Disusun Oleh :
MUHAMMAD DZAKY PRATAMA
(3201706099)
3D TPHP
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan laporan kunjungan industri yang berjudul “pengenalan tahapan
proses pengolahan sir, coconut drayer, dan mie instan di PT. Sumber Djantin , PT.
Aloe Vera Indonesia , dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk “. sebagai
pemahaman kami tentang kunjungan industri dalam pengolahan hasil perkebunan.
Pada kesempatan ini kelompok kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak pihak yang selama ini telah memberi dukungan dan doanya dalam
penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini hingga selesai. Oleh karena itu
kelompok kami ingin mengucapakan terima kasih kepada :
Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melindungi dan memberikan segala
kemudahan dalam langkah langkah kehidupan yang kelompok kami jalani.
Bapak Agato., ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberi
pengarahan agar laporan kunjungan industri ini dapat diselesaikan dengan
penulisan yang baik dan benar.
Kelompok kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan
Industri ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan dan
akan menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan kunjungan industri dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................................... i
iii
3.3.3. Tahapan Proses Pembuatan Mie Instan ................................................... 21
KESIMPULAN ............................................................................................................... 24
SARAN ............................................................................................................................. 25
iv
1. Tujuan Kunjungan Industri
Agar mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan mengenal dan
mengetahui tahapan proses dan teknologi yang tepat dalam pembuatan crumb
rubber SIR, Coconut Dryer, dan Mie Instan dengan cara yang baik dan benar di PT.
Sumber Djantin, PT. Aloe Vera Indonesia, dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk.
2. Dasar Teori
2.1. Pengolahan Karet
Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting
peranananya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4
juta tenaga kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi sebagai salah satu
sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet, dan berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi(Setyamidjaja, 1993). Dalam pengolahan karet,
tanaman karet biasa diambil getahnya atau yang biasa kita dengar dengan lateks
sebagai bahan baku dalam industri pengolahan karet.
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersupensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam
zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan
terpencar secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian
kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya putih
susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude
rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-
95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari
Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara
1
merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel
bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
Pembuatan barang jadi dari lateks adalah bagian dari industri karet yang
berkembang pesat saat ini, seperti pembuatan karet remah(Crumb Rubber) dari
lateks. Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin
mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna
atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet
sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini (Muthoo,
2013). Untuk mendapatkan mutu barang yang baik maka perusahaan perlu menata
diri sedemikian rupa dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat menurunkan
mutu barang yang dapat dihasilkan tersebut (Ritonga Marhot,2008).
Standar Indonesia Rubber ( SIR) adalah karet alam yang diperoleh dengan
pengolahan bahan baku berasal dari getah batang pohon karet secara mekanis atau
tanpa kimia, serta mutu ditentukan secara spesifik teknis. Penilaian mutu
didasarkan pada hasil analisa dari parameter spesifik teknis yang ditetapkan pada
kerat SIR antara lain: analisa kotoran, analisa kadar abu, analisa kadar zat menguap,
analisa Plastisitas Retensi Indeks ( PRI), analisa kadar nitrogen dan analisa
Viskositas Mooney (Darwiansyah,2013).
2
mengubah fase santan yang tadinya cair menjadi padatan(bubuk) menggunakan
alat yang disebut dengan spray dryer.
Pengeringan sembur ( spray drayer ) adalah proses pengeringan dengan
mengubah cairan yang akan dikeringkan menjadi butiran kecil fluida dengan
menggunakan alat pembutiran (atomizer) dan mengeringkannya dengan udara
panas yang dialirkan kedalam sebuah ruang pengering ( drying chamber).
Kualitas produk santan kering yang dihasilkan adalah salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi kondisi proses pengoperasian alat pengering sembur (
spray drying ). Karakter produk dan kualitasnya merupakan pertimbangan dalam
proses pengeringan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen.(
Master K., 1980 ). Sehingga dengan metode ini kualitas santan akan menjadi lebih
baik, karena pada umumnya produk yang sudah dikeringkan dapat bertahan lebih
lama.
3
Dalam ilmu pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering, mie goreng dan mie instan.
Berdasarkan proses pengeringan, mie dibedakan menjadi dua yaitu mie instan dan
mie kering, pengeringan mie instan dengan menggunakan minyak goreng sebagai
media pengeringan. Sedangkan mie kering pengeringannya dengan menggunakan
udara panas. Mie instan mampu menyerap minyak hingga 20 % selama
penggorengan. Sehingga mie instan diisyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada
minyak yang terlepas kedalam air dan dihasilkan mie cukup kompak dan
permukaannya tidak lengket (Astawan. M. 2008).
