. Apapun yang tampak datar dan papar maka seni tersebut berada pada di
dua dimensi misalnya lukisan, foto, seni dekor, relief dan lain sebagainya. Tetapi
perlu dipahami bahwa bahasa rupa adalah dasar penciptaan. Seorang perupa
gagasan dan ide. Meski terkadang perupa tidak sadar akan asas, konsep atau
kaidah-kaidah seni rupa sebab proses dan hasil akan lebih penting (bentuk psikis).
tekstur bahkan ada yang menambahkan gerak. Sifat tiga dimensi ini
mempertimbangkan letak sisi ruang yang ditempati oleh materi. Tentunya materi
contohnya adalah patung. Dari segala sudut letak bidang materi menjadi bagian
yang tidak terlepas dari keseluruhan objek seni. Akan berbeda jika patung ini
hanya tampak sisi depannya saja, dan di sebut bukan seni patung tetapi seni relief
tidak lagi menjadi bagian dari objek seni, bentuknya sudah papar atau datar.
Sedangkan gerak termasuk dalam kategori tiga dimensi bukanlah sebuah patung
yang tergolong kedalam dua dimensi ketika diolah melalui proyek komputerisasi
menjadi animasi maka secara teori gambar-gambar tersebut dapat diartikan seperti
dengan utuh sehingga seakan-akan seluruh bidang dipenuhi oleh materi meski
Gambar 60, Bentuk bidang Tiga Dimensi (dalam gambar dua dimensi)
pada dua bentuk dekor seni yaitu dekoratif datar dan dekoratif relief. Dekoratif
datar merupakan bentuk-benuk yang tidak timbul seperti hasil drawing langsung
atau industri cetak kemudian ditempatkan pada bidang-bidang tertentu untuk
dengan raut permukaannya memiliki countur lebih tinggi atau kelihatan timbul,
tetapi masih berprinsip dua dimensi. Dekoratif relief lebih cenderung ditempatkan
dibagian luar bangunan utama masjid karena sifat relief lebih berkarakter kokoh.
4.1.4 Media
Media adalah bahan atau materi yang digunakan sebagai bahan dasar
untuk menciptakan visual seni. Penulis menerima data dari beberapa informan
terutama dari pihak masjid Al-Mashun sendiri yang berhubungan dengan media
yang digunakan pada setiap ornamen-ornamen yang ada. Bahan dasar ini adalah
pewarna (cat), keramik (porselen), batu (batu alam), kayu, semen dan besi.
perpaduan fungsi dan artistik, sehingga tampak lebih mewah atau indah.
Sedangkan dibagian lain meski kepentingannya tetap pada dekorasi akan tetapi
penulis akan membuat tabel klasipikasi Integrasi data ornamen yang ada di masjid
Al-Mashun Medan.
4.1.5 Teknik
Teknik dalam pengertian bahasa seni rupa adalah efesiensi kerja untuk
mencapai hasil karya seni. Bagaimana cara dan trik seseorang dalam melakukan
baik. Setiap perupa apabila berhadapan dengan program kerja terlebih dahulu
waktu dan teknik. Penentu hasil seni yang akan di buat adalah berdasarkan alat
dan media. Meski kemampuan perupa didasari oleh pengetahuan wawasan seni
serta terkadang dikaitkan pada bakat atau talenta. Tetapi tetap saja ditentukan oleh
diaplikasikan dengan bermacam teknik. Dari teknik ukir pahat, teknik rekat
(tempel), teknik drat (memasang dengan skrup), teknik cor, teknik las, teknik
grafis dan teknik drawing. Teknik ukir terdapat pada ukiran-ukiran kayu dan batu.
