Anda di halaman 1dari 195

SKRIPSI

ANALISIS HARMONISA PADA MOTOR INDUKSI 3-FASA RAW MILL


SS E3 PLANT 10 PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Elektro Pada Program Strata Satu (S-1)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DisusunOleh :

Candra Dwi Sukardi

( 20130120055)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
SKRIPSI
ANALISIS HARMONISA PADA MOTOR INDUKSI 3-FASA RAW MILL
SS E3 PLANT 10 PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Elektro Pada Program Strata Satu (S-1)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DisusunOleh :

Candra Dwi Sukardi

( 20130120055)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanggung jawab dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa penelitian ini saya buat tanpa ada tindak plagiarisme sesuai yang berlaku pada

jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh jurusan

Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta,21 April 2017

Candra Dwi Sukardi


20130120055
iv

MOTTO

Ketaqwaan adalah jalan menuju kebahagiaan

-Candra-

Ibu kau hadir bagaikan sapu yang membersihkan segala hiruk-pikuk dalam jiwa dan

menjadi semangat dalam setiap langkah dan do’a.

-Candra-

Nasihat yang paling bijak adalah nasihat yang bisa diaplikasikan dan menjadi

semangat setiap hari.

-Candra-

If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today ?

-Stave Jobs-

Semua yang ada dilangit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia

dalam kesibukan.

-QS.Ar-Rahman ayat 29-


v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah Tugas Akhir dari Studi S1 Teknik Elektro Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah di selesaikan selama 4 tahun. Sebagaimana

skripsi ini yaitu bukti sikap berbakti kepada orang tua sehingga dapat membuat

ibunda dan ayahand memiliki senyum yang bahagia. Dengan melihat senyuman

mereka hal itu sebagai tanda menuju langkah yang lebih baik lagi demi menuntut

ilmu lebih tinggi lagi agar menjadi generasi muda mendatang yang bermanfaat bagi

bangsa dan agama di tanah air Indonesia

Selanjutnya persembahan kepada kakak dan adik tercinta. Skripsi ini sebagai

bukti juga bahwa tugas seorang anak kedua memberikan contoh kepada adiknya

dalam hal menuntut ilmu. Sehingga nantinya adik – adik dapat lebih mendapatkan

gambaran kedepannya bagaimana menjadi lebih baik dari kakak yang telah

menyelesaian skripsi ini.


vi

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikumWr. Wb.

Dengan Mengucapkan Puji dan Syukur penulis panjatkan akan kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah -Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul:

”ANALISIS HARMONISA PADA MOTOR INDUKSI 3-FASA RAW MILL SS E3

PLANT 10 PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.”

Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir

(Skripsi) ini, tetapi karena keterbatasan kemampuan penulis, maka penulis meminta

maaf yang sebesar-besarnya karena masih banyak kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan Tugas Akhir (Skripsi) ini, baik dalam susunan kata, kalimat maupun

sistematik pembahasannya, penulis berharap Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat

memberikan sumbangan yang cukup positif bagi penulis khususnya dan pembaca

sekalian pada umumnya.


vii

Terwujudnya Tugas Akhir (Skripsi) ini tidak dari bantuan dan dorongan

berbagai pihak yang sangat besar artinya, dan dalam kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah -Nya, sehingga

penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat berjalan dengan lancar dan Tugas

Akhir (Skripsi) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

2. Bapak Ir. Agus Jamal, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elketro

Universitas Muhammadiyah Yogyakarata.

3. Bapak. Ir. Slamet Suripto. M.Eng. sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan

sabar membimbing, membagi ilmunya dan mengerahkan penulis selama

melaksanakan penelitian Tugas Akhir (Skripsi) hingga dapat menyelesaikan

penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini.

4. Bapak Rahmat Adiprasetya Al Hasibi, S.T., M.Eng. sebagai Dosen

Pembimbing II yang juga dengan sabar membimbing , membagi ilmunya dan

mengarahkan penulis selama melaksanakan penelitian Tugas Akhir (Skripsi)

hingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini.

5. Kepada penguji Bapak Rama Okta Wiyagi, S.T.,M.Eng

6. Kedua Orang tuaku, yaitu: Bapak Sugiarto dan Ibu Sri Idawati

Prasetyaningsih. kakakku Cici Rahmawati Sukardi dan adikku tercinta Ade

Riyan Sukardi dan segenap keluarga besarku untuk segalanya, yang telah

kalian berikan sepenuh hati.


viii

7. Kepada teman-teman ruet Hadyan, Tio, Arif, Roffy dan Hanif yang selalu

mendukung disaat ngopi bersama.

8. Teman-teman Elektro angkatan 2013 yang selama ini belajar bersama dari

semester 1 hingga sekarang.

9. Teman – Teman Divisi Organisasi KMTE periode 2015-2016 yaitu Febi,

Acil, Nisfi, Prima dan Anggel.

10. Sesorang yang jauh disana yang selalu memberikan dukungan baik secara

langsung maupun tidak langsung. (Insha Allah)

11. Teman-teman Inspirator Indonesia

12. Teman – Teman KKN Tematik 066 UMY 2017 Yang selalu kompak dalam

hal memberikan ilmu kepada Masyarakat Pundong 1 Mlati Sleman.

13. Serta semua pihak yang membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima Kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu penulisan sangat mengharpakan kritik serta

saran yang dapat membangun untuk perbaikan dan pengembangan penelitian

selanjutnya.
ix

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini daoat bermanfaat dan memberikan

tambahan ilmu bagi para pembaca. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua.

Amin ya RobbalAlamin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 21 April 2017

Candra Dwi Sukardi

20130120055
x

INTISARI
Dalam suatu negara berkembang, laju kebutuhan energi listrik kian bertambah
seiring dengan bertambahnya laju pertambahan penduduk maupun laju
perkembangan ekonomi negara. dengan semakin berkembangnya pemakaian
teknologi elektronika dalam sistem tenaga maka semakin banyak pula peralatan-
peralatan non linier yang dipergunakan di industri. Peralatan non linier ini dapat
mempengaruhi kualitas daya, karena beban non linier ini merupakan sumber utama
dari gangguan harmonisa. Untuk meminimalisir dampak dari timbulnya harmonik
yang terjadi pada beban-beban non linear seperti motor induksi diperlukan perlatan
filter harmonik.
Di dalam penelitian ini juga dilakukan perbandingan tingkat THD arus dan tegangan
berdasarkan standar IEEE dan melakukan perhitungan untuk merancang filter pasif
single tuned. Perhitungan ini dilakukan karena timbulnya harmonisa pada motor
induksi 3-fasa yang telah melebihi batas standar sehingga harus meredam harmonisa.
Dan gangguan yang terjadi seperti getaran torsi yang disebabkan karena interaksi
medan magnet harmonik dasar, sehingga menimbulkan kebisingan suara yang lebih
tinggi.
Dan menyebabkan tambahan thermal stress pada motor-motor listrik yang
berdampak pada pengurangan umur isolasi motor Berdasarkan perbandingan dan
analisis yang didapat bahwa THD arus yang terukur masih melebihi batas standar
IEEE. Maka gangguan yang timbul pada motor induksi 3-fasa RAW MILL akan
berdampak buruk jika tidak ditangani dengan baik dan benar.

Kata kunci : Harmonisa, THD (Total Harmonic Distortion), Filter Pasif Singel
Tuned.
xi

DAFTAR ISI
JUDUL
SURAT PERYATAAN .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
INTISARI ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah........................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
2.2 Landasan Teori............................................................................. 7
2.2.1 Motor-motor Listrik ............................................................ 7
2.2.2 Cara Kerja Motor Listrik..................................................... 7
2.2.3 Klasifikasi Motor Listrik..................................................... 8
2.2.4 Motor Listrik Arus-arus AC................................................ 9
2.2.4.1 Motor Sinkron ......................................................... 9
2.2.4.2 Motor Induksi........................................................ 10
2.2.5 Konstruksi Motor Induksi ................................................. 11
xii

2.2.6 Motor Listrik Arus Searah DC.......................................... 14


2.2.6.1 Motor DC Sumber Daya Terpisah ........................ 16
2.2.6.2 Motor DC Sumber Daya Sendiri........................... 16
2.3 Motor Induksi 3-Fasa ................................................................. 18
2.3.1 Pengertian Motor Induksi 3-Fasa ...................................... 18
2.3.2 Medan Putar ...................................................................... 19
2.3.3 Prinsip Kerja Motor Induksi.............................................. 21
2.3.4 Kontruksi Motor Induksi 3 Fasa ....................................... 22
2.3.4.1 Bagian Stator......................................................... 22
2.3.4.2 Bagian Rotor ......................................................... 23
2.3.5 Hubungan antara Beban, Becepatan, dan Torsi ................ 25
2.3.6 Pengasutan Motor Induksi 3-Fasa..................................... 25
2.3.7 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi 3-Fasa............. 27
2.4 Power Quality Analyzer............................................................. 27
2.4.1 Mode Pengukuran ............................................................. 28
2.5 Harmonisa .................................................................................. 33
2.5.1 Total Harmonic Distortion (THD) .................................... 34
2.5.2 Standar Harmonic.............................................................. 35
2.6 Sumber-sumber Harmonisa........................................................ 36
2.6.1 Beban Linear ..................................................................... 36
2.6.2 Beban Nonlinear................................................................ 37
2.6.2.1 Penyearah .............................................................. 37
2.6.2.2 Mesin-mesin Listrik .............................................. 38
2.6.2.3 Lampu Hemat Energi ............................................ 38
2.7 Pengaruh Harmonisa .................................................................. 38
2.7.1 Efek Jangka Pendek .......................................................... 38
2.7.2 Efek Jangka Panjang ......................................................... 39
2.8 Efek Distorso Harmonik pada System Tenaga Listrik............... 39
2.8.2 Kerugian Termal dalam Lingkungan Harmonic ............... 40
xiii

2.8.3 Harmonisa pada Transformator......................................... 40


2.8.4 Kerugian Besi (inti)........................................................... 41
2.8.5 Kerugian Dielektrik (isolasi)............................................. 41
2.8.6 Efek Harmonik pada Peralatan Sistem Tenaga................. 41
2.8.6.1 Capasitor Bank ...................................................... 42
2.8.6.2 Mesin Berputat ...................................................... 42
2.8.7 Proteksi, Komunikasi dan Peralatan Elektronik ............... 43
2.9 Resonansi ................................................................................... 43
2.9.1 Resonansi Seri................................................................... 44
2.9.2 Resonansi Parallel ............................................................. 44
2.10 Filter Harmonik........................................................................ 44
2.10.1 Filter Pasif...................................................................... 44
2.10.2 Prinsip Kerja Filter Pasif ............................................... 44
2.11.1 Filter Aktif Harmonik .................................................... 46
2.11.2 Prinsip Kerja Filter Aktif............................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian.......................................................... 47
3.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 47
3.3 Tempat Penelitian....................................................................... 47
3.4 Langkah-langkah Penelitian Jadwal Penelitian Tugas Akhir .... 51
BAB VI ISI DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat Ukur Power Quality Analyzer............................................ 52
4.2 Spesifikasi Motor RAW MILL .................................................. 59
4.3 Langkah Pengukuran.................................................................. 60
4.4 Skema Pengukuran Power Analyzer.......................................... 67
4.5 Cara Mendapatkan THD arus..................................................... 68
4.6 Penjelasan Simulasi Isc dengan ETAP ...................................... 72
4.7 Deskripsi Table Pengukuran THD Arus .................................... 75
4.8 Perbandingan THD Arus dengan IEEE...................................... 75
xiv

4.9 Cara Mendapatkan THD Tegangan ........................................... 76


4.10 Deskripsi Table Pengukuran THD Tegangan .......................... 80
4.11 Perbandingan THD Tegangan dengan IEEE ........................... 80
4.12 Analisis Dampak Harmonisa ................................................... 81
4.13 Filter Pasif Single Tuned.......................................................... 82
4.14 Perancangan Filter Pasif Single Tuned .................................... 84
4.15 Perhitungan Filter Pasif Single Tuned ..................................... 86
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 88
5.2 Saran........................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Motor Listrik ........................................................... 8
Gambar 2.2 Klasifikasi Motor........................................................................... 9
Gambar2.3 Motor Sinkron .............................................................................. 10
Gambar 2.4 Konstruksi Motor 3-Fasa............................................................. 11
Gambar 2.5 Stator ........................................................................................... 11
Gambar2.6 Rotor Belitan ................................................................................ 12
Gambar 2.7 Rotor Sangkar.............................................................................. 13
Gambar 2.8 Motor DC .................................................................................... 14
Gambar 2.9 Kurva Motor DC Shunt ............................................................... 17
Gambar 2.10 Kurva Motor DC Seri................................................................ 17
Gambar2.11 Kurva Motor DC Campuran....................................................... 18
Gambar 2.12 Medan Putar .............................................................................. 20
Gambar 2.13 Kontruksi Motor Induksi 3 Fasa................................................ 22
Gambar 2.14 Kontruksi Stator ........................................................................ 23
Gambar 2.15 Squirrel – Cage Rotor................................................................ 24
Gambar 2.16 Phase Wound Rotor................................................................... 24
xv

Gambar 2.17 Grafik Antara Beban, Kecepatan Dan Torsi ............................. 25


Gambar 2.18 Hubungan Star........................................................................... 26
Gambar 2.19 Hubungan Delta ........................................................................ 26
Gambar 2.20 Bagian-Bagian Peralatan ........................................................... 32
Gambar2.21 Power Quality Analyzer ............................................................. 33
Gambar2.22 Gelombang Sinusoidal Murni dan Hasil Disttorsi Harmonik .... 34
Gambar2.23 Orde Gelombang Harmonisa...................................................... 34
Gambar 2.24 Gelombang Arus Beban Linear................................................. 37
Gambar 2.25 Gelombang Arus Beban Nonlinear ........................................... 37
Gambar 2.26 Filter Pasif ................................................................................. 45
Gambar 2.27 Skema Pemasangan ................................................................... 45
Gambar 2.28 Filter Aktif................................................................................. 46
Gambar 2.29 Skema Pemasangan Filter Aktif................................................ 46
Gambar 3.1 Peta lokasi Penelitian .................................................................. 48
Gambar 4.1 Fluke series 435........................................................................... 52
Gambar 4.2 Pengukuran pada masing-masing R, S, T ........................................... 61
Gambar 4.3 Jenis sambungan yang digunakan pada motor induksi 3-fasa..... 62
Gambar 4.4 Menentukan frekuensi ................................................................. 62
Gambar 4.5 Menentukan tegangan nominal ................................................... 62
Gambar 4.6 Menentukan batas-batas untuk kualitas daya monitor ................ 63
Gambar 4.7 Menentukan skala arus ................................................................ 63
Gambar 4.8 Menentukan skala tegangan ........................................................ 64
Gambar 4.9 Display Information Power Quality Analyzer............................. 64
Gambar 4.10 Tampilan software power log.................................................... 66
Gambar 4.11 Skema pemasangan alat ukur power analyzer........................... 67
Gambar 4.12 Simulasi ETAP mencari arus hubung singkat (Isc) .................. 71
Gambar 4.13 Hasil simulasi Isc pada motor ................................................... 73
Gambar 4.14 Grafik THD arus terhadap waktu .............................................. 74
Gambar 4.15 Grafik THD tegangan terhadap waktu ...................................... 79
xvi

Gambar 4.16 Skema pemasangan filter pasif single tuned ............................. 82

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar IEEE THD Arus................................................................. 35
Tabel 2.2 Standar IEEE THD Tegangan......................................................... 36
Tabel3.1 Jadwal Penelitian Tugas Akhir ........................................................ 51
Tabel 4.1 Spesifikasi Power Quality Analyzer ............................................... 53
Tabel 4.2 Motor Induksi 3 Fasa RAW MILL ................................................. 59
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran THD Arus Orde 1 sampai 50............................. 69
Tabel 4.4 Standar Harmonisa IEEE 519-1992 untuk Arus ............................. 76
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran THD Tegangan Orde 1 sampai 50..................... 77
Tabel 4.6 Standar IEEE THD 519-1992 untuk Tegangan .............................. 81
Tabel 4.7 THD orde 3 ..................................................................................... 84
Tabel 4.8 THD orde 5 ..................................................................................... 85
Tabel 4.9 THD orde 7 ..................................................................................... 85
Tabel 4.10 Spesifikasi filter pasif single tuned ............................................... 87
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu negara berkembang, laju kebutuhan energi listrik kian bertambah
seiring dengan bertambahnya laju pertambahan penduduk maupun laju
perkembangan ekonomi negara. Dengan adanya hal tersebut maka perlu ditingkatkan
kapasitas pembangkitan energi listrik. Disisi lain perlu juga diperhatikan kualitas
daya dari energi listrik yang ada selain dari sisi peningkatan kapasitas. Dalam sistem
tenaga listrik telah diketahui bahwa suatu sistem tidak akan terlepas dari adannya
gangguan baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Adanya gangguan tersebut
dapat memicu terjadinya permasalahan pada kualitas daya suatu sistem. Pertumbuhan
listrik dari suatu Negara adalah dua kali dari pertumbuhan ekonominya. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi, maka daya beli masyarakat juga meningkat.
Meningkatnya daya beli ini ditandai dengan semakin banyaknya peralatan-peralatan
elektronik non linier yang dimiliki oleh seseorang. Disisi lain, dengan semakin
berkembangnya pemakaian teknologi elektronika dalam sistem tenaga maka semakin
banyak pula peralatan-peralatan non linier yang dipergunakan di industri. Peralatan
non linier ini dapat mempengaruhi kualitas daya, karena beban non linier ini
merupakan sumber utama dari gangguan harmonisa. Kadar harmonisa yang tinggi
dalam sistem daya listrik tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerugian.
(Iskandar 2009)
Permasalahan daya listrik lain yang penting diamati adalah fenomena harmonik.
Untuk meminimalisir dampak dari timbulnya harmonik yang terjadi pada beban-
beban non linear seperti motor induksi diperlukan perlatan filter harmonik. Adanya
fenomena harmonik yang terjadi maka akan menimbulkan efek negatif pada peralatan
listrik, secara khusus efek atau dampak yang ditimbulkan oleh harmonisa pada
system tenaga listrik yaitu tegangan harmonik dapat mengganggu peralatan kontrol
yang digunakan system elektronik, menyebabkan kesalahan pada peralatan
pengukuran listrik, mengganggu alat-alat pengaman dalam system tenaga listrik
seperti relay dan mesin-mesin berputar seperti generator dan motor yang dapat
menyebabkan panas dan getaran pada mesin-mesin tersebut.(Kukuh 2014).
Pada data harmonisa yang terdapat di PT.Indocement THDv harmonisa di orde
3,5dan 7 didapat sebagai berikut : pada orde (3) L1=0,25%, L2=0,14%, L3=0,17%,
N=91,65% , pada orde (5) L1=0,68%, L2=0,75%, L3=0,72%, N=31,06% pada orde
(7) L1=0,78%, L2=0,74%, L3=0,75% N=11,37% Standar IEEE harmonisa tegangan
pada bus <69 KV adalah 5% Kemudian pada hasil pengukuran THDi orde (3)
L1=1,52%, L2=2,6%, L3=4,98%, N=35,59% pada orde (5) L1=2,96%, L2=2,92%,
L3=3,83%, N=20,48% pada orde (7) L1=1,82%, L2=2,92%, L3=3,83%, N=14,6%
Standar IEEE harmonisa arus <20 A pada orde <11 adalah 4%. (data Agustus 2016).
Demikian juga dengan pabrik di PT.Indocement karena fenomena harmonisa ini
sering diabaikan oleh beberapa industry sehingga dampak yang timbul dapat
menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin listrik seperti motor induksi 3-fasa yang
harus bekerja terus-menerus. Sehingga perlu adanya tindakan untuk meredam
harmonik dengan memasang filter harmonic pada system kelistrikan pabrik yang
hingga sekarang belum ada. Dengan pemasangan filter diharapkan dapat
meminimalisir dampak yang akan terjadi.
1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah dijelaskan maka pada tugas akhir ini
penulis akan merumuskan maslah .

1. Bagaimana mengukur harmonisa yang timbul akibat motor induksi 3-fasa


RAW MILL PLANT 10 SS E3 PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
2. Bagaimana cara menetapkan kapasitas L dan C pada filter pasif (singel
tuned) guna meredam harmonisa pada motor induksi 3-fasa RAW MILL
PLANT 10 SS E3.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Membandingkan harmonisa yang timbul akibat motor induksi 3-fasa RAW


MILL PLANT 10 SS E3 dengan standar IEEE Std 519-1992.

2. Menghitung kapasitas L dan C pada filter pasif (singel tuned) guna


meredam harmonisa pada motor induksi 3-fasa RAW MILL PLANT 10 SS
E3.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah, penulis membatasi permasalahan yang


akan dibahas pada laporan Tugas Akhir ini yaitu :
1. Menjelaskan dampak harmonisa yang timbul akibat motor induksi 3-
fasa RAW MILL PLANT 10 SS E3 PT.Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk.
2. Menghitung dan menetapkan kapasitas L dan C pada filter pasif
(single tuned) pada motor induksi 3-fasa RAW MILL PLANT 10 SS
E3 yang hendak dipasang.
1.5 Manfaat Penelitian

Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini :
Bagi Mahasiswa :
1. Memperoleh kesempatan terjun ke dunia praktis atau terapan serta
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh untuk menyelesaikan
permasalahan dalam dunia nyata.

2. Penelitian ini sebagai sarana pengembangan diri, memperluas wawasan


dan pengalaman di dunia nyata.

Bagi Pihak Umum :

1. Memberi solusi tentang bagaimana cara memperbaiki dan meminimalisir


dampak harmonisa yang muncul.

2. Memberi informasi tentang fungsi dan pentingnya pemasangan filter pasif


(single tuned) sebagai peredam harmonisa yang muncul pada motor
induksi 3-fasa RAW MILL PLANT 10 SS E3 PT.Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan
masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas mengenai teori-teori yang mendukung dari masing-masing
bagian dan juga menjadi panduan atau dasar dari pembuatan skripsi
ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi metodologi penelitian yang akan dilakukan yang meliputi studi
literatur, survey lapangan dan pengambilan data, perancangan dan
analisis terhadap data yang di peroleh.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi perhitungan, analisa serta pembahasan terhadap masalah yang
diajukan dalam skripsi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang literatur yang digunakan sebagai acuan pembahasan
permasalahan.
LAMPIRAN
Berisi kelengkapan data yang dapat di tinjau oleh pembaca seperti data
data teknis, gambar, tabel dan lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Bramantya Ribandono (2015) Melakukan penelitian di Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta mengenai Analisa Pengaruh Distorsi Harmonik Total
terhadap efisiensi Motor Induksi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Besar THDi pada motor induksi 3 fase dengan menggunakan kontrol lebih besar
daripada THDi pada motor induksi 3 fase tanpa menggunakan kontrol dengan
hasil data THDi pada motor induksi 3 fase dengan menggunakan kontrol di ambil
contoh pada frekuensi 90 Hz sebanyak Isa : 4,75%, Isb : 6,95%, dan Isc : 7,71%,
sedangkan THDi pada motor induksi 3 fase tanpa menggunakan kontrol hanya
sebesar Ir : 1,04%, Is : 1,31%, dan It : 5,86%. Ini artinya pada motor induksi 3
fase dengan menggunakan kontrol terdapat harmonisa yang lebih besar
dibandingkan dengan motor induksi 3 fase tanpa menggunakan control.
Muhammad Rusli (2009) Melakukan penelitian Desain Filter Harmonisa
Single Turned Sebagai Kompensator Distorsi Harmonisa Arus (THDi) Pelanggan
Arc Furnaces di pelanggan arc furnaces 20 kV dengan daya terpasang sebesar
3.115 kVA, yang dipasok dari gardu induk 150/20 kV Sei Rotan. Dari penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa Harmonisa arus individual (IHDi) pelanggan Arc
Furnaces untuk orde 5, 11 dan 23 melampaui standard IEEE 519-1992. Dan
Kapasitas filter yang diperlukan untuk mengkompensasi harmonisa orde ke 5 pada
sisi penyedia tenaga listrik (sisi 20 kV) adalah : Capasitor 1.809 kVar/30,15 A,
Induktor 150,14 Ohm.
Iskandar Zulkarnain (2009) Melakukan penelitian pengaruh harmonisa
terhadap arus netral, rugi-rugi dan penurunan kapasitas pada transformator di
Fakultas Teknik Universitas Diponogoro. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pembebanan transformator pada transformator teknik kimia, teknik sipil,
teknik elektro dan teknik mesin sangat rendah dimana pembebanannya kurang
dari 25%. Pembebanan darike tempat transformator distribusi tidak seimbang dan
THD arus di empat transformator pada waktu-waktu tertentu ada yang melebihi
standar. Sedangkan untuk THD tegangannya tidak ada yang melebihi standar.
Karakteristik/komposisi harmonisa arus pada ke empat transformator distribusi
yang paling dominan adalah harmonisa ke-3, harmonisa ke-5 dan harmonisa ke-7.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Motor-motor listrik

Pada umumnya motor listrik adalah sebuah perangkat elektromagnetis


yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan
kompresor, mengangkat beban,dll. Motor listrik juga digunakan di peralatan
rumah tangga seperti ( Mixer, bor listrik, kipas angin ). Di industri motor listrik
kadangkala disebut “kuda kerja“ nya industri karena diperkirakan bahwa motor-
motor listrik menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri.

Motor listrik yang umum digunakan di dunia industri adalah motor listrik
asinkron, dengan dua standar global yaitu IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC
berbasis metric ( millimeter ), sedangkan motor listrik NEMA berbasis imperial (
inch ), dalam aplikasi ada satuan daya dalam horsepower ( Hp ) maupun kilowatt (
kW ). Motor listrik IEC dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan efisiensi
yang dimilikinya, sebagai standar di EU pembagian kelas ini menjadi EFF1,
EFF2, dan EFF3. Untuk EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien karena
paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan EFF3 sudah tidak boleh
dipergunakan dalam lingkungan EU sebab memboroskan bahan bakar di
pembangkit listrik dan secara otomatis akan menimbulkan buangan karbon yang
terbanyak sehingga lebih mencemari lingkungan. Standar IEC yang berlaku
adalah IEC 34-1, ini adalah sebuah standar yang mengatur rotating equipment
bertanaga listrik. Ada banyak perusahaan elektrik motor tetapi hanya sebagian
saja yang benar-benar mengikuti arahan IEC 34-1 dan juga mengikuti arahan level
efisiensi dari EU.

2.2.2 Cara Kerja Motor Listrik

Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor listrik secara umum sama,
seperti terlihat pada Gambar

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Motor Listrik

Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya jika kawat yang
membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran / loop, maka kedua sisi
loop yaitu pada sudut kanan medan magnet akan mendapatkan gaya pada arah
yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torque untuk
memutar kumparan rotor. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya
untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya
dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan.

2.2.3 Klasifikasi Motor Induksi

Motor listrik terbagi dua yaitu :

1. Motor arus bolak batik (AC)


• Motor arus bolak balik (AC) terbagi menjadi :
- Motor sinkron
- Motor Induksi terbagi lagi menjadi :
 Motor induksi 1 fasa
 Motor induksi 3 fasa
2. Motor arus searah (DC)
• Motor arus searah (DC) terbagi menjadi:
- Motor DC shunt
- Motor DC seri
- Motor DC Compound

Gambar 2.2 Klasifikasi Motor

2.2.4 Motor Listrik Arus Bolak-Balik (AC)

Motor listrik arus bolak-balik adalah jenis motor listrik yang beroperasi
dengan sumber tegangan arus listrik bolak-balik AC ( Alternating Current ).
Motor listrik AC memiliki dua buah bagian dasar listrik : stator dan rotor. Stator
merupakan komponen listrik statis sedangkan rotor merupakan komponen listrik
yang berputar untuk memutar as motor. Keuntungan utama motor DC terhadap
motor AC adalah bahwa kecepatan motor AC lebih sulit dikendalikan. Untuk
mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi dengan penggerak frekuensi
variable untuk meningkatkan kendali kecepatan sekaligus menurunkan dayanya.
Motor listrik arus bolak-balik AC ini dapat dibedakan lagi berdasarkan sumber
dayanya, sebagai berikut.
2.2.4.1 Motor Sinkron
Adalah motor AC yang bekerja pada kecepatan tetap pada sistem
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk
membangkitkan daya dan memiliki torque awal yang rendah, oleh karena itu
motor sinkron cocok untuk penggunaan awal untuk beban rendah, seperti
kompresor udara, perubahan frekuensi dan generator motor. Motor sinkron
mampu untuk memperbaiki faktor daya, sehingga sering digunakan pada
sistem yang menggunakan banyak listrik.

Gambar 2.3 Motor Sinkron

Komponen utama motor sinkron :


Rotor, Arus searah ke rotor sebuah mesin sinkron biasanya dibekalkan dari
sebuah generator dc yang kecil, yang dinamakan pengeksitasi (exciter), yang
seringkali dinaikan pada poros yang sama seperti motor tersebut dan dibekali
dengan daya mekanis dari motor. perbedaan utama antara motor sinkron dengan
motor induksi adalah bahwa rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang
sama dengan perputaran medan magnet. Hal ini memungkinkan medan magnet
rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-
excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila dihadapkan
dengan medan magnet lainnya.

Stator, stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding


dengan frekuensi yang dipasok.
2.2.4.2 Motor In
Induksi
Merupaka
kan motor listrik AC yang bekerja berdasarkan
kan induksi medan
magnet antara rot
rotor dan statornya. Motor induksi merupaka
upakan motor yang
paling umum dig ndustri. Popularitasnya
digunakan pada berbagai peralatan di industri.
karena rancangann
gannya yang sederhana, murah dan mudah dida
didapat, dan dapat
langsung disambun
bungkan ke sumber daya AC.

2.2.5 Konstruksi
si M
Motor Induksi

Gambar 2.4 Konstruksi Motor 3-Fasa

Stator

Gambar 2.5 Stator


Stator, stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub
tertentu,gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.

Stator mempunyai bagian :

- Gandar, fungsinya sebagai penopang dan sebagai pelindung


bagian dalam mesin.
- Inti stator, terbuat dari laminasi logam yang disusun berlapis.
- Kumparan stator.

Rotor

Ada 2 jenis rotor dalam motor induksi tiga fasa yaitu :

Rotor Belitan

Gambar 2.6 Rotor belitan

Motor induksi jenis ini memperlihatkan sebuah rotor yang dililit dengan
sebuah lilitan yang serupa dengan dan yang mempunyai banyaknya kutub yang
sama seperti lilitan stator dengan terminal-terminal lilitan dihubungkan ke cincin
slip cincin pengumpul pada ujung kiri poros tersebut. Peletakan kwas (sikat)
karbon pada cincin-cincin ini akan membuat terminal-terminal rotor tersdia di
titik-titik yang di luar motor tersebut sehingga resistansi tambahan dapat disispkan
dalam rangkaian rotor jika diinginkan. Kumparan stator dan rotor juga
mempunyai jumlah kutub yang sama. Penambahan tahanan luar sampai harga
tertentu, dapat membuat kopel mula mencapai harga kopel maksimumnya.
Motor induksi dengan rotor belitan memungkinkan penambahan
(pengaturan) tahanan luar. Tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke
rotor melalui cincin (gambar) selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar,
tahanan luar tadi diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat
start. Disamping itu dengan mengubah-ubah tahanan luar, kecepatan motor
dapat diatur.

Rotor Sangkar

Gambar 2.7 Rotor Sangkar

Motor induksi jenis ini mempunyai motor dengan kumparan yang terdiri
atas beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga
mempunyai sangkar tupai (lihat gambar) konstruksi rotor sangkar tupai dengan
sebuah lilitan yang terdiri dari batang-batang penghantar yang ditanamkan dalam
celah-celah dalam besi rotor tersebut dan dirangkaikan pendek di setiap ujung
oleh cincin-cincin ujung penghantar.

Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (


Parekh 2003 ), yaitu:
1. Motor Induksi Satu Fasa
Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan pasokan
daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai dan memerlukan sebuah alat
untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang
paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin
cuci, dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 - 4 Horsepower
(Hp).

2. Motor Induksi 3-Fasa


Motor induksi 3 fasa bekerja berdasarkan medan magnet yang berputar
yang dihasilkan dari pasokan sumber listrik 3 fasa yang seimbang. Motor tersebut
memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau
gulungan rotor ( walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai ) dan penyalaan
sendiri. Diperkirakan sekitar 70% motor di industri menggunakan motor jenis ini,
sebagai contoh, pompa kompresor, belt conveyor, jaringan listrik dan grinder.
Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Horsepower ( Hp ).

2.2.6 Motor Listrik Arus Searah (DC)

Gambar 2.8 Motor DC


Motor listrik arus searah adalah jenis motor listrik yang beroperasi dengan
sumber tegangan arus listrik searah ( DC, Direct Current ). Motor DC digunakan
pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torsi yang tinggi atau
percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Sebuah motor DC
memiliki tiga komponen utama, yaitu :

1. Kutub Medan
Adalah interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada
motor DC, motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang
menggerakkan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana
memiliki dua kutub medan ( kutub utara dan kutub selatan ). Garis magnetik
energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan.
Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih
elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai
penyedia struktur medan.

2. Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder dihubungkan ke as penggerak
untuk menggerakkan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar
dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan
selatan magnet berganti
lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan
selatan dinamo.

3. Komutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah
untuk membalikkan arah arus listrik dalam dinamo. Kommutator juga membantu
dalam transisi arus antara dinamo dan sumber daya.
Keuntungan utama penggunaan motor DC adalah kecepatannya mudah
dikendalikan dan tidak terpengaruh kualitas pasokan daya, motor DC ini dapat
dikendalikan dengan mengatur :
- Tegangan dinamo, dengan meningkatkan tegangan dinamo akan
meningkatkan kecepatan.

- Arus medan, menurunkan arus medan akan menigkatkan kecepatan.

Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada


umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan
daya rendah hingga sedang, seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering
terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang
lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang
bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya. Motor DC
juga relatif lebih mahal dibanding motor AC.

Secara umum motor listrik arus searah ( DC ) dapat dibedakan


berdasarkan sumber dayanya, sebagai berikut.

2.2.6.1 Motor DC Sumber Daya Terpisah ( Separately Excited )


Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply dari sumber
terpisah, sehingga motor listrik ini disebut motor DC sumber daya terpisah
(separately excited).

2.2.6.2 Motor DC Sumber Daya Sendiri ( Self Excited )


Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply dari sumber
yang sama dengan kumparan motor listrik, sehingga motor listrik DC ini disebut
motor DC daya sendiri (self excited). Motor DC sumber sendiri / self excited ini
dibedakan lagi menjadi 3 jenis berdasarkan konfigurasi supply medan kumparan
motornya.
1. Motor DC Shunt
Pada motor DC shunt gulungan medan ( medan shunt ) disambungkan
secara paralel dengan gulungan motor listrik. Oleh karena itu total arus dalam
jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Gambar 2.9 Kurva motor DC Shunt.

2. Motor DC Seri
Pada motor DC seri gulungan medan ( medan shunt ) dihubungkam secara
seri dengan gulungan dinamo motor. Oleh karena itu arus medan sama dengan
arus dinamo.
Gambar 2.10 Kurva motor DC Seri.

3. Motor DC Kompon / Campuran


Motor DC kompon merupakan gabungan motor seri dan motor shunt. Pada
motor kompon, gulungan medan ( medan shunt ) dihubungkan secara paralel dan
seri dengan gulungan dinamo. Sehingga, motor kompon memiliki torque
penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase
penggabungan ( yakni persentase gulungan medan yang dihubungkan secara seri
), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini.
Contoh, sebagai penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat
pengangkat hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang standar ( 12% ) tidak
cocok ( myElectrical, 2005 ).
Gambar 2.11 Kurva motor DC Campuran

2.3 Motor Induksi 3 Fasa

2.3.1 Pengertian Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi 3 fasa merupakan motor listrik AC yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik ( gerak / putaran ) yang mempunyai slip antara
medan stator dan rotor dengan sumber tegangan 3 fasa. Arus rotor motor ini
bukan diperoleh dari suatu sumber, tetapi merupakan arus yang terinduksi akibat
adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan magnet. Motor
induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan
di industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah dan
mudah didapat dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC. Dengan
menggunakan motor induksi 3 fasa, banyak hal yang bisa dilakukan. Salah
satunya adalah dengan membalik arah putarannya sesuai dengan yang diinginkan.
Cara yang sering dilakukan dalam pembalikkan arah putaran adalah dengan
menukar salah satu fasa dengan fasa lainnya yang terhubung pada lilitan stator.

Motor induksi 3 fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya adalah
konstan. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan
demikian pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan terhadap
motor ini, namun motor induksi 3 fasa merupakan jenis motor listrik yang paling
banyak digunakan pada dunia industri karena sesuai kebutuhan dan memiliki
banyak keuntungan. Motor induksi ini disebut juga sebagai “kuda kerjanya” di
dunia industri, karena hampir 70% daya yang dihabiskan dalam pemakaian beban
listrik dihasilkan oleh motor ini.

2.3.2 Medan putar


Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya
medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya.
Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak,
umurnnya tiga fasa. Hubungan dapat berupa bintang atau delta. Disini akan
dijelaskan bagannana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 2.12 Medan Putar

Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing-
masing 120° (gambar) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi ia, ib, ic
sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar. Pada keadaan tl, t2, t3, dan t4 fluks
resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing adalah seperti
gambar c, d, e, dan f. Pada t1 fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah
fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a; sedangkan t2 fluks resultannya
mempumyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan oleh kumparan c-c; dan
untuk t3 fluks resultan mempunyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan oleh
kumparan b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks
resultan yang dihasilkan pada saat t 1. Dari gambar c, d, e, dan f tersebut terlihat
fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh karena itu untuk mesin dengan
jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai
berikut:

.
Ns =

f = frekuensi

P = jumlah kutub

2.3.3 Prinsip Kerja Motor Induksi


Secara umum, motor induksi 3 fasa bekerja apabila sumber tegangan 3
fasa dipasang pada kumparan stator dan memanfaatkan perbedaan fasa sumber
untuk menimbulkan gaya putar dengan kecepatan. Apabila sumber tegangan 3
fasa dipasang pada kumparan stator, timbullah medan putar dengan kecepatan
.
Ns =

Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada sisi rotor,
akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (ggl). Karena
kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan
menghasilkan arus ( I ). Sehingga arus dalam medan magnet akan menimbulkan
gaya pada rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya ( F ) pada rotor cukup
besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah
medan putar stator.
Untuk membangkitkan tegangan induksi agar tetap ada, maka diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator ( Ns ) dengan
kecepatan medan putar rotor ( Nr ). Perbedaan antara kecepatan ( Ns ) dan ( Nr )
disebut dengan Slip ( S ) yang dinyatakan dengan persamaan.

S= 100%
Dimana:

Ns = Medan putar stator

Nr = Medan putar rotor

Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor
akan ditimbulkan apabila nr < ns. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi
disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.

2.3.4 Kontruksi Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi 3 fasa memiliki dua komponen utama, yaitu stator dan
rotor. Bagian rotor dipisahkan dengan stator oleh celah udara yang sempit ( air
gap ) dengan jarak antara 0.4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi 3 fasa
berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam, yaitu rotor belitan (
wound rotor ) adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan
yang sama dengan lilitan statornya. Sedangkan rotor sangkar tupai ( squirrel -
cage rotor ) adalah tipe motor induksi dimana kontruksi rotor tersusun oleh
beberapa batangan logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor
motor induksi, kemudian setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga membuat
batangan logam terhubung singkat dengan batangan logam yang lain.
Gambar 2.13 Kontruksi Motor Induksi 3 Fasa

2.3.4.1 Bagian Stator


Stator merupakan komponen motor yang diam, di bagian stator terdapat
beberapa slot yang merupakan tempat kawat ( konduktor ) dari tiga kumparan tiga
fasa yang disebut kumparan stator. Jika kumparan stator mendapatkan suplai arus
tiga fasa, maka pada kumparan tersebut segera timbul flux magnet putar. Karena
adanya flux magnet putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor berputar
karena adanya induksi magnet dengan kecepatan putar rotor sinkron dengan
kecepatan putar stator
.
Ns =
Kontruksi stator terdiri dari :
1. Rumah stator yang terdiri dari besi tuang
2. Inti stator yang terbuat dari besi lunak atau baja silicon
3. Terdapat slot untuk menempatkan kawat belitan
4. Belitan stator yang terbuat dari tembaga
Gambar 2.14 Kontruksi stator

2.3.4.2 Bagian Rotor


Merupakan tempat kumparan rotor dan bagian dari motor yang bergerak
atau berputar. Ada dua jenis kumparan rotor, yaitu squirrel-cage rotor dan phase
wound rotor. Hampir 90% kumparan rotor dari motor induksi menggunakan jenis
squirrel-cage rotor.

Gambar 2.15 Squirrel – Cage Rotor


Hal ini disebabkan karena bentuk kumparannya sederhana dan tahan terhadap
guncangan. Ciri khusus dari squirrel-cage rotor adalah ujung-ujung kumparan
terhubung singkat secara permanen. Lain halnya pada jenis phase wound rotor
yang ujung-ujung kumparan rotor akan terhubung langsung bila kecepatan putar
rotor telah mencapai kecepatan putar normalnya secara otomatis melalui slip ring
yang terpasang pada bagian rotor.

Gambar 2.16 Phase Wound Rotor

2.3.5 Hubungan antara Beban, Kecepatan dan Torsi ( torque )


Gambar dibawah ini menunjukkan grafik hubungan antara torque –
kecepatan dengan arus pada motor induksi 3 fasa :
Gambar 2.17 grafik antara beban, kecepatan dan torsi
Grafik diatas menunjukkan torsi – kecepatan motor induksi 3 fasa dengan arus
yang sudah ditetapkan. Bila motor ( Parekh, 2003 ) :

1. Motor mulai menyala ternyata terdapat arus start yang tinggi akan tetapi
torquenya rendah ( pull-up torque ).

2. Saat motor mencapai 80% dari kecepatan penuh, torquenya mencapai titik
tertinggi ( pull-out torque ) dan arusnya mulai menurun.

3. Pada saat motor sudah mencapai kecepatan penuh atau kecepatan sinkron,
arus torque dan stator turun ke nol.

2.3.6 Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa


Pengasutan merupakan metode penyambungan kumparan-kumparan
dalam motor induksi 3 fasa. Ada dua model penyambungan kumparan pada motor
induksi 3 fasa :
1. Sambungan Star ( Y )

Gambar 2.18 Hubungan Star

Sambungan bintang dibentuk dengan menghubungkan salah satu ujung dari ketiga
kumparan menjadi satu. Ujung kumparan yang digabung tersebut menjadi titik
netral, karena sifat arus tiga fasa yang jika dijumlahkan ketiganya hasilnya netral
atau nol.
Nilai tegangan phase pada sambungan bintang = √ 3 x tegangan antar phase.

2. Sambungan Delta (Δ )

Gambar 2.19 Hubungan Delta


Hubungan delta atau segitiga didapat dengan menghubungkan kumparan-
kumparan motor sehingga membentuk segitiga. Pada sambungan delta tegangan
kumparan sama dengan tegangan antar fasa, akan tetapi arus jaringan sebesar
√ arus line.
2.3.7 Keuntungan dan Kerugian Motor Induksi 3 Fasa
Keuntungan Motor Induksi 3 Fasa :
1. Kontruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor
sangkar ( squirrel-cage rotor ).

2. Harga relatif murah dan kehandalannya tinggi.

3. Effisiensi tinggi pada keadaan berputar normal, tidak dibutuhkan sikat


sehingga rugi gesekan kecil.

4. Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak


diperlukan.

5. Tidak memerlukan starting tambahan dan tidak harus sinkron.

Kerugian Motor Induksi 3 Fasa :


1. Kecepatan tidak mudah dikontrol.

2. Power faktor rendah pada beban ringan.

3. Arus start biasanya 5 – 7 kali dari arus nominalnya.

2.4 Power Quality Analyzer

Adalah suatu peralatan ukur yang digunakan untuk mengetahui kualitas


daya dari tenaga listrik. Alat ini sangat kompleks, karena dapat mengukur
tegangan, arus lisrik, frekuensi, daya komples, daya aktif, daya reaktif dan factor
daya. Pada penelitian ini, parameter yang diukur menggunakan peralatan ini
adalah besaran listrik dasar, yaitu tegangan, arus dan frekuensi listrik.:
2.4.1 Mode Pengukuran

1. Volts / Amps / Hertz


menampilkan layar Meter dengan nilai-nilai pengukuran numerik penting.
Layar Trend terkait menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu dari
semua nilai dalam layar meter.
2. Dips and Swell
Dips & gelombang besar catatan dips, Interupsi, Perubahan tegangan, dan
gelombang besar.Dips (Sags) dan gelombang besar penyimpangan cepat
dari tegangan normal. Besaran mungkin sepuluh hingga ratusan volt.
Durasi mungkin berbeda dari setengah siklus untuk beberapa detik
sebagai didefinisikan dalam EN61000-4-30. Analyzer memungkinkan
anda untuk memilih nominal atau geser tegangan referensi. Sebuah
tegangan bergeser menggunakan nilai yang terukur disaring dengan 1-
menit waktu yang konstan.
3. Harmonik
langkah-langkah harmonik dan catatan harmonik dan interharmonics
hingga ke-50. Terkait data seperti komponen DC, THD (Total Harmonic
Distortion), dan K-faktor yang diukur. Harmonik distorsi periodik
sinewaves tegangan, arus, atau kekuasaan. Sebuah gelombang dapat
dianggap sebagai kombinasi dari berbagai sinewaves dengan berbagai
frekuensi dan besaran.
4. Power & Energy
Power & Energy menampilkan layar Meter dengan semua parameter
kekuatan penting. Itu terkait layar Trend menunjukkan perubahan dari
waktu ke waktu dari semua nilai pengukuran di meter yang layar.
5. Flicker
Flicker mengkuantifikasi fluktuasi pencahayaan lampu yang disebabkan
oleh variasi tegangan suplai. Algoritma balik pengukuran memenuhi
EN61000-4-15 dan didasarkan pada Model persepsi dari / sistem sensorik
otak mata manusia. Analyzer durasi dan besarnya variasi tegangan
menjadi 'faktor kegagalan' yang disebabkan oleh flicker dari lampu 60 W.
Pembacaan flicker tinggi berarti bahwa kebanyakan orang akan
menemukan perubahan pencahayaan menjengkelkan. Variasi tegangan
dapat relatif kecil. Itu pengukuran dioptimalkan untuk lampu didukung
oleh 120 V / 60 Hz atau 230 V / 60 Hz. Berkedip ditandai per fasa dengan
parameter yang ditunjukkan pada layar meter. Trend terkait layar
menunjukkan perubahan dalam semua nilai pengukuran di layar meter.
6. Unbalance
hubungan fase menampilkan ketidakseimbangan antara tegangan dan arus.
Hasil pengukuran yang berdasarkan komponen frekuensi dasar (60 atau 50
Hz menggunakan metode komponen simetris). Dalam sistem listrik 3-
phase, pergeseran fasa antara tegangan dan antara arus harus mendekati
120 °. modus ketidakseimbangan menawarkan layar Meter, sebuah terkait
tampilan Trend, dan layar fasor.
7. Transients
Fluke 434/435 Analyzer dapat menangkap bentuk gelombang di beresolusi
tinggi selama gangguan. Analyzer akan memberikan snapshot dari
tegangan dan arus gelombang pada saat yang tepat dari gangguan. Hal ini
memungkinkan Anda untuk melihat bentuk gelombang selama dips,
membengkak, interupsi, membengkak saat ini dan transien. Transien paku
cepat pada tegangan (atau arus) gelombang. Transien dapat memiliki
begitu banyak energi yang peralatan elektronik yang sensitif dapat
dipengaruhi atau bahkan rusak. Itu Layar transien terlihat mirip dengan
Lingkup gelombang, tetapi rentang vertikal adalah diperbesar untuk
membuat lonjakan tegangan terlihat yang ditumpangkan pada 60 atau 50
Hz gelombang sinus. Sebuah gelombang ditangkap setiap kali tegangan
(atau rms saat) melebihi batas disesuaikan. Maksimal 40 peristiwa dapat
ditangkap. Tingkat sampel adalah 200 KS / s.
8. Inrush
Arus inrush dapat ditangkap oleh Fluke 434/435. Arus inrush adalah arus
lonjakan yang terjadi ketika beban besar, atau impedansi rendah datang on
line. Biasanya saat menstabilkan setelah beberapa waktu ketika beban
mencapai kondisi kerja normal. Misalnya untuk start-up di motor induksi
bisa sepuluh kali kerja normal arus. Arus masuk adalah 'satu tembakan'
mode yang mencatat arus dan tegangan Tren setelah Acara saat ini
(pelatuk) telah terjadi. Sebuah peristiwa terjadi ketika gelombang saat ini
melebihi batas disesuaikan. Layar membangun dari kanan layar. Pretrigger
Informasi memungkinkan Anda untuk melihat apa yang terjadi di muka
dari arus masuk tersebut.
9. Mains Signaling
Signal Induk adalah fungsi yang tersedia di Fluke 435. Dalam Fluke 434
ini tersedia sebagai pilihan. sistem distribusi listrik sering membawa sinyal
kontrol untuk beralih peralatan dan mematikan dari jarak jauh (juga
dikenal sebagai kontrol riak). sinyal kontrol ini memiliki frekuensi yang
lebih tinggi dari normal 50 atau 60 Hz frekuensi baris dan jangkauan
hingga sekitar 3 kHz. Amplitudo secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan tegangan nominal. Kontrol Sinyal yang hadir hanya
pada saat-saat yang alat jarak jauh harus dikendalikan. Dalam mode
Signaling Mains 435 dapat menangkap terjadinya (tingkat sinyal) dari
control sinyal dengan 2 frekuensi yang berbeda. Rentang frekuensi 70,0-
3000,0 Hz untuk 60 Hz sistem dan 60,0-2500,0 Hz untuk 50 sistem Hz.
Induk Signaling dimasukkan melalui Start a menu untuk memilih kedua
frekuensi, dan untuk setiap frekuensi tegangan pemicu minimum dan
threshold (hysteresis). tegangan pemicu dan ambang yang dapat
disesuaikan sebagai persentase dari tegangan nominal. Waktu Signaling
disesuaikan dan diwakili oleh 'penanda' di tampilan tren. Penanda adalah
untuk pemeriksaan visual pada sinyal durasi. Juga Durasi pengukuran dan
mulai Segera atau Jangka waktu yang dipilih. Hasil pengukuran disajikan
dalam layar Trend dan dalam Acara Table.
10. Logger
Logger adalah fungsi yang tersedia di Fluke 435. Dalam Fluke 434 itu
tersedia sebagai pilihan. Logger memberikan kemungkinan untuk
menyimpan beberapa bacaan dengan resolusi tinggi. Pembacaan diamati
selama interval waktu disesuaikan. Pada akhir interval min, max, dan rata-
rata nilai dari semua pembacaan disimpan dalam memori panjang dan
berikutnya Interval pengamatan dimulai. Proses ini berlanjut untuk Durasi
pengamatan periode. Alat analisis yang telah disediakan set bacaan yang
dapat digunakan untuk logging dan yang dapat disesuaikan dengan
seperangkat Anda sendiri bacaan. Anda mulai fungsi Logging dari Menu
Utama. Ini dimulai dengan menu Start yang memungkinkan Anda untuk
memilih Rata-rata waktu (0,5 s -. 2 Jam), pembacaan untuk login, yang
durasi log (1 Hr -. Max) dan mulai Segera atau Jangka waktu penebangan.
Pembacaan ditampilkan di layar Trend, layar Meter, dan Table Events.
11. Power Quality Monitoring
Power Quality Monitoring atau System Monitor menampilkan layar grafik
Bar. layar ini menunjukkan apakah parameter Kualitas Daya penting
memenuhi persyaratan. Parameter meliputi:

1. RMS tegangan

2. Harmonik

3. Flicker

4. Dips / Interupsi / Cepat Voltage Perubahan / membengkak (DIRS)

5. Ketidakseimbangan / Frekuensi / listrik Signaling.


BAGIAN-BAGIAN PERALATAN TERDIRI DARI :

Gambar 2.20 bagian-bagian peralatan

1. Power Quality Analyzer

2. Decal Set for Input Sockets

3. Hang Strap

4. Alligator Clips. Set of 5

5. Test Leads, 2.5 m. Set of 5

6. Battery Charger/Power Adapter

7. Line Plug Adapter (country dependent)


8. Getting Started Manual + CD ROM with Users Manual and Getting
Started Manual (multilanguage)

9. Optical Cable for USB

Gambar 2.21 Power Quality Analyze

2.5 Harmonisa

Harmonisa adalah distorsi priodik dari gelombang sinus tegangan, arus


atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan
diluar bilangan satu terhadap frekunsinya fundamental (frekuensi 50 Hz atau 60
Hz). Nilai frekuensi dari gelombang harmonisa yang terbentuk merupakan hasil
kali antara frekuensi fundamental dengan bilangan harmonisanya (f, 2f, 3f, dst).
Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari gelombang
fundamental dan gelombang harmonisa (h1, h2 dan seterusnya) pada frekuensi
kelipatannya. Semakin banyak gelombang harmoisa yang diikut sertakan pada
gelombang fundamental, maka gelombang akan semakin mendekati gelombang
persegi atau gelombang akan semakin membentuk non sinusoidal. Dengan kata
lain harmonisa merupakan suatu cacat gelombang sehingga perubahan bentuk
gelombang akibat adanya komponen frekuensi tambahan.

Gambar 2.22 Gelombang Sinusoidal Murni dan Hasil Disttorsi Harmonik

Gambar 2.23 Orde gelombang harmonisa

2.5.1 Total Harmonic Distortion (THD)


Total Harmonic Distortion (THD) merupakan ukuran dari nilai efektif
suatu komponen harmonik dari gelombang yang terdistorsi. Atau untuk lebih
jelasnya, THD merupakan jumlah perbandingan antara jumlah daya dari semua
orde harmonik dengan daya pada frekuensi dasar (orde 1). THD dapat dibedakan
menjadi THD tegangan dan THD arus. Untuk THD tegangan, dapat dihitung

dengan rumus berikut.

dimana

Vn = Nilai tegangan harmonik (V)

V1 = Nilai tegangan fundamental (V)

n = Komponen harmonik maksimum

Sedangkan untuk menghitung THD pada arus adalah sebagai berikut

dimana

In = Nilai arus harmonik (A)

I1 = Nilai arus fundamental (A)

n = Komponen harmonik maksimum


2.5.2 Standar Harmonik

Terdapat standar internasional untuk besaran harmonik, yakni standar


IEEE Std 519-1992

Tabel 1 Standar IEEE THD Arus.

Tabel 2 Standar IEEE THD Tegangan

Penjelasan istilah-istilah pada tabel antara lain:

PCC : Point of Common Coupling. Titik ini adalah titik antara penyedia layanan
listrik dengan konsumen, dimana pada titik tersebut konsumen lain dapat
disambungkan.

ISC : Arus hubung singkat maksimum pada PCC

IL : Arus demand maksimum (komponen frekuensi fundamental) pada PCC


2.6 Sumber - Sumber Harmonisa
Sumber yang dapat menghasilkan harmonisa adalah macam-macam beban
nonlinear dan beban linear sebagai berikut antara lain, lampu hemat energi, aneka
jenis peralatan elektronika daya,pengendalian kecepatan motor, resistor (R),
pengendalian motor induksi, dan lain sebagainya yang sebagian besar bekerja
dengan prinsip switching frekuensi tinggi.

2.6.1 Beban Linear


Beban linear memberikan bentuk gelombang keluaran artinya arus yang
mengalir sebanding dengan perubahan tegangan.

Gambar 2.24 Gelombang arus beban linear

2.6.2 Beban non Linear


Beban nonlinear memberikan bentuk gelombang keluaran arus yang tidak
sebanding dengan tegangan dasar sehingga gelombang arus dan tegangan tidak
sama dengan dengan gelombang masukannya.
Gambar 2.25 Gelombang arus beban nonlinear

2.6.2.1 Penyearah
Sumber arus bolak-balik menjadi sinyal sumber arus searah. Gelombang
bolak balik yang berbentuk gelombang sinus hanya dapat dilihat dengan alat ukur
CRO. Rangkaian rectifier banyak menggunakan transformator step down yang
digunakan untuk menurunkan tegangan sesuai dengan perbandingan transformasi.

2.6.2.2 Mesin- mesin listrik


Harmonisa dapat timbul oleh mesin-mesin listrik yang berputar baik motor
maupun pada generator. Harmonisa yang terjadi pada mesin-mesin listrik terjadi
karena adanya stator maupun slot rotor yang bentuknya tidak simetris atau
ketidakseimbangan pada kumparan tiga phasa. dan karena mempunyai sifat
kejenuhan magnetisasi sebagai akibat dari penggunaan tipe material magnetnya.

2.6.2.3 Lampu Hemat Energi


Pada dasarnya beban yang di pakai di suatu perusahan pada umumnya
adalah lampu untuk pencahayaan. Jenis lampu fluorescent merupakan jenis lampu
yang banyak menjadi pilihan lampu untuk penghematan energi, lampu jenis ini
menggunakan ballast sebagai penyedian awal tegangan yang tinggi untuk alirian
arus diantara dua elektroda pada tabung selain itu ballast berfungsi untuk
membatasi arus yang mengalir pada lampu.
2.7 Pengaruh Harmonisa
Komponen-komponen sistem tenaga listrik yang dapat menimbulkan arus
harmonisa hendaknya perlu diperhatikan, dengan tujuan untuk memprediksi
permasalahan yang diakibatkan oleh harmonisa, sehingga sudah dapat
diperkirakan cara yang tepat untuk menekan kehadiran harmonisa tersebut, baik
dengan cara memasang filter, maupun mendesain peralatan-peralatan listrik agar
dampak harmonisa yang ditimbulkan peralatan tersebut masih dibawah standar
yang ditentukan.Secara khusus dampak yang ditimbulkan oleh harmonisa pada
system tenga listrik dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

2.7.1 Efek jangka pendek


a. Tegangan harmonic dapat mengganggu peralatan control yang digunakan
pada system elektronik.
b. Harmonic dapat menyebabkan kesalahan pada peralatan pengukuran listrik
yang menggunakan prinsip induksi magnet.
c. Harmonic juga dapat mengganggu alat-alat pengaman dalam system
tenaga listrik seperti relay.
d. Pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor, torsi mekanik
yang diakibatkan oleh harmonic aka menimbulkan getaran dan suara
bising pada mesin tersebut.
e. Bila ada system komunikasi yang dekat dengan system tenaga listrik maka
system tersebut dapat terganggu oleh harmonic
2.7.2 Efek jangka panjang
a. Pemanasan pada kapasitor bank.
b. Pemanasan pada mesin-mesin listrik :Tegangan non-sinusoidal yang
diterapkan pada mesin listrik dapat menimbulkan masalah-masalah
sebagai berikut : meningkatnya rugi inti belitan serta pemanasan yang
berlebih.
c. Pemanasan pada transformator. Transformator dirancang sesuai dengan
frekuensi kerjanya. Frekuensi harmonic yang lebih tinggi dari frekuensi
kerjanya akan mengakibatkan kerugian daya. Pengaruh utama harmonic
pada transformator adalah :
1. Panas lebih yang di bangkitkan oleh arus beban yang mengandung
harmonic.
2. Kemungkinan resonansi paralel transformator dengan kapasitas
system.
d. Pemanasan pada kabel dan peralatan lainnya: rugi-rugi kabel yang dilewati
oleh arus harmonic akan semakin besar. Hal ini disebabkan meningkatnya
resistansi dari tembaga akibat meningkatnya frekuensi.

frekuensi dari tegangan harmonisa tersebut pada kumparan. Rugi histerisis


akan mengalami kenaikan karena kenaikan frekuensi.

2.8 Efek Distorsi Harmonik pada System Tenaga Listrik


Meningkatnya penggunaan non-linear dan beban yang menyebabkan
peningkatan masalah distorsi harmonik dalam sistem tenaga. Bab ini bertujuan
untuk mengukur pengaruh distorsi harmonik pada perlengkapan sistem tenaga dan
beban. Dampak terhadap capasitor bank, tranformator dan mesin berputar.
Pengaruh distorsi tegangan dibagi menjadi tiga kategori umum:
1. Termal stress
2. Kerugian Isolasi
3. Gangguan pada Beban
Harmonisa memiliki efek meningkatkan kerugian peralatan dan tegangan termal.
tegangan puncak meningkat dengan harmonik; peningkatan tegangan ini
mengabaikan sudut fasa, yang sama dengan faktor puncak tegangan. Hal ini
menyebabkan peningkatan tegangan atau isolasi stres kadang-kadang berakhir
dengan kerusakan isolasi kabel. Gangguan pada beban secara luas didefinisikan
sebagai kegagalan perangkat atau operasi abnormal disebabkan oleh distorsi
tegangan.
2.8.2 Kerugian Termal dalam Lingkungan Harmonic

Harmonic memiliki pengaruh meningkatnya rugi tembaga, besi dan


kerugian dielektrik, tegangan termal. penilaian peralatan adalah persyaratan
pencegahan kasus ini. Namun, hal itu dirasakan bahwa ini mungkin tidak bekerja
karena persentase tertentu akan hilang setelah beberapa periode.

2.8.3 Harmonisa Pada Transformator


Transformator dirancang untuk menyalurkan daya yang dibutuhkan
ke beban dengan rugi-rugi minimum pada frekuensi fundamentalnya. Arus
harmonisa dan tegangan secara signifikan akan menyebabkan panas lebih.
Ada 2 pengaruh yang menimbulkan panas lebih pada transformator ketika
arus beban mengandung komponen harmonisa:
a. Harmonisa arus menyebabkan meningkatnya rugi-rugi tembaga.
b. Harmonisa tegangan menyebabkan meningkatnya rugi-rugi besi, seperti
eddy current dan rugi-rugi hysteresis. Eddy current terjadi bila inti dari
sebuah material jenis ferromagnetik (besi) secara elektrik bersifat
konduktif. Konsentrasi Eddy current lebih tinggi pada ujung-ujung
belitan transformator karena efek kerapatan medan magnet bocor pada
kumparan yang menyebabkan fenomena terjadinya arus pusar (arus yang
bergerak melingkar). Bertambahnya rugi-rugi Eddy current karena
harmonisa berpengaruh pada temperatur kerja transformator yang
terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (Watt) akibat Eddy current ini.

2.8.4 Kerugian Besi (inti)

kerugian besi adalah mengambil dalam inti besi yang sedang magnet oleh
eksitasi diterapkan atau berputar atau berotasi dalam medan magnet. Kerugian ini
terdiri dari kerugian hysteresis dan kerugian arus eddy saat ini dan menghasilkan
pengurangan efisiensi dan meningkatkan suhu inti sehingga membatasi output.

kerugian histeresis disebabkan karena pembalikan magnetisasi dari inti


besi,tergantung volume dan kualitas magnetisasi inti besi, pada volume dan
kualitas bahan magnetik yang digunakan, nilai maksimum kerapatan fluks dan
frekuensi arus listrik. Untuk kepadatan fluks normal hingga 1,5 Wb / m 2, yang
hysteresis kerugian frekuensi dasar.

2.8.5 Kerugian Dielektrik (isolasi)

Kerugian dielektrik dalam kapasitor atau kerugian isolasi dalam kabel, dan
penambahan rugi-rugi di jaringan, distorsi bentuk tegangan dan meningkatkan
Dielectric Stress pada kabel sehingga dapat memperpendek umur kabel.

2.8.6 Efek harmonik pada peralatan sistem tenaga

Hasil Harmonic peningkatan kerugian dan perlengkapan. Triplen


harmonik di netral membawa arus yang mungkin sama atau melebihi arus fase
bahkan jika beban yang seimbang. Ini menentukan penilian kawat netral terlalu
besar. Selain itu, harmonik menyebabkan resonansi yang mungkin dapat merusak
peralatan. Harmonik lanjut dapat mengganggu relay proteksi, perangkat
pengukuran, kontrol dan jaringan komunikasi, dan peralatan elektronik konsumen.
peralatan yang sensitif akan mengalami kesalahan oprasi atau kegagalan
komponen.

Bagian berikut mendeteksi untuk meninjau dan membahas dampak


harmonik pada peralatan sistem tenaga dan beban, memberikan analisis kuantitatif
bila memungkinkan.

2.8.6.1 Capasitor bank

Efek harmonic pada kapasitor bank dengan cara sebagai berikut:

1. Kelebihan beban oleh arus harmonik, bahwa reaktansi menurun


dengan frekuensi membuat arus bertindak sebagai sink untuk
harmonik. Juga, tegangan harmonik menghasilkan arus yang besar
menyebabkan kegagalan kapasitor .
2. Harmonic cenderung meningkatkan kerugian dielektrik. pemanasan
tambahan dan memperpendek umur.
3. Capacitor menggabungkan dengan sumber induktansi untuk
membentuk sebuah rangkaian resonansi paralel. harmonik diperkuat.
Tegangan yang dihasilkan sangat melebihi rating tegangan dan
konsekuensinya adalah kerusakan kapasitor atau pemutusan sekering.
4. Pada Kapasitor Bank menyebabkan : terjadinya resonansi (seri dan
paralel) dengan Kapasitor Bank yang dapat berdampak pada beban
lebih dan kegagalan pada Kapasitor Bank, penambahan thermal stress
pada isolasi yang berdampak mengurangi umur Kapasitor Bank serta
menambah rugi-rugi dielektrik akibat distorsi tegangan.

2.8.6.2 Mesin berputar

1. kerugian tembaga dan besi meningkat mengakibatkan pemanasan.


2. Getaran torsi disebabkan karena interaksi medan magnet harmonik dasar.
Hal ini menjadikan kebisingan suara yang lebih tinggi.
3. Menyebabkan tambahan thermal stress pada motor-motor listrik yang
berdampak pada pengurangan umur isolasi motor.
4. pada mesin-mesin listrik terjadi karena adanya stator maupun slot rotor
yang bentuknya tidak simetris atau ketidakseimbangan pada kumparan tiga
phasa. dan karena mempunyai sifat kejenuhan magnetisasi sebagai akibat
dari penggunaan tipe material magnetnya.

2.8.7 Proteksi, komunikasi dan peralatan elektronik

Efek Harmonik pada proteksi dan peralatan kontrol, perangkat


pengukuran, jaringan komunikasi dan beban elektronik dengan cara sebagai
berikut:

1. Harmonik mempengaruhi kemampuan gangguan sirkuit breaker.


2. Relay yang beroperasi diatur oleh tegangan / arus puncak atau
tegangan nol dipengaruhi oleh harmonik. Karakteristik delay waktu
pada relay elektromekanis dan arus harmonik ketiga yang
mengakibatkan gangguan.
3. Pengukuran dan perangkat instrumentasi menunjukan respon yang
berbeda untuk sinyal nonsinusoidal sehingga Pengukuran energi
cendrung tidak akurat pada kWh-meter mekanik (tipe fluksi).
4. Harmonik mengakibatkan gangguan jaringan telepon melalui kopling
induktif.
5. Harmonik mengganggu pengoperasian peralatan elektronik dan sirkuit
kontrol.
6. Harmonik mengganggu beban pada pelanggan.
7. Harmonik memperpendek umur lampu pijar.

2.9 Resonansi
Dalam sebuah system tenaga, masalah resonansi paling signifikan
disebabkan oleh besar kapasitor yang dipasang untuk factor daya.Perpindahan
koreksi atau tujuan regulasi tegangan.Frekuensi resonansi system reaktansi
induktif dan reaktansi kapasitif sering terjadi di dekat harmonic kelima (250
Hz).Namun masalah resonansi terjadi di sebelas atau tigabelas orde harmonic
yang tidak biasa. Ada dua jenis resonansi mungkin terjadi dalamsystem :resonansi
seri dan resonansi parallel. Resonansi seri adalah impedansi rendah terhadap
aliran arus harmonic.Dan resonansi parallel adalah impedansi tinggi terhadap
aliran arus.

2.9.1 Resonansi seri

Pada pemasangan kapasitor bank secara seri dengan system dan


menciptakan reaktansi impedansi yang rendah menuju harmonisa arus, seragkaian
kondisi resonansi dapat mengakibatkan tingkat distorsi tegangan tinggi antara
induktansi dan kapasitor dalam rangkaian, karena arus harmonic terkonsentrasi di
jalur impedansi rendah. Resonansi seri kapasitor sering menyebabkan kegagalan
karena sekring overload.
2.9.2 Resonansi parallel
Resonansi parallel terjadi ketika reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif
parallel dari system yang sama pada frekuensi tertentu, dan kombinasi parallel
tampak impedansi yang sangat besar untuk sumber harmonic.

2.10 Filter harmonic

Tujuan utama pemasangan filter harmonic adalah untuk mereduksi


amplitude frekuensi tertentu dari suatu tegangan dan arus.dengan pemasangan
filter harmonic pada system tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber
harmonic maka penyebaran harmonic ke system yang lebih besar dapat di reduksi
sekecil mungkin. Secara umum filter harmonic pada system tenaga listrik
dibedakan menjadi dua macam yaitu filter aktif dan filter pasif.

2.10.1 Filter pasif


Filter pasif sebagian besar didesain untuk memberikan bagian khusus
untuk mengalihkan arus harmonic yang tidak diinginkan dalam system tenaga
listrik filter pasif berfungsi untuk mengurangi amplitude satu atau lebih frekuensi
tertentu dari sebuah tegangan atau arus.

2.10.2 Prinsip Keja Filter Pasif

dengan cara menyediakan jalur rendah impedansinya pada frekuensi-


frekuensi harmonisa. Komponen utama yang terdapat pada filter pasif adalah
kapasitor (C) dan inductor (L) . Kapasitor dihubungkan seri atau parallel untuk
memperoleh sebuah total rating tegangandan KVAR yang diinginkan, sedangkan
inductor digunakan dalam rangkaian filter dirancang mampu menahan selubung
frekuensi tinggi yaitu efek kulit (skin effect). Pemasangan filter pasif biasanya di
letakan di dekat daya listrik hal ini di maksudkan untuk mencegah harmonic
menuju sumber. Filter pasif seri memiliki karakteristik sebagai resonansi pralel
dan merupakan tipe filter yang bersifat sebagai penghalang yang memiliki
impedansi tinggi pada frekuensi terntentu. Sebagai contohnya adalah penggunaan
komponen penghalus atau perata gelombang pada peralatan elektronika daya.
Gamber 2.26 Filter Pasif Gambar 2.27 Skema Pemasangan

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merancang Filter LC adalah


sebagai berikut :
a. Menghitung Nilai Kapasitor ( C )
Tentukan ukuran kapasitas kapasitor Qc berdasarkan kebutuhan daya
reaktif untuk perbaikan faktor daya. Daya reaktif kapasitor ( Qc ) adalah

QC = P {tan(cos-1pf1) – tan (cos-1 pf2)}

Di mana:
P : daya aktif (kW).
pf1 : faktor daya mula-mula sebelum diperbaiki.
Pf2 : faktor daya kompensasi.

b. Menentukan Reaktansi kapasitor (XC):

Xc =

Di mana:
XC : Reaktansi kapasitif (Ω ).
V : Tegangan RMS (Volt).
QC : Daya reaktif kapasitor (VAR)
c. Sedangkan kapasitansi kapasitor (C) dihitung dengan menggunakan
persamaan :
C=

Di mana:
C : Kapasitansi kapasitor (Farad)
=2 f : Frekuensi fundamental (Hz).

XC : Reaktansi kapasitif (Ω )

d. Setalah menetapkan nilai kapasitor kemudian menetapkan nilai dari


reaktansi inductor (XL) yang akan digunakan sebagai filter pasif.
XL =

Di mana:

XC : Reaktansi kapasitif (Ω )

n : Orde harmonik yang akan difilter (disetel sedikit dibawah ordenya).

e. Nilai induktansi inductor (L) dihitung dengan menggunakan persamaan

L=

Di mana:

XL : Reaktansi inductor

=2 f : Frekuensi fundamental (Hz).

2.11.1 Filter aktif harmonic


Filter aktif adalah suatu perangkat elektronik yang dapat memperbaiki
kualitas daya yang dikirimkan dari sumber ke baban. Filter aktif. Di system tenaga
listrik lebih fleksibel daripada filter pasif karena dari segi penggunaan dan unjuk
kerja filter aktif lebih ekonomis.
2.11.2 Prinsip Keja Filter Aktif

filter aktif adalah sistem yang menggunakan elektronika daya, dipasang


secara seri atau paralel dengan beban non-linear. Filter aktif bekerja dengan cara
memfilter arus harmonisa dengan menghasilkan arus filter kompensasi (ifilter) yang

berbanding secara terbalik arus harmonisa beban (ibeban). Saat fasa arus filter aktif

shunt dan fasa arus beban mempunyai fasa yang sama ataupun fasanya
berlawanan pada frekwensi harmonisa maka kedua fasa akan saling meniadakan
sehingga jumlah vektor arus menjadi nol pada suplai arus (isuplai) di Point of

Common Coupling (PCC) sehingga arus suplai mendekati sinusoidal

Gambar 2.28 Filter Aktif Gambar 2.29 Skema Pemasangan Filter Aktif
DAFTAR PUSTAKA

1. Ali Kasim.2013. Pemgaruh Harmonisa Motor Induksi Belitan Slip


Recorvery. Jurnal Teknik Elektro vol.3, no.5. Agustus 2013 : 263-247.
2. Arung, Kukuh.2014. Analisa Daya dan Filter Harmonik Orde 5 di Pabrik
Wire ROD MILL PT.Krakatau Steel (Persero) TBK. UGM.Laporan Kerja
Praktik.Yogyakarta.
3. Bramantya Ribandono.2015. Analisa Pengaruh Distorsi Harmonik Total
terhadap efisiensi Motor Induksi.Skripsi.Yogyakarta.
4. Faizal Harits.2015. Metode Mitigasi Tegangan Kedip Dan Harmonik
Dengan Menggunakan Ac-Ac Converter.Universitas Indonesia.Laporan
Kerja Praktik.Depok.
5. George J.Wakileh.2001.Power System Harmonics.Spinger.Verlag Berlin
Heidelberg New York.
6. Iskandar Zulkarnain. 2009. Analisis Pengaruh harmonisa Terhadap Arus
Netral, Rugi-rugi dan Penurunan Kapasitas pada Transformator
Distribusi.Teknik Elektro Universitas Diponogoro.Semarang.
7. Maharani Putri, dkk. 2014. Analisis Reduksi Harmonisa Pada Variable
Speed Drive Menggunakan Filter Lc Dengan Beban Motor Induksi Tiga
Fasa. Teknik Elektro USU. Sumatra Utara.
8. Merlin,Gerin.dkk.1999.Harmonic detection and filtering. Schneider
Electric Industries SA.USA.
9. Purnama, Agus. 2012 “Definisi Dan Karakteristik Motor Listrik Induksi”.
http://www.elektronika-dasar.web.id/definisi-dan-karakteristik-motor-
listrik-induksi/. (diakses 22 Juli 2016).
10. Saputra,Bayu.2012.“MotorInduksi”.http://www.bayu93saputra.blogspot.c
o.id/2012/10/motor-induksi.html? m=1. (diakses 22 Juli 2016)
11. Zuhal.1997.Dasar Tenaga Listrik.Bandung: ITB,1991.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

Alat :

1. Notebook acer aspire one 722.


2. Flashdisk 8 GB
3. Hardisk 1 TB
4. Alat ukur Power Quality and Energy Analyzer Fluke series-435.

Bahan :

1. microsoft office 2007.


2. Software Power Log sebagai interface alat ukur.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk tugas akhir ini dilakukan mulai dari 1 Juli 2016,
sampai dengan 10 maret 2017.
3.3 Tempat Penelitian

Adapun lokasi yang dipilih sebagai dasar dalam perencanaan


dilakukan di PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang beralamat di
Jalan Raya Palimanan KM 20 (Cirebon) Palimanan, Cirebon
Palimanan Cirebon.

Gambar 3.1 Peta lokasi PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cirebon-Palimanan

3.4 Langkah – Langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka dibawah ini diberikan
penjelasan yang lebih menyeluruh dari setiap langkah – langkah penelitian tugas
akhir ini.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah tahap awal dalam metodologi penulisan. Pada tahap
ini dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung keadaan pabrik
PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pengamatan langsung dilakukan dengan
tujuan mengetahui informasi-informasi awal mengenai motor induksi 3-fasa RAW
MILL SS E3 di lingkungan pabrik PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setelah dilakukan studi pendahuluan, permasalahan pada area pabrik


PT.Indocement Tunggal Prakarsa. Tbk. Sudah dapat diidentifikasi, kemudian
penyebab dari permasalahan sudah ditelusuri. Dalam menulusuri akar penyebab
permasalahan dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan, dengan
melakukan pengukuran langsung dan wawancara dengan teknisi yang menangani
bagian kelistrikan di wilayah pabrik PT.Indocement Tunggal Prakarsa.

Dalam tugas akhir ini, permasalahan yang diangkat adalah menganalisa


harmonisa yang diakibatkan oleh motor induksi 3-fasa PLANT 10 RAW MILL
SS E3. Maka dari itu perlu dilakukan studi kasus dan mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian dalam tugas akhir ini.

3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari informasi-informasi tentang teori,
metode, dan konsep yang relevan dengan permasalahan. Sehingga dengan
informasi-informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan
permasalahan. Studi pustakan yang dilakukan dengan mencari informasi dan
refrensi dalam bentuk text book, informasi dari internet, maupun sumber-sumber
lainnya yang terpercaya.

4. Pengumpulan Data
Jenis data pada penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu data primer
dan data skunder.

a. Data Primer
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada area
pabrik PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dan wawancara dengan teknisi
terkait dan melakukan pengukuran harmonisa pada motor induksi 3-fasa RAW
MILL SS E3 dengan menggunakan alat Power Quality and Energy Analyzer.
Berikut data primer yang didapat dari hasil pengukuran harmonisa pada motor
induksi 3-fasa:

1 Tegangan dan Arus Fundamental.


2 Frekuensi.
3 Tegangan dan Arus
4 Tegangan dan Arus Harmonik.
5 THD (Total Harmonic Distortion) Tegangan dan Arus.
6 Cos Phi Tegangan dan Arus.
7 K-factor Arus.

b. Data Skunder
Pengambilan data dilakukan secara langsung di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk memperoleh data –
data yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir Berikut ini data – data yang
didapat sebagai dokumentasi :

1. Spesifikasi motor induksi 3-fasa RAW MILL SS E3 PLANT 10.


2. Single line diagaram plant 10 PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

5. Pengolahan Data

Berdasarkan dari data-data yang telah diperoleh kemudian hasilnya akan


diolah dalam bentuk table dan grafik.

6. Analisi Data
Berdasarkan dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan
dilakukan analsis untuk membandingkan dengan standar harmonisa yang
digunakan pada penelitian tugas akhir ini. Standar harmonisa yang digunakan
adalah IEEE std 519-1992. Dan menghitung didasarkan L dan C pada filter pasif
(single tuned) untuk meredam harmonisa yang timbul akibat motor induksi 3-fasa.
7. Kesimpulan
Setelah analisa dilakukan dengan baik dan benar selanjutnya menarik
kesimpulan dari analisa yang diperoleh.

8. Penulisan Tugas Akhir


Setelah selesai melakukan pengolahan data dan analisis data maka langkah
berikutnya adalah menyusun tugas akhir sesuai dengan sistematika yang baku.
3.5 Jadwal Penelitian Tugas Akhir

Tabel 3 Jadwal Penelitian Tugas Akhir


Bulan
Juli Agustus Oktober Desember Januri Februari Maret
No Kegiatan Sep-16 Nov-16
2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan
1
Data
Pengolahan
2
Data
BAB I dan
3
Revisi
BAB II dan
4
Revisi
BAB III dan
5
Revisi
BAB IV dan
6
Revisi
BAB V dan
7
Revisi
Persiapan
8
Pendadaran
BAB IV

ISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat Ukur Power Quality Analyzer

Adalah suatu peralatan ukur yang digunakan untuk mengetahui kualitas daya
dari tenaga listrik. Alat ini sangat kompleks, karena dapat mengukur tegangan, arus
lisrik, frekuensi, daya komples, daya aktif, daya reaktif dan factor daya. Pada
penelitian ini, parameter yang diukur menggunakan peralatan ini adalah besaran
listrik dasar, yaitu tegangan, arus dan frekuensi listrik.

Gambar 4.1 Fluke series 435


Tabel 4.1 Spesifikasi Powe Quality Analyzer

Product specifications

Model Measurement range Resolution Accuracy

Volt

Vrms 435-II 1 V to 1000 V phase to 0.01 V ± 0.1% of nominal


(ac+dc) neutral voltage****

Vpk 1 Vpk to 1400 Vpk 1V 5% of nominal


voltage

Voltage 1.0 > 2.8 0.01 ±5%


Crest
Factor (CF)

Vrms½ 435-II 0.1 V ± 0.2% of nominal


voltage

Vfund 435-II 0.1 V ± 0.1% of nominal


voltage

Amps (accuracy excluding clamp accuracy)

Amps (ac i430-Flex 5 A to 6000 A 1A ± 0.5% ± 5 counts


+dc) 1x

i430-Flex 0.5 A to 600 A 0.1 A ± 0.5% ± 5 counts


10x

1mV/A 1x 5 A to 2000 A 1A ± 0.5% ± 5 counts

1mV/A 0.5 A A to 200 A (ac 0.1 A ± 0.5% ± 5 counts


10x only)
Apk i430-Flex 8400 Apk 1 Arms ±5%

1mV/A 5500 Apk 1 Arms ±5%

A Crest 1 to 10 0.01 ±5%


Factor (CF)

Amps½ i430-Flex 5 A to 6000 A 1A ± 1% ± 10 counts


1x

i430-Flex 0.5 A to 600 A 0.1 A ± 1% ± 10 counts


10x

1mV/A 5 A to 2000 A 1A ± 1% ± 10 counts


1x

1mV/A 0.5 A A to 200 A (ac 0.1 A ± 1% ± 10 counts


10x only)

Afund i430-Flex 5 A to 6000 A 1A ± 0.5% ± 5


1x counts

i430-Flex 0.5 A to 600 A 0.1 A ± 0.5% ± 5 counts


10x

1mV/A 1x 5 A to 2000 A 1A ± 0.5% ± 5 counts

1mV/A 0.5 A A to 200 A (ac 0.1 A ± 0.5% ± 5 counts


10x only)

Hz

Hz Fluke 435 42.500 Hz to 57.500 Hz


@ 50 Hz 0.001 Hz ± 0.01 Hz
nominal

Fluke 435 51.000 Hz to 69.000 Hz


@ 60 Hz 0.001 Hz ± 0.01 Hz
nominal

Power

Watts (VA, i430-Flex max 6000 MW 0.1 W to 1 ± 1% ± 10 counts


var) MW

1 mV/A max 2000 MW 0.1 W to 1 ± 1% ± 10 counts


MW

Power 0 to 1 0.001 ± 0.1% @


factor (Cos nominal load
j/DPF) conditions

Energy

kWh i430-Flex Depends on clamp scaling and V ± 1% ± 10 counts


(kVAh, 10x nominal
kvarh)

Energy loss i430-Flex Depends on clamp scaling and V ± 1% ± 10 counts


10x nominal Excluding line
resistance
accuracy

Harmonics

Harmonic DC, 1 to 50 Grouping: Harmonic groups according to IEC


order (n) 61000-4-7

Inter- OFF, 1 to 50 Grouping: Harmonic and Interharmonic


harmonic subgroups according to IEC 61000-4-7
order (n)
Volts %f 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 0.1% ± n x 0.1
%

%r 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 0.1% ± n x 0.4


%

Absolute 0.0 to 1000 V 0.1 V ± 5% *

THD 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 2.5 %

Amps %f 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 0.1% ± n x 0.1%

%r 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 0.1% ± n x 0.4


%

Absolute 0.0 to 600 A 0.1 A ± 5% ± 5 counts

THD 0.0 % to 100 % 0.1 % ± 2.5 %

Watts %f or %r 0.0 % to 100 % 0.1 % ± n x 2%

Absolute Depends on clamp scaling — ± 5% ± n x 2 % ±


and V nominal 10 counts

THD 0.0 % to 100 % 0.1 % ±5%

Phase -360° to +0° 1° ± n x 1°


Angle

Flicker

Plt, Pst, 0.00 to 20.00 0.01 ±5%


Pst(1min)
Pinst

Unbalance

Volts % 0.0 % to 20.0 % 0.1 % ± 0.1 %


Amps % 0.0 % to 20.0 % 0.1% ±1%

Mains signaling

Threshold Threshold, limits and — —


levels signaling duration is
programable for two
signaling frequencies

Signaling 60 Hz to 3000 Hz 0.1 Hz


frequency

Relative 0 % to 100 % 0.10 % ± 0.4 %


V%

Absolute 0.0 V to 1000 V 0.1 V ± 5 % of nominal


V3s (3 voltage
second
avg.)

General specifications

case Design Rugged, shock proof with integrated protective holster Drip and dust proof
IP51 according to IEC60529 when used in tilt stand position Shock and vibration
Shock 30 g, vibration: 3 g sinusoid, random 0.03 g 2 /Hz according to MIL-PRF-
28800F Class 2

Display Brightness: 200 cd/m 2 typ. using power adapter, 90 cd/m 2 typical using battery
power Size: 127 mm x 88 mm (153 mm/6.0 in diagonal) LCD Resolution: 320 x
240 pixels Contrast and brightness: user-adjustable, temperature compensated

Memory 8GB SD card (SDHC compliant, FAT32 formatted) standard, upto 32GB optionally
Screen save and multiple data memories for storing data including recordings
(dependent on memory size)

Real- Time and date stamp for Trend mode, Transient display, System Monitor and event
time capture
clock

Environmental

Operating temperature 0 °C ~ +40 °C; +40 °C ~ +50 °C excl. battery

Storage temperature -20 °C ~ +60 °C

Humidity +10 °C ~ +30 °C: 95% RH non-condensing


+30 °C ~ +40 °C: 75% RH non-condensing
+40 °C ~ +50 °C: 45% RH non-condensing

Maximum operating Up to 2,000 m (6666 ft) for CAT IV 600 V, CAT III 1000 V
altitude Up to 3,000 m (10,000 ft) for CAT III 600 V, CAT II 1000 V
Maximum storage altitude 12 km (40,000 ft)

Electro-Magnetic- EN 61326 (2005-12) for emission and immunity


Compatibility (EMC)

Interfaces mini-USB-B, Isolated USB port for PC connectivity SD card slot


accessible behind instrument battery

Warranty Three years (parts and labor) on main instrument, one year on
accessories
4.2 Spesifikasi Motor RAW MILL
BRUSH

HAWKER SIDDELEY

INDUCTION MOTOR

Tabel 4.2 Motor Induksi 3 Fasa RAW MILL

INFORMATION SPECIFICATION

OUTPUT KW 2500

R/MIN 994

VOLTS 6600

AMPS 264.6

PF 0.86

PHASE/HZ Mar-50

PHASE CONN STAR

ROTOR VOLTS 2673

ROTOR AMPS 555

DATE 1996

COOLANT AIR

DE BRG NU236M/C3 VLO24


INFORMATION SPECIFICATION

NDE BRG 6330M/C3 VL024

S/C CAP T/BOX PURCHASE ORDER NO/3NS63160

PROTECTION OCR, UNBALANCE, ROTATION CURRENT

TYPE MOTOR

FRAME NWA560/42

MACHINE NO 62214A-1M

TING M.C.R.S1

SPEC B.S.5000.PT.99

AMB TEMP 40OC

ALTITUDE 1000m

CLASS INSUL F

TEMP RISE 800C

NETT WT 13.090 KG

ENCLOSURE CACA IP55

RE-LUB 4000 HRS

RE-LUB 4000HRS
4.3 Langkah Pengukuran

Pengukuran dilakukan pada motor induksi 3-fasa PLANT 10 RAW MILL SS


E3. Durasi pengukuran pada panel selama 15 menit dengan interval waktu
pengambilan data setiap 10 detik. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

1. Menghidupkan Power Quality And Energy Analyzer Fluke series-435.


Sebagai alat ukur yang digunakan.
2. Menghubungkan clamp i430TF pada masing-masing fasa R, S, T panel
dengan pola warna yang sesuai.

Gambar 4.2 Pengukuran pada masing-masing R, S, T

3. Menghubungkan jumper tegangan R, S, T serta grounding pada panel sesuai


warna masing-masing kemudian dikoneksikan pada alat ukur Power Quality
and Energy Analyzer Fluke series-435.
4. Menentukan jenis sambungan yang digunakan pada motor induksi 3-fasa
RAW MILL SS E3.

Gambar 4.3 jenis sambungan yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.

5. Menentukan frekuensi yang digunakan pada motor induksi 3-fasa RAW


MILL SS E3.
Gambar 4.4 Menentukan frekuensi yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.

6. Menentukan tegangan nominal yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.

Gambar 4.5 Menentukan tegangan nominal yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.
7. Menentukan seri pengukuran yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.

Gambar 4.6 Menentukan batas-batas yang digunakan untuk kualitas daya monitor
8. Menentukan skala arus yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.

Gambar 4.7 Menentukan skala arus yang digunakan pada motor induksi 3-fasa.
9. Menentukan skala tegangan yang digunakan motor induksi 3-fasa.

Gambar 4.8 Menentukan skala tegangan yang digunakan motor induksi 3-fasa.

10. Melakukan pengecekan apakah data sudah terbaca dengan baik oleh alat ukur,
jika belum ulangan langkah 1 sampai 9.

Gambar 4.9 display information Power Quality and Energy Analyzer Fluke series-435.
11. Setelah pengukuran sudah benar selanjutnya mulai recording atau perekaman
dan simpan hasil pengukuran.

Setelah data selesai direkam langkah selanjutnya adalah transfer data hasil
rekaman dari alat ukur Power Quality and Energy Analyzer Fluke series-435 ke
komputer. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Matikan alat ukur lalu lepaskan memory pada alat ukur.


2. Instalasi software power log sebagai interface Power Quality and Energy
Analyzer Fluke series-435.
3. Buka software power log lalu pilih download recorded data pada menu
toolbar untuk menyimpan hasil pengukuran di computer.
4. Membuka folder data (SD card.fpq) yang telah disimpan pada komputer.
Setelah itu akan tampil data yang telah direkam pada power analyzer.
Gambar 4.10 tampilan software power log serta data pengukuran.
Dari gambar 4.10 diatas dapat dilihat yaitu tampilan data yang telah di rekam dari
software power log. Pada gambar berikut tercantum bebrapa gelombang harmonic
yang timbul pada motor induksi 3-fasa. Yaitu gelombang tegangan pada line 1,2,3
dan Netral, kemudian gelombang arus pada line 1,2,3 dan Netral.

4.4 SKEMA PENGUKURAN POWER ANALYZER

Gambar 4.11 pemasangan alat ukur power analyzer pada panel motor RAW MILL

Dari gambar diatas bisa dilihat ada dua fungsi dari alat power analyzer yang memiliki
tiga input untuk arus dan empat input untuk tegangan yang dimana tiga input berfungsi untuk
mengukur arus pada fasa R, S, T dan empat input untuk mengukur tegangan pada fasa R, S, T,
N.
Alat yang dipakai untuk mengukur arus menggunakan sensor arus atau current clamp
sehingga tidak perlu untuk membuka rangkaian yang dimana menggunakan prinsip induksi
magnetic. Prinsip induksi magnetic adalah kuat medan magnet akibat adanya arus listrik yang
mengalir dalam konduktor. Sedangkan untuk mengukur tegangan menggunakan jepit buaya atau
voltage clamp yang dijepit pada sekrup yang terhubung pada tegangan fasa R, S, T, dan Netral.

Berikut data yang didapat dari hasil pengukuran harmonisa pada motor induksi 3-fasa:

1 Tegangan dan Arus Fundamental.


2 Daya Aktif
3 Daya Reaktif
4 Daya semu.
5 Tegangan dan Arus
6 THD (Total Harmonic Distortion) Tegangan dan Arus.
7 Cos Phi

4.5 Cara Mendapatkan THD Arus

Cara mendapatkan THD arus dalam pengukuran yang pertama adalah menentukan jenis
sambungan yang digunakan pada motor induksi 3-fasa, kemudian memilih kategori pengukuran
harmonic, setelah itu mengatur frekuensi, skala arus, dan skala tegangan pada alat ukur. Setelah
dilakukan pengukuran pada table 4.3 data yang didapat telah disimpan pada memory, selanjutnya
adalah memindahkan data tersebut pada software power log, kemudian export data THD arus
maksimum orde 1 sampai 50. Setelah itu simpan data dan buka melalui software excel. Data
yang telah di export ke excel kemudian dibuat table dan grafik untuk dibandingkan dengan
standar IEEE THD arus. Apakah masih dalam batas standar atau melebihi.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran THD Arus orde 1 sampai 50

Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max


4/8/2016 15:18:34 252msec 4.67 7.07 12.23
4/8/2016 15:18:44 252msec 3.63 3.68 3.38
4/8/2016 15:18:54 252msec 3.66 3.57 3.34
4/8/2016 15:19:04 252msec 3.56 3.51 3.28
4/8/2016 15:19:14 252msec 3.66 4 3.26
4/8/2016 15:19:24 252msec 3.45 3.46 3.22
4/8/2016 15:19:34 252msec 3.54 3.55 3.38
4/8/2016 15:19:44 252msec 3.68 3.64 3.36
4/8/2016 15:19:54 252msec 3.55 3.53 3.33
4/8/2016 15:20:04 252msec 3.54 3.38 3.46
4/8/2016 15:20:14 252msec 3.67 3.48 3.32
4/8/2016 15:20:24 252msec 3.6 3.57 3.47
4/8/2016 15:20:34 252msec 3.56 3.49 3.42
4/8/2016 15:20:44 252msec 3.55 3.55 3.42
4/8/2016 15:20:54 252msec 3.56 3.52 3.35
4/8/2016 15:21:04 252msec 3.65 3.5 3.3
4/8/2016 15:21:14 252msec 3.64 3.58 3.32
4/8/2016 15:21:24 252msec 3.72 3.47 3.54
4/8/2016 15:21:34 252msec 3.5 3.45 3.32
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:21:44 252msec 3.49 3.5 3.31
4/8/2016 15:21:54 252msec 3.53 3.52 3.32
4/8/2016 15:22:04 252msec 3.52 3.53 3.43
4/8/2016 15:22:14 252msec 3.56 3.52 3.53
4/8/2016 15:22:24 252msec 3.52 3.56 3.21
4/8/2016 15:22:34 252msec 3.52 3.5 3.28
4/8/2016 15:22:44 252msec 3.63 3.42 3.38
4/8/2016 15:22:54 252msec 3.57 3.49 3.47
4/8/2016 15:23:14 252msec 3.51 3.56 3.37
4/8/2016 15:23:24 252msec 3.49 3.65 3.48
4/8/2016 15:23:34 252msec 3.53 3.74 3.46
4/8/2016 15:23:44 252msec 3.54 3.67 3.59
4/8/2016 15:23:54 252msec 3.53 3.46 3.39
4/8/2016 15:24:04 252msec 3.49 3.51 3.35
4/8/2016 15:24:14 252msec 3.62 3.55 3.38
4/8/2016 15:24:24 252msec 3.68 3.53 3.49
4/8/2016 15:24:34 252msec 3.62 3.5 3.39
4/8/2016 15:24:44 252msec 3.52 3.49 3.55
4/8/2016 15:24:54 252msec 3.49 3.49 3.34
4/8/2016 15:25:04 252msec 3.49 3.55 3.44
4/8/2016 15:25:14 252msec 3.55 3.59 3.44
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:25:24 252msec 3.57 3.62 3.39
4/8/2016 15:25:34 252msec 3.59 3.61 3.39
4/8/2016 15:25:44 252msec 3.58 3.77 3.38
4/8/2016 15:25:54 252msec 3.61 3.86 3.61
4/8/2016 15:26:04 252msec 3.64 3.66 3.28
4/8/2016 15:26:14 252msec 3.69 3.6 3.65
4/8/2016 15:26:24 252msec 3.64 3.61 3.51
4/8/2016 15:26:34 252msec 3.83 3.65 3.46
4/8/2016 15:26:44 252msec 3.62 3.64 3.49
4/8/2016 15:26:54 252msec 3.68 3.78 3.43
4/8/2016 15:27:04 252msec 3.68 3.49 3.53
4/8/2016 15:27:14 252msec 3.67 3.51 3.47
4/8/2016 15:27:24 252msec 3.91 3.51 3.66
4/8/2016 15:27:34 252msec 3.77 3.56 3.55
4/8/2016 15:27:44 252msec 3.82 3.53 3.5
4/8/2016 15:27:54 252msec 3.73 3.55 3.46
4/8/2016 15:28:14 252msec 3.73 3.52 3.38
4/8/2016 15:28:24 252msec 3.8 3.52 3.33
4/8/2016 15:28:34 252msec 3.78 3.65 3.36
4/8/2016 15:28:44 252msec 3.82 3.61 3.36
4/8/2016 15:28:54 252msec 3.89 3.66 3.4
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:29:04 252msec 3.89 3.71 3.32
4/8/2016 15:29:14 252msec 3.72 3.48 3.41
4/8/2016 15:29:24 252msec 3.68 3.56 3.35
4/8/2016 15:29:34 252msec 3.7 3.61 3.38
4/8/2016 15:29:44 252msec 3.83 3.56 3.3
4/8/2016 15:29:54 252msec 3.8 3.51 3.32
4/8/2016 15:30:04 252msec 3.69 3.51 3.41
4/8/2016 15:30:14 252msec 3.95 3.61 3.49
4/8/2016 15:30:24 252msec 3.87 3.79 3.4
4/8/2016 15:30:34 252msec 3.81 3.7 3.43
4/8/2016 15:30:44 252msec 3.85 3.62 3.46
4/8/2016 15:30:54 252msec 3.85 3.66 3.54
4/8/2016 15:31:04 252msec 3.9 3.52 3.43
4/8/2016 15:31:14 252msec 3.87 3.65 3.52
4/8/2016 15:31:24 252msec 3.77 3.62 3.39
4/8/2016 15:31:34 252msec 3.95 3.74 3.5
4/8/2016 15:31:44 252msec 4.06 3.71 3.54
4/8/2016 15:31:54 252msec 3.99 3.82 3.63
4/8/2016 15:32:04 252msec 4.1 3.75 3.63
4/8/2016 15:32:14 252msec 4.15 3.86 3.67
4/8/2016 15:32:24 252msec 3.92 3.77 3.51
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:32:34 252msec 3.9 3.76 3.6
4/8/2016 15:32:44 252msec 4 3.88 3.52
4/8/2016 15:32:54 252msec 3.9 3.71 3.71
4/8/2016 15:33:14 252msec 4.12 3.72 3.66
4/8/2016 15:33:24 252msec 3.99 3.67 3.61
4/8/2016 15:33:34 252msec 4.08 3.81 3.45
4/8/2016 15:33:44 252msec 4.02 3.73 3.48
4/8/2016 15:33:54 252msec 4.13 3.72 3.7
4/8/2016 15:34:04 252msec 4.04 3.88 3.58
4/8/2016 15:34:14 252msec 4.13 3.8 3.69
4/8/2016 15:34:24 252msec 4.13 3.98 3.69
4/8/2016 15:34:34 252msec 4.26 3.8 3.75
4/8/2016 15:34:44 252msec 4.06 3.83 3.67
4/8/2016 15:34:54 252msec 4.26 4.08 3.58
4/8/2016 15:35:04 252msec 4.09 3.95 3.74
4/8/2016 15:35:14 252msec 3.99 4.07 3.64
4/8/2016 15:35:24 252msec 3.92 3.98 3.62
4/8/2016 15:35:34 252msec 3.94 3.93 3.59
4/8/2016 15:35:44 252msec 3.91 4.01 3.72
4/8/2016 15:35:54 252msec 3.98 4.04 3.68
4/8/2016 15:36:04 252msec 4.13 3.97 3.64
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:36:14 252msec 4.17 4.05 3.73
4/8/2016 15:36:24 252msec 4.14 3.93 3.75
4/8/2016 15:36:34 252msec 4.02 3.89 3.71
4/8/2016 15:36:44 252msec 3.95 4.07 3.67
4/8/2016 15:36:54 252msec 3.98 4.01 3.69
4/8/2016 15:37:04 252msec 4.09 3.89 3.59
4/8/2016 15:37:14 252msec 4.11 4 3.72
4/8/2016 15:37:24 252msec 4.13 4.05 3.7
4/8/2016 15:37:34 252msec 4.18 4.03 3.75
4/8/2016 15:37:44 252msec 4.08 4.12 3.76
4/8/2016 15:37:54 252msec 4.26 4.12 3.8
4/8/2016 15:38:14 252msec 4.27 4 3.78
4/8/2016 15:38:24 252msec 4.15 4.07 3.74
4/8/2016 15:38:34 252msec 4.39 4.01 3.82
4/8/2016 15:38:44 252msec 4.17 3.91 3.76
4/8/2016 15:38:54 252msec 4.68 3.97 3.89
4/8/2016 15:39:04 252msec 4.48 4.09 3.91
4/8/2016 15:39:14 252msec 4.14 3.86 3.75
4/8/2016 15:39:24 252msec 4.41 4.07 4.02
4/8/2016 15:39:34 252msec 4.25 4.05 3.97
4/8/2016 15:39:44 252msec 4.3 3.88 3.92
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:39:54 252msec 4.12 4.06 3.82
4/8/2016 15:40:04 252msec 4.03 4.03 3.88
4/8/2016 15:40:14 252msec 4.08 4.02 4.05
4/8/2016 15:40:24 252msec 3.94 4.07 3.66
4/8/2016 15:40:34 252msec 4.06 4.14 3.8
4/8/2016 15:40:44 252msec 4.01 3.89 3.73
4/8/2016 15:40:54 252msec 4.1 4.01 3.75
4/8/2016 15:41:04 252msec 4.22 4 3.87
4/8/2016 15:41:14 252msec 3.99 3.82 3.91
4/8/2016 15:41:24 252msec 3.93 3.86 3.72
4/8/2016 15:41:34 252msec 4.06 3.99 3.78
4/8/2016 15:41:44 252msec 4.12 4.07 3.66
4/8/2016 15:41:54 252msec 4.03 3.95 3.59
4/8/2016 15:42:04 252msec 3.93 3.96 3.75
4/8/2016 15:42:14 252msec 4.11 4 3.81
4/8/2016 15:42:24 252msec 4.1 4.01 3.58
4/8/2016 15:42:34 252msec 4.01 3.87 3.55
4/8/2016 15:42:44 252msec 4.07 3.92 3.62
4/8/2016 15:42:54 252msec 4.01 3.9 3.67
4/8/2016 15:43:14 252msec 3.95 3.81 3.76
4/8/2016 15:43:24 252msec 3.94 3.87 3.95
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:43:34 252msec 3.89 3.79 3.82
4/8/2016 15:43:44 252msec 3.9 3.73 3.74
4/8/2016 15:43:54 252msec 3.97 3.79 3.66
4/8/2016 15:44:04 252msec 4.15 3.94 3.95
4/8/2016 15:44:14 252msec 3.93 3.85 3.91
4/8/2016 15:44:24 252msec 3.87 3.79 3.74
4/8/2016 15:44:34 252msec 3.97 3.85 3.59
4/8/2016 15:44:44 252msec 3.96 3.76 3.68
4/8/2016 15:44:54 252msec 3.96 3.85 3.8
4/8/2016 15:45:04 252msec 3.97 3.81 3.74
4/8/2016 15:45:14 252msec 3.95 3.78 3.78
4/8/2016 15:45:24 252msec 4.02 3.9 3.81
4/8/2016 15:45:34 252msec 3.91 3.87 3.71
4/8/2016 15:45:44 252msec 3.82 3.81 3.61
4/8/2016 15:45:54 252msec 3.87 3.99 3.8
4/8/2016 15:46:04 252msec 4.14 3.84 3.77
4/8/2016 15:46:14 252msec 3.93 3.78 3.98
4/8/2016 15:46:24 252msec 4.13 3.87 3.74
4/8/2016 15:46:34 252msec 4 3.78 3.83
4/8/2016 15:46:44 252msec 4.09 3.8 3.7
4/8/2016 15:46:54 252msec 4.03 3.84 3.82
Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max
4/8/2016 15:47:04 252msec 3.9 3.83 3.86
4/8/2016 15:47:14 252msec 4.1 3.81 3.68
4/8/2016 15:47:24 252msec 3.91 3.75 3.66
4/8/2016 15:47:34 252msec 4.05 3.83 3.73
4/8/2016 15:47:44 252msec 4.02 3.76 3.77
4/8/2016 15:47:54 252msec 3.93 3.75 3.64
4/8/2016 15:48:14 252msec 3.88 3.83 3.53
4/8/2016 15:48:24 252msec 3.94 3.84 3.67
4/8/2016 15:48:34 252msec 4.12 3.89 3.48

Keterangan :

Date/Time : Tanggal dan waktu pada saat merekam data

%THD A L1 Max : Persen THD Arus maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa Line 1

%THD A L2 Max : Persen THD Arus maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa Line 2

%THD A L3 Max : Persen THD Arus maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa Line 3
Gambar 4.12 simulasi ETAP mencari arus hubung singkat (Isc) pada motor
SHORT- CIRCUIT REPORT

Fault at bus: Bus2

Prefault voltage = 6.600 kV = 100.00 % of nominal bus kV ( 6.600 kV)

= 100.00 % of base kV ( 6.600 kV)

Positive & Zero Sequence Impedances

Looking into "From Bus"


Contribution 3-Phase Fault Line-To-Ground Fault

From Bus To Bus %V kA % Voltage at From Bus kA Symm. rms % Impedance on 100 MVA base

ID ID From Bus Symm. rms Va Vb Vc Ia 3I0 R1 X1 R0 X0

Bus2 Total 0.00 6.251 0.00 93.04 81.78 8.644 8.644 7.02E+001 1.21E+002 9.72E-001 2.65E+001

Bus1 Bus2 16.48 4.884 69.19 111.11 48.07 7.362 8.644 * 1.13E+002 1.39E+002 9.72E-001 2.65E+001

Mtr1 Bus2 100.00 1.624 100.00 100.00 100.00 1.497 0.000 1.59E+001 5.38E+002

U1 Bus1 100.00 0.461 100.00 100.00 100.00 0.368 0.000 1.12E+002 1.12E+002 9.94E+001 9.94E+001

# Indicates fault current contribution is from three-winding transformers

* Indicates a zero sequence fault current contribution (3I0) from a grounded Delta- Y transformer
10

12

14
0

8
15:18:34 252msec
15:19:14 252msec
15:19:54 252msec
15:20:34 252msec
15:21:14 252msec
15:21:54 252msec
15:22:34 252msec
15:23:14 252msec
15:23:54 252msec
15:24:34 252msec
15:25:14 252msec
15:25:54 252msec

Grafik THD Arus terhadap Waktu


15:26:34 252msec
% THD A L1 Max

15:27:14 252msec
15:27:54 252msec
15:28:34 252msec
Gambar 4.13 grafik THD arus terhadap waktu

15:29:14 252msec
15:29:54 252msec
15:30:34 252msec
15:31:14 252msec
15:31:54 252msec
% THD A L2 Max

15:32:34 252msec
15:33:14 252msec
15:33:54 252msec
15:34:34 252msec
15:35:14 252msec
15:35:54 252msec
15:36:34 252msec
15:37:14 252msec
%THD A L3 Max

15:37:54 252msec
15:38:34 252msec
15:39:14 252msec
15:39:54 252msec
15:40:34 252msec
15:41:14 252msec
15:41:54 252msec
15:42:34 252msec
15:43:14 252msec
15:43:54 252msec
15:44:34 252msec
15:45:14 252msec
15:45:54 252msec
15:46:34 252msec
15:47:14 252msec
15:47:54 252msec
15:48:34 252msec
4.6 Deskripsi table Pengukuran THD Arus

Dari hasil pengukuran table 4.3 dapat diketahui bahwa nilai THD arus harmonisa
maksimum pada line 1 yaitu berada pada waktu 15:38:54 dengan nilai 4.68% hampir mendekati
batas standar IEEE, sedangkan nilai THD arus harmonisa minimum berada pada waktu 15:19:24
dengan nilai 3.45%. Pada line 2 nilai THD arus maksimum berada pada waktu 15:38:04 dengan
nilai 7.07%, nilai ini sudah melewati batas standar IEEE. Sedangkan nilai THD arus minimum
berada pada waktu 15:20:04 dengan nilai 3.38%. Kemudian pada line 3 nilai THD arus
maksimum berada pada waktu 15:40:14 dengan nilai 12.03%, nilai ini sudah melewati batas
standar IEEE. Sedangkan THD arus minimum berada pada waktu 15:22:24 dengan nilai 3.21%.
Maka dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai THD arus maksimum berada pada waktu
15:36:54 dengan nilai sebesar 12.23% pada line 3 dan THD arus minimum berada pada waktu
15:22:24 dengan nilai 3.21% pada line 3.

4.7 Perbandingan THD Arus Harmonisa dengan Standar Harmonisa IEEE

Perbandingan nilai THD arus harmonisa dengan standar IEEE. Nilai arus hubung singkat
atau Isc dapat dilihat dari hasil simulasi ETAP pada table short circuit report yaitu sebesar Isc =
1624 ampere. Dan arus beban maksimum atau IL dapat dilihat dari table 4.2 yaitu sebesar IL =
264.6 ampere. Maka nilai ratio perbandingan Isc : IL = 6:1 = 6 sehingga nilai arus hubung singkat
Isc
(Isc) 6 kali lebih besar dari arus beban (IL) jadi nilai < 20. Pada table 4.3 hasil pengukuran
IL

terlihat bahwa THD arus maksimum pada orde 1 sampai 50 yang timbul pada motor induksi
yaitu sebesar 12.03% pada orde > 35. Dengan demikian THD sudah melebihi batas yang
diijinkan dari standar IEEE yaitu sebesar 5%. Bahwa nilai THD arus harmonisa maksimum pada
line 3 yaitu berada pada waktu 15:36:54 dengan nilai sebesar 12.23%, dan THD arus minimum
berada pada waktu 15:22:24 dengan nilai 3.21% pada line 3.
Tabel 4.4 standar harmonisa IEEE 519-1992 untuk Arus

Nilai Nilai IHD pada setiap orde (%)


Nilai (%) THDi
Isc/IL <11 11< h<17 17< h<23 23< h<35 35 > h
<20 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0
20-50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0
50-100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100-1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0
>10000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0

Keterangan

Isc : Arus hubung singkat maksimum

IL : Arus beban maksimum

IHD : Individual Harmonik Distortion

THD : Total Harmonik Distortion

4.8 Cara Mendapatkan THD Tegangan

Cara mendapatkan THD tegangan dalam pengukuran yang pertama adalah menentukan
jenis sambungan yang digunakan pada motor induksi 3-fasa, kemudian memilih kategori
pengukuran harmonic, setelah itu mengatur frekuensi, skala arus, dan skala tegangan pada alat
ukur. Setelah dilakukan pengukuran pada table 4.3 data yang didapat telah disimpan pada
memory, selanjutnya adalah memindahkan data tersebut pada software power log, kemudian
export data THD tegangan maksimum orde 1 sampai 50. Setelah itu simpan data dan buka
melalui software excel. Data yang telah di export ke excel kemudian dibuat table dan grafik
untuk dibandingkan dengan standar IEEE THD tegangan. Apakah masih dalam batas standar
atau melebihi.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran THD Tegangan orde 1 sampai 50

Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:18:34 252msec 1.35 1.35 1.37
4/8/2016 15:18:44 252msec 1.34 1.35 1.37
4/8/2016 15:18:54 252msec 1.33 1.35 1.35
4/8/2016 15:19:04 252msec 1.36 1.35 1.37
4/8/2016 15:19:14 252msec 1.35 1.35 1.36
4/8/2016 15:19:24 252msec 1.35 1.35 1.36
4/8/2016 15:19:34 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:19:44 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:19:54 252msec 1.36 1.36 1.39
4/8/2016 15:20:04 252msec 1.35 1.37 1.36
4/8/2016 15:20:14 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:20:24 252msec 1.35 1.37 1.37
4/8/2016 15:20:34 252msec 1.36 1.38 1.37
4/8/2016 15:20:44 252msec 1.36 1.38 1.37
4/8/2016 15:20:54 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:21:04 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:21:14 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:21:24 252msec 1.35 1.36 1.36
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:21:34 252msec 1.33 1.36 1.37
4/8/2016 15:21:44 252msec 1.34 1.36 1.36
4/8/2016 15:21:54 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:22:04 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:22:14 252msec 1.34 1.36 1.35
4/8/2016 15:22:34 252msec 1.37 1.38 1.38
4/8/2016 15:22:44 252msec 1.36 1.38 1.37
4/8/2016 15:22:54 252msec 1.35 1.37 1.37
4/8/2016 15:23:04 252msec 1.37 1.37 1.37
4/8/2016 15:23:14 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:23:24 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:23:34 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:23:44 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:23:54 252msec 1.34 1.35 1.34
4/8/2016 15:24:04 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:24:14 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:24:24 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:24:34 252msec 1.33 1.35 1.34
4/8/2016 15:24:44 252msec 1.35 1.37 1.37
4/8/2016 15:24:54 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:25:04 252msec 1.34 1.36 1.35
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:25:14 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:25:24 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:25:34 252msec 1.34 1.35 1.37
4/8/2016 15:25:44 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:25:54 252msec 1.34 1.36 1.35
4/8/2016 15:26:04 252msec 1.36 1.36 1.38
4/8/2016 15:26:14 252msec 1.36 1.38 1.38
4/8/2016 15:26:24 252msec 1.34 1.36 1.35
4/8/2016 15:26:34 252msec 1.35 1.37 1.35
4/8/2016 15:26:44 252msec 1.35 1.37 1.36
4/8/2016 15:26:54 252msec 1.34 1.37 1.35
4/8/2016 15:27:14 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:27:24 252msec 1.35 1.37 1.36
4/8/2016 15:27:34 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:27:44 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:27:54 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:28:04 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:28:14 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:28:24 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:28:34 252msec 1.35 1.37 1.36
4/8/2016 15:28:44 252msec 1.35 1.36 1.36
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:28:54 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:29:04 252msec 1.35 1.35 1.35
4/8/2016 15:29:14 252msec 1.33 1.35 1.35
4/8/2016 15:29:24 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:29:34 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:29:44 252msec 1.35 1.37 1.35
4/8/2016 15:29:54 252msec 1.34 1.36 1.35
4/8/2016 15:30:04 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:30:14 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:30:24 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:30:34 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:30:44 252msec 1.37 1.38 1.37
4/8/2016 15:30:54 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:31:04 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:31:14 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:31:24 252msec 1.34 1.35 1.35
4/8/2016 15:31:34 252msec 1.34 1.35 1.34
4/8/2016 15:31:54 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:32:04 252msec 1.35 1.36 1.36
4/8/2016 15:32:14 252msec 1.36 1.37 1.35
4/8/2016 15:32:24 252msec 1.36 1.37 1.36
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:32:34 252msec 1.35 1.37 1.35
4/8/2016 15:32:44 252msec 1.36 1.37 1.35
4/8/2016 15:32:54 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:33:04 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:33:14 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:33:24 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:33:34 252msec 1.34 1.36 1.35
4/8/2016 15:33:44 252msec 1.35 1.35 1.35
4/8/2016 15:33:54 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:34:04 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:34:14 252msec 1.35 1.36 1.35
4/8/2016 15:34:24 252msec 1.36 1.37 1.36
4/8/2016 15:34:34 252msec 1.37 1.38 1.37
4/8/2016 15:34:44 252msec 1.36 1.38 1.37
4/8/2016 15:34:54 252msec 1.36 1.38 1.37
4/8/2016 15:35:04 252msec 1.38 1.4 1.38
4/8/2016 15:35:14 252msec 1.38 1.4 1.39
4/8/2016 15:35:24 252msec 1.39 1.41 1.4
4/8/2016 15:35:34 252msec 1.39 1.4 1.39
4/8/2016 15:35:44 252msec 1.38 1.4 1.38
4/8/2016 15:35:54 252msec 1.37 1.38 1.37
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:36:04 252msec 1.37 1.38 1.37
4/8/2016 15:36:14 252msec 1.37 1.37 1.36
4/8/2016 15:36:34 252msec 1.32 1.32 1.31
4/8/2016 15:36:44 252msec 1.32 1.33 1.31
4/8/2016 15:36:54 252msec 1.32 1.32 1.3
4/8/2016 15:37:04 252msec 1.32 1.33 1.31
4/8/2016 15:37:14 252msec 1.32 1.32 1.3
4/8/2016 15:37:24 252msec 1.31 1.32 1.31
4/8/2016 15:37:34 252msec 1.33 1.33 1.32
4/8/2016 15:37:44 252msec 1.32 1.32 1.32
4/8/2016 15:37:54 252msec 1.32 1.32 1.31
4/8/2016 15:38:04 252msec 1.34 1.34 1.33
4/8/2016 15:38:14 252msec 1.34 1.34 1.32
4/8/2016 15:38:24 252msec 1.35 1.35 1.36
4/8/2016 15:38:34 252msec 1.33 1.34 1.34
4/8/2016 15:38:44 252msec 1.33 1.34 1.33
4/8/2016 15:38:54 252msec 1.33 1.34 1.32
4/8/2016 15:39:04 252msec 1.33 1.34 1.32
4/8/2016 15:39:14 252msec 1.33 1.34 1.32
4/8/2016 15:39:24 252msec 1.32 1.33 1.32
4/8/2016 15:39:34 252msec 1.31 1.32 1.31
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:39:44 252msec 1.3 1.31 1.3
4/8/2016 15:39:54 252msec 1.32 1.34 1.33
4/8/2016 15:40:04 252msec 1.34 1.34 1.33
4/8/2016 15:40:14 252msec 1.32 1.33 1.32
4/8/2016 15:40:24 252msec 1.32 1.33 1.31
4/8/2016 15:40:34 252msec 1.32 1.32 1.32
4/8/2016 15:40:44 252msec 1.31 1.32 1.3
4/8/2016 15:40:54 252msec 1.31 1.33 1.31
4/8/2016 15:41:14 252msec 1.31 1.32 1.31
4/8/2016 15:41:24 252msec 1.33 1.34 1.33
4/8/2016 15:41:34 252msec 1.31 1.32 1.31
4/8/2016 15:41:44 252msec 1.3 1.32 1.29
4/8/2016 15:41:54 252msec 1.3 1.32 1.3
4/8/2016 15:42:04 252msec 1.3 1.32 1.3
4/8/2016 15:42:14 252msec 1.29 1.31 1.29
4/8/2016 15:42:24 252msec 1.29 1.3 1.29
4/8/2016 15:42:34 252msec 1.28 1.29 1.29
4/8/2016 15:42:44 252msec 1.29 1.32 1.3
4/8/2016 15:42:54 252msec 1.3 1.32 1.31
4/8/2016 15:43:04 252msec 1.3 1.31 1.3
4/8/2016 15:43:14 252msec 1.3 1.32 1.3
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:43:24 252msec 1.29 1.31 1.3
4/8/2016 15:43:34 252msec 1.28 1.3 1.29
4/8/2016 15:43:44 252msec 1.28 1.29 1.29
4/8/2016 15:43:54 252msec 1.3 1.31 1.32
4/8/2016 15:44:04 252msec 1.32 1.33 1.32
4/8/2016 15:44:14 252msec 1.3 1.31 1.32
4/8/2016 15:44:24 252msec 1.31 1.33 1.34
4/8/2016 15:44:34 252msec 1.31 1.34 1.33
4/8/2016 15:44:44 252msec 1.31 1.33 1.34
4/8/2016 15:44:54 252msec 1.32 1.33 1.33
4/8/2016 15:45:04 252msec 1.3 1.32 1.32
4/8/2016 15:45:14 252msec 1.3 1.32 1.31
4/8/2016 15:45:24 252msec 1.3 1.32 1.31
4/8/2016 15:45:34 252msec 1.3 1.31 1.32
4/8/2016 15:45:54 252msec 1.3 1.31 1.3
4/8/2016 15:46:04 252msec 1.29 1.31 1.31
4/8/2016 15:46:14 252msec 1.3 1.32 1.32
4/8/2016 15:46:24 252msec 1.3 1.31 1.32
4/8/2016 15:46:34 252msec 1.3 1.31 1.31
4/8/2016 15:46:44 252msec 1.29 1.31 1.32
4/8/2016 15:46:54 252msec 1.31 1.31 1.32
Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max
4/8/2016 15:47:04 252msec 1.31 1.32 1.33
4/8/2016 15:47:14 252msec 1.33 1.34 1.34
4/8/2016 15:47:24 252msec 1.33 1.34 1.34
4/8/2016 15:47:34 252msec 1.33 1.34 1.34
4/8/2016 15:47:44 252msec 1.32 1.33 1.33
4/8/2016 15:47:54 252msec 1.32 1.33 1.33
4/8/2016 15:48:04 252msec 1.31 1.33 1.32
4/8/2016 15:48:14 252msec 1.3 1.32 1.31
4/8/2016 15:48:24 252msec 1.3 1.32 1.31
4/8/2016 15:48:34 252msec 1.3 1.32 1.31
Keterangan :

Date/Time : Tanggal dan waktu pada saat merekam data

%THD V L1 Max : Persen THD Tegangan maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa
Line 1

%THD V L2 Max : Persen THD Tegangan maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa

Line 2

%THD V L3 Max : Persen THD Tegangan maksimum orde 1 sampai 50 pada fasa

Line 3
1,25

1,35

1,45
1,2

1,3

1,4
15:18:34 252msec
15:19:14 252msec
15:19:54 252msec
15:20:34 252msec
15:21:14 252msec
15:21:54 252msec
15:22:34 252msec
15:23:14 252msec
15:23:54 252msec
15:24:34 252msec
15:25:14 252msec

Grafik THD Tegangan terhadap Waktu


15:25:54 252msec
%THD V L1N Max

15:26:34 252msec
15:27:14 252msec
15:27:54 252msec
Gambar 4.15 grafik THD tegangan terhadap waktu

15:28:34 252msec
15:29:14 252msec
15:29:54 252msec
15:30:34 252msec
15:31:14 252msec
15:31:54 252msec
%THD V L2N Max

15:32:34 252msec
15:33:14 252msec
15:33:54 252msec
15:34:34 252msec
15:35:14 252msec
15:35:54 252msec
15:36:34 252msec
15:37:14 252msec
%THD V L3N Max

15:37:54 252msec
15:38:34 252msec
15:39:14 252msec
15:39:54 252msec
15:40:34 252msec
15:41:14 252msec
15:41:54 252msec
15:42:34 252msec
15:43:14 252msec
15:43:54 252msec
15:44:34 252msec
15:45:14 252msec
15:45:54 252msec
15:46:34 252msec
15:47:14 252msec
15:47:54 252msec
15:48:34 252msec
4.9 Deskripsi Tabel Pengukuran THD Tegangan

Dari hasil pengukuran table 4.5 dapat diketahui bahwa nilai THD tegangan
harmonisa maksimum pada line 1 yaitu berada pada waktu 15:35:24 dengan nilai
1.39%, sedangkan nilai THD tegangan harmonisa minimum berada pada waktu
15:42:34 dengan nilai 1.28%. Pada line 2 nilai THD tegangan maksimum berada pada
waktu 15:35:24 dengan nilai 1.41%, sedangkan nilai THD tegangan minimum berada
pada waktu 15:43:44 dengan nilai 1.29%. Kemudian pada line 3 nilai THD tegangan
maksimum berada pada waktu 15:35:24 dengan nilai 1.4%, sedangkan THD tegangan
minimum berada pada waktu 15:43:34 dengan nilai 1.29%. Sehingga dari data
tersebut dapat dilihat bahwa nilai THD tegangan maksimum berada pada waktu
15:35:24 dengan nilai sebesar 1.41% pada line 2 dan THD tegangan minimum
berada pada waktu 15:42:34 dengan nilai sebesar 1.28% pada line 1.

4.10 Perbandingan THD Tegangan dengan Standar Harmonisa IEEE

Pada table pengukuran 4.5 diatas dapat dilihat bahawa THD tegangan
maksimum yang timbul pada motor induksi 3-fasa masih dalam batas yang diijinkan
dari standar IEEE yaitu kurang dari 5%. Dan data yang terekam pada THD tegangan
nilai maksimum pada line 2 yaitu berada pada waktu 15:35:24 dengan nilai sebesar
1.41%. Dan nilai THD tegangan harmonisa minimum berada pada waktu 15:42:34
dengan nilai 1.28% pada line 1.

Tabel 4.6 standar IEEE THDV 519-1992 Tegangan

Bus Voltage IHDV (%) THDV (%)


<69 kV 3.0 5.0
69 - 161 kV 1.5 2.5
>161 kV 1.0 1.5
Keterangan
Bus Voltage : Tegangan pada bus
IHD : Individual Harmonik Distortion
THD : Total Harmonik Distortion

4.11 Analisis Dampak Harmonisa yang Timbul pada Motor Induksi 3-fasa

Karena pada hasil pengukuran yang diperoleh terdapat harmonisa yang


melebihi batas standar IEEE maka dampak yang timbul dari harmonisa motor induksi
3-fasa seperti :
1. kerugian tembaga dan besi meningkat mengakibatkan pemanasan.
2. Getaran torsi disebabkan karena interaksi medan magnet harmonik dasar. Hal
ini menjadikan kebisingan suara yang lebih tinggi.
3. Menyebabkan tambahan thermal stress pada motor-motor listrik yang
berdampak pada pengurangan umur isolasi motor
4.12 Filter pasif single tuned
Filter pasif sebagian besar didesain untuk memberikan bagian khusus untuk
mengalihkan arus harmonic yang tidak diinginkan dalam system tenaga listrik. Filter
pasif berfungsi untuk mengurangi frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus.
Dengan cara menyediakan jalur rendah untuk impedansinya pada frekuensi-frekuensi
harmonisa. Komponen utama yang terdapat pada filter pasif adalah kapasitor (C) dan
inductor (L) . Kapasitor dihubungkan seri atau paralel untuk memperoleh sebuah total
rating tegangan dan daya reaktif (KVAR) yang diinginkan, sedangkan inductor
digunakan dalam rangkaian filter dirancang mampu menahan selubung frekuensi
tinggi yaitu efek kulit (skin effect). Pemasangan filter pasif biasanya di letakan di
dekat daya listrik hal ini di maksudkan untuk mencegah harmonic menuju sumber.

Untuk merancang filter ini dibutuhkan data distorsi harmonic tegangan (THD
V) dan arus (THD I) yang terbesar pada system. Data harmonic tegangan terbesar
digunakan untuk menentukan arus harmonic dari orde berapa yang akan di filter dari
system. Kriteria yang didasarkan pada tegangan harmonic lebih tepat untuk desain
filter. Hal ini disebabkan karena lebih mudah menjamin berada dalam batas tegangan
yang layak daripada membatasi tingkat arus akibat adanya impedansi jaringan AC,.

Gambar 4.13 skema pemasangan filter pasif single tuned


Perancangan Filter Singel Tuned

a. Reaktansi kapasitor bank


�2
Xc = ��

Keterangan :
kV : tegangan pada motor
Qc : Daya Reaktif pada kapasitor bank
b. Untuk meredam harmonik n, reaktor harus memiliki ukuran
��
XL =
��2

Keterangan :
Xc : reaktansi kapasitive
�� : Orde harmonic
c. Reaktansi reaktor yang diberikan oleh
��
R=

Keterangan :
Xn : reaktansi orde
Q : factor kualitas filter


d. L=
.�.�

keterangan :
L : inductor
XL : reaktansi induktif
e. C=
.�.�.��

keterangan :
L : inductor
Xc : reaktansi kapasitif
f. Dimana Q adalah faktor kualitas filter itu, 30 < Q < 100 reaktansi karakteristik
diberikan oleh

Xn= ��� = ��� = √��. �� = √

Keterangan :
Xn : reaktansi orde
XLn : impedansi dari reaktansi induktif
Xcn : impedansi dari reaktansi kapasitive
XL : reaktansi induktif
Xc : reaktansi kapasitive
L : induktor
C : kapasitor

g. Ukuran filter
�2
Qfilter = ��−�

Keterangan :
kV : tegangan pada motor
XL : reaktansi induktif
Xc : reaktansi kapasitive
4.13 Perancangan Filter Pasif Singel Tuned
Untuk merancang suatu filter terlebih dahulu diperlukan proses identifikasi
terhadap orde harmonic yang hendak diredam. Karena filter pasif single tuned hanya
dapat meredam satu orde maka harmonic tegangan terbesar yang akan digunakan
untuk merancang filter pasif single tuned.
Tabel 4.7 THD orde 3
Orde 3 Max
Tegangan (V) THD %
Line 1 0.25
Line 2 0.14
Line 3 0.17
Arus (A) THD %
Line 1 1.52
Line 2 2.6
Line 3 4.98

Tabel 4.8 THD orde 5


Orde 5 Max
Tegangan (V) THD %
Line 1 0.68
Line 2 0.75
Line 3 0.72
Arus (A) THD %
Line 1 2.96
Line 2 2.92
Line 3 3.83

Tabel 4.9 THD orde 7


Orde 7 Max
Tegangan (V) THD %
Line 1 0.78
Line 2 0.74
Line 3 0.75
Arus (A) THD %
Line 1 1.82
Line 2 1.93
Line 3 2.81

4.14 Perhitungan Filter Pasif Singel Tuned


Berdasarkan data pengukuran dari table diatas yang diperoleh dapat dilihat
bahwa harmonic tegangan yang terbesar yaitu pada orde 7, sehingga filter pasif yang
akan dirancang akan meredam harmonic orde 7.

Dik : Tegangan motor : 6.6 kV


Daya reaktif pada kapasitor (Qc) : 0,4 MVAr
Orde harmonic (n) :7
a. Untuk menghitung reaktansi kapasitive nilai Qc berasal dari nilai
kapasitas daya reaktif pada kapasitor bank yang digunakan.
�2
Xc = ��

. 2 �
=
���

= 0.1089 kΩ

��
b. XL =
�2
. Ω
= 2

= 2.22 Ω
Xn = √��. ��
Xn = √ . � .
= 15.5 Ω
c. Untuk menghitung resistansi reactor nilai factor kualitas filter Q = 100
��
R=

.
R=

= 0.155 Ω

d. L =
.�.�
.
=
. , .

= 7.07 x 10-3 H

e. C =
.�.�.��

= . , . . ,

= 2.92 x 10-5 F
�2
f. Qfilter = ��−�

. 2
Qfilter = . − .

= 0.408 MVAr
Tabel 4.10 spesifikasi filter pasif single tuned :

Spesifikasi filter single tuned


Spesifikasi Nilai
Xc 108.9 Ω
XL 2.22 Ω
Xn 15.5 Ω
R 0.155 Ω
L 7.07 x 10-3 H
C 2.92 x 10-5 F
0.408 MVAr
Qfilter

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan spesifikasi untuk filter single tuned
yaitu nilai reaktansi kapasitor Xc = 108,9 Ω, nilai reaktansi inductor XL = 2.22 Ω,
nilai reaktansi karakteristik orde yang diredam Xn = 15.5 Ω, reaktansi reactor R =
0.155 Ω, nilai induktor L = 7.07 x 10-3 H, nilai kapasitor C = 2.92 x 10-5 F kemudian
kapasitas filter pasif Qfilter = 0.408 MVAr.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari perhitungan dan analisis, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbandingan nilai THD arus harmonisa dengan standar IEEE. Nilai arus
hubung singkat atau Isc dapat dilihat dari hasil simulasi pada table short
circuit report yaitu Isc = 1624 ampere. Dan arus beban maksimum atau IL
dapat dilihat dari table 4.2 yaitu IL = 264.6 ampere. Maka nilai perbandingan

Isc : IL = 6:1 = 6 sehingga nilai 6 Isc kali IL jadi nilai < 20. Pada table 4.3

hasil pengukuran terlihat bahwa THD arus maksimum pada orde 1 sampai 50
yang timbul pada motor induksi yaitu sebesar 12.03% pada orde > 35.
Dengan demikian THD sudah melebihi batas yang diijinkan dari standar IEEE
yaitu sebesar 5%. Bahwa nilai THD arus harmonisa maksimum pada line 3
yaitu berada pada waktu 15:36:54 dengan nilai sebesar 12.23%, dan THD arus
minimum berada pada waktu 15:22:24 dengan nilai 3.21% pada line 3.
2. Perbandingan nilai THD tegangan harmonisa dengan standar IEEE. Pada table
pengukuran 4.5 diatas dapat dilihat bahawa THD tegangan maksimum yang
timbul pada motor induksi 3-fasa masih dalam batas yang diijinkan dari
standar IEEE yaitu kurang dari 5%. Dan data yang terekam pada THD
tegangan nilai maksimum pada line 2 yaitu berada pada waktu 15:35:24
dengan nilai sebesar 1.41%. Dan nilai THD tegangan harmonisa minimum
berada pada waktu 15:42:34 dengan nilai 1.28% pada line 1.
3. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan spesifikasi untuk filter single tuned
yaitu nilai reaktansi kapasitor Xc = 108,9 Ω , nilai reaktansi inductor X L =
2.22 Ω , nilai reaktansi karakteristik orde yang diredam Xn = 15.5 Ω , reaktansi
reactor R = 0.155 Ω , nilai induktor L = 7.07 x 10-3 H, nilai kapasitor C = 2.92
x 10-5 F kemudian kapasitas filter pasif Qfilter = 0.408 MVAr.

5.2 Saran
Setelah dilakukan analisis harmonisa terhadap motor induksi 3-fasa RAW
MILL maka data yang di dapat pada THD arus masih melibihi batas yang diijinkan
dari standar IEEE, maka harus dipasang filter pasif single tuned untuk meredam
harmonisa sehingga dapat mengurangi dampak kerusakan pada motor yang timbul
akibat harmonisa.
i

DAFTAR PUSTAKA

1. Ali Kasim.2013. Pemgaruh Harmonisa Motor Induksi Belitan Slip Recorvery.


Jurnal Teknik Elektro vol.3, no.5. Agustus 2013 : 263-247.
2. Arung, Kukuh.2014. Analisa Daya dan Filter Harmonik Orde 5 di Pabrik
Wire ROD MILL PT.Krakatau Steel (Persero) TBK. UGM.Laporan Kerja
Praktik.Yogyakarta.
3. Bramantya Ribandono.2015. Analisa Pengaruh Distorsi Harmonik Total
terhadap efisiensi Motor Induksi.Skripsi.Yogyakarta.
4. Faizal Harits.2015. Metode Mitigasi Tegangan Kedip Dan Harmonik Dengan
Menggunakan Ac-Ac Converter.Universitas Indonesia.Laporan Kerja
Praktik.Depok.
5. George J.Wakileh.2001.Power System Harmonics.Spinger.Verlag Berlin
Heidelberg New York.
6. Iskandar Zulkarnain. 2009. Analisis Pengaruh harmonisa Terhadap Arus
Netral, Rugi-rugi dan Penurunan Kapasitas pada Transformator
Distribusi.Teknik Elektro Universitas Diponogoro.Semarang.
7. Maharani Putri, dkk. 2014. Analisis Reduksi Harmonisa Pada Variable Speed
Drive Menggunakan Filter Lc Dengan Beban Motor Induksi Tiga Fasa.
Teknik Elektro USU. Sumatra Utara.
8. Merlin,Gerin.dkk.1999.Harmonic detection and filtering.Schneider Electric
Industries SA.USA.
9. Purnama, Agus. 2012 “Definisi Dan Karakteristik Motor Listrik Induksi”.
http://www.elektronika-dasar.web.id/definisi-dan-karakteristik-motor-listrik-
induksi/. (diakses 22 Juli 2016).
10. Saputra,Bayu.2012.“MotorInduksi”.http://www.bayu93saputra.blogspot.co.id/
2012/10/motor-induksi.html? m=1. (diakses 22 Juli 2016)
11. Zuhal.1997.Dasar Tenaga Listrik.Bandung: ITB,1991.
Project: ETAP Page: 1
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Electrical Transient Analyzer Program

Short-Circuit Analysis

ANSI Standard
3-Phase, LG, LL, & LLG Fault Currents
1/2 Cycle Network

Swing V-Control Load Total


Number of Buses: 1 0 1 2

XFMR2 XFMR3 Reactor Line/Cable Impedance Tie PD Total


Number of Branches: 1 0 0 0 0 0 1

Synchronous Power Synchronous Induction Lumped


Generator Grid Motor Machines Load Total
Number of Machines: 0 1 0 1 0 2

System Frequency: 50.00 Hz

Unit System: English

Project Filename: tes

Output Filename: C:\ETAP 1260\tes\Untitled.SQ1


Project: ETAP Page: 2
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Adjustments

Apply Individual
Tolerance Adjustments /Global Percent

Transformer Impedance: Yes Individual

Reactor Impedance: Yes Individual

Overload Heater Resistance: No

Transmission Line Length: No

Cable Length: No

Apply Individual
Temperature Correction Adjustments /Global Degree C

Transmission Line Resistance: Yes Individual

Cable Resistance: Yes Individual


Project: ETAP Page: 3
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Bus Input Data

Bus Initial Voltage


ID Type Nom. kV Base kV Sub-sys %Mag. Ang.

Bus1 SWNG 63.000 70.000 1 111.11 0.00

Bus2 Load 6.600 6.600 1 100.00 -30.00

2 Buses Total

All voltages reported by ETAP are in % of bus Nominal kV.


Base kV values of buses are calculated and used internally by ETAP .
Project: ETAP Page: 4
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

2-Winding Transformer Input Data

Transformer Rating Z Variation % Tap Setting Adjusted Phase Shift


ID MVA Prim. kV Sec. kV %Z X/R + 5% - 5% % Tol. Prim. Sec. %Z Type Angle

T1 32.000 70.000 6.600 8.50 27.30 0 0 0 0 0 8.5000 Dyn 30.000

2-Winding Transformer Grounding Input Data

Grounding

Transformer Rating Conn. Primary Secondary


ID MVA Prim. kV Sec. kV Type Type kV Amp Ohm Type kV Amp Ohm

T1 32.000 70.000 6.600 D/Y Solid


Project: ETAP Page: 5
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Branch Connections

CKT/Branch Connected Bus ID % Impedance, Pos. Seq., 100 MVAb


ID Type From Bus To Bus R X Z Y

T1 2W XFMR Bus1 Bus2 0.97 26.54 26.56


Project: ETAP Page: 6
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Power Grid Input Data

% Positive Seq. Impedance % Zero Seq. Impedance


Power Grid Connected Bus Rating 100 MVA Base Grounding 100 MVA Base
ID ID MVASC kV X/R R X Type X/R R0 X0

U1 Bus1 63.000 70.000 1.00 112.23920 112.23920 Wye - Solid 1.00 99.428500 99.42850

Total Power Grids (= 1 ) 63.000 MVA


Project: ETAP Page: 7
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Induction Machine Input Data

Induction Machine Rating (Base) Positive Seq. Imp. Grounding Zero Seq. Imp.
ID Type Qty kVA kV RPM X"/R %R % X" % X' Conn. Type Amp X/R % R0 % X0

Mtr1 Motor 1 2857.38 6.600 1500 33.81 0.455 15.38 23.08 Wye Open 33.81 0.455 15.38

Total Connected Induction Machines ( = 1 ): 2857.4 kVA


Project: ETAP Page: 8
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

SHORT- CIRCUIT REPORT

Fault at bus: Bus2

Prefault voltage = 6.600 kV = 100.00 % of nominal bus kV ( 6.600 kV)


= 100.00 % of base kV ( 6.600 kV)

Positive & Zero Sequence Impedances


Contribution 3-Phase Fault Line-To-Ground Fault Looking into "From Bus"
From Bus To Bus %V kA % Voltage at From Bus kA Symm. rms % Impedance on 100 MVA base
ID ID From Bus Symm. rms Va Vb Vc Ia 3I0 R1 X1 R0 X0

Bus2 Total 0.00 6.251 0.00 93.04 81.78 8.644 8.644 7.02E+001 1.21E+002 9.72E-001 2.65E+001

Bus1 Bus2 16.48 4.884 69.19 111.11 48.07 7.362 8.644 * 1.13E+002 1.39E+002 9.72E-001 2.65E+001
Mtr1 Bus2 100.00 1.624 100.00 100.00 100.00 1.497 0.000 1.59E+001 5.38E+002

U1 Bus1 100.00 0.461 100.00 100.00 100.00 0.368 0.000 1.12E+002 1.12E+002 9.94E+001 9.94E+001
# Indicates fault current contribution is from three-winding transformers

* Indicates a zero sequence fault current contribution (3I0) from a grounded Delta- Y transformer
Project: ETAP Page: 9
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Short-Circuit Summary Report

1/2 Cycle - 3-Phase, LG, LL, & LLG Fault Currents

Prefault Voltage = 100 % of the Bus Nominal Voltage

Bus 3-Phase Fault Line-to-Ground Fault Line-to-Line Fault *Line-to-Line-to-Ground


ID kV Real Imag. Mag. Real Imag. Mag. Real Imag. Mag. Real Imag. Mag.

Bus2 6.60 3.135 -5.408 6.251 4.025 -7.650 8.644 4.683 2.715 5.414 2.020 9.146 9.367

All fault currents are symmetrical momentary (1/2 Cycle network) values in rms kA

* LLG fault current is the larger of the two faulted line currents
Project: ETAP Page: 10
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Short-Circuit Summary Report

Bus Positive Sequence Imp. (ohm) Negative Sequence Imp. (ohm) Zero Sequence Imp. (ohm)
ID kV Resistance Reactance Impedance Resistance Reactance Impedance Resistance Reactance Impedance

Bus2 6.600 0.30574 0.52735 0.60957 0.30574 0.52735 0.60957 0.00424 0.11563 0.11571
Project: ETAP Page: 11
12.6.0H
Location: Date: 03-21-2017
Contract: SN:
Engineer: Revision: Base
Study Case: SM
Filename: tes Config.: Normal

Sequence-of-Operation Event Summary Report

Symmetrical 3-Phase Fault between Bus2 and Mtr1. Adjacent to Bus2.

Time (ms) ID If (kA) T1 (ms) T2 (ms) Condition


TabelLanjutanHasilPengukuran THD Arusorde 1 sampai 50

Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:18:34 252msec 4.67 7.07 12.23

4/8/2016 15:18:44 252msec 3.63 3.68 3.38

4/8/2016 15:18:54 252msec 3.66 3.57 3.34

4/8/2016 15:19:04 252msec 3.56 3.51 3.28

4/8/2016 15:19:14 252msec 3.66 4 3.26

4/8/2016 15:19:24 252msec 3.45 3.46 3.22

4/8/2016 15:19:34 252msec 3.54 3.55 3.38

4/8/2016 15:19:44 252msec 3.68 3.64 3.36

4/8/2016 15:19:54 252msec 3.55 3.53 3.33

4/8/2016 15:20:04 252msec 3.54 3.38 3.46

4/8/2016 15:20:14 252msec 3.67 3.48 3.32

4/8/2016 15:20:24 252msec 3.6 3.57 3.47


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:20:34 252msec 3.56 3.49 3.42

4/8/2016 15:20:44 252msec 3.55 3.55 3.42

4/8/2016 15:20:54 252msec 3.56 3.52 3.35

4/8/2016 15:21:04 252msec 3.65 3.5 3.3

4/8/2016 15:21:14 252msec 3.64 3.58 3.32

4/8/2016 15:21:24 252msec 3.72 3.47 3.54

4/8/2016 15:21:34 252msec 3.5 3.45 3.32

4/8/2016 15:21:44 252msec 3.49 3.5 3.31

4/8/2016 15:21:54 252msec 3.53 3.52 3.32

4/8/2016 15:22:04 252msec 3.52 3.53 3.43

4/8/2016 15:22:14 252msec 3.56 3.52 3.53

4/8/2016 15:22:24 252msec 3.52 3.56 3.21

4/8/2016 15:22:34 252msec 3.52 3.5 3.28

4/8/2016 15:22:44 252msec 3.63 3.42 3.38


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:22:54 252msec 3.57 3.49 3.47

4/8/2016 15:23:14 252msec 3.51 3.56 3.37

4/8/2016 15:23:24 252msec 3.49 3.65 3.48

4/8/2016 15:23:34 252msec 3.53 3.74 3.46

4/8/2016 15:23:44 252msec 3.54 3.67 3.59

4/8/2016 15:23:54 252msec 3.53 3.46 3.39

4/8/2016 15:24:04 252msec 3.49 3.51 3.35

4/8/2016 15:24:14 252msec 3.62 3.55 3.38

4/8/2016 15:24:24 252msec 3.68 3.53 3.49

4/8/2016 15:24:34 252msec 3.62 3.5 3.39

4/8/2016 15:24:44 252msec 3.52 3.49 3.55

4/8/2016 15:24:54 252msec 3.49 3.49 3.34

4/8/2016 15:25:04 252msec 3.49 3.55 3.44

4/8/2016 15:25:14 252msec 3.55 3.59 3.44


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:25:24 252msec 3.57 3.62 3.39

4/8/2016 15:25:34 252msec 3.59 3.61 3.39

4/8/2016 15:25:44 252msec 3.58 3.77 3.38

4/8/2016 15:25:54 252msec 3.61 3.86 3.61

4/8/2016 15:26:04 252msec 3.64 3.66 3.28

4/8/2016 15:26:14 252msec 3.69 3.6 3.65

4/8/2016 15:26:24 252msec 3.64 3.61 3.51

4/8/2016 15:26:34 252msec 3.83 3.65 3.46

4/8/2016 15:26:44 252msec 3.62 3.64 3.49

4/8/2016 15:26:54 252msec 3.68 3.78 3.43

4/8/2016 15:27:04 252msec 3.68 3.49 3.53

4/8/2016 15:27:14 252msec 3.67 3.51 3.47

4/8/2016 15:27:24 252msec 3.91 3.51 3.66

4/8/2016 15:27:34 252msec 3.77 3.56 3.55


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:27:44 252msec 3.82 3.53 3.5

4/8/2016 15:27:54 252msec 3.73 3.55 3.46

4/8/2016 15:28:14 252msec 3.73 3.52 3.38

4/8/2016 15:28:24 252msec 3.8 3.52 3.33

4/8/2016 15:28:34 252msec 3.78 3.65 3.36

4/8/2016 15:28:44 252msec 3.82 3.61 3.36

4/8/2016 15:28:54 252msec 3.89 3.66 3.4

4/8/2016 15:29:04 252msec 3.89 3.71 3.32

4/8/2016 15:29:14 252msec 3.72 3.48 3.41

4/8/2016 15:29:24 252msec 3.68 3.56 3.35

4/8/2016 15:29:34 252msec 3.7 3.61 3.38

4/8/2016 15:29:44 252msec 3.83 3.56 3.3

4/8/2016 15:29:54 252msec 3.8 3.51 3.32


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:30:04 252msec 3.69 3.51 3.41

4/8/2016 15:30:14 252msec 3.95 3.61 3.49

4/8/2016 15:30:24 252msec 3.87 3.79 3.4

4/8/2016 15:30:34 252msec 3.81 3.7 3.43

4/8/2016 15:30:44 252msec 3.85 3.62 3.46

4/8/2016 15:30:54 252msec 3.85 3.66 3.54

4/8/2016 15:31:04 252msec 3.9 3.52 3.43

4/8/2016 15:31:14 252msec 3.87 3.65 3.52

4/8/2016 15:31:24 252msec 3.77 3.62 3.39

4/8/2016 15:31:34 252msec 3.95 3.74 3.5

4/8/2016 15:31:44 252msec 4.06 3.71 3.54

4/8/2016 15:31:54 252msec 3.99 3.82 3.63

4/8/2016 15:32:04 252msec 4.1 3.75 3.63

4/8/2016 15:32:14 252msec 4.15 3.86 3.67


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:32:24 252msec 3.92 3.77 3.51

4/8/2016 15:32:34 252msec 3.9 3.76 3.6

4/8/2016 15:32:44 252msec 4 3.88 3.52

4/8/2016 15:32:54 252msec 3.9 3.71 3.71

4/8/2016 15:33:14 252msec 4.12 3.72 3.66

4/8/2016 15:33:24 252msec 3.99 3.67 3.61

4/8/2016 15:33:34 252msec 4.08 3.81 3.45

4/8/2016 15:33:44 252msec 4.02 3.73 3.48

4/8/2016 15:33:54 252msec 4.13 3.72 3.7

4/8/2016 15:34:04 252msec 4.04 3.88 3.58

4/8/2016 15:34:14 252msec 4.13 3.8 3.69

4/8/2016 15:34:24 252msec 4.13 3.98 3.69

4/8/2016 15:34:34 252msec 4.26 3.8 3.75

4/8/2016 15:34:44 252msec 4.06 3.83 3.67


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:34:54 252msec 4.26 4.08 3.58

4/8/2016 15:35:04 252msec 4.09 3.95 3.74

4/8/2016 15:35:14 252msec 3.99 4.07 3.64

4/8/2016 15:35:24 252msec 3.92 3.98 3.62

4/8/2016 15:35:34 252msec 3.94 3.93 3.59

4/8/2016 15:35:44 252msec 3.91 4.01 3.72

4/8/2016 15:35:54 252msec 3.98 4.04 3.68

4/8/2016 15:36:04 252msec 4.13 3.97 3.64

4/8/2016 15:36:14 252msec 4.17 4.05 3.73

4/8/2016 15:36:24 252msec 4.14 3.93 3.75

4/8/2016 15:36:34 252msec 4.02 3.89 3.71

4/8/2016 15:36:44 252msec 3.95 4.07 3.67

4/8/2016 15:36:54 252msec 3.98 4.01 3.69

4/8/2016 15:37:04 252msec 4.09 3.89 3.59


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:37:14 252msec 4.11 4 3.72

4/8/2016 15:37:24 252msec 4.13 4.05 3.7

4/8/2016 15:37:34 252msec 4.18 4.03 3.75

4/8/2016 15:37:44 252msec 4.08 4.12 3.76

4/8/2016 15:37:54 252msec 4.26 4.12 3.8

4/8/2016 15:38:14 252msec 4.27 4 3.78

4/8/2016 15:38:24 252msec 4.15 4.07 3.74

4/8/2016 15:38:34 252msec 4.39 4.01 3.82

4/8/2016 15:38:44 252msec 4.17 3.91 3.76

4/8/2016 15:38:54 252msec 4.68 3.97 3.89

4/8/2016 15:39:04 252msec 4.48 4.09 3.91

4/8/2016 15:39:14 252msec 4.14 3.86 3.75

4/8/2016 15:39:24 252msec 4.41 4.07 4.02

4/8/2016 15:39:34 252msec 4.25 4.05 3.97


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:39:44 252msec 4.3 3.88 3.92

4/8/2016 15:39:54 252msec 4.12 4.06 3.82

4/8/2016 15:40:04 252msec 4.03 4.03 3.88

4/8/2016 15:40:14 252msec 4.08 4.02 4.05

4/8/2016 15:40:24 252msec 3.94 4.07 3.66

4/8/2016 15:40:34 252msec 4.06 4.14 3.8

4/8/2016 15:40:44 252msec 4.01 3.89 3.73

4/8/2016 15:40:54 252msec 4.1 4.01 3.75

4/8/2016 15:41:04 252msec 4.22 4 3.87

4/8/2016 15:41:14 252msec 3.99 3.82 3.91

4/8/2016 15:41:24 252msec 3.93 3.86 3.72

4/8/2016 15:41:34 252msec 4.06 3.99 3.78

4/8/2016 15:41:44 252msec 4.12 4.07 3.66

4/8/2016 15:41:54 252msec 4.03 3.95 3.59


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:42:04 252msec 3.93 3.96 3.75

4/8/2016 15:42:14 252msec 4.11 4 3.81

4/8/2016 15:42:24 252msec 4.1 4.01 3.58

4/8/2016 15:42:34 252msec 4.01 3.87 3.55

4/8/2016 15:42:44 252msec 4.07 3.92 3.62

4/8/2016 15:42:54 252msec 4.01 3.9 3.67

4/8/2016 15:43:14 252msec 3.95 3.81 3.76

4/8/2016 15:43:24 252msec 3.94 3.87 3.95

4/8/2016 15:43:34 252msec 3.89 3.79 3.82

4/8/2016 15:43:44 252msec 3.9 3.73 3.74

4/8/2016 15:43:54 252msec 3.97 3.79 3.66

4/8/2016 15:44:04 252msec 4.15 3.94 3.95

4/8/2016 15:44:14 252msec 3.93 3.85 3.91

4/8/2016 15:44:24 252msec 3.87 3.79 3.74


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:44:34 252msec 3.97 3.85 3.59

4/8/2016 15:44:44 252msec 3.96 3.76 3.68

4/8/2016 15:44:54 252msec 3.96 3.85 3.8

4/8/2016 15:45:04 252msec 3.97 3.81 3.74

4/8/2016 15:45:14 252msec 3.95 3.78 3.78

4/8/2016 15:45:24 252msec 4.02 3.9 3.81

4/8/2016 15:45:34 252msec 3.91 3.87 3.71

4/8/2016 15:45:44 252msec 3.82 3.81 3.61

4/8/2016 15:45:54 252msec 3.87 3.99 3.8

4/8/2016 15:46:04 252msec 4.14 3.84 3.77

4/8/2016 15:46:14 252msec 3.93 3.78 3.98

4/8/2016 15:46:24 252msec 4.13 3.87 3.74

4/8/2016 15:46:34 252msec 4 3.78 3.83

4/8/2016 15:46:44 252msec 4.09 3.8 3.7


Date Time % THD A L1 Max % THD A L2 Max %THD A L3 Max

4/8/2016 15:46:54 252msec 4.03 3.84 3.82

4/8/2016 15:47:04 252msec 3.9 3.83 3.86

4/8/2016 15:47:14 252msec 4.1 3.81 3.68

4/8/2016 15:47:24 252msec 3.91 3.75 3.66

4/8/2016 15:47:34 252msec 4.05 3.83 3.73

4/8/2016 15:47:44 252msec 4.02 3.76 3.77

4/8/2016 15:47:54 252msec 3.93 3.75 3.64

4/8/2016 15:48:14 252msec 3.88 3.83 3.53

4/8/2016 15:48:24 252msec 3.94 3.84 3.67

4/8/2016 15:48:34 252msec 4.12 3.89 3.48


TabelLanjutanHasilPengukuran THD Teganganorde1 sampai 50

Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:18:34 252msec 1.35 1.35 1.37

4/8/2016 15:18:44 252msec 1.34 1.35 1.37

4/8/2016 15:18:54 252msec 1.33 1.35 1.35

4/8/2016 15:19:04 252msec 1.36 1.35 1.37

4/8/2016 15:19:14 252msec 1.35 1.35 1.36

4/8/2016 15:19:24 252msec 1.35 1.35 1.36

4/8/2016 15:19:34 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:19:44 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:19:54 252msec 1.36 1.36 1.39

4/8/2016 15:20:04 252msec 1.35 1.37 1.36

4/8/2016 15:20:14 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:20:24 252msec 1.35 1.37 1.37

4/8/2016 15:20:34 252msec 1.36 1.38 1.37


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:20:44 252msec 1.36 1.38 1.37

4/8/2016 15:20:54 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:21:04 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:21:14 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:21:24 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:21:34 252msec 1.33 1.36 1.37

4/8/2016 15:21:44 252msec 1.34 1.36 1.36

4/8/2016 15:21:54 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:22:04 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:22:14 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:22:34 252msec 1.37 1.38 1.38

4/8/2016 15:22:44 252msec 1.36 1.38 1.37

4/8/2016 15:22:54 252msec 1.35 1.37 1.37

4/8/2016 15:23:04 252msec 1.37 1.37 1.37


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:23:14 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:23:24 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:23:34 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:23:44 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:23:54 252msec 1.34 1.35 1.34

4/8/2016 15:24:04 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:24:14 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:24:24 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:24:34 252msec 1.33 1.35 1.34

4/8/2016 15:24:44 252msec 1.35 1.37 1.37

4/8/2016 15:24:54 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:25:04 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:25:14 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:25:24 252msec 1.34 1.35 1.35


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:25:34 252msec 1.34 1.35 1.37

4/8/2016 15:25:44 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:25:54 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:26:04 252msec 1.36 1.36 1.38

4/8/2016 15:26:14 252msec 1.36 1.38 1.38

4/8/2016 15:26:24 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:26:34 252msec 1.35 1.37 1.35

4/8/2016 15:26:44 252msec 1.35 1.37 1.36

4/8/2016 15:26:54 252msec 1.34 1.37 1.35

4/8/2016 15:27:14 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:27:24 252msec 1.35 1.37 1.36

4/8/2016 15:27:34 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:27:44 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:27:54 252msec 1.34 1.35 1.35


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:28:04 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:28:14 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:28:24 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:28:34 252msec 1.35 1.37 1.36

4/8/2016 15:28:44 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:28:54 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:29:04 252msec 1.35 1.35 1.35

4/8/2016 15:29:14 252msec 1.33 1.35 1.35

4/8/2016 15:29:24 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:29:34 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:29:44 252msec 1.35 1.37 1.35

4/8/2016 15:29:54 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:30:04 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:30:14 252msec 1.36 1.37 1.36


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:30:24 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:30:34 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:30:44 252msec 1.37 1.38 1.37

4/8/2016 15:30:54 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:31:04 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:31:14 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:31:24 252msec 1.34 1.35 1.35

4/8/2016 15:31:34 252msec 1.34 1.35 1.34

4/8/2016 15:31:54 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:32:04 252msec 1.35 1.36 1.36

4/8/2016 15:32:14 252msec 1.36 1.37 1.35

4/8/2016 15:32:24 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:32:34 252msec 1.35 1.37 1.35

4/8/2016 15:32:44 252msec 1.36 1.37 1.35


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:32:54 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:33:04 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:33:14 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:33:24 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:33:34 252msec 1.34 1.36 1.35

4/8/2016 15:33:44 252msec 1.35 1.35 1.35

4/8/2016 15:33:54 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:34:04 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:34:14 252msec 1.35 1.36 1.35

4/8/2016 15:34:24 252msec 1.36 1.37 1.36

4/8/2016 15:34:34 252msec 1.37 1.38 1.37

4/8/2016 15:34:44 252msec 1.36 1.38 1.37

4/8/2016 15:34:54 252msec 1.36 1.38 1.37

4/8/2016 15:35:04 252msec 1.38 1.4 1.38


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:35:14 252msec 1.38 1.4 1.39

4/8/2016 15:35:24 252msec 1.39 1.41 1.4

4/8/2016 15:35:34 252msec 1.39 1.4 1.39

4/8/2016 15:35:44 252msec 1.38 1.4 1.38

4/8/2016 15:35:54 252msec 1.37 1.38 1.37

4/8/2016 15:36:04 252msec 1.37 1.38 1.37

4/8/2016 15:36:14 252msec 1.37 1.37 1.36

4/8/2016 15:36:34 252msec 1.32 1.32 1.31

4/8/2016 15:36:44 252msec 1.32 1.33 1.31

4/8/2016 15:36:54 252msec 1.32 1.32 1.3

4/8/2016 15:37:04 252msec 1.32 1.33 1.31

4/8/2016 15:37:14 252msec 1.32 1.32 1.3

4/8/2016 15:37:24 252msec 1.31 1.32 1.31

4/8/2016 15:37:34 252msec 1.33 1.33 1.32


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:37:44 252msec 1.32 1.32 1.32

4/8/2016 15:37:54 252msec 1.32 1.32 1.31

4/8/2016 15:38:04 252msec 1.34 1.34 1.33

4/8/2016 15:38:14 252msec 1.34 1.34 1.32

4/8/2016 15:38:24 252msec 1.35 1.35 1.36

4/8/2016 15:38:34 252msec 1.33 1.34 1.34

4/8/2016 15:38:44 252msec 1.33 1.34 1.33

4/8/2016 15:38:54 252msec 1.33 1.34 1.32

4/8/2016 15:39:04 252msec 1.33 1.34 1.32

4/8/2016 15:39:14 252msec 1.33 1.34 1.32

4/8/2016 15:39:24 252msec 1.32 1.33 1.32

4/8/2016 15:39:34 252msec 1.31 1.32 1.31

4/8/2016 15:39:44 252msec 1.3 1.31 1.3

4/8/2016 15:39:54 252msec 1.32 1.34 1.33


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:40:04 252msec 1.34 1.34 1.33

4/8/2016 15:40:14 252msec 1.32 1.33 1.32

4/8/2016 15:40:24 252msec 1.32 1.33 1.31

4/8/2016 15:40:34 252msec 1.32 1.32 1.32

4/8/2016 15:40:44 252msec 1.31 1.32 1.3

4/8/2016 15:40:54 252msec 1.31 1.33 1.31

4/8/2016 15:41:14 252msec 1.31 1.32 1.31

4/8/2016 15:41:24 252msec 1.33 1.34 1.33

4/8/2016 15:41:34 252msec 1.31 1.32 1.31

4/8/2016 15:41:44 252msec 1.3 1.32 1.29

4/8/2016 15:41:54 252msec 1.3 1.32 1.3

4/8/2016 15:42:04 252msec 1.3 1.32 1.3

4/8/2016 15:42:14 252msec 1.29 1.31 1.29

4/8/2016 15:42:24 252msec 1.29 1.3 1.29


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:42:34 252msec 1.28 1.29 1.29

4/8/2016 15:42:44 252msec 1.29 1.32 1.3

4/8/2016 15:42:54 252msec 1.3 1.32 1.31

4/8/2016 15:43:04 252msec 1.3 1.31 1.3

4/8/2016 15:43:14 252msec 1.3 1.32 1.3

4/8/2016 15:43:24 252msec 1.29 1.31 1.3

4/8/2016 15:43:34 252msec 1.28 1.3 1.29

4/8/2016 15:43:44 252msec 1.28 1.29 1.29

4/8/2016 15:43:54 252msec 1.3 1.31 1.32

4/8/2016 15:44:04 252msec 1.32 1.33 1.32

4/8/2016 15:44:14 252msec 1.3 1.31 1.32

4/8/2016 15:44:24 252msec 1.31 1.33 1.34

4/8/2016 15:44:34 252msec 1.31 1.34 1.33

4/8/2016 15:44:44 252msec 1.31 1.33 1.34


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:44:54 252msec 1.32 1.33 1.33

4/8/2016 15:45:04 252msec 1.3 1.32 1.32

4/8/2016 15:45:14 252msec 1.3 1.32 1.31

4/8/2016 15:45:24 252msec 1.3 1.32 1.31

4/8/2016 15:45:34 252msec 1.3 1.31 1.32

4/8/2016 15:45:54 252msec 1.3 1.31 1.3

4/8/2016 15:46:04 252msec 1.29 1.31 1.31

4/8/2016 15:46:14 252msec 1.3 1.32 1.32

4/8/2016 15:46:24 252msec 1.3 1.31 1.32

4/8/2016 15:46:34 252msec 1.3 1.31 1.31

4/8/2016 15:46:44 252msec 1.29 1.31 1.32

4/8/2016 15:46:54 252msec 1.31 1.31 1.32

4/8/2016 15:47:04 252msec 1.31 1.32 1.33

4/8/2016 15:47:14 252msec 1.33 1.34 1.34


Date Time %THD V L1N Max %THD V L2N Max %THD V L3N Max

4/8/2016 15:47:24 252msec 1.33 1.34 1.34

4/8/2016 15:47:34 252msec 1.33 1.34 1.34

4/8/2016 15:47:44 252msec 1.32 1.33 1.33

4/8/2016 15:47:54 252msec 1.32 1.33 1.33

4/8/2016 15:48:04 252msec 1.31 1.33 1.32

4/8/2016 15:48:14 252msec 1.3 1.32 1.31

4/8/2016 15:48:24 252msec 1.3 1.32 1.31

4/8/2016 15:48:34 252msec 1.3 1.32 1.31

Anda mungkin juga menyukai