Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan

Perancangan Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.


SITI SABILA CLARA RALIE.

ARSITEKTUR KONTEKSTUAL DI BANGUNAN PUSAT BUDAYA


SUMATERA BARAT

CONTEXTUAL ARCHITECTURE IN WEST SUMATERA CULTURAL


CENTRE BUILDING

Siti Sabila Clara Ralie1, Maria Immaculata Ririk Winandari2, Sri Handjajanti3
1, 2, 3
Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440
*email: clararaliee@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pusat Budaya Sumatera Barat adalah wadah kegiatan seni budaya yang memiliki identitas budaya, serta
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Prinsipnya, arsitektur kontekstual sejalan dengan kebutuhan Pusat Budaya
karena berhubungan dengan lingkungan, area, kondisi bangunan sekitar, masyarakat, dan budaya daerah setempat.
Makalah ini memaparkan arsitektur kontekstual yang memengaruhi prinsip Pusat Budaya Sumatera Barat, serta
hubungannya dengan lingkungan di sekitar bangunan. Metodenya menggunakan metode eksploratif. Variabelnya
adalah atap, ornamen, dan gubahan massa. Hasil menunjukkan bahwa atap yang kontekstual adalah atap Gonjong.
Ornamen yang kontekstual adalah seni ukir khas budaya Minangkabau. Komposisi gubahan massa yang kontekstual
adalah simetris, selaras, dan bentuk bangunan persegi panjang.
Kata kunci: arsitektur kontekstual, budaya, pusat budaya

ABSTRACT
West Sumatra Cultural Center is a place for cultural arts activities that have a cultural identity, and adapt to
the surrounding environment. In principle, contextual architecture is in line with the needs of the Cultural Center
because it deals with the environment, the area, the condition of the surrounding buildings, the community, and
the local culture. This paper presents a contextual architecture that influences the principles of the West
Sumatra Cultural Center, as well as its relationship with the environment around the building. The method uses
exploratory methods. The variables are roof, ornaments, and mass composition. The results show that the
contextual roof is the Gonjong roof. The contextual ornament is the typical carving art of Minangkabau culture.
The composition of the mass that is contextual is symmetrical, aligned, and the shape of a rectangular building.

Keywords: contextual architecture, culture, context, cultural center

A. PENDAHULUAN berbagai tempat yang berbeda. Penyeragaman


Menurut pendapat ahli, Lucas (2002) gaya bangunan menyebabkan kurangnya
menjelaskan bahwa pengaruh Revolusi Industri penyesuaian konsep terhadap kondisi
yang terjadi sekitar tahun 1750-1850 lingkungan sekitar tempat bangunan itu
dibangun. Penting untuk mencari bentuk
menyebabkan perubahan di berbagai aspek.
arsitektur yang mampu mengakomodir
Salah satu yang paling terasa adalah adanya
kebutuhan masyarakat tanpa mengesampingkan
sistem fabrikasi. Sistem fabrikasi
lingkungan sekitar yang juga menjadi elemen
memungkinkan pembangunan dalam kurun
penting bagi arsitektur. Melihat dari hal tersebut,
waktu yang relatif singkat. Setelah Perang Dunia
konsep arsitektur kontekstual dinilai dapat
II, pembangunan berkembang dan membutuhkan
menjadi alternatif pilihan untuk menengahi
proses yang lebih cepat dan murah. Seiring
fenomena hubungan arsitektur dengan
dengan adanya kebutuhan tersebut,
lingkungannya.
perkembangan arsitektur juga bergerak ke arah
Budaya dan nilai-nilai kedaerahaan Sumatera
modern, yang menghasilkan bangunan-
bangunan yang tampak seragam, walaupun di Barat sangat memengaruhi perancangan

bangunan, menjadi ciri khas bangunan, serta


233
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan
Perancangan Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.
SITI SABILA CLARA RALIE.