Teknik ini di pahat langsung menggunakan alat ukir dari baja yang disesuaikan
pada medianya seperti kayu atau batu. Ukiran kayu ada yang bersifat utuh, yakni
juga teknik ukir kayu yang memisahkan dari dasar medianya. Ornamen yang di
ukir terpisah dari dasar letak dimana nantinya objek tersebut diletakkan, dan
teknik ini tergolong teknik rekat atau tempel. Teknik pahat langsung atau
Sedangkan teknik drat cenderung medianya terbuat dari besi. Teknik cor lebih
banyak terdapat pada crasting atau pagar-pagar puncak bangunan. Teknik las
adalah bentuk-bentuk medianya dari besi yang dirangkai dengan las, Teknik grafis
atau ornamen yang di cetak melalui proses industri cetak, medianya terdapat pada
keramik atau ubin. Sedangkan teknik drawing atau menggambar dan mewarnai
visual atau dengan tujuan tertentu lainnya. Dengan demikian banyak metode
media disesuaikan pada tempat, fungsi, maupun makna yang diinginkan. Semua
sebagai master pland. Kehendak perancang dari perupa terkadang ditentukan oleh
perupa dengan pemesan meski di dalam teknik pengerjaan adalah hak perupa
seluruhnya.
Kumpulan ornamen yang penulis dapatkan apakah dari pengambilan objek
foto langsung di lokasi mau pun dokumentasi dari sumber pustaka, faktanya
Mungkin saja masih banyak atau ada beberapa bentuk-bentuk lain yang tidak
baik secara total maupun tidak adalah sebuah proses kreatif manusia. Tidak
banyak yang dapat melakukan hal ini mengingat kreatifitas adalah kemampuan
media material. Oleh sebab itu karya yang diciptakan memiliki nilai tertentu.
Pergeseran bentuk adalah mengobah bentuk asal atau bentuk yang telah
terjadi dari sifat alamiahnya. Bentuk baru tentunya adalah bentuk imitatif. Bentuk
gambaran abstrak hanya dipikiran saja. Gambaran abstrak ini hanya berupa
Konsep desain pada awalnya dimulai dari cara seseorang menstrukturkan objek-
objek dengan banyak pertimbangan. Seperti biasanya hasil dari imajinasi ini
gambar-gambar sederhana.
atau adanya rasa keindahan pada diri seseorang sehingga setiap apa yang di lihat
terlebih dahulu dilalui unsur citra rasa keindahan. Sifat rasa inilah menjadikan
ornamen yang diciptakan di dunia ini tidak lepas dari sebuah proses kreatifitas
tertentu dalam pendataan langsung dan menjadi objek penelitian ini. Adapun
objek ornamen yang penulis pilih adalah ornamen yang memiliki sumber idenya
Dari pembagian struktur ini terdapat klasipikasi dari satu unit ornamen
kapasitas unit ornamen. Seni rupa menyebutnya central point atau titik tumpu.
Kapasitas satu bidang ornamen memiliki sejumlah rangkaian bentuk yang terpadu
komponen visual tersebut terdapat vigur atau objek utama yang menjadi pusat
perhatian. Tentunya objek sentral ini merupakan bentuk yang diutamakan sebagai
konsep ide. Berikutnya konsep ide inilah sebagai landasan makna yang
mendapatkan fokus sebagai peran utama dalam visual. Dengan adanya rangkaian
ornamen semangkin kuat atau memiliki kwalitas artistik. Terkadang justru kreasi
pelengkap ini secara umum mendominasi bidang, sehingga bagian besar visual
terdapat pada kreasi pelengkap, akan tetapi tetap saja keunggulan objek utama
Ritme atau irama dari gerak visual dapat di lihat melalui alur arah
komponen objek yang terdapat pada ornamen. Setiap ornamen diketahui memiliki
konstruksi bangun yang menandai adanya pondasi atau lantai, tubuh dan puncak.
Ketiga sifat konstruktif ini dimiliki setiap ornamen sehingga kita dapat mengenal
mana lantai dasar atau mana puncaknya dan mana pusarnya. Dengan permainan
ritme terlihat jelas adanya alur gerak atau irama yang dimiliki setiap ornamen.
