Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DAN

ENTREPRENEURIAL LITERACY TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI


DALAM BERWIRAUSAHA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
AULIA ARIEF GIFFARI
NIM 160534611661

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
AGUSTUS 2020
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DAN
ENTREPRENEURIAL LITERACY TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI
DALAM BERWIRAUSAHA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Teknik Elektro

OLEH
AULIA ARIEF GIFFARI
NIM 160534611661

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
AGUSTUS 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal skripsi dengan judul Hubungan antara Adversity Intelligence dan


Entrepreneurial Literacy terhadap Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha di Era
Revolusi Industri 4.0 pada Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang oleh Aulia Arief Giffari, telah diperiksa dan disetujui di
depan pembimbing pada tanggal Agustus 2020.

Dosen Pembimbing I,

Dr. Yuni Rahmawati, S.T.,M.T.


NIP. 197206071999032002

Dosen Pembimbing II,

Heru Wahyu Herwanto, S.T., M.Kom.


NIP. 197102271997021001

iv
ABSTRAK

Giffari, Aulia Arief. 2019. Hubungan antara Adversity Intelligence dan


Entrepreneurial Literacy terhadap Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha
di Era Revolusi Industri 4.0 pada Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Proposal Skripsi, Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang. Pembimbing:
(I) Dr. Yuni Rahmawati,S.T., M.T. (II) Heru Wahyu Herwanto, S.T.,
M.Kom.

Kara Kunci : Adversity Intelligence, Entrepreneurial Literacy, Kepercayaan Diri


dalam Beriwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0.

kepercayaan diri dalam berwirausaha pada mahasiswa teknik elektro


universitas negeri malang merupakan kepercayaan diri yang dimiliki mahasiswa
terhadap peluang untuk memlih berwirausaha dalam karier mereka di era industri
4.0. Kepercayaan diri muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada
antara lain ketertarikan, kebiasaan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
mahasiswa dari pembelajaran maupun kegiatan kewirausahaan yang
diselenggarakan oleh pihak universitas atau lembaga lain. Faktor pembentuk
Kepercayaan diri dalam Berwirausaha antara lain yaitu pengetahuan berwirausaha
atau Entrepreneurial Literacy dan dapat mengatasi berbagai kesulitan atau bisa
disebut Adversity Intelligence. Penelitian ini bertujuan : (1) mendiskripsikan
Adversity Intelligence (𝑋1 ), Entrepreneurial Literacy (𝑋2 ) terhadap kepercayaan
diri dalam beriwirausaha di era revolusi industri 4.0 (Y), (2) mengungkap
signifikasi dan hubungan 𝑋1 dan dan Y,(3) mengungkap signifikasi dan hubungan
𝑋2 dan Y, (4) mengungkap signifikasi dan hubungan 𝑋1 dan 𝑋2 secara simultan
dengan Y.

Metode penelitian di penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan


deskripsi korelasional serta merupakan penelitian Ex Post Facto. Sampel dari
penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan
hidayah-Nya, sehingga proposal skripsi yang berjudul “Hubungan antara
Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy terhadap Kepercayaan Diri
dalam Berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0 pada Mahasiswa Program Studi
S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang” dapat diselesaikan.
Proposal skripsi ini disusun sebagai syarat penyelesaian Program Sarjana
Pendidikan Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang. Proses penyelesaian proposal skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
pengantar ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Marji, M. Kes. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang.
2. Aji Prasetya Wibawa, S.T.,M.M.T.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
3. Dr. Yuni Ramawati, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
4. Dr. Yuni Rahmawati, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, arahan, bimbingan, motivasi, dan memberikan
pengarahan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Heru Wahyu Herwanto, S.T., M.Kom. selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, bimbingan, dan motivasi selama
penyelesaian proposal skripsi ini.
Disampaikan terimakasih juga kepada kedua orang tua, Bapak Jati Suroso
dan Ibu Siti Mamlu’ah yang telah memberikan dukungan dan telah mendo’akan
dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Serta teman-teman S1 PTE 2016 yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi.
Semoga atas ketulusan semua pihak dalam memberikan do’a dan
dukungan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulisan
proposal skripsi ini disadari bahwa ada banyak kekurangan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir

vi
kata, semoga proposal skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Malang, Agustus 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ......................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
F. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ...................................... 8
G. Definisi Operasional .................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kepercayaan Diri Berwiausaha di era revolusi industri 4.0 ........ 11
B. Adversity Intelligence ................................................................ 15
C. Entrepreneurial Literacy ........................................................... 18
D. Penelitian yang Relevan ............................................................ 21
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................ 27
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 28
C. Instumen Penelitian ................................................................... 29
D. Uji Coba Instrumen ................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33
F. Analisis Data ............................................................................. 34
G. Sumbangan Prediktor ................................................................ 38

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 40

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 30
Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban pada Angket .................................................. 30
Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas ....................................................................... 32

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 28

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi industri merupakan perubahan cara hidup dan proses kerja
manusia secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi dapat
mengintregrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapan memberikan
dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan lahirnya teknologi digital saat ini
Perkembangan dunia industri saat ini telah mencapai tahap ke empat yaitu era
revolusi industri 4.0. lahirnya revolusi industri 4.0 menjadikan semua proses
dilakukan secara sistem otomatisasi, dimana perkembangan teknologi internet
semakin berkembang tidak hanya menghubungkan manusia seluruh dunia namun
juga menjadi suatu basis bagi proses transaksi perdagangan dan transportasi
secara online. (Tjandrawinata,2016) Perkembangan teknologi informasi dengan
pesat saat ini terjadi otomatisasi yang terjadi disulurh bidang, teknologi dan
pendekatan baru yang menggabungkan secara nyata, digital dan secara
fundamental. Menghadapi gelombang revolusi industri 4.0 dikaitkan dengan
keadaan dan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan di masa yang
akan datang, pastilah merupakan tantangan yang tidak mudah dan harus dihadapi
secara tepat dan sistematis. Selain menghadapi revolusi industri 4.0, Indonesia
juga turut bergabung dengan masyarakan ekonomi ASEAN (MEA), sehingga ini
menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia. Pesiapan yang matang untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi calon tenaga kerja dalam
menghadapi persaingan bukan dari negara sendiri, melainkan negara anggota
ASEAN. Seperti penjelasan Hendarman, dkk. (2016:2) pada tahun 2010 sampai
dengan 2025 permintaan tenaga terampil dikawasan ASEAN akan naik sekitar
41% atau 14 juta orang. Separuh angka tersebut adalah kebutuhan Indonesia dan
disusul oleh Filipina dengan kebutuhan pekerjaan terampil sebesar 4,4 juta orang.
Sesuai dengan skenario MEA, pada tahun 2025 di Indonesia akan terjadi kenaikan
peluang kerja sebanyak 1,9 juta.

1
2

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai jumlah


penduduk padat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 mencapai
268.074.600 jiwa (BPS,2019), hal tersebut menjadikan Indonesia menempati
peringkat keempat dunia , setelah China, India, dan Amerika Serikat dalam hal
jumlah pendudukan. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak tersebut,
tidak menuntut kemungkinan akan semakin banyak pula permasalahan yang
ditimbulkan. Salah satu permasalahan tersebut adalah jumlah pengangguran
semakin banyak. Jumlah pengangguran di Indonesia semakin banyak disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan lapangan kerja.
Merujuk pada data BPS tahun 2019 menunjukan bahwa jumlah angkatan
kerja yang ada di Indonesia mencapai 131.005.641 orang dengan jumlah orang
124 juta orang yang bekerja dan 7 juta orang menganggur. Banyak sekali
mahasiswa yang belum dapat memanfaatkan peluang usaha dan hanya fokus
melamar pekerjaan juga turut menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Diantaranya ada 124 juta orang yang telah bekerja hanya 15 juta orang yang
berasal dari lulusan perguruan tinggi dan 950 ribu orang lulusan perguruan tinggi
turut berkontribusi dalam 7 juta orang yang menganggur.
Solusi data diatas pemerintah telah menetapkan salah satu solusi dan
mencoba mengatasinya dengan menetapkan kewirausahaan sebagai salah satu
mata kuliah wajib pada perguruan tinggi. Hal ini ditetapkan dalam UU no 12
Tahun 2012. Setidaknya sebagai mahasiswa yang telah menempuh jenjang
pendidikan harapan nya telah memperoleh wawasan kewirausahaan atau
entrepreneurial literacy serta mampu mengembangkannya menjadikan
kepercayaan diri dan semangatnya di bidang kewirausahaan selain
mengembangkan kemampuan keilmuan dari jurusannya. Karena dalam kenyataan
nya tinggi pendidikan yg ditempuh oleh seseorang tidak sepenuhnya menjadi
suatu tolak ukur jaminan mendapat pekerjaan sehingga lulusan perguruan tinggi
juga diharapkan mampu mandiri dan mengembangkan kreatifitas yang diperoleh
di perguruan tinggi dengan membuka usaha atau berwirausaha.
Pada saat ini, dunia kewirausahaan yang ada di Indonesia masih belum
berkembang dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Perkembangan
kewirausahaan di Indonesia masih sangat kurang karena idealnya suatu negara
3

dapat berkembang harus memiliki wirausahawan sebesar 2% dari jumlah


penduduk negara tersebut.
Di era revolusi industri 4.0 tantangan besarnya yaitu perkembangan pesat
teknologi digital dan berdampak pada dunia usaha saat ini, sebagai contoh dengan
perkembangan teknologi yang semakin berkembang banyak muncul bisnis - bisnis
berbasis online seperti misalnya transportasi online. Untuk meghadapi tantangan
tersebut para calon pengusaha di era sekarang harus menyiapkan dan mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang teknologi digital agar mampu
bersaing di era revolusi industri 4.0. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita
mengatakan “kewirausahaan di era revolusi industri 4.0 merupakan kompetisi
dalam kecepatan menyampaikan dan menjual ide, kuncinya adalah menciptakan
kebutuhan pasar, selalu belajar, dan meningkatkan produktivitas. Untuk itu,
proses belajar di lembaga pendidikan dan universitas harus berpusat pada
mahasiswa dan tidak lagi mendengarkan paparan pengajar satu arah. Proses
belajar juga harus mengajak mahasiswa untuk berpikir kreatif dan inovatif”
jelasnya (https://money.kompas.com). Mencetak entrepreneur yang kreatif dan
inovatif diperlukan dukungan dengan wawasan kewirausahaan yang didapat
secara formal di suatu lembaga pendidikan. Kurangnya kecerdasan mahasiswa
untuk menyelesaikan permasalahannya menyebabkan berkurangnya kepercayaan
diri mereka untuk dapat mengembangkan usahanya kelak ketika sudah lulus.
Kepercayaan diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
keluarga, lingkungan tempat tinggal serta lingkungan pendidikan. Dari faktor
tersebut, maka kepercayaan diri dapat dikembangkan melalui beberapa hal kecil
dalam kehidupan, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan
pendidikan. Salah satu contoh usaha mengembangkan kepercayaan diri di
lingkungan pendidikan yaitu dengan berani menyampaikan pendapat atau
pertanyaan dalam kegiatan belajar. Beberapa mahasiswa masih merasa takut
untuk menyampaikan pendapat maupun pertanyaan ketika tidak memahami suatu
materi yang di berikan oleh pengajar dan memilih untuk diam. Kasus seperti ini
justru mengurangi rasa percaya diri seorang mahasiswa dan bisa jadi hilang rasa
percaya dirinya jika dibiarkan terus menerus.
4

Selain faktor-faktor teknis seperti pengetahuan dan keterampilan penting


juga untuk mengembangkan faktor faktor non teknis seorang calon entrepreneur
seperti faktor psikologi contohnya salah satunya yang perlu dikembangkan yaitu
adversity intelligence atau kecerdasan untuk menghadapi kesulitan atau rintangan
yang menghampirinya di dalam kehidupan.Hal ini menjadi penting karena
berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi suatu kesulitan atau
rintangan di dalam kehidupan nya, sehingga setelah mahasiswa lulus dan
memutuskan berwirausaha tidak lagi takut akan mengambil resiko, tidak takut
gagal, dan tidak pantang menyerah saat menghadapi rintangan yang menerpa
usahanya saat berwirausaha.
Mahasiswa calon entrepreneur dalam usahanya untuk meningkatkan
kemampuan dan menciptakan pembaharuan dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0, dapat dilakukan dengan menerapkan pengalaman serta pengetahuan
yang telah diperoleh selama proses belajar kewirausahaan di perguruan tinggi atau
diperoleh secara non formal. Pengetahuan atau wawasan merupakan dasar
menjadi calon entrepreneur untuk menciptakan perubahan dalam dunia wirausaha
di era revolusi industri 4.0. Tuntutan tersebut menjadikan pengetahuan
kewirausahaan atau entrepreneurial literacy adalah hal penting yang dimiliki
mahasiswa calon entrepreneur khususnya bagi program studi S1 Pendidikan
Teknik Elektro UM.
Mahasiswa program studi S1 Pendidikan Teknik Elektro UM juga
dipersiapkan untuk menjadi seorang wirausaha, dengan di haruskannya
menempuh mata kuliah kewirausahaan diharapkan mampu membekali dirinya
dengan kepercayaa diri dan adversity intelligence untuk menghadapi kesulitan
permasalahan yang akan menghampiri usahanya kelak. Karena selain
entrepreneurial literacy atau pengetahuan literasi kewirausahaan tampil percaya
diri dan dapat memecahkan masalah dengan cerdas menjadi bekal untuk seorang
wirausaha untuk dapat berinovasi mengembangkan usaha dan mampu bersaing
dalam dunia bisnis di era revolusi industri 4.0. kepercayaan diri yang dimiliki
mahasiswa juga diharapkan mampu mempengaruhi perkembangan mental dan
karakter seorang mahasiswa dalam menghadapi tantangan di masa depan serta
dapat meningkatkan motivasi dan semangat dalam mencapai keberhasilan.
5

Melalui beberapa pemaparan di atas, diduga dengan dimilikinya


kecerdasan untuk menghadapi kesulitan atau Adversity Intelligence yang tinggi
akan meningkatkan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri
4.0 pada mahasiswa S1 PTE UM. Ditunjang dengan pengetahuan literasi
kewirausahaan atau Entrepreneurial Literacy yang baik maka mahasiswa calon
entrepreneur akan mempunyai inovasi dan pemikiran kreatif serta lebih mudah
menerima segala perubahan di era revolusi industri 4.0 saat ini. Sehingga
mahasiswa calon entrepreneur akan siap dan memilih untuk berkarir di dunia
kewirausahaan apabila memiliki Kepercayaan diri dalam berwirausaha yang
tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan antara Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy terhadap
Kepercayaan diri dalam berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0 pada
Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas dapat ditarik ke dalam beberapa
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang?
2. Bagaimana tingkat Adversity Intelligence pada mahasiswa Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang?
3. Bagaimana tingkat Entrepreneurial Literacy pada mahasiswa Program Studi
S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang?
4. Bagaimana signifikansi hubungan secara parsial antara Adversity Intelligence
dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang?
5. Bagaimana signifikansi hubungan secara parsial antara Entrepreneurial
Literacy dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri
6

4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas


Negeri Malang?
6. Bagaimana signifikansi hubungan secara simultan antara Adversity
Intelligence dan Entrepreneurial Literacy dengan kepercayaan diri dalam
berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tersebut
dapat digunakan untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.
2. Mendeskripsikan tingkat Adversity Intelligence pada mahasiswa Program
Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
3. Mendeskripsikan tingkat Entrepreneurial Literacy mahasiswa Program Studi
S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
4. Mengungkap signifikansi hubungan secara parsial antara Adversity
Intelligence dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.
5. Mengungkap signifikansi hubungan secara parsial antara Entrepreneurial
Literacy dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri
4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas
Negeri Malang.
6. Mengungkap adanya signifikansi hubungan secara simultan antara Adversity
Intelligence dan Entrepreneurial Literacy terhadap kepercayaan diri dalam
berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

D. Hipotesis Penelitian
7

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian pada nomor 4,5 dan 6
yang akan dikaji, maka hipotesis alternatif Ha dalam penelitian ini adalah:
Ha1 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Adversity
Intelligence dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.
Ha2 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Entrepreneurial
Literacy dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.
Ha3 = Terdapat hubungan secara simultan yang positif dan signifikan antara
Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy terhadap kepercayaan
dalam diri berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa
Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

E. Manfaat Penelitian
Menurut hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan mampu
mengungkap hubungan antara Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy
terhadap kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang. Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
dan pengembangan ilmu untuk memperoleh dan mengimplementasikan
pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik
Elektro Universitas Negeri Malang sehingga memiliki tingkat kepercayaan diri
dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 untuk menjadi wirausahawan
melalui Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy mahasiswa.

2. Manfaat Praktis
8

a. Bagi dosen, dosen diharapkan dapat membantu memecahkan masalah


mahasiswa dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam berwirausaha bagi
mahasiswa calon wirausahawan di era revolusi industri 4.0 Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
b. Bagi jurusan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas lulusan dengan memperbaiki proses pembelajaran dan
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk dapat terjun ke
dalam dunia berwirausaha. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang
memumpuni dari perguruan tinggi dapat meningkatkan kepercayaan diri
mahasiswa ketika terjun ke dunia wirausaha.
c. Bagi mahasiswa, sebagai penumbuh tingkat kepercayaan diri dalam
berwirausaha serta menambah pengetahuan Entrepreneurial Literacy dan
Adversity Intelligence sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri
berwirausaha di era revolusi industri 4.0.

F. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


Agar penelitian ini tidak menyebar ke arah yang lebih luas, maka diadakan
ruang lingkup dan batasan penelitian, diantaranya adalah:

1. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dan korelasi. Menghindari
penyimpangan penelitian dari pokok permasalahan yang dibahas perlu dilakukan,
sehingga dengan adanya ruang lingkup penelitian mampu memberikan gambaran
secara spesifik mengenai penelitian yang akan dilakukan. Ruang lingkup
penelitian ini meliputi:
a. Variabel yang diteliti
Variabel yang dilingkupi dan dibatasi dalam penelitian ini adalah
Adversity Intelligence (X1) dan Entrepreneurial Literacy (X2) sebagai variabel
bebas dan Kepercayaan diri dalam Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 (Y)
sebagai variabel terikat.
b. Lokasi penelitian
9

Lokasi dari penelitian ini adalah Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang yang beralamat Jl. Semarang No.5, Sumbersari,
Lowokwaru, Kota Malang Provinsi Jawa Timur.

2. Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 dalam
penelitian ini mengukur tingkat Kepercayaan diri untuk berwirausaha
mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang Tahun Angkatan 2016 di era revolusi industri 4.0 melalui
kemampuan yang dimiliki dan pengendalian diri dalam berbagai situasi.
Proses pengambilan data dengan melakukan dokumentasi dan penyebaran
angket.
b. Adversity Intelligence dalam penelitian ini mengukur tingkat ketangguhan
dalam menghadapi kesulitan mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik
Elektro Universitas Negeri Malang Tahun Angkatan 2016. Proses
pengambilan data dengan penyebaran angket.
c. Entrepreneurial Literacy dalam penelitian ini mengukur pengetahuan
mahasiswa tentang dunia berwirausaha, sikap dan karakter calon
wirausahawan mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Tahun
angkatan 2016.

G. Definisi Operasional
Definisi berikut ini digunakan untuk memperoleh kesamaan pengertian
terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu adanya
penegasan beberapa istilah, diantaranya:
1. Kepercayaan diri dalam Berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0
Kepercayaan diri dalam berwirausaha adalah kondisi dimana seseorang
memiliki keyakinan di dalam dirinya untuk melakukan tindakan yang berkaitan
dengan dunia kewirausahaan, khususnya dalam memlilih karir untuk menjadi
wirausahawan. Kepercayaan diri berwirausaha dapat diukur dari beberapa aspek,
10

antara lain: (a) yakin terhadap kemampuan yang dimiliki; (b) kemampuan dalam
pengendalian diri; dan (c) memiliki optimisme diri.

2. Adversity Intelligence
Adversity Intelligence adalah suatu kemampuan bertahan dan menghadapi
kesulitan hidup sera tantangan yang dialami dalam kehidupan. Adversity
Intelligence dapat diukur dari beberapa aspek, diantaranya: (a) kecerdasan dalam
menghadapi rintangan; (b) bertahan dalam menghadapi rintangan; dan (c)
kemampuan dalam mengembangkan potensi diri. pengetahuan ini dapat diperoleh
dari mata kuliah kewirausahaan dan pengalaman dari tugas kewirausahaan
maupun pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri..

3. Entrepreneurial Literacy
Entrepreneurial Literacy merupakan pengetahuan seseorang seputar
kewirausahaan di era revolusi industri 4.0 yang mencakup diantaranya: (a) sikap
dan karakter seorang wirausaha; (b) perencanaan usaha; dan (c) teknik pemasaran.
pengetahuan ini dapat diperoleh dari mata kuliah kewirausahaan dan pengalaman
dari tugas kewirausahaan maupun pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa itu
sendiri.

4. Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas


Negeri Malang

Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas


Negeri Malang khususnya tahun angkatan 2016 yang saat ini telah menempuh
kewirausahaan,. Matakuliah kewirausahaan tersebut relevansi nya dengan variabel
entrepreneurial literacy untuk bekal bagi mahasiswa untuk meningkatkan
kepercayaan diri da`lam berwirausaha di era revolusi industri 4.0.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0


1. Pengertian Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha
Sebagai mahasiswa yang dipersiapkan untuk kelak setelah lulus untuk bisa
mandiri pasti sudah selayaknya seorang mahasiswa dibekali oleh pengetahuan dan
keterampilan sesuai bidang nya. Selain memiliki pengetahuan dan keterampilan
juga diperlukan kepercayaan diri dalam seorang mahasiswa untuk yakin pada
kemampuan serta pengetahuan dalam dirinya. Begitu pula dalam memilih karir
berwirausaha, pada diri calon seorang wirausaha harus memiliki kepercayaan diri
untuk terjun dalam berwirausaha. Percaya diri adalah suatu sikap positif seseorang
yang memampukan dirinya untuk mengendalikan diri baik terhadap diri sendiri,
lingkungan dan situasi yang sedang dihadapi (Fatimah.2010:149). Percaya diri
adalah kondisi mental atau psikologi seseorang, dimana individu dapat
mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada
kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan
didalam hidupnya(Setiawan,2014:14).
Menurut lauster (2003:4) kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau
perasaan yakin akan kemampuan dirinya, sehingga dalam tindakan-tindakannya
tidak terlalu cemas dan merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai
dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya.
Berdasarkan uraian diatas, kepercayaan diri dapat diartikan sebagai
keyakinan seseorang terhadap kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh
dirinya sehingga mereka yakin dapat mencapai berbagai tujuan hidup. Jika
seorang mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang baik terutama dalam
lingkungan pendidikan, maka mahasiswa tersebut tidak akan gelisah dan merasa
nyaman dengan keadaan dirinya sendiri. Selain itu dapat mengembangkan
perilaku positif serta dapat melakukan apa yang telah diharapkannya.
Kepercayaan diri ini nantinya akan mempengaruhi perkembangan mental dan
karakter seseorang dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang,
terutama masa ketika seorang mahasiswa telah lulus dan akan memilih langkah

11
12

masa depannya. Kepercayaan diri juga dapat meningkatkan motivasi dan


semangat seseorang dalam mencapai suatu tujuan atau keberhasilan baik di bidang
formal maupun informal. Dari berbagai manfaat yang telah dijabarkan, mahasiswa
diharapkan mempunyai bekal dan tekad untuk berprofesi menjadi wirausahawan
yang tentunya harus memiliki rasa percaya diri yang baik untuk mampu bertahan
dan berhasil bersaing dalam dunia kewirausahaan di era revolusi industri 4.0 ini.
2. Karakteristik Kepercayaan Diri
Lindenfield (1997:4-11) menjelaskan tentang ada dua jenis rasa percaya
diri dalam seseorang yaitu : rasa percaya diri lahir dan rasa percaya diri batin.
Percaya diri lahir menyebabkan seseorang individu untuk tampil berperilaku
dengan cara menunjukan kepada lingkungan sekitarnya bahwa seseorang itu yakin
akan dirinya. Menurut Lindenfield ciri utama orang yang memiliki percaya diri
lahir ada empat, yakni (a) komunikasi; (b) ketegasan; (c) penampilan diri; (d)
Pengendalian perasaan. Sedangkan percaya diri batin adalah percaya diri yang
memberi individu itu perasaan dan anggapan bahwa seseorang individu itu dalam
keadaan baik. Kepercayaan diri batin memliki ciri (a) cinta diri; (b) pemahaman
diri; (c) tujuan yang jelas; (d) berpikir positif.
Menurut Fatimah (2006: 149-159) ciri-ciri atau karakteristik individu yang
mempunyai rasa percaya diri yaitu: (a) percaya akan kemampuan dan potensi
yang dimilikinya; (b) tidak bersikap konformis untuk diterima oleh orang atau
kelompok lain; (c) berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain; (d)
mampu mengendalikan diri dengan baik; (e) selalu memandang positif terhadap
diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya; dan (f) memiliki harapan yang
realistis.
Sedangkan menurut Hakim (2005: 5-6) ada beberapa ciri-ciri dan
karakteristik seseorang yang mempunyai rasa percaya diri, yakni (a) merasa
tenang dalam mengerjakan sesuatu; (b) mempunyai potensi dan kemampuan yang
dapat diandalkan; (c) mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam
berbagai situasi; (d) menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan baik pada situasi
apapun; (e) mempunyai kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya;
(f) berpendidikan dan mempunyai kecerdasan yang dapat diandalkan; dan (g)
memiliki keahlian dan keterampilan lain yang menunjang kehidupannya.
13

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dan


karakteristik rasa percaya diri bermacam-macam. Seseorang yang memiliki rasa
percaya diri akan merasa tenang dalam mengerjakan sesuatu karena seseorang
tersebut percaya dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka
yakin dapat mengatasi sesuatu yang sedang dihadapinya. Seseorang yang
memiliki rasa percaya diri selalu memiliki ketenangan dalam dirinya serta dapat
mengendalikan diri dengan baik. Pengendalian diri dan rasa tenang yang
dimilikinya ini dapat menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai
situasi.
Seseorang juga harus pandai menyesuaikan diri dalam segala situasi yang
berguna untuk mengatasi ketegangan. Jika seseorang mampu menyesuaikan diri
dengan baik, biasanya akan memunculkan pandangan positif terhadap diri sendiri,
orang lain serta situasi sekitarnya. Pandangan positif seseorang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang tersebut. Seseorang yang
memiliki rasa percaya diri cenderung mengambil keputusan sesuai dengan
keyakinan yang dimiliki tanpa terpengaruh dengan orang lain.
3. Faktor – Faktor Kepercayaan Diri
(Hakim, 2002:121) menjelaskan faktor yang mempengaruhi terbentuknya
kepercayaan diri seseorang antara lain: (a) pola asuh; (b) sekolah; (c) teman
sebaya; (d) masyarakat; dan (e) pengalaman. Kepercayaan diri bukan sesuatu yang
langsung didapatkan seseorang dari lahir, melainkan didapatkan dengan cara
proses kehidupan yang panjang individu tersebut.
Pola asuh merupakan faktor mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.
Sikap orang tua yang menunjukkan kasih sayang, perhatian, penerimaan, cinta
dan kedekatan emosional yang tulus pada anak di usia dini akan berdampak
kepada rasa percaya diri anak. Dengan sikap orang diatas akan membuat anak
merasa dirinya berharga di mata orang tuanya. Anak akan tumbuh menjadi
individu yang mampu melihat hal-hal positif dan memiliki harapan yang realistis.
Lingkungan sekolah atau lingkungan formal juga merupakan salah satu
lingkungan yang berpengaruh bagi kepercayaan diri individu (Hakim,2005:6).
Salah satu yang paling berperan dalam pembentukan rasa percaya diri individu
adalah pengajar atau dosen, karena pengajar merupakan sosok panutan di dalam
14

lingkungan pendidikan formal. Sama seperti orang tua, sikap pengajar atau dosen
yang menunjukkan penerimaan, perhatian yang tulus akan membuat mahasiswa
merasa dirinya berharga, memiliki hal-hal positif, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kepercayaan dirinya.
Bagi remaja, kelompok teman sebaya merupakan pihak yang paling
berpengaruh dalam kehidupannya karena teman sebaya merupakan tempat remaja
biasa bergaul dan mengungkapkan perasaan serta pikiran. Dengan demikian
penerimaan kelompok teman sebaya bagi remaja menjadi sangat penting bagi
pembentukan rasa percaya diri seorang individu.
Sebagai anggota masyarakat, individu memiliki kewajiban untuk
berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam msyarakat ia tinggal. Norma
akan menjadi tolak ukur masyarakat pada perilaku individu tersebut. Semakin
individu mampu memenuhi kewajibannya berperilaku sesuai norma, maka akan
semakin besar dia diterima dilingkungan masyarakat. Perlakuan dan penerimaan
dari masyarakat ini yang berpengaruh terhadap pembentukan rasa percaya diri
individu.
Setiap individu mempunyai pengalaman, baik itu merupakan pengalaman
buruk maupun pengalaman yang baik. Perasaan gagal saat mengalami sesuatu
yang buruk, cenderung akan membentuk gambaran atau pikiran diri yang buruk
pada individu. Sedangkan perasaan bahagia saat mengalami sesuatu yang baik
akan membuat individu merasa bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu
yang lebih menantang kedepannya. Perasaan yang menyertai pengalaman tersebut
yang mempengaruhi rasa percaya diri setiap individu.
4. Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berwirausaha di era revolusi
industri 4.0
Berdasarkan uraian diatas, kepercayaan diri dalam berwirausaha
merupakan kondisi mental seseorang yang memiliki keyakinan terhadap diri
sendiri untuk melakukan dan mengendalikan tindakan yang terkait dengan dunia
kerja khususnya dalam memilih karir untuk berwirausaha di era industri 4.0.
sebagai mahasiswa lulusan perguruan tinggi yang dipersiapkan untuk mandiri dan
terjun di dalam persaingan dunia kerja era industri 4.0 sudah selayaknya seorang
mahasiswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini bertujuan untuk dapat
15

langsung terjun ke dunia kerja dan menghadapi tantangan di era industri 4.0
khususnya dalam berwirausaha. Di era industri 4.0 yang serba digitalisasi dan
membutuhkan inovasi pembaharuan dan kreatifitas agar dapat bersaing
dibutuhkan juga kepercayaan diri yang tinggi selain wawasan serta keterampilan.
Dengan kepercayaan diri ini, mahasiswa yakin dengan apa yang dimiliki didalam
dirinya untuk mampu bersaing dalam era industri 4.0 serta menaruh harapan yang
besar untuk menggapai cita-citanya sebagai pengusaha sukses.
Kepercayaan diri yang dimiliki mahasiswa untuk berwirausaha dapat
diketahui dari bebrapa aspek yaitu: (a) yakin terhadap kemampuan yang dimiliki
(Setiawan,2014); (b) kemampuan dalam pengendalian diri (Fatimah,2010); dan
(c) memiliki optimisme diri (Lautser,2003). Yakin tehadap kemampuan yang
dimiliki dijabarkan menjadi: memiliki keyakinan untuk berwirausaha; memiliki
pengalaman untuk berwirausaha; memiliki keterampilan untuk dapat mengelola
suatu usaha; merasa mampu menjalankan tugas dengan baik; dan bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan. Aspek kemampuan dalam pengendalian diri
dijabarkan menjadi: dapat menerima saran dari ornag lain; menjaga hubungan
baik dengan orang disekitar; tidak mudah emosi dalam menghadapi segala kondisi
di lingkungan; dan cenderung menyesuaikan diri dengan kondisi dan lingkungan.
Sedangkan untuk aspek memiliki optmisme diri diantaranya: tidak takut salah
dalam mengerjakan sesuatu; selalu ingin mencoba hal baru; tidak takut dengan
kegagalan; dan berpikir positif terhadap masalah yang dihadapi.

B. Adversity Intelligence
1. Pengertian Adversity Intelligence
Santrock dalam Setyawan (2011:41) hal positif yang diperoleh mahasiswa
diantaranya: dewasa, berpengetahuan, menikmati kemandirian yang lebih luas,
banyak waktu,ekspolorasi gaya hidup, dan tantangan intelektual tugas akademik.
Salah satu lembaga yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah Penguruan Tinggi.
Karena Perguruan Tinggi mampu dijadikan sebagai lembaga pendidikan formal
yang diharapkan mampu membekali mahasiswa dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman.
16

Setelah mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman, maka


mahasiswa diharapkan mampu berpikir yang lebih luas untuk menghadapi
kesulitan dan tantangan yang ada dalam kehidupan. Kecerdasan untuk
menghadapi kesulitan dan tantangan yang ada dalam kehidupan inilah yang bisa
disebut dengan Adversity Intelligence. Stoltz dalam Asfarina (2016:3)
menjelaskan ukuran ketangguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan ini
disebut dengan Adversity Intelligence. Golesman dalam Asfarina (2016:3)
memberi kritikan terhadap penggunaan istilah quotient karena berhubungan
dengan hasil bagi antara skor kemampuan dengan usia. Hal ini menyebabkan
adanya pilihan istilah baru dengan menggunakan intelligence yang berarti
kecerdasan dan lebih bebas dari pengaruh usia.
Asfarina (2016:4) mengatakan Adversity Intelligence dapat dijadikan alat
ukur yang dapat menunjukkan kemampuan seseorang dalam bertahan,
menghadapi, serta mengatasi kesulitan. Seseorang dalam menghadapi tantangan
dan masalah dapat diukur dari tingkat adversity intelligence yang dimilikinya.
Semakin tinggi nilai ukuran adversity intelligence seseorang maka semakin tinggi
pula kemampuannya dalam bertahan dan menghadapi masalah. Seseorang yang
mampu bertahan dalam menghadapi masalah yang ada, akan bisa berhasil dalam
kehidupan. Semakin banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi seseorang,
maka semakin tinggi adversity intelligence yang diperlukan. Suatu keberhasilan
seseorang dalam menghadapi kesulitannya dapat dipengaruhi dari adversity
intelligence. Adversity intelligence merupakan suatu kemampuan bertahan dan
menghadapi kesulitan hidup serta tantangan yang dialami serta terus mampu
memanfaatkannya untuk proses pengembangan diri, potensi sehingga dapat
mencapai tujuan hidup (Setyawan, 2011:43)
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik persamaan pendapat mengenai
pengertian adversity intelligence. Adversity intelligence yaitu ketangguhan dalam
menghadapi kesulitan dan mengubahnya menjadi peluang, agar mampu bertahan
untuk menghadapi tantangan dan kesulitan demi mencapai sebuah tujuan. Setiap
individu satu dengan individu lain tentunya mempunyai cara yang berbeda dalam
menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya. Hal ini dikarenakan tingkat adversity
intelligence yang dimiliki setiap individu berbeda-beda.
17

Stoltz dalam Wijaya (2007:122), kecerdasan dalam menghadapi rintangan


memiliki empat dimensi yaitu : (a) control; (b) origin dan ownership; (c) reach;
dan (d) endurance. Pertama adalah dimensi control yang mencakup kemampuan
seseorang dalam mengendalikan kesulitan akan bisa memiliki kesempatan untuk
mengatasinya. Kedua adalah dimensi origin dan ownership yang mencakup
penyebab yang ada pada kesulitan tersebut dan asal usul kesulitannya. Ketika
seseorang mengetahui asal penyebab kesulitan yang sedang dihadapinya, maka
akan lebih mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Ketiga adalah
dimensi reach yang mencakup sejauh mana kesulitan tersebut berpengaruh pada
bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang. Ketika seseorang mengetahui
bagian-bagian mana saja yang terdapat masalah, maka bisa memfokuskan untuk
menyelesaikan pada bagian-bagian yang bermasalah tersebut saja.
Terakhir adalah dimensi endurance dapat diartikan sebagai ketahanan
seseorang menghadapi kesulitan tersebut dan secepat apa individu dapat
mengatasi kesulitan yang telah dihadapi. Dimensi ini membahas seberapa
tingkatan ketahanan seseorang dalam bertahan menghadapi masalah dan secepat
apa seseorang bisa segera menyelesaikan permasalahan yang ada. Masalah yang
dihadapi seseorang kadang merupakan masalah yang baru. Hal ini membuat
seseorang tersebut membutuhkan kemampuan beradaptasi untuk menyelesaikan
masalah dengan cepat. Adaptasi adalah penyesuaian psikologis, kognitif, emosi,
perilaku dan biofisiologik yang terus berubah dengan kondisi lingkungan yang
terus berubah secara dinamis (Putro, 2016). Ketika seseorang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka seseorang itu dapat bertahan
dalam menghadapi masalah yang datang. Beberapa dimensi dapat mempermudah
dalam mengevaluasi tantang dan kesulitan yang mereka hadapi dan bagaimana
langkah mahasiswa dalam mengambil tindakan. Sebagai mahasiswa yang
memiliki berbagai macam pengetahuan dan pengalaman, seharusnya mampu
mengevaluasi dan mengolah setiap dimensi untuk membatu dan menyelesaikan
kesulitan dan mencapai tujuan hidup yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diindikasikan bahwa adversity
intelligence adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan
untuk meningkatkan kepercayaan diri nya dalam berwirausaha di era industri 4.0.
18

Indikator adversity intelligence berdasarkan paparan diatas antara lain yaitu : (a)
ketangguhan menghadapi kesulitan (Stolz dalam Asfarina,2016); (b) bertahan
dalam menghadapi tantangan (Setyawan,2011); dan (c) proses mengembangkan
diri (Setyawan,2011).

C. Entrepreneurial Literacy
1. Pengertian Entrepreneurial Literacy
Entrepreneurial dalam kamus Inggris-Indonesia artinya adalah
kewirausahaan, sedangkan Literacy artinya dalam kamus Inggris-Indonesia
artinya literasi, merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,
literasi berarti pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.
Menurut scribner (1984) “…entrepreneurial literacy is regarded as structural
knowledge that is relevant when someone is setting up a company’’.
Entrepreneurial literacy merupakan pengetahuan yang harus dimiliki dan berguna
secara langsung bagi seseorang wirausahawan. Literasi saat ini tidak hanya
diartikan dengan aktifitas membaca dan menulis, menurut Donald dalam Musfiroh
(2016), perubahan secara sederhana sampai dengan kompleks pada diri manusia
merupakan dampak dari pemikiran literasi.
Suryana (2006:18) berpendapat bahwa kewirausahaan adalah suatu
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumber daya,
proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Menurut Soemanto
kewirausahaan adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada
diri sendiri. Menurut Hisrich (2008: 9) kewirausahaan diartikan sebuah proses
guna menciptakan tambahan kekayaan oleh individu yang telah siap menanggung
resiko dalam hal modal dan waktu, selain itu juga menambah nilai dari suatu
barang atau jasa.
Menurut teori diatas, dapat disimpulkan entrepreneurial literacy
merupakan kemampuan yang didapatkan dari proses pembelajaran membaca dan
memahami dunia kewirausahaan. Hal ini digunakan unuk meningkatkan
pengetahuan diri sehingga dapat direpresentasikan melalui tulisan, serta
19

mengubah pola pikir dan sikap seseorang terhadap hal yang dipelajari.
Entrepreneurial literacy akan membuat seseorang memiliki pola pikir baik
terhadap dunia kewirausahaan. Hal ini dapat memotivasi seseorang mahasiswa
untuk mengembangkan usaha berskala kecil, menengah hingga besar sesuai
dengan kompetensi keahlian yang dimiliki orang individu tersebut.
memiliki kemampuan berteknologi.
2. Entrepreneur Literacy melalui Mata Kuliah Kewirausahaan
Pembekalan entrepreneurial literacy kepada mahasiswa sangat perlu
dilakukan. Semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan atau entrepreneurial
literacy seorang mahasiswa akan semakin terbuka wawasannya tentang dunia
kewirausahaan. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan seseorang menurut
Notoadmojo (dalam Wawan dan Dewi,2010:12-14) dipengaruhi oleh mengetahui,
memahami, aplikasi, analisi, sintesis dan evaluasi.
Mata kuliah Kewirausahaan di S1 PTE UM merupakan salah satu mata
kuliah wajib yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa. Mata kuliah
kewirausahaan yang diajarkan di perguruan tinggi khususnya di program studi S1
PTE UM membentuk kebiasaan-kebiasaan, memberikan pengetahuan terkait
kewirausahaan, dan sikap kewirausahaan yang terdapat kreatifitas dan inovatif
dalam memahami peluang usaha, mengorganisasi sumber daya, serta membentuk
peserta didik untuk mampu mengelola peluang sehingga dapa membuat suatu
usaha yang berguna baginya dan bagi orang banyak.
Dengan adanya pengetahuan memungkinkan manusia mengembangkan
keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. Demikian halnya dengan
pengetahuan kewirausahaan juga memiliki peran yang sangat penting dalam
kegiatan kewirausahaan karena pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari
sumber daya kewirausahaan yang terdapat dalam diri individu.
Jusmin (2012) mengemukakan tujuan pembelajaran mata pelajaran
kewirausahaan yaitu: (a) pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang nilai-
nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku agar peserta didik memiliki pemikiran
kewirausahaan; (b) perasaan yang diisi oleh penanaman empatisme sosial
ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan
memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu; (c) keterampilan
20

yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha, oleh karena itu dalam
konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik
produksi managemen; (d) kesehatan fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan
hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap
berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha, baik berupa persoalan,
masalah maupun resiko lainnya sebagai wirausaha; (e) pengalaman langsung
berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi mentor yang kemudian
akan dijadikan role model bagi peserta didik.
Tujuan yang telah dipaparkan di atas sesuai dengan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia atau KKNI. KKNI merupakan kerangkan penjenjangan
kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Oleh karena itu, dengan adanya
mata pelajaran kewirausahaan dan KKNI dapat meningkatkan SDM di Indonesia
yang terampil dan ahli dalam bidangnya.
3. Entrepreneurial Literacy yang harus dimiliki
Dalam memulai karir berwirausaha, mahasiswa harus memiliki dasar-dasar
pengetahuan berwirausaha. Untuk dapat menciptakan branding sebuah usaha yang
akan selalu di ingat oleh masyarakat maupun konsumen, seorang wirausaha harus
memiliki pengetahuan berwirausaha yang baik. Pengetahuan berwirausaha didapat
dari banyaknya pengalaman berwirausaha serta banyaknya ilmu tentang
berwirausaha yang dimiliki. Pengetahuan berwirausaha bisa didapatkan melalui
mata kuliah kewirausahaan yang terprogram oleh pihak perguruan tinggi. Selain
melalui dari mata kuliah kewirausahaan yang disajikan oleh perguruan tinggi,
pengetahuan berwirausaha juga didapat melalui pengalaman mahasiswa dalam
melakukan suatu kegiatan berwirausaha seperti berjualan baik di lingkungan
mereka. Seseorang dapat membangun sebuah usaha dengan baik dan sukses jika
memiliki pengetahuan berwirausaha diantaranya: (a) sikap dan karakter seorang
wirausaha; (b) perencanaan usaha; (c) teknik pemasaran produk; dan (d)
pengelolaan keuangan usaha. Dengan seorang wirausaha mengetahui 4
pengetahuan berwirausaha, setidaknya saat memulai usaha mereka dapat
21

menjalankan strategi penjualan yang lebih efisien dan efektif (Wulan, 2012:31;
Puntoadi, 2011).
Karakteristik wirausaha merupakan faktor yang berasal dari kepribadian
masing-masing individu. Gambaran ideal seorang wirausahawan menurut Alma
(2010: 21) adalah orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap
mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk menolong dirinya keluar dari
kesulitan yang dihadapinya. Karakteristik dalam kewirausahaan merupakan
fondasi bagi pengetahuan dan kecerdasan bagi seorang wirausahawan.
Berdasarkan pemaparan diatas entrepreneurial literacy atau literasi
berwirausaha seseorang peserta didik dapat diketahui dari beberapa aspek yaitu:
(a) sikap dan karakter seorang wirausaha (Suryana,2013); (b) perencanaan usaha
(Wulan,2012); dan (c) teknik pemasaran (Wulan,2012). Aspek sikap dan karakter
seorang wirausaha dijabarkan menjadi: sikap dan perilaku wirausaha sesuai
dengan karakter wirausahawan; cara memilih usaha sesuai minat; memiliki jiwa
kepemimpinan sebagai wirausahawan; dan cara mengatasi masalah.
Aspek perencanaan usaha dijabarkan menjadi: memiliki ide atau konsep
usaha yang akan dirintis; merencanakan kebutuhan usaha meninjau dari pasaran;
pelayanan terhadap konsumen; dan perencanaan anggaran. Untuk aspek teknik
pemasaran dijabarkan menjadi: strategi pemasaran produk baru; sasaran dari
pemasaran produk; strategi tempat pemasaran produk; target keuntungan yang
akan didapat; dan strategi menjaga usaha yang ditekuni.

D. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan merujuk kepada Prihatiandy (2017) penelitian
tersebut berjudul “Hubungan Antara Adversity Intelligence dan Persepsi
Mahasiswa Terhadap Profesi Guru dengan Kepercayaan Diri menajdi Guru bagi
Mahasiswa Program Studi S1 PTE Universitas Negeri Malang”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
adversity intelligence dengan kepercayaan diri menjadi guru bagi mahasiwa S1
PTE Universitas Negeri Malang. Artinya kepercayaan diri seseorang dapat
dipengaruhi oleh kemampuan adversity intelligence yang dimiliki oleh seseorang
dalam dirinya.
22

Terdapat penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Hidayatul (2018)


penelitian tersebut berjudul “Hubungan antara Occupational Skill dan
Entrepreneurial Literacy terhadap minat Entrepreneurship di bidang TKI siswa
SMK di Kota Malang”. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa Occupational
Skil dalam kategori sedang, Entrepreneurial Literacy dalam kategori tinggi, dan
terdapat hubungan yang signifikan antara Occupational Skill dan minat
Entrepreneuship, Entrepreneurial Literacy dan minat Entrepreneurship , dan
Occupational Skill , Entrepreneurial Literacy secara simultan terhadap minat
Entrepreneuriship. Relevansi dari penelitian ini yaitu tentang entrepreneurial
literacy dimana terdapat signifikansi entrepreneurial literacy dengan minat
entrepreneurship.
Terdapat juga penelitian yang relevan dilakukan oleh Nawangsari (2018)
dalam penelitiannya yang berjudul, “Hubungan antara Social Intelligence dan
Wawasan Berwirausaha dengan Kepercayaan Diri untuk Berwirausaha Siswa
SMKN Kelas XII Program Keahlian Multimedia di Kota Malang”. Hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara Wawasan Berwirausaha dengan Kepercayaan Diri untuk Berwirausaha.
Letak relevansi penelitian ini yaitu pada salah variabel Kepercayaan Diri untuk
Berwirausaha.dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa wawasan berwirausaha
berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang untuk berwirausaha.
Penelitian relevan lain yang dilakukan oleh Yusro (2018) dengan judul
“Hubungan Adversity Intelligence Dan Kecakapan Mencari Informasi Dengan
Kemampuan Menentukan Pilihan Profesi Setelah Lulus Mahasiswa S1 PTI
Universitas Negeri Malang”. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa
mahasiswa yang adversity intelligence tinggi mempunyai kemampuan
menentukan pilihan profesi setelah lulus uga tinggi. Dari hasil penelitian tersebut
memiliki relevansitentang variabel adversity intelligence.
23

E. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir yang baik yaitu apabila mengidentifikasi variabel-
varibel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dan secara logis
mampu menjelaskan ketertarikan antar variabel (Riduwan 2012:185). Hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat, dijelaskan secara rinci dan masuk akal.
Dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran yang menunjukan
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian ini intinya akan membahas
tentang variabel kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0
pada mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Elektro jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang.
1. Hubungan antara Adversity Intelligence dengan Kepercayaan Diri dalam
Berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0

Telah dipaparkan di atas dalam kajian pustaka bahwa sangat penting bagi
seorang mahasiswa untuk memiliki adversity intelligence yang baik sebelum
memasuki dunia wirausaha era revolusi industri 4.0. setiap mahasiswa memiliki
kecerdasan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang ada dalam
kehidupan, namun pasti kecerdasan itu berbeda-beda pada setiap individu.
Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan seseorang dapat dilihat
dari bagaimana mereka memecahkan kesulitan dan mampu bertahan di berbagai
kesulitan dalam kehidupan mereka. Seorang individu yang memiliki adversity
intelligence yang baik, cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
menghadapi tantangan dan mengatasi masalah.
Adversity intelligence adalah kemampuan bertahan dan menghadapi
kesulitan hidup serta tantangan yang dialami serta terus mampu memanfaatkannya
untuk proses pengembangan diri, potensi sehingga dapat mencapai tujuan hidup
(Setyawan,2011:43). Di dalam seorang mahasiswa kemampuan ini dapat
dikembangkan melalui kegiatan sehari hari yang dilakukan nya seperti di
perkuliahan. Dalam mengikuti atau menempuh suatu perkuliahan pasti mahasiswa
mendapatkan kesulitan serta tantangan, untuk dapat menuntaskan sebuah mata
kuliah mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan kesulitan atau tantangan yang
menghampiri nya dalam bentuk tugas atau ujian di mata kuliah tersebut. Maka
dengan mendorong mahasiswa bisa menyelesaikan tugas atau ujian dapat
24

mengembangkan kemampuan adversity intelligence. Selain itu mereka juga pasti


akan dihadapkan dengan kesulitan dan tantangan yang ada dalam kehidupannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang mempunyai
adversity intelligence yang tinggi maka cenderung mempunyai kepercayaan diri
yang tinggi terhadap kemampuan yang dimiliki individu tersebut. Mereka mampu
mengatasi dan mengahadi kesulitan atau tantangan yang ada didepannya. Uraian
tersebut menunjukkan bahwa adversity intelligence bekal kemampuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0
bagi calon wirausahawan. Secara teori dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
antara adversity intelligence dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha. Dari
pemaparan tersebut dapat diindikasikan bahwa adversity intelligence memiliki
pengaruh positif dan signifikan dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di
era revolusi industri 4.0 mahasiswa Program Studi S1 PTE

2. Hubungan antara Entrepreneurial Literacy dengan Kepercayaan Diri


dalam Berwirausaha di Era Revolusi Industri 4.0

Unsur lain yang mempengaruhi kepercayaan diri dalam berwirausaha


adalah entrepreneurial literacy atau literasi berwirausaha. entrepreneurial literacy
adalah dasar pengetahuan dan kemampuan dalam berwirausaha yang diperoleh
mahasiswa dari mata kuliah kewirausahaan yang menjadi mata kuliah wajib di
program studi S1 PTE UM. Melalui mata kuliah tersebut, mahasiswa mendapat
pengetahuan tentang dunia kewirausahaan, mahasiswa yang memperoleh mata
kuliah kewirausahaan akan lebih siap untuk berwirausaha daripada yang tidak
menempuh mata kuliah kewirausahaan. Mahasiswa yang tidak dibekali oleh
literasi berwirausaha akan kesulitan dalam merencanakan usaha dibidangnya
kelak.
Jusmin (2012) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran kewirausahaan
yaitu: (a) pemikiran yang diisi oleh pengetahuan nilai, semangat, jiwa, sikap dan
perilaku kewirausahaan; (b) perasaan yang diisi oleh penanaman empatisme sosial
ekonomi berwirausaha; (c) keterampilan yang harus dimiliki untuk berwirausaha;
(d) kesehatan fisik, mental dan sosial berupa antisipasi masalah atau resiko yang
akan timbul dalam berwirausaha; (e) pengalaman langsung berupa pemagangan.
25

Berdasarkan tujuan di atas, pembelajaran kewirausahaan mengajarkan


seorang mahasiswa bagaimana sikap dan karakter yang harus dimiliki seorang
wirausaha, bagaimana merencanakan usaha yang akan dikembangkan, teknik
untuk pemasaran produk yang diciptakan serta cara mengelola keuangan
usahanya, mahasiswa juga memperoleh pengalaman setelah melaksanakan prektik
industry sehingga mendapatkan pengetahuan tambahan yang akan membantu
untuk terjun langsung ke dunia wirausaha yang akan di tekuni kelak kedepannya.
Dengan entrepreneurial literacy atau literasi berwirausaha yang didapat
dari mata kuliah kewirausahaan serta pengalaman seorang mahasiswa dari praktik
industri maupun pengalaman yang didapatkan dari belajar mandiri, mahasiswa
akan memiliki persepsi positif serta kepercayaan diri untuk menjadi seorang
wirausaha karena merasa dirinya menguasai teori serta telah memiliki pengalaman
dalam dunia kewirausahaan. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada
hubungannya antara entrepreneurial literacy dengan kepercayaan diri dalam
berwirausaha di era revolusi industri 4.0.

3. Hubungan antara Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy


dengan Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha di Era Revolusi Industri
4.0

Berdasarkan kedua kerangka berpikir di atas, yaitu hubungan antara


Adversity Intelligence dengan Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha di era
revolusi industri 4.0, dan hubungan antara Entrepreneurial Literacy dengan
Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha di era revolusi industri 4.0. Diharapkan
akan memiliki hubungan yang positif dan signifikan antara Adversity Intelligence
dan Entrepreneurial Literacy secara simultan dengan Kepercayaan Diri dalam
Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 mahasiswa S1 PTE UM.
Sesuai penjelasan pada kajian pustaka Kepercayaan Diri dalam
Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 adalah keyakinan yang harus dimiliki
mahasiswa calon wirausahawan untuk meningkatkan motivasi dan semangat
dalam mencapai suatu tujuan atau keberhasilan di dunia kewirausahaan era
industri 4.0. Kepercayaan diri dalam berwirausaha mahasiswa S1 PTE UM dapat
ditingkatkan melalui adversity intelligence dan entrepreneurial literacy yang
dikuasai dan dimilikinya.
26

Adversity intelligence adalah kemampuan bertahan dan menghadapi


kesulitan hidup serta tantangan yang dialami serta terus mampu memanfaatkannya
untuk proses pengembangan diri, potensi sehingga dapat mencapai tujuan hidup.
Entrepreneurial Literacy merupakan suatu literasi pengetahuan dan keterampilan
dasar berwirausaha yang telah di peroleh oleh seorang mahasiswa. Pengetahuan
dan keterampilan ini adalah bekal untuk seorang wirausahawan untuk bersaing di
dalam dunia kewirausahaan di era industri 4.0.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan didi dalam berwirausaha
di era revolusi industri 4.0 mahasiswa khususnya S1 PTE UM harus ditingkatkan
melalui adversity intelligence dan entrepreneurial literacy agar sebagai calon
wirausahawan di era revolusi industri 4.0 dapat bersaing dan menghadapi
tantangan serta kesulitan yang akan menerpa di masa yang akan datang.
Dari penjelasan diatas bahwa kemampuan adversity intelligence yang baik
dan memiliki entrepreneurial literacy yang luas dapat membantu mahasiswa
untuk terjun ke dalam dunia kewirausahaan setelah lulus kelak. Dua unsur
tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam mempersiapkan
diri untuk terjun ke dalam dunia kewirausahaan. Dari penjabaran kerangka
berfikir di atas, kemungkinan besar adversity intelligence dan entrepreneurial
literacy berkaitan dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi
industri 4.0 mahasiswa program studi S1 PTE UM.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian berisi paparan tentang pendekatan dan rincian
metode penelitian yang digunakan disertai alasan pemilihannya. Rancangan yang
dipaparkan adalah rancangan yang secara operasional digunakan dalam penelitian,
bukan paparan yang dikutip dari buku (PPKI UM, 2017 : 16). Metode penelitian
yang digunakan adalah Ex Post Facto. Metode Ex Post Facto adalah penelitian
yang berguna untuk mengungkap faktor – faktor kejadian yang telah terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang variabel yang diteliti
dan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2017:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini menggunakan model
penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional untuk mengetahui
hubungan dari tiga variabel, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu Adversity
Intelligence (X1) dan Entrepreneurial Literacy (X2), dengan Kepercayaan diri
dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 (Y) sebagai variabel terikatnya.
Sugiyono (2017:8) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2017:35)
penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan
variabel lain. Penelitian korelasional dapat dikategorikan sebagai penelitian
deskriptif. Arikunto (2013:247) menjelaskan bahwa penelitian korelasi merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
dua atau beberapa variabel.
Adapun rancangan deskriptif korelasional ini digunakan untuk
mengungkap hubungan antara Adversity Intelligence dan Entrepreneurial Literacy

27
28

dengan Kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0.


Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

X1 r1y
R12y
Y

X2
r2y

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian


(Sumber: Sugiyono, 2015:68)

Keterangan:
X1 = Adversity Intelligence
X2 = Entrepreneurial Literacy
Y = Kepercayaan diri dalam berwirausaha
r1y = Hubungan parsial antara X1 dan Y
r2y = Hubungan parsial antara X2 dan Y
R12y = Hubungan secara simultan antara X1 dan X2 dengan Y

Berdasarkan konfigurasi Gambar 3.1 dapat diketahui penelitian ini akan


mencari hubungan antara adversity intelligence dengan kepercayaan diri dalam
berwirausaha, hubungan antara entrepreneurial literacy dengan kepercayaan diri
dalam berwirausaha, dan hubungan secara simultan antara adversity intelligence
dan entrepreneurial literacy dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era
revolusi industri 4.0. Untuk mengetahui hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y,
menggunakan teknik korelasi sederhana atau regresi sederhana. Sedangkan untuk
mengetahui hubungan X1 dan X2 dengan Y menggunakan teknik korelasi ganda
atau regresi linear berganda.

B. Populasi dan Sampel


5. Populasi
Sugiyono (2017:80) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tersebut yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi adalah keseluruhan yang menjadi target dalam
29

menggeneralisasikan hasil penelitian (Sanjaya, 2013:228). Menurut Martono


(2012:74) populasi adalah keseluruhan objek atau subyek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau
keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa aktif Program Studi S1 Pendidikan Teknik
Elektro angkatan 2016 Universitas Negeri Malang dengan jumlah 86 mahasiswa
(Teknik Elektro UM, 2019).

6. Sampel
Sugiyono (2017:81) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu.
Berdasarkan data populasi dari mahasiswa aktif Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro angkatan 2016, maka penelitian ini mengambil semua
populasi yang ada didalamnya agar memperoleh hasil yang akurat dan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Metode untuk pengambilan sampel yaitu
menggunakan jenis sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2017:122) teknik
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan
sebagai sampel. Teknik sampling jenuh dipilih karena jumlah populasi hanya 86
mahasiswa, sehingga keseluruhan populasi dijadikan sampel.

C. Instrumen Penelitian
Arikunto (2013:203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga data tersebut mudah
diolah. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner. Menurut Sugiyono (2017:142) kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Rancangan instrumen
pengumpulan data terdapat pada Tabel 3.1
30

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data


No. Nama Variabel Variabel Instrumen pengumpulan Data
1 Adversity Intelligence X1 Angket/Kuisioner
2 Entrepreneurial Literacy X2 Angket/Kuisioner
3 Kepercayaan diri dalam Berwirausaha Y Angket/Kuisioner

Pengukuran Variabel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan skala


Likert yang telah dimodifikasi (dari 5 menjadi 4 alternatif jawaban), ini dilakukan
karena untuk menghindari jawaban dari responden yang menjawab netral atau
tidak berpendapat. Menurut Sugiyono (2017:134) menjelaskan bahwa skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Data yang terkumpul melalui angket
kemudian diolah dengan cara menetapkan skor jawaban dari pertanyaan yang
telah dijawab oleh responden, dimana pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban pada Angket
No. Keterangan Skor
1 Sangat Setuju/selalu/sangat positif 4
2 Setuju/sering/positif 3
3 Tidak Setuju/hampir tidak pernah/negatif 2
4 Sangat Tidak Setuju/tidak pernah 1
(Sumber: Sugiyono, 2013:135)

1. Instrumen Kepercayaan Diri dalam Berwirausaha


Sarana untuk mengetahui dan mengukur tingkat Kepercayaan Diri
Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa dibutuhkan instrumen
untuk mempermudah pengukuran tingkat Kepercayaan Diri Berwirausaha di era
revolusi industri 4.0. Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur
Kepercayaan Diri Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 dapat diindikasikan
sebagai berikut: (a) yakin terhadap kemampuan yang dimiliki; (b) kemampuan
dalam pengendalian diri; dan (c) memiliki optimisme diri.
Instrumen berupa angket tertutup, pernyataan dalam angket yang dibuat
menjadi kalimat positif dan negatif. Sehingga diberikan aturan penilaian atau
pemberian skor berdasarkan dengan pernyataan tersebut dengan empat tingkatan
skala Likert.
31

2. Instrumen Adversity Intelligence


Teknik untuk mengetahui dan mengukur tingkat Adversity Intelligence
mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro Angkatan 2016
Universitas Negeri Malang, dibutuhkan instrumen untuk mengukur tingkat
Adversity Intelligence. Instrumen yang digunakan untuk mengukur Adversity
Intelligence dapat diindikasikan sebagai berikut: (a) kecerdasan dalam
menghadapi rintangan; (b) bertahan dalam menghadapi rintangan; dan (c)
kemampuan dalam mengembangkan potensi diri.
Instrumen berupa angket tertutup yang berupa pernyataan positif dan
negative. Sehingga diberikan penilaian atau pemberian skor berdasarkan dengan
pernyataan tersebut dengan empat tingkatan skala Likert yang akan diisi sesuai
dengan kondisi responden.

3. Instrumen Entrepreneurial Literacy


Teknik untuk dapat mengetahui tingkat Entrepreneurial Literacy pada
mahasiswa, dibutuhkan instrumen untuk mengukurnya. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur Entrepreneurial Literacy berdasarkan tantangan era
revolusi industri 4.0 yang dapat diindikasikan sebagai berikut: (a) sikap dan
karakter seorang wirausaha; (b) perencanaan usaha; dan (c) teknik pemasaran.
Instrumen berupa angket tertutup yang berupa pernyataan positif dan
negatif. Sehingga diberikan aturan penilaian atau pemberian skor berdasarkan
dengan pernyataan tersebut dengan empat tingkatan skala Likert yang akan diisi
sesuai dengan kondisi responden.

D. Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen dilakukan untuk bisa mengetahui validitas dan
reliabilitas kuisioner. Instrumen yang telah disusun sebelumnya harus dilakukan
pengujian untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut sebagai alat untuk
mengumpulkan data yang akurat dan sistematis. Subjek uji coba dalam penelitian
ini yaitu Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro angkatan 2017 dengan
jumlah responden sebagai uji coba penelitian sebanyak 30 mahasiswa. Menurut
Singarimbun dan Efendi (1995) mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba
32

kuisioner adalah 30 responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi


nilai akan lebih mendekati kurva normal.
Uji coba dilakukan di Program Studi S1 Pendidikan Teknik Elektro
angkatan 2017 dengan alasan mahasiswa tersebut memenuhi kriteria pada sampel
penelitian yaitu sudah menempuh matakuliah kewirausahaan.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Arikunto (2013:211) mejelaskan bahwa
semakin tinggi nilai validitas yang diperoleh dalam sebuah instrumen, maka
semakin valid instrumen tersebut. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian
ini dilakukan oleh Expert Judgment. Instrumen disusun kembali dan diuji
menggunakan aplikasi SPSS setelah dilakukan revisi oleh Expert Judgment. Uji
validitas kuisioner menggunakan korelasi Product Moment, korelasi ini biasa
digunakan dalam menguji validitas soal, yaitu skor tiap butir soal dikorelasikan
dengan skor total hasil test, dimana instrumen yang valid jika r memiliki
signifikansi p < 0,05. Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan
bantuan Software SPSS.

2. Uji Reliabilitas
Sugiyono (2017:199) menjelaskan bahwa instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan suatu data yang sama. Cara menguji reliabilitas instrumen
penelitian menggunakan bantuan Software SPSS untuk mengetahui nilai dari
koefisien Cronboch’s Alpha. Instrumen dikatakan reliabel dan dapat digunakan
bila nilai reliabilitas Cronboch’s Alpha > 0,7. Untuk menentukan tingkat tinggi
rendahnya reliabilitas suatu instrumen digunakan kategori Guilford seperti pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas
No. Koefisien Reliabilitas Kategori
1 0,9 < rxy ≤ 1 Sangat Tinggi
2 0,7 < rxy ≤ 0,9 Tinggi
3 0,4 < rxy ≤ 0,7 Cukup
4 0,2 < rxy ≤ 0,4 Rendah
5 0,00 < rxy ≤ 0,2 Sangat Rendah
33

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan
data-data yang diinginkan peneliti sesuai dengan variabel yang diteliti, untuk
mencapai tujuan dari penelitian. Melalui beberapa jenis teknik pengumpulan data,
dapat digunakan berdasarkan pertimbangan sesuai dengan masalah dan variabel
yang diteliti. Pegumpulan data untuk variabel Kepercayaan diri dalam
Berwirausaha di era revolusi industri 4.0 (Y) , Adversity Intelligence (X1) dan
Entrepreneurial Literacy (X2) diambil dengan cara angket atau kuisioner.
Sukmadinata (2013:19) menjelaskan angket atau kuisioner merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya-jawab dengan responden). Data masing masing dari variabel
yang sedang diteliti berbentuk data jenis kualitatif,dimana data itu diperoleh dari
hasil responden menjawab kuisinoner/angket.
Kuisioner ini dilakukan secara Online. Pengambilan data secara Online
dilakukan karena adanya beberapa faktor, diantaranya: (a) responden merupakan
mahasiswa angkatan 2016 atau mahasiswa semester akhir yang notabennya rata-
rata sudah tidak ada kelas, sehingga peneliti kesulitan untuk pengambilan data jika
dilakukan menggunakan angket secara Offline, (b) tidak menguras tenaga dan
waktu bagi peneliti dan responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
bertahap. Tahap-tahap tersebut diantaranya yaitu:
1. Tahap Awal (Persiapan)
Kegiatan awal dilakukan dengan menyusun instrumen dalam bentuk
angket atau kuisioner. Setelah angket tersusun kemudian dilakukan pengujian
instrumen dan pengecekan kelengkapan data angket dan angket siap untuk disebar
keresponden. Selanjutnya yaitu mengecek kembali kelengkapan angket yang
sudah dikembalikan oleh responden.
2. Tahap Kedua (Tabulasi Data)
Tahap kedua dilakukan dengan memberikan skor pada setiap item jawaban
dan menjumlahkan skor yang didapat dari setiap variabel untuk mendapatkan skor
mentah. Selanjutnya mengolah data dengan menggunakan uji statistik yang
dibantu SPSS.
3. Tahap Akhir (Analisis Data)
34

Tahap akhir dilakukan dengan analisis data. Analisis data dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesis penelitian. Selanjutnya
menyusun laporan dan melengkapi lampiran yang dibutuhkan dalam penyusunan
laporan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil rekaman angket kemudian diperoleh dan
diolah dengan menggunakan bantaun program komputer SPSS untuk memenuhi
tujuan penelitian. Tahapan analisa data pada penelitian ini adalah analisis
deskriptif, uji prasyarat analisis, dan uji hipotesis.
1. Analisis Deskriptif
Sugiyono (2017:147) menjelaksan bahwa analisis deskriptif merupakan
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Analisis deskripsi yang digunakan adalah analisis presentase untuk menentukan
presentase skor perolehan dengan menghitung distribusi frekuensi, skor total,
harga skor rata-rata, serta simpangan skor maksimal dan minimum.
Pada setiap variabel dalam penelitian ini memiliki jumlah item angket
yang berbeda. Interval kelas atau panjang kelas dapat dilihat pada persamaan 3.1.
banyak kelas dibagi menjadi empat, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat
rendah.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Panjang Kelas Interval = ........................................(3.1)
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

Setelah panjang kelas interval diketahui, total tiap data nilai mahasiswa
dimasukkan ke kelas interval. Sehingga didapatkan frekuensi tiap klasifikasi atau
kategori yang kemudian dipresentasekan dengan menggunakan persamaan 3.2.
𝐹
P = 𝑁 𝑥 100% ....................................................................................................(3.2)

Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi Responden
N =Jumlah Responden

2. Uji Prasyarat Analisis


35

Uji prasyarat analisis bertujuan untuk memperoleh informasi terkait data


yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data yang sudah terkumpul sudah
memenuhi syarat untuk dilakukan ke pengujian hipotesis. Adapun uji prasyarat
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: (a) uji normalitas, (b) uji linearitas, (c)
uji multikolinearitas, (d) uji autokorelasi, dan (e) uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada setiap
variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji
One-Sample Kolmologrov-Smirnov, dengan ketentuan nilai p sig ≥ 0,05 maka data
terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan bantuan software SPSS.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk menguji apakah garis regresi antara dua
variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan (Priyatno,
2013:46). Menurut Sugiyno (2017:265) kalau data tidak linear maka analisis
regresi tidak bisa dilanjutkan. Pada penelitian ini digunakan analisis regresi
sederhana dengan melihat nilai signifikansi Test for Linearity pada program SPSS
dengan taraf signifikansi 0,05. Data tersebut dikategorikan linear jika p sig ≤ 0,05.
c. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan keadaan dimana antara dua variabel
independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna
atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik menyatakan tidak ada masalah
mulikolinearitas. Pada uji multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat nilai
Tolerance dan VIF (Value of Inflation Factor) pada Software SPSS. Semakin kecil
nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka semakin mendekati terjadinya
masalah multikolinearitas (Priyanto, 2013:59).
d. Uji Autokorelasi
Priyanto (2013:61) menjelaskan autokorelasi adalah keadaan dimana
terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang
lain dan disusun menurut rentan waktu, dimana model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Uji atutokorelasi menggunakan
menggunakan uji Durbin-Waston (DW) dengan bantuan Software SPSS.
Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah (1) jika DW berada diantara dU
36

sampai 4 – dU maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak ada
autokorelasi; (2) jika nilai DW lebih kecil daripada dL maka koefisien
autokorelasi lebih daripada nol, artinya autokorelasi positif; (3) jika nilai DW
diantara dL dan dua maka tidak dapat disimpulkan; (4) jika DW lebih besar
daripada 4 – dL maka koefisien lebih besar daripada nol artinya ada autokorelasi
negatif; dan (5) jika DW terletak diantara 4 – dU dan 4 – dL maka tidak dapat
disimpulkan (Priyanto, 2013:62).
e. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang
baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas karena menyebabkan
nilai koefisien deterninasi akan sangat tinggi. Deteksi heteroskedastisitas dengan
melihat pola titik pada Scaterplots regresi. Jika titik-titik menyebar pada pola
yang tidak jelas dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas (Priyanto, 2013:60). Uji heteroskedastisitas ini
menggunakan bantuan Sofware SPSS.

3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk memastikan adanya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat baik secara parsial dan secara simultan.
Maka untuk menganalisa data hasil penelitian akan digunakan uji hipotesis
sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama digunakan untuk mengungkap adanya hubungan
antara variabel bebas X1 yaitu adversity intelligence dengan variabel terikat Y
yaitu kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0. Pengujian
ini digunakan teknik analisis korelasi parsial dengan bantuan SPSS. Analisis
korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hipotesis pertama dan kedua dengan
melihat tabel Coefficient pada kolom Sig. Jika p < 0,05, maka terjadi hubungan
positif dan signifikan antara kedua variabel, yang diinterpretasikan bahwa H a
diterima dan Ho ditolak. Namun jika p > 0,05, maka tidak terjadi hubungan yang
37

positif dan signifikan, dan dapat diinterpretasikan bahwa H o diterima dan Ha


ditolak. Adapun hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha1 = Terdapat hubungan positif dan signifikan antara adversity intelligence
dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Ho1 = Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara adversity intelligence
dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

b. Uji Hipotesis Kedua


Uji hipotesis kedua digunakan untuk mengungkap adanya hubungan antara
variabel bebas X2 yaitu entrepreneurial literacy dengan variabel terikat Y yaitu
kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0. Uji hipotesis ini
dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi parsial dengan bantuan Software
SPSS. Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hipotesis pertama dan
kedua dengan melihat tabel Coefficient pada kolom Sig. Jika nilai p < 0,05, maka
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel, yang
diinterpretasikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Jika nilai p > 0,05, maka
tidak terjadi hubungan yang positif dan signifikan, dan dapat diinterpretasikan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis kedua yang diajukan adalah:
Ha2 = Terdapat hubungan positif dan signifikan entrepreneurial literacy dengan
kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Ho2 = Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan entrepreneurial literacy
dengan kepercayaan diri dalam berwirausaha di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

c. Uji Hipotesis Ketiga


Uji hipotesis ketiga digunakan untuk mengungkap adanya hubungan
antara variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y. Uji hipotesis ini
menggunakan analisis regresi ganda dengan bantuan Software SPSS. Untuk
menggunakan koefisien korelasi ganda R ini, digunakan statistik uji F dengan cara
38

membandingkan propabilitas p hitung dengan 0,05 (Sudjana, 2005:385). Jika


analisis diperoleh p hitung ≥ 0,05, maka kedua variabel bebas dan variabel terikat
dapat diinterpretasikan signifikan, dan dapat diinterpretasikan bahwa H a diterima
dan Ho ditolak. Adapun hipotesis ketiga yang diajukan adalah:
Ha3 = Terdapat hubungan positif dan signifikan secara simultan antara adversity
intelligence dan entrepreneurial literacy dengan kepercayaan diri dalam
berwiausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1 Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Ho3 = Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan secara simultan antara
adversity intelligence dan entrepreneurial literacy dengan kepercayaan diri
dalam berwiausaha di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1
Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Pengujian menggunakan analisis korelasi ganda untuk melihat seberapa
besar hubungan dua variabel tersebut. Adapun persamaan garis regresi lebih dari 1
variabel X terhadap Y secara simultan dapat dilihat pada persamaan 3.3.
Y = a + b1X1 + b2X2 + ε......................................................................................(3.3)
Keterangan:
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Variabel bebas 1
X2 = Variabel bebas 2
ε = Error variabel

G. Sumbangan Prediktor
Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa besaran
sumbangan (kontribusi) dari masing-masing variabel bebas. Terdapat dua jenis
sumbangan, yaitu sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR). Jumlah
sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi,
sedangkan jumlah sumbangan relatif digunakan untuk semua variabel yang
besarnya sama dengan 1 atau 100% (Budiyono, 2009:293). Sumbangan relatif
menghitung besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas tanpa
memperhatikan variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Sehingga
besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas dapat diprediksi. Persamaan
untuk mencari sumbangan relatif (SR) dapat dilihat pada rumus 3.4 dan 3.5.
39

a1(X1Y)
SR%X1 = 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
𝑥 100%...................................................................... (3.4)
a2(X2Y)
SR%X2 = 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
𝑥 100%...................................................................... (3.5)
Keterangan :
SR = Sumbangan relatif variabel bebas
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
Sedangkan jumlah sumbangan efektif (SE) masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat diperoleh langsung dari koefisien determinan (R 2)
dengan menggunakan persamaan pada Rumus 3.6 dan 3.7.
𝑆𝐸%𝑋1 = SR%X1 𝑥 R2 .......................................................................... (3.6)
𝑆𝐸%𝑋2 = SR%X2 𝑥 R2........................................................................... (3.7)

Keterangan :
SE% = Sumbangan efektif dari suatu variabel bebas
R2 = Koefisien determinan
DAFTAR RUJUKAN

Alma, B. 2010. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Anomsari, D.R. 2011. Hubungan Kemampuan Adversity Intelligence dan Intensi


Berwirausaha pada Siswa SMK Yayasan Pendidikan Ma’arif 1 Taman
Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Asfarina, L. M. 2016. Keefektifan Psikoedukasi Menggunakan Teknik Lead dan


Lead Plus Impact untuk meningkat Adversity Intelligence Siswa SMK.
Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana UM.

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.


Bandung: Pustaka Setia.

Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (Psikologi Perkembangan Peserta


Didik). Bandung: Pustaka Setia.

Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Hakim, T. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Jusmin, E. 2012. Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik dan


Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Kesiapan
Berwirausaha SIswa. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 42(2),
144-151.

Kompasnia. 2019. Tentang Kewirausahaan di Era Revolusi 4.0. (Online),


(www.money.kompas.com), diakses 05 januari 2020.

Lauster, P. 2003. Tes Kepribadian (alih Bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: PT. Bumi
Askara.

Lindenfield, G. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jakarta: Penerbit Arcan.

Martono, N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Musfiroh. 2016. Kontruk Kompetensi Literasi Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Universitas Negeri Yogyakarta. 15(1), 4-10, Dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/9751/pdf

40
41

Nurhindazah, D. 2016. Hubungan antara Dukungan Sosial orangtua dengan


Adersity Intelligence pada Mahasiswa yang menjalani Mata Kuliah
Tugas Akhir di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Empati,
Oktober 2016, Volume 5(4),645-652. Dari
http://ejurnal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15422

Prihatiandy, G. 2017. Hubungan Adversity Intelligence dan Persepsi Mahasiswa


terhadap Profesi Guru dengan Kepercayaan Diri Menjadi Guru Bagi
Mahasiswa Program S1 PTE Universitas Negeri Malang. Malang: FT
UM.

Priyanto, D. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS.Yogyakarta:


Mediakom

Puntoadi, D. 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Sosial Media. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Putro, S. C. 2016. Pengetahuan Pedagogik dan Keteknikan Sebagai Prediktor


Kemampuan Adaptasi Calon Guru pada Mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro FT UM (Online), Vol.36, No. 1. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-
kejuruan/article/download/6625/2837

Riduawan dan Kuncoro, E. 2012. Cara Menggunakan dan Memaknai Path


Analysis(Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Rusdiana. 2018. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia

Sanjaya, W. 2013. Penelitian Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Prenada


Media Group.

Scribner, S. 1984. Literacy in three metaphors. In Kintgen, E.R., Kroll, B.M and
Rose, M. (eds), Perspectives on literacy (pp.71-81). Carbondale, IL:
Southern Illinois University Press.

Setiawan, P. 2014. Siapa Takut Tampil Percaya Diri?. Yogyakarta: Parasmu.

Setyawan, I. 2011. Peran Ketrampilan Belajar Konstektual dan Kemampuan


Empati terhadap Adversity Intelligence pada Mahasiswa. Jurnal
Psikologi Undip, (Online), 9(1) : 40-49. Dari http://ejournal.undip.ac.id

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kialitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.
42

Sukmadinata, N.S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosada Karya.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Kiat dan Proses Menuju Sukses.


Jakarta: Salemba Empat

Suryana. 2011. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju


Sukses. Jakarta: Salemba Empat

Suryana. 2013. Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses.


Jakarta: Salemba Empat

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Wijaya, T. 2007. Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha.


Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9(2) : 117–127. Dari
https://jurnalmanajemen.petra.ac.id

Anda mungkin juga menyukai