Anda di halaman 1dari 112

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM

MENGGUNAKAN TENAGA SURYA PADA JALAN PANGERAN


SURYANATA KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

TUGAS AKHIR

Oleh :

AHAD NOOR RAHMATULLAH


NIM: 14 612 006

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
SAMARINDA
2017
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM
MENGGUNAKAN TENAGA SURYA PADA JALAN PANGERAN
SURYANATA KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memenuhi Derajat Ahli Madya (Amd) Pada
Program Studi Teknik Listrik
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:

AHAD NOOR RAHMATULLAH


NIM: 14 612 006

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
SAMARINDA
2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahad Noor Rahmatullah

Nim : 14 612 006

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Teknik Listrik

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Menggunakan

Tenaga Surya Pada Jalan Pangeran Suryanata Kelurahan Bukit

Pinang Samarinda

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya

sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Tugas

Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Samarinda, 12 Juli 2017

AHAD NOOR RAHMATULLAH

NIM. 14 612 006

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM


MENGGUNAKAN TENAGA SURYA PADA JALAN PANGERAN
SURYANATA KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

NAMA : AHAD NOOR RAHMATULLAH

NIM : 14 612 006

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, 12 Juli 2017

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hj. Verra Aullia, ST., MT Rusdiansyah, ST., MT


NIP. 19780413 200212 2 001 NIP.19600727 198903 1 002

Mengesahkan:

Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19780413 200212 2901

Lulus Ujian Tanggal : 12 Juli 2017

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM


MENGGUNAKAN TENAGA SURYA PADA JALAN PANGERAN
SURYANATA KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

NAMA : AHAD NOOR RAHMATULLAH

NIM : 14 612 006

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


Pada tanggal, 12 Juli 2017

Dewan Penguji:

Penguji I,
Nama : Ir. H. Bahtiar., MT
NIP : 19611223 199003 1 002

Penguji II,
Nama : Ir. Cornellius Sarri., MT
NIP : 19610916 199303 1 003

Penguji III,
Nama : Subir, ST., MT
NIP : 19731214 200501 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Teknik Elektro, Ketua Program Studi DIII Teknik Listrik

Ir. Bustani, MT Rusdiansyah, ST., MT


NIP. 19610712 199303 1 003 NIP.19600727 198903 1 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan salah

satu syarat kurikulum Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Elektro Program

Studi Teknik Listrik tahun akademik 2016/2017. Adapun proposal ini penulis

mengambil judul tentang, “Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum

Menggunakan Tenaga Surya Pada Jalan Pangeran Suryanata Kelurahan Bukit

Pinang Samarinda”.

Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Negeri Samarinda.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan serta

saran-saran yang membangun, sehingga proposal tugas akhir ini menjadi bermanfaat di

waktu yang akan datang.

Tugas akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, saran dan masukan

dari berbagai pihak baik secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat yang tak terhingga serta selalu

memberikan jalan di setiap kesulitan.

2. Bapak dan Ibu kedua orang tua yang saya cintai serta adik-adik yang saya sayangi.

3. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

4. Bapak Ir. Bustani, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.

v
5. Ibu Hj. Verra Aullia, ST., MT selaku pembimbing I yang telah banyak membantu

dan memberikan ilmu, dorongan serta saran-saran yang sangat berguna bagi

penulis sehingga penulisan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik,

6. Bapak Rusdiansyah, ST., MT selaku pembimbing II yang telah banyak membantu

dan memberikan ilmu, dorongan serta saran-saran yang sangat berguna bagi

penulis sehingga penulisan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik,

7. Bapak Ir. H. Muhammad Zainuddin, MT, Ibu Hj. Verra Aullia, ST., MT, dan

Bapak Ir. H. Arbain, MT selaku Tim Tugas Akhir (TA) Jurusan Teknik Elektro.

8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu

perkuliahan,

9. Buat teman-teman saya khususnya kelas Elektro VI A dan angkatan 2014 yang

telah membantu dan memberikan semangat agar laporan tugas akhir ini dapat

terselesaikan,

Penulis berharap semoga tugas akhir ini nantinya dapat diterima dan berguna

bagi rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda.

Penulis menyadari masih banyak hal yang perlu untuk disempurnakan, karena

banyaknya permasalahan yang belum terjawab dan dibahas.

Alhamdulillahirabbil’aalamin, maka selesailah tugas akhir ini, penulis

mengharapkan semoga dengan adanya tugas akhir ini dapat diterima dan bermanfaat

bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi.

Samarinda, 12 Juli 2017

Penulis

vi
ABSTRAK

Ahad Noor Rahmatullah. Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum


Menggunakan Tenaga Surya Pada Jalan Pangeran Suryanata Kelurahan Bukit Pinang
Samarinda, ( dibimbing oleh Ibu Hj. Verra Aullia, ST., MT dan Bapak Rusdiansyah,
ST., MT ).

Penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya adalah suatu fasilitas vital
yang dibutuhkan oleh masyarakat modern, serta menigkatkan keamanan dan
keselamatan pengguna jalan pada malam hari. Penerangan jalan umum menggunakan
tenaga surya merupakan sebuah alternatif yang murah dan hemat untuk digunakan
sebagai sumber listrik penerangan karena menggunakan sumber energi gratis dan tak
terbatas dari alam yaitu energi matahari. Lampu yang digunakan pada perencanaan
penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini menggunakan jenis lampu LED
jenis hi-power yang sangat terang, hemat energy. Perencanaan penerangan jalan umum
tenaga surya menggunakan jenis tiang lengan ganda serta penempatan pada bagian
median jalan, pada tiang lampu terdapat 2 unit modul surya dengan kapasitas 245 Wp
dengan menggunakan jenis polikristal, 2 unit lampu LED dengan daya 50 W, 2 unit
baterai VRLA GEL dengan kapasitas 200 Ah, 2 unit Solar Charger Controller dengan
kapasitas 20 A, serta menggunakan jenis kabel NYM 3 x 1,5 mm2 dan kabel NYAF 1 x
1,5 mm2.

Kata Kunci : Penerangan Jalan Umum, Modul Surya, Lampu LED, Solar Charger
Controller, dan Baterai.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ........................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK .............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3 Tujuan Masalah................................................................................. 3

1.4 Batasan Masalah ............................................................................... 4

1.5 Manfaat dan Kegunaan ..................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 5

BAB II TEORI DASAR

2.1 Pengertian Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya ......................... 7

2.2 Keuntungan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya ....................... 8

2.3 Kekurangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya ....................... 9

2.4 Cara Kerja Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya ........................ 10

2.5 Komponen Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya........................ 11

viii
2.5.1 Solar Cell ............................................................................. 12

2.5.1.1 Monokristal (Mono-crystalline) ............................. 13

2.5.1.2 Polikristal (Poly-crystalline) .................................. 13

2.5.1.3 Amorphous ............................................................. 14

2.5.1.4 Coumpound (Gallium Arsenide) ............................ 15

2.5.2 Baterai .................................................................................. 17

2.5.3 Solar Charge Controller ...................................................... 20

2.5.3.1 Charging Mode Solar Charge Controller ............. 22

2.5.3.2 Sensor Temperature Baterai .................................. 23

2.5.3.3 Mode Operation Solar Charge Controller ............ 23

2.5.4 Frame Bracket Modul Surya ................................................ 23

2.5.5 Lampu LED.......................................................................... 24

2.5.5.1 Fungsi Lampu LED ............................................... 24

2.5.5.2 Proses Pembangkitan Cahaya Pada LED ............... 25

2.5.5.3 Cara Kerja Lampu LED ......................................... 26

2.5.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Lampu LED ............... 28

2.5.6 Armatur ................................................................................ 29

2.5.6.1 Intensitas Cahaya ( I ) ............................................ 40

2.5.6.2 Fluks Cahaya ( 𝚽 )................................................. 41

2.5.6.3 Instensitas Penerangan atau Iluminasi ( Ep ) ......... 41

2.5.6.4 Efikasi Cahaya ( K )............................................... 42

2.5.6.5 Luminasi ( L ) ........................................................ 42

2.5.7 Kabel Listrik ........................................................................ 43

2.5.7.1 Kabel NYAF .......................................................... 45

2.5.7.2 Kabel NYM............................................................ 45

ix
2.5.7.3 Kemampuan Hantar Arus ...................................... 46

2.5.8 Box Panel ............................................................................. 49

2.5.9 Tiang Lampu Penerangan Jalan ........................................... 50

2.5.10 Menentukan Sudut Stang Ornamen ..................................... 54

BAB III DATA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penulisan............................................................ 56

3.2 Jenis Sumber Data ........................................................................... 56

3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 56

3.4 Data Lapangan ................................................................................. 57

3.5 Desain Flowchart Perencanaan ........................................................ 60

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Ketentuan Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum ............ 61

4.2 Menentukan Jumlah Titik Tiang Lampu PJU Tenaga Surya .......... 62

4.3 Menentukan Daya Lampu ............................................................... 67

4.3.1 Menentukan Besar Luminasi Penerangan ............................. 69

4.4 Menentukan Sudut Stang Ornamen & Sudut Kemiringan Modul ... 69

4.5 Menentukan Daya Modul Surya ...................................................... 72

4.6 Menentukan Kapasitas Baterai ........................................................ 73

4.7 Menentukan Kapasitas Solar Charge Controller ............................ 76

4.8 Menentukan Luas Penampang Kabel .............................................. 76

4.9 Menentukan Box Panel.................................................................... 78

4.10 Menentukan Jenis Tiang .................................................................. 79

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .......................................................................................... 82

5.2 Saran ................................................................................................ 83

x
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Kerja PJU Tenaga Surya ......................................................... 10

Gambar 2.2 Jenis Sel Surya ................................................................................. 12

Gambar 2.3 Panel Surya Monokristal ................................................................. 13

Gambar 2.4 Panel Surya Polikristal .................................................................... 14

Gambar 2.5 Panel Surya Amourphous ................................................................ 14

Gambar 2.6 Panel Surya Compound ................................................................... 15

Gambar 2.7 Batarai ( Battery ) ............................................................................ 17

Gambar 2.8 Solar Charge Controller.................................................................. 21

Gambar 2.9 Frame Bracket Modul Surya ........................................................... 23

Gambar 2.10 Lampu LED ..................................................................................... 24

Gambar 2.11 Armatur Lampu LED ....................................................................... 30

Gambar 2.12 Kabel NYAF .................................................................................... 45

Gambar 2.13 Kabel NYM ..................................................................................... 46

Gambar 2.14 Box Panel......................................................................................... 50

Gambar 2.15 Tiang Lampu Lengan Tunggal ........................................................ 51

Gambar 2.16 Tiang Lampu Lengan Ganda ........................................................... 51

Gambar 2.17 Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan ................................................ 52

Gambar 2.18 Menentukan Sudut Stang Ornamen ................................................. 54

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan .................................................................... 60

Gambar 4.1 Penentuan Sudut Stang Ornamen Terhadap Lebar Jalan ................ 71

Gambar 4.2 Single Line Diagram PJU Tenaga Surya ......................................... 77

Gambar 4.3 Box Panel......................................................................................... 79

Gambar 4.4 Tiang PJU Tenaga Surya ................................................................. 80

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Datasheet Modul Panel Surya Skytech Solar...................................... 16

Tabel 2.2 Datasheet Baterai Nagoya First Power .............................................. 20

Tabel 2.3 Kode Indeks Perlindungan IP (Index of Protection ) ......................... 31

Tabel 2.4 Kualitas Pencahayaan Normal ............................................................ 33

Tabel 2.5 Perbandingan Efikasi Lampu ............................................................. 40

Tabel 2.6 Pengkodean Kabel atau Penghantar ................................................... 44

Tabel 2.7 Kode Penandaan Penghantar .............................................................. 44

Tabel 2.8 Karakteristik Kelistrikan Kabel NYAF .............................................. 45

Tabel 2.9 Karakteristik Kelistrikan Kabel NYM................................................ 45

Tabel 2.10 Kabel NYAF ....................................................................................... 48

Tabel 2.11 Kabel NYM ........................................................................................ 49

Tabel 2.12 Koefesien Pemakaian ......................................................................... 55

Tabel 3.1 Lama Penyinaran Matahari................................................................. 58

Tabel 3.2 Data Panjang Median Jalan ................................................................ 58

Tabel 3.3 Data Panjang Jarak Antara Median Jalan ........................................... 59

Tabel 4.1 Jumlah Tiang Lampu Setiap Median Jalan ........................................ 66

Tabel 4.2 Posisi Kemiringan Instalasi Modul .................................................... 71

Tabel 4.3 Rencana Anggaran Biaya Perencanaan Jalan Umum Tenaga Surya .. 81

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah-daerah di Indonesia,

memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai

untuk kegiatan perekonomian daerah yang berkesinambungan. Dengan ditunjang

dengan sarana umum yang lebih baik maka perekonomian daerah di Indonesia akan

mengarah kelebih baik lagi. Salah satu sarana umum yang paling vital adalah jalan

raya, dimana jalan raya merupakan suatu media penghubung antar daerah satu ke

daerah yang lain. Bagi daerah yang telah terjangkau PLN mungkin tidak masalah

dengan sarana ini, karena segala macam rutinitas dan pemakai jalan raya pada malam

hari dibantu dengan Penerangan Jalan Umum atau PJU dari PLN untuk kegiatan para

pelaku kegiatan ekonomi. Namun kegiatan ekonomi suatu daerah bisa terhambat jika

daerah tersebut jalannya belum didukung dengan sarana lampu PJU ( Penerangan Jalan

Umum ) yang baik dan memadai. Maka dari itu timbul pemikiran untuk mengalihkan

sistem pembangkitan yang berasal dari energi tak terbaharukan menuju pembangkit

energi listrik dengan memanfaatkan sumber - sumber energi terbarukan ( renewable

energy ), misalnya energi panas matahari melalui aplikasi solar cell.

Penerangan jalan umum dengan menggunakan tenaga surya merupakan sebuah

alternatif yang murah dan hemat untuk digunakan sebagai sumber listrik penerangan

karena menggunakan sumber energi gratis dan tak terbatas dari alam yaitu energi

matahari. Lampu JalanTenaga Surya ( PJU Tenaga Surya ) menggunakan Modul/Panel

yang berfungsi menerima cahaya ( sinar ) matahari yang kemudian diubah menjadi

listrik melalui proses photovoltaic. Lampu ini secara otomatis dapat mulai menyala
2

pada sore hari dan padam pada pagi hari dengan perawatan yang mudah dan efisien

selama bertahun tahun.

Lampu Jalan Tenaga Surya menggunakan Lampu LED jenis hi-power yang

sangat terang, hemat energi dan tahan lama. Terang tidaknya suatu penerangan

biasanya diukur dalam satuan lumen yang merupakan satuan luminasi flux. Sedangkan

bila perangkat penerangannya sudah terpasang maka kekuatan cahaya( iluminasi rata-

rata ) yang sampai ke obyek biasanya diukur dalam satuan lux atau lumen/m2. Untuk

aplikasi Penerangan Jalan Umum ( PJU ) biasanya diukur dalam flux per berapa meter

ketinggian sumber cahaya ke alat ukur.

Lampu Jalan Tenaga Surya ( PJU Tenaga Surya ) dapat diaplikasikan

diberbagai tempat, antara lain : jalan umum, lampu taman, area kampus, lingkungan

perumahan, area SPBU, area pabrik, lampu penerangan daerah wisata, lampu dermaga,

lampu area perparkiran, lampu jalan raya terpencil, lampu jalan pedesaan, lampu

lapangan olahraga, daerah pegunungan,daerah pantai, dll.