Beberapa jenis mie diatas, saat ini telah dikonsumsi sebagai salah satu
alternatif pengganti nasi. Hal ini tentu menguntungkan ditinjau dari sudut
penganekaragaman bahan pangan. Dengan menganekaragamkan konsumsi bahan
pangan, kita dapat terhindar dari ketergantungan pada suatu bahan pangan
terpopuler saat ini, yaitu beras (Astawan, 2004).
4
3. Hasil Pengamatan
1. Forklift
Forklift digunakan untuk mengangkut bahan baku untuk masuk kedalam
proses pencampuran dan juga untuk mengangkut peti-peti yang sudah berisi crumb
rubber SIR yang sudah siap untuk dipasarkan ke dalam kapal.
2. Crusher
5
Crusher digunakan untuk memecah/menghancurkan dan mencampur
bahan olah karet (bokar) yang berasal dari petani agar bahan olah karet yang tadinya
berukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dari ukuran semula.
3. Hammer Mill
Hammer Mill digunakan untuk mencacah kembali bahan olah karet yang
sebelumnya sudah di cacah di dalam Crusher untuk mendapatkan ukuran bahan
olah karet yang lebih kecil lagi. Di dalam Hammer Mill proses pencacahan akan di
lakukan secara bertahap, hal ini bertujan untuk menghilangkan sejumlah kotoran
yang terdapat di dalam bokar, terlebih lagi jika bahan olah karet yang digunakan
dalam proses pengolahan banyak menggunakan bahan berjenis lump yang biasanya
terdapat banyak kotoran di dalam bahan tersebut. Selain bertujuan untuk proses
pencacahan dan pembersihan bahan olah karet, Hammer Mill juga digunakan untuk
menghomogenkan bahan olah karet dan pada proses yang berlangsung di dalam
hammer mill membutuhkan air yang cukup banyak.
4. Creper
6
bahan olah karet akan melewati tiga kali proses penggilingan, pada mesin satu dan
mesin dua cacahan akan digiling dan ditipiskan dengan ketebalan 14 mm, kemudian
pada mesin tiga dan empat cacahan akan di tipiskan dan digiling kembali hingga
cacahan memilik ketebalan 13 mm, dan yang terakhir pada mesin lima cacahan
akan digiling sampai memiliki ketebalan 12 mm sesuai dengan standar
penggilingan terakhir.
5. Shredder
Shredder digunakan untuk mencacah kembali lembaran blangket yang
telah digiling untuk menghilang kotoran yang tersisa dengan cara pencucian.
6. Argo/becak pengangkut
7. Granulator
7
Granulator digunakan untuk meremahkan blangket yang sudah melewati
proses penggantungan menjadi butiran-butiran karet (crumb).
8. Trolly
9. Dryer
8
10. Ganju
Ganju digunakan unruk mengangkut bal karet SIR dari trolly setelah
proses pemasakan di dalam dryer dan juga di gunakan untuk mengangkut bahan
olah karet (bokar) pada saat pengolahan.
9
12. Tang Lancip
Pisau gergaji diguakan untuk memotong sebagian bal karet yang diambil
sebagai sampel untuk pengujian didalam laboratorium saat penimbangan.
10
14. Metal Detector
Metal detector digunakan untuk mengetahui apakah masih ada atau tidak
kontaminan yang tertinggal di dalam bal karet SIR(bal crumb rubber).
Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses pengolahan crumb
rubber SIR di PT. Sumber Djantin dilakukan perawatan setiap satu minggu sekali
yaitu ditetapkan oleh pihak perusahaan perawatan mesin dilakukan pada hari
minggu dan perawatan mesin dilakukan oleh para pekerja sesuai dengan bidang
pengoperasian alat masing masing. Perawatan ini dilakukan untuk mengetahui jika
ada kerusakan pada mesin produksi dan untuk membersihkan mesin untuk
menghindari karatan, sehingga proses produksi bisa berjalan dengan baik dan
menghasilkan produk dengan mutu yang baik.
11
3.1.3. Tahapan Proses Pembuatan SIR
1. Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku yang berasal dari petani harus di sortir terlebih dahulu untuk
menentukan kualitas bahan baku yang layak untuk digunakan dalam proses
pengolahan, agar kualitas SIR yang dihasilkan menjadi lebih baik dan memiliki
kualitas yang tinggi.