Didalam teori seni rupa ada beberapa irama yang difahami sebagai kaidah untuk
ini tentunya berupa visualisasi rupa yang dapat dirasakan dari pemahaman bentuk.
Frame atau sering disebut bingkai adalah salah satu komponen yang tidak
terlepas di dalam ornamen. Sebagai batasan bidang frame adalah bertindak selaku
pagar pembatas terhadap sekumpulan objek ornamen. Bingkai ini memiliki sifat
bentuk tersendiri yang terkadang tidak ada memiliki hubungan bentuk yang ideal
dengan sejumlah objek-objek yang telah terpadu pada ornamen. Tetapi karena
sifatnya adalah memagari atau membatasi ruang lingkup ornamen maka bingkai
ini merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari ornamen yang dibatasinya.
Dilain hal frame tersebut bersifat semu atau tidak tampak kelihatan, namun berupa
bahasan pengkajian.
bagian ornamen yang hanya memiliki struktur objek saja. Karena sasaran kajian
seluruh kapasitas ornamen pada satu bidang tertentu. Meski kategori ornamen
tidak seperti alur yang dilalui sebagaimana dalam urutan perbagian ornamen.
tegel.
pembatas tegel.
ditempatkan ditengah-tengah
kesuatu bidang.
bersegi empat.
sejajar horizontal.
pembatas objek.
terbentuk.
geometris tersebut.
dari bidang.
Simbol mata angin ini adalah bentuk
empat.
segi empat.
menindih.
frme.
horizontal.
pucuk-pucuk pohon.
kubah.
Jendela berkisi-kisi ini bermotif
ftame.
jendela berelief.
utama jendela.
BAB V
Sebagaimana layaknya bahwa benda seni dalam seni rupa merupakan hasil
penciptaan dari karya seni rupa ornamen dikelompokkan pada seni dekorasi yaitu
Unsur keindahan seni rupa di ukur dari objek seni dan konsep ide nya.
Makna yang dihadirkan sebagai tafsir objek seni sebagai bentuk yang dapat
dipahami. Keindahan pisik terdapat pada kapasitas bentuk atau rupa media yang
telah terjadi perobah bentuk dasar dari bentuk-bentuk alamiah kemudian menjadi
yang dihehendaki.
Bidang dasar atau tempat ornamen yang akan diterapkan disesuaikan dengan tipe
tersebut mendapat perhatian khusus sebagaimana nilai artistik serta makna bentuk
diperhatikan.
5.1.1 Nilai Artistik
Nilai adalah hasil akhir dari bobot yang ditemukan dari ornamen-ornamen.
tangkap (melihat langsung) oleh setiap orang dalam bentuk pisik benda. Rasa seni
ikut kedalamnya baik secara simpati maupun empati, ditentukan oleh rendah atau
garis besar, ini diketahui apabila objek seninya dapat memberikan setiap orang
sebagai karya yang berkwalitas, maka unsur-unsur inilah yang menjadi ukuran
pendapat nilainya sama terhadap benda seni yang sama. Beberapa unsur tersebut
yakni unsur kerumitan raut, komposisi warna, komposisi letak dan kelangkaan
media.
Kerumitan ini salah satu keagungan rupa yang dapat memukau sehingga semua
orang mengaguminya.
dan dasar bidang ornamen sehingga kelihatan indah. Sebutan harmonisasi yaitu
bagaimana isian warna kelihatan serasi dari setiap bentuk dan bidang-bidang
ornamen. Pada umumnya warna apa saja adalah baik, akan tetapi menjadi tidak
dengan warna yang lain maka hasilnya tidak baik. Harmonisasi warna merupakan
nilai artistik dalam bahasa seni rupa. Meski penulis memakai teori seni rupa dalam
penelitian ini tetapi hanya membatasi lingkup kajian motif dan bentuk pada
Letak atau komposisi utama objek merupakan hal yang paling menentukan
dalam seni rupa. Matra apapun sebagai media, komposisi menjadi perhatian
penting, salah menempatkan bentuk atau objek maka keseluruhan akan menjadi
artistiknya. Seni akan bernilai apabila benda atau medianya tidak banyak atau sulit
untuk mendapatkannya. Seperti yang terdapat pada benda batu mabel atau marmer
yang didatangkan dari spanyol, ukiran besi, dan tentunya dikerjakan khusus untuk
masjid Al-Mashun.