Secara keseluruhan sistem ini dirancang untuk penyediaan cahaya penerangan

umum dengan sumber energi terbarukan, bebas biaya perawatan dan berumur

ekonomis lama. Dengan sistem pemasangan yang cepat dan mudah, PJU LED Tenaga

Surya dapat menjadi solusi yang cepat dalam mengatasi kebutuhan penerangan jalan

umum.

Dengan menggunakan perangkat ini, kita sudah memiliki sumber energi sendiri

tanpa ketergantungan dengan pihak lain, hemat BBM, dan ramah lingkungan. PJU

Tenaga Surya beroperasi secara mandiri dan tidak memerlukan kabel jaringan

antar tiang sehingga installasinya menjadi sangat mudah, praktis, sangat ekonomis dan

tentunya dapat terhindar dari black out total jika terjadi gangguan.
3

Sebagai bahan studi kasus dalam Tugas Akhir ini yaitu pemasangan PJU pada

Jalan P.Suryanata Keluarahan Bukit Pinang ( Jalan Poros Samarinda-Tenggarong ).

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait seperti

Pemerintah Daerah dan kontraktor agar mengetahui lebih jauh mengenai instalasi PJU

sehingga dapat mengurangi masalah yang timbul dalam pemasangan instalasi PJU.

Atas dasar itulah penulis mengangkat proposal tugas akhir dengan judul

“Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Menggunakan Tenaga Surya

Pada Jalan Pangeran Suryanata Kelurahan Bukit Pinang Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

perencanaan penerangan jalan umum tenaga surya ini dapat diuraikan diantaranya

sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan jumlah tiang lampu ?

2. Bagaimana menentukan daya lampu yang digunakan pada penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya ?

3. Bagaimana menentukan kapasitas Solar cell, Baterai, dan Solar Charge Controller

yang digunakan ?

4. Bagaimana menentukan luas penampang kabel yang digunakan ?

5. Bagaimana merencanakan rencana anggaran biaya ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan judul tugas akhir ini yaitu :

1. Perencanaan sistem penerangan lampu jalan tenaga surya ( PJU Tenaga Surya )

pada Jalan P.Suryanata Keluarahan Bukit Pinang Samrinda.


4

2. Menentukan tata letak lampu jalan untuk penerangan jalan umum pada Jalan

P.Suryanata Kelurahan Bukit Pinang Samarinda.

3. Menghitung daya modul surya, kapasitas baterai dan solar charge controller.

4. Menghitung luas penampang kabel dan menentukan jenis kabel yang digunakan.

1.4 Batasan Masalah

Maksud dari batasan masalah disini agar terarah pada tujuan yang dibahas dan

agar tidak menyimpang dari permasalahan. Maka didalam penulisan tugas akhir ini

hanya membahas tentang instalasi Penerangan Jalan Umum Pada Jalan P.Suryanta

Kelurahan Bukit Pinang Samarinda dan berikut ini adalah batasan masalahnya :

1. Membahas tentang sistem penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya

yang berlokasi di Jalan P.Suryanata Kelurahan Bukit Pinang Samarinda, dari lokasi

Bukit Pinang sampai dengan perbatasan jalan Samarinda-Tenggarong.

2. Membahas tentang ketenagalistrikan pada sistem penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya.

3. Menggunakan rumus baku yang sudah jadi yang terdapat dalam buku refrensi.

4. Penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini menggunakan jenis lampu

LED.

1.5 Manfaat dan Kegunaan

Penulisan laporan tugas akhir ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan

yaitu :

1. Menjadi pertimbangan bagi perusahan atau instansi-instansi terkait dalam

pengadaan penerangan jalan umum secara teknis dengan mudah.


5

2. Mengetahui tentang ilmu dalam merencanakan instalasi penerangan yang

menggunakan tenaga surya pada suatu jalan tertentu.

3. Mengurangi ketergantungan dalam penggunaan sumber listrik yang menggunakan

tenaga konvensional.

4. Memberikan wawasan terhadap mahasiswa ataupun masyarakat tentang energi

matahari sebagai sumber energi alternatif.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat diuraikan secara

singkat sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

batasan masalah, manfaat dan kegunaan dan menjelaskan sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASAR

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai bahan

acuan dalam penjelasan, analisa data perencanaan tugas akhir, Dimana terdapat

komponen-komponen yang digunakan dalam perencanaan Penerangan Jalan Umum

(PJU ).

BAB III PERENCANAAN PEMBUATAN

Bab ini menjelaskan tentang waktu dan lokasi penulisan, jenis dan sumber data

yang diperlukan, teknik pengumpulan data, serta analisa data.


6

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi, objek, dan subjek

perencanaan fokus yang menjadi tujuan dan perencanaan yang akan dilakukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan simpulan dari hasil yang telah dicapai, dan berisikan saran

yang dibuat berdasarkan pengalaman penulis yang ditunjukan kepada para mahasiswa

dalam bidang yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) adalah penerangan jalan umum

dimana daya listrik untuk lampu disuplai oleh sistem mandiri yang diperoleh dari

energi matahari. Banyak istilah Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) yang

dipakai. Ada yang menyingkatnya dengan istilah PJUTS, ada juga yang menyebut

dengan istilah PJU Solar Cell. Namun pada intinya semua istilah itu akan mengacu

pada komponen utama penghasil daya yang ada dalam sistem suplai daya dari PJU

tersebut: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Meskipun namanya penerangan jalan umum namun prinsip utama PJU adalah

menerangi suatu kawasan tertentu pada lusa bidang tertentu pula. Dengan demikian

PJU dapat juga diaplikasikan kepada bentuk penerangan lain diluar penerangan jalan.

Beberapa aplikasi PJU adalah sebagai berikut :

1. Lampu jalan, baik jalan umum, jalan tol maupun jalan lingkungan.

2. Lampu taman yang juga dapat berfungsi sebagai lampu hias/dekoratif.

3. Lampu fasilitas transportasi seperti, terminal bis, pelabuhan laut, bandar udara.

4. Lapangan, seperti lapangan parkir, lapangan olahraga, lapangan peti kemas, dll.

5. Penerangan kawasan seperti kawasan wisata, kawasan perkebunan, kawasan

pertambangan, dll.

Bicara mengenai PJU Tenaga Surya tentu akan membuat kita bertanya, apa

keunggulan dan kekurangannya. Demikian juga dengan masalah harga dan biaya

perawatan rutin, sebab hal ini akan sangat memnentukan penerapan PJU Tenaga Surya
8

dan jika sudah diterapkan untuk memastikan bahwa PJU yang satu ini akan memiliki

usia pakai yang panjang dengan biaya operasional rutin yang tidak memberatkan.

2.2 Keuntungan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Beberapa keuntungan penerangan jalan umum dengan menggunakan tenaga

surya adalah sebagai berikut :

1. Ramah lingkungan dengan bebas polusi

Sistem listrik tenaga surya secara umum tidak memberikan konstribusi terhadap

perubahan iklim dibumi ini dikarenakan sistem listrik tenaga surya tidak

memancarkan gas rumah kaca yang berbahaya seperti karbon dioksida. Selain itu

sistem listrik tenaga surya juga tidak menyebabkan polusi suara (tidak berisik).

2. Sumber energi melimpah yang tak terbatas

Energi yang digunakan atau dimanfaatkan oleh sistem tenaga surya adalah energi

alternatif yang melimpah (sinar matahari). Matahari adalah sumber energi yang

tidak terbatas. Dalam konteks indonesia sebagai negara yang berada disekitar

khatulistiwa, matahari bersinar sepanjang tahun sehingga energi dari matahari ini

selalu tersedia kapan saja dan dimana saja diwilayah indonesia.

3. Dapat dipasang dimana saja

Sifat mandiri dari jaringan listrik PLN menjadikan keuntungan terbesar PJU ini.

Dengan kemandirian tersebut, maka PJU tenaga surya dapat dipasang dimana saja

selama panel surya sebagai penangkap sinar matahari tidak terhalangi oleh

bayangan benda apapun. Untuk jalan lalu lintas yang tidak sejajar dengan jaringan

distribusi PLN, maka PJU ini menjadi pilihan yang rasional.


9

4. Usia pakai yang sangat panjang

PJU tenaga surya mengadopsi semangat efesiensi energi sehingga salah satu faktor

utama dan menjadi keuntungan PJU ini adalah usia pakai haruslah cukup panjang

sehingga tidak memberatkan dalam operasional terutama perawatan rutin. Sebagai

contoh, panel surya rata-rata memiliki usia pakai sampai dengan 25 tahun dengan

degradasi efesiensi hanya 10%. Contoh lainnya adalah penggunaan lamppu LED

dengan usia pakai sampai dengan 50.000 jam atau jika PJU menyala selama 10 jam

sehari, maka usia pakai maksimum lampu LED ini bisa mencapai lebih dari 13

tahun.

5. Perawatan rutin yang minimal

Banyak yang mengatakan bahwa PJU tenaga surya bebas perawatan, namun saya

tidak sepakat dengan penggunaan istilah bebas tersebut. Akan lebih tepat

menggunakan istilah minim perawatan karena bagaimanapun sebuah sistem akan

membutuhkan perlakuan untuk menjamin keberlangsungan sistem itu sendiri.

Adapun perawatan PJU tenaga surya akan sangat tergantung pada kondisi lokasi

dan pemilihan komponen utama yaitu baterai yang digunakan.

2.3 Kekurangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Beberapa keuntungan penerangan jalan umum dengan menggunakan tenaga

surya adalah sebagai berikut :

1. Biaya investasi awal yang relatif mahal

Harus diakui biaya investasi awal PJU tenaga surya jika dibandingkan dengan PJU

konvensional akan terasa relatif lebih mahal. Namun dengan skala produksi masal

yang dilakukan oleh China pada beberapa tahun belakangan ini, secara perlahan

namun pasti investasi pembangkit listrik tenaga surya (termasuk PJU) mengalami
10

penurunan yang tajam jika dibandingkan 10 tahun lalu. Menjawab pertanyaan

mahalnya biaya investasi ini, bisa dijawab dengan melakukan komprasi biaya

dalam rentang waktu tertentu antara PJU tenaga surya dan PJU konvensional. PJU

tenaga surya memang relatif mahal diawal, namun dengan biaya rutin yang terus

menerus setiap bulannya berupa penggunaan daya dari PLN.

2. Tergantung cuaca

Saat cuaca hujan/mendung, kemampuan panel surya menangkap sinar matahari

tentu akan berkurang yang berakibat pada tidak optimalnya konversi energi yang

terjadi. Untuk menghadapi hal tersebut, pemilihan panel surya menjadi sesuatu

yang perlu menjadi pertimbangan perencanaan dengan juga mempertimbangkan

posisi lokasi terhadap matahari dari kekuatan radiasi matahari dilokasi tersebut.

Dalam konteks Indonesia, secara umum faktor matahari tidaklah terlalu signifikan

berpengaruh kecuali dibeberapa daerah yang memang radiasi mataharinya sangat

kecil seperti diBogor, Jawa Barat yang radiasinya hanya sekitar 2,5 KWh/m 2/hari

dibandingkan dengan radiasi rata-rata Indonesia sebesar 4,8 KWh/m2/hari.

2.4 Cara Kerja Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Sumber:slideshare.net/hexamitra/presentasi-pjuts-penerangan-jalan-umum-listrik-tenaga-surya

Gambar 2.1 Cara Kerja PJU Tenaga Surya


11

Cara kerja dari PJU Tenaga Surya yakni mengubah cahaya matahari menjadi

energi listrik. Dengan lampu LED yang menggunakan energi matahari merupakan

sisteem penerangan jalan alternatif yang menggunakan sumber energi terbarukan dan

hemat energi. Sumber energi diperoleh dari konversi energi cahaya matahari menjadi

energi listrik. Untuk melakukan konversi tersebut, digunakanlah solar cell.

Pada siang hari ketika matahari bersinar terang, solar cell akan mengubah energi

matahri menjadi energi listrik. Energi listrik ini akan dialirkan ke baterai dengan

pengendalian oleh Solar Charger Controller (SC Controller). SC Controller ini

berfungsi untuk mengendalikan pengisian energi listrik pada baterai, jika baterai telah

penuh maka SC Controller akan memutuskan pengisian listrik dari solar cell.

Pada malam hari lampu LED akan menyala dengan pasokan listrik dari baterai.

Tentu saja solar cell tidak lagi memasok listrik pada saat ini karena tiak ada sinnar

matahari.

Sistem solar cell yang digunakan pada penerangan jalan memiliki cara kerja yang

mirip dengan sistem solar cell pada umumnya, yaitu solar cell dipakai sebagai sumber

energi dari suatu alat dan kelebihan energi yang dihhasilkan akan disimpan pada baterai

sebagai cadangan energi. Namun pada penerangan jalan karena hanya digunakan pada

malam hari, maka ketika solar cell mendapatkan energi akan langsung disimpan pada

baterai, dan ketika malam hari baterai akan men-supply kebutuhan energi untuk lampu

LED.

2.5 Komponen Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) memerlukan beberapa

komponen untuk menjadi suatu sistem PJUTS. Komponen yang diperlukan adalah

sebagai berikut :
12

2.5.1 Solar Cell

Sel surya merupakan sebuah perangkat yang mengubah energi sinar matahari

menjadi energi listrik dengan proses efek fotovoltaic, karenanya dinamakan juga sel

fotovoltaic (Photovoltaic cell - disingkat PV). Tegangan listrik yang dihasilkan oleh

sebuah sel surya sangat kecil, sekitar 0,6 V tanpa beban (open circuit) atau 0,45 V

dengan beban. Untuk mendapatkan tegangan listrik yang besar sesuai keinginan

diperlukan beberapa sel surya yang tersusun secara seri. Jika 36 keping sel surya

tersusun seri, akan menghasilkan tegangan nominal sekitar 16 V. Tegangan ini cukup

untuk digunakan mengecas aki 12 V. Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih

besar lagi maka diperlukan lebih banyak lagi sel surya. Gabungan dari beberapa sel

surya ini disebut Panel Surya atau Modul Surya (Solar Modul or Solar Panel). Susunan

sekitar 10 - 20 atau lebih Panel Surya akan dapat menghasilkan arus tegangan tinggi

yang cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Namun perlu dicatat tegangan yang

dihasilkan oleh sel surya atau panel surya adalah tegangan DC.

Sumber:sanfordlegenda.blogspot.co.id/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html

Gambar 2.2 Jenis Sel Surya


13

2.5.1.1 Monokristal (Mono-crystalline)

Merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini

& menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang

untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang

beriklim ekstrim dan dengan kondisi alam yang sangat ganas. Memiliki efisiensi

sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik

ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis

dalam cuaca berawan.

Sumber:armand10dma.blogspot.co.id/2011/08/panel-surya.html

Gambar 2.3 Panel Surya Monokristal

2.5.1.2 Polikristal (Poly-crystalline)

Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena dipabrikasi

dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar

dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama.

Panel suraya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristal,

sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah.


14

Sumber:armand10dma.blogspot.co.id/2011/08/panel-surya.html

Gambar 2.4 Panel Surya Polikristal

2.5.1.3 Amorphous

Sel surya bermateri Amorphous Silicon merupakan teknologi fotovoltaik dengan

lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10μm (micron) dalam bentuk modul

surya. Efisiensi sel dengan silikon amorfous berkisar 6% sampai dengan 9%.

