Anda di halaman 1dari 168

PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (PEMBELAJARAN

LANGSUNG) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM


PEMBELAJARAN PEKERJAAN DASAR ELEKTROMEKANIK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS X TITL1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA

oleh

I Made Mandalika
NIM 1215061002

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016
PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (PEMBELAJARAN
LANGSUNG) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PEMBELAJARAN PEKERJAAN DASAR ELEKTROMEKANIK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS X TITL1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Pendidikan Teknik Elektro

oleh
I Made Mandalika
NIM 1215061002

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSTAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016

i
SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN


MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si.,M.T. I Wayan Sutaya, S.T.,M.T.


NIP 19710616 199903 1 007 NIP 19790308 200604 1 003

ii
Skripsi oleh I Made Mandalika ini
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

Hari :
Tanggal :

Dewan Penguji,

Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si.,M.T. ( Ketua )


NIP 19710616 199903 1 007

Ketut Udy Ariawan, S.T.,M.T. ( Anggota )


NIP 19790123 201012 1 001

Luh Krisnawati,S.T.,M.T. ( Anggota )


NIP 19710709 199903 2 001

iii
Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan

Pada,
Hari : …………………………
Tanggal : …………………………

Mengetahui,

Ketua Ujian, Sekretaris Ujian,

Dr. Gede Rasben Dantes, S.T.,M.TI. Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si.,M.T.


NIP 19750221 200312 1 001 NIP 19710616 199903 1 007

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan

Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd.,M.Pd.


NIP. 197106161996021001

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Penerapan Model
Direct Instruction (Pembelajaran Langsung) Berbantuan Media Audio Visual
dalam Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja” beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya
saya ini.

Singaraja, 19 Mei 2016


Yang membuat pernyataan,

I Made Mandalika
NIM 1215061002

v
KATA PERSEMBAHAN

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada


IDA SANG HYANG WIDHI WASA
Karena berkat asung kertha wara nugraha Beliaulah skripsi ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya tanpa adanya halangan yang berarti
Dan skripsi ini saya persembahkan untuk:

ORANG TUA TERHEBAT


I Wayan Muka
I Ketut Karni
Yang Telah Membesarkan dan Mendidik saya dengan Penuh Kasih Sayang dan
selalu memotivasi saya dalam setiap pengambilan keputusan dan tindakan yang
akan saya lakukan dalam menempuh suatu pendidikan dan kehidupan

REKAN – REKAN ANGKATAN TAHUN 2012


Yang Senantiasa Memberi Semangat dan Motivasi saya Menempuh Jenjang
Pendidikan serta mendukung saya untuk lebih giat dalam menuntaskan
pendidikan dengan baik.

SAHABAT PERJALANAN
Gusti Ayu Ketut Triana Febryaningsih
Yang selalu menemani, mengkritik dan menjadi pendamping saya, sehingga
membuat saya yakin atas diri saya untuk bisa melakukan sesuatu dengan baik.

vi
MOTO

“Sepenuhnya bebas dari keterikatan,


kecemasan dan kemarahan, pikiran
terpusat kepada-Ku dan menyerahkan
diri sepenuhnya pada-Ku, sangat
banyak orang-orang disucikan oleh
tempaan ilmu pengetahuan suci, dan
mereka pada akhirnya akan mencapai
pembebasan, kembali kepada-Ku ”

Bhagavad Gita sloka 10

vii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan
Model Direct Instruction (Pembelajaran langsung) Berbantuan Media Audio
Visual dalam Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja” tepat pada
waktunya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang
Pendidikan Teknik Elektro di Universitas Pendidikan Ganesha. Pada kesempatan
ini disampaikan terima kasih kepada beberapa pihak berikut.
1. Bapak Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., Rektor Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA) yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengikuti pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.
2. Bapak Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd.,M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Kejuruan yang telah memberikan pengarahan baik selama perkuliahan
maupun penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si.,M.T., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Pendidikan Ganesha sekaligus pembimbing I yang
telah banyak memberikan arahan, motivasi, dan petunjuk selama penyusunan
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak I Wayan Sutaya, S.T.,M.T., selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Drs. I Nyoman Suastika, M.Pd., selaku kepala SMK Negeri 3
Singaraja yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
6. Bapak Drs. I Nyoman Sarjana., selaku guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar
Elektromekanik di Kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja atas segala
bantuan dan kerjasamanya selama penulis mengadakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja, atas semua
kerjasamanya selama penulis mengadakan penelitian.
viii
8. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disadari sepenuhnya bahwa yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sangat diharapkan
saran dan kritik yang konstruktif guna penyempurnaan karya-karya selanjutnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Singaraja,

Penulis

ix
PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION (PEMBELAJARAN
LANGSUNG) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PEMBELAJARAN PEKERJAAN DASAR ELEKTROMEKANIK
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS X TITL1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA

oleh
I Made Mandalika, NIM 1215061002
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar


siswa pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di kelas X TITL1
SMK Negeri 3 Singaraja melalui Penerapan Model Direct Instruction
(Pembelajaran Langsung) Berbantuan Media Audio Visual. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, serta
refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TITL1 di SMK Negeri 3
Singaraja yang berjumlah 31 orang. Objek penelitian ini adalah hasil belajar
Pekerjaan Dasar Elektromekanik dan model direct instruction (pembelajaran
langsung). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes.
Data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil
penelitian menujukkan bahwa terjadi peningkatan persentase hasil belajar
Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa kelas X TITL1 di SMK Negeri 3
Singaraja. Berdasarkan hasil tes dan observasi, pada siklus I ketuntasan hasil
belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik secara klasikal yang diperoleh sebesar
71%. Selanjutnya, pada siklus II hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik
siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan secara klasikal hasil belajar Pekerjaan
Dasar Elektromekanik siswa pada siklus II sebesar 87%.

Kata kunci: Hasil belajar, Pekerjaan Dasar Elektromekanik, Pembelajaran


Langsung.

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI.......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN............................................. iv
PERNYATAAN............................................................................................. v
KATA PERSEMBAHAN.............................................................................. vi
MOTO............................................................................................................ vii
PRAKATA..................................................................................................... viii
ABSTRAK..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian.......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 9


2.1 Model Pembelajaran................................................................................. 9
2.1 Model Pembelajaran Langusung.............................................................. 12
2.3 Media Audio Visual................................................................................. 20
2.4 Pengertian Belajar.................................................................................... 24
2.5 Hasil Belajar............................................................................................. 24
2.6 Pekerjaan Dasar Elektromekanik............................................................. 27
2.7 Penelitian Tindakan Kelas........................................................................ 50
2.8 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan...................................................... 52
2.9 Kerangka Berpikir.................................................................................... 54
2.10 Hipotesis................................................................................................. 56

xi
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 57
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 57
3.2 Subjek dan Objek Penelitian.................................................................... 57
3.3 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 58
3.4 Prosedur Penelitian................................................................................... 59
3.5 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 85
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................... 96
3.7 Kriteria Keberhasilan .............................................................................. 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 99


4.1 Hasil Penelitian......................................................................................... 99
4.2 Pembahasan.............................................................................................. 130

BAB V PENUTUP......................................................................................... 138


5.1 Simpulan................................................................................................... 138
5.2 Saran......................................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 140

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. 142

xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik
Siswa Kelas X TITL1 di SMK Negeri 3 Singaraja.................................. 3
2.1 Sintak Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Langsung. ............... 18
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung. ................. 19
3.1 Materi Pembelajaran dan Alokasi Waktu Pada Tiap Siklus..................... 59
3.2 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan
Media Audio Visual Pertemuan 1 Pada Siklus I..................................... 63
3.3 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan
Media Audio Visual Pertemuan 2 Pada Siklus I..................................... 67
3.4 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media
Audio Visual Pertemuan 1 Pada Siklus II................................................ 74
3.5 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media
Audio Visual Pertemuan 2 Pada Siklus II................................................ 79
3.6 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data............................. 86
3.7 Rubrik Penilaian Kognitif Tes Pilihan Ganda......................................... 86
3.8 Lembar Observasi Penilaian Afektif........................................................ 87
3.9 Rubrik Penilaian Afektif.......................................................................... 87
3.10 Indikator Penilaian Afektif.................................................................... 87
3.11 Kategori Nilai Afektif............................................................................ 89
3.12 Lembar Observasi Penilaian Psikomotor............................................... 90
3.13 Rubrik Penilaian Psikomotor................................................................. 90
3.14 Indikator Penilaian Psikomotor.............................................................. 90
3.15 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik Siklus I. 92
3.16 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik Siklus II 92
3.17 Matriks Tabulasi Penilaian Dua Pakar.................................................. 94
3.18 Koefisien Validitas Isi........................................................................... 95
3.19 Hasil Uji Judges..................................................................................... 95
3.20 Kriteria Tingkat Hasil Belajar................................................................ 98
3.21 Indikator Keberhasilan........................................................................... 98
4.1 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik........ 100

xiii
4.2 Hasil Siklus I............................................................................................ 101
4.3 Hasil Siklus II.......................................................................................... 102
4.4 Hasil Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar
Elektromekanik....................................................................................... 103
4.5 Hasil Dan Pembahasan Nilai Ulangan Akhir Semester 1
Pekerjaan Dasar Elektromekanik............................................................. 103
4.6 Kategori Hasil Belajar Ulangan Akhir Semester 1.................................. 104
4.7 Jadwal Penelitian Siklus I........................................................................ 105
4.8 Hasil Observasi Ranah Afektif................................................................ 106
4.9 Hasil Tes Ranah Kognitif......................................................................... 107
4.10 Hasil Observasi Ranah Psikomotor....................................................... 110
4.11 Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus I.................................................... 112
4.12 Jadwal Penelitian Siklus II..................................................................... 120
4.13 Hasil Observasi Ranah Afektif.............................................................. 121
4.14 Hasil Observasi Ranah Kognitif............................................................ 123
4.15 Hasil Observasi Ranah Psikomotor....................................................... 126
4.16 Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II.................................................. 129
4.17 Hasil Pelaksanaan Siklus I Dan Siklus II............................................... 137

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tang Pengelupas Kabel............................................................................ 29
2.2 Tang Pemotong........................................................................................ 29
2.3 Tang Cucut............................................................................................... 30
2.4 Tang Kombinasi....................................................................................... 30
2.5 Tang Kakaktua......................................................................................... 31
2.6 Tang Buaya.............................................................................................. 31
2.7 Tang Multi fungsi .................................................................................... 32
2.8 Tang Sudut............................................................................................... 32
2.9 Tang Snap Ring........................................................................................ 33
2.10 Tang Rivet.............................................................................................. 33
2.11 Tang Slip Joint....................................................................................... 34
2.12 Obeng Plus (+) dan Obeng Pipih (-)...................................................... 35
2.13 Obeng Biasa........................................................................................... 35
2.14 Cara Memegang Obeng......................................................................... 36
2.15 Penggunaan Obeng................................................................................ 37
2.16 Obeng Offset.......................................................................................... 37
2.17 Konstruksi Obeng Ketok (Impact) dan Penggunaannya........................ 38
2.18 Lebar Tip Obeng.................................................................................... 38
2.19 Tebal Tip Obeng.................................................................................... 39
2.20 Palu Besi Paku / Nail hammer).............................................................. 39
2.21 Palu besi kepala bulat (Ball-peen hammer)........................................... 40
2.22 Palu Kepala Lunak................................................................................. 40
2.23 Sengkang dan daun gergaji.................................................................... 40
2.24 Gergaji Besi........................................................................................... 41
2.25 Gergaji Kayu.......................................................................................... 41
2.26 Kabel NYA............................................................................................ 41
2.27 Kabel NYM............................................................................................ 42
2.28 Kabel NYM............................................................................................ 43
2.29 Kabel NYY............................................................................................ 43
2.30 Sambungan ekor babi............................................................................. 45

xv
2.31 Sambungan bell hangers........................................................................ 45
2.32 Sambungan western union..................................................................... 45
2.33 Sambungan mata.................................................................................... 46
2.34 Pipa Paralon / PVC................................................................................ 47
2.35 Kotak sambung 2 cabang/kotak Tarik................................................... 47
2.36 kotak sambung 3 cabang (T – Dus)....................................................... 48
2.37 kotak sambung 4 cabang (Cros Dus).................................................... 48
2.38 Lasdop.................................................................................................... 49
2.39 Tule........................................................................................................ 49
2.40 Bending.................................................................................................. 49
2.41 Cetok...................................................................................................... 50
3.1 Rancangan PTK....................................................................................... 58
4.1 Grafik Perbandingan Rata-Rata Setiap Kriteria pada Ranah Afektif...... 107
4.2 Grafik Perbandingan Ranah Kognitif Ulangan Akhir
Semester 1 dengan Siklus I...................................................................... 109
4.3 Grafik Perbandingan Rata-Rata Setiap Kriteria Ranah Psikomotor........ 112
4.4 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Ulangan Akhir Semester 1
Dengan Siklus I........................................................................................ 114
4.5 Grafik Perbandingan Rata-rata Setiap Kriteria Pada Ranah Afektif....... 123
4.6 Grafik Perbandingan Ranah Kognitif Ulangan Akhir Semester 1,
Siklus I, dan Siklus II............................................................................... 125
4.7 Grafik Perbandingan Rata-rata Setiap Kriteria Ranah Psikomotor......... 128
4.7 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Ulangan Akhir Semester I
Siklus I, dan Siklus II............................................................................. 130

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan Permohonan Data.......................................................... 142
2. Lembar Diposisi......................................................................................... 143
3. Surat Keterangan Penelitian....................................................................... 144
4. Form Uji Judges Pakar Ahli....................................................................... 145
5. Form Uji Judges Guru Pekerjaan Dasar Elektromekanik.......................... 150
6. Soal Siklus I............................................................................................... 155
7. Soal Siklus II.............................................................................................. 159
8. Nilai Ulangan Akhir Semester 1................................................................ 164
9. Data Siklus I............................................................................................... 166
10.Data Siklus II............................................................................................ 167
11. Lembar Penilaian Afektif Siklus I........................................................... 168
12. Lembar Penilaian Afektif Siklus II.......................................................... 169
13. Lembar Penilaian Psikomotor Siklus I.................................................... 170
14. Lembar Penilaian Psikomotor Siklus II................................................... 171
15. Silabus Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik....................... 172
16. KI dan KD Pekerjaan Dasar Elektromekanik.......................................... 180
17. Rpp Siklus I.............................................................................................. 182
18. Rpp Siklus II............................................................................................ 205
19. Dokumentasi............................................................................................ 231

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan wajib didapatkan oleh

seluruh umat manusia, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Hal

ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal (1) tentang

Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajan agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal (3) tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, “Pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan kemampauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Sisdiknas,

2006:6).

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan peran guru

sebagai tenaga profesional pada semua jenjang pendidikan. Guru sebagai salah

satu unsur yang berperan penting di dalamnya, memiliki tanggung jawab untuk

mengembangkan tugas dan mengatasi segala permasalahan yang muncul. Guru

1
2

merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi pembelajaran

di dalam kelas sebagai unsur dari suatu keberhasilan pendidikan.

Tujuan pendidikan di sekolah harus mampu mendukung kompetensi

tamatan sekolah, yaitu pengetahuan, sikap, dan kemampuan siswa untuk dapat

mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, sosial, dan kebutuhan daerah.

Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan mutu pendidikan yang

berorientasi dengan dunia kerja adalah pengadaan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK). Sekolah ini memberikan kemampuan atau skill sesuai dengan jurusan

dimana SMK lebih bersifat praktik dibandingkan teori. Hal ini bertujuan untuk

membentuk skill dari siswa sehingga siswa mampu, terampil dan diterima di dunia

kerja setelah lulus dari SMK. Kemampuan ini tentu saja tidak didapatkan dalam

pendidikan SMA. Salah satu karakteristik tamatan SMK adalah harus memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, dapat mengembangkan

dirinya di dunia kerja, dan memiliki kecakapan untuk menjalani kehidupannya

secara baik. SMK Negeri 3 Singaraja merupakan salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) yang bertujuan untuk membentuk skill siswa dari beberapa

bidang keahlian yang berbeda, dimana salah satu jurusannya adalah TITL (Teknik

Instalasi Tenaga Listrik).

Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik kelas X di SMK Negeri 3 Singaraja, diperoleh permasalahan

terkait dengan pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di kelas X, yaitu

belum optimalnya hasil belajar siswa pada kelas X TITL1 di SMK Negeri 3

Singaraja. Dapat di lihat dari 31 siswa sebanyak 16 siswa yang nilainya di bawah
3

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa
kelas X TITL1 di SMK Negeri 3 Singaraja

Kategori
Jumlah siswa Persentase Ketuntasan secara Klasikal
Nilai
≥ 75 15 48,39 %
< 75 16 51,61 %
Jumlah 31 100,00%
(Guru Pekerjaan Dasar Elektromekanik)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diperhatikan, persentase dari hasil belajar

klasikal untuk nilai lebih besar atau sama dengan 75 mencapai 48,39% dan

apabila dikonversi kedalam pedoman acuan patokan (PAP) skala lima maka

termasuk pada kriteria sangat rendah. Hal tersebut dilihat dari nilai Ulangan Akhir

Semester l di kelas X TITL 1 SMK Negeri 3 Singaraja. Siswa yang memiliki nilai

lebih kecil dari 75 mencapai 51,61% dari jumlah siswa. Maka dengan demikian

siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 15 orang dari

jumlah keseluruhan siswa, yaitu 31 orang. Siswa yang memiliki nilai di bawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 16 orang siswa. Model pembelajaran

yang digunakan oleh guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik

sebelumnya adalah model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran

discovery learning didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi bila pelajar

tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

mengorganisasi sendiri. Guru berperan sebagai pendamping dalam memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam upaya mengaplikasikan

model discovery learning, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing

dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.


4

Kondisi ini bertujuan untuk mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher

oriented (berorientasi kepada guru), menjadi student oriented (berorientasi keada

siswa). Berikut ini prosedur dalam penggunaan model pembelajaran discovery

learning adalah stimulasi, problem statement (identifikasi masalah), data

collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification

(pembuktian), dan Generalization (menarik kesimpulan). Namun berdasarkan

pengamatan peneliti, dari 6 tahapan atau proses yang terkandung dalam model

pembelajaran discovery learning tersebut masih kurang diaplikasikan dan kurang

dimaksimalkan pelaksanaannya oleh guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik di kelas X TITL1 yang mengakibatkan siswa kurang termotivasi

dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang kurang termotivasi menyebabkan

sedikitnya siswa yang memenuhi KKM, yaitu 15 orang siswa 48,39%, serta

tingginya jumlah persentase siswa yang belum memenuhi KKM, yaitu 16 orang

siswa 51,61%. Hal tersebut dilihat dari aktifitas siswa di kelas yang dimulai

proses stimulasi sampai pengumpulan data, dimana 31 siswa tersebut kurang aktif

dalam merespon stimulasi yang diberikan oleh guru dan melakukan kegiatan lain

di luar aktifitas pembelajaran seperti bercanda dan berinteraksi dengan siswa lain

yang mengakibatkan pelajaran tidak diperhatikan. Pada proses processing

(pengolahan data) dan verification (pembuktian) terlihat 31 siswa tersebut

menunggu dan mencontek hasil dari 3 orang siswa yang tergolong tuntas saat

diberikan sebuah tugas oleh guru.

Model pembelajaran yang digunakan sebelumnya oleh guru mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik yaitu discovery learning yang kurang

memberi motivasi kepada siswa dalam pembelajaran sehingga berpengaruh


5

terhadap pemahaman siswa terhadap materi. Salah satu kelemahan model

pembelajaran discovery learning adalah pada proses pengumpulan data yang

sangat jarang dihadapkan kepada benda nyata yang terkait dengan materi

pembelajaran, penjelasan langkah-langkah pembelajaran dalam penyampaian

pelajaran terutama dalam menanamkan konsep dan keterampilan masih kurang

sehingga menyebabkan adanya kesenjanga antara teori (hal yang seharusnya) dan

observasi (kenyataan yang terjadi). Proses pengumpulan data adalah hal yang

paling penting karena pada tahapan ini siswa mendapatkan pengetahuan baru.

Siswa yang kurang dalam segi kognitif akan mendapat kesulitan pada saat

melakukan pengumpulan data karena siswa akan merasa kesulitan belajar tanpa

benda nyata yang akan dipelajari.

Secara keseluruhan, permasalahan yang terjadi di kelas X TITL1 ini

merupakan masalah yang perlu segera diselesaikan. Salah satu cara yang dapat

ditempuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di kelas X TITL1 tersebut

adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang relevan. Model

pembelajaran relevan yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri

serta terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk

ditingkatkan hasil belajarnya. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model

direct instruction (pembelajaran langsung). Dalam pemaparan selanjutnya akan

digunakan istilah “Pembelajaran Langsung”. Model pembelajaran langsung

merupakan model yang dapat membantu memperlancar kegiatan pembelajaran di

kelas.
6

Trianto (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah

salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang

pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan

pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Fase-fase dalam menerapkan

model pengajaran langsung adalah fase menyampaikan tujuan, fase demonstrasi,

fase latihan terbimbing, fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan

balik, dan fase latihan mandiri. Pada fase presentasi inilah guru memerlukan

media yang tepat guna menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Media

menjadi penting sekali untuk merangsang kegiatan belajar siswa, terutama media

yang dapat mengoptimalkan seluruh indera manusia. Salah satu usaha untuk

memudahkan peserta didik menerima materi ajar perlu diusahakan agar peserta

didik dalam belajar menggunakan sebanyak mungkin alat indera yang dimiliki.

Arsyad (2006:10) mengemukakan bahwa, “ 90% hasil belajar seseorang diperoleh

dari pengelihatan, hanya 5% diperoleh dari pendengaran, dan 5% melalui indera

yang lain”.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa memiliki peluang yang

besar dengan model pembelajaran langsung dapat mengatasi masalah

pembelajaran yang terjadi di SMK Negeri 3 Singaraja khususnya di kelas X

TITL1. Penulis menerapkan model pembelajaran langsung berbantuan media

audio visual dalam mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik melalui

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Direct Instruction

(Pembelajaran Langsung) Berbantuan Media Audio Visual dalam Pembelajaran


7

Pekerjaan Dasar Elektromekanik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran langsung

berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X

TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan umum

penelitian ini adalah untuk mengetahui meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja melalui penerapan model pembelajaran langsung berbantuan media

audio visual.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan diperoleh, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagi berikut.

a. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah diperolehnya

informasi mengenai ada tidaknya peningkatan hasil belajar untuk

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran langsung. Hasil penelitian ini

diharapkan mampu menjadi salah satu dasar pengembangan model

pembelajaran yang lebih berperan terhadap hasil belajar siswa.


8

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

Meningkatkan peran aktif siswa selama pembelajaran dan

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat saat

kegiatan berlangsung serta melatih siswa untuk bekerjasama sehingga

siswa menjadi senang selama pembelajaran.

2) Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai model pengajaran alternatif sehingga

keterlibatan siswa selama pembelajaran dapat meningkat dan siswa

menjadi termotivasi dalam belajar.

3) Bagi Sekolah

Memberikan wacana baru bagi sekolah untuk menerapkan model

pembelajaran yang lebih tepat

4) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi bagi para

peneliti dalam bidang pendidikan (Strategi Pembelajaran), untuk

meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi

terhadap konsep-konsep dan teori-teori tentang pembelajaran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Sani (2014:89) menyatakan bahwa “Model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan

berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan

pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas

peserta didik. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau

sintaks pembelajaran”.

Soekamto (dalam Shoimin, 2014:23) mengemukakan maksud dari “Model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Arends (dalam Shoimin, 2014:23) menyatakan “The term teaching model

refresh to a particular approach to instruction that includes in goals,

syntax,environment and management sistem.” Artinya, istilah model pengajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,

lingkungan dan sistem pengelolaannya.

9
10

Jadi model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan

oleh guru sebagai pedoman dalam merancang dan mendesain pembelajaran untuk

mencapai tujuan tertentu yang di dalamnya mencangkup sintaks pembelajaran.

2.1.2 Klasifikasi Model Pembelajaran

Setiap model pembelajaran masing-masing memiliki karakteristik

tersendiri yang membedakannya dari model pembelajaran yang lain. Berdasarkan

karakteristik dari setiap model pembelajaran tersebut, Joyce dan Weil (dalam

Abimanyu, 2009) mengklasifikasikan model-model pembelajaran kedalam empat

rumpun model sebagai berikut.

a. Rumpun Model Pemrosesan

Rumpun model pemrosesan informasi mencangkup 7 model pembelajaran,

yaitu (1) pencapaian konsep, (2) berpikir induktif, (3) latihan penelitian,

(4) pemandu awal, (5) memorisasi, (6) pengembangan intelek, dan (7)

penelitian ilmiah.

b. Rumpun Model Personal

Rumpun model personal mencagkup 4 model pembelajaran, yaitu (1)

pengajaran tanpa arahan, (2) sinektik, (3) latihan kesadaran, dan (4)

pertemuan kelas.

c. Rumpun Model Interaksi Sosial

Rumpun model interaksi sosial mencangkup 5 model pembelajaran, yaitu

(1) investigasi kelompok bermain peran, (2) penelitian yurisprudensial, (3)

latihan laboratories, dan (4) penelitian ilmu sosial.


11

d. Rumpun Model Perilaku

Rumpun model sistem perilaku mencangkup 5 model pembelajaran, yaitu

(1) belajar tuntas, (2) pembelajaran langsung, (3) pelajar kontrol diri, (4)

latihan pengembangan keterampilan, dan (5) konsep dan latihan assertif.

Keempat rumpun model pembelajaran di atas, memiliki unsur-unsur

sebagai berikut : (1) sintaks, yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada

fase-fase yang harus dilakukan guru bila ia menggunakan model pembelajaran

tertentu, (2) prinsip reaksi yang berkaitan dengan pola kegiatan yang

menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para

siswa, (3) sistem sosial, yaitu pola hubungan guru dengan siswa pada saat

terjadinya pembelajaran, (4) sistem pendukung, yaitu segala sarana, bahan dan

alat yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya pembelajaran secara optimal,

dan (5) dampak instruksional, yaitu hasil belajar yang dicapai.

“Klasifikasi model pembelajaran dibagi dalam (1) belajar dan penguasaan

keterampilan, (2) penguasaan konsep, (3) pembentukan pengetahuan” (DfES

dalam Sani, 2014:100).

Jadi klasifikasi model pembelajaran ada empat, yaitu rumpun model

pemrosesan informasi, rumpun model personal, rumpun model interaksi sosial,

rumpun model sistem perilaku yang mencangkup belajar dan penguasaan

keterampilan, penguasaan konsep dan pengetahuan.

2.1.3 Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh

strategi, metode atau pendekatan bahkan teknik dan taktik pembelajaran. Kardi

dan Nur (dalam Trianto, 2009:23), “Ciri-ciri khusus model pembelajaran tersebut
12

ialah (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para penciptanya atau

pengembangannya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa

belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4)

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai”.

Sani (2014 : 97) menyatakan bahwa “Ciri-ciri model pembelajaran, yaitu

memiliki : (1) sintaks (fase pembelajaran); (2) sistem sosial; (3) prinsip reaksi; (4)

sistem pendukung, dan (5) dampak”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran adalah memiliki

sintaks atau tahapan yang harus dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran

agar mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.2 Model Pembelajaran langsung

Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditunjang oleh penggunaan alat

peraga/media, juga dipengaruhi penggunaan model pembelajaran yang tepat.

Karena kegagalan suatu pembelajaran bisa diakibatkan oleh penggunaan model

yang tidak tepat dalam menyajikan materi kepada siswa.

Dengan memiliki pengetahuan umum mengenal sifat berbagai model,

seorang guru akan lebih mudah menetapkan model yang paling sesuai dalam

situasi dan kondisi yang tepat.

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran langsung

Arends (dalam Shoimin 2014:63) mengemukakan bahwa “The Direct

Instruction model was specifically designed to promote student learning of

procedural knowledge that is well structured and can be taught in astep-by-step


13

fashions”. Artinya, model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran

yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan pengetahuan yang baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang

bertahap. Istilah model pengajaran langsung sering disebut pengajaran aktif

(training model, active teaching model, mastery teaching, explicit instruction).

Trianto (2009:41) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah

“Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang

pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan

pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah cara

yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan

dasar tahap demi tahap.

2.2.2 Sintaks Pembelajaran langsung

Trianto (2009) mengemukakan bahwa model pembelajaran langsung

terdapat lima fase yang sangat penting. Lima fase model Pembelajaran langsung

tersebut adalah sebagai berikut.

1) Fase 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

a. Menyampaikan tujuan

Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka

berpartisipasi dalam suatu pembelajaran tertentu, dan mereka perlu

mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah berperan serta

dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan

guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskan di


14

papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang

berisi tahapan-tahapan yang isinya, serta alokasi waktu yang disediakan

untuk setiap saat.

b. Menyiapkan siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan

perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada

hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok

pembicaraan yang dipelajari.

2) Fase 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Fase kedua pembelajaran langsung adalah adalah melakukan

presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk

berhasil adalah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan

mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Pembelajaran

langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar yang

dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain dapat

menghemat waktu, menghindari siswa belajar melalui “trial and error”.

Untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar

bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memerhatikan apa yang terjadi

pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki

agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru perlu

berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. Banyak

contoh yang menunjukan, bahwa anak/siswa bertingkah laku yang tidak

benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.
15

3) Fase 3. Memberikan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pembelajaran langsung adalah cara

guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan

retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan

siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.

Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2009) ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan

pelatihan adalah sebagai berikut.

1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.

2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai

konsep/keterampilan yang dipelajari.

3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang

dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan dengan siswa.

4) Memerhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja

melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah

tanpa disadari.

4) Fase 4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu

guru memberikan beberapa pertanyaan lisan tertulis kepada siswa dan guru

memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan

aspek penting dalam pembelajaran langsung, karena tanpa mengetahui


16

hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk tes, dan komentar tertulis. Tanpa

umpan balik spesifik, siswa tidak mungkin dapat memperbaiki

kekurangannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan

keterampilan yang mantap.

Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2009) untuk memberikan

umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat

digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan adalah sebagai

berikut.

1) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, hal ini

tidak berarti umpan balik seharusnya diberikan cukup segera

setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas

kinerja mereka sendiri.

2) Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik dapat

membantu siswa.

3) Umpan balik ditunjukkan langsung pada tingkah laku dan bukan

pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. “Misal,

“Saya tidak dapat membaca tulisan Anda, karena jarak antara baris

satu dengan yang lain terlalu rapat” dan bukan “Tulisan anda tidak

rapi dan kurang jelas”.

4) Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Umpan balik harus diberikan secara hati-hati agar berguna.

Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu banyak atau

umpan balik yang terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.


17

5) Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik yang positif

daripada yang negatif. Pada umumnya, pujian akan diterima

sedangkan umpan balik negatif mungkin ditolak.

6) Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana

melakukan dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah

dilakukan salah, umpan balik negatif harus disertai dengan

demonstrasi yang benar oeh guru.

7) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan

pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru agar siswa

memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. Siswa

perlu disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan

hasil tetapi hasil tersebut akan menjadi penghambat untuk

perkembangan lebih lanjut.

8) Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri

dan memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan

hal penting yang perlu dipelajari siswa.

5) Fase 5. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Pada tahap ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk

menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri.

Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan secara

mandiri.
18

2.2.3 Sintaks Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Langsung

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Langsung

No Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


1 Menyampaikan tujuan Menyampaikan tujuan Siswa mendengarkan
pembelajaran dan pembelajaran, penjelasan guru
mempersiapkan siswa menjelaskan langkah-
langkah kegiatan yang
akan dilakukan,
menginformasikan
materi yang akan
dibahas, memotivasi
siswa

2 Mendemonstrasikan Guru Siswa menyimak


pengetahuan dan mempresentasikan penjelasan guru
keterampilan pengetahuan dengan
benar atau
mendemonstrasikan
keterampilan langkah
demi langkah
3 Latihan terbimbing Guru memberi Siswa
kesempatan mendemonstrasikan
mendemonstrasikan pengetahuan dan
pengetahuan dan keterampilan yang
keterampilan yang sedang dipelajari
disampaikan dengan bimbingan
guru
4 Mengecek pemahaman Guru mengecek Siswa
dan memberikan pemahaman siswa mendemonstrasikan
umpan balik untuk mencari tahu pengetahuan dan
apakah siswa telah keterampilan yang
memahami konsep sedang dipelajari
dengan benar dengan bimbingan
Guru memberikan guru
pujian dan umpan
balik pada kinerja
yang benar
19

5 Memberikan latihan Guru mempersiapkan Siswa secara mandiri


mandiri kondisi untuk latihan mendemonstrasikan
lanjutan dan materi yang dipelajari
memusatkan perhatian
pada transfer
keterampilan tersebut
ke situas-situasi yang
lebih kompleks
(Diadaptasi dari Shoimin,2014)

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung

Shoimin (2014) mengemukakan bahwa pembelajaran langsung memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran langsung dapat dijelaskan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung

Kelebihan Kekurangan
1. Guru lebih dapat mengendalikan 1. Sangat tergantung pada gaya
isi materi dan urutan informasi komunikasi guru. Komunikator
yang diterima oleh siswa yang kurang baik cenderung
sehingga dapat mempertahankan menjadikan pembelajaran yang
fokus mengenai apa yang harus kurang baik pula
dicapai oleh siswa 2. Jika materi yang disampaikan
2. Merupakan cara yang paling bersifat komplek, rinci atau
efektif untuk mengajarkan abstrak, model pembelajaran
konsep dan keterampilan- pembelajaran lansung mungikn
keterampilan yang eksplisit tidak dapat memberikan siswa
kepada siswa yang berprestasi kesempatan yang cukup untuk
rendah sekalipun memproses dan memahami
3. Dapat digunakan untuk informasi yang disampaikan
membangun model 3. Jika sering digunakan, model
pembelajaran dalam bidang pembelajaran pembelajaran
studi tertentu. Guru dapat langsung akan memberi tahu
menunjukan bagaimana suatu semua yang perlu diketahui. Hal
permasalahan dapat didekati, ini akan menghilangkan rasa
bagaimana informasi dianalisis, tanggung jawab mengenai
dan bagaimana suatu pembelajaran siswa itu sendiri
pengetahuan yang dihasilkan
4. Menekankan kegiatan (melalui
20

ceramah) dan kegiatan


mengamati (melalui demostrasi)
sehingga membantu siswa yang
cocok belajar dengan cara-cara
ini
5. Memberikan tantangan untuk
mempertimbangkan
kesenjangan antara teori (hal
yang seharusnya) dan observasi
(kenyataan yang terjadi)
6. Dapat diterapkan secara efektif
dalam kelas besar maupun kelas
yang kecil
7. Siswa dapat mengetahui tujuan-
tujuan pembelajaran dengan
jelas
8. Waktu untuk berbagi kegiatan
pembelajaran dapat dikontrol
dengan erat
9. Dalam model ini terdapat
penekanan pada pencapaian
akademik
10. Dapat digunakan untuk
menekankan point-point penting
atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa
11. Dapat menjadi cara yang efektif
untuk mengajarkan informasi
dan pengetahuan faktual dan
terstruktur

2.3 Media Audio Visual

2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi,

sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran.

Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses

komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen

pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan


21

(siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.

Kadang-kadang dalam pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Untuk

menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan

memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

“Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara, atau pengantar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam

pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”

(Arsyad, 2006:3). “Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu

sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan” (Criticos dalam

Daryanto, 2010 : 4).

Gagne (dalam Sadiman, dkk., 2009:6) menyatakan bahwa, “Media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk

belajar”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai perantara dalam

pembelajaran untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan

yang sudah ditentukan.

2.3.2 Fungsi Media Pembelajaran

Daryanto (2010:5) mengatakan bahwa secara umum media memiliki

kegunaan, antara lain.

(1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas; (2) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan tenaga dan daya indra; (3) menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; (4)
memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya; (5) memberikan rangsangan yang sama,
22

mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama; dan (6)


pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator),
bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan tujuan
pembelajaran.

Syukur (2005:125) menyatakan,

Fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut (1) membantu memudahkan


belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru; (2)
memberikan pengalaman lebih nyata; (3) menarik perhatian siswa lebih besar
(jalannya tidak membosankan); (4) semua indera murid dapat diaktifkan; (5)
lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar dan (6) dapat
membangkitkan dunia teori dengan realitanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah dapat

membantu memudahkan dalam pembelajaran, membangkitkan gairah siswa

belajar, pembelajaran menjadi lebih menarik dan memberikan pengalaman lebih

nyata kepada siswa bukan hanya teori saja.

2.3.4 Media Audio Visual

Dalam suatu pembelajaran, dua unsur yang cukup penting adalah metode

dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Karena guru dan

medianya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, maka gurulah yang kita

anggap sebagai media juga penyalur informasi kepada siswa (Arsyad, 2006: 15).

Hamalik (dalam Arsyad 2006:15) mengemukakan bahwa, “Pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sehingga

apapun pesan yang disampaikan oleh guru kepada siswa akan dipahami dan

diterima dengan baik oleh siswa apabila media pembelajaran baik pula”. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Munadi (dalam Sari 2014:10) juga menyatakan bahwa,
23

“Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat

menyampaikan informasi dari guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana siswa dapat melakukan pembelajaran secara efisien dan efektif.

Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan (Audio

visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar

secara signifikan”.

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa dan

proses belajar terjadi. Sedangkan secara umum pengertian media pembelajaran

adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang bertujuan

instruksional dan mengandung maksud-maksud pengajaran. Media audio visual

merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang digunakan untuk

membantu pembelajaran. Media audio visual merupakan media yang cukup

efektif dan efisien apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran. Kebanyakan

siswa akan lebih memahami suatu materi yang sedang diajarkan dengan

melibatkan pendengaran (audio) juga melibatkan penglihatannya (visual) sehingga

materi yang disampaikan bisa dirasakan seperti nyata. Berdasarkan uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah bahan atau alat yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar, dimana alat tersebut dapat membantu

guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

2.4 Pengertian Belajar

Winkel (1989) mendefinisikan, “Belajar sebagai suatu proses kegiatan

mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu
24

dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relative

menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”

(Kurnia,2007:1.3).

E.R Hilgard (dalam Susanto,2013:3), “Belajar adalah suatu perubahan

kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud

mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan ini diperoleh melalui

latihan (pengalaman)”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang relatip menetap yang terjadi

secara sadar tanpa adanya paksaan akibat pengalaman dan latihan.

2.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar.

K.Brahim (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa “Hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi pelajaran tertentu”.

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2006:30).

Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 31) menyatakan bahwa, “Hasil

belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari

stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh

pebelajar”.
25

Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah pembelajaran yang berlaku

baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

2.5.1 Jenis-Jenis Hasil Belajar

Bloom (dalam Dharma, 2013:11) membagi hasil belajar dalam tiga ranah,

yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, adalah sebagai berikut.

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun,

tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang

berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya,

hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan

rumus tersebut dan hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat

kalimat.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam

menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau

situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk

teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.


26

Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi

pengetahuan hafalan atau keterampilan.

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-

unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya.

Analisis merupakan kecakapan yang komplek, yang memanfaatkan

kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk

menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen

dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode,

dan lain-lainnya.

b. Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan

belajar, dan hubungan sosial.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu.


27

2.6 Pekerjaan Dasar Elektromekanik

Pekerjaan Dasar Elektromekanik adalah salah satu mata pelajaran Teknik

Instalasi Tenaga Listrik kelas X yang berhubungan dengan kesehatan,

keselamatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH), peralatan tangan (hand tools),

dan peralatan bertenaga dalam dunia kerja khususnya dalam pekerjaan instalasi

listrik. Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik mengajarkan siswa untuk

belajar mengetahui pentingnya kesehatan keselamatan dan lingkungan hidup di

dalam dunia kerja, peruntukan penggunaan peralatan tangan (hand tools), dan

peralatan bertenaga dalam pekerjaan instalasi listrik. Pekerjaan Dasar

Elektromekanik dikenal dan digunakan berbagai peralatan seperti berbagai jenis

tang, obeng, palu, kikir, dan peralatan tangan yang digunakan dalam pekerjaan

instalasi listrik. 

Standar Kompetensi mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik

yang harus dicapai oleh siswa adalah (1) menggunakan peralatan tangan (hand

tools) untuk menyelesaikan pekerjaan elektromekanik, (2) menggunakan peralatan

bertenaga (power tools) untuk menyelesaikan pekerjaan elektromekanik, (3)

melaksanakan prosedur K3LH di tempat kerja. Sedangkan Kompetensi Dasar

Pekerjaan Dasar Elektromekanik dibedakan menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor.

1) Kompetensi dasar pada ranah afektif mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik adalah sebagai berikut.

a) Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif

dan tanggung jawab dalam melaksanakan Pekerjaan Dasar

Elektromekanik.
28

b) Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam

menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam melaksanakan

Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

c) Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam melaksanakan Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

2) Kompetensi dasar pada ranah kognitif mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik adalah sebagai berikut.

a) Mendeskripsikan penggunaan peralatan tangan (hand tools)

b) Mendeskripsikan penggunaan peralatan bertenaga (power tools).

c) Mendeskripsikan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup

(K3LH).

3) Kompetensi dasar pada ranah psikomotor mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik adalah sebagai berikut.

a) Menggunakan peralatan tangan (hand tools) untuk menyelesaikan

pekerjaan elektromekanik.

b) Menggunakan peralatan bertenaga (power tools) untuk menyelesaikan

pekerjaan elektromekanik.

c) Melaksanakan prosedur K3LH di tempat kerja.

2.6.1 Materi Pekerjaan Dasar Elektromekanik

A. Jenis – jenis tang dan kegunaannya

Bentuk dan jenis tang beragam namun umumnya hanya terbagi atas tiga

jenis, yaitu sebagai berikut.


29

a) Tang pemotong (Cutting pliers) : Kedua bagian kepala atas dan bawah

(rahang) tajam. Tang ini cocok untuk memotong kawat dan kabel.

b) Tang penjepit (Clamp pliers): Memiliki rahang yang bergerigi sebagi

capitan. Biasanya gerigi ini sangat rapat dengan ujung rahang runcing. Ini

untuk menjangkau celah yang kecil.

c) Tang pengunci (Clocking Pliers): Rahang bergerigi yang renggang agar

tak licin ketika pengencangan baut.

1) Tang Pengelupas Kabel (Crimping Plier Tool Kit) / Tang penjepit kabel

Gambar 2.1 Tang Pengelupas Kabel

Jika Anda sedang mengerjakan instalasi kabel listrik, tang ini dapat

membantu. Bagian rahang sebagai penjepit kabel. Di bawah rahang yang tajam

sebagai pemotong kabel. Di gagang yang bergerigi untuk mengelupas kabel.

2) Tang Pemotong (cutting pliers)

Gambar 2.2 Tang Pemotong

Memiliki rahang tajam. Fungsinya untuk memotong kawat, kabel plastik,

dan fiber tipis. Bahannya dari besi chrome vanadium. Gagangnya dilapis plastik.

Kelemahan tidak mampu memotong ukuran bidang yang besar atau tebal.
30

3) Tang Cucut (Long Noise Plier)

Gambar 2.3 Tang Cucut

Bentuknya mirip ikan cucut, moncong pipih, panjang, dan berbentuk

gergaji oleh karena itu, tang ini dikenal sebagai “tang cucut”. Berfungsi sebagai

penjepit kawat atau kabel. Namun Anda dapat memanfaatkan bagian dalam

rahang yang tajam sebagai pemotong kabel.

4) Tang Kombinasi (Multi Purpose Plier)

Gambar 2.4. Tang Kombinasi

Ujung rahang yang bergerigi rapat untuk menjepit kawat atau kabel.

Ditengahnya, bagian yang bergerigi renggang, untuk mengunci mur. Rahang

tajam sebagai pemotong kawat dan kabel. Kelemahannya, jika celah antar rahang

berkarat akan berakibat macet.

5) Tang Kakatua (Tower Pincer)


31

Gambar 2.5 Tang Kakaktua

Dikenal sebagai “tang kakatua” karena bentuknya mirip paruh burung

kakatua. Fungsinya sebagai pemotong kawat dan kabel. Terbuat dari baja dan

bergagang lapis karet untuk menjaga agar tidak licin ketika digunakan.

Kelemahannya, jika tang digunakan untuk memotong bahan yang tebal dan keras

dapat menjadi tumpul.

6) Tang Buaya (Locking Plier Tool Kit)

Gambar 2.6 Tang Buaya

Sekilas bentuknya mirip buaya, moncongnya besar, lebar, dan bergerigi,

maka tang ini dikenal dengan sebutan “tang buaya”. Rahangnya yang bergerigi

untuk mengunci dan melepas baut. Jika ukuran baut besar, tang dapat diatur sesuai

ukuran baut. Carannya, lebarkan kedua tungkai, lalu kunci dengan sekrup

pengatur sekaligus pengunci yang ada di ujung atas tungkai. Jika ingin

mengubahnya lagi, Anda cukup melepaskan tuas di bagian tungkai bawah.


32

Kelemahannya, sekrup pengatur dan pengunci agak keras. Ini karena drat mur dan

baut terlampau dalam.

7) Tang Multi fungsi (Multi Purpose Plier Kit)

Gambar 2.7 Tang Multi fungsi 

Mirip dengan tang kombinasi, ada rahang sebagai pemotong dan penjepit

berbedanya tang ini, memiliki kelengkapan fungsi lain di gagangnya terdapat

pisau, gergaji, obeng, pembuka tutup botol, dan pembuka tutup makanan kaleng.

Jadi satu tang ini memiliki banyak kegunaan. Kelemahan bagian kelengkapan di

gagang mudah kendur atau patah.

8) Tang Sudut

Gambar 2.8 Tang Sudut

Moncong rahang memiliki sudut kemiringan 45 derajat. Fungsinya untuk

menjepit kawat dan kabel yang sulit dijangkau, seperti di kolong meja.

Kelemahannya, hanya cocok untuk bagian dengan sudut kemiringan 45 derajat.


33

9) Tang snap ring

Gambar 2.9 Tang snap ring

Tang ini dikenal juga dengan nama tang spi, yaitu berfungsi untuk menarik

bantalan kecil dan sebagainya. Tang ini ada 2 model yang dibedakan berdasarkan

ujungnya yaitu lurus dan bengkok.

10) Tang rivet

Gambar 2.10 Tang rivet

Terdapat dua tipe, yaitu biasa dan fleksibel, kedua fungsinya sama, yaitu

untuk memasang paku keeling untuk yang fleksibel dapat digunakan untuk bidang

lurus maupun sudut.


34

11) Tang slip joint

Gambar 2.11 Tang slip joint

Tang standar bawaan mobil dan motor dimana biasanya menjadi bonus

disaat mobil/motor diterima. Fungsinya hampir sama dengan tang kombinasi,

tetapi lebih sederhana dari tang kombinasi.

B. Jenis–Jenis obeng (screw driver) dan kegunaannya

Obeng dalam satuan set dalam ukuran dan bentuk penggerak yang

berbeda, panjag, pendek, sangat pendek (buntung). Obeng terdiri dari batang yang

terbuat dari baja keras berkualitas tinggi dengan satu mata pada satu ujungnya dan

gagang terbuat dari plastik/kayu yang dicetak pada batangnya.

Obeng digunakan untuk melepas/memasang sekrup dari komponen-

komponen kendaraan bermotor seperti pada lampu kepala, pelindung radiator, dan

untuk melepas pengikat seperti sekrup-sekrup kotak yang mempunyai momen

pengencangan relatif rendah. Obeng juga dapat digunakan untuk mencongkel

cetakan dan menekan /mendorong seperti pada pemasangan penghapus kaca.

Ada 3 jenis obeng, yaitu obeng biasa, obeng offset, dan obeng tumbuk

(obeng ketok). Sedangkan bila ditinjau dari penampangnya, dibedakan menjadi 3,


35

yaitu obeng pipih (-/min), obeng sudut dan obeng plus (+/kembang/ bintang/

philip).

Gambar 2.12 Obeng plus (+) dan obeng pipih (-)

1) Obeng Biasa

Obeng biasa terdiri dari tangkai dan bilah obeng. Obeng biasa digunakan

untuk mengendorkan/mengencangkan sekrup atau baut sesuai ukurannya.

Gambar 2.13 obeng biasa

a. Penggunaan Obeng Standar dan Obeng Philips

1) Penggunaan Obeng Standar

(a) Pilihlah obeng dengan ukuran yang sesuai dengan sekrupnya.

(b) Tahan mata obeng dengan satu tangan dan arahkan ujungnya

pada celah dengan tangan lainnya. Peganglah obeng pada

posisi tegak lurus dengan sekrup.


36

(c) Putarlah obeng kuat dan mantap untuk melepaskan sekrup.

2) Penggunaan Obeng Phillips

(a) Bersihkan setiap debu yang mungkin terdapat pada recess

dengan sebatang kawat bila memungkinkan.

(b) Pilihlah obeng yang memungkinkan ujungnya pas sepenuhnya

pada recess.

(c) Tahan batang obeng dengan satu tangan dan arahkan ujungnya

dengan tangan lainnya.

(d) Peganglah obeng tegak lurus ke sekrup untuk mencegah recess

rusak. Berikan tekanan yang lebih besar bila menggunakan

obeng standar.

Gambar 2.14 Cara Memegang Obeng

b. Keamanan (Obeng Phillips dan Standar)

(1) Hanya gunakan obeng dengan mata pisaunya yang sesuai ukurannya

dengan celah sekrup.

(2) Jangan gunakan obeng yang gagangnya belah, atau mata pisaunya

tumpul atau rusak.

(3) Jauhkan tangan anda dari mata pisaunya bila menggunakan obeng.
37

(4) Jangan pernah menggunakan obeng sebagai palu, pahat atau pengungkit.

Gambar 2.15 Penggunaan Obeng

(5) Jangan gunakan obeng yang pegangannya atau mata pisaunya

terlumuri gemuk atau oli.

c. Pemeliharaan Obeng Standar dan Obeng Philip

(1) Jagalah agar obeng tetap bersih, gunakan lap untuk membersihkan oli

atau gemuk dari pegangannya atau mata pisaunya.

(2) Buanglah obeng yang pegangannya patah atau ujungnya rusak.

(3) Simpanlah obeng di dalam lemari, kotak alat atau gantungan dinding.

2) Obeng Offset

Tip obeng sudut atau obeng offset ini membentuk sudut terhadap

tangkainya. Ukuran standarnya, 0◦ , 45◦ , 90◦ , 135◦. Obeng sudut ini digunakan

untuk membuka dan mengencangkan baut yang tidak bisa dijangkau oleh obeng

biasa. Obeng offset mempunyai bilah yang sekaligus sebagai tangkainya dan mata

pada kedua ujungnya berbentuk kembang/+/ bintang/ philip/ atau pipih/-/minus.

Obeng offset berfungsi untuk mengencangkan baut dengan kepala beralur atau

sekrup yang letaknya tidak dapat dijangkau dengan oleh jenis obeng biasa.
38

Gambar 2.16 obeng Offset

3) Obeng Ketok

Obeng Ketok Obeng ketok berfungsi untuk mengeraskan/mengendorkan

baut kepala yang beralur atau sekrup yang momen pengencangannya relatif lebih

tinggi. Obeng ini terdiri dari tangkai dan bilah yang dapat dilepas bila digunakan,

pilihlah bilah obeng ketok yang sesuai dengan ukuran dan bentuk sekrup atau

bautnya.

2.17 Konstruksi obeng ketok (impact) dan penggunaannya

a. Cara penggunaannya

Cara menggunakan obeng ketok dengan cara memukul ujung bodi

obeng dengan palu sambil tangkai obeng ketok diputar sehingga blade

memutar obeng ke kanan atau ke kiri (mengeraskan/mengendorkan). Posisi

antara bilah obeng dengan sekrup atau baut diupayakan harus tetap tegak.
39

Memutar blade obeng secara tiba-tiba, maka baut atau sekrup yang kencang

dapat dikendorkan dengan mudah, begitu pula sebaliknya.

b. Memilih ukuran obeng

(1) Lebar Tip Lebar ujung ( tip ) harus hampir sama dengan lebar bagian

dalam slot baut yang akan dikencangkan atau yang akan di longgarkan.

Tip yang terlalu lebar dapat merusak benda kerja. Tip yang terlalu tipis

dapat merusak tip atau obeng itu sendiri.

Gambar 2.18 Lebar tip obeng

(2) Ketebalan Tip Dalam memilih obeng, ujung/ tip obeng harus sesuai

dengan slot pada baut dimana lebar tip harus hampir sama dengan lebar

bagian dalam slot baut.

Gambar 2.19 Tebal tip obeng


40

c. Cara Menggunakan Obeng

Pastikan tangkai dan tangan anda tidak basah atau terkena oli.

Pegang obeng tegak lurus dengan baut. Pegang tangkai obeng dengan satu

tangan. Tekan obeng dengan tangan yang lain dengan tekanan yang cukup

agar tip tetap berada pada slot baut. Putar obeng dengan perlahan.

C. Jenis–Jenis Palu/Martil dan kegunaannya.

Martil/Palu adalah alat pemukul. Palu ini dibuat bermacam-macam

bentuknya sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaannya. Ada tiga jenis

Martil/Palu adalah sebagai berikut.

1) Palu besi paku / Nail hammer)

Gambar 2.30 Palu Besi Paku / Nail hammer)

2) Palu besi kepala bulat (Ball-peen hammer)

Gambar 2.31 Palu besi kepala bulat (Ball-peen hammer)

3) Palu kepala lunak

Palu ini digunakan untuk memukul benda-benda yang lunak atau benda

yang mudah pecah. Kepala palu ini biasanya terbuat dari plastik, karet ataupun

kayu.
41

Gambar 2.32 Palu Kepala Lunak

D. Jenis–Jenis Gergaji tangan dan kegunaannya

Gergaji adalah alat pemotong benda. Gergaji tangan terdiri dari sengkang

dan daun gergaji. Daun gergaji dibuat bergerigi. Gigi gergaji ada yang dibuat pada

satu sisi saja ada juga yang dibuat dua sisi.

1) Sengkang dan daun gergaji

Gambar 2.33 Sengkang dan daun gergaji

2) Gergaji Besi

Gambar 2.34. Gergaji Besi


42

3) Gergaji Kayu

Gambar 2.35 Gergaji Kayu

E. Jenis –jenis kabel dan kegunaannya

1) Kabel NYA

Gambar 2.36 Kabel NYA

Kabel jenis ini digunakan untuk instalasi rumah dan dalam instalasi rumah

yang sering digunakan adalah NYA dengan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2, yang

berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC Kode warna isolasi ada warna merah,

kuning, biru dan hitam. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat,

tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman

jika menggunakan kabel tipe ini lebih baik kabel dipasang di dalam pipa atau

saluran penutup, karena selain tidak bisa diganggu oleh hewan pengerat dan tidak

terkenah air, juga apabila ada isolasi yang terkelupas (terbuka) tidak bisa tersentuh

langsung oleh manusia.      


43

2) Kabel NYM

Gambar 2.37 Kabel NYM

Kabel jenis ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di

dalam bangunan yang dimana penempatannya biasa di luar/ di dalam tembok

ataupun di dalam pipa (conduit). Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki

lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3

atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat

keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel

ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh

ditanam. 

3) Kabel NYAF

Gambar 2.38 Kabel NYM


44

Kabel ini direncanakan dan direkomendasikan untuk instalasi dalam kabel

kotak distribusi pipa atau di dalam duct. Kabel NYAF merupakan jenis kabel

fleksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk

instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi. Kabel jenis ini

sangat cocok untuk tempat yang mempunyai belokan – belokan tajam. Digunakan

pada lingkungan yang kering dan tidak dalam kondisi yang lembab/basah atau

terkena pengaruh cuaca secara langsung.

1) Kabel NYY

Gambar 2.39 Kabel NYY

Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap di dalam tanah yang dimana

harus tetap diberikan perlindungan khusus (misalnya duct, pipa PVC atau pipa

besi). Kabel protodur tanpa sarung logam. Instalasi bisa ditempatkan di dalam dan

di luar ruangan, dalam kondisi lembab ataupun kering, memiliki lapisan isolasi

PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Dan memiliki lapisan

isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel

NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

F. Macam-macam sambungan kabel

Untuk menyambung atau mencabang kabel, harus selalu mengupas bagian

isolasi kebel yang akan disambungkan atau dicabangkan, untuk mendapatkan


45

hasil sambungan yang baik kabel yang telah dikupas dibersihkan terlebih dahulu.

Cara penyambungan dan pencabangan ini bermacam-macam sesuai dengan

keperluan. Syarat dalam penyambungan atau pencabangan adalah sambungan

harus kuat, baik mekanis maupun kelistrikanya. Untuk kabel yang berdiameter

besar sambungan harus di soldier. Macam-macam sambungan adalah sebagai

berikut.

1) Menyambung cara ekor babi (Pig Tail)

Menyambung cara ekor babi adalah cara yang paling sederhana dan

mudah. Sambungan ini digunakan untuk menyambung atau mencabangkan

beberapa kabel pada satu titik.penyambungan semacam ini sering dijumpai pada

kotak sambung dan umumnya di isolasi dengan lasdop, yang berfungsi sebagai

pengikat dan sekaligus sebagai isolasi. Adapun cara penyambungan kabel adalah

semua kabel yang akan disambungkan dijadikan satu kemudian diputar dengan

tang. Kemudian rapikanhasil sambungan dengan memotong kabel pada ujung

sambungnnya.

Gambar 2.40 Sambungan ekor babi

2) Manyambung cara puntir

Ada dua macam penyambungan cara putir, yaitu bell hangers dan western

union. Perbedaan bentuk kedua sambungan itu terletak pada jumlah puntiranya,

tetapi cara dan bentuk penyambungannya sama.


46

Gambar 2.41 Sambungan bell hangers

Gambar 2.42 Sambungan western union

3) Sambungan mata

Sebenarnya ini bukan sambungan melainkan sebuah bentuk yang di buat

khusus untuk menempatkan sekrup ataupun baut agar kabel melekat sempurna

pada komponen, memang sepeleh namun ini penting untuk pemasangan kabel

pada fiting, kotak-kontak, dan saklar. Cara pembuattanya dapat di kerjakan

menggunakan tang pembulat, tapi untuk membuat bulat usahakan searah jarum

jam karena jika ke arah kiri/berlawanan arah jarum jam, nanti ketika melakukan

pemasangan, bentuk bulat pada kawat akan berubah(melar) dan malah tambah

menyulitkan pemasangan.

Gambar 2.43 Sambungan mata


47

G. Pipa Paralon / PVC

Pipa ini dibuat dari bahan paralon / PVC. Jika dibandingkan dengan pipa

union, keuntungan pipa PVC adalah lebih ringan, lebih mudah pengerjaannya

(dengan pemanasan), dan merupakan bahan isolasi, sehingga tidak akan

mengakibatkan hubung singkat antar penghantar. Disamping itu penggunaannya

sangat cocok untuk daerah lembab, karena tidak me-nimbulkan korosi. Namun

demikian, pipa PVC memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan digunakan pada

temperatur kerja di atas 60◦C.

Gambar 2.44 Pipa Paralon / PVC

H. Kotak sambung

Kotak sambung yang banyak digunakan dalam pemasangan instalasi

adalah sebagai berikut.

1) Kotak sambungan 2 cabang/Kotak tarik

Digunakan sebagai tempat penyambungan hantaran dan pemeriksaan kabel

instalasi. Pada pasaran terdapat bermacam ukuran, yaitu: 5/8”, 3/4”, 1” 1 1/4”, 1

1/2” dan 2”.


48

Gambar 2.45 Kotak sambung 2 cabang/kotak tarik

2) Kotak sambungan 3 cabang  (T – Dus)

Kotak sambungan 3 cabang digunakan untuk tempat penyambungan

hantaran mendatar, turun dan naik. Dan pada pasaran terdapat ukuran 5/8”, 3/4”,

1”, 1 1/4”, dan 1 1/2”.

Gambar 2.46 kotak sambung 3 cabang (T – Dus)

3) Kotak sambungan 4 cabang 

Kotak sambung 4 cabang digunakan untuk tempat penyambungan

hantaran mendatar, turun dan naik. Dan pada pasaran terdapat ukuran 5/8”, 3/4”,

1”, 1 1/4”, dan 1 ½”.

Gambar 2.47 kotak sambung 4 cabang (Cros Dus)


49

I. Lasdop 

Lasdop digunakan pada sambung dan untuk mencegah adanya hubungan

dan untuk mencegah adanya hubungan singkat. Oleh karena itu semua sambungan

kabel yang terdapat di dalam kotak sambung harus ditutup dengan lasdop.

Gambar 2.48 Lasdop

J. Tule

Tule digunakan pada ujung pipa, dan berguna untuk mencegah terjadinya

kerusakan isolasi disaat penerikan/pemasangan kabel instalasi sementara

dilaksanakan. Tuls memiliki ukuran antara lain: 3/4”, 1”, 1 1/2”, 5/8”, dan 2”.

Gambar 2.49 Tule

K. Bending

Gambar 2.50 Bending

Bending adalah alat yang digunakan untuk menekuk pipa PVC.


50

L. Cetok ( trowel )

Cetok adalah alat bantu manusia yang digunakan untuk memplester atau

mengaci tembok. Alat ini juga biasa digunakan untuk mencampur adonan pasir

dan semen. Cetok ini berupa lempengan berbentuk oval, kotak/persegi dengan

pegangan berupagaran pada bagian bawahnya. Ada beberapa bentuk cetok, ada

cetok yang berbentuk persegi dan persegi panjang, besar kecilnya juga lain-lain.

Bentuk ini dibedakan sesuai dengan kegunaan dari cetok itu sendiri. Cetok ini

terbuat dari besi biasa karena untuk menjaga kelenturan dan kedinamisan alat ini

saat digunakan. Alat cetok ini banyak digunakan para pekerja bangunan untuk

membantu pekerjaan mereka. Alat cetok ini sangatlah praktis dan mudah untuk

digunakan. Berat cetok ini sangatlah ringan dan siapapun bisa menggunakannya.

Untuk lebih jelas mengenai alat cetok ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.51 Cetok

2.7 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2.7.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Jaedun (dalam Kurniasih, 2014:2) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

salah satu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dikelasnya (metode, pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi

dsb).
51

Wibawa (2014:9), PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh

guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan

nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Somadayo (2013:20), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah

pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu, hasil pembelajaran,

mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu, dan hasil

pembelajaran.

Dari pengertian-pengertian penelitian tindakan kelas tersebut, dapat

diambil suatu pemahaman bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian

yang dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi

guna meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas.

2.7.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahakan

permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas sehingga pembelajaran

dapat berjalan secara efektif. Disamping itu penelitian tindakankelas dapat

berjalan secara efektif. Disamping itu penelitian tindakan kelas dapat

menumbuhkan sikap mandiri dan kritis guru terhadap situasi dan keadaan di

dalam kelas yang diajarnya.

Sumadayo (2013:23) menyatakan tujuan dari penelitian tindakan kelas

sebagai berikut.
52

(1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang


dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran; (2) Memperbaiki
dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru; (3) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah
pembelajaran bermutu; (4) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan
guru dalam memecahakan masalah-masalah pembelajaran dan membuat
keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya; (5)
Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran (misalnya; pendekatan, metode, strategi, dan media) yang
dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran; (6) Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru
dalam pembelajaran untuk meningkatakan mutu pembelajaran selain
inovatif guru; (7) Menngeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan
atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada
realitas,empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau
asumsi.

2.8 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian relevan terkait dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Pertama skripsi yang disusun oleh Elvita Sari yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaan Langsung (DI) Berbantuan Media Audio Visual Untuk

Meningkatakan Hasil Belajar siswa VIIA SMPN 17 BENGKULU Pada Pokok

Bahasan Perpindahan Kalor”. Menggunakan model Direct Instruction Hasil

penelitian adalah aktivitas belajar siswa dari siklus I skor 25 (kategori cukup) dan

meningkat menjadi 28 pada siklus II (kategori cukup) kemudian pada siklus III

skor 31 (kategori baik). Hasil penilaian hasil belajar melalui tes ditinjau dari

ketuntasan belajar klasikal yang memperoleh nilai ≥ 70 pada siklus I adalah 75,67

% meningkat pada siklus II sebesar 83,78 % dan pada siklus III sebesar 91,89%.

Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 73,14 (standar deviasi 8,90) dan

meningkat pada siklus II sebesar 76,10 (standar deviasi 6,80) kemudian pada

siklus III sebesar 80,58 (standar deviasi sebesar 5,70). Kesimpulan dari hasil

penelitian adalah penerapan model Pembelajaran langsung (Direct Instruction)


53

berbantuan media Audio Visual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa pada sub konsep perpindahan kalor.

Kedua Skripsi yang disusun oleh Edi Suhariyono yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran langsung (Direct Instruction) Berbasis TIK Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pemeliharaan /Servis Engine Dan

Komponen-Komponennya Kelas XI TKR SMK NEGERI 2 BARABAI”.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction)

berbasis TIK dengan dua siklus. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata prestasi

belajar peserta didik kelas XI A-TKR, XI B-TKR dan XIC-TKR adalah 68, 62

dan 64 serta ketuntasan belajar 52, 34% dan 43%. Rata-rata aktivitas belajar

antara peserta didik dengan guru ditunjukkan oleh kelas XI A-TKR sebesar 58%,

kelas XI BTKR sebesar 65% dan kelas XI C-TKR sebesar 75%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasik Peserta didik belum tuntas

belajar, karena Peserta didik yang memperoleh nilai ≥70 hanya sebesar 52%, 34%

dan 43% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar

75%. Hal ini disebabkan kurangnya apresiasi peserta didik terhadap materi karena

kurang menariknya format presentasi yang ditampilkan guru. Format presentasi

guru berupa power point presentation (ppt) yang sederhana tanpa ada sisipan

animasi gambar atau video. Selain itu pada tahap latihan peserta didik bekerja

dalam kelompok sehingga ada beberapa peserta didik yang tidak aktif. Dengan

motivasi dan revisi format presentasi berbasis TIK dari guru, pada siklus II

didapatkan hasil yang lebih baik, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta

didik berurutan dari kelas XI A-TKR, kelas XI B-TKR dan kelas XI CTKR adalah

80, 78 dan 78, ketuntasan belajar mencapai 89%, 83% dan 90 %. Pada siklus II
54

juga ada peningkatan aktivitas belajar antara peserta didik dengan guru

ditunjukkan oleh kelas XI A-TKR sebesar 80%, kelas XI B-TKR sebesar 79% dan

kelas XI C-TKR sebesar 82% sehingga berdampak pada 75 peserta didik dari 86

peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I. Dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran langsung (direct

instruction) berbasis TIK dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.9 Kerangka Berpikir

Pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di SMK Negeri 3 Singaraja

mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut berasal dari diri siswa dan guru.

Sebagian besar siswa mengalami kendala karena minat belajar mereka yang

kurang tinggi. Minat belajar yang kurang tersebut salah satunya dipengaruhi oleh

kegiatan belajar mengajar yang membosankan dan kurang efektif. Dalam

mengajar guru hanya menggunakan media seadanya sehingga minat belajar siswa

menjadi kurang, metode yang digunakan guru juga kurang memberi siswa

kesempatan menunjukkan kemampuan yang dimilikinya sehingga saat kegiatan

belajar mengajar dikelas hanya dikuasai oleh beberapa siswa saja.

Menanggapi permasalahan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan

perbaikan dalam pembelajaran kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal. Perbaikan peneliti lakukan, yaitu

dengan menerapkan model direct instruction (pembelajaran langsung). Dalam

pembelajaran langsung guru membagi pembelajaran menjadi beberapaf. Fase

pertama, yaitu fase orientasi/ menyampaikan tujuan. Pada fase ini guru

mengkomunikasikan garis besar tujuan pembelajaran, memberikan informasi latar


55

belakang, dan menjelaskan mengapa pelajaran itu penting. Fase kedua, yaitu fase

presentasi/demonstrasi. Pada Fase ini guru mempresentasikan pengetahuan

tersebut dengan benar atau mendemonstrasikan keterampilan langkah demi

langkah. Fase ketiga, yaitu fase latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberi

kesempatan mencoba dan memperagakan alat. fase keempat, yaitu Fase

Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik. Pada Fase ini guru

mengecek pemahaman siswa untuk mencari tahu apakah siswa telah memahami

konsep dengan benar. Fase kelima, yaitu Fase Latihan Mandiri. Guru

memberikan kesempatan siswa untuk melakukan latihan mandiri. Fase ini dapat

dilalui siswa dengan baik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85%-

90% dalam Fase latihan terbimbing. Guru memberikan umpan balik bagi

keberhasilan siswa.

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat

menyampaikan informasi dari guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana siswa dapat melakukan pembelajaran secara efisien dan efektif.

Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan (Audio

visual Aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar

secara signifikan”.

Media audio visual merupakan media yang cukup efektif dan efisien apabila

diterapkan dalam suatu pembelajaran. Kebanyakan siswa akan lebih memahami

suatu materi yang sedang diajarkan dengan melibatkan pendengaran (audio) juga

melibatkan penglihatannya (visual) sehingga materi yang disampaikan bisa

dirasakan seperti nyata. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa media audio visual adalah bahan atau alat yang mempunyai unsur suara
56

dan unsur gambar, dimana alat tersebut dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi pelajaran. Media audio visual juga digunakan untuk media

pembelajaran bertujuan untuk mempermudah penyampaian materi yang sulit

dimengerti.

Pembelajaran langsung berbantuan media audio visual akan memberikan

kontribusi yang lebih besar dalam pembelajaran, dimana siswa diarahkan untuk

lebih aktif memahami materi dibantu dengan media yang menarik untuk

memotivasi minat belajarnya. Sehinggga nantinya hasil belajar siswa pada

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik dapat memenuhi harapan.

2.10 Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan,

maka dapat diajukan hipotesis, yaitu jika penerapan model pembelajaran langsung

berbantuan media audio visual dapat berjalan dengan baik, maka hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik cenderung

meningkat.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Singaraja yang beralamat di Jalan

Gempol, Banyuning, Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30

Januari 2016 sampai 23 April 2016 pada siswa kelas X TITL1 semester 2 di SMK

Negeri 3 Singaraja.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

3.2.1 Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 di SMK Negeri 3

Singaraja yang berjumlah 31 orang. Terdiri dari siswa laki-laki 30 orang dan

siswa perempuan 1 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari

2016 sampai 23 April 2016 pada siswa kelas X TITL1 semester 2 di SMK Negeri

3 Singaraja.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar dalam pembelajaran Pekerjaan

Dasar Elektromekanik dan model pembelajaran langsung berbantuan media audio

visual.

57
58

3.3 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas (classroom

action research) yang dilaksanakan dalam siklus-siklus. “Penelitian Tindakan

Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama-sama” (Arikunto,dkk., 2012:3). Setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) harus melalui empat tahapan, yang terdiri dari : perencanaan, tindakan,

observasi, evaluasi, dan refleksi. Alur tahapan PTK yang akan dilaksanakan dapat

dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 (Modifikasi dari Kemmis dan Mc Tanggart dalam Kurniasih, 2014)

Pada Gambar 3.1, tampak bahwa terdiri dari dua perangkat komponen

yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya,

jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.

Apabila permasalahan terkait belum terselesaikan dalam tiga siklus maka perlu

dilakukan siklus selanjutnya yang disertai dengan tindak lanjut dari penyelesaian

masalah dari siklus sebelumnya.

Sebelum mengadakan penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi


59

dan wawancara kepada guru mata pelajaran yang terkait. Dari hasil

wawancara dan observasi tersebut akan diperoleh data bagaimana situasi pada

saat siswa menerima pelajaran di kelas sehingga diharapkan penelitian ini dapat

berjalan dengan lancar.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta refleksi. Siklus II, sama dengan siklus I,

namun pelaksanaannya meninjau dari hasil refleksi pada siklus I. Alur penelitian

sesuai pada Gambar 3.1.

Pembagian materi yang disajikan pada tiap siklus didasarkan pada

keterkaitan antara kompetensi inti, kompetensi dasar, serta indikator pencapaian

hasil belajar siswa. Materi yang disajikan telah disesuaikan dengan Kurikulum

2013 yang diterapkan di SMK Negeri 3 Singaraja. Adapun pembagian materi

pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Materi Pembelajaran dan Alokasi Waktu Pada Tiap Siklus

Siklus Materi Waktu


1. Penggunaan peralatan tangan (hand tools)
2. Jenis-jenis sambungan kabel
10 JP
3. Membuat sambungan mata
I
4. Membuat sambungan puntir
Tes hasil belajar penggunaan peralatan
2 JP
tangan (hand tools)
1. Penggunaan peralatan tangan (hand tools)
2. Jenis-jenis kabel listrik
10 JP
3. Penggunaan pipa PVC
II 4. Menekuk pipa PVC
Tes hasil belajar penggunaan peralatan
2 JP
tangan (hand tools)
60

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yang meliputi

kegiatan refleksi awal, siklus I, dan siklus II, dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 3.2 (Modifikasi dari Kemmis dan Mc Tanggart dalam Kurniasih, 2014)

3.4.1 Refleksi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

refleksi awal. Hal-hal yang dilakukan dalam refleksi awal, yaitu menyelidiki hasil

belajar mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di kelas X TITL1 SMK

Negeri 3 Singaraja berdasarkan nilai Ulangan Akhir Semester 1. Dari nilai

Ulangan Akhir Semester 1 tersebut, 15 siswa (48,39%) mendapat nilai di atas

KKM sebesar 75, sedangkan 16 siswa (51,61%) mendapat nilai di bawah KKM.

Hal ini memacu peneliti untuk menyelidiki lebih jauh permasalahan yang dialami

siswa di kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja. Refleksi awal ini sekaligus

menjadi langkah awal penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.

Sebagai langkah awal, peneliti bersama dengan guru mata pelajaran

Pekerjaan Dasar Elektromekanik mengungkap bahwa hasil belajar siswa masih

tergolong rendah dan dapat diketahui bahwa hasil belajar tersebut muncul karena
61

pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum dikaji secara modern. Model

pembelajaran yang digunakan sebelumnya oleh guru mata pelajaran Pekerjaan

Dasar Elektromekanik yaitu discovery learning yang kurang memberi motivasi

kepada siswa dalam pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap pemahaman

siswa terhadap materi. Salah satu kelemahan model pembelajaran discovery

learning adalah pada proses pengumpulan data yang sangat jarang dihadapkan

kepada benda nyata yang terkait dengan materi pembelajaran, penjelasan langkah-

langkah pembelajaran dalam penyampaian pelajaran terutama dalam menanamkan

konsep dan keterampilan masih kurang sehingga menyebabkan adanya

kesenjangan antara  antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan

yang terjadi). Proses pengumpulan data adalah hal yang paling penting karena

pada tahapan ini siswa mendapatkan pengetahuan baru. Siswa yang kurang dalam

segi kognitif akan mendapat kesulitan pada saat melakukan pengumpulan data

karena siswa akan merasa kesulitan belajar tanpa benda nyata yang akan

dipelajari. Disisi lain, guru telah berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi

usaha tersebut belum maksimal. Melalui diskusi, peneliti bersama guru mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik, sepakat bahwa masalah rendahnya

hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik yang terjadi di kelas X TITL1

disebabkan oleh belum sesuainya model pembelajaran dengan karakteristik siswa

di SMK Negeri 3 Singaraja pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

Berdasarkan hasil refleksi awal, maka dilakukan penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan penerapan model pembelajaran langsung berbantuan media

audio visual dalam pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik. Hal ini

dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
62

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik pada siswa kelas X TITL1 SMK

Negeri 3 Singaraja, sehingga nantinya diharapkan hasil belajar siswa dapat

meningkat.

3.4.2 Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar menyusun rancangan

tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan sebagai berikut.

a) Menganalisis silabus tentang materi yang akan dipelajari siswa pada

pelaksanaan tindakan siklus.

b) Menjabarkan materi pembelajaran menjadi sub-sub materi sesuai dengan

pedoman Kurikulum 2013.

c) Merumuskan indikator hasil belajar, sebagai pembatasan tentang apa

yang diharapkan dapat dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran

yang didasarkan pada standar kompetensi mata pelajaran.

d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

e) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri dari catatan

lapangan, dan catatan harian.

f) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

g) Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan orientasi awal dan pengenalan

terhadap rencana penerapan model pembelajaran langsung berbantuan

media audio visual.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan 1


63

Tindakan pada setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, 2 kali

pertemuan untuk melaksanakan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil

belajar siswa pada akhir siklus.

a) Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan selama

pembelajaran, seperti mengecek alat dan bahan praktek di sekolah agar

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa berjalan dengan lancar.

b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan

model pembelajaran langsung dengan lima fase, yaitu menyampaikan

tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan, latihan terbimbing, mengecek

pemahaman dan memberikan umpan balik, dan memberikan latihan dan

penerapan konsep

Masing-masing pertemuan dijabarkan secara secara terperinci. Pada

pertemuan 1 dalam siklus I, materi yang diajarkan adalah penggunaan peralatan

tangan (hand tools). Terdapat 1 indikator yang diajarkan, yaitu (1) menjelaskan

penggunaan peralatan tangan (hand tools). Alokasi waktu yang diperlukan pada

pertemuan ini adalah 90 menit atau selama 2 jam pelajaran. Adapun langkah-

langkah pembelajaran pertemuan 1/siklus I disajikan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan


Media Audio Visual Pertemuan 1 Pada Siklus I

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam “selamat
pagi”
2. Guru meminta semua siswa berdoa
menurut Agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengawali
kegiatan pembelajaran)
64

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)
Fase 1. - “sebelum memulai pelajaran
Menyampaikan bapak minta kalian berdoa menurut
tujuan kepercayaan kalian masing masing
pembelajaran dan ”
mempersiapkan - “doakan ibu kalian, bapak kalian
siswa dan juga keluarga kalian yang
bekerja membanting tulang
sehingga kalian bisa seperti
sekarang, tanpa orang tua dan 15
keluarga kalian bukanlah apa apa. Menit
Maka sayangilah mereka.”
3. Guru bersama siswa menyanyikan
lagu Lagu Kebangsaan Indonesia “
Indonesia Raya”
4. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran siswa.
5. Guru memberikan apersepsi
dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa,
- “anak-anak apakah kalian pernah
melihat orang memperbaiki
instalasi rumah tinggal?”
- “alat apa saja yang digunakan?”
- “apakah kalian tahu fungsinya?”
6. Motivasi (Memberi contoh tentang
manfaat mempelajari pekerjaan
dasar elektromekanik)
7. Menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran
8. Menyampaikan Model
Pembelajaran langsung
2 Inti
Mengamati
Fase 2. 1. Siswa menyimak pendapat dari
Mendemonstrasika beberapa sumber tentang
n pengetahuan dan pengertian “peralatan tangan”
keterampilan 2. Siswa menyimak video apersepsi
alat-alat tangan dan alat listrik
3. Siswa menyimak berbagai jenis
peralatan tangan
4. Guru mendemonstrasikan langkah
demi langkah cara menggunakan
peralatan tangan.
5. Guru menilai sikap siswa
Menanya
65

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)
1. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai contoh
gambar dengan menjelaskan nama
peralatan tangan.
2. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai fungsi
dari peralatan tangan dan cara 60
menggunakannya Menit
3. Guru bertanya tentang gambar
peralatan tangan yang ditampilkan.
4. Guru bertanya tentang fungsi dan
cara menggunakan peralatan
Fase 3. tangan
Latihan terbimbing
Mengumpulkan Informasi
1. Siswa membaca buku yang
berkaitan dengan Pekerjaan Dasar
Elektromekanik.
2. Siswa mengamati macam-macam
peralatan tangann kerja secara
langsung dan nyata.
3. Siswa mencoba mempraktikkan
cara menggunakan peralatan
tangan.

Mengasosiasi/ mengolah informasi


1. Siswa dibagi dalam kelompok
kecil, masing-masing terdiri atas 5
orang.
2. Siswa dalam kelompok diminta
menjelaskan peralatan tangann
peralatan tangan dan
mendiskusikan pengertian, jenis
jenis peralatan tangan
3. Siswa dalam kelompok diminta
memilah dan mengelompokkan
peralatan tangan sesuai dengan
fungsinya
4. Siswa dalam kelompok diminta
mempraktikkan cara menggunakan
peralatan tangan
5. Guru membimbing pelatihan

Fase 4. 6. Guru mengecek pemahaman


Mengecek dengan bertanya tentang fungsi dari
66

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)
pemahaman dan peralatan tangan
memberikan 7. Guru bertanya tentang cara
umpan balik menggunakan peralatan tangan
8. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah demi
langkah cara penggunaan peralatan
tangan
9. Guru memberikan pujian dan
umpan balik pada kinerja yang
benar

Fase 5. Mengomunikasikan
Memberikan 1. Siswa dalam kelompok diminta
latihan dan secara mandiri mempresentasikan
penerapan konsep pengertian peralatan tangan, jenis-
jenis dan fungsinya.
2. Siswa dalam kelompok diminta
secara mandiri mempresentasikan
cara menggunakan peralatan
tangan.
3. Guru menilai sikap siswa dalam
kerja kelompok dan membimbing /
menilai keterampilan
menganalisis, menggunakan teori
dan menyimpulkan data, serta
menilai kemampuan siswa
memahami pengertian peralatan
tangan, jenis peralatan tangan, cara
menggunakan peralatan tangan dan
manfaat dari penggunaan peralatan
tangan yang baik dan benar.
3 Penutup 1. Guru bersama-sama dengan peserta 15
didik menyimpulkan materi yang Menit
telah dipelajari.
2. Peserta didik merefleksi dari
kegiatan :
o Bagaimana perasaanmu
selama belajar?
o Materi apa yang sudah
kalian pahami dengan
baik?
o Apakah ada hal-hal yang
belum kalian pahami?
3. Guru bersama siswa menyanyikan
Lagu Wajib Nasional atau Lagu
67

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)
Daerah
4. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa akhir
pelajaran.

Pertemuan 2 dalam siklus I, materi yang diajarkan adalah peralatan tangan

(hand tools). Terdapat 3 indikator yang diajarkan, yaitu (1) menjelaskan jenis-

jenis sambungan kabel, (2) membuat sambungan mata menggunakan peralatan

tangan (hand tools), (3) membuat sambungan puntir menggunakan peralatan

tangan (hand tools). Alokasi waktu yang diperlukan pada pertemuan ini adalah

360 menit atau selama 8 jam pelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran

pertemuan 2/siklus I disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Rancangan Perlakuan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan


Media Audio Visual Pertemuan 2 Pada Siklus I.

Alokasi
No
Kegiatan Deskripsi Waktu
.
(Menit)

1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam “selamat pagi”


2. Guru meminta semua siswa berdoa
menurut Agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengawali
kegiatan pembelajaran)
- “sebelum memulai pelajaran
Fase 1. bapak minta kalian berdoa menurut
Menyampaikan kepercayaan kalian masing masing
tujuan ”
pembelajaran dan
mempersiapkan - “doakan ibu kalian, bapak kalian
siswa dan juga keluarga kalian yang
bekerja membanting tulang
sehingga kalian bisa seperti
sekarang, tanpa orang tua dan
keluarga kalian bukanlah apa apa.
Maka sayangilah mereka.”
3. Guru bersama siswa menyanyikan
68

Alokasi
No
Kegiatan Deskripsi Waktu
.
(Menit)

lagu Lagu Kebangsaan Indonesia “


Indonesia Raya”
4. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran siswa.
5. Guru memberikan apersepsi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan 15
kepada siswa, Menit
- “anak-anak apakah kalian masih
ingat jenis-jenis peralatan tangan?
Coba sebutkan!”
- “Jika kalian sudah paham bapak
lanjutkan materi selanjutnya.
Apakah kalian sudah pernah
menyambung kabel?
- “ sambungan apa yang kalian
gunakan”?
6. Motivasi (Memberi contoh tentang
manfaat mempelajari pekerjaan
dasar elektromekanik)
7. Menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.
8. Menyampaikan Mpdel
Pembelajaran langsung

2 Inti Mengamati
1. Siswa menyimak pendapat dari
beberapa sumber tentang
Fase 2. pengertian “jenis-jenis
Mendemonstrasika sambungan”.
n pengetahuan dan 2. Siswa menyimak video apersepsi
keterampilan cara membuat sambungan mata
dan sambungan puntir.
3. Siswa menyimak berbagai jenis
peralatan tangan.
4. Guru mendemonstrasikan langkah
demi langkah pembuatan
sambungan mata dan sambungan
puntir.
5. Guru menilai sikap siswa
mengamati.
69

Alokasi
No
Kegiatan Deskripsi Waktu
.
(Menit)

Menanya
1. Siswa mendiskusikan dengan teman
sebangku mengenai fungsi dari
jenis-jenis sambungan kabel.
2. Siswa mendiskusikan dengan teman
sebangku mengenai cara membuat
jenis-jenis sambungan kabel.
3. Guru bertanya tentang gambar
peralatan tangan yang ditampilkan.
4. Guru bertanya tentang fungsi dan
cara menggunakan peralatan tangan
untuk membuat sambungan mata
dan sambungan puntir.
60
Mengumpulkan Informasi/ Menit
eksperimen
1. Siswa membaca buku yang
berkaitan dengan Pekerjaan Dasar
Elektromekanik.
2. Siswa mengamati macam-macam
peralatan kerja secara langsung dan
nyata.

Mengasosiasi/ mengolah informasi


1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil,
masing-masing terdiri atas 5 orang.
2. Siswa dalam kelompok diminta
Fase 3. memilah dan mengelompokkan
peralatan tangan sesuai dengan
Latihan fungsinya.
terbimbing 3. Siswa dalam kelompok diminta
mempraktikkan cara menggunakan
peralatan tangan.
4. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan
untuk membuat sambungan mata
5. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan
70

Alokasi
No
Kegiatan Deskripsi Waktu
.
(Menit)

untuk membuat sambungan puntir.


6. Guru membimbing pelatihan
Fase 4. 7. Guru mengecek pemahaman dengan
bertanya tentang fungsi dari
Mengecek peralatan tangan
pemahaman dan 8. Guru bertanya tentang cara
memberikan menggunakan peralatan tangan
umpan balik untuk membuat sambungan mata
9. Guru bertanya tentang langkah demi
langkah membuat sambungan mata
dan sambungan puntir
10. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah demi
langkah cara penggunaan peralatan
tangan
11. Guru memberikan pujiandan umpan
balik ada kinerja syang benar

Fase 5. Mengomunikasikan
Memberikan
latihan dan 1. Siswa dalam kelompok diminta
penerapan konsep mempraktikan jenis-jenis
sambungan sesuai dengan job sheet
yang dibagikan.
2. Siswa diminta menggunakan alat
alat tangan sesuai dengan fungsinya
3. Guru menilai sikap siswa dalam
kerja kelompok
4. Guru membimbing / menilai
keterampilan siswa menggunakan
teori , menyimpulkan data,.
5. Guru menilai kemampuan siswa
menjelaskan jenis-jenis peralatan
tangan, cara menggunakan
peralatan tangan dan manfaat dari
penggunaan peralatan tangan yang
baik dan benar.
6. Guru menilai kemampuan siswa
mengunakan peralatan tangan untuk
membuat sambungan mata dan
sambungan puntir

3 Penutup 1. Guru bersama-sama dengan siswa 15


71

Alokasi
No
Kegiatan Deskripsi Waktu
.
(Menit)

menyimpulkan materi yang telah Menit


dipelajari.
2. Peserta didik merefleksi dari
kegiatan :
o Bagaimana perasaanmu
selama belajar?
o Materi apa yang sudah
kalian pahami dengan
baik?
o Apakah ada hal-hal yang
belum kalian pahami?
5. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa akhir
pelajaran.
6. Guru bersama siswa menyanyikan
Lagu Wajib Nasional atau Lagu
Daerah

3) Tahap Observasi/Evaluasi I

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Mengevaluasi hasil belajar siswa pada pembelajaran setiap pertemuan

dengan tes yang sudah dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang telah

ditentukan.

b) Mengevaluasi kendala-kendala serta kesulitan yang ditemukan selama

pelaksanaan tindakan siklus I untuk nantinya dilakukan perbaikan pada

siklus berikutnya.

c) Mendokumentasikan hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran

berlangsung.

4) Tahap Refleksi I
72

Refleksi siklus I dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan akhir

siklus. Sebagai dasar refleksi siklus I pada setiap akhir pembelajaran adalah

kendala-kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik. Hasil-hasil refleksi siklus I tersebut selanjutnya digunakan

sebagai bahan pertimbangan atau penyempurnaan tahapan-tahapan pada siklus II.

3.4.3 Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pada refleksi siklus I, masalah-

masalah yang timbul pada waktu siklus yang sebelumnya dilakukan revisi untuk

meningkatkan kinerja siklus selanjutnya agar tercapai peningkatan hasil belajar

siswa.

1) Tahap Perencanaan Tindakan II

Tahap perencanaan pada siklus II disesuaikan dengan refleksi pada siklus I.

Hal-hal yang dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik di kelas bersangkutan dalam tahap perencanaan tindakan II

adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis silabus tentang materi yang akan dipelajari siswa pada

pelaksanaan tindakan siklus II.

b. Menjabarkan materi pembelajaran menjadi sub-sub materi sesuai dengan

pedoman Kurikulum 2013.

c. Merumuskan indikator hasil belajar, sebagai pembatasan tentang apa yang

diharapkan dapat dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang

didasarkan pada standar kompetensi mata pelajaran.


73

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan

model pembelajaran langsung.

e. Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

f. Menyiapkan pembahasan jawaban semua tes yang akan digunakan dalam

penilaian.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan II

Tindakan pada siklus selanjutnya dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, 2

kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar

pekerjaan dasar elektromekanik pada akhir siklus II. Masing-masing pertemuan

dijabarkan sebagai berikut.

a) Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan selama

pembelajaran, seperti mengecek alat dan bahan praktik di sekolah agar

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa berjalan dengan lancar.

b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan model

pembelajaran langsung dengan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan

dan keterampilan, latihan terbimbing, mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik, dan memberikan latihan dan penerapan konsep.

Masing-masing pertemuan dijabarkan secara secara terperinci. Pada

pertemuan I dalam siklus 2, materi yang diajarkan adalah peralatan tangan (hand

tools). Terdapat 4 indikator yang diajarkan, yaitu (1) menjelaskan penggunaan

peralatan tangan (hand tools) untuk menyelesaikan pekerjaan instalasi listrik

bangunan sederhana, (2) menjelaskan jenis-jenis kabel instalasi listrik, (3)

menjelaskan penggunaan pipa instalasi (4) menjelaskan jenis-jenis kotak


74

sambung. Alokasi waktu yang diperlukan pada pertemuan ini adalah 90 menit

atau selama 2 jam pelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran pertemuan

1/siklus II disajikan pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Rancangan perlakuan model pembelajaran langsung berbantuan media


audio visual pertemuan 1 pada Siklus II.

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam “selamat


pagi”
2. Guru meminta semua siswa berdoa
menurut Agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengawali
kegiatan pembelajaran)
Fase 1. - “sebelum memulai pelajaran
Menyampaikan bapak minta kalian berdoa
tujuan menurut kepercayaan kalian
pembelajaran dan masing masing ”
mempersiapkan
siswa - “doakan ibu kalian, bapak kalian
dan juga keluarga kalian yang
bekerja membanting tulang
sehingga kalian bisa seperti
sekarang, tanpa orang tua dan
keluarga kalian bukanlah apa apa.
Maka sayangilah mereka.”
3. Guru bersama siswa menyanyikan
lagu Lagu Kebangsaan Indonesia “
Indonesia Raya”
4. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran siswa.
5. Guru memberikan apersepsi
dengan mengajukan beberapa 15
pertanyaan kepada siswa, Menit
- “anak-anak apakah kalian pernah
melihat orang memasang instalasi
rumah tinggal?”
- “alat apa saja yang digunakan?”
- “apakah kalian tahu fungsinya?”
6. Motivasi (Memberi contoh tentang
75

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

manfaat mempelajari pekerjaan


dasar elektromekanik)
7. Menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.

2 Inti
Mengamati
Fase 2. 1. Siswa menyimak pendapat dari
Mendemonstrasika beberapa sumber tentang peralatan
n pengetahuan dan tangan, jenis jenis kabel listrik,
keterampilan kotak sambung dan jenis-jenis pipa
instalasi listrik
2. Siswa menyimak video
apersepsi penggunaan, peralatan
tangan untuk menyelesaikan
instalasi listrik bangunan
sederhana
3. Siswa menyimak berbagai
jenis peralatan tangan, kabel listrik,
kotak sambung dan pipa instalasi
listrik
4. Guru mendemonstrasikan
langkah demi langkah penggunaan
peralatan tangan untuk
pemasangan instalasi listrik
bangunan sederhana
5. Guru mendemonstrasikan
langkah demi langkah penggunaan
kabel instalasi listrik
6. Guru mendemostrasikan cara
membaca kode berbagai jenis
kabel listrik
7. Guru mendemonstrasikan
penggunaan pipa instalasi listrik
8. Guru mendemonstrasikan
penggunaan kotak sambung
9. Guru menilai sikap siswa . 60
Menanya Menit

1. Siswa mendiskusikan dengan


teman sebangku mengenai contoh
gambar dengan menjelaskan
nama peralatan tangan, kabel
76

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

instalasi listrik, pipa instalasi dan


kotak sambung
2. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai fungsi
dari peralatan tangan dan
penggunaannya
3. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai fungsi
dan kegunaan berbagai jenis
kabel
4. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai fungsi
dan kegunaan pipa instalasi dan
kotak sambung
5. Guru bertanya tentang gambar
peralatan tangan yang
ditampilkan.
Fase 3. 6. Guru bertanya tentang fungsi dan
cara menggunakan peralatan
Latihan terbimbing tangan
7. Guru bertanya tentang berbagai
jenis kabel, cara membaca kode
kabel dan penggunaan dari
masing kabel instalasi listrik
tersebut
8. Guru bertanya tentang berbagai
jenis pipa instalasi, cara
penggunaan pipa dan fungsi dari
kotak sambung

Mengumpulkan Informasi
1. Siswa membaca buku yang
berkaitan dengan Pekerjaan Dasar
Elektromekanik.
2. Siswa mengamati macam-macam
peralatan tangan kerja secara
langsung dan nyata
3. Siswa mengamati berbagai jenis
kabel instalasi listrik secara
langsung dan nyata.
4. Siswa mengamati berbagai pipa
dan kotak sambung instalasi
listrik secara langsung dan nyata.
77

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

Mengasosiasi/ mengolah informasi


1. Siswa dibagi dalam kelompok
kecil, masing-masing terdiri atas 5
orang.
2. Siswa dalam kelompok diminta
menjelaskan peralatan tangann
peralatan tangan dan
mendiskusikan pengertian, jenis
jenis peralatan tangan.
4. Siswa dalam kelompok diminta
memilah dan mengelompokkan
peralatan tangan sesuai dengan
fungsinya.
5. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan.
6. Siswa dalam kelompok diminta
cara membaca kode kabel dan
karakteristik kabel
7. Siswa dalam kelompok diminta
menjelaskan penggunaan pipa
instalasi dan kotak sambung
8. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba membaca kode berbagai
jenis kabel dan fungsinya
9. Guru membimbing pelatihan
Fase 4. 10. Guru mengecek pemahaman
dengan bertanya tentang fungsi
Mengecek dari peralatan tangan
pemahaman dan 11. Guru bertanya tentang cara
memberikan umpan menggunakan peralatan tangan.
balik 12. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah
demi langkah cara penggunaan
peralatan tangan
13. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah
demi langkah membaca kode
kabel, karakteristiknya dan
fungsinya
14. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah
78

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

demi langkah penggunaan pipa


instalasi dan kotak sambung
15. Guru memberikan pujian dan
umpan balik pada kinerja yang
benar
Fase 5. Mengomunikasikan
Memberikan
latihan dan 1. Siswa dalam kelompok diminta
penerapan konsep secara mandiri mempresentasikan
pengertian peralatan tangan, jenis-
jenis dan fungsinya.
2. Siswa dalam kelompok diminta
secara mandiri mempresentasikan
cara menggunakan peralatan
tangan.
3. Siswa dalam kelompok diminta
secara mandiri mempresentasikan
berbagai jenis kabel instalasi
listrik, cara membaca kode kabel
dan fungsi masing-masing kabel
tersebut
4. Siswa dalam kelompok diminta
secara mandiri mempresentasikan
penggunaan kabel, pipa dan kotak
sambung instalasi
5. Guru menilai sikap siswa dalam
kerja kelompok dan membimbing /
menilai keterampilan
menganalisis, menggunakan teori
dan menyimpulkan data, serta
menilai kemampuan siswa
memahami pengertian peralatan
tangan, jenis peralatan tangan, cara
menggunakan peralatan tangan dan
manfaat dari penggunaan peralatan
tangan yang baik dan benar
3 Penutup 1. Guru bersama-sama dengan peserta 15
didik menyimpulkan materi yang Menit
telah dipelajari.
2. Peserta didik merefleksi dari
kegiatan :
o Bagaimana perasaanmu
selama belajar?
o Materi apa yang sudah
79

No Kegiatan Deskripsi Alokasi


. Waktu
(Menit)

kalian pahami dengan


baik?
o Apakah ada hal-hal yang
belum kalian pahami?
3. Guru bersama siswa menyanyikan
Lagu Wajib Nasional atau Lagu
Daerah
4. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa akhir
pelajaran

Pertemuan 2 dalam siklus II, materi yang diajarkan adalah peralatan

tangan (hand tools). Terdapat 2 indikator yang diajarkan, yaitu (1) Membuat pipa

bentuk zigzag (Z) menggunakan peralatan tangan (hand tools), (2) membuat pipa

bentuk siku-siku (L) menggunakan peralatan tangan (hand tools). Alokasi waktu

yang diperlukan pada pertemuan ini adalah 360 menit atau selama 8 jam

pelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran pertemuan 2/siklus II disajikan

pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Rancangan perlakuan model pembelajaran langsung berbantuan media


audio visual Pertemuan 2 Pada Siklus II

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)

1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam “selamat


pagi”
2. Guru meminta semua siswa berdoa
menurut Agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengawali
kegiatan pembelajaran)
- “sebelum memulai pelajaran
bapak minta kalian berdoa menurut
kepercayaan kalian masing masing
80

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)


Fase 1.
Menyampaikan - “doakan ibu kalian, bapak kalian
tujuan dan juga keluarga kalian yang
pembelajaran dan bekerja membanting tulang
mempersiapkan sehingga kalian bisa seperti
siswa sekarang, tanpa orang tua dan
keluarga kalian bukanlah apa apa.
Maka sayangilah mereka.”
3. Guru bersama siswa menyanyikan
lagu Lagu Kebangsaan Indonesia “
Indonesia Raya”
4. Guru melakukan komunikasi
tentang kehadiran siswa
5. Guru memberikan apersepsi
dengan mengajukan beberapa 15
pertanyaan kepada siswa Menit
- “anak-anak apakah kalian masih
ingat jenis-jenis peralatan tangan
untuk pemasangan instalasi listrik?
Coba sebutkan!”
- “Jika kalian sudah paham bapak
lanjutkan materi selanjutnya.
Apakah kalian sudah pernah
menekuk pipa PVC untuk
pemasangan kabel dalam tembok?
- “ pipa apa yang kalian
gunakan”?
- “bagaimana cara membengkok
pipa PVC tersebut?”
6. Motivasi (Memberi contoh tentang
manfaat mempelajari pekerjaan
dasar elektromekanik)
7. Menyampaikan tujuan dan langkah
pembelajaran.

2 Inti Mengamati
1. Siswa menyimak pendapat dari
beberapa sumber tentang cara
81

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)

Fase 2. menekuk pipa PVC dan peralatan


Mendemonstrasika tangan yang digunakan
n pengetahuan dan 2. Siswa menyimak video apersepsi
keterampilan cara menekuk pipa PVC bentuk
zigzag (Z)
3. Siswa menyimak video apersepsi
menekuk pipa PVC bentuk siku-
siku (L)
4. Siswa menyimak berbagai bentuk
tekukan pipa PVC (zigzag dan
siku-siku)
5. Guru mendemonstrasikan cara
menekuk pipa PVC bentuk
(zigzag dan siku-siku).
6. Guru menilai sikap siswa
mengamati
Menanya
1. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai contoh
gambar peralatan tangan untuk
menekuk pipa PVC
2. Siswa mendiskusikan dengan
teman sebangku mengenai fungsi
dari bentuk pipa PVC zigzag (Z)
dan siku-siku (L)
3. Guru bertanya tentang gambar
jenis peraltan tangan yang
ditampilkan. 60
4. Guru bertanya tentang fungsi dan Menit
cara menekuk pipa PVC bentuk
zigzag (Z)
5. Guru bertanya tentang fungsi dan
cara menekuk pipa PVC bentuk
siku-siku (L)

Mengumpulkan Informasi/
eksperimen
1. Siswa membaca buku yang
Fase 3. berkaitan dengan Pekerjaan Dasar
Elektromekanik
Latihan terbimbing 2. Siswa mengamati bentuk pipa
82

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)

PVC (zigzag dan siku-siku)


secara langsung dan nyata.
3. Siswa mengamati peralatan
tangan untuk menekuk pipa
secara langsung dan nyata
4. Siswa mengamati lekukan pipa
PVC bentuk zigzag (Z)
5. Siswa mengamati lekukan pipa
PVC bentuk siku-siku (L)

Mengasosiasi/ mengolah informasi


1. Siswa dibagi dalam kelompok
kecil, masing-masing terdiri atas 5
orang
2. Siswa dalam kelompok diminta
memilah dan mengelompokkan
peralatan tangan sesuai dengan
fungsinya
3. Siswa dalam kelompok diminta
mempraktikkan cara menggunakan
peralatan tangan
4. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan
untuk menekuk pipa PVC bentuk
zigzag siku-siku)
5. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan
untuk menekuk pipa PVC bentuk
siku-siku
6. Siswa dalam kelompok diminta
mencoba mempraktikkan cara
menggunakan peralatan tangan
dengan benar
7. Guru membimbing pelatihan
Fase 4. 8. Guru mengecek pemahaman
dengan bertanya tentang fungsi dari
Mengecek peralatan tangan
pemahaman dan 9. Guru bertanya tentang cara
memberikan menggunakan peralatan tangan
umpan balik untuk meneku pipa PVC bentuk
83

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)

zigzag (Z)
10. Guru bertanya tentang cara
menggunakan peralatan tangan
untuk meneku pipa PVC bentuk
siku-siku (L)
11. Guru bertanya tentang langkah
demi langkah menekuk pipa PVC
bentuk zigzag dan siku-siku
12. Guru memberikan umpan balik
dengan menjelaskan langkah demi
langkah cara penggunaan
peralatan tangan untuk menekuk
pipa PVC
13. Guru memberikan pujiandan
umpan balik ada kinerja syang
benar
Fase 5. Mengomunikasikan
Memberikan
latihan dan 1. Siswa dalam kelompok secara
penerapan konsep mandiri menyiapkan alat dan
bahan sesuai dengan job sheet
yang dibagikan
2. Siswa dalam kelompok diminta
secara mandiri menekuk pipa
PVC sesuai dengan job sheet yang
dibagikan.
3. Siswa diminta menggunakan alat
alat tangan sesuai dengan
fungsinya
4. Guru menilai sikap siswa dalam
kerja kelompok
5. Guru membimbing / menilai
keterampilan siswa menggunakan
teori untuk menekuk pipa PVC
6. Guru menilai kemampuan siswa
menjelaskan jenis-jenis peralatan
tangan, cara menggunakan
peralatan tangan dan manfaat dari
penggunaan peralatan tangan
yang baik dan benar.
7. Guru menilai kemampuan siswa
mengunakan peralatan tangan
untuk menekuk pipa PVC bentuk
siku-siku (L)
84

Alokasi
No Waktu
Kegiatan Deskripsi
. (Menit)

8. Guru menilai kemampuan siswa


mengunakan peralatan tangan
untuk menekuk pipa PVC bentuk
zigzag (Z)
3 Penutup 1. Guru bersama-sama dengan siswa 15
menyimpulkan materi yang telah Menit
dipelajari.
i. Peserta didik merefleksi dari kegiatan :
o Bagaimana perasaanmu
selama belajar?
o Materi apa yang sudah
kalian pahami dengan
baik?
o Apakah ada hal-hal yang
belum kalian pahami?
2. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa
akhir pelajaran
3. Guru bersama siswa menyanyikan
Lagu Wajib Nasional atau Lagu
Daerah

3) Tahap Observasi/Evaluasi II

Melakukan observasi siswa selama berlangsung proses belajar mengajar

dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat adanya peningkatan hasil

belajar siswa. Hal-hal yang diobservasi/dievaluasi adalah sebagai berikut.

a) Mengevaluasi hasil tes belajar siswa yang dilakukan pada siklus II, untuk

dilakukan tindak lanjut berupa penilaian dan umpan balik kepada siswa.

b) Mengevaluasi pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran

langsung dengan bantuan media audio visual, yang meliputi kendala-

kendala serta kesulitan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan II.


85

c) Mengumpulkan hasil penilaian siswa selama pembelajaran dengan cara

memberikan soal pilihan ganda pada akhir siklus.

4) Tahap Refleksi II

Refleksi siklus II dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan akhir

siklus. Dasar refleksi siklus II adalah hasil tes akhir siklus II, dan hasil belajar

serta wawancara dengan siswa terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dialami

dalam pembelajaran serta kendala-kendala yang ditemukan selama pelaksanaan

tindakan. Hasil refleksi siklus II ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun

rekomendasi dari penelitian ini. Rekomendasi yang diberikan berupa analisis

mengenai kebaikan, kekurangan dan peluang penerapan pembelajaran model

pembelajaran langsung dengan berbantuan media audio visual dalam

pembelajaran di kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja khususnya untuk mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

3.5 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data

yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode pengumpulan data ini

dilakukan untuk mendapatkan data yang tepat. Metode pengumpulan yang

digunakan pada penelitian ini adalah tes pilihan ganda (kognitif), observasi

penilaian sikap (afektif), dan penilaian keterampilan (psikomotor).

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan untuk dianalisis adalah data hasil

belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik dengan materi tentang penggunaan

peralatan tangan (hand tools). Berdasarkan Permendikbud No.66 tahun 2013

tentang standar penilaian, maka pada penilaian kurikulum 2013 menggunakan


86

penilaian autentik pada proses dan hasil yang mencakup 3 aspek penilaian, yaitu

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Data

terkait pengetahuan siswa dikumpulkan dengan instrumen berupa tes yang

diberikan di setiap akhir siklus, data dari sikap siswa dikumpulkan dengan

instrumen berupa observasi penilaian sikap dan data keterampilan siswa

dikumpulkan dengan instrumen berupa observasi (pengamatan) praktik. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian seperti Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Metode Pengumpulan Waktu


No Jenis Data
Data Data Pemberian
1 Kognitif Siswa Tes (Pilihan ganda) Akhir siklus I dan
II
2 Afektif Siswa Observasi (Penilaian Pada saat siklus I
sikap) dan II
3 Psikomotor Siswa Observasi (Penilaian Pada saat siklus I
praktik) dan II

3.5.1.1 Data Penilaian Kognitif

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Teknik

pengumpulan data penilaian kognitif pada penelitian ini menggunakan metode tes

pilihan ganda. Arikunto (2013:179) tes objektif atau pilihan ganda adalah tes yang

dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes pilihan ganda terdiri

atas sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap, kemudian diikuti oleh

sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat digunakan untuk melengkapinya.

Dari sejumlah “pelengkap” tersebut hanya satu yang tepat, yang lain merupakan

pengecoh.

Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Kognitif Tes Pilihan Ganda

No Skor Kriteria
87

1 1 Memilih jawaban yang benar


2 0 Memilih jawaban yang tidak benar atau tidak memilih
jawaban
Sudjana (2011)

Jumlah soal tes yang digunakan adalah 20 soal untuk siklus I dan 20 soal

untuk siklus II. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 100 dan skor

minimum adalah 0.

3.5.1.2 Data Penilaian Afektif

Untuk data nilai sikap siswa, dinilai melalui observasi penilaian sikap

siswa pada saat proses belajar mengajar. Bentuk penilaian berupa nontes dapat

digunakan untuk mengukur domain afektif. Dalam penelitian ini, untuk penilaian

afektif menggunakan instrumen berupa observasi penilaian afektif. Sugiyono

(2014:203) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar. Ada beberapa macam teknik skala

yang bisa digunakan dalam instrumen observasi penilaian afektif, salah satunya

adalah ratting scale dengan rentangan 1 sampai 4.

Penilaian aspek afektif didasarkan pada perilaku yang ditunjukkan siswa

selama pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi penilaian sikap.

Dalam penilain aspek afektif, pada penelitian ini menggunakan skala rating scale

dengan rentang 1 sampai 4. Lembar observasi penilaian sikap terdiri dari 5 item

yang dimamati dalam pembelajaran. Adapun lembar observasi penilaian afektif

disajikan pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Lembar Observasi Penilaian Afektif


88

Nam Aspek yang diamati


No. a Tanggung Tota
Abse Sisw Disiplin Jujur Santun jawab l
n a 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Skor
1
2
3

Tabel 3.9 Rubrik Penilaian Afektif

NO Indikator Skor
1 DISIPLIN 1-4
2 JUJUR 1-4
3 SANTUN 1-4
4 TANGGUNG JAWAB 1-4

Tabel 3.10 Indikator Penilaian Afektif

Indikator Penilaian Afektif

Disiplin a. Tertib mengikuti instruksi


b. Mengerjakan tugas tepat waktu
c. Tidak melakukan kegiatan yang tidak
diminta
d. Tidak membuat kondisi kelas menjadi
tidak kondusif
Jujur a. Menyampaikan sesuatu berdasarkan
keadaan yang sebenarnya
b. Tidak menutupi kesalahan yang
terjadi
c. Tidak menyontek atau melihat
data/pekerjaan orang lain
d. Mencantumkan sumber belajar dari
yang dikutip/dipelajar

Tanggung Jawab a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur


b. Peran serta aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok
c. Mengajukan usul pemecahan masalah
d. Mengerjakan tugas sesuai yang
ditugaskan
89

Santun a. Berinteraksi dengan teman secara


ramah
b. Berkomunikasi dengan bahasa yang
tidak menyinggung perasaan
c. Menggunakan bahasa tubuh yang
bersahabat
d. Berperilaku sopan

Keterangan

4 = jika empat indikator terlihat.

3 = jika tiga indikator terlihat.

2 = jika dua indikator terlihat

1 = jika satu indikator terlihat

Nilai akhir sikap diperoleh berdasarkan modus (skor yang sering muncul)

dari keempat aspek sikap di atas.

Tabel 3.11 Kategori Nilai Afektif

Kategori Nilai Afektif

Sangat baik apabila memperoleh nilai akhir 4

Baik apabila memperoleh nilai akhir 3

Cukup apabila memperoleh nilai akhir 2

Kurang apabila memperoleh nilai akhir 1

Sugiyono,2015:22

Jumlah penilaian afektif yang digunakan untuk siklus I dan siklus II adalah

4. Penilaian sikap maksimum yang dapat diperoleh adalah 16 dan skor minimum

adalah 4 yang kemudian akan dikonversi menjadi skala 100.

3.5.1.3 Data Penilaian Psikomotor


90

Penilaian psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa

penampilan. Penilaian psikomotor dapat dilakukan dengan tes saat praktik. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu tes praktik. Tes

praktik adalah penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik

dalam melakukan sesuatu pada saat pembelajaran. Instrumen penilaian yang

digunakan untuk unjuk kerja adalah lembar observasi.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur psikomotor biasanya berupa

matriks. Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan

diukur dan yang kekanan menunjukan besarnya skor yang dapat dicapai.

(Arikunto, 2013:198).

Tabel 3.12 Lembar Observasi Penilaian Psikomotor

Nam Aspek yang diamati


No. a Efesiensi Tota
Abse Sisw Persiapan Proses Kerja Hasil kerja Waktu l
n a 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Skor
1
2
3

Tabel 3.13 Rubrik Penilaian Psikomotor

No Penilaian Skor maksimum Perolehan


1 Persiapan 1-4
2 Proses kerja 1-4
3 Hasil kerja ( praktikum) 1-4
4 Efisiensi waktu 1-4

Tabel 3.14 Indikator Penilaian Psikomotor

Indikator Penilaian Psikomotor

Persiapan a. Kelengkapan peralatan tangan


91

b. Kelengkapan bahan
c. Menyiapkan job sheet
d. Menggunakan kelengkapan
pakaian praktik

Proses kerja a. Menggunakan peralatan tangan


sesuai dengan fungsinya
b. Menerapkan K3LH
c. Mengikuti langkah kerja sesuai job
sheet
d. Menggunakan bahan secara efisien

Hasil a. Sudut lekukan pipa sesuai mal


b. Bentuk pipa
c. Kebersihan pipa
d. Kondisi tekukan pipa mulus (tidak
ada lipatan pada tekukan pipa)

Waktu Contoh. Waktu yang ditetapkan 90 Menit.


a. ≥ 75 menit pengumpulan (skor 4)
b. 76 menit - 90 menit pengumpulan
(skor 3)
c. 91 menit - waktu pelajaran selesai
(skor 2)
d. Pengumpulan dilakukan pertemuan
selanjutnya (skor 1)

Keterangan

4 = jika empat indikator terlihat.

3 = jika tiga indikator terlihat.

2 = jika dua indikator terlihat

1 = jika satu indikator terlihat

Jumlah kriteria yang digunakan dalam penilaian psikomotor adalah 4

kriteria. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 16 dan skor minimum

adalah 4 yang nantinya akan dikonversi menjadi skala 100.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data


92

Instrumen pengumpulan data tentang hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik dalam penelitian ini seperangkat tes

pilihan ganda, yang tiap butirnya menyesuaikan dengan kisi-kisi tes.

Kisi-kisi hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik bertujuan untuk

merumuskan ruang lingkup dan penekanan tes dan bagian-bagiannya, sehingga

memudahkan dalam penyususnan soal-soal. Kisi-kisi tes hasil belajar dalam mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik pada siswa kelas X TITL1 berpedoman

pada Kurikulum 2013 dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) sebagai berikut.

Tabel 3.15 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik Siklus I

N Kompeten Indikato Indikator Materi Nomor Buti Kunci


o si Dasar r Soal soal r jawaban
soal
3. Mendeskr 3.1.1 1. Siswa Peralata 1,2,3,4, 20 C,C,B,C
1 ipsikan Menjela dapat n 5,6,7,8, ,C,A,C,
pengguna skan menjelaska tangan 9,10.11 D,A,B,E
an penggun n jenis- (hand .12.13. ,A,C,C,
peralatan aan jenis dan tools) 14.15,1 D,D B,A
tangan peralata penggunaa 6,17,
(hand n tangan n peralatan 18
tools) (hand tangan
tools) (hand
tools)
3.1.2 19,20. C, E
Menjela 2. Siswa Jenis-
skan dapat jenis
jenis- menjelaska sambun
jenis n jenis- gan
sambun jenis kabel
gan sambungan
kabel. kabel.

Tabel 3.16 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik Siklus II
93

Kompeten Indikator Indikator Materi Nomor Butir Kunci


si Dasar Soal soal soal jawaba
n
3. Mendeskr 3.1.3 1. Siswa 1. Alat- 1,2,3,4, 20 C,C,E,
1 ipsikan Menjelas dapat alat 5,8,9,1 D,E,C,
pengguna kan menjelaska tangan 0,11,12 C,D,D,
an pengguna n (hand . C
peralatan an penggunaa tool)
tangan peralatan n peralatan
(hand tangan tangan
tools). (hand (hand
tools) toosl)
pekerjaan untuk
instalasi pemasanga
listrik n instalasi
bangunan bangunan
sederhana sederhana.
.
2.Jeni 13,14,1 D,D.D,
s- 5,16 E
3.1.4 jenis
Menjelas 2. Siswa kabel
kan jenis- dapat instal
jenis menjelaska asi
kabel n jenis- listrik
instalasi jenis kabel .
listrik instalasi
listrik
sesuai
dengan 17,18,1 C,C,B,
3. 9,20. A
peruntukan Jenis-
jenis
3.1.5 3. Siswa kotak
Menjelas dapat samb
kan jenis- menjelaska ung
jenis n jenis-
kotak jenis kotak
sambung. sambung
sesuai 6,7 A,A
dengan 4.
peruntukan Jenis-
. jenis
pipa
3.1.6
4. Siswa instal
Medeskri
dapat asi
psikan
mendeskrip listrik
pengguna
sikan
an pipa
penggunaa
instalasi.
n pipa
94

instalasi
listrik
sesuai
dengan
peruntukan
.

3.5.3 Validitas Isi

Validitas isi menunjukan sejauh mana instrumen yang dibuat peneliti

sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dan indikator. Pada pengujian validitas isi,

peneliti menggunakan dua ahli/pakar. Yang pertama dosen metodologi di

lingkungan Fakultas Teknik dan Kejuruan dan guru mata pelajaran yang

bersangkutan.

Sebagai ahli isi, peneliti meminta bantuan kepada salah satu dosen jurusan

Teknik Elektro, yaitu Bapak Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si., M.T. dan

guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di SMK Negeri 3

Singaraja, yaitu Bapak Drs. I Nyoman Sarjana. Ahli isi akan menguji dua hal dari

instrumen, yaitu

1. Kesesuaian indikator yang dikembangkan terhadap konstruk atau

konsep yang digunakan.

2. Kesesuaian butir – butir tes atau angket terhadap indikator.

Masing – masing ahli isi diberikan format penilaian dengan pilihan

masing - masing ”relevan” dan “kurang relevan”. Kemudian diuji dengan

formula dari Gable (dalam Gregory,2000), yaitu

Dengan A = kedua ahli menyatakan kurang relevan, B dan C = salah satu

ahli menyatakan kurang relevan, dan D = kedua ahli menyatakan relevan

terhadap butir instrumen.


95

Tabel 3.17 Matriks Tabulasi Penilaian Dua Pakar

Penilai 1

Kurang relevan Sangat relevan

Kurang relevan (A) (B)


Penilai 2
Sangat relevan (C) (D)
(Gregory dalam Gita, 2014:56)

V= D .
A+B+C+D
Keterangan

V = validitas isi

A = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan tidak relevan
oleh kedua pakar
B = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan relevan oleh
pakar I dan kurang relevan oleh pakar II
C = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan kurang
relevan oleh pakar I dan relevan oleh pakar II
D = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan relevan oleh
kedua pakar

Adapun kriteria untuk validitas isi (content validity) sebagai berikut.

Tabel 3.18 Koefisien Validitas Isi (Arikunto,2013:89)

Koefisien Validitas
0,80 – 1,00 Validitas Isi Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Validitas Isi Tinggi
0,40 – 0,59 Validitas Isi Sedang
0,20 – 0,39 Validitas Isi Rendah
0,00 – 0,19 Validitas Isi Sangat Rendah

Hasil uji Judges yang dilakukan dengan 40 butir soal yang terdiri dari 20

butir soal post tes siklus I dan 20 soal post tes siklus II didapatkan hasil sebagai

berikut.

Tabel 3.19 Hasil Uji Judges


96

Penilai 1
Dr.Nyoman Santiyadnya, S.Si., M.T.
Kurang relevan Sangat relevan
(skor 1-2) (skor 3-4)

Penilai 2 Drs. I Kurang relevan (A) (B)


Nyoman Sarjana. (skor 1-2) 0 0
Sangat relevan (C) (D)
(skor 3-4) 1 39

Berdasarkan hasil uji judges pada Tabel 3.19 di atas diketahui, A = 0, B =

0, C = 1 dan D = 39. Kemudian hasil yang didapatkan dimasukan dalam rumus

Gregory.

39
Validitas isi=
0+ 0+1+39

¿ 0,97

Dari perhitungan menggunakan rumus Gregory didapatkan koefisien

validitas isi sebesar 0,97 dan masuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga

instrumen penelitian layak untuk digunakan, yaitu soal post tes siklus I dan siklus

II. Sedangkan, instrument penilaian afektif dan psikomotor hanya divalidasi oleh

guru Pekerjaan Dasar Elektromekanik SMK Negeri 3 Singaraja.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis

data. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Agung (2012:67) “Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara

pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam

bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti,

sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Dalam kegiatan ini, hasil belajar siswa
97

kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja dapat diketahui melalui tes kognitif,

observasi penilaian afektif, dan observasi penilaian unjuk kerja psikomotor.

3.6.1 Analisis Data Kognitif

Pada penilaian kognitif, jumlah tes yang digunakan adalah 20 soal. Setiap

soal yang benar akan mendapatkan nilai 1 dan setiap soal yang salah atau tidak

menjawab akan mendapatkan nilai 0. Skor maksimum yang dapat diperoleh

adalah 20 dan skor minimum adalah 0. Rumus yang digunakan utuk menghitung

nilai pengetahuan adalah sebagai berikut.

Jumla h skor yang diperole h


Nilai Kognitif = x 100 (Kunandar,2014:231)
skor maksimum

Persamaan 3.1 Rumus mecari nilai kongitif

3.6.2 Analisis Data Afektif

Jumlah penilaian afektif yang digunakan adalah 4 butir pernyataan. Skor

maksimum yang dapat diperoleh adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Rumus

yang digunakan utuk menghitung nilai ranah afektif adalah sebagai berikut.

Jumla h skor yang diperole h


Nilai Afektif = x 100 (Kunandar,2014:133)
skor maksimum

Persamaan 3.2 Rumus mencari nilai afektif

3.6.3 Analisis Data Psikomotor

Jumlah kriteria yang digunakan dalam penilaian psikomotor adalah 7

kriteria. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 28 dan skor minimum

adalah 7.

Jumla h skor yang diperole h


Nilai Psikomotor= x 100 (Kunandar,2014:133)
skor maksimum
98

Persamaan 3.3 Rumus mencari nilai psikomotor

3.6.4 Analisis Data Hasil Belajar

a. Untuk mencari nilai akhir hasil belajar siswa dengan rumus sebagai berikut.

Nilai Kognitif + Nilai Afektif + Nilai Psikomotor


Nilai Akhir =
3

(Dimodifikasi dari Paizaluddin dan Ermalinda, 2014:250)

Persamaan 3.4 Rumus mencari nilai akhir

b. Untuk mencari rata-rata hasil belajar siswa dengan rumus sebagai berikut.

Jumla h nilai ak h ir siswa


Nilai rata-rata =
Jumla h siswa yang mengikuti tes

Persamaan 3.5 Rumus mencari niali rata-rata

c. Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Jumla h siswa tuntas(sesuai KKM)


Ketuntasan klasikal = x 100 %
Jumlah siswa yang mengikuti tes

Persamaan 3.6 Rumus mencari ketuntasan klasikal

Setelah mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar, maka hasilnya

dikonversikan ke dalam pedoman konversi pada Tabel 3.20 berikut.

Tabel 3.20 Kriteria Tingkat Hasil Belajar

No Persentase Tingkat Hasil Belajar

1 90-100 Sangat tinggi

2 80-89 Tinggi
99

3 65-79 Sedang

4 55-64 Rendah

5 0-54 Sangat Rendah

(A.A Gede Agung, 2014:118)

3.7 Kriteria Keberhasilan

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran secara klasikal diharapkan

tercapai 85%. Bilamana indikator keberhasilan tersebut telah terpenuhi atau target

tercapai maka siklus penelitian dihentikan. Untuk lebih jelasnya tentang indikator

keberhasilan dilihat pada Tabel 3.21 berikut.

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan

Indikator
No Deskriptor Target Yang Diinginkan
Tindakan
1. Hasil Belajar Penilaian Hasil 85 % dari 31 jumlah siswa
Belajar kelas X TITL 1 mencapai
skor lebih besar atau sama
dengan KKM, yaitu 75
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua

siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dilakukan selama 3 kali

pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk

evaluasi penilaian afektif, penilaian psikomotor dan 1 kali pertemuan untuk

evaluasi penilaian kognitif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Januari

2016 sampai 23 April 2016 pada siswa kelas X TITL1 semester 2 di SMK Negeri

3 Singaraja.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar Pekerjaan

Dasar Elektromekanik siswa kelas X TITL1 setelah penerapan model

pembelajaran langsung berbantuan media audio visual. Data hasil belajar yang

telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang

telah ditetapkan sebelumnya. Rincian hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut.

4.1.1 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik

Nilai Ulangan Akhir Semester 1 dapat dilihat pada Tabel 4.1 yang

menunjukkan jumlah siswa 31 orang dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 15

siswa dan jumlah siswa yang belum tuntas adalah 16 siswa.

99
100

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik

L/ Ket
No Nis Nama Siswa P Nilai (T/BT)
1 14528 Adonia Tonung Bela L 62 BT
2 14543 Anggi Prasetyo L 60 BT
3 14552 Bagus Krishna Rizaldi L 78 T
4 14556 Dandi Satya Anggara Putra L 78 T
5 14598 Daniel Dede Gonsalves L 78 T
6 14598 Gede Agus Bayu Sudibya L 62 BT
7 14614 Gede Andre Yadi L 62 BT
8 14624 Gede Bayu Erlangga Hemakasuta L 78 T
9 14649 Gede Kobin Suarya Putra L 60 BT
10 14680 Gede Sudi Sastrawan L 80 T
11 14717 Gusti Putu Bayu Krisnayasa L 80 T
12 14732 I Gede Bayu Diarta L 66 BT
13 14735 I Gede Darma Yasa L 66 BT
14 14737 I Gede Deva Anggara Putra Kasadi L 80 T
15 14783 I Kadek Deny Mahaputra L 80 T
16 14827 I Komang Sri Sudha Hiswana L 62 BT
17 14885 Ida Bagus Putu Prama Wira L 78 T
18 14892 Indah Safitri P 78 T
19 14907 Kadek Agus Andi L 78 T
20 14943 Kadek Cakra Wibawa L 78 T
21 14964 Kadek Ferry Devantara L 86 T
22 14971 Kadek Joni Purnawan L 80 T
23 14981 Kadek Mertawan L 60 BT
24 15006 Kadek Suardika Yasa L 66 BT
25 15019 Kadek Widiyastawan L 66 BT
26 15028 Kadek Yuda Ariawan L 70 BT
27 15165 Kurniawan L 66 BT
28 15186 Made Adi Wiratama L 70 BT
29 15229 Michael Yosy Lamen L 66 BT
30 15233 Muhamad Ridho Resaldi L 68 BT
31 15292 Putu Aldiasa L 78 T
Jumlah 2220
Rata-Rata 71,6

4.1.2 Data Siklus I


101

Data hasil siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2 menunjukkan jumlah siswa

31 orang dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa dan jumlah siswa yang

belum tuntas adalah 9 siswa.

Tabel 4.2 Hasil Siklus I

Nilai Siklus I
No NIS L/P Nilai Ket.
A K P
1 14528 L 75 80 81,3 79 Tuntas
2 14543 L 75 75 75 75 Tuntas
3 14552 L 78,1 70 75 74 Belum Tuntas
4 14556 L 75 75 81,3 77 Tuntas
5 14598 L 75 75 68,8 73 Belum Tuntas
6 14598 L 71,9 60 62,5 65 Belum Tuntas
7 14614 L 75 70 81,3 75 Tuntas
8 14624 L 75 80 87,5 81 Tuntas
9 14649 L 81,3 80 81,3 81 Tuntas
10 14680 L 78,1 75 81,3 78 Tuntas
11 14717 L 78,1 80 81,3 80 Tuntas
12 14732 L 81,3 70 81,3 78 Tuntas
13 14735 L 81,3 75 87,5 81 Tuntas
14 14737 L 78,1 75 81,3 78 Tuntas
15 14783 L 84,4 75 87,5 82 Tuntas
16 14827 L 75 70 75 73 Belum Tuntas
17 14885 L 75 80 75 77 Tuntas
18 14892 P 78,1 75 81,3 78 Tuntas
19 14907 L 68,8 75 62,5 69 Belum Tuntas
20 14943 L 84,4 80 81,3 82 Tuntas
21 14964 L 78,1 75 81,3 78 Tuntas
22 14971 L 75 80 75 77 Tuntas
23 14981 L 75 75 75 75 Tuntas
24 15006 L 75 65 81,3 74 Belum Tuntas
25 15019 L 65,6 70 68,8 68 Belum Tuntas
26 15028 L 78,1 75 81,3 78 Tuntas
27 15165 L 75 75 68,8 73 Belum Tuntas
28 15186 L 75 75 81,3 77 Tuntas
29 15229 L 71,9 75 75 74 Belum Tuntas
30 15233 L 78,1 75 75 76 Tuntas
31 15292 L 78,1 80 81,3 80 Tuntas
Jumlah 2368,8 2315 2413,4 2366
102

Rata-rata 76,4 74,7 77,9 76,3

4.1.3 Data Siklus II

Data hasil siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang menunjukkan jumlah

siswa 31 orang dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 27 siswa dan jumlah

siswa yang belum tuntas adalah 4 siswa.

Tabel 4.3 Hasil Siklus II

Nilai Siklus II
NO NIS L/P Nilai Ket.
A K P
1 14528 L 78,1 80 81,3 80 Tuntas
2 14543 L 81,3 80 75 79 Tuntas
3 14552 L 81,3 90 62,5 78 Tuntas
4 14556 L 78,1 80 81,3 80 Tuntas
5 14598 L 81,3 80 87,5 83 Tuntas
6 14598 L 65,6 65 68,8 66 Belum Tuntas
7 14614 L 75 70 75 73 Belum Tuntas
8 14624 L 84,4 85 87,5 86 Tuntas
9 14649 L 84,4 85 87,5 86 Tuntas
10 14680 L 87,5 90 87,5 88 Tuntas
11 14717 L 84,4 90 87,5 87 Tuntas
12 14732 L 81,3 75 81,3 79 Tuntas
13 14735 L 84,4 80 87,5 84 Tuntas
14 14737 L 81,3 75 81,3 79 Tuntas
15 14783 L 87,5 90 81,3 86 Tuntas
16 14827 L 84,4 80 75 80 Tuntas
17 14885 L 81,3 85 81,3 83 Tuntas
18 14892 P 90,6 80 81,3 84 Tuntas
19 14907 L 75 70 75 73 Belum Tuntas
20 14943 L 87,5 80 87,5 85 Tuntas
21 14964 L 84,4 85 81,3 84 Tuntas
22 14971 L 78,1 90 75 81 Tuntas
23 14981 L 81,3 80 81,3 81 Tuntas
24 15006 L 75 70 81,3 75 Tuntas
25 15019 L 71,9 70 75 72 Belum Tuntas
26 15028 L 81,3 75 81,3 79 Tuntas
27 15165 L 81,3 80 81,3 81 Tuntas
103

28 15186 L 84,4 90 81,3 85 Tuntas


29 15229 L 81,3 75 75 77 Tuntas
30 15233 L 81,3 85 81,3 83 Tuntas
31 15292 L 78,1 85 81,3 81 Tuntas
Jumlah 2513,1 2495 2488,3 2499
Rata-rata 81,1 80,5 80,3 80,6

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar


Elektromekanik

Nilai Ulangan Akhir Semester 1 diperoleh dari guru mata pelajaran

Pekerjan Dasar Elektromekanik, nilai Ulangan Akhir Semester 1 ini digunakan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mata pelajaran Pekerjaan

Dasar Elektromekanik. Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar

Elektromekanik adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan Dasar Elektromekanik

Jumlah Keterangan
KKM Jumlah nilai
Siswa Tuntas Belum tuntas
31 75 2220 15 16

Tabel 4.5 Hasil Dan Pembahasan Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Pekerjaan
Dasar Elektromekanik

Jumlah Keterangan
Jumlah Rata- Ketuntasan
KKM nilai akhir
Siswa rata Klasikal Tuntas Belum tuntas
siswa
31 75 2220 71,61 48,39% 15 16

Dari nilai Ulangan Akhir Semester 1 dapat dilihat bahwa jumlah

keseluruhan nilai hasil belajar yang diperoleh dari 31 orang siswa adalah 2220

sehingga diperoleh rata-rata nilai Ulangan Akhir Semester 1 sebesar 71,6 dengan
104

persentase ketuntasan klasikal sebesar 48,39 %. Dari hasil Ulangan Akhir

Semester 1 tersebut seluruh siswa kelas X TITL1 hanya 15 orang siswa yang

memenuhi KKM sedangkan 16 orang siswa belum mencapai KKM. Ketuntasan

klasikal minimal yang harus dicapai untuk setiap penelitian adalah 85%. Maka

dari itu perlu diadakannya siklus I untuk meningkatkan hasil belajar sehingga

tercapai ketuntasan klasikal 85%. Data hasil Ulangan Akhir Semester 1 terlampir.

Tabel 4.6 Kategori Hasil Belajar Ulangan Akhir Semester 1

No Persentase Tingkat Hasil Belajar


1 90-100 Sangat tinggi
2 80-89 Tinggi
3 65-79 Sedang
4 55-64 Rendah
5 0-54 Sangat Rendah
(A.A Gede Agung, 2010:12)

Hasil nilai Ulangan Akhir Semester 1 tersebut bila dikonversikan dengan

konversi PAP sekala lima berada rentangan 0-54 yang dapat dikategorikan sangat

rendah.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar menyusun rancangan

tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan sebagai berikut.

a. Menganalisis silabus tentang materi yang akan dipelajari siswa pada

pelaksanaan tindakan siklus.

b. Menjabarkan materi pembelajaran menjadi sub-sub materi sesuai dengan

pedoman Kurikulum 2013.


105

c. Merumuskan indikator hasil belajar, sebagai pembatasan tentang apa

yang diharapkan dapat dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran

yang didasarkan pada standar kompetensi mata pelajaran.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

e. Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri dari catatan

lapangan, dan catatan harian.

f. Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

g. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan orientasi awal dan pengenalan

terhadap rencana penerapan model pembelajaran langsung berbantuan

media audio visual.

2) Pelaksanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk evaluasi penilaian afektif, penilaian

psikomotor, dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi penilaian kognitif. Penelitian

pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2016, pertemuan

kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2016, dan tes hasil belajar

dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2016.

Tabel 4.7 Jadwal Penelitian Siklus I

No Hari/Tanggal Kegiatan
Sabtu, 30 Januari 2016 Penilaian Sikap (Afektif)
1
Kamis, 25 Februari 2016 Penilaian Sikap (Afektif)
2
Penilaian Praktik (Psikomotor)
3 Sabtu, 27 Februari 2016 Tes Evaluasi Akhir Siklus I (Kognitif)

3) Observasi/Evaluasi

Data hasil evaluasi pada siklus I adalah sebagai berikut.


106

1. Ranah Afektif

Rincian perolehan ketuntasan belajar ranah afektif pada siklus I melalui

observasi sikap memiliki 4 kriteria penilaian antara lain, disiplin, jujur, santun,

dan tanggung jawab. Perolehan ketuntasan belajar ranah afektif adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.8 Hasil Observasi Ranah Afektif

∑ Nilai Siswa ≥ 75 27 orang


∑ Nilai Siswa < 75 4 orang
∑ Siswa Total 31 orang

Analisis hasil ranah afektif siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja

dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.2 maka didapatkan nilai afektif

sebagai berikut.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai Afektif = x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.2 memperoleh skor 24 dengan

data terlampir pada lampiran penilaian afektif.

24
Nilai Afektif = x 100=75
32

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka didapatkan nilai rata-rata afektif sebagai

berikut.

Jumlah nilai afektif


Nilai rata−rata=
Jumlah siswa yang mengikutites
2368 , 8
Nilai rata−rata= =76,4
31
107

Perolehan rata-rata afektif setiap kriteria penilaian memiliki nilai yang

berbeda tetapi perbedaan nilai setiap kriteria penilaian afektif tidak memiliki

perbedaan yang besar di setiap kriterianya.

3.08 3.16
2.95 3.03
3

2
Nilai

0
Disiplin Jujur Tanggung jawab Santun

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-Rata Setiap Kriteria Pada Ranah Afektif

Gambar 4.1 menunjukan grafik yang menyatakan bahwa ranah afektif

memiliki 4 kriteri penilaian. Setiap kriterian tersebut memiliki nilai rata-rata yang

tidak terlalu jauh berbeda. Pada kriteria penilaian afektif tidak memiliki selisih

yang besar.

2. Ranah Kognitif

Tabel 4.9 Hasil Observasi Ranah Kognitif

∑ Nilai Siswa ≥ 75 24 orang


∑ Nilai Siswa < 75 7 orang
∑ Siswa Total 31 orang
108

Analisis hasil ranah kognitif siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.1 maka didapatkan

nilai kognitif pada siklus I adalah sebagai berikut.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai Kognitif = x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.2 memperoleh skor 16 dengan

data terlampir pada lampiran hasil tes siklus I

16
Niai Kognitif = x 100=80
20

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka diperoleh nilai rata-rata kognitif adalah sebagai

berikut.

Jumlah nilai kognitif


Nilai rata−rata=
Jumlah siswa yang mengikutites
2315
Nilai rata−rata= =74,7
31

Nilai rata-rata kognitif pada siklus I jika dibandingkan dengan nilai rata-rata

Ulangan Akhir Semester 1 mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas

pada siklus I adalah 22 siswa dan yang belum tuntas adalah 9 siswa.
109

Perbandingan Nilai Ulangan Akhir Semester


dan Siklus I
36

30
Jumlah siswa 31 siswa

24
Ulangan Akhir
18 Semester

12
Siklus I
6

0
n < 75 n ≥ 75

n : Jumlah siswa dengan nilai Jumlah Siswa : 31

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Ranah Kognitif Ulangan Akhir Semester 1


dengan Siklus I

Gambar 4.2 menampilkan grafik perbandingan nilai siswa pada Ulangan

Akhir Semester 1 dengan siklus I. Perbandingan tersebut meliputi siswa yang

memperoleh nilai di bawah 75 dan nilai siswa 75 ke atas.

Persentase perbandingan jumlah siswa dengan nilai di bawah 75 dari

Ulangan Akhir Semester 1 dan siklus satu ditunjukkan pada perhitungan sebagai

berikut.

Siklus I −Ulangan Semester 1


Persentase n<75= x 100 %
Jumlah Siswa

9−16
¿ x 100 %=−22,6 %
31

Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 menurun sesuai dengan perbandingan

hasil per tes dengan hasil siklus I. Persentase perbandingan nilai siswa di bawah

75 pada Ulangan Akhir Semester 1 dengan siklus I adalah -22,6%. Tanda min (-)

pada hasil perhitungan persentase perbandingan menunjukkan adanya penurunan

pada perbandingan persentase nilai Ulangan Akhir Semester 1 dengan siklus I.


110

Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 pada Ulangan Akhir Semester 1 adalah

16 siswa dan pada siklus I adalah 9 orang siswa. Maka siswa yang berada di

bawah KKM menurun sebanyak 7 orang siswa.

Persentase perbandingan jumlah siswa dengan nilai sama dengan lebih dari

75 dari nilai Ulangan Akhir Semester 1 dan siklus I ditunjukkan pada perhitungan

sebagai berikut.

Siklus I −Ulangan Semester 1


Persentase n ≥ 75= x 100 %
Jumlah Siswa

22−15
¿ x 100 %=22,6 %
31

Siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas terjadi peningkatan dari hasil

Ulangan Akhir Semester 1 dengan hasil siklus I. Persentase perbandingan nilai

siswa 75 ke atas pada Ulangan Akhir Semester 1 dengan siklus I adalah 22,6%.

Tanda plus (+) pada hasil perhitungan persentase perbandingan menunjukkan

adanya peningkatan pada perbandingan persentase nilai Ulangan Akhir Semester

1 dengan siklus I. Siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas pada Ulangan Akhir

Semester 1 adalah 6 siswa dan pada siklus I adalah 26 siswa. Maka siswa yang

memperoleh nilai 75 ke atas meningkat sebanyak 20 orang siswa.

3. Ranah Psikomotor

Tabel 4.10 Hasil Observasi Ranah Psikomotor

∑ Nilai Siswa ≥ 75 26 orang


∑ Nilai Siswa < 75 5 orang
∑ Siswa Total 31 orang
111

Analisis hasil ranah psikomotor siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.3 maka diperoleh

nilai psikomotor sebagai berikut.

Jumla h skor yang diperoleh


Nilai Psikomotor= x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.2 memperoleh skor 13 dengan

data terlampir pada lampiran penilaian psikomotor

13
Nilai Psikomotor= x 100=81,3
16

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka diperoleh nilai rata-rata psikomotor sebagai

berikut.

Jumla h nilai psikomotor siswa


Nilai Rata−rata=
Jumlah siswa yang mengikuti tes
2413,4
Nilai Rata−rata= =77,9
31

Perolehan rata-rata psikomotor setiap kriteria penilaian memiliki nilai

yang berbeda tetapi perbedaan nilai setiap kriteria penilaian psikomotor tidak

memiliki perbedaan yang besar di setiap kriterianya.

Grafik Ranah Psikomotor


4
3.50
3.10
3 2.90 2.90

2
Nilai

0
Persiapan Proses kerja Hasil kerja Efisiensi Waktu
112

Gambar 4.3 Grafik perbandingan rata-rata setiap kriteria ranah psikomotor

Gambar 4.3 menunjukkan grafik rata-rata grafik ranah psikomotor.

Keseluruhan kriteria penilaian menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda.

4. Nilai rata-rata kelas

Nilai akhir siswa adalah penjumlahan dari 3 ranah penilaian yaitu, kognitif,

afektif, dan psikomotor. Berdasarkan Persamaan 3.4 maka diperoleh nilai akhir

sebagai berikut.

Nilai Afektif + Nilai Kognitif + Nilai Psikomotor


Nilai Akhir=
3

2368,8+2315+2413,4
Nilai Akhir= =2366
3

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka diperoleh nilai rata-rata kelas adalah sebagai

berikut.

Jumlah nilai akhir siswa


Nilai Rata−rata=
jumlah siswa yang mengikuti tes
2366
Nilai Rata−rata= =76,3
31

Berdasarkan Persamaan 3.6 maka diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebagai

berikut.

Jumlah siswa tuntas( sesuai KKM )


Nilai Rata−rata= x 100 %
jumlah siswa yang mengikuti tes
22
Nilai Rata−rata= x 100 %=71 %
31

Dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus I diperoleh 22 siswa yang tuntas

dan 9 siswa belum tuntas dengan jumlah nilai afektif adalah 2368,8, jumlah nilai

kognitif adalah 2315, dan jumlah nilai psikomotor 2413,4 dengan jumlah hasil
113

belajar sebesar 2366 dan nilai rata-rata hasil belajarnya adalah 76,3 serta

ketuntasan klasikal mencapai 71%.

Tabel 4.11 Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Persentase Tingkat Hasil Belajar


1 90-100 Sangat tinggi
2 80-89 Tinggi
3 65-79 Sedang
4 55-64 Rendah
5 0-54 Sangat Rendah
(A.A Gede Agung, 2014:118)

Dari 31 orang siswa, 7 orang siswa meraih kriteria tinggi, 24 orang siswa

meraih kriteria sedang. Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I

adalah 76,3 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71% dikatagori sedang.

Perbandingan Ketuntasan Klasikal


100%
90%
80%
71.00%
70%
60%
48.40%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Ulangan Akhir Siklus I
Semester 1

Gambar 4.4 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Ulangan Akhir Semester 1


Dengan Siklus I

Gambar 4.4 menunjukkan gambar grafik perbandingan antara ketuntasan

klasikal Ulangan Akhir Semester 1 dengan ketuntasan klasikal siklus I dimana

terjadinya peningkatan dari ketuntasan klasikal setelah diadakannya siklus I,

dengan peningkatan persentase sebesar 22,6%. Ketuntasan klasikal siklus I adalah


114

71% yang dalam hal ini belum mencapai standar ketentuan ketuntasan klasikal

yaitu 85%.

4) Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I terungkap beberapa kendala dan

hambatan yang dijadikan sebagai refleksi untuk siklus II terkait dengan

pembelajaran langsung berbantuan media audio visual yang diterapkan di kelas X

TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja, yaitu sebagai berikut.

1. Pembelajaran pada siklus I belum secara umum belum dapat berjalan

secara optimal karena siswa belum terbiasa mengikuti pola

pembelajaran yang baru diterapkan yaitu pembelajaran langsung

berbantuan media audio visual. Siswa masih tampak terbiasa mengikuti

pola pembelajaran sebelumnya, yaitu hanya duduk mendengarkan

penjelasan dari guru di depan kelas. Siswa memerlukan waktu relatif

lama untuk mengubah cara belajar mereka agar lebih terbiasa dengan

model yang baru diterapakan.

2. Terdengar keributan dari siswa lainnya di luar kelas yang sedang

melakukan pembelajaran praktik sehingga dapat mengganggu

pembelajaran.

3. Siswa masih terlihat kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab

pertanyaan yang diberikan selama pembelajaran belangsung.

Kebanyakan pendapat siswa muncul dari beberapa siswa yang menoton

itu saja, seolah-olah hanya siswa yang pintar saja yang ingin
115

menyampaikan pendapatnya sedangkan siswa yang lainnya masih

kurang aktif, dan tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya.

4. Beberapa siswa yang tergolong malas cukup mengganggu kegiatan

pembelajaran karena tidak jarang mengobrol dengan teman dalam

kelompoknya sehingga secara keseluruhan menghambat kegiatan

pembelajaran khususnya dalam efisiensi waktu.

5. Pada pukul 11.00 Wita sampai dengan pukul 13.00 Wita beberapa

siswa mengantuk saat pembelajaran sehingga menghambat

pembelajaran.

6. Saat pengumpulan hasil praktik beberapa siswa mengumpulkan hasil

praktik yang tergolong kurang memuaskan/jelek.

7. Buku ajar yang dimiliki siswa sangat terbatas dan job sheet kurang

dipahami siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya

menggunakan job sheet sebagai acuan. Sumber belajar yang masih

minim menyebabkan belum optimalnya hasil belajar yang diperoleh

siswa.

Diadakan upaya untuk memperbaiki proses tindakan pada siklus

berikutnya berdasarkan temuan dari kegiatan observasi yang dilakukan selama

pelaksanaan tindakan I sehingga diharapkan kendala-kendala yang ditemukan

selama proses pelaksanaan tindakan I dapat diatasi.

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan II


116

Tahap perencanaan pada siklus II disesuaikan dengan refleksi pada siklus I.

Hal-hal yang dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik di kelas bersangkutan dalam tahap perencanaan tindakan II

adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis silabus tentang materi yang akan dipelajari siswa pada

pelaksanaan tindakan siklus II.

b. Menjabarkan materi pembelajaran menjadi sub-sub materi sesuai dengan

pedoman Kurikulum 2013.

c. Merumuskan indikator hasil belajar, sebagai pembatasan tentang apa yang

diharapkan dapat dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang

didasarkan pada standar kompetensi mata pelajaran.

d. Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

e. Menyiapkan pembahasan jawaban semua tes yang akan digunakan dalam

penilaian.

f. Mengatasi permasalahan di Siklus I dengan upaya-upaya sebagai berikut.

1. Pembelajaran pada siklus I secara umum belum dapat berjalan secara

optimal karena siswa belum terbiasa mengikuti pola pembelajaran yang

baru diterapkan, yaitu pembelajaran langsung berbantuan media audio

visual. Siswa masih tampak terbiasa mengikuti pola pembelajaran

sebelumnya, yaitu hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru di

depan kelas. Siswa memerlukan waktu relatif lama untuk mengubah

cara belajar mereka agar lebih terbiasa dengan model yang baru

diterapakan.
117

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a) Memberikan pemahaman kepada siswa di setiap pertemuan

mengenai pembelajaran langsung agar sedikit demi sedikit siswa

mampu mengikuti model pembelajaran yang ditetapkan.

2. Terdengar keributan dari siswa lainnya di luar kelas yang sedang

melakukan pembelajaran praktik sehingga dapat mengganggu

pembelajaran.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a) Memberikan pemahaman kepada siswa di luar kelas yang sedang

melakukan praktik agar tidak mengganggu teman-temannya yang

mengikuti pembelajaran di kelas.

3. Siswa masih terlihat kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab

pertanyaan yang diberikan selama pembelajaran belangsung.

Kebanyakan pendapat siswa muncul dari beberapa siswa yang menoton

itu saja, seolah-olah hanya siswa yang pintar saja yang mau

menyampaikan pendapatnya sedangkan siswa yang lainnya masih

kurang aktif, dan tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a) Memberikan pemahaman kepada siswa-siswa yang kurang aktif

dalam berpendapat untuk mengajukan pendapat sesuai dengan


118

pengetahuan, sehingga siswa tersebut menjadi lebih berani dalam

mengungkapkan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung.

b) Membimbing dan memantau secara lebih intensif, agar kegiatan

pembelajaran langsung semua siswa ikut aktif dan tidak didominasi

oleh siswa yang pintar saja.

4. Beberapa siswa yang tergolong malas cukup mengganggu kegiatan

pembelajaran karena tidak jarang mengobrol dengan teman dalam

kelompoknya sehingga secara keseluruhan menghambat kegiatan

pembelajaran khususnya dalam efisiensi waktu.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a) Memberikan teguran kepada siswa yang malas dan mengganggu

temannya sehingga jalan pembelajaan berjalan sesuai dengan

harapan dan waktu dapat diefisienkan.

b) Melakukan pendekatan dengan siswa yang tidak serius mengikuti

pembelajaran langsung dan memberikan kesempatan kepada siswa

agar tidak hanya duduk terdiam sehingga diharapkan siswa

termotivasi untuk melakukan pembelajaran dengan sungguh-

sungguh.

c) Untuk meningkatkan konsentrasi siswa saat pembelajaran dan pada

saat praktik, peneliti harus lebih aktif di dalam pembelajaran dan

pada saat praktik baik itu dengan memberikan sebuah pertanyaan

ataupun memberikan poin tambahan pada siswa yang aktif

menjawab dan aktif bertanya.


119

d) Memantau seluruh siswa dalam diskusi kelompok dan tidak

memberikan kesempatan siswa mencontek pekerjan kelompok lain.

5. Pada pukul 11.00 Wita sampai dengan pukul 13.00 Wita beberapa

siswa mengantuk saat pembelajaran sehingga menghambat

pembelajaran.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Memutarkan video senam atraktif selama 5 menit. Adapun video

atraktif ini bertujuan untuk menyegarkan kembali siswa yang

mengantuk dalam pembelajaran agar berkosentrasi lagi dalam

pembelajaran..

6. Saat pengumpulan hasil praktik beberapa siswa mengumpulkan hasil

praktik yang tergolong kurang memuaskan/jelek.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Selesai penilaian praktik, hasil praktik hand out diberikan kembali

ke siswa tujuannya agar siswa lebih termotivasi dan lebih giat

belajar dalam pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

Dengan memberikan kembali hasil hand out yang mereka buat

sendiri, mereka akan menilai sendiri hasil karyanya, mereka akan

mengetahui kekurangan dan meningkatkan lagi keterampilan

sehingga hasil praktik hand out selanjutnya lebih baik lagi.

Tentunya pemberian hasil praktik hand out kembali ke siswa


120

menyebabkan pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik

menjadi lebih bermakna.

7. Buku ajar yang dimiliki siswa sangat terbatas dan job sheet kurang

dipahami siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya

menggunakan job sheet sebagai acuan. Sumber belajar yang masih

minim menyebabkan belum optimalnya hasil belajar yang diperoleh

siswa.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a) Memberikan siswa pekerjaan rumah untuk mecari materi yang

berkaitan dengan pembelajaran, sehingga siswa mempunyai

pengetahuan awal tentang materi pembelajaran yang akan

dipelajari.

b) Memberikan print out berupa buku kepada masing-masing

kelompok. Tiap kelompok membagikan kepada masing-masing

anggotanya sehingga setiap siswa memiliiki print out buku

materi pelajaran.

c) Merancang job sheet dengan lebih rinci dan bahasa yang lebih

efektif agar lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh siswa.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk evaluasi penilaian afektif, penilaian

psikomotor dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi penilaian kognitif.. Penelitian


121

pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2016, pertemuan

kedua dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016, dan tes hasil belajar

dilaksanakan pada tanggal 23 April 2016. Jadwal penelitian ditunjukkan pada

Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Jadwal Penelitian Siklus II

No Hari/Tanggal Kegiatan
1 12 Maret 2016 Penilaian Sikap (Afektif)
Penilaian Sikap (Afektif)
2 21 April 2016
Penilaian Praktik (Psikomotor)
3 23 April 2016 Tes Evaluasi Akhir Siklus II (Kognitif)

2) Observasi/Evaluasi

Data hasil evaluasi pada siklus I adalah sebagai berikut.

1. Ranah Afektif

Rincian perolehan ketuntasan belajar ranah afektif pada siklus II melalui

observasi sikap memiliki 4 kriteria penilaian antara lain, disiplin, jujur, santun,

dan tanggung jawab. Perolehan ketuntasan belajar ranah afektif adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.13 Hasil Observasi Ranah Afektif

∑ Nilai Siswa ≥ 75 29 orang


∑ Nilai Siswa < 75 2 orang
∑ Siswa Total 31 orang

Analisis hasil ranah afektif siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3 Singaraja

dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.2 maka didapatkan nilai afektif

sebagai berikut.
122

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai Afektif = x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.3 memperoleh skor 16 dengan

data terlampir pada lampiran penilaian afektif.

25
Nilai Afektif = x 100=78,1
32

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka didapatkan nilai rata-rata afektif sebagai

berikut.

Jumlah nilai afektif


Nilai rata−rata=
Jumlah siswa yang mengikutites
2513,1
Nilai rata−rata= =81,1
31

Perolehan rata-rata afektif setiap kriteria penilaian memiliki nilai yang

berbeda tetapi perbedaan nilai setiap kriteria penilaian afektif tidak memiliki

perbedaan yang besar di setiap kriterianya.


123

Grafik Ranah Afektif


4
3.34 3.4
3.08 3.15 3.16 3.03 3.08
2.95
3

2
Nilai

0
Disiplin Jujur Tanggung jawab Santun

Siklus I
Siklus II

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Rata-Rata Setiap Kriteria Pada Ranah Afektif

Gambar 4.5 Grafik perbandingan rata-rata setiap kriteria pada ranah afektif

Gambar 4.5 menerangkan bahwa ranah afektif memiliki 4 kriteria penilaian. Pada

4 kriteria tersebut memiliki nilai rata-rata yang tidak terlalu jauh berbeda. Pada

kriteria penilaian afektif tidak memiliki selisih yang besar. Kriteria santun dan

jujur pada siklus II memiliki nilai terendah karena pada siklus II para siswa masih

lalai kurang santun berbicara dengan temanya dalam melaksanakan tugasnya dan

setiap melaksanakan kegiatan praktik beberapa siswa tidak membawa

kelengkapan praktik, seperti tidak membawa pakaian praktik setelah ditanya

alasan mereka pakaian praktik basah dan kurang masuk akal. Namun

dibandingkan dengan rata-rata pada siklus I semua kriteria pada siklus II terjadi

peningkatan.

5. Ranah Kognitif
124

Tabel 4.14 Hasil Observasi Ranah Kognitif

∑ Nilai Siswa ≥ 75 27 orang


∑ Nilai Siswa < 75 4 orang
∑ Siswa Total 31 orang

Analisis hasil ranah kognitif siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.1 maka didapatkan

nilai kognitif pada siklus I adalah sebagai berikut.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai Kognitif = x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.3 memperoleh skor 16 dengan

data terlampir pada lampiran hasil tes siklus II

16
Niai Kognitif = x 100=80
20

Berdasarkan Persamaan 2.5 maka diperoleh nilai rata-rata kognitif adalah sebagai

berikut.

Jumlah nilai kognitif


Nilai rata−rata=
Jumlah siswa yang mengikutites
2495
Nilai rata−rata= =80,5
31

Nilai rata-rata kognitif pada siklus II jika dibandingkan dengan nilai rata-rata

sikilus I dan nilai rata-rata Ulangan Akhir Semester 1 mengalami peningkatan.

Jumlah siswa yang tuntas pada siklus II adalah 31 siswa dan yang belum tuntas

adalah 4 siswa.
125

Perbandingan Nilai Ulangan Akhir Semester 1, Siklus I,


36 dan Siklus II

30 27
Jumlah siswa 31 siswa

24
24
Ulangan Akhir
Semester 1
18 16 15
Siklus I
12
7 Siklus II
6 4

0
n < 75 n ≥ 75

n : Jumlah siswa dengan nilai Jumlah Siswa : 31

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Ranah Kognitif Ulangan Akhir Semester 1,


Siklus I, dan Siklus II

Gambar 4.6 menampilkan grafik perbandingan nilai siswa pada Ulangan

Akhir Semester 1, Siklus I, dan Siklus II. Perbandingan tersebut meliputi siswa

yang memperoleh nilai di bawah 75 dan nilai siswa 75 ke atas.

Persentase perbandingan jumlah siswa dengan nilai di bawah 75 dari

Ulangan Akhir Semester 1 dan siklus satu ditunjukkan pada perhitungan sebagai

berikut.

Siklus II−Ulangan Semester 1


Persentase n<75= x 100 %
Jumlah Siswa

4−16
¿ x 100 %=−38,7 %
31

Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 menurun sesuai dengan perbandingan

hasil nilai Ulangan Akhir Semester 1 dengan hasil siklus II. Persentase

perbandingan nilai siswa di bawah 75 pada nilai Ulangan Akhir Semester 1 adalah

-38,7%. Tanda min (-) pada hasil perhitungan persentase perbandingan


126

menunjukkan adanya penurunan pada perbandingan persentase nilai Ulangan

Akhir Semester 1 dengan siklus II. Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75

pada Ulangan Akhir Semester 1 adalah 16 siswa dan pada siklus II adalah 4 orang

siswa. Maka siswa yang berada di bawah KKM menurun sebanyak 12 orang

siswa. Perbandingan jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM untuk siklus I

dengan siklus II menurun. Penurunan jumlah siswa tersebut mencapai 3 siswa.

Persentase perbandingan jumlah siswa dengan nilai 75 ke atas dari nilai

Ulangan Akhir Semester 1 dan siklus II ditunjukkan pada perhitungan di bawah.

Siklus II −Ulangan Semester 1


Persentase n ≥ 75= x 100 %
Jumlah Siswa

27−15
¿ x 100 %=38,7 %
31

Siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas terjadi peningkatan dari hasil

Ulangan Akhir Semester 1 dengan hasil siklus II. Persentase perbandingan nilai

siswa 75 ke atas pada Ulangan Akhir Semester 1 dengan siklus II adalah 38,7%.

Tanda plus (+) pada hasil perhitungan persentase perbandingan menunjukkan

adanya peningkatan pada perbandingan persentase nilai Ulangan Akhir Semester

1 dengan siklus II. Siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas pada Ulangan Akhir

Semester 1 adalah 22 siswa dan pada siklus II adalah 27 siswa. Maka siswa yang

memperoleh nilai 75 ke atas meningkat sebanyak 5 orang siswa.

6. Ranah Psikomotor
127

Tabel 4.15 Hasil observasi ranah psikomotor

∑ Nilai Siswa ≥ 75 26 orang


∑ Nilai Siswa < 75 5 orang
∑ Siswa Total 31 orang

Analisis hasil ranah psikomotor siswa kelas X TITL 1 SMK Negeri 3

Singaraja dilihat dari rata-ratanya. Berdasarkan Persamaan 3.3 maka diperoleh

nilai psikomotor sebagai berikut.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai Psikomotor= x 100
Skor Maksimum

Contoh siswa dengan nomor absen 1 dari Tabel 4.3 memperoleh skor 13 dengan

data terlampir pada lampiran penilaian psikomotor

13
Nilai Psikomotor= x 100=81,3
16

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka diperoleh nilai rata-rata psikomotor sebagai

berikut .

Jumlah nilai psikomotor siswa


Nailai Rat−rata=
Jumlah siswa yang mengikuti tes
2499
Nilai Rata−rata= =80,6
31

Perolehan rata-rata psikomotor setiap kriteria penilaian memiliki nilai yang

berbeda tetapi perbedaan nilai setiap kriteria penilaian psikomotor tidak memiliki

perbedaan yang besar di setiap kriterianya.


128

Grafik Ranah Psikomotor


4 3.50 3.55
3.5 3.10 3.16
3 2.90 3.06 2.90 3.06
2.5
Nilai

2
1.5
1
0.5 Siklus I
0 Siklus II
Persiapan Proses kerja Hasil kerja Waktu

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Rata-Rata Setiap Kriteria Ranah Psikomotor

Gambar 4.7 menunjukkan grafik rata-rata grafik ranah psikomotor.

Keseluruhan kriteria penilaian menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda.

7. Nilai rata-rata kelas

Nilai akhir siswa adalah penjumlahan dari 3 ranah penilaian yaitu, kognitif,

afektif, dan psikomotor. Berdasarkan Persamaan 3.4 maka diperoleh nilai akhir

sebagai berikut.

Nilai Afektif + Nilai Kognitif + Nilai Psikomotor


Nilai Akhir=
3
2513,1+ 2495+2488,3
Nilai Akhir= =2499
3

Berdasarkan Persamaan 3.5 maka diperoleh nilai rata-rata kelas adalah sebagai

berikut.

Jumlah nilai akhir siswa


Nilai Rata−rata=
jumlah siswa yang mengikuti tes
2499
Nilai Rata−rata= =80,6
31
Berdasarkan Persamaan 3.6 maka diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebagai

berikut.
129

Jumlah siswa tuntas( sesuai KKM )


Nilai Rata−rata= x 100 %
jumlah siswa yang mengikuti tes
27
Nilai Rata−rata= x 100 %=87 %
31

Dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus II diperoleh 27 siswa yang tuntas

dan 4 siswa belum tuntas dengan jumlah nilai afektif adalah 2513,1, jumlah nilai

kognitif adalah 2495, dan jumlah nilai psikomotor 2488,3, dengan jumlah hasil

belajar sebesar 2499 dan nilai rata-rata hasil belajarnya adalah 80,6 serta

ketuntasan klasikal mencapai 87%.

Tabel 4.16 Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Persentase Tingkat Hasil Belajar


1 90-100 Sangat tinggi
2 80-89 Tinggi
3 65-79 Sedang
4 55-64 Rendah
5 0-54 Sangat Rendah
(A.A Gede Agung, 2010:12)

Dari 31 orang siswa, 20 orang siswa meraih kriteria tinggi, 11 orang siswa

meraih kriteria sedang. Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II

adalah 80,6 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 87% dikatagori tinggi.

Ketuntasan belajar di siklus II yang ada sudah melebihi 85% (standar ketuntasan

klasikal), yaitu 87% dengan 27 orang siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM

dan hanya 4 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan nilai KKM.

Dari 31 orang siswa, 20 orang siswa meraih kriteria tinggi, 11 orang siswa

meraih kriteria sedang. Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I

adalah 76,3 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71% dikatagori sedang.
130

Grafik Perbandingan Ketuntasan


Klasikal
100%
87.00%

75% 71.00%
Presentase

48.40%
50%

25%

0%
Ulangan Akhir Siklus I Siklus II
Semester 1

Gambar 4.8 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Ulangan Akhir Semester 1, Siklus


I, Dan Siklus II.

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa siklus II mengalami peningkatan

ketuntasan klasikal. Menunjukan bahwa pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa

yang tuntas lebih besar dari siswa yang belum tuntas, jumlah siswa yang tuntas

sebanyak 27 orang siswa atau 87% dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak

4 orang siswa atau 13%. Ketuntasan klasikal pada siklus I meningkat 22,6%

dibandingkan dengan ketuntasan klasikal nilai Ulangan Akhir Semester 1.

Ketuntasan klasikal pada siklus II meningkat 38,6% dibandingkan dengan

ketuntasan klasikal nilai Ulangan Akhir Semester 1. Peningkatan pada nilai

Ulangan Akhir Semester 1 dengan siklus I cukup pesat yang hal ini disebabkan

oleh antusias siswa yang besar mengakibatkan hasil belajar juga ikut meningkat.

Lain halnya dengan perbedaan peningkatan pada silus I dengan siklus II. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan peningkatan nilai pada afektif dan psikomotor yang

berperan penting dalam meningkatkan ketuntasan klasikal siswa. Perbedaan pada


131

rata-rata afektif siklus I dengan siklus II dan perbedaan rata-rata psikomotor siklus

I dengan siklus II tidak begitu jauh mengalami peningkatan.

1) Refleksi Siklus II

Pada hasil observasi dan evaluasi siklus II menunjukkan bahwa, dalam hal

sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran sudah cukup baik namun masih

perlu ditingkatkan lagi dan masih ada beberapa siswa yang belum bisa fokus pada

saat pembelajaran berlangsung, dan pada saat praktikum masih ada beberapa

siswa yang kurang aktif dan bermain-main dengan alat yang digunakan dalam

pelaksanaan job sheet, namun sudah lebih berkurang dibandingkan pada saat

pelaksanaan siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai ketuntasan

klasikal yang ditentukan, yaitu 85%.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar Pekerjaan Dasar

Elektromekanik melalui model pembelajaran langsung berbantuan media audio

visual dengan materi pada siklus I penggunaan peralatan tangan (hand tools),

jenis-jenis sambungan kabel dan pada siklus II penggunaan peralatan tangan

(hand tools) untuk menyelesaikan pekerjaan instalasi listrik bangunan sederhana,

jenis-jenis kabel instalasi listrik, penggunaan pipa instalasi dan jenis-jenis kotak

sambung. Penelitian ini dirancang sedemikian rupa melalui dua siklus yang terdiri

dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Apabila pada siklus I belum mencapai kriteria

ketuntasan yang diinginkan maka akan dilanjutkan ke siklus II yang juga terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.


132

Sebelum melaksanakan siklus I diadakan observasi nilai Ulangan Akhir

Semester 1 mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik untuk mengetahui

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik. Dari

data UAS didapatkan jumlah skor seluruh siswa sebesar 2220 dan nilai rata-rata

hasil belajar sebesar 71.61 dengan ketuntasan klasikal mencapai 48,4%. Dari data

tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan klasikal belum mencapai 85%, maka

dilaksanakannya siklus I dengan penerapan model direct instruction

(pembelajaran langsung) berbantuan media audio visual.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik dengan penerapan model direct instruction (pembelajaran

langsung) berbantuan media audio visual, dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus

I didapatkan jumlah skor sebesar 2366 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa

sebesar 76.3 dengan ketuntasan klasikal sebesar 71%. Karena hasil ketuntasan

klasikal pada siklus I belum mencapai atau melewati 85%, maka dilakukan

pelaksanaan siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan sehingga siswa

lebih antusias mengikuti pembelajaran. Adapun kendala yang dihadapi pada pada

siklus I dan upaya yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran pada siklus I secara umum belum dapat berjalan secara

optimal karena siswa belum terbiasa mengikuti pola pembelajaran yang

baru diterapkan, yaitu pembelajaran langsung berbantuan media audio

visual. Siswa masih tampak terbiasa mengikuti pola pembelajaran

sebelumnya, yaitu hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru di

depan kelas. Siswa memerlukan waktu relatif lama untuk mengubah cara

belajar mereka agar lebih terbiasa dengan model yang baru diterapakan.
133

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan pemahaman kepada siswa di setiap pertemuan

mengenai pembelajaran langsung agar sedikit demi sedikit siswa

mampu mengikuti model pembelajaran yang ditetapkan.

2. Terdengar keributan dari siswa lainnya di luar kelas yang sedang

melakukan pembelajaran praktik sehingga dapat mengganggu

pembelajaran.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan pemahaman kepada siswa di luar kelas yang sedang

melakukan praktik agar tidak mengganggu teman-temannya yang

mengikuti pembelajaran di kelas.

3. Siswa masih terlihat kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab

pertanyaan yang diberikan selama pembelajaran belangsung.

Kebanyakan pendapat siswa muncul dari beberapa siswa yang menoton

itu saja, seolah-olah hanya siswa yang pintar saja yang ingin

menyampaikan pendapatnya sedangkan siswa yang lainnya masih kurang

aktif, dan tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan pemahaman kepada siswa-siswa yang kurang aktif

dalam berpendapat untuk mengajukan pendapat sesuai dengan


134

pengetahuan, sehingga siswa tersebut menjadi lebih berani dalam

mengungkapkan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung.

b. Membimbing dan memantau secara lebih intensif, agar kegiatan

pembelajaran langsung semua siswa ikut aktif dan tidak didominasi

oleh siswa yang pintar saja.

4. Beberapa siswa yang tergolong malas cukup mengganggu kegiatan

pembelajaran karena tidak jarang mengobrol dengan teman dalam

kelompoknya sehingga secara keseluruhan menghambat kegiatan

pembelajaran khususnya dalam efisiensi waktu.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan teguran kepada siswa yang malas dan mengganggu

temannya sehingga jalan pembelajaan berjalan sesuai dengan

harapan dan waktu dapat diefisienkan.

b. Melakukan pendekatan dengan siswa yang tidak serius mengikuti

pembelajaran langsung dan memberikan kesempatan kepada siswa

agar tidak hanya duduk terdiam sehingga diharapkan siswa

termotivasi untuk melakukan pembelajaran dengan sungguh-

sungguh.

c. Untuk meningkatkan konsentrasi siswa saat pembelajaran dan pada

saat praktik, peneliti harus lebih aktif di dalam pembelajaran dan

pada saat praktik baik itu dengan memberikan sebuah pertanyaan

ataupun memberikan poin tambahan pada siswa yang aktif

menjawab dan aktif bertanya.


135

d. Memantau seluruh siswa dalam diskusi kelompok dan tidak

memberikan kesempatan siswa mencontek pekerjan kelompok lain.

5. Pada pukul 11.00 Wita sampai dengan pukul 13.00 Wita beberapa

siswa mengantuk saat pembelajaran sehingga menghambat

pembelajaran.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I yaitu, sebagai berikut.

a. Memutarkan video senam atraktif selama 5 menit. Adapun video

atraktif ini bertujuan untuk menyegarkan kembali siswa yang

mengantuk dalam pembelajaran agar berkosentrasi lagi dalam

pembelajaran..

6. Saat pengumpulan hasil praktik beberapa siswa mengumpulkan hasil

praktik yang tergolong kurang memuaskan/jelek.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada

Siklus I, yaitu sebagai berikut.

a. Selesai penilaian praktik, hasil praktik hand out diberikan kembali

ke siswa tujuannya agar siswa lebih termotivasi dan lebih giat

belajar dalam pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

Dengan memberikan kembali hasil hand out yang mereka buat

sendiri, mereka akan menilai sendiri hasil karyanya, mereka akan

mengetahui kekurangan dan meningkatkan lagi keterampilan

sehingga hasil praktik hand out selanjutnya lebih baik lagi.

Tentunya pemberian hasil praktik hand out kembali ke siswa


136

menyebabkan pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik

menjadi lebih bermakna.

7. Buku ajar yang dimiliki siswa sangat terbatas dan job sheet kurang

dipahami siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya

menggunakan job sheet sebagai acuan. Sumber belajar yang masih

minim menyebabkan belum optimalnya hasil belajar yang diperoleh

siswa.

a. Memberikan siswa pekerjaan rumah untuk mecari materi yang

berkaitan dengan pembelajaran, sehingga siswa mempunyai

pengetahuan awal tentang materi pembelajaran yang akan

dipelajari.

b. Memberikan print out berupa buku kepada masing-masing

kelompok. Tiap kelompok membagikan kepada masing-masing

anggotanya sehingga setiap siswa memiliiki print out buku materi

pelajaran.

c. Merancang job sheet dengan lebih rinci dan bahasa yang lebih

efektif agar lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh siswa.

Berdasarkan pelaksanaan siklus II yang merupakan perbaikan dari

pelaksanaan siklus I terdapat beberapa temuan yang diperoleh selama tindakan

pelaksanaan siklus II, yaitu sebagai berikut.

1. Situasi belajar siswa pada setiap pertemuan di siklus II lebih kondusif, jika

dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya pada siklus I.

Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran


137

langsung berbantuan media audio visual. Siswa sudah mulai aktif

menggali informasi dengan teman-temannya satu kelompok.

2. Seluruh siswa sudah mulai aktif dan dominasi siswa-siswa yang lebih

pintar mulai berkurang. Siswa–siswa tersebut sudah mau memberikan

kesempatan kepada rekan-rekan untuk mencoba mengajukan pendapat,

serta memberikan penjelasan apabila rekannya tersebut mengalami

kekeliruan.

3. Dilakukan pembacaan hasil praktik/pelaksanaan job sheet yang diperoleh

siswa di depan kelas dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam

beraktivitas. Hal ini karena setiap nilai yang diperoleh siswa yang

bersumber dari praktik/pelaksanaan job sheet dijadikan untuk menentukan

nilai siswa.

4. Pada saat pembahasan tes hasil belajar siklus II, terjadi peningkatan

terhadap kuantitas dan kualitas alasan-alasan yang dibuat oleh siswa.

5. Pada saat pelaksanaan praktik masih ada beberapa siswa yang kurang

serius, lebih cenderung bermain-main dengan peralatan tangan (hand tool),

namun jumlahnya sudah berkurang tidak seperti pada saat pelaksanaan

siklus I.

6. Siswa sudah memahami tujuan pembelajaran dengan jelas, sehingga

mempermudah guru mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pelaksanaan siklus II yang merupakan perbaikan dari

pelaksanaan siklus I, mendapatkan peningkatan hasil belajar yang cukup

signifikan. Dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus II, didapatkan jumlah skor

2499 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 80.6 dengan ketuntasan
138

klasikal sebesar 87%. Dari penjelasan tersebut secara umum peneliti telah mampu

menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian ini

dapat dikatakan berhasil karena semua kriteria yang ditentukan telah terpenuhi.

Hal ini menjelaskan bahwa dengan penerapan model direct instruction

(pembelajaran langsung) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil

belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja Semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Dari uraian di atas hasil

pelaksanaan Siklus I dan Siklus II, ditampilkan pada tebel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Hasil Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II

Jumla Ketuntasan Keterangan


KK Jumlah Rata-
Hasil h Klasikal
M Nilai rata T BT
Siswa (%)
Ulangan
Akhir 31 75 2220 71,6 48 15 16
Semester1
Siklus I 31 75 2366 76,3 71 22 9
Siklus II 31 75 2499 80,6 87 27 4

Ket:

T = Tuntas
BT = Belum Tuntas
KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dari pelaksanaan tindakan serta mengkaji hasil-

hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model direct

instruction (pembelajaran langsung) berhasil diterapkan di kelas X TITL1 SMK

Negeri 3 Singaraja. Dilihat dari peningkatan ketuntasan klasikal yang diperoleh

siswa, penerapan model direct instruction (pembelajaran langsung) pada mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik di kelas X TITL1 SMK Negeri 3

Singaraja tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebelum diterapkannya model pembelajaran langsung, ketuntasan klasikal yang

diperoleh siswa sebesar 48% dan setelah diterapkan model direct instruction

(pembelajaran langsung) pada siklus I ketuntasan klasikal yang didapatkan oleh

siswa sebesar 71%, dan pada siklus II ketuntasan klasikal yang diperoleh oleh

siswa sebesar 87%. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil

belajar siswa karena sudah memenuhi target keberhasilan yang sudah ditentukan,

yaitu sebesar 85%. Pada siklus II ketuntasan klasikal yang didapatkan sebesar

87%, dalam kata lain sudah melampaui target keberhasilan.

138
139

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat

mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Siswa

Siswa tidak perlu menunggu informasi yang diberikan oleh guru,

tetapi siswa harus bisa lebih mencari informasi terkait materi yang akan

dipelajari di kelas agar pembelajaran lebih optimal.

5.2.2 Bagi Guru Pekerjaan Dasar Elektromekanik

1. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa agar mencari dan

menggali informasi dibuku sumber lainnya, sehingga siswa tidak hanya

mengacu pada satu sumber saja dan guru hendaknya memberikan siswa

hand out pembelajaran yang dibuat guru.

2. Penerapan model direct instruction (pembelajaran langsung) berbantuan

media audio visual, guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dan mediator

yang profesional, sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh hasil yang

optimal.
140

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk. 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. TT:
Direktorat Jenderal Aditya Media Publishing.

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.


Singaraja: Aditya Media Publishing.

Antari, Nengah Madri (Ed). 2012. Modul Psikologi Pendidikan. Singaraja: PGSD
Undiksha.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, Suharsimin dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. 2014. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah


Bese

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Juny Artha, Agus Edy. 2014. “Penerapan Metode Demonstrasi dalam


Pembelajaran Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Jurusan TITL Kelas XI SMK Negeri 3
Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Elektro,
FTK Undiksha.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Depok: Rajawali Pers.

Kurnia, Ingridwati. dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. PT Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Teknik & Cara Mudah Membuat
Penelitian Tindakan Kelas untuk Pengembangan Profesi Guru. TT: Kata
Pena.

Lanang Agusdika Jeliastiadi, I Gusti. 2015. “Penerapan Metode Demonstrasi


dengan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perakitan
Komputer di Kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Abang”. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, FTK Undiksha.
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
141

Sadiman, Arief S.dkk. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sari, Elvita. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Langsung (DI) Berbantuan


Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa VIIA SMPN
17 Bengkulu pada Pokok Bahasan Perpindahan Kalor”. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Sisdiknas. 2006. Himpunan Perundang-undangan Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan RαD). Bandung:Alfabeta.

Sumadayo, Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: GRAHA


ILMU.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.

Syukur, Fatah. 2015. Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:


Kencana.

Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. TT: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
142
Lampiran 01

Surat Pengumpulan Data


143
Lampiran 02

Surat Keterangan
144
Lampiran 03

KISI-KISI SOAL REFLEKSI SIKLUS 1

Jenis sekolah : SMKN 3 Singaraja Jumlah soal : 20 Butir


Mata Pelajaran : Pekerjaan Dasar Elektromekanik Bentuk soal : Obyektif
Kurikulum : 2013 Penyusun : I Made Mandalika
Alokasi WAktu : 25 Menit Kls/Semester : X TITL1/ Genap
Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Materi Nomor soal Butir Kunci
No soal jawaban
3.1 Mendeskripsikan 3.1.1 1. Siswa dapat Peralatan tangan 1,2,3,4,5,6,7,8, 20 C,C,B,C,C,
penggunaan Menjelaskan menjelaskan (hand tools) 9,10.11.12.13. A,C,D,A,B,
peralatan tangan penggunaan jenis-jenis dan 14.15,16,17, E,A,C,C,D,
(hand tools) peralatan penggunaan 18 D B,A
tangan (hand peralatan tangan
tools) (hand tools)
Jenis-jenis 19,20. C, E
3.1.2 2. Siswa dapat
sambungan kabel
Menjelaskan menjelaskan
jenis-jenis jenis-jenis
sambungan sambungan kabel.
kabel.
145
Lampiran 04

FORM UJI JUDGES

Nama : I Made Mandalika


Nim : 1215061002
Judul Skripsi : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (Direct Instruction) BERBANTUAN AUDIO
VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PEKERJAAN DASAR ELEKTROMEKANIK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TIPTL1 SMKN 3 SINGARAJA

NO NO RELEVAN TIDAK KETERANGA NO NO RELEVAN TIDAK KETERANGA


SOAL RELEVAN N SOAL RELEVAN N
1 1 11 11
2 2 12 12
3 3 13 13
4 4 14 14
5 5 15 15
6 6 16 16
7 7 17 17
8 8 18 18
9 9 19 19
10 10 20 20

Singaraja, 28 Januari 2016


Guru Mata Pelajaran
146

Dosen Pembimbing Pekerjaan Dasar Elektromekanik

Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si., M.T Drs. I Nyoman Sarjana


NIP. 19710616199903 1 007 NIP. 19610919 198603 1 017
147
Lampiran 05

Anda mungkin juga menyukai