Persoalan makna bentuk tentunya adanya fakta bentuk objek seni yang di
ukur dari imaji atau ide yang tertera pada visul objek, baik rautnya datar,
dijadikan benda seni. Segala ornamen yang ada di masjid Al-Mashun tentunya
perupa. Penulis telah menyinggung teori sosial serta aspek penciptaan seni sebagai
teori seni rupa pada bab sebelumnya bahwa manusia dan lingkungannya memiliki
Hubungan kausal atau sebeb akibat bahwa ornamen yang ada pada masjid Al-
Mashun bukanlah sebuah kebetulan dan hanya mencari bentuk keindahan semata.
tidak pernah mempertimbangkan atau siapa yang memberikan ide ornamen yang
seni rupa dengan pertimbangan desain dan estetika. Desain sebagai rancang
bangun menggunakan sejumlah rasio tehknis dan media tepat guna. Perancang
harus studi lapangan untuk melihat sejauh apa fungsi dan kegunaan jika sebuah
media diciptakan. Sementara estetika sebagai nilai value yang hanya dapat
ditangkap oleh indra rasa. Seorang desain pun harus dapat menghadirkan citra
kenikmatan mata sehingga sosok media tidak hanya lahir sebagai benda
kronstruktif belaka namun aspek historia atau latar belakang penciptaan sehingga
menjadi karya seni yang harus dipahami sebagai sesuatu yang berjiwa.
langsung sebab akibat. Ornamen masjid Al-Mashun yang ada disetiap tempat
sebagaimana penulis data dan telah dikemukakan pada bab III dan bab IV, maka
sejumlah besar motif ornamen masjid Al-Mashun ini cederung bermotif Floris
atau tumbuhan.
Bentuk floris yang terdapat begitu banyak didalam ornamen masjid Al-
Mashun tentunya ada seperti memiliki ikatan hubungan atau kepentingan. Ikatan
hubungan dirunut atau ditarik sejarah ornamen asli yang ada di masjid Al-Mashun
ini awalnya berasal dari negeri luar seperti Hindia, Spanyol, Turki dan China.
Hubungan dagang dan diplomatik luar negeri cukup baik dijalin oleh Sultan Al-
Rasyid. Meski tercatat bahwa arsitek masjid Al-Mashun adalah T.H Van Erp,
tetapi tetap saja kehendak mutlak oleh Sultan Deli (dari nara sumber).
tidak terstruktur, misalnya terdapat bentuk ornamen yang paling megah atau
historia napak tilas terhadap trah atau ras sebagai asal keturunan kesultanan yang
cenderung kelihatan tampak lebih fokus karena letak dan fungsinya menjadikan
pada Sap wanita (barisan jemaah wanita pada waktu shalat). Kedua mimbar ini
manusia dengan sesuatu. Hubungan ini jauh membentuk manusia sehingga terjadi
yang ada di masjid Al-Mashun lebih banyak bernuansa floris meski ada beberapa
bermotif geometris. Asal ornamen berbentuk floris ini sangat kuat dengan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Ada beberapa objek utama yang
tampil hadir berulang ulang dalam beberapa bidang yang berbeda. Objek ini
adalah kuntum bunga. Penulis hanya berupaya mencari bentuk asal dari kuntum
bunga tersebut. Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa objek yang sering hadir
ini adalah Pohon Hayat. Pohon Hayat dalam kepercayaan Hindu yang disebut
Kalpataru melambangkan dunia yang tertinggi meliputi dunia bawah dan dunia
budaya yang telah membaur di suku Melayu dan agama Islam Dunia tidak
menjadi hal yang dianggap suatu benturan dengan keyakinan agama Islam.