Sumber:armand10dma.blogspot.co.id/2011/08/panel-surya.html

Gambar 2.5 Panel Surya Amourphous


15

2.5.1.4 Coumpound (Gallium Arsenide)

Gallium Arsenide dapat mengkonversi sekitar 40% radiasi matahari menjadi

listrik, sehingga dua kali lebih efektif dibandingkan silikon. Efisiensi ini membuat

gallium arsenide menjadi bahan pilihan untuk membangun sel surya pesawat ruang

angkasa, tetapi harga gallium arsenide selangit.

Sumber:armand10dma.blogspot.co.id/2011/08/panel-surya.html

Gambar 2.6 Panel Surya Compound

Adapun kebutuhan daya panel surya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

E = 2 × P × t…………………………………………………………………………(2.1)

Untuk mengetahui berapa lama penyinaran matahari dalam satu hari maka dapat

menggunakan rumus berikut :

4,8
Insolasi Surya (Matahari ) = Lama Penyinaran Matahari x ...………………(2.2)
60

Dari rumus diatas maka dapat dijelaskan nilai 4,8 ialah rata-rata radiasi matahari di

Indonesia sebesar 4,8 kWh/m2/hari, serta konversi nilai dari jam ke menit yaitu sebesar

60 menit.

Maka :

E
Kapasitas Modul Surya = ...……………………………(2.3)
Insolasi Surya ( Matahari )
16

Keterangan :

Kapasitas Modul Surya = Daya Panel Surya (Wp)

E = Energi Beban (Wh)

Insolasi Surya (Matahari ) = Lama Penyinaran Matahari ( Jam )

P = Total Daya ( W )

t = Jumlah Waktu Beban Menyala Dalam Sehari ( Jam )

Dengan persamaan yang terdapat diatas maka dapat ditentukan kapasitas modul surya

yang akan digunakan, setelah dilakukan perhitungan selanjutnya dapat ditentukan

kapasitas modul surya yang digunakan sesuai yang ada dipasaran dengan melihat data

sheet modul panel surya pada tabel 2.1.1)

Tabel 2.1 Datasheet Modul Panel Surya Skytech Solar

Max
Dimensi
Pmax Ipm Vpm Isc Voc Power Sys Berat
Model PxLxT
(W) (A) (V) (A) (V) Tolerance Voltage (Kg)
(mm)
(V)
POLY
SIP-10 10 0.58 17.64 0.67 21.95 ± 5% 1,000 350 x 310 x 35 1.4
SIP-20 20 1.17 17.64 1.30 21.53 ± 5% 1,000 350 x 538 x 35 2.6
SIP-35 35 1.96 18.32 2.10 22.07 ± 5% 1,000 412 x 666 x 35 3.4
SIP-45 45 2.52 18.00 2.66 21.85 ± 5% 1,000 666 x 535 x 35 4.3
SIP-60 60 3.92 18.43 3.50 22.18 ± 5% 1,000 652 x 666 x 35 5.3
SIP-110 110 5.95 18.54 6.34 22.28 ± 5% 1,000 1128 x 665 x 35 8.8
SIP-145 145 7.89 18.40 8.40 22.18 ± 5% 1,000 1479 x 665 x 38 12.4
SIP-245 245 9.94 30.90 8.46 37.14 ± 5% 1,000 1637 x 987 x 45 19
MONO
SIM-50 50 2.67 18.90 2.90 22.54 ± 5% 1,000 987 x 544 x 35 4.5
SIM-90 90 4.84 18.61 5.20 22.32 ± 5% 1,000 1200 x 527 x 35 7.5
SIM-100 100 5.33 18.90 5.80 22.54 ± 5% 1,000 1002 x 665 x 35 8.5
SIM-150 150 8.10 18.56 8.70 22.76 ± 5% 1,000 1479 x 666 x 35 12.4
SIM-200 200 8.77 23.00 9.00 31.40 ± 5% 1,000 1320 x 980 x 45 14.7
SIM-260 260 8.37 31.41 8.80 38.62 ± 5% 1,000 1637 x 987 x 45 19
Sumber :Merencanakan PJU Tenaga Surya, PT. Hexamitra Daya Prima

1) 2.1 – 2.5.3 (Raymond Simanjorang. 2015. Merencanakan PJU Tenaga Surya : PT. Hexamitra Daya
Prima & Hasnawiya Hasan. 2012. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Pulau Saugi :
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan ).
17

2.5.2 Baterai

Baterai adalah obyek kimia penyimpanan arus listrik. Dalam sistem solar cell,

energi listrik dalam baterai digunakan pada malam hari dan hari mendung. Karena

intensitas sinar matahari bervariasi sepanjang hari, baterai memberikan energi yang

konstan. Baterai tidak seratus persen efesien, beberapa energi hilang seperti panas dari

reaksi kimia selama charging dan discharging. Charging adalah saat energi listrik

diberikan kepada baterai, Discharging adalah pada saat energi listrik diambil dari

baterai. Satu cycle adalah chraging dan discharging. Dalam sistem solar cell, satu hari

dapat merupakan contoh satu cycle baterai (sepanjang hari charging, malam

digunakan/discharging)

Sumber:Merencanakan PJU Tenaga Surya, PT. Hexamitra Daya Prima

Gambar 2.7 Batarai ( Battery )

Ketika baterai/aki digunakan, terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan pada

anode (reduksi) dan katode (oksidasi). Akibatnya, dalam waktu tertentu antara anode

dan katode tidak ada beda potensial, artinya baterai/aki menjadi kosong. Supaya

baterai/aki dapat digunakan kembali, maka harus diisi dengan cara mengalirkan arus

listrik ke arah yang berlawanan dengan arus listrik yang dikeluarkan baterai/aki itu.

Ketika baterai/aki diisi akan terjadi pengumpulan muatan listrik. Pengumpulan jumlah

muatan listrik dinyatakan dalam amper jam disebut tenaga baterai/aki. Pada
18

kenyataanya, pemakaian aki tidak dapat mengeluarkan seluruh energi yang tersimpan

dari baterai/aki itu tersendiri. Untuk menentukan kapasitas baterai/aki yang akan

digunakan untuk PJUTS menggunakan rumus :

Daya Lampu
Arus Kerja Lampu = ………………………………………...(2.4)
Tegangan Kerja Sistem

Keterangan :

Arus Kerja Lampu (Ah)

Daya Lampu (Watt)

Tegangan Kerja Sistem (Volt)

Waktu beban ( Lampu ) beroperasi dalam sehari yaitu sebesar 12 jam dari jam 06.00

sampai dengan 18.00 WITA. Setalah itu mencari nilai arus yang dibutuhkan dengan

menggunnakan rumus sebagai berikut :

Akan tetapi perhitungan kebutuhan baterai masih harus mempertimbangkan beberapa

hal sebagai berikut :

Kapasitas Arus = Arus Kerja Lampu x Waktu Beban Beroperasi…………………(2.5)

Keterangan :

Kapasitas Arus ( Ah )

Arus Kerja Lampu ( Ah )

Waktu Beban Beroperasi ( Jam )

Untuk menghindari terjadinya kerusakan pada baterai akibat beban lebih maka baterai

tersebut memliki nilai maksimum sebesar 80%. Serta untuk menghindari kondisi cuaca

berawan/mendung/hujan, maka kebutuhan daya baterai diperbesar 3 kali dari kapasitas

normal, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


19

Kapasitas Baterai = Kapasitas Arus x 80%………………………………………...(2.6)

Setelah mengetahui kapasitas baterai maka selanjutnya hasil yang telah diperoleh maka

dikalikan dengan 3 hari untuk mengantisipasi kondisi cuaca dimana sinar matahari

tidak optimal sehingga proses pengisian baterai juga menjadi tidak optimal.

Untuk mengetahui daya tahan beterai/aki yang digunakan dapat menggunakan rumus :

P=V×I ..………………………………………………………………………………(2.7)

Sehingga :

P
Lama baterai = ..………………………………………………....…….(2.8)
Total beban

Untuk mengetahui waktu pengisian baterai/aki yang digunakan dapat menggunakan

rumus :

Total Kapasitas Baterai


I= …………………………………………………………(2.9)
Lama Waktu Pengisian

Setalah itu ditambahkan 20% untuk diefisiensi baterai/aki, kemudian untuk mengetahui

berapa watt charger yang dibutuhkan untuk mengisi baterai/aki dapat menggunakan

rumus :

P = V×I ……………………………………………………………………………(2.10)

Dimana tegangan yang digunakan yaitu sesuai dengan tegangan standar aki sebesar

13,4 - 14,8 volt. Untuk mengetahui berapa kapasitas arus setelah pengisian dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

P
I= ……………………………………………………………………………….(2.11)
V

Keterangan :

P = Total Daya (W/h)

V = Tegangan (Volt)

I = Arus (Ah)

Lama Baterai = Waktu (jam)


20

Total Beban = watt

Lama Waktu Pengisian = Waktu (Jam)2)

Tabel 2.2 Datasheet Baterai Nagoya First Power

Nominal Capacity Dimension P x L x T Weight


Model
Voltage (V) (Ah) (mm) (Kg)
VRLA AGM >600 cycles at 50% DOD at 20oC
LFP126D 12 65 350 x 167 x 179 21
LFP1270D 12 70 260 x 168 x 211 22.5
LFP1280D 12 80 260 x 168 x 211 24
LFP12100D 12 100 330 x 171 x 214 30
LFP12120D 12 120 409 x 176 x 225 35
LFP12150D 12 150 485 x 172 x 240 44.5
LFP12200D 12 200 522 x 238 x 218 60
VRLA GEL >600 cycles at 80% DOD at 20oC
LFPG1265 12 65 350 x 167 x 179 21
LFPG1270 12 70 260 x 168 x 211 22.5
LFPG1280 12 80 260 x 168 x 211 24
LFPG12100 12 100 330 x 171 x 214 30
LFPG12120 12 120 409 x 176 x 225 35
LFPG12150 12 150 485 x 172 x 240 44.5
LFPG12200 12 200 522 x 238 x 218 60
Sumber :Merencanakan PJU Tenaga Surya, PT. Hexamitra Daya Prima

2.5.3 Solar Charge Controller

Solar Charge Controller adalah komponen didalam sistem PLTS berfungsi

sebagai pengatur arus listrik (Current Regulator) baik terhadap arus yang masuk dari

panel PV maupun arus beban keluar/digunakan. Bekerja untuk menjaga baterai dari

pengisian yang berlebihan (OverCharge), Ini mengatur tegangan dan arus dari panel

surya ke baterai.

2) 2.1 – 2.5.3 (Raymond Simanjorang. 2015. Merencanakan PJU Tenaga Surya : PT. Hexamitra Daya
Prima & Hasnawiya Hasan. 2012. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Pulau Saugi :
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan ).
21

Sumber:solarsuryaindonesia.com/info/solar-controller

Gambar 2.8 Solar Charge Controller

Sebagian besar Solar PV 12 Volt menghasilkan tegangan keluar (V-Out) sekitar

16 sampai 20 volt DC, jadi jika tidak ada peraturan, baterai akan rusak dari pengisian

tegangan yang berlebihan… yang umumnya baterai 12Volt membutuhkan tegangan

pengisian (Charge) sekitar 13-14,8 volt (Tegantung Tipe Battery) untuk dapat terisi

penuh. Dengan demikian, kapasitas besar Solar Charge Controller yang akan

digunakan dapat ditentukan menggunakan rumus :

I =125% × Isc………………………………………………………………………(2.12)

Keterangan :

I = Kapasitas Arus Solar Charge Controller ( A )

Isc = Arus Short Circuit ( A ).3)

Fungsi dan fitur dari Solar Charge Controller :

1. Saat tegangan pengisian dibaterai telah mencapai keadaan penuh, maka controller

akan menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai untuk mencegah over

charge, dengan demikian ketahanan baterai akan jauh lebih tahan lama. Didalam

3) 2.1 – 2.5.3 (Raymond Simanjorang. 2015. Merencanakan PJU Tenaga Surya : PT. Hexamitra Daya
Prima )
22

2. kondisi ini, listrik yang tersupply dari panel surya akan langsung terdistribusi ke

beban/peralatan listrik dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsumsi daya

peralatan listrik.

3. Saat tegangan dibaterai dalam keadaan hampir kosong, maka controller berfungsi

menghentikan pengambilan arus listrik dari baterai oleh beban/peralatan listrik.

Dalam kondisi tegangan tertentu (umumnya sekitar 10% sisa tegangan dibaterai),

maka pemutusan arus beban dilakukan oleh controller. Hal ini menjaga baterai dan

mencegah kerusakan pada sel – sel baterai. Pada kebanyakan model controller,

indikator lampu akan menyala dengan warna tertentu (umumnya berwarna merah

atau kuning) yang menunjukkan bahwa baterai dalam proses charging. Dalam

kondisi ini, bila sisa arus di baterai kosong (dibawah 10%), maka pengambilan arus

listrik dari baterai akan diputus oleh controller, maka peralatan listri /beban tidak

dapat beroperasi.

4. Pada controller tipe – tipe tertentu dilengkapi dengan digital meter dengan

indikator yang lebih lengkap, untuk memonitor berbagai macam kondisi yang

terjadi pada sistem PLTS dapat terdeteksi dengan baik.

2.5.3.1 Charging Mode Solar Charge Controller

Dalam charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage charging:

 Fase bulk: baterai akan di-charge sesuai dengan tegangan setup (bulk – antara 13.4

– 14.8 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel surya. Pada saat baterai

sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absorption.

 Fase absorption: pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan

tegangan bulk, sampai solar charge controller timer (umumnya satu jam) tercapai,

arus yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.


23

 Fase float: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13.4 – 13.7

Volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimun dari

panel surya/solar cell pada stage ini.

2.5.3.2 Sensor Temperature Baterai

Untuk solar charge controller yang dilengkapi dengan sensor temperatur baterai.

Tegangan charging disesuaikan dengan temperatur dari baterai. Dengan sensor ini

didapatkan optimun dari charging dan juga optimun dari usia baterai. Apabila solar

charge controller tidak memiliki sensor temperatur baterai, maka tegangan charging

perlu diatur, disesuaikan dengan temperatur lingkungan dan jenis baterai.

2.5.3.3 Mode Operation Solar Charge Controller

Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge

maupun over-load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk

mencegah kerusakan dari baterai.4)

2.5.4 Frame Bracket Modul Surya

Sistem frame bracket modul surya (Mounting frame) didesain sesederhana

mungkin dan dibuat dari bahan yang ringan, mulai dari bahan besi sampai bahan

alumunium dengan keahlian teknik struktural yang kokoh untuk mampu menahan

kondisi beban yang berat dan difungsikan untuk menopang papan modul surya.

Sumber:helorigrahasarana.blogspot.co.id/2014/05/tiang-pju-tenaga-surya.html

Gambar 2.9 Frame Bracket Modul Surya

4) 2.5.3.1 – 2.5.3.3 (Anonim.2012. Solar Charge Controller : solarsuryaindonesia.com/info/solar-


controller )
24

2.5.5 Lampu LED

Lampu LED atau kepanjangannya Light Emitting Diode adalah suatu lampu

indikator dalam perangkat elektronika yang biasanya memiliki fungsi untuk

menunjukkan status dari perangkat elektronika tersebut. Misalnya pada sebuah

komputer, terdapat lampu LED power dan LED indikator untuk processor, atau dalam

monitor terdapat juga lampu LED power dan power saving. Lampu LED terbuat dari

plastik dan dioda semikonduktor yang dapat menyala apabila dialiri tegangan listrik

rendah (sekitar 1.5 volt DC). Bermacam-macam warna dan bentuk dari lampu LED,

disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsinya.

Sumber:eskri.net/apa-itu-lampu-jalan-led/

Gambar 2.10 Lampu LED

2.5.5.1 Fungsi Lampu LED

LED (Light Emitting Diode) merupakan sejenis lampu yang akhir-akhir ini

muncul dalam kehidupan kita. LED dulu umumnya digunakan pada gadget seperti

ponsel atau PDA serta komputer. Sebagai pesaing lampu bohlam dan neon, saat ini

aplikasinya mulai meluas dan bahkan bisa kita temukan pada korek api yang kita

gunakan, lampu emergency dan sebagainya. Led sebagai model lampu masa depan

dianggap dapat menekan pemanasan global karena efisiensinya. Lampu LED sekarang

sudah digunakan untuk:

 penerangan untuk rumah


25

 penerangan untuk jalan

 lalu lintas

 advertising

 interior/eksterior gedung

2.5.5.2 Proses Pembangkitan Cahaya Pada LED

Proses Pembangkitan Cahaya pada LED Cahaya pada dasarnya terbentuk dari

paket-paket partikel yang memiliki energi dan momentum, tetapi tidak memiliki massa.

Partikel ini disebut foton. Foton dilepaskan sebagai hasil pergerakan elektron. Pada

sebuah atom, elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi sebuah inti atom.

Elektron pada orbital yang berbeda memiliki jumlah energi yang berbeda. Elektron

yang berpindah dari orbital dengan tingkat energi lebih tinggi ke orbital dengan tingkat

energi lebih rendah perlu melepas energi yang dimilikinya. Energi yang dilepaskan ini

merupakan bentuk dari foton. Semakin besar energi yang dilepaskan, semakin besar

energi yang terkandung dalam foton.

Pembangkitan cahaya pada lampu pijar adalah dengan mengalirkan arus pada

filamen (kawat) yang letaknya ada ditengah-tengah bola lampu dan menyebabkan

filamen tersebut panas, setelah panas pada suhu tertentu (tergantung pada jenis bahan

filamen), filamen tersebut akan memancarkan cahaya. Namun karena pada lampu pijar

yang memancarkan cahaya adalah filamen yang terbakar, tapi jika suhu pada filamen

melewati batas kemampuan filamen untuk menahan panas, akan mengakibatkan

filamen lampu pijar sedikit demi sedikit meleleh dan selanjutnya putus sehingga lampu

pijar tidak akan bisa memancarkan cahaya lagi. Umur dari lampu pijar kurang lebih

sekitar 2000 jam. Sedangkan pada lampu flurescence atau lampu TL, proses

pembangkitan cahaya hanya memanfaatkan ionisasi gas dalam tabung lampu lalu
26

diberikan beda potensial diantara kedua ujung tabung lampu TL sehingga

mengakibatkan loncatan-loncatan elektron dari ujung yang satu ke ujung yang lain dan

saat terjadi loncatan elektron bersamaan dengan dipancarkannya cahaya dari loncatan

tersebut. Kekurangan dari lampu TL adalah jika gas yang ada dalam tabung habis,

maka cahayanya tidak bisa dipancarkan lagi. Umur dari lampu TL relatif lebih lama

daripada lampu pijar.

Ketika sebuah dioda sedang mengalirkan elektron, terjadi pelepasan energi yang

umumnya berbentuk emisi panas dan cahaya. Material semikonduktor pada dioda

sendiri menyerap cukup banyak energi cahaya, sehingga tidak seluruhnya dilepaskan.

LED merupakan dioda yang dirancang untuk melepaskan sejumlah banyak foton,

sehingga dapat mengeluarkan cahaya yang tampak oleh mata. Umumnya LED

dibungkus oleh bohlam plastik yang dirancang sedemikian sehingga cahaya yang

dikeluarkan terfokus pada suatu arah tertentu.

Setiap material hanya dapat mengemisikan foton dalam rentang frekuensi sangat

sempit. LED yang menghasilkan warna berbeda terbuat dari material semikonduktor

yang berbeda pula, serta membutuhkan tingkat energi berbeda untuk menghasilkan

cahaya.

2.5.5.3 Cara Kerja Lampu LED

LED sebagai sumber cahaya, Lampu pijar lebih murah tapi juga kurang efisien

dibanding LED. Lampu TL lebih efisien daripada lampu pijar, tapi butuh tempat besar,

mudah pecah dan membutuhkan starter atau rangkaian ballast yang terkadang

terdengar suara dengungnya.

LED mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan lampu pijar

konvensional. LED tidak memiliki filamen yang terbakar, sehingga usia pakai LED
27

jauh lebih panjang dari pada lampu pijar, LED tidak memerlukan gas untuk

menghasilkan cahaya. Selain itu bentuk dari LED yang sederhana, kecil dan kompak

memudahkan penempatannya. Dalam hal efisiensi, LED juga memiliki keunggulan.

Pada lampu pijar konvensional, proses produksi cahaya menghasilkan panas yang

tinggi karena filamen lampu harus dipanaskan. LED hanya sedikit menghasilkan panas,

sehingga porsi terbesar dari energi listrik yang ada digunakan untuk menghasilkan

cahaya dan membuatnya jauh lebih efisien.

RGB (Red Green Blue) LED atau LED yang bisa mengeluarkan warna yang

dipancarkan lebih dari satu warna sehingga memungkinkan aplikasi LED yang semakin

luas, khususnya menambah keindahan dalam dunia desain interior dan eksterior.Dalam

terminologi teknik pencahayaan, LED dapat dikatakan memiliki tingkat efisiensi

luminus (cahaya) atau efikasi yang tinggi, karena perbandingan banyaknya energi

cahaya yang dikeluarkan LED dengan besarnya daya listrik yang dikonsumsinya cukup

tinggi jika dibandingkan dengan lampu pijar konvensional.

Salah satu contoh produk dari LED adalah LedVision yang dikeluarkan oleh

Philips sebagai traffic light (lampu lalu lintas) yang tersusun dari ribuan LED yang

dipasangkan pada lampu lalu lintas dengan umur (life time) mencapai 100.000 jam atau

sekitar 10 tahun lebih sehingga efektif dalam mengurangi biaya perawatan. LedVision

beroperasi pada tegangan rendah dan arus yang lebih kecil sehingga bisa menghemat

sampai 90% energi listrik yang dikonsumsi oleh lampu pijar (yang sekarang banyak

digunakan) dan umurnya 10 kali lebih panjang.

LED dengan cahayanya memiliki keunggulan kekuatan yang besar lebih dari

cahaya putih ketika warna yang spesifik diperlukan. tidak seperti cahaya putih

tradisional, LED tidak membutuhkan lapisan atau diffuser yang banyak mengabsorpsi

cahaya yang dikeluarkan. cahaya LED mempunyai sifat warna tertentu, dan tersedia
28

pada range warna yang lebar. salah satunya yang baru-baru ini warnanya diperkenalkan

adalah emerald green (bluish green, panjang gelombangnya kira-kira 500nm) yang

cocok dengan persyaratan sebagai sinyal lalu lintas dan cahaya navigasi. Cahaya LED

kuning adalah pilihan bagus karena mata manusia sensitif pada cahaya kuning (kira-

kira yang dipancarkan 500lm/watt).

2.5.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Lampu LED

 Kelebihan Lampu LED

a. Hemat Energi

Lampu jenis ini mampu memancarkan cahaya terang tanpa menguras banyak

energy listrik sehingga bisa dipastikan tidak akan membuat tagihan listrik rumah

membengkak. Konsumsi listrik yang diperlukan lampu LED bahkan lebih hemat

80 hingga 90% dibandingkan jenis lampu lainnya alias hemat listrik. Energi listrik

untuk menyalakan lampu ini bisa menggunakan jenis sumber alternatif seperti aki

dan juga tenaga listrik mikrohidra dengan menggunakan turbin yang dibantu oleh

tenaga air.

b. Panjang Umur (Awet)

Usia lampu LED tergolong paling lama jika dibandingkan jenis lampu lainnya

semisal lampu TL ataupun lampu Pijar. Lampu ini mampu bertahan hingga 5 tahun

atau setara dengan 50.000 jam bahkan ada beberapa merk yang mengklaim bahwa

lampu LED buatan mereka bisa bertahan hingga 15 tahun atau 150.000 jam.

Rahasia umur panjang lampu LED terdapat pada diode yang digunakannya sebagai

penghasil cahaya. Penggunaan diode membuat lampu tidak menghasilkan panas

yang berlebih dan membuat rumah lampu tidak mudah rusak ataupun mudah putus.
29

c. Ramah Lingkungan

Lampu LED tidak menghasilkan sinar UV sehingga bisa dikatakan aman untuk

manusia. Selain itu lampu ini juga hemat energy listrik sehingga menghemat

pemakaian sumber daya alam untuk menghasilkan lebih banyak listrik.

 Kekuragan Lampu LED

a. Harga Tergolong Mahal

Jika dibuat perbadingan harga antara lampu LED dengan jenis lampu lainnya

maka bisa dilihat jika lampu LED memiliki bandrol harga yang lebih mahal.

Sebenarnya lampu LED sudah lama ditemukan tetapi baru-baru ini saja bisa

diproduksi masal dengan harga yang lebih murah tanpa mengurangi manfaatnya.

Perkembangan zaman yang semakin maju mungkin bisa menjadi pintu untuk

membuat harga dari lampu jenis ini semakin akrab dengan kantong masyarakat.

b. Tidak dapat digunakan sebagai lampu pemanas

Lampu LED tidak menghasilkan sinar Ultra Violet (UV) sehingga tidak

memancarkan panas yang cukup untuk menghangatkan ternak semisal ternak

ayam. Lampu digunakan untuk menghangatkan ayam, utamanya yang masih

menjadi telur dan yang baru menetas agar terhindar dari hawa dingin dan

mengurangi resiko kematian sehingga menempatkan lampu LED yang memiliki

panas minim sebagai penghangat ternak adalah pilihan yang salah.5)

2.5.6 Armatur

Armatur-armatur lampu dapat dibagi atas beberapa macam cara, sebagai berikut :

 Berdasarkan sifat penerangan terdiri atas untuk penerangan langsung, sebagian

besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung.

5) 2.5.5 – 2.5.5.4 (eskri.wordpress.com/2014/07/22/penjelasan-lampu-jalan-led/ )


30

 Berdasarkan konstruksinya terdiri atas armatur biasa, kedap tetsan air, kedap air,

kedap letupan debu, dan kedap letupan gas.

 Berdasarkan penggunaannya terdiri atass armatur untuk penerangan dalam,

penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang

ditanam didinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.

 Berdasarkan bentuknya terdiri atas armatur balon, pinggan, ”rok”, gelang, armatur

pancaran lebar dan pancaran terbatas, kemudian armatur kandil, palung dan

armatur-armatur jenis lainnya yang menggunakan lampu bentuk tabung

 Berdasarkan cara pemasangannya terdiri atas armatur langit-langit, dinding,

berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.

Sumber : toplampuled.com/lampu-jalan-led-pencahayaan-di-masa-depan/

Gambar 2.11 Armatur Lampu LED


31

Tabel 2.3 Kode Indeks Perlindungan IP (Index of Protection)

ANGKAPERTAMA ANGKAKEDUA
(a) Perlindungan terhadap (a) Perlindungan rumah lampu
manusia/benda jika jika kontak atau bersentuhan
bersentuhan dengan komponen dengan bendacair
dalam rumah lampu
(b) Perlindungan terhadap rumah
lampu jika bersentuhan dengan
benda

No./Simbol Tingkat perlindungan No./Simbol Tingkat perlindungan


Tanpa perlindungan
(a) Tanpa perlindungan
0 0
(b) Tanpa perlindungan
(a)Perlindungan terhadap Perlindungan terhadap
sentuhan yang tidak tetesanair, tetapi tidak
disengaja menimbulkan efek
olehbagiantubuh, yang bahaya dan
seperti tangan. merusak.
1 1
(b)Perlindungan terhadap
masuknya bendapadat,
berdiameter < 50 mm

(a) Perlindungan terhadap - Tahan tetesan Air;


- Perlindungan terhadap
sentuhan seukuran jari tetesan air yang jatuh
tangan. kerumah lampu tidak
2 (b)Perlindungan terhadap 2 menimbulkan efek
bahaya ketika rumah
masuknya benda, yang lampu dimiringkan
berdiameter < 12mm dengan membentuk
sudut sampai150
dan panjang < 80 mm.

(a)Perlindungan tersentuh - Tahan hujan;


peralatan, kawat atau - Perlindungan pada air
sejenisnya yang hujan dalam berbagai
tebalnya lebih dari 2,5 sudut s/d 600.
mm
3 3
(b)Perlindungan terhadap
masuknya benda yang
sangat kecil tapi padat
32

ANGKA PERTAMA ANGKA KEDUA


(a) Perlindungan terhadap (a) Perlindungan rumah lampu
manusia/benda jika bersentuhan jika kontak atau bersentuhan
dengan komponen dalam rumah dengan benda cair
lampu
(b) Perlindungan terhadap rumah
lampu jika bersentuhan dengan
benda

No./Simbol Tingkat perlindungan No./Simbol Tingkat perlindungan


(a) Seperti pada No.3 - Tahan percikan air;
tetapi tebalnya lebih - Percikan air yang

4
dari1,00 mm 4 terkena dari arah
manapu ntidak akan
(b) Perlindungan terhadap
menimbulkan efek
masuknya benda asing
bahaya
(a) Perlindungan - Tahan semburan air;
sempurna terhadap - Tahan terhadap
sentuhan. semburan air yang
(b)Tahan debu :
5 Perlindungan terhadap 5 keluar dari keran.
Misalnyakeran taman.
debu, tetapi debu masih
dapat masuk walau
tidadalam jumlah
banyak yang dapat
mengganggu
operasionalisasi.
(a)Perlindungan sempurna
-Tahan derasanya air;
terhadap sentuhan.
-Tahan terhadap air
6 (b)Tahan debu: 6 deras misalnya
Perlindungan yang gelombang air laut.
sempurna dan debu
tidak dapat masuk ke
rumah lampu
KETERANGAN: -Tahan dan kedap air;
- Tingkat perlindungan dinyatakan 7 - Air tidak mungkin
masuk pada kondisi
dengan IPXX;
-Perlindungan terhadap sentuhan atau waktu dan tekanan yang
tempat masuk air yang mana terlebih tetap.
dahulu merubah X angka pertama atau
kedua yang ada pada tabel diatas. -Tahan dan kedap air;
Contohnya: IP 2X diartikan bahwa - Air tidak mungkin
pagar memberi perlindungan terhadap
sentuhan jari, tetapi tanpa perlindungan
8 masuk pada kondisi
waktu dan tekanan yang
spesifik terhadap tempat masuknya air tinggi /khusus.
atau cairan lainnya.

Sumber : Standarisasi Penerangan Jalan dikawasan Perkotaan BSN SNI 7391:2008


33

Pada Tabel 2.2. menunjukkan ringkasan pengkodean IP mengikuti Badan

Standarisasi Nasional SNI 7391:2008 spesifikasi penerangan jalan dikawasan perkotaan

yang mengacu kepda A Manual of Road Lighting in Developing Countries.

Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metode iluminasi

atau luminasi. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis-jenis atau klarifikasi fungsi

jalan ditentukan seperti Tabel 2.2

Tabel 2.4 Kualitas Pencahayaan Normal

Kuat pencahayaan
Luminansi Batasan silau
(Iluminansi)

Jenis/klasifikasi Kemerataan Kemerataan


jalan E rata- L
(Uniformity) (uniformity)
rata rata-rata
G TJ
(lux) (cd/m2)
(%)
g1 VD VI

Trotoar 1-4 0,10 0,10 0,40 0,50 4 20


Jalan lokal:
- Primer
2-5 0,10 0,50 0,40 0,50 4 20
- Sekunder
2-5 0,10 0,50 0,40 0,50 4 20

Jalan kolektor:
- Primer 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20
- Sekunder 3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4-5 20

Jalan arteri:
- Primer
11-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20
- Sekunder
11-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20

Jalan arteri dengan 15-20 0,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0,70 5-6 10-20
akses kontrol, jalan
bebas hambatan

Jalan layang,
simpang susun,
20-25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10
terowongan

Sumber: Standarisasi Penerangan Jalan dikawasan Perkotaan BSN SNI 7391:2008

Keterangan : g1 : Emin/Emaks

VD : Lmin/Lmaks
34

VI : Lmin/Lrata-rata

G : Silau(glare)

TJ : Batas ambang kesilauan

Adapun pengertian dari sistem jaringan jalan primer sesuai tabel diatas adalah :

1. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan

lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

Ciri – ciri jalan lokal primer :

 Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.

 Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer

lainnya.

 Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

(dua puluh) km per jam.

 Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

 Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter

 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem

primer

2. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu

dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan

sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.


35

Ciri – ciri jalan lokal sekunder :

 Jalan lokal sekunder menghubungkan:

1. antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya.

2. kawasan sekunder dengan perumahan.

 Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10

(sepuluh) km per jam.

 Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma lima)

meter.

 Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan

ini di daerah pemukiman.

 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah

dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.

3. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan

menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal

dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional

dan pelabuhan pengumpan lokal.

Ciri - ciri jalan kelektor primer :

 Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar

kota.

 Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri

primer.

 Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

40 (empat puluh) km per jam.

 Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter
36

 Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak

antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.

 Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

 Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu

yang sesuai dengan volume lalu lintas nya.

 Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari

volume lalu lintas rata-rata.

 Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan

pada jam sibuk.

 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu

lintas, marka jalan, lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.

 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan

arteri primer.

 Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

4. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan

atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi

untuk masyarakat di dalam kota.

Ciri – ciri jalan kolektor sekunder :

 Jalan kolektor sekunder menghubungkan:

1. antar kawasan sekunder kedua.

2. kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.


37

 Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken kecepatan rencana paling

rendah 20 (dua puluh) km per jam.

 Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.

 Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah pemukiman.

 Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.

 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.

 Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari sistem

primer dan arteri sekunder.

5. Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat

kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata

ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua

wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi

yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan

2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura

yang menghubungkan antar Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta,

Semarang, Surabaya sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.

Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :

 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

(enam puluh) kilometer per jam (km/h);

 Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter;


38

 Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan

masuk/akses langsung minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung

berupa kapling luas lahan harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk

perumahan;

 Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya;

 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu

lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;

 Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya;

 Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya

dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik);

 Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat

dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage

road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak,

dll).

6. Jalan Arteri Sekunder


Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-

ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk

dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi

untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan

protokol.

Ciri – ciri jalan arteri sekunder :

 Jalan arteri sekunder menghubungkan :

1. kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu.


39

2. antar kawasan sekunder kesatu.

3. kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

4. jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.

 Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

30 (tiga puluh) km per jam.

 Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.

 Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu

lintas lambat.

 Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.

 Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat

diizinkan melalui jalan ini.

 Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu

yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.

 Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume

lalu lintas rata-rata.

 Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya

tidak dizinkan pada jam sibuk.

 Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka,

lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.

 Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem

sekunder yang lain.

 Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

 Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang

dengan kelas jalan yang lebih rendah.


40

Lampu yang digunakan didalam ruangan dan daerah terbuka memiliki

perbandingan efikasi yang berbeda, ada beberapa jenis lampu penerangan luar yang

digunakan khususnya dijalan raya yaitu lampu HID/Merkuri, lampu flourescent dan

lampu LED. Kemampuan lampu-lampu tersebut berbeda dengan lampu dalam ruangan,

yaitu lampu pijar. Semua lampu memiliki efesiensi (lm/watt) sendiri, pada Tabel 2.4.

adalah perbandingan efikasi setiap jenis lampu.

Tabel 2.5 Perbandingan Efikasi Lampu

No Jenis Sumber Cahaya Efikasi (lm/watt)


1 Lilin 0,1
2 Lampu Minyak 0,3
3 Lampu Edson yang pertama 1,4
4 Lampu Edson 1910 4,5
5 Lampu Pijar Modern 14 – 18
6 Lampu Halogen Tungsten 16 – 20
7 Lampu Fluorescent 50 – 85
8 Lampu Mercury (HID-Mercury Vapour) 40 – 70
9 Lampu Halide Metal (HID metal halide) 60 – 80
10 Lampu Sodium bertekanan tinggi (HID SON) 90 – 100
11 Light Emiting Diode (LED) 115 – 180
Sumber: academia.edu/6342619/Jenis-jenis_lampu

2.5.6.1 Intensitas Cahaya ( I )

Merupakan daya iluminasi sumber cahaya untuk meradiasikan fluks iluminasi

pada suatu arah tertentu. Satuan untuk intensitas cahaya sesuai dengan SI adalah

Candela (cd).

Φ
I= ………………………………………………………………………………(2.13)

Keterangan :
41

I = Intensitas Cahaya ( cd)

= Fluks Cahaya ( lm )

= Sudut Ruang (sr)

2.5.6.2 Fluks Cahaya ( )

Merupakan aliran cahaya yang diradiasikan dari suatu sumber cahaya. Satuan

untuk Fluks Luminasi (Pencahayaan) sesuai SI adalah Lumen (lm) dimana satu lumen

adalah fluks yang dipancarkan dalam satu unit sudut (steredian) dari sebuah sumber

cahaya I candela.

Φ = I × ⍵ …………………………………………………………………………..(2.14)

Keterangan :

I = Intensitas Cahaya ( cd)

= Fluks Cahaya ( lm )

= Sudut Ruang (sr)

2.5.6.3 Intensitas Penerangan atau Iluminasi ( Ep )

Iluminasi merupakan suatu ukuran dari cahaya yang jauh pada sebuah bidang

permukaan. Satuan iluminasi sesuai SI adalah Lux (lx) yaitu pencahayaan yang

dihasilkan oleh satu lumen cahaya pada permukaan seluas 1 m2.

Φ
E= ………………………………………………………………………………(2.15)
A

Keteraangan :

E = Iluminasi Cahaya (lx)

= Fluks Cahaya ( lm )
42

A = Luas Bidang (m2).6)

2.5.6.4 Efikasi Cahaya ( K )

Merupakan sebuah unjuk kerja pada sebuah lampu sebagai rasio dari jumlah

fluks cahaya yang dipancarkan terhadap jumlah energi listrik yang digunakan. Jadi,

efikasi diukur dalam besaran lumen/watt dimana semakin besar efikasi berarti semakin

baik kerja lampu tersebut dalam mengkonversi energi listrik menjadi energi cahaya.

Φ
K= ……………………………………………………………………………..(2.16)
P

Keterangan :

K = Efikasi Cahaya ( Lumen/watt )

= fluks Cahaya ( Lumen )

P = Daya Listrik ( Watt )7)

2.5.6.5 Luminansi ( L )

Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminasi yang terlalu

besar akan menyiksa mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur.

Luminasi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan

cahaya ialaha intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan.

I
L= ……………………………………………………………………………….(2.17)
As

Keterangan :

L = Luminasi ( cd/cm2 )

I = Intensitas Cahaya (cd )

As = Luas Semu Permukaan ( cm2 ).8)

6) 2.5.6.2 – 2.5.6.3 (P.Van Harten dan Ir. E. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung:
Binacipta.)
7) 2.5.6.4 (Rudi Devianti, Teguh Utomo dan Unggul Wibowo. Analisis Teknis Penataan Ulang
Penerangan Jalan Umum Pada Jalur Makam Nasional di Jombang.)
8) 2.5.6.5 (P.Van Harten dan Ir. E. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Binacipta.)
43

2.5.7 Kabel Listrik

Kabel listrik merupakan suatu penghantar yang sangat sering dan sangat baik

digunakan dalam melakukan instalasi listrik. Kabel adalah satu atau lebih inti

penghantar, baik yang berbentuk solid maupun serabut yang masing-masing dilengkapi

dengan isolasi dan membentuk suatu kesatuan.

Penyatuan/penggabungan satu atau lebih inti-inti pada umumnya dilengkapi

dengan selubung atau mantel pelindung. Contoh pengkodean kabel dapat dilihat pada

Tabel 2.4. dan contoh kode penandaan penghantar dapat dilihat pada Tabel 2.5. Dengan

demikian ada tiga hal pokok dari kabel sebagai berikut :

 Konduktor/penghantar, merupakan media untuk menghantarkan arus listrik.

 Isolasi, merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu ke yang lain

dan juga terhadap lingkungan-lingkungannya.

 Selubung luar, yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis

pengaruh bahan-bahan kimia, electrolysis, api atau pengaruh-pengaruh luar lainnya

yang dapat merugikan.9)

9) 2.5.7 (Anonim. Modul Instalasi Listrik 1. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda)


44

Tabel 2.6 Pengkodean Kabel atau Penghantar

Pengenal
Inti atau rel Dengan Dengan
Dengan warna
huruf lambang
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-balik : Merah
– Fasa satu L1 / R Kuning
– Fasa dua L3 / S Hitam
– Fasa tiga L3 / T Biru
– Netral N

B. Instalasi perlangkapan listrik :


Merah
– Fasa satu U/X
Kuning
– Fasa dua V/Y
Hitam
– Fasa tiga W/Z

C. Instalasi arus searah : Tidak


– Positif L + ditetapkan
+
– Negatif L - Tidak
-
– Kawat tengah M ditetapkan
Biru
D. Penghantar netral N Biru

Loreng hijau -
E. Penghantarpembumian PE
kunng
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

Tabel 2.7 Kode Penandaan Penghantar

Kode Huruf Komponen


A Kawat berisolasi
F Kawat baja pipih
Gb Spiral pita baja
N Kabel jenis standar, dengan tembaga sebagai penghantar
R Kawat baja bulat
Re Penghantar padat bulat
Rm Penghantar bulat berkawat banyak
Y Selubung isolasi PVC
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
45

2.5.7.1 Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan jenis kabel serabut fleksibel dan berisolasi PVC

dengan penghantar tenbaga berjenis serabut dimaksud untuk mempermudah bergerak

(fleksibel). Kabel jenis NYAF digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan

fleksibilitas yang tinggi. Contoh kabel NYAF dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Sumber:dien-elcom.com/2012/11/jenis-jenis-kabel-dan-penggunaannya.html

Gambar 2.12 Kabel NYAF

Tabel 2.8 Karakteristik Kelistrikan Kabel NYAF

Sumber:dien-elcom.com/2012/11/jenis-jenis-kabel-dan-penggunaannya.html

2.5.7.2 Kabel NYM

Kabel jenis ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam

bangunan yang dimana penempatannya biasa diluar/ didalam tembok ataupun didalam

pipa (conduit). Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya
46

warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan

isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya

lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan

basah, namun tidak boleh ditanam.

Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1

Gambar 2.13 Kabel NYM

Tabel 2.9 Karakteristik Kelistrikan Kabel NYM

Sumber:dien-elcom.com/2012/11/jenis-jenis-kabel-dan-penggunaannya.html

2.5.7.3 Kemampuan Hantar Arus

Kuat Hantar Arus (KHA) adalah arus maksimum yang dapat dialirkan dengan

kontinyu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan kenaikan suhu

melampaui nilai tertentu. Untuk mendapatkan penampang kabel dari suatu rangkaian

harus menghitung kemampuan hantar arus atau KHA pada rangkaian tersebut.
47

Kemudian disesuaikan dengan penampang kabelnya. Dari ketentuan PUIL 2000 diatas

untuk mencapai KHA pada suatu penghantar digunakan persamaan :

P
I= ……………………………………………………………………….(2.18)
V × Cos φ

Sehingga :

KHA = 125% x In.....................................................................................................(2.19)

Keterangan :

I = Arus ( A )

P = Daya Total ( Watt )

V = Tegangan ( V )

KHA kabel dapat dilihat di Tabel 2.8 dan Tabel 2.9 untuk mengetahui kuat hantar arus

kabel yang akan digunakan.10)

10) 2.5.7.3 ( Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )


48

Tabel 2.10 Kabel NYAF

KHA terus menerus yang diperbolehkan dan proteksi untuk kabel instalasi
berinti tunggal berisolasi PVC pada suhu keliling 30oC dan
suhu penghantar maksimum 70oC
KHA KHA pengenal gawai
Jenis Luas
terus menerus proteksi
Penghantar penampang
Pemasangan
nominal Pemasangan Pemasangan Pemasangan
dalam
di udara dalam pipa di udara
pipasesusai
sesuai 7.12.1
7.13

mm2 A A A
A
1 2 3 4 5 6

0,5 2,5 - 2 -
0,7 7 15 4 10

1 11 19 6 10
1,5 15 24 10 20
NYFA 2,5 20 32 16 25
NYFAF
NYFAZ 4 25 42 20 35
NYFAD 6 33 54 25 50
NYA 10 45 73 35 63
NYAF
NYFAw 16 61 98 50 80
NYFAFw 25 83 129 63 100
NYFAZw 35 103 158 80 125
NYFADw
Dan NYL 50 132 198 100 160
70 165 245 125 200
95 197 292 160 250

120 235 344 250 315


150 - 391 - 315
185 - 448 - 400

240 - 5285 - 400


300 - 608 - 500
400 - 726 - 630

500 - 830 - 630


Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2011)
49

Tabel 2.11 Kabel NYM

KHA terus menerus yang diperbolehkan untuk kabel instalasi


berisolasi dan berselubung PVC, serta kabel fleksibel dengan tegangan
pengenal 230/400 (300) volt dan 300/500 (400) volt pada suhu keliling
30 °C, dengan suhu penghantar maksimum 70 °C
Luas Penampang KHA terus- KHA pengenal
Jenis Kabel menerus gawai proteksi
mm2 A A
1 2 3 4

1,5
18 10
2,5
26 20
4
34 25
NYIF 6
44 35
NYIFY 10
61 50
NYPLYw 16
82 63
NYM/NYM-0
NYRAMZ 25
108 80
NYRUZY 35
135 100
NYRUZYr 50
168 125
NHYRUZY
NHYRUZYr 70
207 160
NYBUY 95
250 200
NYLRZY, dan 120
292 250
kabel fleksibel
berisolasi PVC 150
335 250
185
382 315
240
453 400
300
504 400
400
- -
500
- -
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2011)

2.5.8 Box Panel

Box Panel adalah bagian luar dari panel yang berfungsi sebagai tempat dari

rangkain-rangakaian panel itu sendiri. Box Panel ini terbuat dari bahan logam, oleh

karena itu dalam rangkaian panel diberi ground agar aman bagi pengguna.
50

Box panel listrik memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting karena

berfungsi untuk menjaga keamanan pada saat terjadinya gangguan dalam aliran listrik,

selain itu box panel berguna untuk melindungi panel listrik dari kerusakan baik itu yang

disengaja ataupun tidak disengaja. Box untuk panel listrik tersebut terdiri dari beberapa

jenis produk yang didesain lebih modern dan menarik, tidak mudah hancur dan

berkualitas tinggi. Tujuannya agar dalam pengoperasiannya tidak terjadi kesalahan dan

tentunya menjamin keamanan dan kenyamanan penggunaannya.

Sumber: cv.globalenergisistem.web.indotrading.com/product/box-panel-pju-

p150005.aspx

Gambar 2.14 Box Panel

2.5.9 Tiang Lampu Penerangan Jalan

Tiang merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk menopang sebuah

lampu. Ada bebrapa jenis tiang lampu yang digunakan untuk lampu penerangan jalan

yaitu tiang besi dan tiang octagonal. Lampu penerangan jalan dengan tenaga matahari

mempunyai ketinggian tiang yang berbeda-beda, mulai dari 5 meter s/d 14 meter. Jarak

anatar tiang juga bervariasi mulai dari 15 meter s/d 40 meter. Jarak antar tiang

tergantung ketinggian tiang, jenis lampu dan cahaya yang dibutuhkan (brightness).

Berdasarkan bentuk lengannya (stang ornament), tiang lampu penerangan jalan dapat

dibagi sebagai berikut :


51

1. Tiang Lampu Lengan Tunggal

Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan median jalan,

Gambar 2.15. contoh tiang lengan tunggal

Sumber:tianglamputamanantik.wordpress.com/2014/11/23/lampu-pju-penerangan-jalan-umum-tenaga-

surya-atau-solar-cell/

Gambar 2.15 Tiang Lampu Lengan Tunggal

2. Tiang Lampu Lengan Ganda

Tiang lampu ini khusus diletakkan dibagian tengah/median jalan, dengan catatan

jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang,

Gambar 2.16. contoh tiang lengan ganda

Sumber:alpensteel.com/article/115-102-energi-matahari--surya--solar/4294--komponen-spesifikasi-pju-

tenaga-surya

Gambar 2.16 Tiang Lampu Lengan Ganda


52

3. Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan

Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara, yang pada

umumnya ditempatkan dipersimpangan-persimpangan jalan ataupun tempat-tempat

yang luas seperti interchange, tempat parkir, dll. Jenis tiang lampu ini

menggunakan suspension cable, Gambar 2.17. contoh tiang lampu tegak tanpa

lengan.

sumber : id.wikipedia.org/wiki/Lampu_tenaga_surya

Gambar 2.17 Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan

Penentuan susunan tiang lampu penerangan pada saut ruas jalan telah diatur

oleh Spesifikasi Penerangan Jalan diKawasan Daerah Perkotaan disesuaikan dengan

kondisi jalan yang akan digunakan untuk penerangan jalan dua arah dan penempatan

lampu jalan ditengah median jalan.

Jumlah titik tiang lampu penerangan jalan umum yang digunakan dapat dihitung

dengan rumus :

L
T= +1……………………………………………………………………………(2.20)
S

Keterangan :

T = Jumlah titik lampu

L = Panjang jalan (m)


53

S = Jarak tiang ke tiang (m)

Tipikal penerangan jalan berbeda ada yang satu arah dan ada yang dua arah dan

itu mempengaruhi penempatan posisi tiang yang akan digunakan. Posisi penempatan

lampu jalur dua ada berbagai tipe, yaitu:

1. Dikiri/kanan jalan.

2. Dikiri dan kanan berselang seling.

3. Dikiri dan kana berhadapan.

4. Ditengah median jalan.

5. Kombinasi.

Ketika merancang jalan kita harus mengetahui panjang dan lebar jalan tersebut,

kuat penerangan jalan rata-rata dapat ditentukan dengan persamaan

ØL × KP × FKC
Er = ……………………………………………………………….(2.21)
J×L

Keterangan :

Er = Kuat Penerangan Rata – Rata ( lux )

= Arus Cahaya Lampu ( lumen )

KP = Koefesien Pemakaian

FKC = Faktor Kerugian Cahaya

J = Jarak Antar Lampu ( m )

L = Lebar Jalan ( m ).11)

11) 2.5.9 ( Muhaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan. Bandung : Refika Aditama )


54

Tabel 2.12 Koefesien Pemakaian

Jenis Distribusi Cahaya ( Jenis


Perkiraan Koefesien Pemakaian ( Kp )
Penerangan )
Penerangan langsung 0,60 – 0,45
Sebagian besar langsung 0,55 – 0,40
Merata (Menyebar) 0,50 – 0,35
Sebagian besar tak langsung 0,45 – 0,35
Tidak langsung 0,35 – 0,20
Tidak langsung (penerangan lampu hias
0,20 – 0,10
pada tembok)
Sumber : Drs.Muhaimin.Teknologi Pencahayaan

2.5.10 Menentukan Sudut Stang Ornamen


Sudut Kemiringan Modul Surya
Panel Modul Surya
Lampu LED
Panjang Stang Ornamen

Sudut Stang Ornamen

Box Box
Panel Panel

Bagian Bawah Atas

Pagar Pengaman

Bagian Bawah Tiang

Permukaan Jalan Median Jalan Titik tengah jalan Titik ujung jalan

W1 W2

Gambar 2.18 Menentukan Sudut Stang Ornamen

Untuk menentukan sudut stang ornamen, agar titik fokus pencahayaan mengarah ke

tengah-tengah jalan, maka menggunakan rumus :


55

t = √h2 + c2 ………………………………………………………………………..(2.22)

Sehingga :

h
cos φ = ………………………………………………………………………….(2.23)
t

Keterangan :

t = Jarak Lampu Ketengah-tengah Jalan

h = Tinggi Tiang

c = Jarak Horizontal Lampu dengan Tengah Jalan

w1 = Tiang ke Ujung Lampu

w2 = Jarak Horizontal Lampu ke Ujung jalan.12)

12) 2.5.10 (Rudi Devianti, Teguh Utomo dan Unggul Wibowo. Analisis Teknis Penataan Ulang
Penerangan Jalan Umum Pada Jalur Makam Nasional di Jombang.)
BAB III

PERENCANAAN PEMBUATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penulisan

Proses Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Menggunakan Tenaga

Surya ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2017. Proses

penulisan dilakukan di Kampus Politeknik Negeri Samarinda, serta ditempat tinggal

penulis pada Jalan Melati RT 014 Desa Bukit Raya Tenggarong Seberang Kutai

Kartanegara.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam proses perencanaan ini adalah data

observasi lapangan berupa gambar denah pada Jalan P.Suryanata Kelurahan Bukit

Pinang Samarinda, serta lama penyinaran matahari khususnya pada daerah Samarinda.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan mengamati secara langsung ke lapangan mengenai

Perencanaan Jalan Umum, agar mendapat gambaran secara real tentang proses

yang terjadi dan mendapatkan data-data secara akurat.

2. Metode Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan pembimbing

atau karyawan Dinas Perhubungan yang bersangkutan agar mendapatkan

gambaran yang lebih jelas dan spesifik tentang materi yang akan dipelajari.
57

3. Metode Studi Literatur

Teknik pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari semua literatur yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

3.4 Data Lapangan

Data lapangan adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil

pengamatan secara langsung dilokasi perencanaan yaitu pada Jalan P.Suryanata

Kelurahan Bukit Pinang Samarinda dengan melakukan pengukuran secara langsung

dilapangan dengan menggunakan alat pengukur jalan dorong dan data yang diperoleh

seperti panjang jalan, lebar jalan, dan panjang median jalan, data-data tersebut dapat

dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Selain data-data yang diperoleh dari hasil

pengukuran secara langsung dilapangan, terdapat data yang diperoleh dari kantor Badan

Meteorologi Krimatologi dan Geofisika ( BMKG ) yaitu berupa data lama penyinaran

matahari.

Dari data yang telah diperoleh kondisi cuaca khususnya pada Jalan P.Suryanata

Kelurahan Bukit Pinang Samarinda memiliki data lama penyinaran matahari yang

cukup baik pada setiap bulan yang berlangsung dari tahun 2016 sampai dengan 2017.

Data tersebut diperoleh dari Badan Meteorologi Krimatologi dan Geofisika ( BMKG )

Bandara Temindung Samarinda.


58

Tabel 3.1 Lama Penyinaran Matahari

Tabel 3.2 Data Panjang Median Jalan

Panjang Median Jalan


No Median Jalan
(m)
1 Median 1 593
2 Median 2 561
3 Median 3 1135
4 Median 4 50
5 Median 5 95
6 Median 6 177
7 Median 7 569
8 Median 8 266
9 Median 9 373
10 Median 10 897
Total Panjang
11 4716
Median Jalan
59

Tabel 3.3 Data Panjang Jarak Antara Median Jalan

Panjang Jarak Antara


Jarak Antara
No Median
Median
(m)
1 Median 1 & 2 20
2 Median 2 & 3 10
3 Median 3 & 4 10
4 Median 4 & 5 10
5 Median 5 & 6 20
6 Median 6 & 7 20
7 Median 7 & 8 20
8 Median 8 & 9 20
9 Median 9 & 10 20
Total Panjang Jarak
10 150
Antara Median

Dari data yang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung ke lapangan

dengan menggunakan pengukur jalan dorong, maka dapat dilihat jika panjang setiap

median jalannya memilik panjang yang berbeda, serta perencanaan penerangan jalan

umum menggunakan tenaga surya ini pada jalan P.Suryanata Kelurahan Bukit Pinang

Samarinda ini memiliki 10 median jalan. Jadi dari data pada yang diperoleh dengan

total panjang median jalan 4716 meter dan total panjang antar median 150 meter maka

total panjang jalan kesuluruhan yaitu 4866 meter.


60

3.5 Desain Flowchart Perencanaan

Mulai

Survey dan Observasi


Lokasi Perencanaan

Pengambilan Data : Denah Jalan,


Panjang Jalan, Lebar Jalan, Lama
Penyinaran Matahari

Menentukan Spesifikasi dan Karakteristik


Komponen Solar Cell, Merencanakan
Desain Tiang

Ya

Perhitungan Jumlah Titik Tiang,


Daya Lampu, Daya Kapasitas Tidak
Baterai, Kapasitas BCR, Daya Solar
Cell, dan Luas Penampang Kabel

Ya
Penyelesaian Akhir
Perencanaan

Laporan Tugas Akhir

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Ketentuan Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum

 Fungsi Penerangan Jalan

Penerangan jalan dikawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain :

1. Menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan.

2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.

3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada

malam hari.

4. Mendukung keamanan lingkungan.

5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.

 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan

1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :

a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan

seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.

b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan

jalan.

c. Goemetri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll.

d. Tekstur perkerasan dan jenis pekerkerasan yang mempengaruhi pantulan

cahaya lampu penerangan.

e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan

lokasi sumber listrik.


62

f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll, agar perencanaan

sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.

g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah

sekitarnya.

2. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan

penerangan jalan anatara lain sebagai berikut :

a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.

b. Tempat – tempat dimana kondisi lengkung horisontal ( tikungan ) tajam.

c. Tempat luas yang seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll.

d. Jalan – jalan berpohon.

e. Jalan – jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan

lampu dibagian median.

f. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah ( terowongan ).

g. Tempat – tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan

jalannya.

4.2 Menentukan Jumlah Titik Tiang Lampu PJU Tenaga Surya

Pada jalan P.Suryanata Kelurahan Bukit Pinang Samarinda ini memiliki total

panjang jalan yang akan dipasang lampu penerangan jalan yaitu 4866 meter. Pada

proses pengukuran jalan ini penulis menggunakan spedometer sepada motor, pengukur

jalan dorong dan google maps. Pada jalan P.Suryanata ini memiliki tipkal jalan 2 arah,

jadi dengan melihat kondisi jalan maka digunakan tiang penerangan jalan umum jenis

tiang lengan ganda dengan jarak antar tiang penerangan jalan umum 40 meter.
63

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan median jalan yang ada maka untuk

posisi penempatan tiang lampu penerangan jalan ini ditempatkan pada bagian median

jalan tersebut. Untuk menentukan jumlah titik tiang lampu penerangan jalan dan jumlah

total tiang lampu penerngan jalan yang akan digunakan maka terlebih dahulu harus

mengetahui panjang lokasi suatu jalan yang ingin dipasang lampu penerangan jalan,

jarak antar tiang lampu penernagan jalan yang diinginkan. Dan selanjutnya jumlah titik

tiang lampu penerangan jalan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.20)

yang menggunakan rumus sebagai berikut :

L
T= +1
S

Jawab :

1. Panjang Jalan = 4866 m

2. Lebar Jalan =7m

3. Jumlah Median = 10 median

a. Jumlah tiang pada median 1

L
T= +1
S

593
T= +1
40

T = 15,8

T = 16 Tiang

b. Jumlah tiang pada median 2

L
T= +1
S

561
T= +1
40
64

T = 15,02

T = 15 Tiang

c. Jumlah tiang pada median 3

L
T= +1
S

1135
T= +1
40

T = 29,3

T = 29 Tiang

d. Jumlah tiang pada median 4

L
T= +1
S

50
T= +1
40

T = 2,25

T = 2 Tiang

e. Jumlah tiang pada median 5

L
T = +1
S

95
T= +1
40

T = 3,37

T = 3 Tiang
65

f. Jumlah tiang pada median 6

L
T= +1
S

177
T= +1
40

T = 5,42

T = 5 Tiang

g. Jumlah tiang pada median 7

L
T= +1
S
569
T= +1
40

T = 15,22

T = 15 Tiang

h. Jumlah tiang pada median 8

L
T = +1
S

266
T= +1
40

T = 7,65

T = 8 Tiang

i. Jumlah tiang pada median 9

L
T = +1
S

373
T= +1
40
66

T = 10,32

T = 10 Tiang

j. Jumlah tiang pada median 10

L
T = +1
S

897
T= +1
40

T = 23,42

T = 23 Tiang

Dari hasil perhitungan maka didapat jumlah titik tiang lampu penerangan jalan yang

akan digunakan pada jalan Pangeran Suryanata yaitu 126 tiang lampu penerangan jalan

dan dapat dilihat hasilnya pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Tiang Lampu Setiap Median Jalan


Panjang Median Jumlah Tiang
No. Median
(m) Tiap Median
1 Median 1 593 16
2 Median 2 561 15
3 Median 3 1135 29
4 Median 4 50 2
5 Median 5 95 3
6 Median 6 177 5
7 Median 7 569 15
8 Median 8 266 8
9 Median 9 373 10
10 Median 10 897 23
11 Jumlah Total Tiang Lampu 126 Tiang
67

4.3 Menentukan Daya Lampu

Setelah selesai dalam menentukan jumlah titik tiang lampu penerangan jalan

yang digunakan dan menentukan sudut stang oranemen tiang lampu penerangan jalan,

maka langkah selanjutnya yaitu menentukan daya lampu yang akan digunakan dalam

perencanan penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini. Ketika merangcang

penerangan jalan maka perlu diketahu lebar dan kelas jalan, pengatuh lingkungannya

untuk menentukan koefisien pemakaian lampu yang akan digunakan.

Kuat penerangan rata-rata ( lux ) untuk penerangan jalan dapat digunakan

persamaan ( 2.21 ) yang menggunakan rumus sebagai berikut :

ØL × KP × FKC
Er =
J×L

Untuk dapat menghitung daya lampu penerangan jalan umum yang akan

digunakan, maka harus terlebih dahulu mengetahui berapa arus cahaya lampu yang

dibutuhkan ( lumen ) sehingga setelah arus cahaya lampu telah didapatkan maka

selanjutnya dapat menentukan besar daya lampu yang akan digunakan. Untuk

mengetahui berapa nilai arus cahaya lampu maka terlebih dahulu mengetahui nilai

Koefisien Pemakaian ( KP ) dapat dilihat dari Tabel ( 2.10 ) yaitu penerangan langsung

sebesar 0,60, Kuat Pencahayaan rata-rata ( Er ) dapat dilihat dari Tabel ( 2.2 ) yaitu

jalan arteri dengan akses kontrol sebesar 20 lux, Faktor Kerugian Cahaya Sebesar 0,9,

Lebar Jalan sebesar 7 meter dan Jarak antark tiang sebesar 40 meter.
68

Er = 20 lux FKC = 0,9 L = 7 meter

KP = 0,60 J = 40 meter

ØL ×KP×FKC
Er =
J×L

ØL × 0,60 × 0,9
20 =
40 × 7

5600 = ØL × 0,60 × 0,9

5600
ØL =
0,54

ØL = 10370,370 lumen

Setalah selesai melakukan perhitungan besarnya lumen suatu lampu yang

digunakan pada penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini, selanjutnya

dapat menentukan daya lampu yang akan digunakan , maka dapat ditentukan dengan

melihat perbandingan efikasi lampu pada Tabel ( 2.3 ) yaitu efikasi lampu LED dan

dapat melakukan perhitungan efikasi cahaya dengan persamaan ( 2.16 ) dengan

menggunakan rumus sebgai berikut :

ØL
K=
P

10370,370
115 =
P
10370,370
P=
115

P = 90,117 W

Dari hasil perhitungan tersebut, dengan nilai flux lampu 10370,370 lumen, serta

daya lampu sesuai dengan perhitungan sebesar 90,117 Watt, maka lampu yang akan

digunakan pada penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini sesuai dengan

yang ada dipasaran sebesar 100 Watt.


69

4.3.1 Menentukan Besar Luminansi Penerangan

Setelah mendapatkan hasil efikasi cahaya yang diperlukan untuk lampu

penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini, maka selanjutnya dapat

menentukan luminasi penerangan. Luminasi penerangan adalah suatu ukuran terang

suatu benda, luminasi didapatkan dari pembagian intensitas cahaya ( cd ) dengan luas

semu permukaan ( m2 ).

I
L=
As

Maka :

φ 10370,370
I = = = 825,247 cd
⍵ 4π

Jadi :

I 825,247
L= = = 2,947 cd/m2
As 280

4.4 Menentukan Sudut Stang Ornamen & Sudut Kemiringan Modul

Untuk menentukan sudut stang ornamen tiang lampu penerangan jalan agar

titik fokus pencahayaan mengarah ke tengah-tengah jalan terlebih dahulu harus

mengetahui tinggi suatu tiang lampu penerangan jalan yaitu 9 meter yang akan

digunakan dan jarak horizontal lampu dengan tengah jalan yaitu 2 meter serta panjang

stang ornamen tiang lampu yaitu 2 meter. Dan selanjutnya untuk dapat menghitung

sudut kemiringan stang ornamen dapat digunakan persamaan ( 2.22 ) dan ( 2.23 ) yang

menggunakan rumus sebagai berikut :


70

t=√h2 +c2

t =√92 + 22

t =√85

t = 9,219 m

Maka :

h 9
cos φ= = = 0,976
t 9,21

φ =cos-1 . 0,976

φ =12,5780

Dari hasil perhitungan tersebut maka sudut kemiringan stang ornamen suatu

tiang lampu penerangan jalan yaitu sebesar 12,578o, jadi stang ornamen tiang lampu

penerangan jalan agar dapat menyinari seluruh bagian permukaan jalan maka stang

oranamen tiang tersebut diatur kemiringannya sebesar 12,578o. Agar lebih jelasnya

dapat dilihat dari Gambar 4.1 Sudut Stang Kemiringan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi penerangan jalan umum menggunakan

tenaga surya ini adalah lokasi pemasangan modul surya atau sudut kemiringan modul

surya, jadi posisi modul surya ini diharapkan tidak terlindungi oleh pohon yang ada

disekitar tiang. Posisi pemasangan modul surya diharapkan miring menghadap ke utara

disebabkan karena letak Indonesia disebelah selatan bumi. Berikut tabel posisi

kemiringan instalasi penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya.


71

Tabel 4.2 Posisi Kemiringan Instalasi Modul

Garis Lintang Sudut Kemiringan


0 – 15o 15o
15 – 25o 25o
25 – 30o 30o
30 – 35o 40o
35 – 40o 45o
40 – 90o 65o

Jika dilihat dari tabel tersebut maka pada proses perencanaan penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya pada jalan Pangeran Suryanata kelurahan Bukit Pinang

Samarinda dengan garis lintang 0°26'22.2"S 117°05'58.2"E, maka sudut kemiringan

panel surya yaitu sebesar 15o. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1
Sudut Kemiringan Modul Surya
( 15o )
Panel Modul Surya
Lampu LED Panjang Stang Ornamen
(2m)
Sudut Stang Ornamen
( 12,578o )

Box Box
Panel Panel

Bagian Bawah Atas

Pagar Pengaman

h
(9m)

t
( 9,219 )

Bagian Bawah Tiang

Permukaan Jalan Median Jalan c Titik tengah jalan Titik ujung jalan
1,5 m (2m) 3,5 m

W1 W2

Gambar 4.1 Sudut Stang Ornamen Terhadap Lebar Jalan


72

4.5 Menentukan Daya Modul Surya

Daya modul surya dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan daya

total yang akan digunakan pada penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya,

serta mengetahui lama penyinaran matahari dan total waktu lampu menyala yaitu

selama 12 jam dimulai dari jam 18.00 sampai dengan 06.00. Selanjutnya kapasitas daya

modul surya yang akan digunakan pada sistem penerangan jalan umum menggunakan

tenaga surya dengan menggunakan persamaan ( 2.1 ) dan ( 2.2 ).

E=2×P×t

E = 2 × 100 × 12

E = 2400 Wh

Setelah mendapatkan hasil dari total beban yang digunakan, selanjutnya dapat

menentukan lama penyinaran matahari dengan menggunakan persamaan ( 2.2 ) dan dari

data yang diperoleh pada Badan Meteologi Klimatologi dan Goefisika Stasiun

Meteologi Klas II Temindung Samarinda.

4,8
Insolasi Surya ( Matahari ) = Lama Penyinaran Matahari x
60

4,8
Insolasi Surya ( Matahari ) = 67 x
60

Insolasi Surya ( Matahari ) = 5,36 Jam

Dengan data lama penyinaran matahari sebesar 67% ini diambil dari data tertinggi pada

bulan februari dalam kurun waktu tahun 2016/2017. Serta didapatkan hasil dari

perhitungan tersebut sebesar 5,36 Jam maka dari itu waktu insolasi surya ( matahari )

yang digunakan pada perhitungan kapasistas modul surya yaitu sebesar 5,36 Jam. Serta

perhitungan kapasitas modul surya dengan menggunakan persamaan ( 2.3 ).


73

E
Kapasitas Modul Surya =
Insolasi Surya

2400
Kapasitas Modul Surya =
5

Kapasitas Modul Surya = 480 Wp

Dengan energi beban sebesar 2400 Wh dan waktu penyinaran matahari (insolasi

surya) adalah 5 jam, maka akan dibutuhkan modul surya dengan kapasitas total

minimal 480 Wp. Jika dilihat dari modul surya yang ada pada pasaran, maka modul

yang akan digunakan adalah 2 panel surya 200 Wp dengan jenis polikristal, dan

memiliki spesifikasi ukuran panjang 1320 mm, lebar 992 mm, dan tinggi 40 mm, serta

memiliki berat 15,3 Kg.

4.6 Menentukan Kapasitas Baterai

Setelah didapatkan hasil dari menentukan besar kapasitas modul surya yang

akan digunakan, maka selanjutnya dapat menentukan besar kapasitas baterai yang akan

digunakan pada penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya dengan

menggunakan persamaan ( 2.4).

 Menentukan arus kerja lampu :

Daya Lampu
Arus Kerja Lampu =
Tegangan Kerja Sistem

200 Watt
Arus Kerja Lampu =
12 Volt

Arus Kerja Lampu = 16,666 A

 Waktu beban ( Lampu ) beroperasi selama 12 jam dari jam 18.00 sampai dengan

06.00 WITA.
74

 Kapasitas arus yang dibutuhkan :

Kapasitas Arus = 16,666 A x 12 Jam

Kapasitas Arus = 199,992 Ah

 Syarat maksimum penggunaan kapasitas baterai sebesar 80%.

Kapasitas Baterai = 199,992 x 80%

Kapasitas Baterai = 159,993 Ah

 Kebutuhan daya beban dalam 3 hari jika terjadi hujan serta dalam keadaan kondisi

cuaca mendung/berawan.

Kapasitas Baterai = 159,993 x 3

Kapasitas Baterai = 479,979 Ah

Setelah didapatkan hasil dari menentukan kapasitas baterai, maka selanjutnya

dapat menentukan daya tahan suatu baterai yang digunakan pada penerangan jalan

umum dengan persamaan ( 2.7 ) dan ( 2.8 ).

P = V×I

P = 12×479,979

P = 5759,748 W/h

Maka :

P
Lama baterai =
Total beban

5759,748
Lama baterai =
200

Lama baterai = 28,498 Jam


75

Dengan menentukan days of autonomy selama 3 hari menggunakan baterai

VRLA Gel maka dibutuhkan kapasitas baterai sebesar 479,979 Ah. Jika dilihat baterai

yang diproduksi maka baterai yang akan digunakan adalah 2 beterai 200 Ah 12 Volt.

Serta memiliki spesifikasi dengan ukuran panjang baterai 522 mm, lebar baterai 238

mm, tinggi 218 mm. Setelah didapatkan total kapasitass baterai yang digunakan, maka

selanjutnya dapat diketahui waktu pengisian baterai. Dengan demikian waktu pengisian

baterai dapat dihitung menggunakan persamaan ( 2.9 ).

Total Kapasitas Baterai


I=
Lama Waktu Pengisian

479,979 Ah
I=
8 Jam

I = 59,997 A

Setelah didapatkan arus pengisian baterai kemudian dari hasil tersebut

ditambahkan 20% untuk efisiensi baterai, jadi hasilnya setelah ditambah 20% nilai

arusnya menjadi 71,996 A. Kemudian setelah diketahui nilai arus pengisian baterai

langkah selanjutnya yaitu menentukan berapa daya charger yang dibutuhkan untuk

mengisi baterai tersebut dan berapa total arus pengisian dalam 8 jam, dengan

menggunakan persamaan ( 2.10 ) dan ( 2.11 ).

P = V×I

P = 13,4 × 71,996

P = 964,746 W

Selanjutnya :

P
I=
V

964,746
I=
12

I = 78,895 A ( Selama 8 jam pengisian baterai )


76

I = 9,861 A ( Selama 1 jam pengisian baterai )

Jadi menurut perhitungan, waktu pengisian baterai selama 8 jam itu total arusnya

78,895 A dan selama 1 jam pengisian itu total arusnya 9,861 A.

4.7 Menentukan Kapasitas Solar Charge Controller

Setelah mendapatkan hasil dari menentukan besar kapasitas besar baterai yang

digunakan, maka selanjutnya dapat menentukan besar kapasitas Solar Charge

Controller dengan menggunakan persamaan ( 2.12 ).

I = 125% × Isc

I = 125% × 6,02 A

I = 7,525 A

Dengan jumlah panel surya 2 buah 200 Wp dengan Isc 6,02 A, maka

dibutuhkan solar charger controller dengan kapasitas arus 7,525 A. Jika dilihat dari

solar charger controller yang ada maka kapasitas yang akan digunakan adalah 2 solar

charger controller 20 A dengan tegangan 12 V. Dikarenakan menggunakan 2 buah

lampu LED, jadi setiap lampunya hanya menggunakan 1 buah Solar Charge

Controller.

4.8 Menentukan Luas Penampang Kabel

Setelah mendapatkan hasil dari menentukan Solar Charge Controller dan

mengetahui besar kapasitas dari Solar Charge Controller yang digunakan pada sistem

penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini, maka selanjutnya dapat

menentukan kabel dan jenis kabel yang akan digunakan pada sistem penerangan jalan

umum menggunakan tenaga surya ini, dengan terlebih dahulu menentukan KHA dari

kabel tersebut kemudian menentukan jenis kabel yang akan digunakan. Untuk
77

menentukan KHA pada kabel yang akan digunakan, maka menggunakan rumus daya

terlebih dahulu untuk menentukan In kabel, setelah itu KHA pada kabel dengan

menggunakan persamaan ( 2.18 ) dan ( 2.19 )

P
I=
V × Cos φ

100
I=
12 × 1

I = 8,333 A

Jadi :

KHA = 125% × 8,333

KHA = 10,416 A

Dapat dilihat dari perhitungan tersebut dengan nilai KHA sebesar 10,416 A, kemudian

dengan melihat pada tabel ( 2.8 ) dan tabel ( 2.9 ), setelah itu dapat menentukan jenis

kabel yang digunakan yaitu :

1. NYM 3 x 1,5 mm2

2. NYAF 1,5 mm2

Gambar 4.2 Single Line Diagram PJU Tenaga Surya


78

Keterangan :

1. Panel Modul Surya

2. Solar Charge Controller

3. Lampu LED

4. Baterai

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa dari panel modul surya dihubungkan

menggunakan kabel ke Solar Charge Controller setelah itu dihubungkan ke baterai

menggunakan kabel jenis NYAF 1,5 mm2, dari Solar Charge Controller dihubungkan

menggunakan kabel NYM 3 x 1,5 mm2 ke beban berupa lampu LED.

4.9 Menentukan Box Panel

Box panel ini memiliki peranan fungsi yang sangat penting dikarenakan selain

untuk tempat penyimpanan dari komponen penerangan jalan umum seperti : Baterai

dan Solar Charge Controller, untuk menghindari atau mengurangi kerusakan pada

komponen-komponen tersebut dan bahaya tindak kejahatan dari ulah manusia yaitu

pencurian pada komponen yang terdapat pada sistem penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya. Box panel yang digunakan ini berbahan plat besi yang

dilapisi dengan cat Powder Coating. Powder coating adalah proses pelapisan pada

permukaan profil alumunium dan besi dengan suatu lapisan film/polimer, sistem

pengecatan Powder Coating tidak mempergunakan bahan cair yang biasa dilakukan

pada cat konvensional, Powder Coating umumnya dipakai untuk melapisi permukaan

logam seperti besi dan alumunium.


79

Gambar 4.3 Box Panel

4.10 Menentukan Jenis Tiang

Jenis tiang lampu yang digunakan dalam perencanaan penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya pada jalan P.Suryanata Kelurahan Bukit Pinang Samarinda

ini menggunakan jenis tiang lengan ganda, dikarenakan pada jalan P.Suryanata ini

memiliki tipe jalan dua arah dan terdapat median dibagian tengah jalan, oleh karena itu

dengan memanfaatkan median tersbut maka tiang lampu penerangan jalan tersebut

diletakkan pada median tersebut. Serta spesifikasi tiang yang digunakan pada

penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini memiliki jenis tiang octagonal

dengan tinggi tiang 9 meter.


80

Panel Modul Surya


Lampu LED Lampu LED
( 200 cm )

Box Box
Panel Panel
300 cm

Bagian Bawah Atas

Pagar Pengaman

900 cm

Bagian Bawah Tiang


600 cm

Median Jalan Permukaan Jalan

14 cm 9 cm
0.3 cm

40 cm

5 cm 50 cm
5 cm 200 cm
Bagian Plat Das ar 30 cm
1.2 cm
30 cm
Pl at Penyangga Lubang Baut
0.6 cm 4 x Ø 22 mm

Gambar 4.4 Tiang PJU Tenaga Surya


81

Tabel 4.3 Rencana Anggaran Biaya Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

Harga
Nama Jumlah Harga
No Spesifikasi Volume Satuan Satuan
Material ( Rp )
( Rp )
Polikristal
1 Panel Surya 252 Buah 2.360.000 594.720.000
200WP
Solar
Sseries 20A
2 Charge 252 Buah 776.000 195.552.000
Digital
Controller
Tiang PJU
Oktagonal 9
3 Lengan 126 Buah 3.250.000 409.500.000
meter
Ganda
VRLA UPLUS
4 Baterai 252 Buah 4.100.000 1.033.200.000
12 V / 200Ah
SL.SOL –
5 Lampu LED 252 Buah 1.700.000 428.400.000
100W
Box Panel
6 PJU Tenaga Single Battery 252 Buah 500.000 126.000.000
Surya
Supreme
Kabel
7 NYAF 1 100 m 2.440 24.4000
NYAF
x 1,5 mm2
Supreme NYM
8 Kabel NYM 100 m 10.600 1.060.000
3 x 1,5 mm2
Konektor Connector
9 252 Buah 45.000 11.340.000
Panel Surya MC4
Kabel Panel Kabel Panel
10 100 m 10.000 1.000.000
Surya Surya 2 x 2,5
11 Total Biaya 2.801.016.000
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil perencanaan dan perhitungan yang dilakukan, maka dapat ditarik

beberapa simpulan dari Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Menggunakan

Tenaga Surya Pada Jalan Pangeran Suryanata Kecamatan Bukit Pinang Samarinda

sebagai berikut :

1. Jenis tiang lampu yang akan digunakan pada perencanaan penerangan jalan umum

menggunakan tenaga surya yaitu jenis tiang oktagonal yang mempunyai dua lengan

ganda serta memiliki tinggi 9 meter, dimana jumlah tiang yang digunakan sebanyak

126 unit.

2. Jenis lampu yang digunanakan pada perencanaan penerangan jalan umum ini yaitu

LED 100 W, dimana setiap unit tiang lampu terdiri dari 2 lampu LED dan memiliki

jumlah lampu yaitu 252 lampu LED.

3. Modul panel surya yang akan digunakan adalah 2 panel surya 200 Wp, setiap 1 unit

tiang terdiri 2 unit modul surya, jenis polikristal sehingga total modul surya yang

akan digunakan yaitu 252 modul surya. Baterai yang digunakan dalam 1 unit tiang

terdiri dari 2 unit baterai 200 Ah 12 Volt, total jumlah baterai yang digunakan yaitu

252 baterai. Dan Solar Charger Controller dalam 1 unit tiang terdiri dari 2 unit

solar charger controller 20 A, total jumlah solar charger controller yang

digunakan yaitu 252 solar charger controller.

4. Jenis kabel yang digunakan pada penerangan jalan umum menggunakan tenaga

surya yaitu kabel NYM 3 x 1,5 mm2 dan kabel NYAF 1,5 mm2.
83

5.2 Saran

Saran untuk Perencanaan Instalasi Penerangan Jalan Umum Menggunakan

Tenaga Surya Pada Jalan Umum Kecamatan Bukit Pinang Samarinda sebagai berikut :

1. Proses pemilihan komponen penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya

dilakukan seefektif dan seefisien mungkin tanpa menyampingkan segi keamanan

dan keselamatan penerangan jalan umum.

2. Pemeliharaan pada komponen-komponen penerangan jalan umum menggunakan

tenaga surya ini perlu diperhatikan dan harus dijaga dari gangguan manusia

(misalnya pencurian), agar sistem penerangan jalan umum menggunakan tenaga

surya ini tetap bisa berfungsi sesuai fungsinya.

3. Penerangan jalan umum menggunakan tenaga surya ini agar dikembangkan

kedepannya untuk mengurangi konsumsi beban yang disuplai oleh PLN khususnya

pada sistem penerangan jalan umum, mengingat bahwa sistem tenaga surya ini

merupakan sebuah alternatif yang murah dan hemat dengan memanfaatkan sumber

energi sinar matahari.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (20, November 2012). Solar Charge Controller. Diambil kembali dari Solar

Surya Indonesia: http://solarsuryaindonesia.com/info/solar-controller

Anonim. (2014, Juli 22). Lampu Jalan LED. Diambil kembali dari Pengertian LED:

https://eskri.wordpress.com/2014/07/22/penjelasan-lampu-jalan-led/

Anonim. Modul Ajar Instalasi Listrik II. Politeknik Negeri Samarinda.

BSN ( Badan Standarisasi Nasional ). (2008). Spesifikasi Penerangan Jalan di

Kawasan Perkotaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Donny T B Sihombing & Ir. Surya Tarmizi Kasim Msi. (t.thn.). Perencaan Sistem

Penerangan Jalan Umum Dan Taman di Areal Kampus USU Dengan

menggunakan Teknologi Tenaga Surya ( Aplikasi di Areal Pendopo Dan

Lapangan Parkir ).

Muhaimin. (2001). Dalam Teknologi Pencahayaan. Bandung: Refika Aditama.

P.Van Harten & Ir E Setiawan. (1987). Instalasi Listrik Arus Kuat II. Bandung: Bina

Cipta.

PUIL, Tim Revisi. (2000). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

PUIL, Tim Revisi. (2011). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011. Jakarta: Baadan

Standarisasi Nasional.

Raymond Simanjorang. (2015). Merencanakan PJU Tenaga Surya. Jakarta: PT.

Hexamitra Daya Prima.

Ruditta Devianti, Teguh Utomo,Ir.,MT, Unggul Wibawa,Ir.,M.,Sc. (t.thn.). Analisis

Teknk Penantaan Ulang Penerangan jalan Umum Pada Jalur Makam Nasional

di Kabupaten Jombang.
Sherlina Stephani. Jenis - Jenis Lampu. Diambil kembali dari Academia.edu:

https://www.academia.edu/6342619/Jenis-jenis_lampu

Sumardjati Prih, dkk. (2008). Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:

Macan Jaya Cemerlang.

Hasnawiya Hasan. (2012). Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Pulau

Saugi. Makasar: Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan ( JRTK ) Volume 10.

Sumber Rencana Anggaran Biaya Penerangan Jalan Umum :

1. http://panelsuryajakarta.com/panel-surya-murah-200-wp-polycrystalline/
2. https://www.indotrading.com/product/box-panel-pju-p150005.aspx
3. http://www.hargamaterial.xyz/harga-kabel/#
4. http://cv.globalenergisistem.web.indotrading.com/product/lampu-pju-
100watt-p77765.aspx
LAMPIRAN
Gambar Layout Perencanaan Jalan Keselurhan
A B

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2017

LOKASI :
JALAN P.SURYANATA KELURAHAN
D BUKIT PINANG SAMARINDA

PROYEK :
E TUGAS AKHIR

PEKERJAAN :
D PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN
JALAN UMUM MENGGUNAKAN TENAGA
SURYA PADA JALAN P.SURYANATA
KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

SUB PEKERJAAN :

PERENCANA :
AHAD NOOR RAHMATULLAH
No Simbol Keterangan

1 Tiang Lampu Lengan Ganda NAMA PARAF TANGGAL

Hj.Verra Aulli a, ST.,MT


DIPERIKSA
2 Median Jalan ( Lebar = 1 m ) Rusdi ansyah, ST.,MT

DISETUJ UI
3 A Awal Bagian Jalan Pertama
NO.REVISI
4 B Lanjutan Bagian Jalan Pertama
JUDUL GAMBAR :
5 C Lanjutan Bagian Jalan Kedua LAY OUT KESELURUHAN PENERANGAN
JALAN P.SURYANATA KELURAHAN
BUKIT PINANG SAMARINDA
6 D Lanjutan Bagian Jalan Kedua
SKALA CETAK 1 : 5000
7 E Akhir Bagian Jalan
SKALA 1 : 5000
8 Jarak antar tiang lampu 40 meter
UKURAN NO.PROYEK
9 Total panjang jalan A – E 4866 meter
A3
C

B NO.GAMBAR EL - 01
Gambar Layout Perencanaan Jalan Pada Median 1 Menggunakan Skala 1 : 1000

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2017

LOKASI :
JALAN P.SURYANATA KELURAHAN
BUKIT PINANG SAMARINDA

PROYEK :
TUGAS AKHIR

PEKERJAAN :
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN
JALAN UMUM MENGGUNAKAN TENAGA
SURYA PADA JALAN P.SURYANATA
KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

SUB PEKERJAAN :

PERENCANA :
1 AHAD NOOR RAHMATULLAH

NAMA PARAF TANGGAL

Hj.Verra Aulli a, ST.,MT


DIPERIKSA
Rusdi ansyah, ST.,MT

DISETUJ UI

NO.REVISI

NO KETERANGAN JUDUL GAMBAR :


LAY OUT PENERANGAN JALAN
P.SURYANATA KELURAHAN BUKIT
Tiang Lampu Lengan Ganda PINANG SAMARINDA

Median Jalan ( Lebar = 1 m ) SKALA CETAK 1 : 1000

A Lebar Jalan ( 7 meter ) SKALA 1 : 1000

B Jarak Antar Tiang ( 40 meter ) UKURAN NO.PROYEK

A3
1 Median Jalan 1 ( 593 meter )

NO.GAMBAR EL - 02
Gambar Layout Perencanaan Jalan Pada Median 1 Menggunakan Skala 1 : 1000

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2017

LOKASI :
JALAN P.SURYANATA KELURAHAN
BUKIT PINANG SAMARINDA

PROYEK :
TUGAS AKHIR

PEKERJAAN :
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN
JALAN UMUM MENGGUNAKAN TENAGA
SURYA PADA JALAN P.SURYANATA
KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA

SUB PEKERJAAN :

PERENCANA :
AHAD NOOR RAHMATULLAH

NAMA PARAF TANGGAL

Hj.Verra Aulli a, ST.,MT


DIPERIKSA
Rusdi ansyah, ST.,MT

NO KETERANGAN DISETUJ UI

1
Tiang Lampu Lengan Ganda C 2 NO.REVISI

Median Jalan ( Lebar = 1 m ) JUDUL GAMBAR :


LAY OUT PENERANGAN JALAN
P.SURYANATA KELURAHAN BUKIT
A Lebar Jalan ( 7 meter ) PINANG SAMARINDA

B Jarak Antar Tiang ( 40 meter ) SKALA CETAK 1 : 1000

Jarak Antar Median 1 dan 1 : 1000


C SKALA
median 2 ( 20 meter )
1 Median Jalan 1 ( 593 meter ) UKURAN NO.PROYEK

A3
2 Median Jalan 2 ( 561 meter )

NO.GAMBAR EL - 03
Sudut Kemiringan Modul Surya
( 15o )
Panel Modul Surya 50 cm
200 cm
Lampu LED Panjang Stang Ornamen
( 200 cm )
Sudut Stang Ornamen 30 cm
( 12,578o )

14 cm 9 cm PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


0.3 cm
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
300 cm
Box Box 2017
Panel Panel

40 cm LOKASI :
JALAN P.SURYANATA KELURAHAN
5 cm BUKIT PINANG SAMARINDA
5 cm
Bagian Bawah Atas
Bagian Plat Dasar 30 cm
PROYEK :
Pagar Pengaman 1.2 cm TUGAS AKHIR

Plat Penyangga Lubang Baut


0.6 cm 4 x Ø 22 mm
PEKERJAAN :
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN
JALAN UMUM MENGGUNAKAN TENAGA
SURYA PADA JALAN P.SURYANATA
h KELURAHAN BUKIT PINANG SAMARINDA
( 900 cm )
SUB PEKERJAAN :

PERENCANA :
t AHAD NOOR RAHMATULLAH
( 921,9 cm )
600 cm TANGGAL
NAMA PARAF

Hj.Verra Aulli a, ST.,MT


Bagian Bawah Tiang DIPERIKSA
Rusdi ansyah, ST.,MT

DISETUJ UI

NO.REVISI

JUDUL GAMBAR :
LAY OUT PERENCANAAN TIANG
PENERANGAN JALAN UMUM
MENGGUNAKAN TENAGA SURYA

SKALA CETAK 1 : 40

SKALA 1 : 40

Titik ujung jalan UKURAN NO.PROYEK


Median Jalan c Titik tengah jalan
Permukaan Jalan A3
150 cm ( 200 cm ) 350 cm

NO.GAMBAR EL - 04
W1 W2
 Gambar Awal Jalan Perencanaan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya

 Gambar Akhir Jalan Perencanaan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya


 Lampu LED SL.SML – 50 Watt
 Solar Charge Controller SC 20
 Baterai Nagoya First Power

Referensi Datasheet Baterai Nagoya First Power


Nominal Capacity Dimension P x L x T Weight
Model
Voltage (V) (Ah) (mm) (Kg)
VRLA AGM >600 cycles at 50% DOD at 20oC
LFP126D 12 65 350 x 167 x 179 21
LFP1270D 12 70 260 x 168 x 211 22.5
LFP1280D 12 80 260 x 168 x 211 24
LFP12100D 12 100 330 x 171 x 214 30
LFP12120D 12 120 409 x 176 x 225 35
LFP12150D 12 150 485 x 172 x 240 44.5
LFP12200D 12 200 522 x 238 x 218 60
VRLA GEL >600 cycles at 80% DOD at 20oC
LFPG1265 12 65 350 x 167 x 179 21
LFPG1270 12 70 260 x 168 x 211 22.5
LFPG1280 12 80 260 x 168 x 211 24
LFPG12100 12 100 330 x 171 x 214 30
LFPG12120 12 120 409 x 176 x 225 35
LFPG12150 12 150 485 x 172 x 240 44.5
LFPG12200 12 200 522 x 238 x 218 60
Sumber :Merencanakan PJU Tenaga Surya, PT. Hexamitra Daya Prima
 Panel Surya Polikristal SIP – 245 Watt
 Spesifikasi Tiang
 Datasheet Kabel
Single Core Flexible Copper Conductor PVC Insulated
Cu/PVC/PVC 450/750 V (NYAF)
Specification :
SPLN 42-3 : 1992
IEC 227
SNI : 04-6629.5-2006

Constructions: Applications:
1. Conductor: Used for fixed installation inside appliances, switchgear and
Annealed plain copper wires bunch stranded, according to controlgear.
SPLN 41-1; IEC 60228 Note : [f] Flexible bunched wire

2. Insulation: Packing : [C] Coil


Extruded layer of Polyvinyl Chloride [PVC] complied with [D] Drum
SPLN 41-2

Identification:
Yellow/Green strip, Light Blue, Black, Yellow, Red colour
Copper Conductor PVC Insulated & PVC Sheathed Indoor Cable
Cu/PVC/PVC 300/500 V (NYM)
Specification :
SPLN 42-2 : 1992
IEC 227
SNI : 04-6629.4-2006

Constructions:
1. Conductor:
Annealed plain copper round solid or round circular
stranded according to SPLN 4 1 - 1 ; IEC 60228
3. Inner Covering / filler:
2. Insulation: Extruded Polyvinyl Chloride [PVC], Black colour
Extruded layer of Polyvinyl Chloride (PVC] complied with
SPLN 41-2 4. Outer sheath:
Extruded Polyvinyl Chloride [PVC], White colour
Identification of core (SPLN)

Applications:
Permanent installation in conduit under plaster or ex
po sed wiring in dry location.

Note : [re] round solid conductor


Identification of core (SNI) [rm] circular stranded conductor

Packing : [C] Coil


[D] Drum

Anda mungkin juga menyukai