Anda di halaman 1dari 4

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, A 469-472

https://doi.org/10.32315/sem.1.a469

Perpaduan antara Tradisi Islam dan Kebudayaan Eropa pada


Arsitektur Istana Maimun
Pipin Kurniawati

Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi, Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi
Bandung.
Korespondensi: 13513089@std.stei.itb.ac.id

Abstrak

Berbicara mengenai warisan kejayaan masa lalu, kota Medan memiliki salah satu istana terindah
yang ada di Indonesia, yakni Istana Maimun. Istana Maimun merupakan salah satu peninggalan
Kerajaan Deli. Istana ini memiliki gaya arsitektur unik dan desain interior yang memberikan karakter
khas akibat perpaduan kebudayaan Islam dan Eropa pada bangunannya. Gaya arsitektur yang
dimiliki Istana Maimun menjadikan istana tersebut memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai
objek wisata seni, desain, dan arsitektur, di luar fungsinya saat ini sebagai objek wisata sejarah.
Artikel ini membahas tentang gaya arsitektur Istana Maimun serta unsur-unsur kebudayaan yang
mempengaruhi desain bangunannya.

Kata-kunci : desain, gaya arsitektur, Istana Maimun, kerajaan Deli

Pendahuluan

Sumatera Utara merupakan wilayah yang sejak dahulu hingga sekarang memiliki potensi sumber
daya alam yang melimpah. Selain karena letaknya yang strategis, faktor tersebut pula yang berhasil
mengantarkan Sumatera Utara dalam jaringan perdagangan internasional. Ramainya perdagangan
internasional di wilayah Sumatera lambat laun menjadikannya salah satu pusat kegiatan ekonomi
dan politik. Dalam perjalanan sejarahnya, keadaan geografis tersebut yang melatarbelakangi
lahirnya kerajaan-kerajaan besar di Sumatera Utara, salah satunya yakni kerajaan Deli.

Kerajaan Deli mencapai puncak kekuasaannya ketika hadir perusahaan perkebunan dan kolonialisme
Belanda di Sumatera Utara. Pada masa ini, Sultan Deli mulai menunjukkan kejayaannya secara
signifikan melalui pembangunan Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun di kota Medan. Istana
Maimun merupakan peninggalan terbesar kerajaan Deli yang dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al
Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan keturunan raja ke-9 Kerajaan Deli.

Terkenal dengan sejarah dan kemegahan desainnya, sejak tahun 80-an, Istana Maimun dibuka
untuk umum sebagai objek wisata bersejarah. Istana Maimun kerap kali dikunjungi oleh para
wisatawan domestik maupun mancanegara. Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya
karena usianya yang tua, namun desain interiornya yang unik. Bangunan Istana ini memadukan
unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, Islam, Spanyol, India, dan Italia. Selain itu Istana Maimun
ini memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi. Sejumlah renovasi telah dilakukan terhadap bangunan
Istana Maimun, tetapi gaya arsitektural aslinya teteap dipertahankan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka artikel yang berjudul “Perpaduan antara Tradisi Islam
dan Kebudayaan Eropa pada Arsitektur Istana Maimun” diharapkan dapat memaparkan gaya
arsitektur Istana Maimun secara jelas dan terperinci.

Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 469
ISBN 978-602-17090-5-4 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Perpaduan antara Tradisi Islam dan Kebudayaan Eropa pada Arsitektur Istana Maimun

Arsitektur Istana Maimun

Istana Maimun dibangun dua tahun sebelum pusat pemerintahan kerajaan Deli dipindahkan ke kota
Medan. Diperkirakan pembangunan istana dimulai pada tahun 1888. Pembangunan istana ini
memakan waktu hampir 3 tahun lamanya dan mulai ditempati pada tahun 1891. Istana ini memiliki
luas 2,772 meter persegi dan terdiri dari 30 kamar, balairung, dan dapur. Didesain oleh seorang
arsitek Belanda bernama T.H Van Erp. membuat arsitektur istana ini tidak luput dari pengaruh
nuansa Belanda dan nuansa negara-negara Eropa dalam gaya arsitekturalnya. Desain Istana Maimun
juga menggambarkan kebudayaan Melayu dan pengaruh India. Istana Maimun didominasi dengan
warna kuning yang merupakan warna kebesaran bangsa Melayu.