identitas bangunan, sehingga dapat (1993), yaitu “Gonjongnya tanduk kerbau


merepresentasikan konteks dalam lingkungan jantan” melambangkan kemegahan, “Tuturan
sekitar. Konteks melalui konsep arsitektur alang bebaga” menunjukkan seekor elang yang
kontekstual dapat membangun citra hidup pada sebatang pohon, memperlihatkan
kedaerahaan, seperti halnya atap gonjong, garis lengkungan pada atap, “Perahunya siula
gerang” juga memiliki makna ukiran yang
dindiang—dinding bangunan Rumah Gadang,
menyerupai ular yang sedang marah. Secara
pilar bangunan, rangkiang—lumbung padi,
sederhana, garis-garis lengkung yang terdapat
anjuang—ruang untuk acara adat, bentuk
pada atap menjadi gambaran kehidupan orang
bangunan, serta ukiran-ukiran yang terdapat
Minangkabau. Selain itu, jika miring sudut atap
pada Rumah Gadang.
umumnya 300 - 450, Atap Gonjong berpedoman
pada panjang rumah, tingkat sosial penghuni,
B. STUDI PUSTAKA ARSITEKTUR
dan musyawarah antar masyarakat.
KONTEKSTUAL DI SUMATERA
BARAT
Arsitektur Kontekstual menurut Brolin
(1980) merupakan suatu perencanaan dan
perancangan arsitektur, yang memperhatikan
permasalahan kontinuitas visual antar bangunan Gambar 1. Atap Gonjong di Rumah Gadang
baru dengan nuansa lingkungan yang ada di (Sumber: Alfari, 2017)
sekitarnya. Keterkaitan visual antara bangunan
baru dengan lingkungan terdekat dapat dibentuk Merujuk Syamsidar (1991), ukiran di Rumah
melalui aspek-aspek pembentuk bangunan. Gadang merupakan simbol alam, sesuai dengan
Secara umum, konsep arsitektur kontekstual falsafah “Alam Takambang jadi Guru”. Nama
dalam menyesuaikan identitas arsitektur ukirannya pun terinspirasi dari alam, seperti dari
Sumatera Barat dapat diterapkan pada bangunan tumbuhan misalnya Daun Bodi jo Kipeh Cino.
Rumah Gadang. Konsep arsitektur kontekstual
di Sumatera Barat dapat dilihat dari atap,
ornamen, serta gubahan massanya.
Atap gonjong merupakan atap runcing yang
menjadi ciri khas yang ada di setiap Rumah
Gadang. Menurut Ismail (2007), bentuk gonjong
Gambar 2. Ukiran Daun Bodi jo Kipeh Cino
yang runcing merepresentasikan harapan untuk
(Sumber: Sukandi, 2014: 4)
mendekatkan diri ke Tuhan. Atap gonjong juga
merupakan gabungan simbol dari tanduk kerbau,
Inspirasinya juga datang dari nama hewan, salah
pucuk rebung, kapal, dan bukit, yang masing-
satunya Itiak Pulang Patang.
masingnya merepresentasikan kebudayaan
Minangkabau. Tanduk kerbau menunjukkan
hewan yang lekat dengan kebudayaan
Minangkabau, pucuk rebung karena rebung
merupakan bahan makanan tradisional, kapal Gambar 3. Ukiran Itiak Pulang Patang
karena masyarakat Minangkabau dianggap (Sumber: Sukandi, 2014: 4)
berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen
yang berlayar, dan bukit karena daerah Selain itu, ukiran-ukirannya terinspirasi dari
Minangkabau berbukit. Ada pepatah dari nama benda dalam kehidupan sehari-hari,
penjelasan mengenai atap menurut Syafwandi contohnya adalah Limpapeh.

234
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan
Perancangan Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.
SITI SABILA CLARA RALIE.

dalam hidup, dan selalu hati-hati dalam berbuat


dan menghadapi berbagai permasalahan.

