Anda di halaman 1dari 80

STUDI KELAYAKAN SISTEM GROUNDING PADA

INSTALASI LISTRIK GEDUNG FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN AR –RANIRY
BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan Oleh

MAFDAL MAHMUD
NIM. 180211079
Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
AR-RANIRY BANDA ACEH
2022 M/1443 H
PENGESAHAN PEMBIMBING

STUDI KELAYAKAN SISTEM GROUNDING PADA


INSTALASI LISTRIK GEDUNG FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN AR –RANIRY
BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana (S1) Prodi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh

MAFDAL MAHMUD
NIM. 180211079
Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Disetujui/Disahkan

Pembimbing 1 Pembimbing II

Sadrina, ST., M. Sc M. Rizal Fachri, M.T


NIDN : 2027098301 NIDN : 2008078802
PENGESAHAN PENGUJI

STUDI KELAYAKAN SISTEM GROUNDING PADA


INSTALASI LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN UIN AR –RANIRY BANDA ACEH

SKRIPSI

Telah Diuji oleh Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi Prodi


Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Ar-Raniry dan Dinyatakan Lulus Serta Diterima sebagai
Salah Satu Beban Studi Program Sarjana (S-1) dalam Ilmu
Pendidikan Teknik Elektro

Isi tanggalnya Masehi


Tanggal: Isi tanggalnya Hijrah
Tim Penguji
Ketua Sekretaris

Nama dosen Nama dosen

Anggota Anggota

Nama dosen Nama dosen


Mengetahui:
Dekan Fakultas dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Daraussalam Banda Aceh

Dr. Muslim Razali, SH., M.Ag


NIP. 195903091989031001
PERYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Mafdal Mahmud
NIM : 180211079
Tempat/tgl lahir : Paloh, 5 April 2000
Alamat : Kp.keuramat
Nomor hp : 082274960586

Menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya.


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan mempertanggungjawabkan;
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang
lain;
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa izin pemilik karya;
4. Tidak memanipulasi dan memalsukan data;
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung
jawab atas karya ini;
Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas
karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat
dipertanggung jawabkan dan ternyata ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya
siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan keadaan
sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Banda Aceh, ………… 2022


Yang Membuat Pernyataan,

…………………
NIM : 180211079
ABSTRAK

Institusi : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda


Aceh
Nama : Mafdal Mahmud
NM : 180211079
Fakultas/Prodi : Tarbiyah Dan Keguruan/Pendidikan Teknik
Elektro
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Sistem Grounding Pada
Instalasi Listrik Gedung Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan Uin Ar –Raniry Banda
Aceh
Pembimbing : 1. Sadrina, ST., M. Sc
2. Muhammad Rizal Fachri, M.T
Pembumian (grounding) listrik adalah suatu sistem instalasi
yang bisa meniadakan beda potensial sebagai pelepasan
muatan listrik berlebih pada suatu instalasi listrik dengan cara
mengalirkannya ke tanah. Dalam sebuah gedung terdapat alat-
alat yang menggunakan energi listrik agar dapat beroperasi.
Penggunaan tenaga listrik dilihat dari kapasitas, spesifikasi,
dan kebutuhan peralatan elektronik. Ketika peralatan tidak
bekerja secara normal, hal ini disebabkan oleh adanya aliran
listrik yang tidak sesuai. Gedung Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Univeristas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
yang dibangun setelah tsunami Aceh pada tahun 2004 dan
direnovasi pada tahun 2014, gedung FTK UIN Ar-Raniry
belum pernah ditinjau kembali bagaimana keadaan sistem
pembumiannya, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan sistem grounding di kedua gedung tersebut dengan
menggunakan metode kuantitatif. Instrumen penelitian ini
melihat dari struktur tanah, keadaan tanah, keadaan
lingkungan, lokasi, sistem pentanahan dan mengukur tahanan
tanah sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Hasil pengukuran dengan mengukur menggunakan alat

v
Earth tester, gedung yang berada di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry memperoleh hasil lebih dari 5 Ω.
Gedung A memperoleh nilai 6,94 Ω dan gedung B
memperoleh nilai tahanan tanah sebesar 9,12 Ω, nilai ini sudah
tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PUIL 2000 (5
Ω) dan di kategorikan “kurang layak” untuk sebuah sistem
grounding. Saran dari penelitian ini untuk memperoleh nilai
yang rendah dan sesuai ketentuan sebuah sistem pembumian
maka elektroda sebaiknya digunakan lebih dari satu batang
agar mendapatkan nilai tahanan yang rendah

Keyword : Kelayakan, Grounding, PUIL 2000

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat, nikmat serta karunia-Nya kepada kita
semua terutama bagi penulis sendiri, sehingga dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa
pertolongannya tentu saya tidak akan sanggup menyelesaikan
metodelogi penelitian ini dengan baik. Shalawat beserta
salamsemoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu
Nabi Muhammad SAW yang akan kita nantikan syafa’atnya
diakhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “ Studi Kelayakan Sistem Grounding
Pada Instalasi Listrik Gedung Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar –Raniry Banda Aceh”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.Saya
menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak

vii
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Orang tua dan seluruh keluarga yang telah
memberikan doa, dukungan, motivasi, saran,
materi, dan bantuan lainnya yang sangat banyak
demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Muslim razali, S. H., M.Ag selaku
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-
Raniry Banda.
3. Bapak Dr. Husnizar, S.Ag., M.Ag selaku Ketua
Prodi Pendidikan Teknik Elektro.
4. Ibu Sadrina, ST., M. Sc, selaku pembimbing
pertama dan bapak Muhammad Rizal Fachri, M.T,
selaku pembimbing kedua yang telah memberi
bimbingan, saran, motivasi kepada penulis
sehingga skripsi ini selesai.
5. Bapak/Ibu dosen serta staf Prodi Pendidikan
teknik Elektro yang telah
memberikan ilmunya serta membina dan
membantu penulis selama ini.
6. Kepada teman-teman seperjuangan di prodi
pendidikan teknik elektro terkhusus untuk leting
2018

viii
Semoga segala bantuan dan motivasi yang diberikan
kepada saya dibalas dengan limpahan rahmat oleh Allah
SWT.Penulis berharap semoga apa yang saya laporkan dapat
memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
para pembaca untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Âmîn.

Banda Aceh, .......................... 2022


Penulis,

Mafdal Mahmud
NIM. 180211079

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL JUDUL
ABSTRAK.......................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................ 4
E. Batasan Masalah ................................................. 4
F. Penelitian Relevan ............................................... 5

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Studi Kelayakan ................................................... 8
B. Sistem Pentanahan (Grounding System)............... 8
C. Fungsi Pentanahan ................................................ 12
D. Elektroda Pentanahan ........................................... 13
1. Elektroda Pita ................................................ 14
2. Elektroda Batang ........................................... 15
3. Elektroda Pelat ............................................. 15
E. Tahanan Jenis Tanah ............................................ 16
F. Bahaya Sambaran Petir......................................... 19
1. Sambaran Petir Langsung ............................. 20
2. Sambaran Petir Tidak Langsung ................... 20
G. Keadaan Fisik Gedung.......................................... 22
H. Earth Tester .......................................................... 27
I. Elektroda Bantu .................................................... 28
J. Kabel pengukuran ................................................. 29

x
Halaman
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian............................................ 33
B. Tahapan penelitian ............................................... 34
C. Tempat penelitian ................................................ 35
D. Alat dan bahan ..................................................... 38
E. Langkah penelitian .............................................. 39
F. Instrumen penelitian ............................................ 42

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ......................... 43
B. Skema Penelitian .................................................. 44
C. Hasil Penelitian ..................................................... 46
a. Hasil Data Yang Didapat Pada Gedung
FTK A UIN Ar-Raniry .................................... 46
b. Hasil Data Yang Didapat Pada Gedung
FTK B UIN Ar-Raniry .................................... 48
D. Analisis Perbandingan dan Pembahasan .............. 49
E. Kelayakan Grounding System Berdasarkan
Standarisasi PUIL 2000 ........................................ 53

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................... 56
B. Saran ................................................................... 57

DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................. 58

xi
DAFTAR TABEL

Tabel No. Halaman


2.1 Resistansi Jenis Tanah ............................................... 17
2.2 Tahanan Berdasarkan Jenis Tanah ............................. 18
3.1 Alat dan Bahan .......................................................... 38
3.2 Nilai Pentahanan Sesuai PUIL 2000 ......................... 41
4.1 Hasil Pengukuran Gedung A FTK............................. 47
4.2 Hasil Pengukuran Gedung B FTK ............................. 48
4.3 Hasil Perbandingan Tahanan Berdasarkan
Penggunaan Elektroda ............................................... 52
4.4 Perbandingan Nilai Berdasarkan Standarisasi PUIL
2000 ........................................................................... 54