Terkait lingkungannya, Istana Maimun berdiri diatas lahan yang berukuran kurang lebih 4,5 hektar.
Istana dibangun menghadap kearah antara timur dan timur laut. Pada sisi Timur istana terdapat
halaman yang sangat luas. Sementara itu, pada sisi Utara istana terdapat taman yang berfungsi
sebagai elemen untuk memperindah kasawan istana. Pada sisi Barat istana, terdapat pemukiman
warga yang merupakan tempat tinggal para kerabat kerajaan. Pada sisi Tenggara berjarak sekitar 10
meter dari bangunan istana, terdapat bangunan bergaya Arsitektur Karo tempat dipajangnya meriam
puntung. Menurut mitosnya, meriam puntung tersebut adalah jelmaan dari adik Putri Hijau,
Mambang Khayali untuk mempertahankan Istana dari serangan musuh. Tapi karena ditembakkan
terus-menerus, meriam ini menjadi panas, meledak, kemudian terputus menjadi dua. Salah satu
ujungnya terpental ke Kampung Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Tanah Karo.

Bangunan Istana Maimun terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri,
dan bangunan sayap kanan. Masing-masing bagian terdiri dari 2 lantai. Bagian sayap kanan tidak
dibuka untuk wisatawan karena dihuni oleh ahli waris keturunan sultan. Pada saat kerajaan Deli
masih memiliki kekuatan politik, lantai 1 bangunan merupakan area yang seluruhnya digunakan
sebagai area administrasi dan area kerja pegawai kerajaan. Lantai dua bangunan induk digunakan
sebagai balairung besar yang berfungsi sebagai singgasana, sedangkan bagian belakangnya
digunakan sebagai dapur. Bangunan sayap kanan lantai dua digunakan sebagai ruang rehat dan
kamar bagi keluarga dan kerabat kerajaan berjenis kelamin wanita, sedangkan sayap kiri digunakan
untuk yang berjenis kelamin laki-laki. Istana juga memiliki beranda besar yang mengelilingi lantai
satu dan dua istana yang berfungsi sebagai tempat bersantai bagi kerabat dan tamu kerajaan pada
saat itu.

Gambar 1. Tampak Depan Istana Maimun


Sumber: http://www.tournesia.com/wp-content/uploads/2017/03/Maimoon-Palace.jpg

A 470 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Pipin Kurniawati
Berdasarkan gambar tampak bangunan, terlihat bahwa bangunan Istana Maimun merupakan
cerminan satu sisi bangunan dengan yang lainnya. Istana Maimun menunjukkan kesimetrisan yang
kuat. Kesimetrisan tersebut memiliki kemiripan dengan gaya arsitektur Palladian yang tercipta pada
zaman Renaissance. Istilah “Palladian” biasanya merujuk kepada bangunan dengan desain yang
terinspirasi dari karya seorang arsitek Andrea Palladio yang berasal dari Venesia. Gaya desain
Palladio berbasis kuat pada simetri, perspektif, dan nilai-nilai arsitektur kuil Romawi dan Yunani Kuno.

Meski banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa seperti pada kesimetrisan bangunan, motif
hiasan dinding, ornamen lampu, kursi, meja, lemari, hingga pintu dorong, bangunan Istana Maimun
juga memunculkan nuansa Islam yang cukup kental seperti nuansa pada bangunan istana lain yang
ada di tanah Melayu. Nuansa Islan salah satunya dapat dilihat pada pintu gerbang istana yang
berada di depan bangunan induk. Pintu gerbang ini berfungsi sebagai akses untuk masuk ke dalam
ruangan. Pintu gerbang ini tidak memiliki daun pintu. Bagian atas pintu gerbang berbentuk
lengkungan seperti kubah yang lancip pada bagian atasnya. Bentuk pintu seperti ini sering ditemui
pada bangunan yang menggunakan gaya arsitektur Persia atau Turki.

Gambar 2. Desain Atap Istana


Maimun
Sumber:
http://www.1dasia.com/groupima
ges/1450173891Maimun-Palace-
Medan.jpg

Karakteristik Islam pada Istana Maimun juga dapat dilihat melalui atap istana. Istana Maimun
memiliki atap berbentuk kubah yang terletak pada bagian pintu gerbang istana berjumlah 3 buah
dan berwarna hitam. Ketiga kubah tersebut memiliki alas yang berbentuk persegi. Kubah memiliki
empat sisi yang berdiri diatas setiap sisi pada alas persegi dan terjalin menjadi satu pada ujung-
ujung sudutnya. Bangunan yang menggunakan atap kubah umumnya adalah bangunan yang
berdenah bujur sangkar atau persegi panjang sehingga memberikan kesan besar dan megah pada
bangunan secara keseluruhan. Selain itu, nuansa Islam juga terlihat pada barisan tiang penopang
atap yang bercirikan khas Maroko. Gaya arsitektur tersebut secara jelas meniru gaya Mughal India
atau mungkin kolonial Eropa yang menerapkan konsep arsitektur Mughal untuk menandai sebuah
istana Islami.