Gambar 4. Ukiran Limpapeh


(Sumber: Sukandi, 2014: 4)

Makna tersebut menggambarkan keselarasan Gambar 6. Ukiran Kuciang Lalok Jo Saik


dan keserasian kehidupan masyarakat Galamai atau Saik Galamai
Minangkabau dengan alamnya. Tentang (Sumber: Deni, 2012)
bagaimana pergaulan dalam kehidupan sehari-
hari baik antar individu maupun dalam Menurut Syafwandi (1993), Komposisi
bermasyarakat, tatanan sistem pemerintahan, gubahan massa rumah adat Minangkabau
hubungan kekerabatan mamak, keteguhan dalam didasarkan pada sifat-sifat alam dan kebutuhan
menjalankan prinsip hidup kebersamaan, dan manusia. Rumah adat Minangkabau berbentuk
kekompakan masyarakat Minangkabau. Hal simetris, padahal lingkungan sekitarnya
tersebut merupakan konteks yang dapat asimetris, tetapi, antara satu dengan yang
ditemukan melalui konsep arsitektur lainnya terdapat susunan komposisi yang
kontekstual, yaitu melihat pengulangan motif selaras. Gubahan massa bangunan adat
pola desain bangunan sekitar, dengan Minangkabau terinspirasi dan menyesuaikan
pendekatan pola dan ornamen yang ada. Selain dengan lingkungan sekitar. Penyusunan bentuk
itu, merujuk pendapat Marah (1987) mengenai gubahan massa sesuai dengan sifat-sifat alam,
motif ragam hias Minangkabau, yang berkaitan dengan fungsi yang memungkinkan penyusunan
dengan ragam adat memilki hubungan dekat master plan. Bentuk bangunan Rumah Gadang
kehidupan masyarakat seperti motif Itiak Pulang yaitu persegi panjang, dibagi dua bagian: muka
Patang menunjukkan sususan bentuk harmonis dan belakang.
dan selaras yang diambil dari gerak irama bebek
ketika berbaris pulang dari mencari pakannya, C. METODE
maknanya adalah mengenal keselarasan dan
keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau Metode yang digunakan dalam penulisan ini
dengan alamnya, tata kehidupan sehari-hari, adalah metode eksploratif, yaitu menggali
tatanan sistem pemerintahan, hubungan sinergis fenomena untuk memahami fenomena tersebut.
pada sistem kekerabatan mamak dan Dikutip dari Arikunto (2006), metode eksploratif
kemenakan, serta keteguhan menjalankan digunakan untuk membuktikan ada atau tidak
adanya suatu fenomena dalam suatu objek.
prinsip dan kebersamaan bermasyarakat. Kedua,
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan
motif Kaluak Paku, maknanya adalah jangan
konsep arsitektur kontekstual pada variabel yang
memikirkan kehidupannya sendiri tetapi juga
diteliti, bagaimana konsep tersebut
bermasyarakat.
memengaruhi prinsip desain perancangan pusat
kebudayaan, serta hubungannya dengan budaya
dan lingkungan sekitar bangunan. Variabel yang
diteliti terdiri dari atap, ornamen, dan gubahan
Gambar 5. Ukiran Kaluak Paku massa pada bangunan rumah adat Minangkabau.
(Sumber: Deni, 2012) Objek penelitian adalah bangunan pusat
kebudayaan di Sumatera Barat. Teknik
Ketiga, motif Kuciang Lalok Jo Saik pengumpulan data yang dilakukan adalah
Galamai atau Saik Galamai melambangkan melihat variabel atap, ornamen, dan gubahan
manusia tidak boleh serakah, terus berusaha massa bangunan khas Sumatera Barat dari

235
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan
Perancangan Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.
SITI SABILA CLARA RALIE.

sumber sekunder yang terdiri dari jurnal dan


buku. Analisis dilakukan dengan
membandingkan pusat budaya dengan data dari
sumber sekunder.

Gambar 8. Transformasi Atap Gonjong di


D. HASIL STUDI
Bangunan Utama Pusat Budaya Sumatera Barat
Dalam melihat arsitektur kontekstual pada (Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)
bangunan Pusat Budaya Sumatera Barat,
penulisan ini merujuk kepada tiga hal mendasar,
yaitu atap, ornamen, serta gubahan massa pada Bangunan Pusat Budaya Sumatera Barat
bangunan Pusat Budaya. Perbandingan atap, menggunakan motif dan ukiran khas
ornamen, serta gubahan massa di bangunan Minangkabau, di dinding bangunan utama
Rumah Gadang pada umumnya terhadap menggunakan ukiran motif Limpapeh. Sesuai
aplikasi bangunan Pusat Budaya adalah sebagai dengan pernyataan Syamsidar, ukiran Limpapeh
berikut, bangunan Pusat Budaya Sumatera Barat digunakan di dinding Rumah Gadang, yang
terdiri dari tiga massa bangunan, yaitu bangunan terinspirasi dari nama benda dalam kehidupan
Utama, bangunan Teater Utama, dan bangunan sehari-hari, serta memiliki makna keselarasan
Teater Pendukung. Bentuk dasar dari Bangunan dan keserasian hidup masyarakat Minangkabau
Utama adalah persegi panjang, dan bentuk dasar dengan alamnya.
Bangunan Teater Utama & Bangunan Teater
Pendukung adalah persegi. Lalu, terdapat proses
penyesuaian dari Atap Gonjong, sehingga atap
Pusat Budaya bertransformasi dari bentuk Bangunan Utama
persegi panjang dan persegi, menjadi lengkung Gambar 9. Ukiran Limpapeh di dinding bangunan
dan runcing menyerupai Atap Gonjong. Miring utama Pusat Budaya Sumatera Barat
serta lengkung atap Pusat Budaya mengikuti (Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)
luas (panjang dan lebar) bangunan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ismail dan Syafwandi
mengenai Atap Gonjong, yang merupakan atap Di dinding bangunan teater utama dan teater
yang lengkung dan runcing, serta mengenai pendukung menggunakan ukiran Kuciang Lalok
miring sudut Atap Gonjong yang berpedoman Jo Saik Galamai atau Saik Galamai. Sesuai
pada panjang rumah, tingkat sosial penghuni, dengan pernyataan Marah, ukiran Saik Galamai
dan musyawarah antar masyarakat. adalah ukiran yang terdapat di Rumah Gadang,
terinspirasi dari nama hewan dan tumbuhan,
serta memiliki makna manusia tidak boleh
serakah, terus berusaha dalam hidup, dan selalu
hati-hati dalam berbuat dan menghadapi
Gambar 7. Transformasi Atap Gonjong di berbagai permasalahan.
Bangunan Teater Utama dan Pendukung Pusat
Budaya Sumatera Barat
(Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)

236
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan
Perancangan Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.
SITI SABILA CLARA RALIE.

Dapat dilihat dari Blok Plan Pusat Budaya


Sumatera Barat, bentuk bangunan menyesuaikan
dengan bentuk bangunan di lingkungan sekitar.
Bangunan Teater Sesuai dengan pernyataan Syafwandi mengenai
Utama Rumah Gadang, gubahan massa pada bangunan
Rumah Gadang adalah simetris, berbentuk
Bangunan Teater persegi panjang, susunan komposisi yang selaras
Pendukung dan terinspirasi serta menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar.
Gambar 10. Ukiran Kuciang Lalok Jo Saik
Galamai (Saik Galamai) di dinding bangunan teater
utama dan teater pendukung Pusat Budaya Sumatera
Barat
(Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)

Gubahan massa Pusat Budaya Sumatera


Barat terdiri dari tiga massa bangunan yang
simetris dan memiliki susunan komposisi yang
selaras. Bangunan utamanya berbentuk dasar
Gambar 13. Blok Plan Pusat Budaya Sumatera
persegi panjang yang dimodifikasi dengan
Barat
penambahan bentuk persegi panjang lainnya,
(Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)
dan bangunan teater utama & teater
pendukungnya berbentuk persegi.
E. KESIMPULAN
Secara umum, konsep arsitektur kontekstual
dalam menyesuaikan identitas arsitektur
Sumatera Barat dapat diterapkan pada bangunan
Denah Bangunan Rumah Gadang. Konsep arsitektur kontekstual
Utama di Sumatera Barat dapat dilihat dari atap,
Gambar 11. Bentuk bangunan Utama ornamen, serta gubahan massanya. Berdasarkan
hasil studi dari pembahasan makalah ini, dapat
(Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018)
disimpulkan bahwa terdapat arsitektur
kontekstual di Pusat Budaya Sumatera Barat.
Dapat dibuktikan dari atap Pusat Budaya
Denah Teater
Sumatera Barat yang dirancang terinspirasi dan
Utama menyesuaikan Atap Gonjong, yaitu transformasi
dari persegi dan persegi panjang menjadi
runcing dan lengkung. Setelah itu, dapat dilihat
dari ornamen yang berupa ragam hias ukir yang
Denah Teater
ada di bangunan Pusat Budaya Sumatera Barat.
Pendukung
Adanya ukiran Limpapeh dan ukiran Kuciang
Gambar 12. Bentuk bangunan teater utama Lalok Jo Saik Galamai menunjukkan adanya ciri
dan teater pendukung khas Minangkabau, yang terinspirasi dari alam,
(Sumber: Hasil Analisis Pribadi, 2018) sesuai dengan pepatah Minangkabau “Alam
Takambang Jadi Guru”. Gubahan massa yang
terdiri dari tiga massa bangunan yang

237
Prosiding Seminar Intelektual Muda #1, Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Terbangun,11 April 2019, hal:233-238, FTSP, Universitas Trisakti.
SITI SABILA CLARA RALIE.

simetris, memiliki susunan komposisi yang Simetris, Terdiri dari Terdapat


selaras, dan menyesuaikan dengan bentuk berbentuk tiga massa arsitektur
persegi bangunan kontekstual
bangunan di lingkungan sekitar juga panjang, simetris, di elemen
menunjukkan bahwa bangunan tersebut susunan komposisi gubahan
memenuhi kaidah perancangan Rumah Gadang. komposisi selaras, massa Pusat
selaras, dan Budaya,
Hal tersebut menjadi bukti bahwa adanya terinspirasi menyesuai bangunanny
arsitektur kontekstual dalam bangunan Pusat dan kan a simetris,
Budaya Sumatera Barat. GUBAH menyesuai lingkungan berbentuk
AN kan sekitar. persegi dan
MASSA dengan Bangunan persegi
Tabel 1. Arsitektur Kontekstual di Pusat lingkunga utama = panjang,
Budaya Sumatera Barat n sekitar. persegi serta
PUSAT panjang. menyesuaik
BUDAYA Bangunan an dengan
ELEME teater lingkungan
TEORI SUMATE TEMUAN utama & sekitar.
N RA teater
BARAT pendukung
Gonjong = Atap Terdapat = persegi.
atap bertransfor arsitektur
(Sumber: Hasil Analisa Pribadi, 2019)
lengkung masi dari kontekstual
& runcing. bentuk di elemen
Miring persegi atap Pusat DAFTAR REFERENSI
sudut dan panjang dan Budaya,
lengkung persegi, atap Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu
ditentukan menjadi bertransfor Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
ATAP oleh lengkung masi Cipta.
panjang dan runcing menyerupai Brolin, Brent C. (1980). Architecture in Context.
rumah, menyerupai Atap
Van Nostrand Reinhold.
tingkat Atap Gonjong.
sosial Gonjong.
Ismail, Sudirman. (2007) Arsitektur Tradisional
penghuni, Minangkabau: Nilai-nilai Budaya dalam
dan Arsitektur Tradisional Rumah Adat.
musyawar Padang: Bung Hatta University Press.
ah.
Ukiran di Ukiran Terdapat
Lucas, Robert E., Jr. (2002). Lectures on
Rumah Limpapeh arsitektur Economic Growth. Cambridge: Harvard
Gadang (nama kontekstual University Press.
merupakan benda di di elemen Marah, Risman. (1987). Ragam Hias
ornamen kehidupan ornamen Minangkabau. Yogyakarta: Departemen
alam, sehari-hari). Pusat Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama Ukiran Budaya Syafwandi. (1993). Arsitektur Tradisional
ukirannya Kuciang (ukiran Sumatera Barat. Jakarta: Departemen
ORNAM terinspirasi Lalok Jo Limpapeh Pendidikan dan Kebudayaan.
EN dari alam, Saik dan
Syamsidar, B. A. (1991). Arsitektur Tradisional
seperti Galamai Kuciang
dari (nama Lalok Jo
Daerah Sumatera Barat. Jakarta:
tumbuhan, hewan dan Saik Departemen Pendidikan dan
hewan, tumbuhan). Galamai). Kebudayaan.
dan benda
kehidupan
sehari-
hari.

238

Anda mungkin juga menyukai