Kalpataru tersebut dapat juga di tafsirkan kedalam ajaran agama Islam bahwa
Proses penciptaan dan hasil seni yang dilahirkan adalah sesuatu yang tidak
ornamen sebagai hasil daya cipta manusia atas pemahaman dalam nilai-nilai
kehidupan secara estetika, disisi lain ada sebuah nilai sebagai sumber yang paling
kemanusiaan.
Ornamen tidak sekedar sesuatu yang dinikmati sebagai karya seni, akan
sosial. Wajar saja kaum petani akan lebih akrab pada sebutir padi dari pada kail
benda dan lingkungan sekitarnya kepada manusia adalah membawa arti tersendiri.
Banyak latar belakang yang dijadikan sebagai konsep. Muatan konsep ini
memikul berbagai falsafah, yang tidak lain adalah sebuah implementasi sosial
Penulis melihat unsur dampak sosial dari aspek visual ornamentasi masjid
sumber yang di anggap dapat memberikan pernyataan logis sebagai acuan untuk
seluruh data yang didapatkan berikutnya menetapkan hasil penelitian sebagai hasil
analisis.
Ada dua aspek sosial yang diberikan penulis sebagai bukti pernyataan
sebagai petinggi adat suku Melayu Deli yang berhubungan erat dengan masjid Al-
Mashun. Ada beberapa golongan kekerabatan ini menurut penulis dapat dijadikan
sebagai sumber data melalui metode wawancara untuk mendapatkan informasi,
sendiri yakni para ahli waris. Ahli waris merupakan pihak langsung yang paling
secara turun temurun hingga budaya Melayu ini sampai sekarang masih
harus dihormati sebagai kearifan budaya. Apalagi hal ini menyangkut sejarah
besar Sumatera Utara dan kerajaan Melayu Deli atau Melayu Medan. Mandat ini
sudah di akui oleh Republik Indonesia ketika kemerdekaan telah di rebut dari
penjajahan Belanda, ketika itu juga kesultanan deli mengakui kemerdekaan dan
atau mengakui bukan saja keagungan istana maimoon atau masjid raya Al-
Mashun, tetapi budaya Melayu menjadi salah satu bahagian dari suku-suku yang
sesepuh kerajaan meskipun tidak bersifat langsung yakni kebanyakan dari para
datuk, tengku, dan tok muda, tetap penulis anggap adalah para pewaris kerajaan.
Hasil dari wawancara penulis dari beberapa kerabat telah di kutip dan
Pertama masjid tentunya sebagai rumah ibadah dari pemeluk agama Islam,
keberatan jika masjid di bangun secara spektakuler. Alasan ini atas melawan
hukum (bid’ah), karena pada masa Nabi Muhammad masjid dimanfaatkan secara
Terlepas dari wacana para pakar ilmu agama dan ulama muslim tersebut,
adalah masjid Al-Mashun yang didirikan sebagai bentuk simbol kekuasaan dan
keagungan budaya melayu yang berada di tanah deli atau Medan dan sekitarnya.
dagang dan diplomatik luar negeri menunjukkan bahwa beliau adalah seorang raja
Disamping itu sultan bukan saja menunjukkan sebesar dan sekuat apa di
terhadap bangunan tempat shalat merupakan salah satu da’wah (syiar agama).
Dengan demikian seperti yang dapat di lihat dari keagungan masjid Al-Mashun
yang dikenal dengan masjid raya Medan, dari arsitektur sampai pada
ornamen saja tanpa melibatkan arsitektur walaupun kedua hal tersebut tidak
kesultanan deli. Tentunya tidak ada yang dipungkiri bahwa trah (turunan sedarah)
adalah pengikat budaya yang pertama sekali sebagai sumber ideologi. Cikal bakal
sejarah lahirnya kerajaan Deli dititikkan pada kisah seorang gagah perkasa yang
digelari Gocah Pahlawan dengan nama aslinya Yazid merupakan keturunan raja-
raja dari Bukit Mahameru. Berdasarkan hikayat beliau adalah seorang pahlawan
melayu deli yang berada di Medan Sumatera Utara. Tuanku Yazid berasal dari
kota Dhili (Hindia), tidak heran banyak sejarawan menghubungkan kata Deli yang
kerajaan melayu deli merupakan darah keturunan Hindia. Adanya trah turun
temurun ini berlangsung panjang di kerajaan melayu deli sampai pada berdirinya
Kemudian masuknya budaya Arab lewat asimilasi dan akulturasi sebagian masuk
kepada leluhur menjadi sebuah budaya yang mengikat sekaligus simbol identitas.
sebuah wajah budaya. Bentuk pengakuan ini beralasan kuat karena keturunan atau
para pewaris tahta raja-raja melayu deli berasal dari darah Hindia.
Melihat dari bentuk-bentuk serta pengelompokan ornamentasi yang ada di
masjid Al-Mashun, lebih besar berasal dari Negeri Hindia. Dengan demikian
beragama Islam.
Penulis memilih beberapa praktisi dan pengamat seni sebagai nara sumber yang
keterkaitan teori rupa atau prihal keindahan atau segala sesuatunya yang
sebagai berikut :
Berbagai ragam bentuk dan tipe ornamen melekat pada dasarnya untuk mencapai
keindahan agar masjid tampak lebih baik. Namun di balik itu hakekatnya seni
dekorasi tidak hanya memenuhi kebutuhan nilai artistiknya, tetapi tidak lepas dari
Maimoon dan masjid Al-Mashun satu area kesultanan bersama dengan kolam deli
memiliki satu konsep. Sebagai seorang Sultan Melayu, kebudayaan menjadi salah
satu martabat yang di junjung tinggi. Adat istiadat serta sistem pelaksanaan
mereka, adat istiadat masih berlangsung dilakukan tetapi tidak lagi ada yang
dengan masuknya agama Islam yang tidak meninggalkan peraturan adat istiadat
yang karismatik.
masjid Al-Mashun.
4. Kearifan lokal
patut dibanggakan. Masjid Al-Mashun yang begitu megah dan indah merupakan
salah satu bangunan sejarah yang masih difungsikan oleh masyarakat umum
sebagai tempat shalat. Keberadaan masjid ini masih dipelihara pihak kesultanan
itu pula kebangsawanan atau hak adat istiadat masih tetap menjadi preogratif
kesultanan dan pemerintah Medan. Sebagai bangsa yang berbudaya mencintai dan
memelihara tradisi dan adat istiadat merupakan bentuk manusia yang
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari seluruh uraian di atas mulai dari BAB I sampai dengan BAB V
Medan Provinsi Sumatera Utara. Dimulai dari masuknya agama Islam, cikal bakal
dan sejarah kesultanan melayu deli, struktur ornamentasi masjid Al-Mashun, dan
sebagai berikut :
berangka tahun 696 H (1297 M), serta sejumlah nisan yang lainnya
(2) Cikal bakal dan sejarah kesultanan melayu deli di Sumatera Utara.
relief rendah atau relief tinggi, tekhnik cetak dan lain sebagainya.
b. Ada juga struktur dari bentuk objek. Dari sejumlah elemen yang
a. Penjelasan ini tentu inti sari dari hasil penelitian ini sebagaimana
kebulatan arti untuk dapat memaknai ornamen masjid raya atau masjid
dengan teori Pierce bahwa simbol yang sering muncul pada bidang-
pendapat dari aspek sosial, yang pertama adalah dari kerabat langsung
para pewaris tahta raja-raja melayu deli berasal dari darah Hindia.