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar No. Halaman


2.1 Elektroda Pita ............................................................ 14
2.2 Elektroda Batang ....................................................... 15
2.3 Elektroda pelat ........................................................... 15
2.4 Tampak Penangkal Petir Gedung B FTK .................. 21
2.5 Tampak Box Panel Kelistrikan dan Sistem
Grounding Pada Gedung A FTK ............................... 23
2.6 Tampak Box Panel Kelistrikan dan Sistem
Grounding Pada Gedung B FTK ............................... 23
2.7 Elektroda Batang ....................................................... 25
2.8 Tampak Earth Tester ................................................. 38
2.9 Tampak Kedua Elektroda Bantu ............................... 29
2.10 Tampak Kabel Warna Hijau ...................................... 30
2.11 Tampak Kabel Warna Kuning ................................... 31
2.12 Tampak Kabel Warna Merah .................................... 32
3.1 Flowchart Alur Penelitian.......................................... 34
3.2 Lokasi Penelitian ....................................................... 35
3.3 Denah dan Titik Panel Instalasi Listrik Gedung A
FTK............................................................................ 35
3.4 Rincian Pembagian Kelistrikan Gedung A FTK ....... 36
3.5 Denah dan Titik Panel Instalasi Listrik Gedung B
FTK............................................................................ 37
3.6 Rincian Pembagian Kelistrikan Gedung B FTK ....... 38
3.7 Alat Ukur Grounding Earth Tester ........................... 40
4.1 Skema Pengukuran Nilai Sistem Grounding di Area
Gedung FTK A .......................................................... 44
4.2 Skema Pengukuran Nilai Sistem Grounding di Area
Gedung FTK B .......................................................... 45
4.3 Hasil Pengukuran di Gedung FTK A ........................ 47
4.4 Hasil Pengukuran di Gedung FTK B ......................... 49

xiii
Gambar No. Halaman
4.5 Diagram Perbandingan Tahanan Berdasarkan
Jumlah Elektroda ....................................................... 52
4.6 Diagram Perbandingan Nilai Berdasarkan
Standarisasi PUIL 2000 ............................................. 55

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi


Mahasiswa dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry

Lampiran 2 Foto Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembumian (grounding) listrik adalah suatu sistem
instalasi yang bisa meniadakan beda potensial sebagai
pelepasan muatan listrik berlebih pada suatu instalasi listrik
dengan cara mengalirkannya ke tanah sehingga istilah sehari-
hari yang biasa disebut dengan istilah pentanahan atau arde.
Yang dimaksud beda potensial biasa berupa adanya kebocoron
arus listrik dan yang utamanya adalah sambaran petir. Sistem
pentanahan pada sebuah pabrik, pasar, gedung, pusat
perbelanjaan sampai rumah tempat tinggal sangat diperlukan
yang berfungsi untuk mengamankan peralatan kelistrikan dan
peralatan elektronik yang terpasang tiap bangunan tersebut.
Pentanahan (grounding) adalah sistem pengaman yang
sangat penting di dalam sebuah instalasi listrik, karena
bertujuan untuk membuang arus berlebih kedalam tanah,
sehingga dapat mengamankan manusia dan peralatan sistem
tenaga listrik. Sistem pentanahan diharapkan memiliki nilai
tahanan tanah yang sekecil mungkin, karena dengan hambatan
yang kecil dapat mengalirkan arus berlebih langsung ke tanah.
Faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya tahanan
pentanahan di suatu tempat adalah tahanan dari elektroda

1
2
pentanahan, tahanan elektroda pentahanan dengan kontak
tanah disekitarnya dan tahanan jenis tanah1.
Dalam sebuah gedung terdapat penggunaan alat-alat
yang menggunakan energi listrik agar dapat beroperasi.
Penggunaan tenaga listrik dilihat dari kapasitas, spesifikasi,
dan kebutuhan peralatan elektronik. Ketika peralatan tidak
bekerja secara normal, hal ini disebabkan oleh adanya aliran
listrik yang tidak sesuai. Penyebab ketidaksesuaian energi
listrik yang mengalir adalah terjadinya sambaran petir di
sekitar bangunan.
Kelistrikan pada sebuah gedung tentunya harus
memiliki grounding yang cukup baik apabila didalam gedung
tersebut memiliki banyak alat-alat elektronik, gedung FTK
UIN Ar-Raniry yang memiliki total kapasitas listrik sebesar
93.33625 VA untuk gedung A, 307.952 VA untuk gedung B,
dengan daya sebesar ini jika tidak didukung dengan sistem
kelistrikan yang layak maka benda-benda elektronik di dalam
gedung tersebut tidak akan bertahan lama dan dapat
mengancam jiwa manusia jika terjadinya gangguan kelistrikan
di dalam gedung tersebut
Beberapa alat elektronik seperti AC, Kipas angin,

______________
1
Hendi, Mengenal Listrik Lebih Baik dari Segala Sisi - Wajib
Anda Tahu...Agar Bermanfaat Optimal Bagi Siapa Saja. Elex Media
Komputindo. 2016.
3
dispenser, komputer dan beberapa penerang lainnya .Jika alat-
alat elektronik tersebut tidak memiliki pusat grounding yang
baik, maka kerusakan yang dialami pada alat tersebut memiliki
resiko yang tinggi dan alat tersebut tidak akan bertahan lama.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana kelayakan sistem grounding pada instalasi
listrik Gedung Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Ar–Raniry Banda Aceh
setelah renovasi di tahun 2014?
2. Apakah nilai tahanan tanah yang didapat pada sistem
grounding Gedung tersebut sesuai dengan aturan
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat kelayakan sistem grounding pada
instalasi listrik Gedung Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Mengetahui hasil tahanan tanah yang didapat dari
sistem grounding tersebut.
4
D. Manfaat Peneletian
Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah mengurangi resiko kerusakan
pada alat elektronik yang ada pada gedung dan meminimalisir
akan bahaya kesetrum, korsleting bahkan kebakaran yang
dapat mengancam keselamatan manusia. Tentunya sebagai
salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan acuan
mengenai layak atau tidaknya sistem grounding pada instalasi
gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan untuk penelitian tentang grounding pada analisa dan
lokasi lainnya.

E. Batasan Masalah
Untuk menghindari persepsi yang salah dan
meluasnya pembahasan maka pembahasan masalah penelitian
ini adalah :
1. Menentukan nilai pentanahan dari sistem grounding
dan membandingkan dengan PUIL 2000.
2. Merumuskan layak atau tidaknya sistem grounding
pada instalasi listrik gedung Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Ar-Raniry.
5
F. Penelitian Relevan
Penelitian relevan berisi tentang uraian mengenai
hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji
sebagai sumber yang akurat untuk menjadi pedoman penulisan
penelitian.
1. Hermansyah, dengan judul penelitian “ Studi
Kelayakan Sistem Grounding Pada Instalasi Gedung
Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto
Palopo Tahun 2018. Metode yang digunakan berupa
metode kuantitatif dengan mengukur nilai tahanan
tanah pada gedung. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa nilai resistansi pada gedung lokasi penelitian
masih jauh di atas nilai ambang batas yang diizinkan
sehingga perlu adanya perbaikan sistem pentanahan.
2. Putra Autama Harahap, dengan judul penelitian
“Analisa Perbandingan Sistem Pentanahan
(Grounding ) Pada Power House Dan Gedung
Perkantoran (Studi Kasus PLTA SEI WAMPU I )”
Tahun 2019. Metode yang digunakan berupa metode
kuantitatif dengan mengukur tahanan tanah pada
gedung yang diteliti. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perhitungan dan pengukuran
dilokasi menunjukkan, nilai tahanan sudah < 5 Ω.
6
Nilai ini sudah memenuhi syarat resistansi untuk
sebuah gedung.
3. Shalvadila, dengan judul penelitian “ Analisis Sistem
Grounding Di Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang” Tahun 2021. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
mengukur nilai tahanan tanah pada gedung. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pengukuran pada
gedung Teknik Elektronika Dan Elektro memiliki
sistem pentanahan yang tidak sesuai persyaratan,
sedangkan gedung Teknik Mesin, Teknik Otomotif
serta Teknik Sipil sistem pentanahan instalasi listrik
dikategorikan bagus karena nilai nya < 5 Ω.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa adanya sistem grounding pada sistem kelistrikan sangat
berpengaruh pada ketahanan benda-benda elektronik yang ada
di dalam gedung tersebut, sistem grounding kelistrikan gedung
perlu diteliti kembali untuk mengantisipasi adanya perubahan
kontur tanah ataupun perubahan buangan arus listrik yang
mengakibatkan nilai tahanan tanah tersebut naik sehingga
dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem kelitrikan gedung.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terdapat pada tujuan yang sama-sama menganalisis kelayakan
7
sistem grounding gedung. Jika dilihat dari perbedaannya, hasil
penelitian bersifat generalisasi, sehingga terbatas hanya untuk
menganalisa kelayakan sistem grounding. Hasil penelitian
diharapkan mampu menjadi rujukan untuk pengembangan
sistem grounding pada gedung selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Studi Kelayakan
Studi kelayakan (Feasibility Study) adalah kajian
yang dilihat dari berbagai segi aspek baik aspek legalitas,
aspek teknis, pemasaran, sosial ekonomi maupun manajemen
dan keuangan, yang hasilnya digunakan untuk mengambil
keputusan suatu proyek dijalankan, ditunda, diperbaiki atau
tidak dijalankan.
Studi kelayakan dibutuhkan oleh banyak kalangan,
salah satu hal yang harus juga ditinjau adalah sebuah
bangunan gedung yang sudah dibangun, tentunya sebuah
bangunan harus ditinjau kembali seperti kekuatan bangunan
sampai instalasi litrik yang dipakai didalam bangunan tersebut
yang bertujuan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan kedepan akan terjadi dan mengakibatkan kerugian
yang besar.

B. Sistem Pentanahan (Grounding System)


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai
grounding system adalah sistem pengamanan terhadap
perangkat-perangkat yang memakai listrik sebagai asal energi
utama, grounding system inilah yang berfungsi sebagai

8
9
pelindung dan mengamankan perangkat-perangkat tersebut
dari lonjakan arus listrik dan petir. Sistem grounding
digambarkan sebagai hubungan antara suatu alat-alat atau
sirkit listrik dengan bumi.1
Tujuan utama sistem pentanahan:2
1. Membatasi besar tegangan terhadap bumi supaya
tetap berada didalam batasan yang diperbolehkan.
2. Memfasilitasi jalur aliran tegangan yang dapat
memberikan sinyal jika terjadinya interaksi yang
tidak diinginkan antara konduktor dan bumi. Sinyal
ini akan menyebabkan bekerjanya alat-alat yang
memutuskan suplai tegangan berdasarkan konduktor
tersebut.
3. Melindungi manusia terhadap bahaya arus bocor
dalam alat-alat listrik.
Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara
lain adalah:3
______________
1
Nurhabibah Naibaho, Analisa Pentanahan Elektroda Batang
Pada Stop Kontak Untuk Menekan Biaya Listrik, Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna Vol. 5 No. 3 Juni 2017.
2
Harahap, Putra Autama, Analisa Perbandingan Sistem
Pentanahan (Grounding ) Pada Power House dan Gedung Perkantoran
( Studi Kasus Plta Sei Wampu I ), Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan, 2019. Hal.7.
3
Nurhabibah Naibaho, Analisa Pentanahan Elektroda Batang
Pada Stop Kontak Untuk Menekan Biaya Listrik (Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna) Vol. 5 No. 3 Juni 2017.
10
1. Terencana dengan baik, seluruh koneksi yang ada
didalam sistem harus merupakan koneksi yang telah
direncanakan sebelumnya menggunakan kaidah-
kaidah tertentu.
2. Verifikasi secara visual bisa dilakukan.
3. Menghindarkan gangguan yang terjadi dalam arus
listrik dari perangkat.
4. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh
sistem pentanahan, yang bertujuan untuk
meminimalkan arus listrik melalui material yang
bersifat menjadi penghantar arus listrik dalam
potensial listrik yang sama.
Sistem pentanahan yang baik untuk pentanahan netral
dari suatu sistem energi listrik, pentanahan sistem penangkal
petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya
dibidang telekomunikasi dan elektro perlu diperhatikan dengan
serius, karena pada prinsipnya pentanahan merupakan dasar
yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang
orang umum/ awam maupun seorang teknisi masih memiliki
kekurangan dalam memprediksi nilai dari suatu hambatan
pentanahan. Besaran yang sangat penting untuk diperhatikan
dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan suatu sistem
dari pentanahan tersebut.
11
Grounding atau arde pada instalasi listrik berfungsi
sebagai pencegah terjadinya hubungan antara makhluk hidup
dengan tegangan listrik yang terekspos akibat terjadi
kegagalan isolasi. Grounding pada gedung terpasang dua
macam jenis, yaitu untuk instalasi listrik gedung dan instalasi
penangkal petir. Kedua sistem grounding ini memang harus
dipisahkan pemasangannya dan berjarak setidaknya 10 meter.4
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif
dan maksimal, sistem pentanahan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:5
1. Membuat jalur resistansi rendah ke tanah untuk
mengamankan peralatan menggunakan rangkaian yang
efektif.
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang
dan arus akibat surja hubung (surge currents).
3. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai
kondisi kimiawi tanah, untuk meyakinkan kontinuitas
bahan tersebut sepanjang umur peralatan yang
lindungi.

______________
4
Hendi, Mengenal Listrik Lebih Baik Dari Segala Sisi - Wajib
Anda Tahu...Agar Bermanfaat Optimal Bagi Siapa Saja, Elex Media
Komputindo. 2016. hal. 57.
5
Andrian Wijaya, Pengukuran Pentanahan Transformator
Pada Gardu Distribusi Di Penyulang Tarakan Pt. Pln (Persero) Rayon
Sukarami. Other Thesis,(Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya 2016).
12
4. Menggunakan sistem mekanik yang bertenaga dan
kuat tetapi mudah pelayanannya.

C. Fungsi Pentanahan
Fungsi pentanahan merupakan sistem yang dapat
mengalirkan arus gangguan kedalam tanah melalui suatu
elektroda pembumian yang ditanam dalam tanah. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengaman bagi peralatan dan manusia
dari bahaya listrik. Arus gangguan yang mengalir pada
elektroda pentanahan akan mengakibatkan perbedaan tegangan
antara elektroda pada suatu titik dengan titik yang lain di
permukaan tanah. Apabila perbedaan maksimum sepanjang
permukaan tanah ternyata masih besar, maka kondisi ini tidak
menguntungkan karena akan membahayakan manusia yang
sedang bekerja maupun peralatan yang digunakan.6
Apabila nilai resistansi pembumian/grounding terlalu
besar akan berdampak negatif pada komponen dari instalasi
tersebut. Begitu juga bila pembumian (grounding) tidak
sempurna akan menimbulkan arus sisa atau arus ikutan yang
mengganggu komponen-komponen penyusun, terutama

______________
6
Ronny Imanuel Manoppo, Analisa Sistem Pentanahan
Generator Turbin Gas Di Pt. Pln (Persero) Sektor Pembangkitan
Keramasan. Other Thesis, (Palembang:Politeknik Negeri Sriwijaya.
2017).
13
komponen elektronik yang sangat peka terhadap arus. Jadi
instalasi penangkal petir harus berfungsi sempurna dan harus
memiliki nilai tahanan kecil bahkan jauh di bawah satu ohm
atau mendekati nilai nol. Apabila nilai tahanan pentanahan
dapat diproleh dibawah 1 ohm maka sistem pemasangan sudah
layak untuk dikatakan sangat aman dan benar.7

D. Elektroda Pentanahan
Elektroda pentanahan merupakan penghantar yang
ditanam didalam tanah menggunakan kedalaman yang
bervariasi dan membuat kontak langsung dengan tanah.
Adanya kontak langsung tersebut bertujuan supaya diperoleh
aliran arus yang baik apabila terjadi gangguan sehingga arus
tersebut disalurkan ke tanah.8 Komponen dari sistem
pentanahan yang paling diperlukan yaitu elektroda. Bahan
yang umum dipakai untuk elektroda yaitu tembaga, besi yang
di chrom dan baja. Syarat yang utama untuk elektroda
pentanahan adalah menggunakan bahan yang tidak mudah
berkarat (non-corrosive metal), kukuh secara mekanis terhadap
______________
7
Harahap, Putra Autama, Analisa Perbandingan Sistem
Pentanahan (Grounding ) Pada Power House dan Gedung Perkantoran
( Studi Kasus Plta Sei Wampu I ), (Universitas Pembangunan Panca
Budi Medan), 2019.
8
Alfredo B. Lembo, Analisis Pengaruh Pentanahan Pada
Gangguan Hubung Singkat P-N Saluran 1, (Manado:Politeknik Negeri
Manado. 2016). Hal. 15.
14
desakan atau pukulan dan mempunyai konduktivitas yang
tinggi.9
Jenis elektroda pentanahan yang biasa digunakan
untuk pengamanan sistem maupun pengamanan peralatan
yaitu:10
1. Elektroda Pita
Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari
hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat
atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam
secara dangkal. Kedalaman pemasangan minimal
0,5 m.

Gambar 2.1. Elektroda Pita


(Sumber: Putra Autama Harahap,2019)

______________
9
Erliza Yuniarti, Studi Perlakuan Terhadap Tanah Untuk
Menentukan Nilai Resistansi dan Tahanan Jenis Pentanahan
(Palembang. 2019).
10
Suartika,I Made , Sistem Pembumian (Grounding) Dua
Batang Sistem Pengaman Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, (Bali: Universitas Udayana ,Kampus Bukit Jimbaran .
2017)
15
2. Elektroda Batang
Elektroda Batang atau pasak adalah elektroda dari
pipa atau besi baja yang dilapisi tembaga yang
ditancapkan kedalam tanah secara tegak lurus atau
mendatar.

Gambar 2.2. Elektroda Batang


(Sumber: Putra Autama Harahap,2019)
3. Elektroda Pelat
Elektroda Pelat adalah elektroda dari bahan pelat
logam atau pelat logam berlubang atau dari kawat
kasa yang dipasang tegak lurus didalam tanah dengan
tepi atasnya sekurang-kurangnya 1 m dibawah
permukaan tanah.

Gambar 2.3. Elektroda Pelat


(Sumber: Putra Autama Harahap, 2019)
16

E. Tahanan Jenis Tanah


Tahanan tanah merupakan salah satu kunci utama
yang menentukan tahanan elektrode dan pada kedalaman
berapa pasak harus dipasang agar diperoleh tahanan yang
rendah. Elektrode baja digunakan sebagai penghantar saluran
distribusi dan pentanahan substasion.11
Dalam memilih penghantar dapat
mempertimbangkan hal berikut :
1. Untuk tanah yang bersifat korosi sangat lambat,
dengan tahanan diatas 100 ohm-m, tidak ada batas
perkenan korosi atau izin penambahan (corosi
allowance).
2. Untuk tanah yang bersifat korosi lambat, dengan
tahanan 25-100 ohm m,batas perkenan korosi adalah
15% dengan pemilihan penghantar sudah
mempertimbangkan faktor stabilitas termal.
3. Untuk tanah yang bersifat korosi cepat, dengan
tahanan kurang dari 25 ohm-m. Batas perkenan
korosi sebanyak 30% dengan pemilihan penghantar
sudah mempertimbangkan faktor stabilitas thermal.
4. Penghantar dipilih dari ukuran standar seperti 10 x 6
mm sampai 65x78 mm.
______________
11
Mangare, R. W. Sistem Pentanahan Peralatan Di Pt.
Megasurya (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Manado, 2016).
17
Tanah merupakan medium pembumian yang
bersifat sebagai konduktor. Untuk frekuensi tinggi dan
gelombang bermuka curam seperti petir dapat diartikan
bahwa tanah merupakan konduktor sempurna12
Tabel 2.1. Resistansi Jenis Tanah

No Jenis Tanah Resistansi (ohm-m)


1 Organik 1-10
2 Basah 11-100
3 Kering 101-1000
4 Berbatu 1001-10000

(Sumber: Nawir Herman, 2018)


Dari tabel 2.1 dapat dilihat nilai resistivitas tanah
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, tergantung pada
sifat-sifatnya. Dapat disimpulkan bawah tanah yang lembab
memiliki resistansi tahanan yang rendah di bandingkan dengan
tanah yang memiliki sedikit kandungan air didalam nya, jika
sebuah gedung dibangun di atas tanah kering sebaiknya
elektroda yang digunakan lebih dari satu batang agar tahanan
tanah yang dihasilkan rendah.
Sistem pentanahan jenis batang (rod), semakin dalam
______________
12
Nawir Herman, Rancang Bangun Sistem Pentanahan
Penangkal Petir Pada Tanah Basah dan Tanah Kering pada
Laboratorium Teknik Konversi Energi, (Makasar: Politeknik Negeri
Ujung Pandang Makassar , Vol. 2, No. 2, 2018). Hal. 51.
18
batang pentanahan ditanam kedalam tanah semakin kecil nilai
tahanan tanahnya. Sehingga semakin kecil nilai tahanan
pentanahan, maka pentanahan tersebut semakin baik. Sebagai
pedoman dasar, tabel berikut berisi resistivitas tanah di
Indonesia.13

Tabel 2.2. Tahanan Berdasarkan Jenis Tanah

Tahanan Jenis
No Jenis Tanah Tanah
(ohm-meter)
1. Tanah yang mengandung air garam 5-6

2. Rawa 30
3. Tanah Liat 100
4. Pasir Basah 200
5. Batu-Batu kerikil basah 500
6. Pasir batu dan kerikil kering 1000
7. batu 3000

(Sumber :Nita Nurdiana, 2019)


Pada tabel 2.2 diatas adalah urutan tanah dari tahanan
tanah yang sangat rendah berdasarkan jenis tanah yang ada di
indonesia, Resistivitas tanah sangat menentukan resistansi
______________
13
Nita Nurdiana, Pengaruh Kedalaman Terhadap Tahanan
Pentanahan Di Area Rusunawa Kampus Universitas Pgri Palembang,
Jurnal Ampere, (Palembang: Universitas Pgri Palembang Volume 4, No
2. 2018).
19
pentanahan dari elektroda-elektroda pentanahan. Tanah yang
memiliki kandungan air garam dapat menghasilkan tahanan
tanah yang sangat rendah dibandingkan dengan jenis tanah
yang lain, karena jenis tanah yang mengandung air garam
memiliki zat adiktif yang tinggi sehingga dapat menghasilkan
tahanan tanah yang rendah untuk sebuah sistem grounding
resistivitas tanah diberikan dalam satuan Ω-meter.
Dalam bahasan disini menggunakan satuan Ω-meter,
yang merepresentasikan resistansi tanah yang diukur dari
tanah yang berbentuk kubus yang bersisi 1 meter.
Resistivitas tanah dapat berbeda-beda dari satu tempat dengan
tempat yang lain tergantung dari sifat-sifat yang dimilikinya.14

F. Bahaya Petir
Ada dua resiko yang paling berbahaya pada instalasi
listrik, hal ini juga disebutkan didalam PUIL 2000, yaitu arus
kejut listrik dan suhu tinggi yang berpotensi untuk
menimbulkan kebakaran.
Dampak sambaran petir sangat berbahaya demi
keselamatan manusia dan juga pada peralatan–peralatan
elektronik maupun mesin – mesin yang ada pada gedung. Ada
______________
14
Ramadhani Dedy Setiawan, Pengaruh Penambahan Bentonit
Untuk Mereduksi Nilai Resistansi Pentanahan Jenis Elektroda Batang
Berlapis Tembaga Dan Pipa Baja Galvanis, (Jurnal Teknik Elektro
Unesa. 2019).
20
beberapa dampak yang dapat ditimbulkan oleh sambaran petir
diantaranya adalah :15
1. Sambaran Petir langsung : yaitu ketika sambaran petir
tersebut langsung menyambar bagian jaringan instalasi
listrik ataupun alat – alat listrik yang ada di bumi,
seperti kabel – kabel jaringan, transformer, tiang
listrik, dan lainnya. Dampak dari sambaran petir secara
langsung ini memiliki bahaya atau resiko yang sangat
besar dan bahkan dapat menyebabkan ledakan,
kebakaran dan kerusakan yang fatal terhadap jaringan
listrik yang ada di bumi.
2. Sambaran petir tidak langsung : yaitu saat sambaran
petir yang mengarah ke bumi, namun tidak secara
langsung mengenai bagian dari jaringan atau instalasi
listrik yang ada dibumi. Namun induksi dari energi
listrik yang dimiliki petir tersebut sempat menembus
atau diterima oleh jaringan kabel listrik atau peralatan
listrik di bumi.
Penangkal petir ditempatkan pada salah satu gedung
tertinggi atau bangunan yang lebih tinggi yang berada di

______________
15
L Aditya, Analisa Kegagalan Sistem Grounding &
Penangkal Petir Pada Apartemen Pancoran Riverside. Jurnal Ilmiah
Elektrokrisna, 6.1. (Palembang: Universitas Pgri Palembang, Volume 4,
No 2. 2018).
21
lingkungan tersebut. Gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Uin Ar-Raniry Banda Aceh terdapat penangkal petir yang
berada di gedung B FTK karena gedung ini memiliki
bangunan yang lebih tinggi dari pada pada gedung A yang
tepat berada di sebelahmya.

Gambar 2.4. Tampak Penangkal Petir Gedung B FTK


Penangkal petir merupakan perangkat sederhana yang
terdiri dari batang berbentuk tombak berbahan logam yang
runcing dan kabel. Terdapat 3 bagian komponen utama
perangkat ini, yaitu batang penangkal, kawat konduktor, dan
grounding. Adanya penangkal petir ini dapat meminimalisir
akan arus kejut listrik yang sangat besar pada sebuah sistem
kelistrikan. Dampak sambaran petir sangat berbahaya terhadap
manusia dan juga pada peralatan elektronik maupun mesin–
mesin yang ada didalam gedung tersebut.
22

G. Keadaan Fisik Gedung


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh berdiri tahun 1962, gedung ini
merupakan salah satu gedung yang tertua setelah gedung
Fakultas syariah yang berdiri ditahun 1960, setelah bencana
tsunami aceh pada tahun 2004 gedung FTK mengalami
renovasi atau pembaharuan dari bentuk bangunan maupun
penambahan kelistrikan yang digunakan didalam gedung.
Grounding system perlu dicek kembali karena sistem
ini berada dibawah tanah dan sering dilupakan bagaimana
tahanan tanah yang dihasilkan sesudah adanya penambahan
benda-benda elektronik setelah renovasi. Dengan begitu
keadaan grounding perlu diteliti kembali apakah masih bisa
dikatakan layak atau tidaknya setelah adanya renovasi terakhir
kalinya di tahun 2014. Sistem grounding inilah yang akan
diteliti, penanaman grounding gedung ini tepat di bawah tanah
di setiap gedung nya.
23

Gambar 2.5. Tampak Box panel Kelistrikan dan Sistem


Grounding Pada Gedung A FTK

Gambar 2.6. Tampak Box Panel Kelistrikan dan Sistem


Grounding Pada Gedung B FTK
Jenis grounding yang di pakai pada gedung ini berupa
elektroda batang. Elektroda Batang atau pasak adalah
elektroda dari pipa atau besi baja yang dilapisi tembaga yang
ditancapkan kedalam tanah secara tegak lurus atau mendatar.
24
Untuk mengetahui hasil dari sebuah tahanan tanah dari
sistem grounding rumus tahanan pentanahan untuk elektroda
batang tunggal sesuai persamaan rumus 2.1 dibawah ini:16

R= (In ) .......................... Pers 2.1

R = Tahanan pentanahan untuk batang tunggal (Ohm)


𝜌 = Tahanan jenis tanah (Ohm-meter)
L= Panjang elektroda (meter)
A= Diameter elektroda (meter)
Rumus pada persamaan 2.1 diatas merupakan rumus
untuk mendapatkan hasil tahanan tanah dengan melihat nilai
resistansi tanah menurut karakteristik sesuai tabel 2.2 dan
melihat panjang elektroda yang ditanam beserta diameter
elektroda tersebut.

______________
16
Putra Autama Harahap, Analisa Perbandingan Sistem
Pentanahan (Grounding) Pada Power House dan Gedung Perkantoran
(Studi Kasus Plta Sei Wampu I). (Medan: Universitas Pembangunan
Panca Budi. 2019)
25

Gambar 2.7. Elektroda Batang


(Sumber: Putra Autama Harahap, 2019)
Gambar 2.7 adalah penampakan jenis atau bentuk
grounding yang digunakan pada sistem grounding dikedua
gedung FTK UIN Ar-Raniry. Jika elektroda ini ditanam
semakin dalam nilai yang dihasilkan akan semakin kecil, maka
sistem grounding ini dikategorikan layak dan apabila nilai
tahanan tanah yang dihasilkan besar, maka sistem grounding
ini dapat membahayakan keamanan kelistrikan gedung atau
bisa dikatakan grounding tersebut kurang layak.
Standarisasi pengguanaan elektroda disebuah gedung
harus memiliki minimal 2 batang elektroda agar dapat
menghasilkan nilai tahanan tanah yang rendah dan dapat
disimpulkan sistem grounding gedung tersebut dapat
dikatakan layak.
26
Diketahui :
Tahanan jenis tanah ( ρ ) : 30 Ω
Panjang Elektroda ( L ) : 2 meter
Diameter Elektroda : 5/8 Inchi
Jari Jari Elektroda ( A ) : 0.0158 meter
Ditanya :
Nilai Pentanahan R ?
Penyelesaian :

R= (In ) .............................. Pers 2.2

R= (In )

R= (In )

R = 7.048 Ω
Hasil dari perhitungan nilai tahanan pada satu buah
elektroda batang adalah sebesar 7.04 Ω. Ada 2 batang
elektroda yang tersusun paralel pada lokasi tersebut. Untuk
memperkecil tahanan pembumian maka digunakan persamaan
hubung paralel.17

______________
17
Putra Autama Harahap, Analisa Perbandingan Sistem
Pentanahan (Grounding) Pada Power House dan Gedung Perkantoran
(Studi Kasus Plta Sei Wampu I). (Medan: Universitas Pembangunan
Panca Budi. 2019).
27

............................... Pers 2.3

R total = 3.524 Ω

Pada kasus 2.2 dan 2.3 di atas sesuai rumus 2.1


adalah mengurai nilai sebuah gedung dengan sistem
grounding yang memiliki satu batang elektroda didapatkan
nilai tahanan yang masih sangat tinggi, nilai yang didapat akan
turun jika elektroda yang digunakan dua batang dan di
paralelkan sesuai penyelesaian rumus 2.3.

H. Earth Tester
Earth tester adalah alat untuk mengukur nilai
resistansi dari grounding. Besarnya tahanan tanah sangat
penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam
sistem pengaman dalam instalasi listrik. Earth tester
mempunyai dua versi yaitu versi analog dan versi digital.
Versi digital adalah versi yang terbaru dan versi ini lebih
mudah mendapatkan hasil yang lebih akurat dan praktis.
28

Gambar 2.8. Tampak Earth Tester


(Sumber: Penulis, 2022)

I. Elektroda bantu
Elektroda bantu digunakan sebagai alat bantu pada
saat akan di lakukannya pengukuran nilai pentanahan. Kedua
elektoda bantu ini di tanam dengan jarak 5-10 meter antar
keduanya.
29

Gambar 2.9. Tampak Kedua Elektroda Bantu


(Sumber: Penulis, 2022)

J. Kabel pengukuran
Kabel-kabel yang digunakan disini berfungsi untuk
menghubungkan alat dengan elektroda bantu yang tertancap
ditanah. Kabel yang langsung terhubung dengan sistem
grounding dan di hubungkan pada alat ukur earth tester adalah
kabel yang berwarna hijau. Berikut jenis-jenis kabel yang
digunakan dan fungsi nya :
30

Gambar 2.10. Tampak Kabel Warna Hijau


(Sumber :Penulis, 2022)
Kabel berwarna hijau pada gambar 2.10 diatas adalah
kabel yang terhubung langsung dengan elektroda pentanahan,
kabel ini dihubungkan dengan lubang berwarna hijau pada
Earth Tester atau lubang elektroda earth dan diikat pada
tembaga pembumian atau kabel grounding.
31

Gambar 2.11. Tampak Kabel Warna Kuning


(Sumber: Penulis, 2022)
Kabel berwarna kuning pada gambar 2.11 diatas
adalah kabel yang terhubung dengan elektroda potensial yang
ada pada earth tester, kabel ini dihubungkan dengan lubang
berwarna kuning pada earth tester dan dihubungkan langsung
pada pasak elektroda bantu yang tertanam dengan jarak 5-10
meter dari elektroda pentanahan.
32

Gambar 2.12. Tampak Kabel Warna Merah


(Sumber: Penulis, 2022)
Kabel berwarna merah pada gambar 2.12 diatas
adalah kabel yang terhubung dengan elektroda current yang
ada pada earth tester, kabel ini dihubungkan dengan lubang
berwarna merah pada Earth Tester dan dihubungkan langsung
pada pasak elektroda bantu yang tertanam dengan jarak 5-10
meter dari elektroda pentanahan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data
yang berupa angka atau bilangan.1 Menurut Cresswell metode
penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk
menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan
antar variabel. Variabel- variabel biasanya diukur dengan
instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-
angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur
statistik.2
Untuk mendapatkan hasil dengan metode kuantitatif
maka pada penelitian ini akan menghitung tahanan tanah dari
sistem grounding pada kedua gedung Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan menggunakan
alat ukur grounding atau biasa dikenal dengan nama earth
tester. Setelah dilakukannya pengukuran pada titik pembumian
disetiap gedung, maka hasil yang didapat akan dihitung dan
diuraikan kembali menggunakan rumus tahanan elektroda
______________
1
M. R. Abdullah. Metode penelitian kuantitatif. (2015). hal
124.
2
Adhi Kusumastuti. Metode Penelitian Kuantitatif. (2020). hal
2.

33
34
untuk mendapatkan hasil besarnya tahanan tanah pada sistem
grounding tersebut.

B. Tahapan Penelitian
Sebagai langkah untuk memudahkan melakukan
penelitian dan pengambilan data, maka di bawah ini adalah
alur untuk pengambilan data yang akan dilakukan.

Mulai

Pengambilan Dan Pengumpulan Data

Melakukan Pengukuran Tahanan


Grounding Dengan Earth Tester

Membandingkan Hasil
Pengukuran Dengan PUIL 2000

Analisa Dan Pembahasan

Simpulan Dan Saran

Selesai

Gambar 3.1. Flowchart Alur Penelitian


35
C. Tempat Penelitian
Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah sistem
grounding pada kedua gedung Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
khususnya gedung A FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian


(Sumber: Google Maps, 2021)

Gambar 3.3. Denah dan Titik Panel Instalasi Listrik Gedung


A Fakultas Tarbiyah
(Sumber: Project Management Unit UIN Ar-Raniry)
36
Gedung A Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dengan
luas total 104 x 86 m, terdiri dari 2 lantai yang masih aktif
difungsikan sebagai sarana kegiatan akademik, gedung ini
memiliki total kapasitas listrik sebesar 93.33625 VA. Kabel
grounding yang digunakan NYA yang berukuran 95 mm2
sesuai sumber data pada gambar 3.3 dan gambar 3.4 yang
didapat penulis dari Project Management Unit UIN Ar-Raniry
Banda Aceh.

Gambar 3.4. Rincian Pembagian Kelistrikan Gedung A FTK


(Sumber: Project Management Unit UIN Ar-Raniry)
37

Gambar 3.5. Denah Dan Titik Panel Instalasi Listrik Gedung


B Fakultas Tarbiyah
(Sumber: Project Management Unit UIN Ar-Raniry)
Gedung B Fakultas Tarbiyah dengan luas total 104 x
86 m, terdiri dari 3 lantai yang masih aktif difungsikan sebagai
pusat akademik dan juga digunakan sebagai ruang kelas
kegiatan akademik , gedung ini memiliki total kapasitas listrik
sebesar 307,952 VA. Kabel grounding yang digunakan NYA
yang berukuran 240 mm2 sesuai sumber data pada gambar 3.5
dan gambar 3.6 yang didapat penulis dari Project
Management Unit UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
38

Gambar 3.6. Rincian Pembagian kelistrikan Gedung B FTK


(Sumber: Project Management Unit UIN Ar-Raniry)

D. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada pengukuran grounding
untuk penelitian ini didapat dan dibantu langsung dari salah
satu mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro UIN Ar-
Raniry. Alat – alat yang digunakan diantaranya :

Tabel 3.1. Alat Dan Bahan

No Alat dan Bahan Jumlah Satuan


1 Earth Tester Kyoritsu 4105a 1 unit
2 Elektroda Bantu 2 unit
3 Kabel Pengukuran ( Merah) 1 meter
39

4 Kabel pengkuran ( kuning ) 1 meter


5 Kabel pengkuran ( hitam ) 1 meter
Lembar hasil pengukuran
6 3 lembar
(kertas A4)
Handphone android merk
7 1 unit
Xiomi

E. Langkah Penelitian
Untuk mendapatkan data-data hasil pengukuran
dilakukan beberapa langkah langkah berikut :3
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan.
2. Memeriksa tegangan baterai dengan menghidupkan
Digital Earth Tester Kyoritsu 4105a. Jika layar tampak
bersih tanpa simbol baterai lemah berarti kondisi
baterai dalam kondisi baik.
3. Memeriksa kondisi kabel grounding BC yang akan
diukur. Bila kotor bersihkan dahulu permukaan kabel
tersebut dengan lap bersih/ kertas amplas, agar jepitan
kabel probe dapat menyentuh langsung bagian
permukaan tembaga yang sudah bersih dan untuk

______________
3
Achmad Budiman. Analisa Perbandingan Tahanan
Pembumian Peralatan Elektroda Pasak Pada Gedung Laboratorium
Teknik Universitas Borneo Tarakan. (Tarakan: Universitas Borneo
Tarakan. 2017). Hal. 153.
40
mencegah terjadinya kesalahan pembacaan pada alat
ukur.
4. Memeriksa kondisi dan perlengkapan penunjang alat
ukur digital earth resistance digital

Gambar 3.7. Alat Ukur Grounding Earth Tester


(Sumber : Achmad Budiman, 2017)
5. Earth Tester mempunyai tiga kabel diantaranya adalah
kabel merah, kuning dan hijau.
6. Menghubungkan kabel ke Earth Tester dengan warna
yang sudah ditentukan pada alat ukur.
7. Menghubungkan kabel merah serta kuning ke tanah
dengan masing-masing jarak kurang lebih 5-10 meter
dari pembumian atau grounding.
8. Menghubungkan juga kabel hijau ke grounding yang
sudah terpasang.
9. Melakukan pengukuran grounding (tahanan
pembumian) dengan memutar knob alat ukur pada
41
posisi 20 , 200 atau 2000 ohm tergantung dari kondisi
tanah pada area setempat yang akan diukur.

10. Menekan tombol Tester untuk mengetahui resistansi


grounding biasanya berwarna kuning/ merah dan pada
displai alat ukur akan muncul nilai tahanan
pembumian.
11. Selesai, nilai resistansi grounding sudah diketahui.

Tabel 3.2 Nilai pentanahan sesuai PUIL 2000

No Nilai pentanahan sesuai PUIL RESISTANSI


1 Bahaya gedung akan sambaran petir <5Ω
2 Benda elektronik <3Ω
3 Beberapa perangkat lainnya < 1 Ω.

Pada tabel 3.2 diatas, nilai 5 ohm merupakan batas


tertinggi resistansi pembumian yang masih bisa ditoleransi
pada sebuah bangunan gedung akan bahaya petir, benda -
benda elektronik memiliki resistansi tahanan aman sebesar 3
ohm dan beberapa perangkat lain yang lebih mudah rusak
dengan arus kejut listrik memiliki resistansi tahanan sebesar 1
ohm, nilai ini adalah nilai batasan resistansi tahanan yang telah
diatur dalam PUIL 2011.
Semakin rendah nilai tahanan pentanahan maka
kemampuan untuk mengalirkan arus lebih ke dalam tanah
42
semakin tinggi sehingga arus gangguan tersebut tidak
membahayakan bagi manusia dan juga merusak peralatan
tenaga listrik.4

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memudahkan pendataan dan mendapatkan nilai rata - rata dari
tahanan tanah kedua gedung FTK. Item yang digunakan pada
isntrumen penelitian ini mencakup struktur tanah, keadaan
tanah, keadaan lingkungan, lokasi dan sistem pentahanan yang
dipakai pada gedung.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dengan
menggunakan nilai rata – rata pengukuran yang dilakukan di
setiap gedung FTK. Untuk memudahkan pendataan hasil
pengukuran maka nilai yang didapat akan disimpulkan dalam
bentuk instrumen.

______________
4
Angraini. Studi Kelayakan Sistem Grounding Di Fakultas
Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri Padang. JTEV (Jurnal
Teknik Elektro dan Vokasional), 7(2), 328-336. 2021.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui nilai
dari tahanan tanah dari kedua gedung yang ada di Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan pada hari kamis tanggal
2 Juni 2022 pada pukul 10.00 sampai 12.00 WIB, peneliti
meminta izin untuk melakukan penelitian secara langsung
kepada teknisi gedung FTK atau biasa dipanggil Pak Alex di
seputaran gedung Akademik Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Pada saat penelitian berlangsung, Beliau juga ikut
serta mendampingi dan melihat secara langsung proses
penelitian. Saat proses melakukan pengukuran keadaan cuaca
sangat mendukung dan aktivitas akademik berjalan normal
tanpa mengganggu mahasiswa/i yang ada di seputaran gedung.
Pengukuran sistem grounding dilakukan sebanyak 3
kali di setiap gedung, karena ruang untuk penanaman
elektroda bantu cukup terbatas, posisi pancang di rubah sedikit
dari titik awal penanaman, percobaan dilakukan sebanyak 3
kali bertujuan untuk mendapatkan hasil yang beragam dan
lebih akurat.

43
44

B. Skema Penelitian

SKEMA PENGUKURAN NILAI SISTEM


GROUNDING DI AREA GEDUNG FTK A

Gambar 4.1, Skema Pengukuran Nilai Sistem Grounding Di


Area Gedung FTK A
Pengukuran nilai tahanan yang dilakukan dengan
tahapan-tahapan gambar 4.1 diatas, elektroda bantu
ditempatkan pada posisi antara 0 – 10 m dari elektroda
pentanahan, kedua elektroda bantu ini juga ditempat kan
berdampingan dengan jarak 5-10 m sehingga dapat
membentuk segitiga diantara ketiga elektroda tersebut agar
dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat.
45

SKEMA PENGUKURAN NILAI SISTEM


GROUNDING DI AREA GEDUNG FTK B

Gambar 4.2, Skema Pengukuran Nilai Sistem Grounding


Di Area Gedung FTK B
Berbeda dengan gedung A, lokasi penanaman
pancang elektroda di gedung B sedikit berjarak dari box panel
instalasi listriknya, jarak panel box instalasi dengan pancang
elektroda berjarak 4 meter. Hal ini dikarenakan agar tahanan
tanah yang didapat semakin kecil melihat dari kontur tanah
dilokasi penanaman. Sama halnya dengan pengukuran di
gedung A, elektroda bantu ditempatkan pada posisi antara 5 –
10 m dari elektroda pentanahan, kedua elektroda bantu ini
46
juga ditempatkan berdampingan dengan jarak 5-10 m sehingga
dapat membentuk segitiga diantara ketiga elektroda tersebut
agar dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat.

C. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian dengan cara mengukur
tahanan tanah yang sudah terpasang di kedua gedung FTK
berikut adalah data dan hasil yang didapat sesuai penelitian
yang dilakukan dilapangan.
A. Hasil data yang di dapat pada gedung FTK A UIN
Ar-Raniry
a. Struktur tanah : Tanah Liat
b. Keadaan tanah : Lembab
c. Keadaan lingkungan : Pepohonan rimbun dan
rindang
d. Lokasi : Perkarangan gedung
FTK A
f. Sistem pentanahan : Elektroda batang
(single rod)
47

Tabel 4.1, Hasil Pengukuran Gedung FTK A

No Kedalaman Tahap Nilai Pentanahan


Elektroda percobaan
1. 4 Meter 1 6,94 Ω.
2. 4 Meter 2 6,97 Ω.
3. 4 Meter 3 6,93 Ω.
4. Nilai rata-rata 6,94 Ω.

Gambar 4.3. Hasil Pengukuran di Gedung FTK A


Pada gambar 4.3 diatas tampak peneliti mengukur
tahanan tanah pada gedung A FTK. Hasil yang didapat pada
percobaan pertama 6,94 Ω, pada percobaan kedua 6,97 Ω,
percobaan pengkuran ketiga memperoleh hasil 6,93 Ω. Maka
dengan hasil dari ketiga percobaan, diambil nilai rata-rata
dengan nilai 6,94 Ω.
48

B. Hasil data yang di dapat pada gedung FTK B UIN


Ar-Raniry

a. Struktur tanah : Tanah Liat berbatuan


b. Keadaan tanah : Lembab
c. Keadaan lingkungan : Sedikit gersang adanya
batuan timbunan
d. Lokasi : Lokasi Area parkiran
gedung FTK B
f. Sistem pentanahan : Elektroda batang
(single rod)

Tabel 4.2, Hasil Pengukuran Gedung FTK B

No Kedalaman Percobaan Nilai


Elektroda Pentanahan
1. 4 Meter 1 9,13 Ω.
2. 4 Meter 2 9,11 Ω.
3. 4 Meter 3 9,14 Ω.
4. Nilai rata-rata 9,12 Ω.
49

Gambar 4.4. Hasil Pengukuran di Gedung FTK B


Pada gambar 4.4 diatas tampak peneliti mengukur
tahanan tanah pada gedung B FTK. Hasil yang didapat pada
percobaan pertama 9,13 Ω, pada percobaan kedua 9,11 Ω,
percobaan pengkuran ketiga memperoleh hasil 9,14 Ω. Maka
dengan hasil dari ketiga percobaan, diambil nilai rata-rata
dengan nilai 9,12 Ω.

D. Analisis Perbandingan Dan Pembahasan


Hasil yang diperoleh saat penelitian dilapangan,
kedua gedung FTK masih memiliki nilai tahanan tanah dengan
angka yang masih sangat tinggi. Gedung A memperoleh nilai
rata-rata sebesar 6,94 Ω dan gedung B memperoleh nilai
sebesar 9,12 Ω, angka ini masih berada di atas nilai
standarisasi hasil tahanan sebuah grounding yang baik
menurut aturan yang telah diatur dalam Persyaratan Umum
50
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Nilai tahanan pada kedua gedung FTK ini masih
tinggi dikarenakan elektroda yang digunakan hanya satu
batang dengan kedalaman 4 meter. Menurut penelitian
sebelumnya (Putra Autama Harahap, 2019), jika sebuah
gedung menggunakan 2 batang elektroda maka nilai tahanan
tanah yang sebelumnya tinggi dapat diperoleh hasil yang lebih
kecil.1 Dapat kita lihat pada perhitungan berikut.
Nilai tahanan tanah gedung FTK A dIrumuskan jika
menggunakan 2 batang elektroda :

______________
1
Putra Autama Harahap, Analisa Perbandingan Sistem
Pentanahan (Grounding) Pada Power House dan Gedung Perkantoran
(Studi Kasus Plta Sei Wampu I). (Medan: Universitas Pembangunan
Panca Budi. 2019).
51

R total = 3,47 Ω
Nilai tahanan tanah gedung FTK B dIrumuskan jika
menggunakan 2 batang elektroda :

R total = 4,56 Ω
Dapat dilihat dari hasil perhitungan diatas,
penggunaan 2 batang elektroda dalam sistem grounding dapat
memperkecil nilai tahanan tanah dari kedua gedung yang
berada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry.
52

Tabel 4.3. Hasil Perbandingan Tahanan Berdasarkan


Penggunaan Elektroda.

Jumlah Elektroda
No Lokasi Nilai rata -rata Nilai perhitungan Selisih
1 batang 2 batang
1. Gedung 6,94 Ω. 3,47 Ω. 50%
FTK A
2. Gedung 9,12 Ω. 4,56 Ω. 50%
FTK B

Diagram perbandingan tahanan berdasarkan


jumlah elektroda
10
9
8
Nilai Pentanahan

7
6
5
4
3
2
1
0
Jika jumlah Jika jumlah
Hasil Hasil
elektroda di elektroda di
pengukuran pengukuran
tambah di tambah di
Gedung Gedung
Gedung Gedung
FTK A FTK B
FTK A FTK B
Satuan Ω (Ohm) 6.94 9.12 3.47 4.56

Gambar 4.5. Diagram Perbandingan Tahanan Berdasarkan


Jumlah Elektroda
53
Tabel 4.3 dan diagram batang pada gambar 4.5 dapat dilihat
perbedaan penggunaan 2 batang elektroda dalam sistem
pembumian (Grounding) dapat lebih efektif untuk
mendapatkan hasil tahanan tanah yang rendah. Semakin dalam
elektroda yang ditanam dan semakin banyak elektroda yang
digunakan dalam sistem pembumian maka hasil tahanan tanah
yang didapatkan akan semakin rendah.

E. Kelayakan Grounding System Berdasarkan


Standarisasi PUIL 2000
Nilai tahanan pentanahan yang dipersyaratkan oleh
PUIL 2000 yaitu dibawah 5 Ohm. Semakin mendekati nilai
potensial tanah (nol) maka sistem pentanahan dikatakan
semakin baik. Sedangkan jika nilai tahanan pentanahan tidak
memenuhi standarisasi PUIL 2000, maka mutlak harus
dilakukan perbaikan terhadap nilai tahanan pentanahannya 2.

______________
2
Isnu Gita Kumara, dkk, Analisis Kelayakan Nilai Tahanan
Pentanahan Jaringan Distribusi Dipt. Pln (Persero) Ulp Bumiayu,
Program Studi Teknik Elektro, (Jawa Tengah: Universitas Peradaban
Bumiayu. 2021).
54

Tabel 4.4. Perbandingan Nilai Berdasarkan Standarisasi PUIL


2000

Standarisasi
No Lokasi Hasil pengukuran
PUIL 2000
1. Gedung FTK A 6,94 Ω. 0 - 5 Ω.
2. Gedung FTK B 9,12 Ω. 0 - 5 Ω.

Menurut ketetapan PUIL 2000 sistem pembumian


yang baik menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah 5 Ω,
kedua gedung FTK dan sesuai perbandingan tabel 4.4 diatas
memperoleh hasil lebih dari 5 Ω. Gedung A memperoleh nilai
6,94 Ω dan gedung B memperoleh nilai tahanan tanah sebesar
9,12 Ω. Nilai ini sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam PUIL 2000 untuk sebuah sistem grounding
pada sebuah gedung.
55

Diagram perbandingan nilai berdasarkan


standarisasi PUIL 2000)

10
9
8
7
Nilai Pentanahan

6
5
4
3
2
1
0
Hasil Hasil
Nilai
pengukuran pengukuran
standarisasi
Gedung FTK Gedung FTK
PUIL 2000
A B
Satuan Ω (Ohm) 5 6.94 9.12

Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Nilai Berdasarkan


Standarisasi PUIL 2000.
Dari tabel 4.4 dan grafik 4.6 dapat dilihat dan
disimpulkan hasil pengukuran nilai kedua sistem pembumian
dari gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh yang telah terpasang memperoleh nilai lebih dari
5 ohm. Gedung A dengan nilai 6,94 Ohm dan gedung B
dengan nilai tahanan tanah sebesar 9,12 Ohm. Nilai dari kedua
gedung ini sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam PUIL 2000 untuk sebuah sistem grounding. Kedua nilai
tersebut dikategorikan “Kurang Layak” karena masih berada
diatas nilai tahanan tanah yang telah diatur dalam PUIL 2000.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan sistem pembumian (grounding system) dari tahanan
tanah pada gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-
Raniry Banda Aceh. Dari penelitian ini maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai tahanan tanah dari pengukuran yang diukur
menggunakan alat yang biasa dikenal dengan nama
Earth Tester yang diperoleh dari kedua gedung ini
masih sangat besar dan dikategorikan “kurang layak”
untuk sebuah sistem pembumian yang dipakai sebuah
gedung.
2. Menurut ketetapan PUIL 2000 sistem pembumian
yang baik menghasilkan nilai tahanan tanah dibawah
5 Ω kedua gedung yang berada di Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Ar-Raniry memperoleh hasil
lebih dari 5 Ω. Gedung A memperoleh nilai 6,94 Ω
dan gedung B memperoleh nilai tahanan tanah
sebesar 9,12 Ω, nilai ini sudah tidak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam PUIL 2000 untuk
sebuah sistem grounding.

56
57
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Sebaiknya sistem grounding pada kedua gedung
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh perlu di tinjau kembali bagaimana
keadaan elektroda yang ditanam saat pembangunan
beberapa tahun yang lalu.
2. Untuk memperoleh nilai yang rendah dan sesuai
ketentuan sebuah sistem pembumian maka elektroda
sebaiknya digunakan lebih dari satu batang agar
mendapatkan nilai tahanan yang rendah.
3. Sistem pembumian yang telah terpasang sebaiknya
segera diperbaiki oleh pihak yang berwenang agar
dapat menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah M. R. Metode Penelitian Kuantitatif. Ngaglik:


Sleman Yogyakarta, 2015.

Adhi Kusumastuti. Metode Penelitian Kuantitatif. Deepublish,


Budi Utama, Sleman. 2020.

L Aditya. Analisa Kegagalan Sistem Grounding & Penangkal


Petir Pada Apartemen Pancoran Riverside. Jurnal
Ilmiah Elektrokrisna, 6(1). 2017.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000. Persyaratan Umum


Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta: Yayasan
PUIL

Achmad Budiman. Analisa Perbandingan Tahanan


Pembumian Peralatan Elektroda Pasak Pada Gedung
Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan.
Tarakan :Universitas Borneo Tarakan. 2017.

Harahap, Putra Autama. Analisa Perbandingan Sistem


Pentanahan (Grounding) Pada Power House dan
Gedung Perkantoran ( Studi Kasus Plta Sei Wampu I ).
Medan: Universitas Pembangunan Panca Budi. 2019.

Herman Nawir. Rancang Bangun Sistem Pentanahan


Penangkal Petir Pada Tanah Basah dan Tanah Kering
pada Laboratorium Teknik Konversi Energi,
Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang
Makassar. 2018.

Djoko Laras Budiyo Taruno, dkk. Instalasi Listrik Industri,


Yogyakarta: UNY Press. 2019

58
59

Ishak Kasim, dkk. Analisis Penambahan Larutan Bentonit


Dan Garam Untuk Memperbaiki Tahanan Pentanahan
Elektroda Plat Baja Dan Batang, Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknologi Industri, Jakarta:
Universitas Trisakti, Vol 13, No 2. 2016.

Isnu Gita Kumara. Analisis Kelayakan Nilai Tahanan


Pentanahan Jaringan Distribusi di PT. PLN
(PERSERO) ULP Bumiayu, Program Studi Teknik
Elektro, Jawa Tengah: Universitas Peradaban
Bumiayu. 2021.

Lembo, Alfredo B, Analisis Pengaruh Pentanahan Pada


Gangguan Hubung Singkat P-N Saluran 1.
Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
Politeknik Negeri Manado Jurusan Teknik Elektro.
2016.

Mangare, R. W. Sistem Pentanahan Peralatan Di Pt.


Megasurya (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri
Manado). 2016.

Manoppo, Ronny Imanuel. Analisa Sistem Pentanahan


Generator Turbin Gas Di Pt. Pln (Persero) Sektor
Pembangkitan Keramasan. Other Thesis, Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya. 2017.

Hendi, Mengenal Listrik Lebih Baik Dari Segala Sisi - Wajib


Anda Tahu...agar Bermanfaat Optimal Bagi Siapa
Saja. Elex Media Komputindo. 2016.

Nurhabibah Naibaho. Analisa Pentanahan Elektroda Batang


Pada Stop Kontak Untuk Menekan Biaya Listrik.
Jurnal Ilmiah Elektrokrisna 5.3. 2017.
60
Nita Nurdiana. Pengaruh Kedalaman Terhadap Tahanan
Pentanahan di Area Rusunawa Kampus Universitas
PGRI Palembang." Jurnal Ampere 4.2 : 327-332. 2020

Ramadhani Dedy, dkk. Pengaruh Penambahan Bentonit Untuk


Mereduksi Nilai Resistansi Pentanahan Jenis
Elektroda Batang Berlapis Tembaga Dan Pipa Baja
Galvanis. Jurnal Teknik Elektro 8.2 . 2019.

Suartika, I Made. Sistem Pembumian (Grounding) Dua Batang


Sistem Pengaman Tenaga Listrik, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana , Bali:
Kampus Bukit Jimbaran. 2017.

Angraini. Studi Kelayakan Sistem Grounding Di Fakultas


Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri
Padang. JTEV (Padang: Jurnal Teknik Elektro dan
Vokasional), 7(2), 328-336. 2021.

Andrian Wijaya. Pengukuran Pentanahan Transformator


Pada Gardu Distribusi Di Penyulang Tarakan Pt. Pln
(Persero) Rayon Sukarami. Other Thesis, Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya. 2016.

Erliza Yuniarti, dkk. Studi Perlakuan Terhadap Tanah Untuk


Menentukan Nilai Resistansi dan Tahanan Jenis
Pentanahan. Jurnal Surya Energy 3.2 : 269-275. 2019.

Yusmartato. Pengukuran Grounding Pada Gedung Rumah


Sakit Grand MitraMedika Medan. Prodi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, UISU-Medan. Journal of
Electrical Technology, Vol. 6, No.1. 2021.
61
LAMPIRAN–LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi


Mahasiswa dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry
62
Lampiran 2 : Dokumentasi Saat Penelitian
63
64
65

Anda mungkin juga menyukai