Anda di halaman 1dari 8

Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6, I 017-024

https://doi.org/10.32315/ti.6.i017

Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur


Tradisional Pelembang
Andy Budiarto1, Irma Indriani2, Aditha Maharani Ratna3

1,2,3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang.
Korespondensi : andybudiarto@univ-tridinanti.ac.id

Abstrak

Kota Palembang mengalami modernisasi pembangunan fisik bangunan yang pada akhirnya
menimbulkan pertanyaan apakah sebenarnya identitas fisik dari hasil-hasil pembangunan yang
terjadi. Telah banyak alkulturisasi budaya yang teraplikasi dalam desain bangunan arsitektur
terutama pada bangunan arsitektur tradisional Palembang. Bangunan Arsitektur di Kota Palembang
dipengaruhi oleh berbagai macam budaya termasuk Arsitektur Melayu. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat seberapa jauh pengaruh Arsitektur Melayu terhadap rumah tradisional Palembang ditinjau
dari muka bangunan (Fasad). Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif yaitu dengan cara
membandingkan fasad Arsitektur Melayu dengan fasad arsitektur tradisional Palembang ditinjau dari
konteks tipologi arsitektur. Penelitian ini diharapkan bisa memvalidasi adanya pengaruh arsitektur
Melayu terhadap khasanah Arsitektur Palembang. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa
arsitektur tradisional Palembang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu.