Medan. Nilai pertama ada pada sejarah seni dekorasi Islam, kedua
6.2 Saran
Banyak harapan penulis ketika dalam proses penelitian ini telah melihat
dan memahami serangkaian aspek yang lahir oleh citra nuansa keindahan
a). Mayarakat Suku Melayu, bahwa nilai kearifan yang berada pada keindahan
ornamen masjid Al-Mashun sebagai tanda bahwa kesenian Dunia yang melekat
pada bangunan masjid Al-Mashun telah menjadi bagian kesenian suku Melayu.
Hubungan yang telah mengikat ini karena Masjid sebagai tempat ibadah umat
agama Islam, segala sesuatu yang diperbolehkan dalam bagian masjid merupakan
milik bersama suku Melayu, sehingga ragam corak kesenaian asing yang telah
disadur atau disesuaikan dengan kepentingan adat istiadat Melayu akan menjadi
milik suku Melayu. Dengan demikian masyarakat Melayu harus dapat memahami
seutuhnya akar tradisi yang sumbernya ada dari beberapa pengaruh kesenian
Dunia yang telah disesuaikan dengan agama Islam menjadi milik masyarakat
Melayu.
harta warisan nenek moyang yakni nilai-nilai ideologi yang terwujud dalam segala
bentuk kesenian. Dalam hal ini adalah keelokan rupawan ornamentasi yang berada
informasi ilmiah terhadap sejarah maupun artefak-artefak dan situs sebagai bentuk
tentunya dalam hal ini adalah Sekolah atau Institusi Pendidikan. Siswa dan
bergulir dari dunia Pendidikan dilalui dengan proses transformasi ilmiah. Instansi
berbudaya tentunya menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat sebagai salah satu
yang patut dibanggakan dimata Dunia. Dunia mengenal bangsa Indonesia adalah
bangsa yang tegak berdiri dengan sebuah kehormatan yang bermartabat yang tak
sebagai salah satu kesenian yang telah menjadi milik suku Melayu Deli, maka
sudah pantaslah kita turut berbangga karena Negara yang kita cintai ini banyak
memiliki bentuk dan jenis kesenian yang merupakan harta warisan yang patut
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Wiranata, I Gede, 2011, antropologi budaya, Bandung : PT. Aditya Bakti
Baiduri, Ratih, 2012, masjid raya al ma’shun medan, Yogyakarta : Eja Publisher
Bangun, Sem C, aplikasi estetika dalam seni rupa, Jakarta : IKIP Jakarta Perss
Cobley, Paul dan Jansz, Litza,2002, semiotic for beginners, terjemahan Ciptadi
Sukono,Bandung : Mizan
Ekoprawoto, amran, 2005. ornamen sebagai sumber inspirasi karya cendera mata,
Medan : Makalah
Ekoprawoto, amran, 2008. kedalaman spiritual Islam dalam karya seni rupa, Medan :
Makalah
Ekoprawoto, amran, 2014. ornamen tradisional batak sumber inspirasi karya cendera
Universitas Press
Hariwijaya, M., 2006. pedoman tehnis penulisan karya ilmiah,Yogyakarta : Citra Pustaka
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003, nilai-nilai luhur budaya spritual, Jakarta
Levine, Peter, 2012.nietzsche potret besar sang filsuf, alih bahasa Ahmad Saidah,
Jogjakarta : IRCiSoD
Marsden, William, 2013, the history of sumatra, cetak ulang, Jakarta : Komunitas Bambu
Web.Internet
Wong, Wucius, 1986, beberapa asas merancang dwimatra, terjemahan Drs. Adjat Sakri,
Wong, Wucius, 1989, beberapa asas merancang trimatra, terjemahan Drs. Adjat Sakri,
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : H. Ulumuddin
Pekerjaan : Ketua BKM Masjid Al-Mashun Medan
Umur : 48 Tahun
Alamat : Medan