Anda di halaman 1dari 86

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN


INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN
INSTALASI TENAGA LISTRIK DI KELAS XI TEKNIK
KETENAGALISTRIKAN SMK PGRI 1 KOTA SERANG

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Seminar dan Karya Tulis
Ilmiah dan Salah Satu Syarat Menempuh Sarjana Strata 1 (S1)

Disusun oleh:

ANITA KURNIAWATI HARTINA 2283150012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN INSTALASI TENAGA
LISTRIK DI KELAS XI TEKNIK
KETENAGALISTRIKAN SMK
PGRI 1 KOTA SERANG

ANITA KURNIAWATI HARTINA


2283150012

Proposal ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Menempuh Mata Kuliah Seminar dan Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Menyetujui untuk diajukan pada Seminar Proposal Skripsi

Pada Tanggal :.................................................

Menyetujui:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Endi Permata, S.T., M.T. Mohammad Fatkhurrokhman, M.Pd.


NIP. 19780614 200501 1 002 NIDN. 0005048904
ABSTRAK

ANITA KURNIAWATI HARTINA: Efektivitas Model Pembelajaran Problem


Based Learning dan Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik di Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan SMK PGRI 1 Kota Serang.
Skripsi. Banten: Pendidikan Teknik Elektro FKIP Untirta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran


Problem Based Learning dan model pembelajaran Inquiry terhadap hasil belajar
siswa kelas XI pada mata pelajaran Instalasi Tenaga Listrik di SMK PGRI 1 Kota
Serang. Aspek yang diamati adalah pencapaian hasil belajar aspek kognitif dari
model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Inquiry.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK PGRI 1 Kota Serang tahun
ajaran 2018/2019 yang berjumlah 99 siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan
desain penelitian nonequivalent control group design. Pemilihan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas
pertama diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dan kelas kedua dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, interview, dan
dokumentasi, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh kemudian di analisis
menggunakan uji ANOVA.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu terdapatnya pengaruh yang
positif signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran
Instalasi Tenaga Listrik dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dan model pembelajaran Inquiry.

Kata Kunci: Hasil belajar, model pembelajaran Problem Based Learning, model
pembelajaran Inquiry.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama mahasiswa : Anita Kurniawati Hartina
Nomor mahasiswa : 2283150012
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro - FKIP Untirta

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi ini merupakan hasil karya saya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam proposal skripsi ini
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Serang, Maret 2019


Yang membuat pernyataan,

Anita Kurniawati Hartina


NIM. 2283150012

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas karunia yang telah Allah SWT berikan, atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah
diberikan, sehingga Proposal Skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry Terhadap Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran Instalasi Tenaga Listrik di Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan
SMK PGRI 1 Kota Serang” dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa
bimbingan, dorongan motivasi, arahan serta doa selama proses penulisan laporan
penelitian ini berlangsung. Selain itu ucapan terima kasih juga tak lupa
disampaikan oleh peneliti kepada:
1. Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril serta materil dalam
pelaksanaan pembuatan proposal skripsi.
2. Bapak Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Endi Permata ST., MT. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro dan Dosen Pembimbing 1 yang telah berkenan memberikan
bimbingan serta arahan kepada penulis.
4. Ibu Ratna Ekawati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
5. Bapak Mohammad Fatkhurrokhman, M.Pd selaku Dosen Pembimbing 2
yang telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis.
6. Segenap dosen jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Seluruh teman-teman Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan saat pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan

v
penelitian ini, semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan menjadi
amal ibadah dan bernilai pahala di sisi Allah SWT.
Peneliti yakin bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
penelitian ini maka dari itu sangat besar harapan peneliti adanya masukan dan
saran dari pembaca demi perbaikan pada laporan penelitian ini, dan pada akhirnya
peneliti juga berharap semoga sebuah karya tulis ilmiah yang telah ditulis ini
dapat memberikan manfaat yang positif bagi siapa saja yang membacanya.

Serang, Maret 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah............................................................................... 6

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................9

A. Kajian Teori ............................................................................................ 9

1. Efektivitas Pembelajaran .................................................................... 9

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ................................ 10

3. Model Pembelajaran Inquiry ............................................................ 16

4. Hasil Belajar ..................................................................................... 23

B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................ 28

C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 33

vii
D. Hipotesis Penelitian dan / atau Pertanyaan Penelitian .......................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................37

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 38

D. Variabel Penelitian ............................................................................... 39

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 40

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen ....................................................... 47

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................55

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Angket Studi Pendahuluan ...................................................... 2


Tabel 2. Rata-Rata Nilai PTS Pelajaran Instalasi Tenaga Listrik ........................... 3
Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ............................... 14
Tabel 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry ................................................ 22
Tabel 5. Populasi Siswa Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan ............................... 38
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru ..................................................... 45
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner (Angket) ................................................ 46
Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ......................................... 46
Tabel 9. Derajat Reliabilitas .................................................................................. 49
Tabel 10. Kriteria effect size.................................................................................. 53
Tabel 11. Klasifikasi Nilai Gain Menurut Hake .... Error! Bookmark not defined.

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sintak Operasional Problem Based Learning ..................................... 16


Gambar 2. Kerangka Berpikir ............................................................................... 34

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Respon Siswa ................................................................. 58


Lampiran 2. Hasil Presentase Angket Siswa Kelas XI TITL 1........................ 60
Lampiran 3. Hasil Presentase Angket Siswa Kelas XI TITL 2........................ 64
Lampiran 4. Hasil Presentase Angket Siswa Kelas XI TITL 3........................ 67
Lampiran 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru ......................................... 69
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Guru ......................................................... 70
Lampiran 7. Transkip Wawancara Guru ......................................................... 71
Lampiran 8. Soal Tes Hasil Belajar Siswa ...................................................... 72

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu upaya yang digunakan untuk mencerdaskan
bangsa serta untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk nilai,
sikap, dan perilaku sehingga akan tercapailah tujuan pendidikan nasional itu
yang sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia pada alinea ke-4. Seiring dengan perkembangan zaman ini
menuntut akan adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat
bersaing dengan negara lain yang telah maju. Pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh pada kemajuan
berbagai bidang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus benar-benar dapat
memberikan bekal kepada generasi muda untuk mengahadapi tuntutan dari
perkembangan zaman yang semakin kompleks. Dalam pendidikan formal, di
samping kemampuan guru, kualitas interaksi antara guru dan siswa
merupakan unsur penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
kualitas interaksi antara guru dan siswa merupakan salah satu tolak ukur
suatu lembaga pendidikan formal dalam mendidik siswa-siswanya. Apabila
interaksi tersebut baik dan berkualitas, maka dapat juga dikatakan bahwa
suatu lembaga pendidikan tersebut berkualitas.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga
pendidikan formal pada tingkat menengah yang membekali peserta didiknya
dengan keahlian dan keterampilan di bidang tertentu untuk menghadapi dunia
kerja. SMK mempunyai peran strategis dalam mendukung secara langsung
pembangunan nasional, khususnya untuk mempersiapkan tenaga kerja yang
terampil dan terdidik yang dibutuhkan oleh dunia industri. Sejalan dengan
tujuan tersebut, maka siswa SMK dibekali pengetahuan dan keterampilan
sesuai jurusan masing-masing yang terangkum dalam mata pelajaran tertentu.
Instalasi Tenaga Listrik merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus diambil pada siswa kelas XI program keahlian teknik ketenagalistrikan.
Mata pelajaran instalasi tenaga listrik ini mengajarkan materi tentang
bagaimana memahami, menerapkan serta menganalisis perencanaan sampai
dengan pemasangan instalasi tenaga listrik.
Pelajaran Instalasi Tenaga Listrik merupakan pelajaran yang memerlukan
pemahaman khusus dan sangat mendalam sehingga nantinya akan
memberikan keterampilan pada peserta didik dalam memecahkan masalah
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu peserta didik selain
mengetahui secara teori tentang instalasi tenaga listrik juga harus dapat
melakukan praktik secara langsung dengan baik.
Namun di kelas XI program keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK
PGRI 1 Kota Serang dalam proses pembelajarannya model pembelajaran
yang digunakan guru di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi yang
optimal. Hal itu dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional dan menganggap bahwa model pembelajaran konvensional
tersebut sangat tepat dan mudah digunakan dalam proses pembelajaran.
Untuk itu peneliti melakukan studi pendahuluan dengan memberikan angket
kepada siswa kelas XI program keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK
PGRI 1 Kota Serang untuk dapat benar-benar mengetahui permasalahan yang
dialami oleh siswa. Berikut ini hasil angket studi pendahuluan tentang respon
siswa terhadap proses pembelajaran mata pelajaran Instalasi Tenaga Listrik.
Tabel 1. Data Hasil Angket Studi Pendahuluan
Hasil Presentase
No. Indikator
XI TITL 1 XI TITL 2 XI TITL 3
Peserta didik senang
mengemukakan pendapat 50% 59% 54%
1.
saat proses belajar di
dalam kelas
Peserta didik selalu aktif
2. bertanya saat proses 38 % 53% 38%
pembelajaran di dalam
kelas

2
Peserta didik lebih
3. menyukai metode 25% 53% 46%
pembelajaran ceramah
Peserta didik merasa
4. termotivasi jika belajar 21% 59% 54%
dengan metode ceramah
Guru sering melakukan
5. ceramah yang seharusnya 54% 65% 38%
kegiatan praktik
Sumber: Data Hasil Angket Respon Siswa
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari studi awal yang
telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang ada di kelas
XI Teknik Ketenagalistrikan SMK PGRI 1 Kota Serang adalah peserta didik
kurang senang dalam mengemukakan pendapat, peserta didik cenderung
kurang aktif bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas,
peserta didik kurang menyukai metode pembelajaran ceramah, peserta didik
kurang termotivasi dengan digunakannya metode ceramah saat proses belajar,
dan guru sering melakukan metode pembelajaran ceramah yang seharusnya
kegiatan praktik.
Tabel 2. Rata-Rata Nilai PTS Pelajaran Instalasi Tenaga Listrik
Kelas Rata-Rata Nilai PTS Instalasi Tenaga Listrik
XI TITL 1 44,64
XI TITL 2 49,64
XI TITL 3 46,11
Sumber: Guru Mapel Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang
Permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan peserta didik
kurang dapat memahami materi pelajaran Instalasi Tenaga Listrik dengan
baik. Pemahaman yang kurang baik itu terlihat dari tabel 2 yang mana
menunjukkan rata-rata hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) yang masih
rendah karena masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah
yaitu 77,78. Kemudian permasalahan yang lain adalah masih digunakannya
metode pembelajaran konvensional sehingga guru lebih aktif dalam
menyampaikan materi dan siswa hanya memperhatikan penjelasan dari guru.
Peserta didik akan lebih senang dan tertarik apabila proses pembelajaran

3
Instalasi Tenaga Listrik dengan praktik langsung. Kurang senangnya peserta
didik dengan pelajaran Instalasi Tenaga Listrik tersebut menyebabkan peserta
didik seringkali terlambat datang ke sekolah.
Menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan begitu
pentingnya mata pelajaran instalasi tenaga listrik untuk kelas XI program
keahlian teknik ketenagalistrikan peneliti ingin menggunakan masalah yang
nyata dalam proses pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan
berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan keterampilan
siswa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model
pembelajaran Inquiry.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (autentik) sebagai konteks bagi peserta
didik untuk memotivasi, mengidentifikasi dan berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah serta sekaligus membangun pengetahuan yang benar-
benar bermakna. Model pembelajaran Inquiry merupakan pembelajaran yang
melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
hasil penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Nana Sudjana (2005:3), bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses
pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemapuan
siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan
demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah
mengalami pembelajaran.
Nana Sudjana (2005: 39) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa
itu sendiri, misalnya kemampuan yang dimilikinya dan faktor lain berupa
motivasi, sikap dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang datang dari luar
diri siswa yakni lingkungan belajar. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas
pembelajaran.

4
Menurut Bloom dalam Sudjana (2009:22-23) hasil belajar terbagi
menjadi tiga ranah yaitu: (a) Ranah Kognitif, (b) Ranah Afektif, dan Ranah
Psikomotorik. Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ranah afektif yaitu berkenaan
dengan sikap. Dan ranah psikomotorik yaitu berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari ketiga ranah tersebut. Namun dalam
penelitian ini hanya akan mengetahui signifikasi perbedaan kemampuan
pemahaman konsep pada ranah kognitif saja, hal tersebut dikarenakan masih
rendahnya hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Instalasi Tenaga
Listrik dalam ranah kognitifnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Inquiry terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik di Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan SMK PGRI 1 Kota
Serang”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu tahapan dari penguasaan masalah
dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenal sebagai
suatu masalah. Adapun penelitian ini masalahnya dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Selama ini siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
2. Siswa banyak yang terlambat masuk kelas karena tidak ingin berlama-
lama mengikuti jam pelajaran instalasi tenaga listrik.
3. Pembelajaran di sekolah ini masih dilakukan secara konvensional karena
pembelajaran ini dianggap paling efektif oleh guru.
4. Siswa sering merasa cepat bosan dalam pembelajaran instalasi tenaga
listrik, akibatnya siswa kurang memperhatikan pelajaran.
5. Hasil belajar siswa yang masih rendah.

5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan
dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
problem based learning dan model pembelajaran inquiry.
2. Hasil belajar siswa pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar kognitif
siswa pada mata pelajaran instalasi tenaga listrik.
3. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas XI program keahlian
teknik ketenagalistrikkan SMK PGRI 1 Kota Serang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
yang ada, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem based learning
dibandingkan dengan model konvensional terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran Instalasi Tenaga Listrik kelas XI Teknik Ketenagalistrikkan ?
2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inquiry dibandingkan
dengan model konvensional terhadap hasil belajar pada mata pelajaran
Instalasi Tenaga Listrik kelas XI Teknik Ketenagalistrikkan ?
3. Bagaimanakah perbedaan efektivitas model pembelajaran problem based
learning, inquiry, dan konvensional terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran Instalasi Tenaga Listrik kelas XI Teknik Ketenagalistrikkan ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Mengetahui efektivitas model pembelajaran problem based learning
dibandingkan dengan model konvensional terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran Instalasi Tenaga Listrik.
2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran inquiry dibandingkan dengan
model konvensional terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik.

6
3. Mengetahui perbedaan efektivitas antara model pembelajaran problem
based learning, inquiry, dan konvensional terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran Instalasi Tenaga Listrik.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa SMK
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif model pembelajaran bagi
siswa terkait materi instalasi tenaga listrik. Dari hal tersebut
diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan
minat dan semangat belajar siswa dalam mempelajari materi instalasi
tenaga listrik.
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam menambah
motivasi untuk belajar mandiri terkait materi instalasi tenaga listrik.
2. Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran
instalasi tenga listrik.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam mewujudkan suatu
pembelajaran yang efisien, efektif dan mempunyai daya tarik
khususnya pada proses pembelajaran instalasi tenaga listrik.
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam mewujudkan
pembelajaran yang menyenangkan, dan membantu guru dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran instalasi tenaga listrik.
3. Bagi Pengelola Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam upaya peningkatan
kualitas atau mutu sekolah melalui penerapan model pembelajaran
problem based learning dan inquiry dalam proses belajar mengajar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran.

7
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan positif terhadap kemajuan
sekolah.
4. Bagi Peneliti
a. Dapat memberikan alternatif penggunaan model pembelajaran
problem based learning dan inquiry dalam kegiatan pembelajaran.
b. Dapat mengetahui efektifitas model pembelajaran problem based
learning dan inquiry terhadap hasil belajar siswa kelas XI program
keahlian teknik ketenagalistrikan SMK PGRI 1 Kota Serang.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) definisi efektivitas
adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
membawa hasil dan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal
ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan khusus yang telah
direncanakan (Lefrida, 2007).
Efektivitas pembelajaran secara konseptual dapat diartikan sebagai
perilaku dan kegiatan dalam proses pembelajaran yang berdampak pada
keberhasilan usaha atau tindakan terhadap hasil belajar peserta didik
(Saregar, Latifah, & Sari, 2016).
Dimensi efektivitas pembelajaran meliputi dua hal, yaitu:
a. Karakteristik guru yang efektif apabila memiliki kemampuan
mengembangkan aplikasi teknologi. Indikatornya meliputi:
pengorganisasian materi, memilih metode yang tepat, bersikap
positif kepada peserta didik, kreatif dalam teknologi
pembelajaran, dan penelitian yang berkelanjutan.
b. Karakteristik peserta didik yang efektif apabila dalam proses
pembelajaran peserta didik yang fleksibel dan aktif, aktif dalam
memanfaatkan strategi. Indikatornya meliputi: aktif dalam proses
belajar mengajar (PMB), mampu bekerja sama, belajar
bertanggung jawab dan belajar dari apa yang telah dipelajari
(Novianti, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
efektivitas adalah pemilihan model atau metode pembelajaran yang
memberikan pengaruh dan keberhasilan pada peserta didik. Efektivitas
dalam penelitian ini berhubungan dengan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dan inquiry terhadap hasil belajar siswa dalam

9
pembelajaran instalasi tenaga listrik. Model pembelajaran problem based
learning dan inquiry dapat di katakan efektif apabila setelah menggunakan
model ini terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai
hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi
tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pola pembelajaran (Rusman, 2016).
Model pembelajaran menurut Joyce & Weil dalam buku (Rusman,
2016) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,
dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Lahir, Ma'ruf, & Tho'in (2017) model pembelajaran
adalah cara-cara yang dilakukan oleh guru atau dosen dan peserta didik
dalam hal ini adalah siswa maupun mahasiswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan secara
bersama-sama.
Dari penjabaran kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa model pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku
individu dalam suatu rencana atau pola dari rancangan pembelajaran
untuk mencapai tujuan sehingga menghasilkan hasil belajar yang
diinginkan.

10
b. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning berasal dari kata
problem, based, dan learning. Problem artinya suatu situasi yang
memberikan tantangan, kesempatan yang saling berkaitan. Based
artinya berdasarkan. Sementara learning artinya belajar. Jadi model
pembelajaran Problem Based Learning dapat diartikan sebagai suatu
model belajar yang berdasarkan kepada situasi berupa tantangan.
Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran
berbasis masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang
kesehatan oleh Barrows (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang
pendidikan oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting
dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah
dengan menggunakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa.
Ibrahim dan Nur (2000:2) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana belajar.
Sementara itu Moffic (Depdiknas, 2003: 12) mengemukakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Persamaannya terletak pada pendayagunaan kemampuan berpikir
dalam sebuah proses kognitif yang melibatkan proses mental yang
dihadapkan pada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia
nyata. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang
utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah,
penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan

11
berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah menuntut aktivitas
mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan
melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran
(Rusman, 2016:241). Situasi atau masalah menjadi titik tolak
pembelajaran untuk memahami prinsip, dan mengembangkan
keterampilan yang berbeda pembelajaran pada umumnya.
Siswa memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari
bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan
melalui investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Siswa
membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami
sebelumnya.
Menurut Tan (2003) pembelajaran berbasis masalah atau problem
based learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
pembelajaran tersebut kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji,
dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.
Pembelajaran berbasis masalah, menurut Tan (2003) merupakan
pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan
umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan
perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran.
Menurut Liu, Du, Zhang, & Zhou, (2019) pembelajaran berbasis
masalah (PBL) adalah pengajaran "pembelajaran aktif" metode di mana
masalah dunia nyata yang kompleks digunakan sebagai kendaraan
untuk mempromosikan pembelajaran siswa tentang konsep dan prinsip
yang bertentangan dengan hafalan pasif.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran berbasis masalah atau sering juga disebut problem
based learning merupakan satu kesatuan pendekatan, strategi, dan

12
metode pengajaran yang berorientasi pada masalah nyata sehingga
dapat memotivasi, mengidentifikasi, dan berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah serta membangun pengetahuan yang bermakna.

c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Problem Based


Learning
Sholimin (2014:132) dalam bukunya memaparkan kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki pembelajaran problem based learning. Ada
beberapa kelebihan dari model pembelajaran problem based learning,
diantaranya:
1) Menjadi teladan bagi peserta didik lainnya siswa didorong untuk
memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar.
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak
ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini
mengurangi beban siswa dengan menghafal dan menyimpan
informasi.
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik
dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.

Kelemahan dari model pembelajaran Problem Based Learning


antara lain:
1) PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada
bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih

13
cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang
tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
d. Tahapan model pembelajaran problem based learning
Menurut Ibrahim, Nur dan Ismail dalam buku (Rusman, 2016:243),
mengemukakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem
based learning adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran,
masalah menjelaskan logistik yang
diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah
2 Mengorganisasi siswa Membantu siswa mendefinisikan
untuk belajar dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
3 Membimbing Mendorong siswa untuk
pengalaman mengumpulkan informasi yang
individual/kelompok sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan Membantu siswa dalam
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan Membantu siswa untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi

14
pemecahan masalah terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan

Menurut Huda (2013:272) langkah-langkah/sintak operasional


Problem Based Learning dapat mencangkup antara lain sebagai berikut:

Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah

Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial PBL dalam


sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta
suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah

Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan


masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup
perpustakaan, database, website, masyarakat, dan observasi

Siswa kembali pada tutorial PBL, lalu saling sharing


informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning
atas masalah tertentu

Siswa menyajikan solusi atas masalah

Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses


pengerjaan selama ini. Semua yang berpartisipasi dalam
proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review
berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru
Sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap
proses tersebut. 15
Gambar 1. Sintak Operasional Problem Based Learning

e. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning


Rusman (2016) mengungkapkan karakteristik pembelajaran
problem based learning adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur;
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective);
4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya,
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial;
7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari
solusi dari sebuah permasalahan;
9) Keterbukaan proses dalam problem based learning meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan
10) Problem based learning melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar.

3. Model Pembelajaran Inquiry


a. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran Inquiry merupakan salah satu macam model
pembelajaran inquiry yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge.
Inkuiri yang dalam bahasa inggrisnya Inquiry, berarti pertanyaan,
pemeriksaan, penemuan, penyelidikan. Inquiry berasal dari kata to

16
inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat baik dalam mengajukan
pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inquiry
sebagai suatu proses yang dilakukan untuk mencari atau memahami
informasi. Tujuan dari model pembelajaran inquiry adalah untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual
yang terkait dengan proses berpikir reflektif.
Menurut Awg Kitot, Ahmad, & Seman, (2010) Pembelajaran inquiry
adalah pendekatan untuk pemecahan masalah berbasis inquiry melalui
berbagai cara dan metode seperti eksperimen dan studi berdasarkan
buku teks. Kegiatan inquiry mengacu pada proses menemukan dan
mendapatkan informasi atau memahami suatu konsep, teori atau
pertanyaan, dan menggunakannya untuk melakukan penyelidikan
tentang masalah tersebut.
Mulyatiningsih (2013: 235) menjelaskan bahwa metode inkuiri
adalah metode yang melibatkan siswa dalam proses pengumpulan data
dan menguji hipotesis. Sementara Cahyo (2013: 27-28) mengartikan
metode inkuiri sebagai satu metode pembelajaran yang memfokuskan
kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis
dan kreatif.
Lain halnya dengan Hanafiah & Sujana (dalam Wardoyo, 2013: 66)
yang mengatakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku.
Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi pendidikan di mana
siswa mengikuti metode dan praktik yang mirip dengan profesional
ilmuwan dalam rangka membangun pengetahuan (Pedaste, et al., 2015).
Sehingga dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diketahui bahwa
model pembelajaran inquiry atau disebut juga dengan model penemuan
merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

17
sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya. Kemudian siswa dilatih agar dapat
mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan
mengujinya. Peran guru dalam model pembelajaran inquiry ini selain
sebagai pengarah dan pembimbing, juga dapat menjadi sumber
informasi data yang diperlukan.
Wahab (2009: 92-93) mengatakan bahwa penting untuk dipahami
oleh guru bahwa inkuiri yang didasarkan pada pemecahan masalah
yang ilmiah merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk
mengetahui bahwa sesuatu itu benar. Selain itu guru juga harus
mengurangi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam memecahkan
masalah. Gulo (dalam Susanto, 2014: 184) menyebutkan beberapa
peran guru dalam pembelajaran inkuiri sebagai berikut.
1) Motivator; guru memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan
bergairah dalam berpikir.
2) Fasilitator; guru menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam
proses berpikir siswa.
3) Penanya; guru menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4) Administrator; guru bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
didalam kelas.
5) Pengarah; guru memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan
yang diharapkan.
6) Manager; guru mengolah sumber belajar, waktu dan organisasi
kelas.
7) Rewarder; guru memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode


inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar mengajar yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Siswa diarahkan

18
untuk menemukan sendiri pengetahuan, sikap serta keterampilannya
sehingga secara tidak langsung siswa pun dituntut untuk aktif dan
kreatif selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan peran guru
dalam pembelajaran inkuiri yaitu sebagai motivator, fasilitator,
penanya, administrator, pengarah, manager, dan rewarder.

b. Ciri-Ciri Inquiry
Ciri-ciri merupakan sesuatu yang khas yang membedakan suatu hal
dengan hal lainnya. Ciri-ciri model pembelajaran Inquiry menurut
Sanjaya (dalam Susanto 2014: 164) adalah sebagai berikut:
1) Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan.
3) Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.

Al-Tabany (2014: 80) menyebutkan beberapa ciri-ciri metode inkuiri


sebagai berikut.
1) Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya metode inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri

19
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan
siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan
teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3) Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri inkuiri
antara lain sebagai berikut.
1) Menekankan pada aktivitas siswa.
2) Aktivitas siswa diarahkan untuk menemukan jawaban dari
permasalahan yang ditemukan.
3) Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, kritis serta mengembangkan kemampuan
intelektual siswa (ranah kognitif, afektif dan psikomotor).

c. Kekurangan dan Kelebihan Inquiry


Fredericks (dalam Ngalimun, 2014: 40) menyatakan bahwa
pembelajaran yang berbasis inkuiri mempunyai implikasi yang hebat
dalam setiap kelas. Meskipun begitu, setiap model, pendekatan maupun
metode pastilah memiliki suatu kelebihan dan kekurangan. Pada
pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri pun juga mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan.
Hosnan (2014: 344) menyebutkan beberapa kelebihan metode
inkuiri sebagai berikut.
1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran inkuiri ini dianggap lebih bermakna.

20
2) Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
Hosnan (2014: 344) menyebutkan beberapa kekurangan metode
inkuiri sebagai berikut.
1) Jika metode ini digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Terkadang dalam pengimplementasiannya memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sering kesulitan menyesuaikan dengan waktu
yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka metode ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam


pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode inkuiri sendiri yaitu
adanya penekanan terhadap pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa secara seimbang. Sedangkan untuk menanggulangi
kekurangan dari metode ini maka perlu adanya persiapan pembelajaran
yang baik dari peneliti.

21
d. Langkah-Langkah (Tahap) Pembelajaran Inquiry
Menurut (Suryanti, 2008) langkah-langkah (tahap) dalam
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry

Tahap Indikator Tingkah Laku Guru


1 Observasi untuk Guru menyajikan kejadian-kejadian
menemukan masalah atau fenomena-fenomena yang
memungkinkan siswa menemukan
masalah
2 Merumuskan masalah Guru membimbing siswa
merumuskan masalah penelitian
berdasarkan kejadian dan fenomena
yang disajikan
3 Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk
mengajukan hipotesis terhadap
masalah yang telah dirumuskan
4 Merencanakan pemecahan Guru membimbing siswa untuk
masalah merencanakan pemecahan masalah,
membantu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dan
menyusun prosedur kerja yang tepat
5 Melaksanakan eksperimen Selama siswa bekerja, guru
(cara pemecahan masalah membimbing dan memfasilitasi
yang lain)
6 Melakukan pengamatan Guru membantu siswa melakukan
dan pengumpulan data pengamatan tentang hal-hal yang
penting dan membantu
mengumpulkan dan mengorganisasi
data
7 Analisis data Guru membantu siswa menganalisis

22
data supaya menemukan sesuatu
konsep
8 Penarikan kesimpulan Guru membimbing siswa
mengambil kesimpulan berdasarkan
data dan menemukan sendiri
konsep yang ingin ditanamkan

4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka
akan diuraikan terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini
terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan ‘belajar’. Dalam KBBI hasil
memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan oleh usaha, 2)
pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah
perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (Mendikbud, 2007).
Secara umum Abdurrahman menjelaskan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam
belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional (Abdurrahman, 1999).
Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut Usman
adalah “Perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan antara
individu dengan lingkungan” (Usman, 2002).
Lebih luas lagi Subrata mendefenisikan belajar adalah “(1)
membawa kepada perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada
pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru, (3) Bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja”. Dari
beberapa defenisi di atas terlihat para ahli menggunakan istilah

23
“perubahan” yang berarti setelah seseorang belajar akan
mengalami perubahan (Subrata, 1995).
Untuk lebih memperjelas Mardianto memberikan
kesimpulan tentang pengertian belajar:
1) Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan
secara sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan
semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun mental.
2) Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam driri
antara lain perubahan tingkah laku diharapkan kearah positif dan
kedepan.
3) Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari
sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi
hormat dan lain sebagainya.
4) Belajar juga bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari
kebiasaan buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang
dirubah tersebut untuk menjadi bekal hidup seseorang agar ia
dapat membedakan mana yang dianggap baik di tengah-tengah
masyarakat untuk dihindari dan mana pula yang harus dipelihara.
5) Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan tentang
berbagai bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu
membaca, tidak dapat menulis jadi dapat menulis. Tidak dapat
berhitung menjadi tahu berhitung dan lain sebagainya.
6) Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan,
misalnya keterampilan bidang olah raga, bidang kesenian, bidang
tekhnik dan sebagainya (Mardianto, 2012).
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya (Purwanto, 2002). Hasil belajar merupakan
salah satu indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah

24
perubahan perilaku uyang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu
proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai
oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006), yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan suatu
proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai
pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar,
atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk
angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak
penyelenggara pendidikan.
Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar,
maka hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar (perubahan tingkah laku: kognitif, afektif dan
psikomotorik) setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran
dengan strategi pembelajaran information search dan metode
resitasi yang dibuktikan dengan hasil evaluasi berupa nilai.
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan nasional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom (Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, 2009:22) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

25
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan ternalisasi.
3) Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflex,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif
dan interpretatif.
Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran.
Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan
ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini hasil
belajar terdiri dari enam tingkatan yang sifatnya hierarkis. Keenam hasil
belajar ranah kognitif menurut Anderson & Krathwohl (2017 :99) ini
meliputi:
1) Mengingat (C1)
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh
jadi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif,
atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
2) Memahami (C2)
Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar
oleh guru.
3) Mengaplikasikan (C3)
Proses mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu.

26
4) Menganalisis (C4)
Proses menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-
bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan
antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan
keseluruhan struktur atau tujuan.
5) Mengevaluasi (C5)
Proses mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan
kriteria dan/atau standar,
6) Mencipta (C6)
Proses mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk
yang orisinal.
Dari penjelasan berbagai macam ranah hasil belajar kognitif di atas
dapat dipahami bahwa sasaran evaluasi hasil belajar kognitif yang cocok
dan sesuai untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
keenam aspek hasil belajar kognitif tersebut yang meliputi mengingat
(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
c. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang
yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor setelah
mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak
pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih
baik, sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih
memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih

27
mengembangkan keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru atas
sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya. Dapat
disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari siswa
sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Berdasarkan pemaparan kajian teori diatas, peneliti dalam hal ini sangat
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
problem based learning dan inquiry terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran instalasi tenaga listrik di kelas XI Teknik Ketenagalistrikkan
SMK PGRI 1 Kota Serang ini dikarenakan peneliti akan mencoba meneliti
model pembelajaran tersebut apakah model pembelajaran tersebut cocok
digunakan dalam pelajaran Instalasi Tenaga Listrik dan apakah hasil
belajar siswa dapat meningkat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka ditemukan beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan
masalah yang diteliti, berikut adalah penelitian-penelitian yang relevan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Rahmat, Andrizal, dan Irma
Yulia Basri pada tahun 2017 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Dasar Otomotif Siswa SMK
Negeri 1 Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-
rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran
problem based learning sebesar 81,38 sedangkan nilai rata-rata hasil
belajar siswa yang menggunakan metode ceramah sebesar 74,53.
Hasil uji t diperoleh thitung (2,63) > ttabel (2,00030) dan persentase
pengaruh 9,19 %.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wardan Suyanto pada tahun 2014
dengan skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil

28
Belajar Siswa”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a)
penerapan model PBL dalam pembelajaran materi perbaikan dan
setting ulang PC dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran yaitu sebesar 24,2%, (b) Keterampilan
berpikir kritis siswa setelah penerapan PBL yaitu siswa dengan
kategori keterampilan berpikir kritis sangat tinggi sebanyak 20 siswa
(69%), kategori tinggi sebanyak 7 siswa (24,2%), kategori rendah
sebanyak 2 siswa (6,9%) dan kategori sangat rendah yaitu sebanyak 0
siswa (0%), (c) penerapan PBL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sebesar 31,03%, dan (d) Hasil belajar siswa setelah penerapan
PBL yakni jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa
(100%). Persamaan penelitian saudara Wardan Suyanto dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar. Jadi
memiliki persamaan pada salah satu variabel X dan variabel Y,
penelitian yang dilakukan oleh saudara Wardan Suyanto untuk
meneliti tentang model pembelajaran Problem Based Learning dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Sumbangan penelitian saudara Wardan Suyanto pada penelitian ini
adalah membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa SMK secara lebih dalam dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ihtiari Prastyaningrum dan Budi
Santoso pada tahun 2016 dengan jurnalnya yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Pada Siswa Kelas X.AV.2
Pada Materi Kondensator di SMK Negeri 1 Wonosari”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar
siswa, setelah menggunakan model pembelajaran Inquiry. Dengan
demikian model pembelajaran Inquiry adalah salah satu metode belajar
yang sangat tepat digunakan dalam proses belajar pada mata pelajaran
produktif pada siswa kelas X.AV.2 SMK Negeri 1 Wonosari.

29
4. Penelitian yang dilakukan oleh Pedaste, et al., pada tahun 2015
dengan artikelnya yang berjudul “Phases of Inquiry-Based Learning:
Definitions and The Inquiry Cycle” Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa dengan pembelajaran inkuiri berbasis sintesis dengan
menggunakan kerangka belajar dari perspektif siswa dapat digunakan
untuk memastikan proses pembelajaran berbasis inkuiri yang bersifat
efektif, penerapan dari model pembelajaran inkuiri dapat memberikan
lebih banyak kebebasan kepada siswa dalam menuju pembelajaran
yang produktif dan proses dalam kegiatan belajar yang berdasarkan
atas suatu masalah spesifik yang telah terdeteksi selama proses
pembelajaran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Liu, Du, Zhang, & Zhou pada tahun
2019 dengan artikelnya yang berjudul “Effect of Problem-Based
Learning in Pharmacology Education: A Meta-analysis” Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa muncul konsensus untuk meta-
analisis mengenai berbagai topik yang dipilih dalam pendidikan
farmakologi. Ulasan ini memberikan tinjauan kritis pembelajaran
berbasis masalah (PBL) dalam pendidikan. Berdasarkan beberapa
kriteria inklusi, database dicari, dan 37 studi uji coba terkontrol
diidentifikasi dan diekstraksi. Meta-analisis menemukan bahwa PBL
memiliki efek positif pada mendapatkan skor teoritis yang lebih tinggi
(SMD = 6,77, 95% CI [5,23, 8,31], p <0,00001) dinilai melalui
ujian. Hasil kuesioner untuk umpan balik siswa menunjukkan bahwa
PBL lebih unggul daripada metode pengajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar mandiri siswa, minat belajar, semangat
tim, pemecahan masalah, analisis, ruang lingkup pengetahuan,
komunikasi, dan ekspresi. Hasil ini menunjukkan bahwa PBL dalam
pendidikan dianggap lebih unggul daripada pembelajaran berbasis
ceramah tradisional.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Awg Kitot, Ahmad, & Seman pada
tahun 2010 dengan artikelnya yang berjudul “The Effectiveness of

30
Inquiry Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking” Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa studi kuasi-eksperimental ini
menguji efektivitas pengajaran inkuiri dalam meningkatkan pemikiran
kritis siswa. 41 siswa Form 4 dipilih sebagai kelas perawatan
sementara 42 siswa lainnya berada di kelas kontrol. Eksperimen yang
terkait dengan pengajaran inkuiri dilakukan selama delapan minggu.
Tes sebelum dan sesudah dilakukan pada kedua kelompok. Hasil
menunjukkan signifikan perbedaan 0,05 antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Temuan menemukan kelompok perlakuan
menunjukkan peningkatan lebih tinggi pada berpikir kritis daripada
kelompok kontrol. Temuan menunjukkan bahwa pengajaran inkuiri
bersifat sangat efektif dan harus ditekankan dalam setiap sekolah.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Jalani & Sern pada tahun 2015 dengan
artikelnya yang berjudul “The Example-Problem-Based Learning
Model: Applying Cognitive Load Theory” Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Cognitive Load Theory (CLT) menyatakan bahwa
pembelajaran terbaik terjadi dalam situasi yang setara dengan kognitif
individu desain. Dengan demikian, artikel ini mengusulkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang merupakan
kombinasi dari dua strategi pembelajaran: contoh-contoh yang
dikerjakan dan pemecahan masalah. Metode pengajaran ini
membimbing siswa untuk melewati beberapa perkembangan kognitif.
Pada tahap awal akuisisi pengetahuan, siswa pemula mendapat
manfaat lebih dari contoh yang dikerjakan, yang merupakan model
pemecahan masalah. Setelah mereka memperoleh pengetahuan yang
cukup, contoh-contoh yang dikerjakan mungkin tidak lagi sesuai
karena efek positif dari contoh yang dikerjakan akan hilang. Karena
itu, belajar melalui pemecahan masalah harus dilakukan diterapkan
karena siswa telah melengkapi diri mereka dengan pengetahuan yang
mendalam. Dalam percobaan yang telah dilakukan, metode
pengajaran PBL meningkatkan akuisisi pengetahuan siswa, transfer

31
pembelajaran, dan upaya mental selama belajar, serta meningkatkan
efisiensi belajar mereka.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Korganci, Miron, Dafinei, & Antohe,
2015 dengan artikelnya yang berjudul “The Importance of Inquiry-
Based Learning on Electric Circuit Models for Conceptual
Understanding” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Siswa
biasanya mengalami kesulitan untuk memahami konsep abstrak dari
rangkaian listrik. Berbagai model rangkaian listrik digunakan untuk
membangun jembatan komprehensif antara kenyataan dan model.
Dalam penelitian ini, efek menggunakan analogi sirkuit air pada siswa
pemahaman konseptual dieksplorasi. Sampel terdiri dari 46 siswa
sekolah menengah, sampel dibagi menjadi tiga kelompok. Untuk
kelompok eksperimen I, model mental sirkuit listrik animasi
dijelaskan secara verbal dalam pikiran mereka dan diterapkan. Untuk
kelompok eksperimen II, model mental sirkuit listrik dan analogi
sirkuit air terapan. Untuk kelompok kontrol, metode pengajaran
tradisional digunakan, tes dua fase pertama diperkenalkan untuk
diagnostik tujuan. Untuk fase pertama ECT, siswa diminta untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan; untuk fase kedua, ada
pertanyaan yang berkaitan dengan seberapa yakin jawaban yang
diberikan. Jika seorang siswa yakin tentang jawaban yang salah serta
alasan terkait yang dia berikan untuk tahap pertama, maka siswa dapat
dikatakan memiliki kesalahpahaman. Kalau tidak, jawaban yang
salah, yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, tidak bisa
disebut sebagai kesalahpahaman. Tes ini diujicobakan pada 22 siswa
kelas 10 dan modifikasi dilakukan sebelum ujian akhir. Untuk
mengidentifikasi konten validitas dari pertanyaan tes, tabel disiapkan
sesuai dengan pertanyaan dan distribusi topik yang berkaitan dengan
pertanyaan yang disiapkan. Kemudian, pertanyaan, distribusi topik,
dan tabel dikontrol dan diedit oleh dua pakar guru fisika. Dalam
penelitian ini, koefisien reliabilitas Cronbach-Alfa dihitung dengan

32
menggunakan Windows-kompatibel Program SPSS-21. Koefisien
reliabilitas tes ditemukan menjadi 0,75. Kelompok kontrol, kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II ketika dianalisis
menggunakan ANOVA. Posttest rata-rata skor di itu kontrol
kelompok adalah 6,93, yang adalah itu terendah antara itu tiga
kelompok. Itu rata-rata di eksperimental kelompok Saya 9,75 dan
kelompok eksperimen II adalah 12,29. Analisis ANOVA
menunjukkan bahwa ada a perbedaan yang signifikan secara statistik
di antara ketiga kelompok (p <0,001) maka dapat dikatakan efektif.

C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah ditulis di atas, selanjutnya
diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antar masing-masing
variabel dalam penelitian ini. Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yaitu
tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran instalasi tenaga listrik di SMK
PGRI 1 Kota Serang dapat diduga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
digunakan. Faktor tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat antara variabel
satu dengan variabel yang lainnya, yaitu: hubungan model pembelajaran
problem based learning dan model pembelajaran inquiry dengan hasil belajar
siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka lebih jelasnya untuk alur dari
kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut.

33
Hasil belajar siswa teknik instalasi tenaga listrik

Penyebab:
- Siswa kurang aktif berpatisipasi dalam proses
pembelajaran.
- Siswa banyak yang terlambat masuk kelas karena
tidak ingin berlama-lama mengikuti jam pelajaran
instalasi tenaga listrik.
- Pembelajaran di sekolah ini masih dilakukan
secara konvensional karena pembelajaran ini
dianggap paling efektif oleh guru.

Solusi:
Pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) pembelajaran yang menyajikan masalah
dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran inquiry pembelajaran yang akan
menuntut siswa untuk aktif dalam melakukan
penemuan atas permasalahan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based


learning) dan model pembelajaran inquiry secara teoritis
dan diperkuat hasil penelitian yang relevan diyakini
mampu memberikan pengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa.
............ Gambar 2. Kerangka Berpikir

34
D. Hipotesis Penelitian dan / atau Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya adalah menyusun
hipotesis. Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:98)
hipotesis (hypothesis) berasal dari bahasa Yunani, Hupo yang berarti
sementara dan Thesis yang berarti pernyataan atau dugaan. Sehingga dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan pernyataan
sementara.
Menurut Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah (2008:76)
hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau
merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Menurut
Sugiyono (2015:96) hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dari pengertian-pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang harus diuji
kebenarannya.
Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai
efektivitas model pembelajaran problem based learning dan model
pembelajaran inquiry terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik kelas XI Teknik Ketenagalistrikkan SMK PGRI 1 Kota Serang
Tahun Pelajaran 2018/2019 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H0: Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem based
learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran 2018/2019.
H1: Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem based
learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran Instalasi
Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran 2018/2019.
H0: Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran inquiry terhadap hasil
belajar siswa kelas XI mata pelajaran Instalasi Tenaga Listrik SMK
PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran 2018/2019.

35
H1: Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran inquiry terhadap
hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran Instalasi Tenaga Listrik SMK
PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran 2018/2019.
H0: Ada perbedaan dari pengaruh model pembelajaran problem based
learning dan inquiry terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran
Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran
2018/2019.
H1: Tidak ada perbedaan dari pengaruh model pembelajaran problem based
learning dan inquiry terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata pelajaran
Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang Tahun Pelajaran
2018/2019.
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan
bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul.

36
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan jenis
penelitian yang tepat. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh
gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi serta langkah-langkah
yang digunakan dalam mengatasi masalah tersebut.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi eksperimen (eksperimen semu). Menurut Sunarti (2009:95) metode
eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk
hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel independen dan
menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tersebut. Maka
metode eksperimen ini digunakan untuk mengukur perubahan yang terjadi
setelah dilakukannya pemanipulasian. Selain itu, metode eksperimen ini
dilaksanakan dengan tujuan agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat
terbukti. Metode eksperimen ini cocok dengan penelitian yang sedang peneliti
laksanakan yakni, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
dan Inquiry Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Instalasi Tenaga
Listrik di Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan SMK PGRI 1 Kota Serang”
Metode penelitian eksperimen terbagi menjadi tiga, yaitu praeksperimen,
eksperimen, dan quasi eksperimen (eksperimen semu). Dalam penelitian ini
menggunakan quasi eksperimen (eksperimen semu) jenis nonequivalent
control group design.
Menurut Sugiyono (2015:114) bentuk desain eksperimen ini merupakan
pengembangan dari true eksperimental design, yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Quasi eksperimen design digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan dalam
penelitian.

37
Sedangkan pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Menurut Yusuf (2014:57) penelitian kuantitatif memandang tingkah laku
manusia dapat diramalkan, penelitian ini dianggap objektif dan dapat diukur.
Yusuf (2014:61) mendefinisikan penelitian deskriptif kuantitatif sebagai
penelitian yang menggambarkan fakta-fakta dan sifat populasi tertentu serta
keadaan masa sekarang secara mendalam, sistematis, faktual, dan akurat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI Jurusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di SMK
PGRI 1 Kota Serang. SMK PGRI 1 Kota Serang terletak di Jl. Ciwaru
Raya No. 55, Cipare, Kec. Serang, Kota Serang, Provinsi Banten.
2. Waktu
Penelitian telah dilaksanakan selama satu bulan. Waktu
pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 8 Oktober 2018 sampai
dengan 8 November 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2015:117). Jadi populasi dalam penelitian ini
adalah siswa program keahlian Teknik Ketenagalistrikan kelas XI di SMK
PGRI 1 Kota Serang tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari tiga kelas
dan berjumlah 94 siswa.
Tabel 5. Populasi Siswa Kelas XI Teknik Ketenagalistrikan
SMK PGRI 1 Kota Serang
No Kelas Jumlah
1 XI TITL 1 32

38
2 XI TITL 2 34
3 XI TITL 3 28
Sumber: Guru Mapel Instalasi Tenaga Listrik SMK PGRI 1 Kota Serang
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015:118) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Non probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Mengacu
pada pendapat Sugiyono apabila peneliti melakukan penelitian terhadap
populasi yang besar, sementara peneliti memiliki keterbatasan maka
peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel. Tujuannya agar penulis
dalam mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil dua kelas untuk
dijadikan sampel, dimana kelas pertama akan diberikan perlakuan
(treatment) dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning dan kelas kedua akan diberikan perlakuan (treatment) dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry.

D. Variabel Penelitian
Menurut Endang Mulyatiningsih (2013:2) variabel adalah karakteristik
yang terdapat pada individu atau benda yang menunjukkan adanya perbedaan
(variasi) nilai atau kondisi yang dimiliki. Sedangkan menurut Sambas Ali
Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:13) variabel adalah karakteristik
yang akan diobservasi dari satuan pengamatan. Karakteristik yang dimiliki

39
satuan pengamatan keadaannya berbeda-beda (berubah-ubah) atau memiliki
gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan ke satu satuan pengamatan
lainnya, atau, untuk satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya berubah
menurut waktu dan tempat.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015:61). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah suatu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2015:61).
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah “Model
Pembelajaran Problem Based Learning, Model Pembelajaran Modified
Inquiry, dan Hasil Belajar Instalasi Tenaga Listrik”, dimana variabelnya
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel prediktor,
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
terikat dan mempunyai hubungan yang positif dan negatif. Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Problem
Based Learning dan Model Pembelajaran Inquiry.
2. Variabel terikat (Dependent Variable) atau disebut variabel kriteria,
menjadi perhatian utama (sebagai faktor yang berlaku dalam
pengamatan) dan sekaligus menjadi sasaran dalam penelitian. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar Instalasi Tenaga Listrik
Siswa Kelas XI SMK PGRI 1 Kota Serang tahun ajaran 2018/2019.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data

40
Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:14)
data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Pengumpulan data
adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Muhidin &
Abdurrahman, 2007:19).
Untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan
metode-metode antara lain sebagai berikut:
a. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2015:199) metode kuesioner atau angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab atas
pertanyaan yg diajukan untuk kepentingan penelitian) (Cholid,
2010).
Dalam hal ini penulis membuat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kemudian dijawab oleh responden/sampling. Dan bentuk angketnya
adalah angket tertutup, yaitu angket yang soal-soalnya menggunakan
teknik pilihan ganda atau sudah ada pilihan jawaban, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang dikehendaki.
Teknik angket digunakan untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran
inquiry. Pada pelaksanaan penelitian siswa diarahkan untuk mengisi
angket tersebut berdasarkan keadaan diri mereka sebenarnya. Data
yang diperoleh dari angket adalah skor model pembelajaran problem
based learning dan model pembelajaran inquiry.
b. Interview (Wawancara)
Menurut Sugiyono (2015:194) wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

41
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
wawancara untuk melakukan studi pendahuluan dalam menemukan
permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran instalasi tenaga
listrik di dalam kelas. Peneliti melakukan wawancara kepada guru
instalasi tenaga listrik. Dimana guru instalasi tenaga listrik tersebut
merupakan subyek (responden) yang juga ikut terlibat dalam
kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah alat pengumpulan datanya disebut
form pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan atau
dokumen yang tersedia. Seperti halnya kehadiran siswa dalam
mengikuti pembelajaran di kelas, dokumennya terlihat pada daftar
hadir siswa. Metode ini juga digunakan untuk memperoleh data
tentang;
1) Profil SMK PGRI 1 Kota Serang.
2) Struktur Organisasi SMK PGRI 1 Kota Serang.
3) Denah Lokasi SMK PGRI 1 Kota Serang.
4) Data Guru, karyawan dan siswa SMK PGRI 1 Kota Serang.
5) Data Sarana dan Prasarana SMK PGRI 1 Kota Serang.
6) Data hasil belajar siswa kelas XI Teknik Ketenagalistrikan.
d. Test
Test adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran. Test
yang diberikan pada penelitian ini sebagai tes awal (pretest) dan test
akhir (posttest) berupa soal pilihan ganda pada pokok bahasan sistem
instalasi pembumian.

42
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian agar pekerjaannya
menjadi lebih mudah dan baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah (Faisal, 2007).
Instrumen penelitian menurut Sugiyono adalah “suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”
(Sugiyono, 2015). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
instrumen merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh peneliti
dalam menggunakan metode pengumpulan data secara sistematis dan
lebih mudah. Instrumen penelitian menempati posisi teramat penting
dalam hal bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh
data di lapangan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen non tes yang terdiri dari pedoman observasi
(pengamatan), pedoman kuesioner (angket), pedoman interview
(wawancara), serta pedoman dokumentasi.
a. Pedoman Kuesioner (Angket)
Alat bantu berupa pernyataan yang harus dijawab oleh
responden yang digunakan untuk mengetahui skor model
pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran
inquiry. Pada penyusunan angket peneliti membuat kisi-kisi dan
pedoman penskoran. Instrumen angket merupakan instrumen utama
dalam penelitian ini. Mengingat data penelitian merupakan aspek
yang penting dalam penelitian, maka instrumen atau alat yang
digunakan mengukur harus terpercaya.
Angket ditulis dalam bentuk skor dengan menggunakan skala
Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu “iya atau tidak”. Data yang diperoleh berupa data
interval dimana dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu
“iya” atau “tidak”. Skala Guttman dalam angket ini dibuat dalam
bentuk checklist, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari

43
jumlah jawaban yang telah disediakan. Kemudian jawaban dibuat
dengan skor tertinggi satu dan skor terendah nol.
b. Pedoman Interview (Wawancara)
Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah berupa
pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran instalasi
tenaga listrik. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan guru
bidang studi instalasi tenaga listrik. Bentuk pertanyaan wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe pertanyaan
campuran yang merupakan campuran antara pertanyaan berstruktur
dan tidak berstruktur.
Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman
(2007:23) penyusunan pedoman wawancara dapat dilakukan dengan
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Menentukan kisi-kisi pertanyaan wawancara dalam sebuah tabel
kisi-kisi pedoman wawancara yang berisi tujuan, butir-butir
pertanyaan, dan nomor pertanyaan.
(2) Menentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, apakah
pertanyaan berstruktur, tidak berstruktur, atau pertanyaan
campuran.
(3) Membuat format pedoman wawancara yang berisi pertanyaan
dan ringkasan jawaban responden
(4) Membuat pertanyaan wawancara yang sesuai dengan kisi-kisi
dan bentuk pertanyaan wawancara
c. Pedoman Dokumentasi
Alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data-data, dan arsip-arsip dokumentasi.

44
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru

Nomor
No. Tujuan Butir-Butir Pertanyaan
Pertanyaan
1. Mengetahui informasi a. Lamanya guru mengajar
awal guru dan siswa 1 dan 2
di sekolah dan di kelas

b. Jumlah siswa di kelas 3


c. Hasil belajar siswa
sebelum dilaksanakan 9 dan 10
penelitian
2. Respon dan proses cara a. Cara menyampaikan
mengajar guru sebelum materi dan penggunaan
menggunakan mo del pembelajaran problem 4, 7, dan 8
pemebelajaran problem based learning dan
based learning dan modified inquiry
modified inquiry
b. Model pembelajaran yang
diketahui guru dan yang 5 dan 6
sering digunakan
c. Respon siswa terhadap
pembelajaran dan respon
terhadap model 11 dan 12
pembelajaran yang
digunakan
3. Mengetahui a. Kendala yang dialami
permasalahan saat guru 13 dan 14
pembelajaran
4. Mengetahui a. Penggunaan laboratorium
penggunaan atau tempat praktik siswa
laboratorium atau b. Ketersediaan alat-alat 15 dan 16
tempat praktik siswa praktik

45
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner (Angket)

No Aspek Indikator No. Butir


Proses belajar 1, 2, 3, 4, dan 5
Keaktifan 6 dan 7
1 Teknis Sikap 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16 dan
19
Pemahaman 8, 9, 17, dan 20
Tujuan Pembelajaran 18, 21, dan 22
2 Materi Praktikum 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, dan
30

Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa

Bentuk Aspek yang Diukur No Soal


Indikator
Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6
Mengetahui 1,9
fungsi Pilihan

instalasi Ganda
pentanahan
Mengetahui 12
Pilihan
sistem √
Ganda
pentanahan
Mengidentifikas 2,5,10,16,18
i cara
Pilihan
pemasangan √
Ganda
elektrode
pentanahan
Menjabarkan Pilihan 11

bagian- Ganda

46
bagian dari
instalasi
pentanahan
Menjelaskan 3,4,6,7,8,15,17,1
skema Pilihan 9

dari instalasi Ganda
pentanahan
Menentukan 13,14,20
rumus dari Pilihan

tahanan Ganda
pentanahan

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen


Instrumen merupakan suatu alat. Sebelum suatu instrumen di gunakan
untuk penelitian, maka instrumen tersebut terlebih dahulu dilakukan uji coba
pada siswa yang telah mengalami proses pembelajaran instalasi tenaga listrik
yaitu siswa kelas XI program keahlian teknik ketenagalistrikan. Melakukan
pengujian terhadap instrumen (alat ukur) yang akan digunakan merupakan
langkah penting yang harus dilakukan dalam rangka kegiatan pengumpulan
data (Muhidin & Abdurrahman, 2007:30).
Kegiatan pengujian instrumen penelitian meliputi dua hal, yaitu pengujian
validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas diperlukan sebagai
upaya memaksimalkan kualitas instrumen (alat ukur) tes hasil belajar. Secara
lebih lengkap uji coba instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:30)
suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat
mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Dalam
penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi
yang akan diuji oleh ahli. Secara teknis pengujian validitas konstruksi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik

47
pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut terdapat indikator
sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yeng telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Untuk menentukan validitasnya peneliti menggunakan formula
tertentu, diantaranya koefisien korelasi product moment dari Karl
Pearson. Koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson digunakan
untuk mengetahui taraf hubungan atau korelasi antara variabel prediktor
(X) dan variabel kriterium (Y) yang akan dihitung dengan koefisien
korelasi (r) sebagai berikut:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
rxy =
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 (𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌 2 ))

(Muhidin & Abdurrahman, 2007:31)

Keterangan :
rxy : Koefisien validitas
N : Jumlah siswa
∑ 𝑋 : Skor tiap butir soal
∑ 𝑌 : Skor soal siswa
Setelah data r hitung pada tiap butir pernyataan didapat kemudian
dibandingkan dengan r tabel. Karena menurut Sambas Ali Muhidin dan
Maman Abdurahman (2007:36) suatu instrumen dinyatakan valid apabila
nilai hitung r lebih besar dibandingkan nilai tabel r (r hitung > r tabel =
instrumen valid).

2) Uji Reliabilitas
Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:37)
suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya
konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat
ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

48
Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen
dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa (𝑎́ ) dari Cronbach (1951),
yaitu:
𝑘 ∑ 𝜎𝑖2
r11 = [𝑘−1].[1 − ]
𝜎𝑡2

(Muhidin & Abdurrahman, 2007:38)

Dimana:
(∑ 𝑋) 2
∑ 𝑋2−
2 𝑁
Rumus Varians = 𝜎 = 𝑁

r11 = Reliabilitas instrumen/koefisien alfa


k = Banyaknya bulir soal
∑ 𝜎𝑖2 = Jumlah varians bulir
𝜎𝑡2 = Varians total
𝑁 = Jumlah responden
Kualifikasi tabel untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan
klasifikasi reliabilitas seperti pada tabel berikut:
Tabel 9. Derajat Reliabilitas

0,91-1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi


0,71-0,90 Derajat keterandalan tinggi
0,41-0,70 Derajat keterandalan sedang
0,21-0,40 Derajat keterandalan rendah
<0,20 Derajat keterandalan sangat rendah

G. Teknik Analisis Data


Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:52)
analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi,
sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah
dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan penelitian.

49
Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara
melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut
menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat
dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi
data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang
karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel.
Menurut Sugiyono (2015:207) teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Sesuai dengan jenis penelitian yaitu
deskriptif kuantitatif maka teknik analisis data yang digunakan adalah
menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015:207).
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus,
median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil,
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar
deviasi, perhitungan persentase.

1) Uji Prasyarat Analisis


Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, anareg linier sederhana dan uji prasyarat regresi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Jika data penelitian berdistribusi normal maka pengujian dapat
menggunakan teknik analisis parametrik, namun jika data tidak
normal maka menggunakan teknik statistik non parametrik.

50
Pada penelitian ini untuk menguji normal tidaknya sampel
dihitung dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi
normal jika signifikansi lebih dari 0,05. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
2) Menentukan nilai uji statistik
3) Mengurutkan data dari yang terkecil ke terbesar
4) Menentukan proporsi kumulatif (Pk),yaitu:
𝑓𝑘
Pk = ∑ 𝑓𝑖

5) Menentukan skor baru (z), yaitu:


𝑋𝑖 −𝑋̅
z= 𝑠

6) Menentukan luas kurva z, (z-tabel)


7) Menentukan nilai |Pk - ztabel|
8) Menentukan harga Dhitung, yaitu:
Dhitung = maks (|Pk – Ztabel|)
9) Menentukan nilai kritis
10) Menentukan kriteria pengujian hipotesis
Jika Dhitung > Dtabel, maka H0 ditolak
Jika Dhitung < Dtabel, maka H0 diterima
11) Memberikan kesimpulan

b. Uji Homogenitas Data


Jika data penelitian yang diperoleh berdistribusi normal,
langkah analisis data yang berikutnya adalah uji homogenitas. Uji
homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih (Muhidin & Abdurrahman,
2007:84). Untuk menguji homogen atau tidaknya suatu data dalam

51
penelitian maka dalam penelitian ini akan digunakan uji-F. Adapun
rumus uji-F yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑆2
F = 𝑆12
2

Dimana:
𝑆12 = untuk varians yang besar, sebagai pembilang
𝑆22 = untuk varians yang kecil, sebagai penyebut

2) Uji Hipotesis
a. Uji Effect Size
Efektivitas model pembelajaran problem based learning dan
model pembelajaran inquiry, dapat di uji menggunakan persamaan
effect size. Effect size merupakan ukuran mengenai besarnya efek
suatu variabel pada variabel lain.Variabel yang sering terkait
biasanya variabel independen dan variabel dependen (Saregar,
Latifah, & Sari, 2016). Uji Effect Size digunakan untuk mengetahui
seberapa besar efektivitas model pembelajaran Problem Based
Learning dan Inquiry terhadap hasil belajar peserta didik. Formulasi
dari effect size yang dikemukakan oleh hake yaitu:
𝒎𝑨 − 𝒎𝑩
𝒅=
[(𝒔𝒅𝟐𝑨 + 𝒔𝒅𝟐𝑩 )/𝟐] 𝟏⁄𝟐
dengan:
d = Effect Size
mA = rata-rata Gain kelas eksperimen
mB = rata-rata Gain kelas kontrol
SdA = standar deviasi kelas eksperimen
SdB = standar deviasi kelas kontrol

52
Dengan kriteria besar kecilnya effect size berdasarkan hake dan
dijabarkan lebih rinci oleh antomi dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 10. Kriteria effect size
Effect Size Kategori
d < 0,2 Kecil
0,2 < d < 0,8 Sedang
d > 0,8 Tinggi

b. Uji Anava Dua Jalur (Two Way Anova)


Anava (analisis variansi) merupakan prosedur yang digunakan
untuk melihat variasi-variasi yang muncul karena adanya beberapa
perlakuan sehingga dapat disimpulkan ada atau tidaknya perbedaan
rataan pada populasi. Jika dikaitkan dengan penelitian ini uji anava
dua jalur bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan efek
yang signifikan antar perlakuan yang telah diberikan. Langkah-
langkah dalam perhitungan ANOVA dua jalur adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan hipotesis
2) Menghitung jumlah kuadrat total (JKt), antar A (JKA), antar B
(JKB), interaksi AxB (JKAB), dan dalam kelompok (JKd)
menggunakan rumus sebagai berikut:

53
3) Menghitung derajat kebebasan total (dbt), antar A (dbA), antar
B (dbB), interaksi AxB (dbAB), dan dalam kelompok (dbd)
menggunakan rumus sebagai berikut:
a) dbt = N-1
b) dbA = K-1
c) dbB = K-1
d) dbAB = dbA x dbB
e) dbd = dbt – (dbA + dbB + dbAB)
Keterangan:
N = banyaknya sampel
K = banyaknya jenis masing-masing variabel bebas
4) Menghitung rata-rata kuadrat antar A (RkA), antar B (RkB),
interaksi AxB (RkAB), dan dalam kelompok (Rkd).
𝐽𝑘𝑛
𝑅𝑘𝑛 =
𝑑𝑏𝑛
5) Menghitung rasio 𝐹𝐴, 𝐹𝐵, dan 𝐹𝐴𝐵,
𝑅𝑘𝑛
𝐹𝑛 =
𝑅𝑘𝑑

Pada pengujian ANOVA dua jalur apabila F hitung < F tabel,


maka H0 diterima, yang berarti rata-rata kedua perlakuan tidak
berbeda secara signifikan. Dan apabila F hitung > F tabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima, yang berarti rata-rata kedua perlakuan
berbeda secara signifikan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2017). Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Awg Kitot, A. K., Ahmad, A. R., & Seman, A. A. (2010). The Effectiveness of
Inquiry Teaching in Enhancing Students' Critical Thinking. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 7, 264-273.

Barrows, H. (1986). Practice Based Learning: Problem Based Learning Applied


to Medical Education. Soulthern Illionis University School of Medicine:
Springfield II.

Cholid, N. A. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang RI No.


20 Tahun 2003 (hal. 8). Jakarta.

Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal, S. (2007). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo.

Gallagher, Shelagh , & Stepien. (1995). Implementing Problem Based Learning in


Science Classroom. School Science and Mathemathic.

Gunawan, A. (2006). Genius Learning Strategi. Jakarta: Gramedia.

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metode


dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslimin, & Mohammad Nur. (2000). Pengajaran Berdasarkan


Masalah. Surabaya: Unesa University Press.

Jalani, N. H., & Sern, L. C. (2015). The Example-Problem-Based Learning


Model: Applying Cognitive Load Theory. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 195, 872-880.

55
Korganci, N., Miron, C., Dafinei, A., & Antohe, S. (2015). The Importance of
Inquiry-Based Learning on Electric Circuit Models for Conceptual
Understanding. Procedia Social and Behavioral Science, 191, 2463-2468.

Lahir, S., Ma'ruf, M. H., & Tho'in, M. (2017, Februari). Peningkatan Prestasi
Belajar Melalui Model Pembelajaran yang Tepat pada Sekolah Dasar
Sampai Perguruan Tinggi. Edunomika, 1, 1.

Liu, L., Du, X., Zhang, Z., & Zhou, J. (2019). Effect of Problem-Based Learning
in Pharmacology Education: A Meta-analysis. Studies in Educational
Evaluation, 60, 43-58.

M, K., & D, C. (2006). Learning-Oriented Assessment: A technology-based case


study. Assessment in Education: Principles, Policy, and Practice, 179-
191.

Mardianto. (2012). Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.

Mendikbud, T. P. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Muhidin, S. A., & Abdurrahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian . Bandung: CV Pustaka Setia.

Mulyatiningsih, E. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

Nasional, D. P. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pedaste, M., Maeots, M., Siiman, L. A., De Jong, T., Van Riesen, S. A., Kamp, E.
T., et al. (2015). Phases of Inquiry-Based Learning: Definitions and The
Inquiry Cycle. Education Research Review, 14, 47-61.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori


danAplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto, M. N. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

56
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran . Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Sholimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, N. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.


Remaja Rosdikarya.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryanti. (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Universitas


Negeri Surabaya .

Tan, O. (2003). Problem Based Learning Innovation: Using Problems to Power


Learning in the 21st Century. Singapore: Thomson Learning.

UU RI No.20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Jakarta: Sinar


Grafika.

Wahab, A. (2009). Metoda dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group (Kencana).

57
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

58
SAAT SEDANG MELAKUKAN PEMBERIAN ANGKET

59
SAAT MELAKUKAN WAWANCARA DENGAN GURU ITL

60
LAMPIRAN
HASIL ANGKET
SISWA

61
ANGKET RESPON SISWA
Terhadap Kegiatan Proses Pembelajaran Instalasi Tenaga Listrik
Tahun Pelajaran 2018/2019

Nama :
Kelas :
Hari/Tgl :
Pelajaran : Instalasi Tenaga Listrik
Sekolah : SMK PGRI 1 Kota Serang

Petunjuk Pengisian Angket


1. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai dengan pendapat atau
pendirianmu.
2. Jawablah pernyataan-pernyataan tersebut dengan jujur, karena tidak
berpengaruh pada penilaian pelajaran ini.
3. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan
jawabanmu.
4. Semua jawaban dianggap benar.
5. Jawaban yang kamu berikan akan dijamin kerahasiannya.
6. Kejujuran yang kamu berikan merupakan salah satu keberhasilan
penelitian ini.

No. Pernyataan Iya Tidak

Saya merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang


1
telah dilakukan oleh guru

Saya merasa mudah dalam menerima materi pelajaran


2.
instalasi tenaga listrik

Saya merasa tidak mengantuk saat pembelajaran instalasi


3.
tenaga listrik dengan metode ceramah

Saya senang mengemukakan pendapat saat proses belajar


4.
di dalam kelas

62
Saya selalu memperhatikan saat guru menerangkan materi
5.
pelajaran instalasi tenaga listrik

Saya selalu aktif bertanya saat proses pembelajaran di


6.
dalam kelas berlangsung

Saya aktif merespon setiap informasi materi pembelajaran


7.
yang disampaikan oleh guru
Saya dapat memahami dengan baik setiap materi yang
8.
diajarkan
9. Saya selalu bertanya jika ada yang belum dipahami
Saya rajin dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
10.
guru
Saya tidak bosan saat belajar mata pelajaran instalasi
11.
tenaga listrik

12. Saya lebih menyukai belajar secara diskusi kelompok

13. Saya lebih menyukai kegiatan praktik langsung


Saya lebih suka meneliti hal-hal baru saat proses
14.
pembelajaran

15. Saya lebih menyukai jika dijelaskan dengan cara ceramah

Saya merasa termotivasi jika belajar dengan metode


16.
ceramah

Guru selalu menanyakan apakah sudah memahami materi


17.
pembelajaran

18. Guru selalu menyampaikan tujuan dari setiap pembelajaran

Guru selalu semangat ketika menjelaskan materi


19.
pembelajaran
Guru mengajarkan instalasi tenaga listrik dengan cara
20.
berdiskusi

Di awal pembelajaran guru memberikan suatu


21. permasalahan dan siswa bertugas untuk memecahkan
masalah tersebut

22. Di akhir pembelajaran guru meminta siswa untuk

63
menyimpulkan pembelajaran pada hari itu

Guru sering melaksanakan kegiatan praktik pada pelajaran


23.
instalasi tenaga listrik
Guru sering melakukan ceramah yang seharusnya kegiatan
24.
praktik
Saat kegiatan praktik guru menjelaskan tentang pemakaian
25.
alat-alat praktik yang akan digunakan
Saat kegiatan praktik guru menjelaskan tujuan dari
26.
praktikum
Saat melakukan kegiatan praktik guru membebaskan siswa
27.
untuk mengeksplorasi pengetahuannya
Saat melakukan kegiatan praktik siswa mengacu pada job
28.
sheet yang telah diberikan oleh guru
Saat kegiatan praktik berlangsung saya melakukannya
29.
sesuai dengan intruksi yang diberikan oleh guru
Saat kegiatan praktik berlangsung guru memberikan arahan
30.
ataupun nasihat dalam pembelajaran instalasi tenaga listrik

64
HASIL PRESENTASE ANGKET SISWA KELAS XI TITL 1
Item Jawaban Persentase
Pernyataan Ya Tidak Jawaban Ya Jawaban Tidak
1 23 0 96% 0%
2 16 7 67% 29%
3 9 14 38% 58%
4 12 11 50% 46%
5 19 4 79% 17%
6 9 14 38% 58%
7 13 10 54% 42%
8 20 3 83% 13%
9 16 7 67% 29%
10 14 9 58% 38%
11 19 4 79% 17%
12 22 1 92% 4%
13 23 0 96% 0%
14 17 6 71% 25%
15 6 17 25% 71%
16 5 18 21% 75%
17 15 8 63% 33%
18 23 0 96% 0%
19 20 3 83% 13%
20 17 6 71% 25%
21 19 4 79% 17%
22 15 8 63% 33%
23 18 5 75% 21%
24 13 10 54% 42%
25 22 1 92% 4%
26 20 3 83% 13%
27 18 5 75% 21%
28 19 4 79% 17%
29 20 3 83% 13%
30 21 2 88% 8%

65
JUMLAH 17 6 70% 26%
𝐹
P = 𝑁 x 100 %

Keterangan: P = Presentase Jawaban


F = Frekuensi Jawaban
N = Banyaknya Responden

HASIL PRESENTASE ANGKET SISWA KELAS XI TITL 2


Item Jawaban Persentase
Pernyataan Ya Tidak Jawaban Ya Jawaban Tidak
1 16 0 94% 0%
2 13 3 76% 19%
3 15 1 88% 6%
4 10 6 59% 38%
5 16 0 94% 0%
6 9 7 53% 44%
7 12 4 71% 25%
8 15 1 88% 6%
9 13 3 76% 19%
10 16 0 94% 0%
11 16 0 94% 0%
12 13 3 76% 19%
13 13 3 76% 19%
14 15 1 88% 6%
15 9 7 53% 44%
16 10 6 59% 38%
17 16 0 94% 0%
18 16 0 94% 0%
19 16 0 94% 0%
20 14 2 82% 13%
21 14 2 82% 13%
22 14 2 82% 13%
23 15 1 88% 6%
24 11 5 65% 31%
25 15 1 88% 6%
26 16 0 94% 0%
27 15 1 88% 6%
28 16 0 94% 0%
29 15 1 88% 6%

66
30 16 0 94% 0%
JUMLAH 14 2 83% 12%
𝐹
P = 𝑁 x 100 %

Keterangan: P = Presentase Jawaban


F = Frekuensi Jawaban
N = Banyaknya Responden

HASIL PRESENTASE ANGKET SISWA KELAS XI TITL 3


Item Jawaban Persentase
Pernyataan Ya Tidak Jawaban Ya Jawaban Tidak
1 21 1 88% 4%
2 17 5 71% 21%
3 16 6 67% 25%
4 13 9 54% 38%
5 19 3 79% 13%
6 9 13 38% 54%
7 13 9 54% 38%
8 19 3 79% 13%
9 15 7 63% 29%
10 18 4 75% 17%
11 20 2 83% 8%
12 18 4 75% 17%
13 20 2 83% 8%
14 15 7 63% 29%
15 11 11 46% 46%
16 13 9 54% 38%
17 22 0 92% 0%
18 20 2 83% 8%
19 21 1 88% 4%
20 12 10 50% 42%
21 12 10 50% 42%
22 16 6 67% 25%
23 17 5 71% 21%
24 9 13 38% 54%
25 20 2 83% 8%
26 19 3 79% 13%
27 19 3 79% 13%
28 18 4 75% 17%

67
29 21 1 88% 4%
30 21 1 88% 4%
JUMLAH 17 5 70% 22%
𝐹
P = 𝑁 x 100 %

Keterangan: P = Presentase Jawaban


F = Frekuensi Jawaban
N = Banyaknya Responden

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA GURU


Butir-Butir Nomor
No. Tujuan
Pertanyaan Pertanyaan
1. Mengetahui informasi a. Lamanya guru
awal guru dan siswa mengajar di sekolah 1 dan 2
dan di kelas
b. Jumlah siswa di kelas 3
c. Hasil belajar siswa
sebelum dilaksanakan 9 dan 10
penelitian
2. Respon dan proses cara a. Cara menyampaikan
mengajar guru sebelum materi dan
menggunakan mo del penggunaan
4, 7, dan 8
pemebelajaran problem pembelajaran problem
based learning dan based learning dan
modified inquiry modified inquiry
b. Model pembelajaran
yang diketahui guru
5 dan 6
dan yang sering
digunakan

68
c. Respon siswa
terhadap
pembelajaran dan
11 dan 12
respon terhadap
model pembelajaran
yang digunakan
3. Mengetahui permasalahan a. Kendala yang dialami
13 dan 14
saat pembelajaran guru
4. Mengetahui penggunaan a. Penggunaan
laboratorium atau tempat laboratorium atau
praktik siswa tempat praktik siswa 15 dan 16
b. Ketersediaan
alat-alat praktik

69
PEDOMAN WAWANCARA
TERHADAP GURU MATA PELAJARAN INSTALASI TENAGA LISTRIK
KELAS XI SMK PGRI 1 KOTA SERANG

1. Sudah berapa lama ibu mengajar di SMK PGRI 1 Kota Serang ?


2. Berapa lama ibu mengajar pelajaran instalasi tenaga listrik saat di dalam
kelas ?
3. Berapa jumlah siswa di kelas XI TITL 1, XI TITL 2, XI TITL 3 ?
4. Bagaimana cara ibu menyampaikan materi pembelajaran saat didalam
kelas ?
5. Model apa yang biasa ibu gunakan dalam pembelajaran instalasi tenaga
listrik di SMK PGRI 1 Kota Serang ?
6. Apa alasan ibu memilih model tersebut ?
7. Apakah pada pembelajaran di kelas, telah menggunakan model
pembelajaran problem based learning ?
8. Apakah pada pembelajaran di kelas, telah menggunakan model
pembelajaran inquiry ?
9. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI TITL 1, XI TITL 2, XI TITL 3
pada pelajaran instalasi tenaga listrik ?
10. Untuk hasil belajar siswa, bagaimana cara ibu dalam menilainya ? baik
dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa
11. Bagaimana kondisi kelas XI TITL 1, XI TITL 2, XI TITL 3, ketika proses
pembelajaran instalasi tenaga listrik berlangsung ?
12. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang ibu biasa
gunakan ?

70
13. Kendala apa saja yang biasa ibu temukan saat proses belajar mengajar ?
14. Bagaimana cara ibu mengatasi masalah tersebut ?
15. Bagaimanakah penggunaan ruang praktik selama proses pembelajaran ?
16. Bagaimana ketersediaan alat-alat praktik instalasi tenaga listrik ?

TRANSKIP WAWANCARA

Hari/Tanggal : Jumat 18 Januari 2019


Waktu : Pukul 10.00-10.30 WIB
Informan : Guru mata pelajaran Instalasi Tenaga Listrik
Tempat : Ruang guru jurusan listrik

No. Personal Isi Wawancara


1. Pewawancara Assalamu’allaikum bu Fitri, bagaimana kabar ibu ?
2. Narasumber Wa’allaikumsalam alhamdulillah baik neng
3. Pewawancara Iya bu jadi maksud dan tujuan saya datang kesini
adalah ingin melakukan wawancara kepada ibu
mengenai proses pembelajaran ibu saat di dalam
kelas
4. Narasumber Oh begitu, iya silahkan mau nanya apa
5. Pewawancara Jadi yang pertama saya ingin bertanya sudah berapa
lama ibu mengajar di SMK PGRI 1 Kota Serang ?
6. Narasumber Sudah kurang lebih lima setengah tahun ibu mengajar
disini
7. Pewawancara Sudah cukup lama juga ya bu

71
8. Narasumber Alhamdulillah neng
9. Pewawancara Kemudian sudah berapa lama ibu mengajar pelajaran
instalasi tenaga listrik saat di dalam kelas ?

10. Narasumber Saya mengajar pelajaran instalasi tenaga listrik tahun


ini dan dua tahun yang lalu jadi sudah dua tahuan,
karena setiap tahunnya itu kan selalu bergantian ya.
Jadi setiap guru listrik disini saling merasakan.
11. Pewawancara Berapa jumlah siswa di kelas XI TITL 1, XI TITL 2,
XI TITL 3 ?
12. Narasumber Untuk siswa kelas XI TITL 3 itu ada 28 siswa
Untuk siswa kelas XI TITL 1 ada 32 siswa dan
Untuk siswa kelas XI TITL 2 itu ada 34 siswa.
13. Pewawancara Lalu bagaimana cara ibu menyampaikan materi
pembelajaran saat didalam kelas ?

14. Narasumber Biasa ya kalo di awal pembelajaran pasti anak harus


mengetahui dulu tujuan pembelajaran pada hari itu
apa. Kemudian baru menyampaikan materi, kalo
yang hitung-hitungan biasanya diterangkan saja, kalo
yang bisa dipahami anak biasanya ibu suruh mereka
mencari di internet, kalo tentang prinsip kerja itu
biasanya dengan cara praktek.
15. Pewawancara Lalu model apa yang biasa ibu gunakan dalam
pembelajaran instalasi tenaga listrik di SMK PGRI 1
Kota Serang ?

16. Narasumber Apa ya, saya tidak suka memakai model apa-apa.
Saya biasa pake model yang konvensional saja atau
paling kooperatif learning.
17. Pewawancara Apa alasan ibu memilih model tersebut ?
18. Narasumber Lebih efektif saja kalo dengan model itu.
19. Pewawancara Apakah pada pembelajaran di kelas, telah
menggunakan model pembelajaran problem based
learning ?

20. Narasumber Pernah tapi ya tergantung materinya juga ya, jadi

72
beda-beda tergantung materi.
21. Pewawancara Apakah pada pembelajaran di kelas, telah
menggunakan model pembelajaran inquiry ?

22. Narasumber Belum ya, kalo inquiry kan harus mencari sendiri.
Nah anak-anak disini engga bisa kalo nyari sendiri
seperti itu. Mereka harus diberikan clue nya dulu
harus di tuntun juga.
23. Pewawancara Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI TITL 1, XI
TITL 2, XI TITL 3 pada pelajaran instalasi tenaga
listrik ?

24. Narasumber Cukup baik ya walaupun anak-anaknya cukup sulit


diatur. Hanya ada beberapa saja yang hasil
belajarnya bagus.
25. Pewawancara Untuk hasil belajar siswa, bagaimana cara ibu dalam
menilainya ? baik dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa

26. Narasumber Kalo pengetahuan ibu biasanya liat dari mereka


mengerjakan tugas, tes lisan dan tes tertulis juga ya.
Kalo sikap ibu liat dari bagaimana mereka saat
belajar di dalam kelas tapi kalo sekarang ini yang
menilai sikap mereka itu dari guru BK dan guru
Agama ya. Kalo keterampilan ibu liat saat mereka
melakukan kegiatan praktik.
27. Pewawancara Bagaimana kondisi kelas XI TITL 1, XI TITL 2, XI
TITL 3, ketika proses pembelajaran instalasi tenaga
listrik berlangsung ?

28. Narasumber Cukup antusias, mereka mengikuti saja. Cuma ya ada


beberapa yang sulit diatur. Kalo mereka sih suka
telat ya. Telatnya ini dalam hal datang ke sekolah
juga telat dalam mengerjakan tugasnya. Jadi setiap
kelas nanti beda-beda. Ada yang duluan selesai
materi ini, ada yang belum selesai-selesai juga materi
ini.
29. Pewawancara Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran
yang ibu biasa gunakan ?

73
30. Narasumber Kalo saat praktek mereka lebih antusias ya, paling
kurangnya saat belajar teori atau hitung-hitungan.
Paling mereka lebih mengikuti aja.
31. Pewawancara Kendala apa saja yang biasa ibu temukan saat proses
belajar mengajar ?
32. Narasumber Kendalanya ya itu yang sudah ibu bilang tadi mereka
masih perlu didorong dan diperhatikan, kemudian
juga suka terlambat datang ke sekolah. Kalo suka
terlambat seperti itu kan nanti penyampaian materi
jadi kurang efektif ya. Jadi menjelaskan lagi. Terus
juga suka telat ngerjain tugasnya jadi akan
menghambat penyampaian materi selanjutnya.
33. Pewawancara Bagaimana cara ibu mengatasi masalah tersebut ?

34. Narasumber Caranya ya tetap harus menyelesaikan tugasnya,


jangan ada yang tertinggal. Supaya semua materi
tersampaikan, dan tidak ada yang kelewat, meskipun
itu akan sedikit menghambat ya.
35. Pewawancara Bagaimanakah penggunaan ruang praktik selama
proses pembelajaran ?

36. Narasumber Karena kita mata pelajaran produktif dan memang


ruang kelas listrik hanya itu tidak ada yang lain jadi
ya dalam proses belajar mengajar kita selalu lakukan
di ruang praktik listrik itu ya. Walau tidak ada
praktik pun kita tetap belajar di ruang itu.
37. Pewawancara Bagaimana ketersediaan alat-alat di laboratorium
teknik instalasi tenaga listrik ?

38. Narasumber Alhamdulillah kalo di SMK PGRI 1 Kota Serang ini


alat-alatnya sudah lengkap ya. Cuma karena alat-
alatnya juga sudah cukup lama dan sering digunakan
jadi alat-alatnya banyak yang sudah aus. Dan kalo
dalam instalasi listrik kan perlu praktek jaringan
distribusi juga ya nah itu kita belum memiliki alat-
alatnya karena memang sangat mahal. Jadi masih ada
sarana prasarana yang belum ada.
39. Pewawancara Baik ibu terimakasih banyak bu Fitri atas waktunya,
dan terimakasih juga telah mengizinkan saya untuk

74
mewawancarai ibu.
40. Narasumber Iya sama-sama Anita. Semoga lancar yaa ngerjain
skripsinya.
41. Pewawancara Aamiin terimakasih ibu.

75

Anda mungkin juga menyukai