Bangunan sayap kanan dan sayap kiri Istana Maimun memiliki penutup berupa atap over hang
berwarna abu-abu kehitaman. Penggunaan atap over hang bertujuan untuk mengantisipasi
masuknya air hujan ke ruangan istana. Atap over hang ini juga berfungsi sebagai penahan
masuknya sinar matahari yang berlebihan kedalam area istana sehingga sinar matahari yang masuk
tidak membawa cahaya yang menyilaukan dan panas yang berlebih.

Istana Maimun juga memiliki ruang loteng yang berukuran tinggi 2,5 m dengan lantai yang terbuat
dari papan. Ruang loteng ini berfungsi sebagai ruang perputaran udara sebagai fungsi dari adanya
ventilasi di sekeliling sisi dinding loteng. Loteng ini memiliki sistem ventilasi silang (cross ventilation)
guna melancarkan aliran udara pada ruang loteng sehingga suhu udara pada ruang istana lantai dua
tetap terjaga baik. Ruang loteng memiliki atap over hang yang berwarna kuning.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 471


Perpaduan antara Tradisi Islam dan Kebudayaan Eropa pada Arsitektur Istana Maimun
Lantai pada sebagian besar ruangan Istana Maimun ditutupi oleh tegel-tegel yang disusun secara
berkombinasi. Tegel tersebut berukuran 30x30 cm dan terletak pada ruangan sebelah kiri dan kanan
balairung, dapur, serta beranda depan istana. Sementara itu, lantai pada balairung istana dan
tangga pada pintu masuk menggunakan marmer putih berukuran 70x70cm.

Gambar 3. Lantai Ruangan dan Ornamen lampu


Istana Maimun
Sumber:
https://banghendri.files.wordpress.com/2012/08/istan
a-maimun-09.jpg

Pelajaran

Istana Maimun merupakan salah satu peninggalan yang harus dijaga dan dirawat. Istana Maimun
sangat ideal untuk dijadikan sebagai objek wisata seni, desain, dan arsitektur, bukan hanya menjadi
wisata sejarah saja. Pihak pengelola dan perawat Istana Maimun harus paham akan nilai-nilai
berharga dari keindahan dan kemegahan interior istana serta detil-detil ornamen yang ada. Dengan
begitu, pengunjung yang datang akan bertambah jumlahnya dan bukan hanya peminat sejarah
melainkan juga mahasiswa-mahasiswa desain, arsitek, dan juga pengamat seni.

Kesimpulan

Kerajaan Deli yang merupakan salah satu kerajaan Islam yang sangat mengedepankan keagamaan
dalam keseharian dan kebudayaannya. Hal ini dapat dilihat melalui gaya arsitektur Istana Maimun
yang memiliki nuansa Islam yang sangat kental. Kerajaan Deli juga memiliki toleransi antar budaya
yang dapat dilihat dari perpaduan gaya arsitektur Eropa pada ornamen-ornamen bangunannya.
Selain itu, Kerajaan Deli memberikan kesan sosial yang kuat pada desain Istana Maimun dengan
membuat istana terkesan sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung dan membawa
pesan kepada Sultannya.

Ucapan Terima Kasih

Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Bambang Setia Budi atas bimbingannya selama ini
dalam kuliah AR4232 Arsitektur Islam dan dalam proses pengerjaan artikel ini. Saya juga berterima
kasih kepada teman-teman seperjuangan satu studi atas semangat, bantuan, dan dukungannya.

Daftar Pustaka

Istana Maimun Warisan Kesultanan Deli di Medan. (n.d.). http://www.jalanjalanyuk.com/istana-maimun-warisan-


kesultanan-deli-di-medan/
Keindahan Istana Maimun di Medan. (n.d.). Diambil dari http://imagebali.net/detail-artikel/793-keindahan-istana-
maimun-medan.php
Luthfi, F. (2014). Transformasi Gaya Arsitektur, Studi Kasus: Istana Maimun, Medan. Medan: USU Institutional
Repository.
Teruna, T.A.A. (2006). Sultan Makmoen Al Rasyid dan Berdirinya Pemerintahan Kota Medan serta Istana
Maimoon. Bandung: Melajoe Marie Meladjoe.

A 472 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai