Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDESAIN
LADDER RANGKAIAN CONTROL ELECTRICAL BERBASIS PLC
DI KELAS XII TITL 3 DI SMKN 2 SURABAYA

OLEH
ANGGORO ADI SUCIPTO, S, Pd.
2016079459

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PENDIDIKAN PROFESI GURU (PGG) PASCA SM3T
LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMIN MUTU (LP3M)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitisn Tindakan Kelas (PTK) ini dengan judul
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDESAIN LADDER
RANGKAIAN CONTROL ELECTRICAL BERBASIS PLC DI KELAS XII
TITL 3 DI SMKN 2 SURABAYA”. Keberhasilan penulisan Proposal PTK ini
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Adapun PTK ini sebagai pemenuhan persyaratan mendapatkan gelar
guru professional (Gr). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil. Sehingga penyusunan PTK ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara
khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan jasmani dan rohani.
2. Google sebagai informasi atau sumber referensi lain dalam
pemenuhan kebutuhan penyusunan perangkat pembelajaran ini.
3. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan serta do’a.
4. Dr. Agus Budi Santosa, M. Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Teknik
Elektro PPG pasca SM3T dan juga selaku pembimbing workshop.
5. Dr. Tri Rijanto, M. Pd., MT selaku pembimbing workshop PPG
pasca SM3T prodi Pendidikan Teknik elektro.
6. Dr. Joko, M. Pd., MT selaku pembimbing workshop PPG pasca SM3T
prodi Pendidikan Teknik elektro.
7. Eppy Yundra, MT., Ph.D selaku sekjur Teknik Elektro dan
pembimbing workshop PPG pasca SM3T prodi Pendidikan Teknik
elektro.
8. Ir. Ach. Imam Agung, M. Pd selaku pembimbing workshop PPG
pasca SM3T prodi Pendidikan Teknik elektro.

i
9. Prof. Dr. Bambang Suprianto selaku kajur Teknik Elektro
pembimbing workshop PPG pasca SM3T prodi Pendidikan Teknik
elektro.
10. Semua teman-teman sekelas satu prodi Pendidikan Teknik elektro
PPG pasca SM3T UNESA.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun
Portofolio lokakarya 1 ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan Proposal PTK ini. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Proposal PTK ini.
Namun demikian, penulis berharap Proposal PTK ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat dan
berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya,

Anggoro Adi Sucipto, S. Pd

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian Tindakan .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
E. Ruang Lingkup ........................................................................................ 4
BAB II
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....................................... 6
B. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................. 7
C. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .................. 8
D. Hasil Belajar ............................................................................................ 8
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan............................ 10
F. Pengertian CX-Programmer ................................................................ 12
G. Pengertian Desain Diagram Ladder pada PLC ................................. 12
H. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 15
BAB III
A. Latar dan Subjek Penelitian ................................................................ 16
B. Desain / Rancangan Penelitian............................................................. 16
C. Perencanaan .......................................................................................... 17
D. Prosedur Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan ........................... 18
E. Refleksi ................................................................................................... 20
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 21
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 26
Daftar Pustaka ................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik SMK disiapkan untuk terjun langsung ke dunia industri,
untuk itu diperlukan pembekalan kompetensi kepada peserta didik SMK yang
sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dunia industri.
Tujuan utama pendidikan kejuruan adalah sarana pemenuhan diri atau
akulturasi diri dimana peserta didik mampu mencari dan menemukan bakat,
keterampilan, dan kemampuan untuk persiapan dalam dunia kerja. Tujuan
Standar Nasional Pendidikan tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan
dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Selain itu standar
kompetensi lulusan yang harus dicapai adalah lulusan harus memenuhi
kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut, telah ditempuh
berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup
seluruh komponen pendidikan seperti pengadaan buku-buku pelajaran,
peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta
usaha lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan.
Dewasa ini, telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru
yang mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus
menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
harus menantang, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan
mengembangkan kecakapan berfikir peserta didik (Dimyati, 2006:116).

1
Kemudian yang terjadi pada siswa kelas XII TITL SMK Negeri 2
Surabaya, masih mengalami kesulitan dalam mendesain ladder rangkaian
control electrical berbasis PLC yang terlihat pada nilai keterampilan (KI4) yang
diperoleh dibawah rata-rata standar KKM 75 pada KD 4.2. Kemungkinan hal
itu bisa berjadi karena guru dalam mengajar kurang menggunakan media,
model bervariasi, strategi atau alat ukur yang digunakan kurang sesuai pula.
Penggunaan model pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu
faktor penentu berhasil atau tidaknya kompetensi tertentu akan dicapai oleh
peserta didik. Berkaitan dengan tuntutan di dunia industri yang memaksa
lulusan SMK untuk bisa melakukan desain perancangan bukan hanya bekerja
seperti robot yang hanya berdasarkan perintah terstruktur, maka lulusan SMK
harus dibekali dengan kemampuan menciptakan dalam hal ini berupa
keterampilan mendesain ladder rangkaian berbasis PLC.
Masalah lainnya adalah peserta didik lebih dominan berkelompok
berdasarkan keinginan sendiri, seperti contoh mereka yang pintar berkelompok
dengan yang pintar dan sebaliknya, sehingga perlu adanya pengelompokkan
khusus. Model pembelajaran yang sesuai dalam kondisi seperti itu adalah model
pembelajaran cooperative tipe STAD. Trianto (2007:41) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan ”pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran koopertif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang
sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama
lain saling membantu. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
merancang gambar sistem distribusi tegangan menengah
Sehubungan dengan keterampilan peserta didik yang diharapkan dapat
melakukan desain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC, maka
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan peserta
didik dalam mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC
dengan cara mengubah model pembelajaran yang digunakan. Jika pada
pertemuan awal peserta didik kurang aktif dan kurang bersosialisasi dengan

2
temannya dalam melakukan praktik namun berdampak pada rendahnya
keterampilan peserta didik dalam mendesain ladder rangkaian control electrical
berbasis PLC, diharapkan setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik akan
lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, serta terjadinya transfer
pengetahuan antar peserta didik sehingga peserta didik dapat meningkatkan
analisa pengembangan diri, eksplorasi, untuk mengembangkan kecakapan
berfikir peserta didik dalam meningkatkan keterampilan mendesain ladder
rangkaian control electrical berbasis PLC.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
mampu meningkatkan keterampilan peserta didik kelas XII TITL 3 dalam
mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC?

C. Tujuan Penelitian Tindakan


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Meningkatkan keterampilan peserta didik kelas XII TITL 3 dalam
mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peserta didik
Dari penelitian ini peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
lebih bermakna, sehingga peserta didik menjadi lebih menguasai dan
terampil dalam pembelajaran pemecahan masalah secara berkelompok
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga

3
hasil belajar lebih meningkat dalam mata pelajaran Instalasi motor listrik
khususnya dalam keterampilan mendesain ladder rangkaian control
electrical berbasis PLC.
2. Bagi Guru
Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta
masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khususnya dalam mata
pelajaran Instalasi motor listrik khususnya dalam keterampilan
mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi
kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam
kaitan dengan upaya menyajikan model pembelajaran yang efektif dan
efisien di sekolah.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup masalah di dalam penelitian tindakan kelas ini dibatasi
sebagai berikut.
1. Dilaksanakan pada Mata Pelajaran Instalasi Motor KD 4.2 Menyajikan
gambar kerja (rancangan) pemasangan komponen dan sirkit programmable
logic control (PLC) dengan Indikator:
4.2.1. Merakit rangkaian input output dan tegangan sumber pada trainer
PLC untuk mensimulasikan pengendali motor DOL satu arah putar
dikontrol dari dua tempat pada trainer PLC.
4.2.2. Mengkonfigurasikan ladder kendali motor DOL satu arah putar
dikontrol dari dua tempat pada cx-program dengan PLC.
4.2.3. Mensimulasikan rangkaian sistem pemrograman pengendali motor
DOL satu arah putar dikontrol dari dua tempat pada trainer PLC.

4
2. Keterampilan yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah
keterampilan peserta didik dalam mendesain ladder rangkaian control
electrical berbasis PLC.
3. Software bantu yang digunakan dalam pembelajaran yaitu cx-programmer
versi 9.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Slavin (dalam Trianto, 2007: 52) menyatakan bahwa pada
STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
yang merupakan campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim mereka memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Kemudian, seluruh siswa diberikan tes ini mereka tidak
diperbolehkan saling membantu.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam
langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan
dalam tabel 1.
Tabel 2.1. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai
memotivasi siswa. pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi kepada
Menyajikan / menyampaikan siswa dengan jalan
informasi mendemonstrasikan atau lewat
bahan bacaan.
Fase 3 Menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk
dalam kelompok-kelompok kelompok belajar dan
belajar. membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara
efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok-
Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat
bekerja dan belajar.

6
mereka mengerjakan tugas
mereka.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah
diajarkan atau masing-masing
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6 Mencari cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan
kelompok.
(sumber : Ibrahim, dkk. 2000:10)

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini


menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan
demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat
kaitanya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat
pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu
adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model
ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian
penghargaan pada kelompok.

B. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menurut Roestiyah (dalam Jurnal Gusniar, 2014:203), yaitu:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu
masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

7
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan
mereka lebih aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi
temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

C. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menurut Roestiyah (dalam Jurnal Gusniar, 2014:203-204), yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

D. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (dalam Jurnal Widodo, 2013:34), hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya
(dalam Jurnal Widodo, 2013:34) mengemukakan bahwa hasil belajar
yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan
baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-
mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam sistem Pendidikan
nasional rumusan tujuan Pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil
belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotor.
Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses belajar. Hasil
belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru, dan juga
merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri proses evaluasi
hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya puncak suatu proses belajar Dimyati dan Mudjiono,
(dalam Hardikna 2009:19).
Adapun masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek dan
saling berkaitan yang dikategorikan oleh Bloom dan kawan-kawan
sebagai jenis perilaku hasil belajar Dimyati dan Mudjiono (dalam
Hardikna 2009:20) adalah sebagai berikut.

8
1. Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam perilaku, yaitu:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal
yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode
atau kaidah untuk menanggapi masalah yang nyata dan
baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan
dipahami dengan baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola
baru.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah afektif (Kartwohl & Bloom, dkk) terdiri dari lima
perilaku, yaitu:
a. Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut.
b. Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan,
dan bepartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu
nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d. Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu
system nilai sebagai pedoman dan pegangan.
e. Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan
menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai
kehidupan pribadi.
3. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang
khas tersebut.
b. Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalam
keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian
gerakan.

9
c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan
gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
d. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan
gerakan-gerakan tanpa contoh.
e. Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan
gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,
secara lancar, efisien, tepat.
f. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak
dengan persyaratan khusus.
g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-
gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Pada hakikatnya hasil belajar untuk sebagian adalah
tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada
bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental
siswa. Tegasnya, hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku seseorang melalui proses belajar yang dapat
digunakan untuk meningkatkan penampilan diri dalam
kehidupannya.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Kedua faktor ini sangat memiliki pengaruh terhadap
kelangsungan proses dan hasil belajar.
Menurut Slameto (2003:54) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor-Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor-faktor intern ini ada tiga yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah ini merupakan faktor dari dalam
jasmani atau secara fisik mempengaruhi proses dan hasil

10
belajar. Faktor jasmaniah ini yaitu faktor kesehatan dan
cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor psikologis
yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan ini dapat mempengaruhi belajar, untuk itu
siswa jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya
sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari
kelelahan.
2. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu yang
sedang belajar. Adapun faktor ekstern yang berpengaruh
terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, dan suasana rumah tangga serta
keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar seperti
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang
mempengaruhi belajar siswa seperti kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Jadi dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar bisa dari faktor luar
dan dari dalam individu siswa sendiri. Untuk itu perlu

11
adanya pembinaan kepada siswa agar faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh positif terhadap siswa sehingga
dapat belajar sebaik-baiknya.

F. Pengertian CX-Programmer
CX-Programmer, perangkat lunak pemrograman untuk semua
seri PLC Omron, sepenuhnya terintegrasi ke dalam perangkat lunak
CX-One. CX-Programmer mencakup berbagai macam fitur untuk
mempercepat pengembangan program PLC Anda. Dialog
pengaturan-parameter baru mengurangi waktu pengaturan, dan
dengan blok fungsi standar dalam teks terstruktur IEC 61131-3 atau
bahasa ladder konvensional, CX-Programmer membuat
pengembangan program PLC konfigurasi drag & drop sederhana.

G. Pengertian Desain Diagram Ladder pada PLC


Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan
berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata
"desain" bisa digunakan, baik sebagai kata benda maupun kata kerja.
Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan
menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan
untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu
berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk benda nyata.
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi,
estetika, dan berbagai macam aspek lainnya dengan sumber data yang
didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain
yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum)
juga dianggap sebagai produk dari desain, sehingga muncul istilah
"perancangan proses".
Penggunaan istilah design atau desain bermula dari gambar
teknik arsitektur (gambar potong untuk bangunan) serta di awal
perkembangan, istilah desain awalnya masih berbaur dengan seni dan
kriya. Di mana, pada dasarnya seni adalah suatu pola pikir untuk
membentuk ekpresi murni yang cenderung fokus pada nilai estetis
dan pemaknaan secara privasi. Sedangkan desain memiliki
pengertian sebagai suatu pemikiran baru atas fundamental seni

12
dengan tidak hanya menitik-beratkan pada nilai estetik, namun juga
aspek fungsi dan latar industri secara massa, yang memang pada
realitanya pengertian desain tidak hanya digunakan dalam dunia seni
rupa saja, namun juga dalam bidang teknologi, rekayasa, dll.
Metode desain adalah suatu cara yang dilakukan oleh desainer
untuk menghasilkan suatu karya desain. Beberapa metode yang
umum digunakan, antara lain:
1. Explosing yaitu mencari inspirasi dengan berpikir secara kritis
untuk menghasilkan suatu desain yang belum pernah diciptakan.
2. Redefining yaitu mengolah kembali suatu desain agar menjadi
bentuk yang berbeda dan lebih baik.
3. Managing yaitu menciptakan desain secara berkelanjutan dan
terus-menerus.
4. Phototyping yaitu memperbaiki dan atau memodifikasi desain
warisan nenek moyang.
5. Trendspotting yaitu membuat suatu desain berdasarkan tren
yang sedang berkembang.
Proses desain adalah perencanaan yang digunakan untuk
membuat langkah-langkah dalam menciptakan suatu desain. Secara
lebih mudah berarti perancangan. Proses desain ini termasuk ke
dalam ilmu desain, bukan metode desain, dan banyak dibutuhkan oleh
perusahaan, salah satunya adalah industri manufaktur.
Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer
elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki
fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang
beraneka ragam. Definisi Programmable Logic Controller menurut
Capiel (1982) adalah sistem elektronik yang beroperasi secara dijital
dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem
ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan
secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan
fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan
dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui
modul-modul I/O dijital maupun analog.Berdasarkan namanya
konsep PLC adalah sebagai berikut :

13
1. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori
untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan
mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input
secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi
membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi,
mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan
mengatur proses sehingga menghasilkan output yang
diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay
sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat
ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak
memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara
khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah
dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat
dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang
digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-
input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu
yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan
0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat
diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak.
Ladder diagram adalah kumpulan simbol-simbol skematik yang
khusus digunakan dalam dokumentasi industri. Disebut “ladder”
diagram dikarenakan simbol-simbolnya tersusun seperti tangga
dengan dua garis vertikal (menyimbolkan power supply) dan
memiliki banyak “rungs” (garis horizontal) yang merepresentasikan
rangkaian pengontrol.
Jika kita ingin membuat suatu ladder diagram yang sederhana
untuk mengontrol sebuah lampu oleh sebuah saklar ON dan sebuah
saklar OFF, maka bentuknya akan menjadi seperti berikut :

14
“L1” dan “L2” menunjukkan pada dua poles dari sumber
tegangan 220 VAC. Biasanya L1 adalah 220 V dan L2 adalah netral.

H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terbukti
kebenarannya melalui data yang terkumpul dan telah diuji.
Berdasarkan kajian pustaka atas dalam penelitian maka hipotesis
penelitian tindakan sebagai berikut:
Terdapat peningkatan keterampilan mendesain ladder rangkaian
control electrical berbasis PLC dengan diterapkan model
pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran Instalasi
Motor Listrik.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Latar dan Subjek Penelitian


1. Waktu
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2018 sampai dengan selesai (pada
semester gasal).
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas SMK Negeri 2 Surabaya.
3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah peserta didik kelas XII SMK Negeri 2 Surabaya.

B. Desain / Rancangan Penelitian


Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti
jika memenuhi 75% maka memenuhi standar. Pada penelitian ini dengan
mengikuti alur penelitian tindakan kelas. Alur penelitian tindakan kelas ini sebagai
berikut:
Perencanaan I

Refleksi I Siklus I Pelaksanaan I

Pengamatan I

Perencanaan II

Refleksi II Siklus II Pelaksanaan II

Pengamatan II
Siklus Selanjutnya

Gambar 3.1 Siklus PTK Kurt Lewin (Suharsimi Arikunto, 2013: 128)

16
C. Perencanaan
1. Siklus I
Dalam tahap perencanaan siklus I yang dilakukan adalah:
a. Menyusun silabus.
b. Pembuatan persiapan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat kisi-kisi soal dan alat evaluasi
e. Menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD.
Lembar observasi ini terdiri dari atas lembar observasi guru dan lembar
observasi peserta didik beserta indikator.
g. Menentukan kelompok belajar.

2. Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran dari siklus I, Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Menyusun silabus.
b. Pembuatan persiapan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
d. Membuat kisi-kisi soal dan alat evaluasi.
e. Menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan pembelajaran.
f. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar dengan penerapan metode cooperative STAD. Lembar obervasi
ini terdiri atas lembar observasi guru dan lembar observasi peserta didik
beserta indikator.
g. Menentukan kelompok belajar

17
D. Prosedur Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus I
1. Siklus I Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di
rumuskan. Langkah-langkah pembelajaran Instalasi motor listrik dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
1) Guru Mengucapkan salam, mengkondisikan peserta didik, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
2) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan literasi.
3) Guru Memotivasi peserta didik tentang manfaat mempelajari
program logic control (PLC).
b) Kegiatan inti
1) Guru menyajikan informasi kepada peserta didik tentang cara kerja
motor DOL satu arah putar dikontrol dari dua tempat.
2) Guru membagi peserta didik dalam kelompok belajar kemudian
menugaskan tiap kelompok untuk mendesain ladder motor DOL
satu arah putar dikontrol dari dua tempat.
3) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan praktik.
4) Guru mengevaluasi dan memberikan masukan pada hasil kerja
peserta didik.
5) Guru memberikan penghargaan kepada kelompokberdasarkan
urutan menyelesaikan tugas praktik yang diberikan.
c) Kegiatan penutup
1) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembersihan kelas.
2) Guru memberikan salam penutup.

18
2. Siklus I Tahap Pengamatan
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dan berfokus pada
masalah penelitian, yakni Kreativitas peserta didik yang lebih ditekankan pada
aspek psikomotorik. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengevaluasi
keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dalam
proses pembelajaran. Hasil observasi ini dicatat pada lembar observasi yang
telah dibuat. Dari hasil observasi tersebut dilakukan beberapa kesimpulan
awal dan menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam pembelajaran.

Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran
dari siklus I, rangkaian kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Siklus II Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di rumuskan. Langkah-
langkah pembelajaran Instalasi motor listrik dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1) Guru Mengucapkan salam, mengkondisikan peserta didik, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
2) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan literasi.
3) Guru Memotivasi peserta didik tentang manfaat mempelajari program
logic control (PLC).
b. Kegiatan inti
1) Guru menyajikan informasi kepada peserta didik tentang cara kerja
motor DOL dua arah putar tak langsung.
2) Guru membagi peserta didik dalam kelompok belajar kemudian
menugaskan tiap kelompok untuk mendesain ladder motor DOL dua
arah putar tak langsung.
3) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan praktik.

19
4) Guru mengevaluasi dan memberikan masukan pada hasil kerja peserta
didik.
5) Guru memberikan penghargaan kepada kelompokberdasarkan urutan
menyelesaikan tugas praktik yang diberikan.
c. Kegiatan penutup
1) Guru membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembersihan kelas.
2) Guru memberikan salam penutup.
2. Siklus II Tahap Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan secara bersamaan pada waktu proses pembelajaran
berlangsung. Pelaksanaan observasi penelitian tindakan kelas dilakukan oleh
peneliti dibantu oleh observer (pengamat) dengan menggunakan lembar observasi
untuk mengetahui kreativitas peserta didik yang lebih ditekankan pada aspek
psikomotorik yang sedang belajar dan guru yang sedang mengajar. Sedangkan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik yaitu dengan mencatat pada
lembar observasi peserta didik.

E. Refleksi
1. Siklus I
Hasil observasi selanjutnya direfleksi oleh peneliti dan guru untuk
mengetahui tingkat ketercapaiannya baik yang terkait dengan proses
pembelajaran maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan yang ditemukan maupun hambatan dalam
upaya pencapaian tujuan secara optimal. Hasil refleksi ini dijadikan bahan
untuk merevisi rencana tindakan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Data hasil observasi peserta didik dalam proses pembelajaran selanjutnya
dilakukan analisis data sebagai data kajian untuk melakukan refleksi, sehingga
dapat diketahui perkembangan yang diperoleh dari penerapan cooperative
learning tipe STAD. Pada siklus II, setelah direfleksikan akan dibandingkan

20
dengan data observasi peserta didik pada siklus I kemudian diambil
kesimpulan.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2006:160).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument penilaian
dalam mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis PLC meliputi
memilih device type dan CPU type, membuat diagram ladder dan mensimulasikan.
Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar Siswa (Nurhadi dkk, 2004:52).
Adapaun asesmen aktivitas yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut.
Siklus :
Hari/Tanggal :
Format Penilaian mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis
PLC
Tabel 3.1 Asesement mendesain ladder rangkaian control electrical berbasis
PLC
Aspek yang dinilai Keterangan
No Nama Memilih Membuat Mensimulasikan Tuntas Tidak
device dan diagram pada software cx- Tuntas
CPU type ladder programmer
Bisa Tidak Bisa Tidak Bisa Tidak

21
Rubrik Penilaian
Tabel 3.2 Rubrik penilaian
Kegiatan Deskriptor Skor
Memilih Device type 1. Ketika membuka 1. Checklist bisa
dan CPU type program cx-programmer apabila ke dua
pada lembar kerja baru komponen
pada cx-programmer terpenuhi.
harus menentukan dulu 2. Checklist tidak
device type sesuai apabila hanya
dengan PLC yang satu atau tidak
digunakan. ada komponen
2. Ketika membuka yang terpenuhi.
program cx-programmer
pada lembar kerja baru
pada cx-programmer
harus menentukan dulu
CPU type sesuai dengan
PLC yang digunakan.
Pelaksanaan 1. Menentukan kontak 1. Checklist bisa
sesuai dengan jobsheet. jika keempat
2. Merangkai kontak- poin terpenuhi
kontak menjadi suatu semua
rangkaian, 2. Checklist tidak
3. Tidak terjadi error pada jika ada
rangkaian, Diagram komponen yang
ladder bisa bekerja tidak terpenuhi.
sesuai dengan jobsheet.

22
Mensimulasikan 1. Mengetahui langkah- 1. Checklist bias
langkah untuk memulai apabila kedua
simulasi. komponen
2. Melakukan simulasi terpenuhi.
sesuai dengan LKPD. 2. Checklist tidak
apabila hanya
satu atau tidak
ada komponen
yang terpenuhi.

Tabel 3.3 Rubrik Tuntas atau Tidak Tuntas


Tuntas Tidak Tuntas
Apabila ketiga aspek mendapat Apabila ada aspek yang mendapat
checklist “BISA” checklist “TIDAK”

Selain instrument untuk melihat keterampilan peserta didik juga perlu


dibuat instrument pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.3 Instrumen Pengamat / Observer


Kegiatan Terlaksana
1 2 3 4
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
(Fase 1)
1. Mengucapkan salam, mengkondisikan peserta didik,
dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
peserta didik;
2. Literasi; dan
3. Memotivasi peserta didik tentang manfaat
mempelajari program logic control (PLC).

23
Menyajikan informasi (Fase 2)
4. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik
tentang cara kerja motor;
5. Peserta didik memperhatikan informasi yang
diberikan oleh guru (Mengamati);
6. Peserta didik bertanya tentang hal-hal yang kurang
jelas (Menanya);
Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-
kelompok belajar (Fase 3)
7. Guru membagi peserta didik dalam kelompok belajar
kemudian menugaskan tiap kelompok untuk
mendesain ladder motor menggunakan software cx-
program dan step 7;
8. Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai
dengan ketentuan dari guru dan memahami tugas yang
diberikan (Mengumpulkan informasi);
Membimbing kelompok belajar bekerja dan belajar
(Fase 4)
9. Guru membimbing peserta didik untuk melakukan
praktik;
10. Peserta didik berlatih untuk mencoba mendesain
rangkaian ladder sesuai tugas yang diberikan
(Mengolah informasi);
Evaluasi (Fase 5)
11. Guru mengevaluasi dan memberikan masukan pada
hasil kerja peserta didik.
12. Peserta didik melakukan presentasi kepada guru
tentang hasil kerjanya dengan mensimulasikan dan

24
menjelaskan prinsip kerja rangkaian
(Mengkomunikasikan); dan
13. Peserta didik melakukan praktik lanjutan dengan
mentransfer program pada trainer omron maupun
siemens kemudian mensimulasikannya;
Memberikan penghargaan (Fase 6)
14. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
berdasarkan urutan menyelesaikan tugas praktik yang
diberikan;
15. Peserta didik membuat laporan individu di buku yang
sudah disiapkan
Penutup
16. Pembersihan kelas; dan
17. Salam penutup.
Keterangan :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
1 : Tidak Baik 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥100
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

2 : Kurang Baik
3 : Baik
4 : Sangat Baik

Tabel 3.4 Rentang Skor Instrumen Pengamatan


Interval Skor Akhir Instrumen Pengamatan Kategori
82 – 100 Sangat Baik
63 – 81 Baik
44 – 62 Cukup
25 – 43 Sangat Kurang

25
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data terdiri dari data kuantitatif dimana data kuntitatif
diperoleh dari tes. Data tersebut kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk
persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
1. 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 = 𝑥100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑜𝑎𝑙

Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap
individu > 75%.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖≥75
2. 𝐾𝐾 = 𝑥100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

(Depdiknas, 2013)
Keterangan :
KK = Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 75% siswa yang
telah tuntas.

26
Daftar Pustaka

Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta; Pustaka pelajar.


Rumbelas, Amalia Flora. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran konstruksi bangunan pada siswa kelas X di SMKN 2
Surabaya. PTK. Surabaya: Jurusan Teknik Bangunan. Fakultas
Teknik.
Trianto, 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi
konstruktivistik. Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher.
Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 13 tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan,
(http://pmp.dikdasmen.kemdikbud.go.id/files/peraturan/pp/PP_NO_1
3_2015_Perubahan_kedua_PP19.pdf / diunduh pada Hari Selasa
tanggal 10 April 2018 pukul 20:39 WIB).
Gusniar. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievment Division (STAD) Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN No. 2 Ogoamas
II. Jurnal Kreatif Tadulako, (Online), Vol 2, No 1,
(https://media.neliti.com/media/publications/116088-ID-penerapan-
model-pembelajaran-kooperatif.pdf / diunduh pada Hari Rabu tanggal
11 April 2018 pukul 11:25 WIB.
Widodo. 2013. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
dengan metode Problem based learning pada siswa kelas VIIA MTs
Negeri Donomulyo Kulon Progo tahun pelajaran 2012/2013. Jurnal
Fisika Indonesia, (Online), Vol 2, No 2, (http://pdm-
mipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/jfi/article/download/831/910 / diunduh
pada Hari Rabu tanggal 11 April 2018 pukul 8:25 WIB).
http://www.ayoksinau.com/pengertian-keterampilan-menurut-para-ahli-
dan-keterampilan-yang-dibutuhkan-dalam-dunia-kerja-saat-ini-

27
ayoksinau-com/ diakses Hari Rabu Tanggal 11 April 2018 pukul 14:23
WIB.
https://industrial.omron.eu/en/products/cx-programmer / diakses Hari
Rabu tanggal 11 April 2011 pukul 9:21 WIB.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10018/6.%20BA
B%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y / diunduh Hari Rabu Tanggal
11 April 2018 pukul 15:11 WIB.

28

Anda mungkin juga menyukai