Kata-kunci : rumah, tipologi, tradisional

LATAR BELAKANG yang pesat. Pada akhirnya modernisasi ini bisa


menghilangkan aspek budaya terutama pada
Sejarah Melayu di Kota Palembang identitas bangunan tradisional yang pada
hakekatnya telah mengalami alkulturisasi
Rumpun bahasa Melayu banyak digunakan di budaya yang beragam. Perlu adanya upaya
Indonesia terutama di wilayah sumatera, untuk menggali kembali dan memvalidasi
Bangka Belitung, dan Kalimantan. Bahasa kebudayaan yang ada. Salah satu kebudayaan
Melayu sendiri terpecah menjadi beberapa yang perlu digali kembali adalah kebudayaan
ragam bahasa di wilayah nusantara, seperti Melayu. Salah satu unsur Kebudayaan Melayu
bahasa Melayu Riau, bahasa Melayu Deli, yang di Teliti ini adalah Fasad Arsitektur
bahasa Melayu Palembang, bahasa Melayu bangunan. Palembang sebagai salah satu kota
Bangka, dan lain lain (Yasiroh 2013:1). Jejak di Indonesia yang memiliki nilai historis kuat
Bangsa melayu dikota Palembang telah ada terhadap kebudayaan melayu Pusat kerajaan
sejak zaman kerajaan sriwijaya. Selama ratusan Sriwijaya berdasarkan situs Karanganya berada
tahun kebudayaan melayu telah beralkulturisasi di kota Palembang.
dengan kebudayaan lainya dan membentuk
karakter terhadap kota Palembang. Arsitektur Melayu adalah langgam arsitektur
tradisional pada daerah yang didominasi oleh
Palembang sebagai Bagian dari Melayu komunitas Melayu, yaitu suatu komunitas etnis
yang berasal sari rumpun bangsa Austronesia
Kota Palembang yang kaya akan kebudayaan
(Syafwandi dalam Winandari, 2005) dalam
yang beragam telah mengalami gejolak
Amanati (2010 :1).
pembangunan modern di semua lini terutama
terhadap perkembangan bangunan gedung
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | I 017
ISBN 978-602-17090-8-5 E-ISBN 978-602-51605-0-9
Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Plembang
Arsitektur melayu di yakini telah beralkulturisasi objek arsitektural tersebut. Kesamaan tersebut
dengan arsitektur local dan sangat berpengaruh dapat berupa:
terhadap khasanah arsitektur di kota Palembang.
Adanya kemiripan bentuk dan morfologi 1. Kesamaan bentuk dasar/sifat-sifat dasar
bangunan rumah tradisional yang ada di Kota sesuai dengan bentuk dasar objek tersebut.
Palembang dengan bangunan yang ada di
propinsi Riau. Kemiripan tersebut pada bentuk 2. Kesamaan fungsi objek-objek tersebut.
panggung, hiasan atap, bentuk atap, bentuk
3. Kesamaan asal-usul/perkembangan dan latar
atap, bentuk jendela, pintu, dan ornamen.
belakang sosial masyarakat objek tersebut
Perlu adanya validasi mengenai pengaruh ke- berada, termasuk gaya atau langgam.
budayaan melayu terhadap khasanah arsitektur
Tinjauan tipologi ini digunakan untuk melihat
Palembang. Salah satu unsur yang mudah
bagaimana keterkaiatan antara arsitektur
dikenali dari sebuah bangunan adalah fasad
Melayu dengan arsitektur Palembang.
bangunan. Penelitian ini diharapkan sebagai
kelanjutan ataupun langkah awal dalam meng- Tinjauan Arsitektur Melayu
gali bukti-bukti pengaruh arsitektur Melayu
ataupun bukti alkulturisasi kebudayaan-kebuda- Arsitektur Melayu adalah langgam arsitektur
yaan yang mempengaruhi tipologi bentuk fasad tradisional pada daerah yang didominasi oleh
arsitektur tradisional Palembang. komunitas Melayu, yaitu suatu komunitas etnis
yang berasal dari rumpun bangsa Austronesia
Rumusan Masalah (Syafwandi dalam Winandari, 2005 dalam
Amanati (2010 : 1). Sedangkan menurut Effendi
Dari latar belakang diperoleh permasalahan apa
(2009), bangunan tradisional Melayu adalah
saja persamaan arsitektur Melayu pada arsitek-
suatu bangunan yang utuh yang dapat dijadikan
tur Palembang yaitu belum banyak bukti
sebagai tempat kediaman keluarga, tempat
persamaan antara Arsitektur Melayu terhadap
bermusyawarah, tempat berketurunan, dan
khasanah arsitektur Palembang serta arahan
tempat berlindung bagi siapa saja yang
dan saran penataan desain fasad di Kota
memerlukannya.
Palembang yang berbasis arsitektur Melayu.
Menurut Sabrizaa, (2007) dalam Rohamini
Tujuan Penelitian
Yusoff, 2013:3) terdapat setidaknya 16 elemen
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui per- estetika dalam mengidentifikasi arsitektur
bandingan perbedaan fasad antara arsitektur tradisonal Melayu, yaitu :
Melayu dengan arsitektur Palembang dan pers-
 Bumbung (roof): tunjuk langit, sisik naga,
amaan antara fasad arsitektur Melayu dengan
sulur bayung, kepala cicak, andeande,
arsitektur Palembang.
pemeles, tiang gantung;
TINJAUAN PUSTAKA
 Dinding (wall): sesiku keluang / kekisi;
Tinjauan Tipologi Arsitektur
 Pintu (door): pintu gerbang, kepala pintu
(Faqih 1997, dalam Prijotomo dan Santosa, gerbang, gerbang pintu, kepala pintu;
1997, dalam Setyowati, 2010:2) menjelaskan
 Tingkap (window): kepala tingkap, gerbang
secara arsitektural bahwa tipologi adalah suatu
tingkap, pagar musang.
kegiatan untuk mempelajari tipe dari objek-
objek arsitektural, dan mengelompokkannya Motif dasar dari ornamen arsitektur tradisional
(menempatkan objek-objek tersebut) dalam Melayu Riau pada umumnya bersumber dari
suatu klasifikasi tipe berdasarkan kesamaan/ alam, yaitu terdiri atas flora, fauna, dan benda-
keserupaan dalam hal-hal tertentu yang dimiliki benda lainnya. Benda-benda tersebut kemudian
diubah menjadi bentuk-bentuk tertentu, baik
I 018 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017
Andy Budiarto
menurut bentuk asalnya seperti bunga-bungaan, letak bersilang pada kedua ujung perabung
maupun dalam bentuk yang telah dimodifikasi bangunan. Selembayung (Al Mudra, 2004)
sehingga tidak lagi memperlihatkan wujud dalam Faisal 2013:4.
asalnya, tetapi hanya menggunakan namanya
saja seperti itik pulang petang, itik sekawan,
semut beriring, dan lebah sedangkan Motif
Bunga Manggis, Cengkih, dan Melur (Motif
Flora) (Al Mudara, 2004 dalam Faisal 2013:4).
Gambar 5. Motif Ornamen Melayu Selembayung
(Al Mudra, 2004) dalam faisal 2013:4.

Selembayung mengandung beberapa makna,


antara lain: (1) Tajuk Bangunan: Selembayung
Gambar 2. Motif Ornamen Melayu membangkitkan seri dan cahaya bangunan; (2)
(Al Mudra, 2004) dalam faisal 2013:4 Pekasih Bangunan: Lambang keserasian dalam
bangunan; (3) Pasak Atap: lambang hidup yang
Motif hewan yang dipilih umumnya yang tahu diri; (4) Tangga Dewa: lambang tempat
mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan turun para dewa, mambang, akuan, soko,
dengan mitos atau kepercayaan setempat. keramat, dan sisiyang membawa keselamatan
Contohnya motif semut, walaupun tidak dalam bagi manusia; (5) Rumah Beradat: tanda bahwa
bentuk sesungguhnya, disebut dengan motif bangunan itu adalah tempat kediaman orang
semut beriring dikarenakan sifat semut yang berbangsa, balai atau tempat orang patut-patut;
rukun dan tolong-menolong, yang mana sifat (6) Tuah Rumah: yakni sebagai lambang bahwa
inilah yang menjadi dasar sifat orang-orang bangunan itu mendatangkan tuah kepada
Melayu. Begitu pula halnya dengan motif lebah pemilikinya; (7) Lambang keperkasaan dan
yang disebut dengan motif lebah bergantung, wibawa; (8) Lambang kasih sayang.
karena sifat lebah yang selalu memakan sesuatu
(bunga) yang bersih, kemudian mengeluarkan-
nya untuk dimanfaatkan oleh orang banyak
(madu). Motif naga digunakan karena berkaitan
dengan mitos tentang keperkasaan naga
sebagai penguasa lautan. Sedangkan benda-
benda lain, seperti bulan, bintang, matahari,
dan awan sering juga dipakai sebagai motif.
Gambar 6. Motif Ornamen Melayu puncak atap.
(Sumber: Waterson, 2009) dalam Faisal 2013:4

Tinjauan Arsitektur Tradisional Palembang


Gambar 3. Motif Ornamen Melayu Semut Beriring
(Al Mudra, 2004) dalam faisal 2013:4 Palembang tidak hanya memiliki rumah
tradisional Limas, selain itu adalah rumah Rakit,
rumah Gudang dan rumah Limas Gudang.
Rumah Limas Gudang merupakan perpaduan
antara rumah Limas dan rumah Gudang.
Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam
pada masa lalu memberikan pengaruh terhadap
keberadaan rumah Rakit yang terletak di tepian
Gambar 4. Motif Ornamen Melayu Lebah bergantung
(Al Mudra, 2004) dalam faisal 2013:4 sungai Musi, pada dasarnya Kota Palembang
dikenal sebagai kota air. Kondisi tersebut
Selembayung yang disebut juga Sulo Bayuang berpengaruh pada rumah tradisional yang
dan Tanduak Buang, adalah hiasan yang ter- mempunyai karakter rumah panggung karena
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | I 019
Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Plembang
memiliki tiang dari kayu (rumah Limas, Gudang kekijing, yaitu bagian depan rumah memiliki
dan Limas Gudang) atau terapung (rumah Rakit) sudut kemiringan atap sekitar 11o sampai 15o,
di atas sungai. ( Siswanto,2009 : 38). sementara pada bagian Gegajah sudut
kemiringan atap antara 45o sampai 60o.
Rumah Limas (Siswanto, A, 2010: 59)