2. Pencampuran dan Pencucian Bahan Baku
Bahan baku berupa lump dan sheet yang sudah di sortir kemudian
diangkut menggunakan forklift untuk masuk ke dalam proses pencampuran.
Didalam proses pencampuran sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu peralatan
dan bahan yang akan digunakan, bahan baku berupa lump dan sheet kemudian di
masukkan kedalam crusher untuk dilakukan proses penghancuran dan
pencampuran. Pencampuran bahan sesuai dengan pemesanan misalnya untuk
beberapa perusahaan menginginkan kualitas SIR yang tinggi sehingga campuran
bahan baku yang digunakan yaitu sheet sebanyak 90% dan lump sebanyak 10%
untuk kualitas yang baik sedangkan untuk kualitas yang rendah terdiri dari sheet
sebesar 60% dan lump sebesar 40%.
3. Pencacahan
Setelah bahan baku dicampur dan dihancurkan di dalam crusher, bahan
baku akan dicacah kembali menggunakan hammer mill. Proses pencacahan ini di
lakukan secara bertahap, setelah di cacah di dalam hammer mill bahan baku masuk
kedalam bak air yang sudah di isi air hingga penuh untuk proses pencucian dan
yang terakhir bahan baku di cacah dan dicuci lagi di dalam shreder. Proses ini
bertujun untuk mengecilkan lagi ukuran bahan baku dan membersihkan sebagian
kotoran yang terdapat dalam bahan baku. Terlebih lagi jika banyak menggunakan
bahan baku berupa lump yang banyak terkontaminasi kotoran, selain untuk
mencacah dan mencuci bahan baku proses ini juga untuk menghomogenkan bahan
baku agar bahan baku dapat lebih tercampur secara merata.
4. Penggilingan I
Setelah bahan baku melewati proses makroblanding, cacahan bahan baku
yang di hasulkan masuk ke dalam proses penggilingan menggunakan creper. Dalam
12
proses penggilingan cacahan bahan baku akan digiling menjadi lembaran tipis yang
memiliki tingkat homogenitas yang tinggi serta untuk memudahkan proses
pengeringan bahan baku. Penggilingan dilakukan sebanyak 3 kali dengan ukuran
pada mesin satu dan dua bahan baku digiling menjadi lembaran blangket dengan
ketebalan 14 mm dan di mesin ke tiga dan empat lembaran blangket digiling lagi
sehingga memiliki ketebalan 13 mm dan yang terakhir pada mesin lima lembaran
blangket digiling lagi dan memiliki ke tebalan 12 mm.
5. Penjemuran/Penggantungan
Lembaran blangket lalu ditimbang dan diangkut menggunakan argo
untuk menuju tempat penjemuran(kamar gantung angin) penjemuran bertujuan
untuk mengurangi kadar air blangket hingga 80% - 90%. Blangket akan di jemur
selama 14-21 hari.
6. Penggilingan II
Setelah di gantung selama 2-3 minggu lembaran blangket kering di giling
kembali menggunakan shreder, penggilingan ini bertujuan untuk mencacah
blangket. Dalam proses ini peggilingan dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Peremahan
Setelah di giling cacahan blangket di cacah kembali menggunakan
granulator hingga menjadi butiran-butiran kecil, dan dalam proses ini harus di
siapkan trolly sebagai wadah butiran butiran karet, jika trolly sudah di isi sampai
penuh butiran butiran karet tadi dibawa kedalam dryer untuk dilakukan proses
pengeringan.
8. Pengeringan
Setelah proses peremahan butiran-butiran karet yang dihasilkan akan
masuk kedalam proses pengeringan, dalam proses pengeringan ini pengesian
butiran kedalam trolly tidak di perkenankan untuk di tekan karena akan
menyebabkan transfer panas menjadi tidak merata dan akan membuat butiran karet
tadi tidak masak secara sempurna. Pengeringan berlangsung dua kali dengan waktu
masing-masing selama 5 jam dengan suhu 110-115°C.
13
9. Pengepressan
Setelah proses pengeringan timbang bandela(balok SIR) berkisar 35 kg
kemudian di press menggunakan hidrolic press untuk membentuk ukuran bendela
menjadi ukuran 70x35x70. Kemudian bandela di cek untuk melihat kontaminasi
yang masih tertinggal di dalam bandela, kontaminasi dapat berupa benang,
gumpalan yang tidak sempurna dan untuk mengetahui logam yang masuk pada
bandela di lakukan pengecekan dengan metal detector, sedangkan untuk
memastikan bandela yang di hasil kan sudah sesuai dengan mutu SIR maka diambil
sampel dari bandelauntuk dilakukan analisis di laboratorium.
10. Pengemasan
Setelah melewati berbagai pengujian, bandela yang sudah dinyatakan
lolos dari pengujian, sudah siap untuk di kemas dan di masukkan ke dalam peti
yang kemudian sudah siap untuk dikirim dan di perjual belikan.
14
penghasilan lidah buaya yang sedikit dan harga yang mahal PT. Aloe Vera
Indonesia beralih fungsi menjadi perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengolahan kelapa. Di PT. Aloe Vera Indonesia limbah yang dhasilkan berupa
limbah cair(air kelapa) dan limbah padat(batok kelapa), kedua jenis limbah tersebut
dapat di tangani dengan cukup baik oleh pihak perusahaan dimana untuk limbah
cair yang berupa air kelapa diolah kembali menjadi tepung air kelapa oleh pihak
perusahaan, namun karena terkendala mesin pengolahan tepung air kelapa yang
sedang dalam proses perbaikan, sehingga untuk saat ini limbah air kelapa hanya
dibuang begitu saja. Sedangkan untuk limbah padat berupa batok kelapa digunakan
sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan santan kering dan ada sebagian yang
dijual kembali kepada masyarakat sekitar.
3.2.1. Mesin dan Peralatan
1. Parang
Parang digunakan untuk membelah batok kelapa secara manual.
2. Penyungkil
Penyungkil digunakan untuk mencongkel/memisahkan daging kelapa
dari batok kelapa.
3. Conveyor
Conveyor merupakan sistem mekanik yang digunakan sebagai perantara
untuk memindahakan daging buah kelapa selama proses pengolahan.
4. Bak dan tangki penampungan
Bak dan tangki pengampung berfungsi untuk menampung daging buah
kelapa pada saat proses pengolahan. Ada beberapa tangki yang terdapat didalam
pabrik dan memiliki fungsi penampungan yang berbeda-beda di setiap prosesnya.
5. Mesin Pemarut Kelapa
Mesin pemarut keapa diguunakan untuk memarut/mengecilkan ukuran
daging kelapa sebelum masuk dalam proses pengepressa. Pengecilan ukuran ini
bertujuan untuk membuka pori-pori daging kelapa sehingga santan lebih mudah
untuk keluar saat proses pengepressan.
15
6. Mesin press
Mesin press digunakan untuk memberikan tekanan(ekstraksi mekanik)
pada parutan kelapa agar santan yang terdapat di parutan kelapa bisa keluar.
7. Spray dryer
Spray dryer merupakan mesin yang digunakan dalam proses
pengeringan. Santan yang dihasilkan akan masuk kedalam mesin spray dryer dan
kemudian akan di semprotkan melalui noozle yang ada di mesin spray dryer. Hasil
semprotan santan yang keluar dari noozle akan masuk kedalam ruang pengering
yang dialiri udara panas sehingga hasil smprotan tadi akan mengering dengan hasil
kering berbentuk bubuk.
8. Mesin Pengayakan
Mesin pengayakan digunakan untuk menseragamkan ukuran bubuk
santan kering yang dihasilkan. Ukuran yang digunakan pada mesin pengayakan ini
ialah ukuran 100 mesh.
9. Metal Detector
Metal detector digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak benda asing
yang terdapat di dalam kemasan produk yang dihasilkan.
Perawatan mesin dan peralatan di PT. Aloe Vera Indonesia dilakukan
setiap seminggu sekali untuk menjaga kualitas dan produktivitas mesin dan
peralatan yang digunakan dan juga untuk menghindari kerusakan alat yang dapat
menyebabkan penurunan hasil produksi.
16
ditambahkan pada santan sebelum proses pengeringan menggunakan spray dryer,
penambahan maltosa dextrin ini bertujuan untuk meningkatkan TSS pada santan
untuk dapat membentuk butiran-butiran santan kering dan penambahan bahan lain
yaitu berupa Sodium Consentrat danTSP.
17
4. Penghancuran/Pemarutan
Daging yang dinyatakan sudah bersih akan diparut agar ukuran daging
kelapa menjadi kecil dan untuk mempermudah proses pengepressan, karena jika
semakin kecil ukuran daging kelapa akan lebih banyak santan yang keluar.
5. Pengepressan(Ekstraksi Mekanik)
Daging kelapa yang telah di parut kemudian di lakukan pengepressan
untuk memisahkan santan dengan parutan daging kelapa. Pengepressan dilakukan
sebanyak 2 kali tujuannya agar santan yang keluar dari parutan kelapa bisa lebih
banyak. Setelah di press santan yang dihasilkan akan di simpan kedalam tangki
penyimpanan dengan suhu 66°C untuk menghambat pertumbuhan mikroba agar
santan tidak cepat basi kemudian santan di pompa dan diberi panas dengan suhu
66-70°C santan ditimbang sebanyak 800 kg dengan Ph 5,7-7. Sisa ampas kelapa
parut kemudian di masukkan ke dalam mesin DW sebanyak dua kali untuk
menghasilkan ampas kering, pada pengeringan pertama ampas basah akan
dikeringkan dalam mesin DW dengan suhu 95-100°C kemudian ampas kelapa di
keringkan kembali di dalam mesin DW dengan suhu 75-100°C untuk menghasilkan
ampas yang benar-benar kering, ampas kelapa parut kering yang di hasilkan akan
masuk ke dalam proses pengayakan kemudian di pasarkan sebagai produk
Desicated Coconut(DC).
6. Mixing dan Emulsi
Santan yang ditampung didalam tangki dari proses pengepressan akan
dicampurkan dengan maltosa dextrin kemudian di beri emulsi pada campuran
santan dan maltosa dextrin, pemberian emulsi ini dilakukan di dalam mesin YPG
7. Penyemprotan Spray Dryer
Setelah proses mixing santan akan masuk ke dalam mesin spray dryer
untuk menghasilkan butiran-butiran santan kering dengan suhu chamber 180-220°C
dan outlet chamber 95-100°C .
8. Pengayakan(Vibrosif)
Butiran yang dihasikan dari spray dryer kemudian di ayak dengan
ukuran mesh 100.
18
9. Pengemasan
Santan kering yang sudah lolos dari proses pengayakan akan dimasukkan
kedalam karung sack dengan kapasitas sebesar 20 kg dan siap untuk dipasarkan.
19
3.3.1. Mesin dan Peralatan
1. Mixer
Mixer digunakan untuk mencampurkan bahan baku pembuatan mie
seperti tepung terigu, tepung tapioka, air alkali, dan pewarna makanan agar semua
bahan baku tercampur secara merata untuk produksi dengan skala yang besar.
2. Screw
Screw digunakan sebagai media perantara yang terus bergerak selama
proses pengolahan yang membawa adonan mie hingga menjadi mie instan yang
siap untuk di kemas.
3. Laminate Roller
Laminate roller digunakan untuk membuat adonan mie menjadi
lembaran-lembaran panjang dengan memberikan tekanan kepada adonan mie.
4. Continus Roller
Prinsip kerja dari continus roller sama dengan laminate roller. Continus
roller digunakan untuk menipiskan lagi adonan mie sesuai dengan standard yang
sudah di tentukan.
5. Slitter
Slitter digunakan untuk memotong adonan mie yang berbentuk
lembaran menjadi untaian mie sebelum masuk ke dalam waving net.
6. Waving Net
Waving net berfungsi untuk membentuk untaian adonan mie yang lurus
menjadi bergelombang.
7. Mesin Pengukus Mie(Steam Box)
Mesin ini berfungsi untuk mengukus adonan mie hingga masak untuk
mendapatkan tekstur yang lembut dan elastis.
8. Cutter
Cutter digunakan untuk memotong mie menjadi bentuk persegi
panjang.
9. Mesin Penggorengan(Fryer)
Frying digunakan untuk menggoreng adonan mie setelah proses
pengukusan untuk mendapatkan tingkat kematangan yang baik.
20
10. Pendingin
Pendingin di gunakan untuk mendinginkan mie setelah proses
penggorengan untuk dapat lanjut kedalam proses pengemasan.
21
2. Pemipihan Adonan Dan Membuat Untaian Mie Instan
Setelah proses mixing selesai dan di dapatkan adonan mie instan yang
pulen dan homogen, adonan mie instan selanjutnya akan dibentuk menjadi
lembaran-lembaran adonan menggunakan laminate dan continus roller. Setelah
adonan sudah pipih dan sesuai dengan ukuran standar adonan mie instan akan di
bentuk menjadi untaian-untaian mie menggunakan slitter.
3. Pembentukan Adonan Mie Instan Menjadi Bergelombang
Untaian-untaian mie tadi kemudian masuk ke dalam waving bat agar
adonan mie menjadi bergelombang.
4. Pengukusan
Setelah mendapat adonan mie yang bergelombang dan sesuai ukuran
adonan mie akan di kukus hingga masak, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
tekstur mie yang lembut dan elastis. Dalam proses ini pengaruh tekanan, suhu, dan
lama nya proses pengukusan sangat berpengaruh terhadap tekstur mie yang akan
dihasikan, jika tekanan yang diberikan terlalu tinggi maka tekstur mie akan jadi
lengket, begitu juga dengan suhu dan lamanya proses pengukusan.
5. Pemotongan
Setelah proses pengukusan dan mendapatkan tekstur mie yang empuk
dan elastis untaian mie tadi dipotong dan dilipat hingga membentuk persegi
panjang dengan ukuran yang sesuai dengan standar.
6. Penggorengan
Proses penggorengan merupakan proses yang di lakukan setelah
untaian mie melewati pengukusan, proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
yang terdapat pada mie setelah proses pengukusan. Penggorengan untaian mie ini
dilakukan pada tekanan vakum, hal ini bertujuan untuk menjaga warna pada mie
agar tidak berubah dan tetap menarik.
7. Pendinginan
Pendinginan dilakukan setelah mie melewati proses penggorengan.
Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu dari mie agar mudah untuk di
kemas dan tetap terjaga kerenyahannya, tujuan lain dari proses ini ialah untuk
22
mengurangi kadar minyak yang ada pada mie sehingga mie yang di hasilkan tidak
berminyak.
8. Pengemasan
Setelah mie di dinginkan mie akan di lakukan pengemasan,
pengemasan pertama mie akan di kemas sesuai dengan kemasan yang telah dibuat.
Kemudian mie yang sudah di kemas diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa.
Setelah diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa mie yang telah di kemas di
tumpuk di dalam kardus karton dan di lakban, pengemaan ini bertujuan untuk
menjaga agar tetap terlindung dari kotoran, debu dan benda asing lainnya yang
dapat menurunkan kualitas mie. Hal yang harus di perhatikan dlam proses packing
ini adalah kode produksi, mutu karton, kondisi pengeleman, berat rata-rata, dan
cemaran.
23
mie instan yang di produksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK sudah
ada yang diekspor ke luar negeri. PT. Indofood menerapkan strategi pemasaran
yang cukup baik dalam menghadapi persaingan, strategi pemasaran yang di lakukan
PT. Indofood yaitu dengan cara memproduksi mie instan dengan berbagai macam
varian baru dan juga melakukan promosi baik di media cetak maupun elektronik,
sedangkan untuk mengalahkan produsen lain PT. Indofood membuat produk mie
instan dengan varian yang sama dengan produsen pesaing tersebut tetapi PT.
Indofod memberikan harga yang murah ke dalam produk tersebut, sehingga
membuat masyarakat akan lebih tertarik dengan produk yang di hasilkan oleh PT.
Indofood di bandingkan produk yang dihasilkan produsen pesaing tadi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan kunjungan industri ini
yang kami lakukan di PT. Sumber Djantin, PT. Aloe Vera Indonesia, PT. Indofood
CBP Sukses Makmur TBK dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut :
24
6. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK memproduksi mie instan dengan
berbagai merk seperti indomie, mie sakura, sarimi, dan pop mie dengan
berbagai varian rasa.
7. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK menggunakan bahan baku tepung
terigu, tepung tapioka, air alkali, pewarna makanan, dan minyak goreng
dalam proses pembuatan mie instan, bahan baku tersebut didatangkan dari
supplier yang sudah terpercaya dan sudah menjalin kerja sama selam
bertahun-tahun dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK
SARAN
Diharapkan untuk kegiatan kunjungan industri yang akan datang
supaya dapat melakukan kunjungan ke pabrik yang mengelolah komoditi selain
karet dan kelapa seperti pabrik yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa
sawit, karena kelapa sawit juga termasuk komoditi perkebunan terbesar yang ada di
kalbar dan jika perlu juga dilakukan kunjungan industri keluar daerah kalbar agar
mahasiswa tidak hanya mengetahui teknologi pengolahan komoditi yang ada di
kalbar saja, namun mahasiswa juga dapat mengetahui secara luas teknologi
pengolahan komoditi hasil perkebunan yang ada di indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Jakarta: Tiga
Serangkai.
Darwiansyah. 2013. Pengolahan SIR 20 di PT. Sumber Alam dengan tugas khusus
pengujian kadar kotoran. Politeknik Negeri Pontianak. Pontianak.
Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan
Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor :
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.
26
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
46
27