Menurut buku Arsitektur Tradisional Daerah


Sumatera Selatan, 1991, dalam Siswanto,
2009 : 38, bagian depan rumah limas tidak
terdapat jendela, diantara kedua pintu depan
diberi dinding yang berupa ruji-ruji kayu
dengan motif tembus. Keadaan tersebut cukup
efektif untuk sirkulasi angin walaupun pemanfa-
Kemiringan atap kekijing
atan sinar matahari kurang optimal. Kemiringan atap Gegajah

Gambar 9. Kemiringan Atap rumah Limas


(Sumber: Siswanto, A, 2010: 59)

Rumah Rakit

Hanafiah, 1988 dalam Siswanto, 2009 : 39),


mengutip Sevenhoven, menjelaskan bahwa
permukiman rumah Rakit telah ada di
Palembang dengan para penghuni kebanyakan
dari etnis Cina Melayu dan orang asing lainnya.
Gambar 7. Fasad depan rumah limas Permukiman Rakit menjadi marak karena terkait
(Sumber: KIT.LV) dengan adanya peraturan Kesultanan saat itu.
Sevenhoven menjelaskan bahwa orang Cina
Bentuk arsitektur Rumah Limas dideskripsikan diizinkan bertempat tinggal di wilayah
terdiri dari atap limas, fencing (pagar), Palembang apabila mereka bersedia tinggal di
tenggalong, tangga depan, ornamen Simbar, atas air, dalam hal ini sungai. Penguasa
dan ornamen tanduk kambing. Atap limas dihiasi Palembang menilai bahwa jika orang Cina
dengan ornamen Tanduk Kambing, sedangkan tinggal di daratan mungkin hal ini dapat
ornamen simbar diletakan pada bagian tengah membahayakan negeri sehingga mereka
bubungan atap (Siswanto, A, 2010: 59). diharuskan tinggal di atas air, bertempat tinggal
di atas rakit yang terbuat dari bambu dan kayu.
Simbar merupakan ornamen yang terletak di Menurut Hanafiah dalam buku “Jelajah musi
tengah bubungan atap berbentuk bunga melati “ oleh Kompas 2010 : ciri khas rumah rakit
atau trisula (Ihsan 2008 : 117). adalah atap berbentuk sadel dengan meng-
gunakan tanduk panjang di setiap ujungnya.

Gambar 10. Rumah Rakit


Gambar 8. Ornamen Atap rumah Limas (Sumber: KIT.LV)
(Sumber: 1.(KIT.LV) 2.google)
Rumah Limas memiliki bentuk atap dengan Tinjauan Fasad Bangunan
sudut kemiringan yang spesifik. Pada bagian

I 020 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017


Andy Budiarto
Bagian bangunan dan arsitektur yang paling keharmonisan proporsi geometri karena
mudah untuk dilihat adalah bagian wajah distribusi jendela pada fasad.Tipe jendela
bangunan atau yang lebih dikenal dengan dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau
sebutan fasad bangunan. Bagian fasad kombinasi dari beberapa tipe dasar terutama
bangunan ini juga sering disebut tampak, kulit dalam hubungannya dengan pengaturan
luar ataupun tampang bangunan, karena fasad aliran udara. Jendela dibagi ke dalam empat
bangunan ini merupakan yang paling sering kategori, yaitu Tipe putar, horisontal dan
diberi penilaian oleh para pengamat tanpa vertikal, tipe gantung terdiri dari gantung
memeriksa terlebih dahulu keseluruhan samping, atas, bawah; Tipe lipat, dan Tipe
bangunan baik di keseluruhan sisi luar sorong/geser yang terdiri dari vertikal dan
bangunan, maupun pada bagian dalam horizontal.
bangunan. Penilaian tersebut tidak hanya
dilakukan oleh para arsitek tetapi juga 3. Dinding Penataan dinding juga dapat
masyarakat awam (Prijotomo 1987:3 dalam diperlakukan sebagai bagian seni pahat
Karisztia, 2008:3). sebuah bangunan. Bagian khusus dari suatu
bangunan dapat diekspos dengan latar
Komposisi suatu fasad, dengan memper- depan dan latar belakang dapat ditentukan.
timbangkan semua persyaratan fungsionalnya (
jendela, pintu, sun shading, bidang atap) pada 4. Atap, merupakan mahkota bangunan yang
prinsipnya dilakukan dengan menciptakan disangga badan bangunan, yaitu dinding.
kesatuan yang harmonis dengan menggunakan
komposisi yang proporsional, unsur vertikal dan 5. Sun Shading yaitu ornamen di atas tembok,
horisontal yang ter-struktur, material, warna yaitu teritisan.
dan elemen-elemen dekoratif. Hal lain yang
Elemen-elemen yang diperhatikan dalam
tidak kalah penting untuk mendapatkan
meneliti fasad bangunan pada antar unit
perhatian yang lebih adalah proporsi bukaan-
bangunan menurut Ardiani (2009), dalam
bukaan, tinggi bangunan, prinsip perulangan,
(Setyowati 2010:3) sebagai berikut:
keseimbangan komposisi yang baik, serta tema
yang tercakup ke dalam variasi (Krier 1988:72 1. Proporsi fasade berupa proporsi bukaan,
dalam Karisztia, 2008:3). lokasi pintu masuk, ukuran pintu jendela
yang mengatur artikulasi rasio solid void
Menurut Krier (1988:78 dalam Karisztia, 2008:3)
pada dinding, bahan bangunan, permukaan
elemen-elemen arsitektur pendukung fasad,
material dan tekstur untuk menghasilkan
yaitu sebagai berikut :
motif batangan, dan warna bangunan.
1. Pintu, Pintu memainkan peranan yang
2. Komposisi massa bangunan yaitu tinggi
menentukan dalam menghasilkan arah dan
bangunan untuk menciptakan skala yang
makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran
tepat dengan bangunan sekitar dan skala
umum yang digunakan adalah perbandingan
manusia, garis sempadan bangunan depan
proporsi 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu selalu
dan samping yang mengatur jarak
memiliki makna yang berbeda, misalnya
kemunduran bangunan dari jalan dan
pintu berukuran pendek untuk masuk ke
bangunan eksisting juga komposisi bentuk
dalam ruangan yang lebih privat. Posisi
massa.
sebuah pintu dapat dipengaruhi oleh fungsi,
bahkan pada batasan-batasan tertentu, yang METODE PENELITIAN
memiliki keharmonisan geometris dengan
ruangan tersebut. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu
mendeskripsikan data kondisi eksisting desain
2. Jendela, Beberapa hal yang harus diperhati- fasad dari beberapa sampel bangunan ber-
kan dalam penataan jendela, yaitu proporsi arsitektur Palembang dengan kajian arsitektur
geometris fasad, penataan komposisi, dan Melayu secara sistematis dan aktual. Berdasar-
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | I 021
Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Plembang
kan data tersebut kemudian dilakukan kajian dibandingkan dengan literatur, kemudian
mengenai persamaan, kemiripan, perbandingan melihat aspek ornamen Melayu yang
ornamen melayu dengan fasad arsitektur mungkin diterapkan dalam desain fasad
Palembang. bangunan berarsitektur Palembang

Sumber Data c. Merumuskan hasil analisis berupa kesimpu-


lan kesimpulan yang didapat dari hasil
Sumber data penelitian ini adalah data primer penelitian sebagai pijakan awal dalam
berupa hasil survey lokasi (foto, sketsa), pengajuan saran dan arahan desain.
wawancara dan data sekunder berupa peta
lokasi, dan studi literatur yang berhubungan HASIL dan PEMBAHASAN
dengan analisi kondisi fasad dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan lokus atau Penelitian ini dilakukan terhadap satu rumah
lokasi penelitian. Penelitian mengambil data dari gudang di perkampungan Al Munawar, dua
rumah gudang di kampung Almunawar, rumah rumah limas dan satu rumah gudang di lorong
gudang di lorong Firma dan rumah limas firma. Hasil dari data yang diperoleh dijabarkan
sebanyak dua unit di lorong Firma. Semua dalam tipologi yang akan dijadikan sebagai
rumah tersebut berlokasi di Kota Palembang. acuan dalam persamaan fasad arsitektur melayu
terhadap arsitektur Palembang.
Teknik Pengumpulan Data
1. Pintu
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
yaitu teknik Observasi dan teknik Komunikasi Hasil survei menunjukkan hasil pada rumah
(Wawancara). Peneliti bertindak sebagai gudang di kampung almunawar bentuk pintu
pengumpul data, sedangkan pihak lain mempunyai proporsi 1:2 dengan dua bukaan,
(budayawan atau ahli Arsitektur) sebagai sedangkan pada pintu rumah gudang di
responden. Dengan metode ini terjadi lorong firma mempunyai proporsi 1:3
komunikasi tanya jawab baik lisan maupun dengan dua bukaan yang menyatu dengan
tertulis dan jawaban-jawaban responden jendela. Pada rumah limas 1 dan 2 pintu
dicatat. Data-data yang telah dikumpulkan mempunyai bukaan dua daun pintu yang
kemudian diolah menggunakan software menyatu dengan jendela, dengan per-
autocad, coreldraw, sketch Up, dan Microsoft bandingan proporsi 1:3.
office sehingga menjadi data yang telah siap
dianalisis.

Teknik Analisis Data a. b.

Analisis dilakukan melalui perbandingan antara


data-data yang diperoleh dari lapangan dengan
kajian literatur yang mana bertujuan untuk
menemukan permasalahan bagaimana
keterkaitan antara tipologi arsitektur Palembang
dengan arsitektur Melayu. Proses analisis pada
penelitian ini yaitu : c. d.

a. Menganalisis temuan di lapangan berdasar-


kan landasan teori, untuk menjelaskan
bagaimana kondisi fasad beberapa sampel
Gambar 11. a. Pintu pada rumah gudang di kampung
bangunan berarsitektur Palembang dengan Almunawar, b. Pintu pada rumah gudang di lorong firma,
arsitektur Melayu. c. Pintu pada rumah limas 1, d. Pintu pada rumah limas 2
b. Melakukan sintesis dengan meng-krosing 2. Jendela
antara data fasad yang diperoleh dan
I 022 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017
Andy Budiarto
Jendela pada rumah gudang di kampung Pada rumah tradisional yang diteliti, dinding
almunawar memiliki bukaan kearah luar rumah tradisional tersebut terbuat dari kayu
dengan pembagian dua bukaan kearah luar berbentuk papan yang disusun vertikal
dengan dua daun jendela, pada bagian dengan menggunakan sambungan alur,
atasnya terdapat ventilasi yang mempunyai sehingga kerapatannya terjaga. Pada
motif dekoratif dan pada bagian dalam beberapa bagian dinding terdapat ornamen-
terdapat pagar teralis besi agar tidak dapat ornamen yang mencirikan kebudayaan khas
terlihat langsung dari luar. Pada rumah melayu.
gudang di lorong firma, jendela mempunyai
dua bukaan dan dua daun jendela yang 4. Atap
mengarah keluar dan kedalam. Jendela yang
mengarah kedalam terbuat dari kaca yang Atap pada rumah gudang di kampung Al
dibingkai kayu sedangkan jendela yang munawar berbentuk limas dengan dua sudut,
mengarah keluar terbuat dari kayu dengan yaitu 10 derajat dan 60 derajat. Dibubungan
ventilasi. Pada bagian atasnya juga terdapat atap tersebut terdapat ornamen tanduk
ventilasi berbentuk horizontal. Pada rumah kambing pada bubungannya. Pada atap
limas 1 dan rumah limas 2, bentuk jendela rumah gudang di lorong firma, bentuk atap
sama yaitu mempunyai bukaan kearah luar dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial
dengan dua daun jendela dilengkapi dengan pada bagian depan dan atap pelana pada
teralis yang terbuat dari kayu pada bagian bagian belakang dan tidak terdapat hiasan
dalamnya. apapun pada bubungan atapnya. Sedangkan
pada kedua rumah limas di lorong firma
mempunyai kesamaan bentuk yaitu bentuk
limasan dengan dua derajat sudut 10 derajat
dan 60 derajat dan memliki hiasan tanduk
kambing pada masing-masing atap.

a.
b.
a. Atap rumah gudang di kampung almunawar

c. d. b. Atap rumah gudang di lorong firma

Gambar 12. a. Jendela pada rumah gudang di


kampung Almunawar, b. Jendela pada rumah gudang
di lorong firma, c. Jendela pada rumah limas 1, d.
Jendela pada rumah limas 2

c. Atap rumah limas 1 di lorong firma

3. Dinding
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 | I 023
Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Plembang
d. Sun shading rumah limas 2 di lorong firma

Gambar 14. Bentuk sun shading pada bangunan


yang diteliti.

SIMPULAN
d. Atap rumah limas 2 di lorong firma
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa
Gambar 13. Bentuk atap pada bangunan yang diteliti
walaupun bentuk rumah yang diteliti berbeda
5. Sun Shading
yaitu rumah gudang dan rumah limas tetapi
Sun shading dari masing-masing rumah yang pada bagian fasad bangunan tersebut terdapat
diteliti memiliki ukiran dan bentuk masing- pengaruh kebudayaan Melayu, sehingga didapat
masing. Pada rumah gudang di kampung kesimpulan arsitektur Palembang mempunyai
Almunawar, sun shading berupa lisplank tipologi yang sama terhadap arsitektur Melayu.
kayu berbentuk ukiran lebah bergantung.
DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan sun shading pada rumah gudang
di lorong firma berbentuk polos tanpa ukiran. Amanati, R., (2010). Kearifan Arsitektur Melayu dalam
Pada rumah limas 1 terdapat sun shading Menanggapi Lingkungan Tropis. Seminar Nasional
berupa lisplank berbentuk ukiran ornamen Fakultas Teknik. Universitas Riau.
melayu berupa motif bunga cengkeh. Sun Faisal, G. (2013). Selembayung Sebagai Identitas Kota
shading serupa juga terdapat pada rumah Pekanbaru : Kajian Langgam Arsitektur Melayu.
limas 2 yang berada di lorong firma. Indonesian Jurnal of Conservation Vol. 2.
Ihsan, M. (2008). Analisi Ketahanan Gempa Struktur
Rumah Tradisional Sumatera. Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Karisztia, A. D. (2008). Tipologi Fasad Rumah Tinggal
Kolonial Belanda Di Kayutangan Malang, Antariksa
a. Sun shading rumah gudang di kampung arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2.
Majid, N. H. A. (2012). Comparative Studies of Malay
almunawar
and Malay Muslim Traditional Houses as
Architectural Heritage Built Forms, International
Islamic University of Malaysia.
Setyowati, T. I. (2010). Tipologi Fasad Bangunan di
Jalan Kawi Atas Kota Malang.
Siswanto, A. (2009). Kearifan Lokal Arsitektur
Tradisional Sumatera Selatan Bagi Pembangunan
b. Sun shading rumah gudang lorong firma
Lingkungan Binaan. Program Studi Pengelolaan
Lingkungan Program Pascasarjana UNSRI Volume: I
Nomor 1.
Siswanto, A. (2012). Architectural and Physical
Characteristics of Indigenous Limas House in South
Sumatera. Universiti Putra Malaysia.
Yasiroh, N. (2013). Proses Morfologis Bahasa Melayu
Palembang. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Yusoff, S. R. (2010). The Role Of Resort In Promoting
c. Sun shading rumah limas 1 di lorong firma Traditional Malay Architecture and Heritage
Awarness Among Tourist In Malaysia. International
Conference Artepolis. ITB Bandung.

I 024 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai