Anda di halaman 1dari 31

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

PENGENALAN TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN SIR, COCONUT


DRAYER, DAN MIE INSTAN DI PT. SUMBER DJANTIN, PT. ALOE
VERA INDONESIA, DAN PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK

Disusun Oleh :
MUHAMMAD DZAKY PRATAMA
(3201706099)
3D TPHP

Dosen Pembimbing : Agato., ST., M.Eng

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN.2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan laporan kunjungan industri yang berjudul “pengenalan tahapan
proses pengolahan sir, coconut drayer, dan mie instan di PT. Sumber Djantin , PT.
Aloe Vera Indonesia , dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk “. sebagai
pemahaman kami tentang kunjungan industri dalam pengolahan hasil perkebunan.
Pada kesempatan ini kelompok kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak pihak yang selama ini telah memberi dukungan dan doanya dalam
penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini hingga selesai. Oleh karena itu
kelompok kami ingin mengucapakan terima kasih kepada :
Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melindungi dan memberikan segala
kemudahan dalam langkah langkah kehidupan yang kelompok kami jalani.
Bapak Agato., ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberi
pengarahan agar laporan kunjungan industri ini dapat diselesaikan dengan
penulisan yang baik dan benar.
Kelompok kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan
Industri ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan dan
akan menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan kunjungan industri dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun

Pontianak,23 Januari 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

1. Tujuan Kunjungan Industri .................................................................................... 1

2. Dasar Teori ................................................................................................................ 1

2.1. Pengolahan Karet .......................................................................................... 1

2.2. Pengolahan Santan Kering (Coconut Dryer) ............................................. 2

2.3. Pengolahan Mie Instan ................................................................................. 3

3. Hasil Pengamatan ..................................................................................................... 5

3.1. PT. Sumber Djantin .............................................................................................. 5

3.1.1. Mesin dan Peralatan ..................................................................................... 5

3.1.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan .......................................................... 11

3.1.3. Tahapan Phammroses Pembuatan SIR .................................................... 12

3.1.4. Pengujian Mutu Produk ............................................................................. 14

3.1.5. Pemasaran Produk...................................................................................... 14

3.2. PT. Aloe Vera Indonesia..................................................................................... 14

3.2.1. Mesin dan Peralatan ................................................................................... 15

3.2.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan .......................................................... 16

3.2.3. Tahapan Proses Pembuatan Santan Kering (Coconut Dryer)................ 17

3.2.4. Pengujian Mutu Produk ............................................................................. 19

3.2.5. Pemasaran Produk...................................................................................... 19

3.3. PT. . Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ........................................................ 19

3.3.1. Mesin dan Peralatan ................................................................................... 20

3.3.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan .......................................................... 21

iii
3.3.3. Tahapan Proses Pembuatan Mie Instan ................................................... 21

3.3.4. Pengujian Mutu Produk ............................................................................. 23

3.3.5. Pemasaran Produk...................................................................................... 23

KESIMPULAN ............................................................................................................... 24

SARAN ............................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26

iv
1. Tujuan Kunjungan Industri
Agar mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan mengenal dan
mengetahui tahapan proses dan teknologi yang tepat dalam pembuatan crumb
rubber SIR, Coconut Dryer, dan Mie Instan dengan cara yang baik dan benar di PT.
Sumber Djantin, PT. Aloe Vera Indonesia, dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk.

2. Dasar Teori
2.1. Pengolahan Karet
Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting
peranananya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4
juta tenaga kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi sebagai salah satu
sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet, dan berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi(Setyamidjaja, 1993). Dalam pengolahan karet,
tanaman karet biasa diambil getahnya atau yang biasa kita dengar dengan lateks
sebagai bahan baku dalam industri pengolahan karet.
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri
dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersupensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam
zat. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan
terpencar secara atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian
kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya putih
susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude
rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-
95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari
Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara

1
merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel
bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
Pembuatan barang jadi dari lateks adalah bagian dari industri karet yang
berkembang pesat saat ini, seperti pembuatan karet remah(Crumb Rubber) dari
lateks. Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin
mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna
atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet
sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini (Muthoo,
2013). Untuk mendapatkan mutu barang yang baik maka perusahaan perlu menata
diri sedemikian rupa dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat menurunkan
mutu barang yang dapat dihasilkan tersebut (Ritonga Marhot,2008).
Standar Indonesia Rubber ( SIR) adalah karet alam yang diperoleh dengan
pengolahan bahan baku berasal dari getah batang pohon karet secara mekanis atau
tanpa kimia, serta mutu ditentukan secara spesifik teknis. Penilaian mutu
didasarkan pada hasil analisa dari parameter spesifik teknis yang ditetapkan pada
kerat SIR antara lain: analisa kotoran, analisa kadar abu, analisa kadar zat menguap,
analisa Plastisitas Retensi Indeks ( PRI), analisa kadar nitrogen dan analisa
Viskositas Mooney (Darwiansyah,2013).

2.2. Pengolahan Santan Kering (Coconut Dryer)


Santan adalah suatu cairan yang diperoleh dengan cara pengepresan
parutan kelapa dengan atau tanpa penggunaan air. Santan mempunyai sifat fisik dan
komposisi yang mirip susu sapi, sehingga dapat ditangani dengan cara yang sama.
Santan basah sangat rentan terhadap proses pembusukan ( cepat basi), agar dapat
bertahan dalam waktu tertentu maka santan perlu dipanaskan. Akan tetapi apabila
terlalu sering dipanaskan, selain tidak praktis dan efisien juga hasil akhir dari santan
basah yang sudah dipanaskan tersebut sudah berubah rasa .Santan yang telah
membusuk, sudah tidak bisa lagi digunakan sebagai bahan pembuatan
makanan.(Tarwiyah Kemal,2001). Oleh karena adanya kemiripan antara santan dan
susu, maka santan dapat diolah menjadi bentuk bubuk atau tepung dengan cara

2
mengubah fase santan yang tadinya cair menjadi padatan(bubuk) menggunakan
alat yang disebut dengan spray dryer.
Pengeringan sembur ( spray drayer ) adalah proses pengeringan dengan
mengubah cairan yang akan dikeringkan menjadi butiran kecil fluida dengan
menggunakan alat pembutiran (atomizer) dan mengeringkannya dengan udara
panas yang dialirkan kedalam sebuah ruang pengering ( drying chamber).
Kualitas produk santan kering yang dihasilkan adalah salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi kondisi proses pengoperasian alat pengering sembur (
spray drying ). Karakter produk dan kualitasnya merupakan pertimbangan dalam
proses pengeringan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen.(
Master K., 1980 ). Sehingga dengan metode ini kualitas santan akan menjadi lebih
baik, karena pada umumnya produk yang sudah dikeringkan dapat bertahan lebih
lama.

2.3. Pengolahan Mie Instan


Mie adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan,
berbentuk khas mie. Sekitar empat puluh persen konsumsi gandum di Asia adalah
mie. Mie merupakan salah satu produk yang banyak disukai oleh semua kalangan
masyarakat. Mie yang disukai masyarakat Indonesia adalah mie dengan warna
kuning, bentuk khas mie yaitu berupa pipihan panjang yang dapat mengembang
sampai batas tertentu dan lenting serta ketika direbus tidak banyak padatan yang
hilang (Setianingrum dan Marsono, 1999). Pada pembuatan mie, tepung terigu
dijadikan adonan tanpa fermentasi oleh ragi, dilebarkan menjadi lembaran tipis,
kemudian diiris panjang-panjang dan dikeringkan. Saat ini pengerjaan pengirisan
ini sudah dilakukan dengan menggunakan alat (Soediatama, 1993).
Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pipihan memanjang
dengan diameter 0,07 – 1,05 inci yang terbuat dari tepung terigu dengan tambahan
kuning telur. Dilihat dari nilai gizi, mie dapat dikatakan sebagai pengganti nasi dan
sebagai cadangan pangan darurat sebagai sumber energi ataupun substitusi
makanan pokok yang cukup besar (winarno, 1992).

3
Dalam ilmu pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering, mie goreng dan mie instan.
Berdasarkan proses pengeringan, mie dibedakan menjadi dua yaitu mie instan dan
mie kering, pengeringan mie instan dengan menggunakan minyak goreng sebagai
media pengeringan. Sedangkan mie kering pengeringannya dengan menggunakan
udara panas. Mie instan mampu menyerap minyak hingga 20 % selama
penggorengan. Sehingga mie instan diisyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada
minyak yang terlepas kedalam air dan dihasilkan mie cukup kompak dan
permukaannya tidak lengket (Astawan. M. 2008).
Beberapa jenis mie diatas, saat ini telah dikonsumsi sebagai salah satu
alternatif pengganti nasi. Hal ini tentu menguntungkan ditinjau dari sudut
penganekaragaman bahan pangan. Dengan menganekaragamkan konsumsi bahan
pangan, kita dapat terhindar dari ketergantungan pada suatu bahan pangan
terpopuler saat ini, yaitu beras (Astawan, 2004).

4
3. Hasil Pengamatan

3.1. PT. Sumber Djantin


PT. Sumber Djantin merupakan sebuah pabrik yang terletak di Jl.
Khatulistiwa Siantan Hilir, Kota Pontianak, provinsi Kalimantan Barat yang
bergerak dalam bidang pengolahan lateks menjadi produk karet remah (Crum
Rubber) dengan kualitas mutu produk yang di hasilkan berpatok pada Standard
Indonesian Rubber(SIR). Di PT. Sumber Djantin limbah sisa dari pengolahan lateks
di kelola dengan sangat baik, dimana limbah cair akan melalui proses pengendapan
di kolam-kolam yang sudah di buat di area pabrik untuk memisahkan kotoran-
kotoran yang terdapat di dalam limbah cair tadi sehingga limbah cair tadi dapat
kembali lagi ke sungai dengan kondisi air yang sudah bersih, sedangkan pada
limbah padat yang berasal dari pengendapan limbah cair tadi diolah menjadi pupuk
yang nanti nya akan di bagikan kepada masyarakat sekitar.

3.1.1. Mesin dan Peralatan


Mesin dan peralatan yang digunakan oleh PT. Sumber Djantin dalam
proses pengolahan lateks menjadi karet remah adalah sebagai berikut :

1. Forklift
Forklift digunakan untuk mengangkut bahan baku untuk masuk kedalam
proses pencampuran dan juga untuk mengangkut peti-peti yang sudah berisi crumb
rubber SIR yang sudah siap untuk dipasarkan ke dalam kapal.

2. Crusher

5
Crusher digunakan untuk memecah/menghancurkan dan mencampur
bahan olah karet (bokar) yang berasal dari petani agar bahan olah karet yang tadinya
berukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dari ukuran semula.

3. Hammer Mill

Hammer Mill digunakan untuk mencacah kembali bahan olah karet yang
sebelumnya sudah di cacah di dalam Crusher untuk mendapatkan ukuran bahan
olah karet yang lebih kecil lagi. Di dalam Hammer Mill proses pencacahan akan di
lakukan secara bertahap, hal ini bertujan untuk menghilangkan sejumlah kotoran
yang terdapat di dalam bokar, terlebih lagi jika bahan olah karet yang digunakan
dalam proses pengolahan banyak menggunakan bahan berjenis lump yang biasanya
terdapat banyak kotoran di dalam bahan tersebut. Selain bertujuan untuk proses
pencacahan dan pembersihan bahan olah karet, Hammer Mill juga digunakan untuk
menghomogenkan bahan olah karet dan pada proses yang berlangsung di dalam
hammer mill membutuhkan air yang cukup banyak.

4. Creper

Creper digunakan untuk menggiling dan menipiskan cacahan yang


berasal dari hammer mill. Dalam proses penggilingan di dalam creper cacahan

6
bahan olah karet akan melewati tiga kali proses penggilingan, pada mesin satu dan
mesin dua cacahan akan digiling dan ditipiskan dengan ketebalan 14 mm, kemudian
pada mesin tiga dan empat cacahan akan di tipiskan dan digiling kembali hingga
cacahan memilik ketebalan 13 mm, dan yang terakhir pada mesin lima cacahan
akan digiling sampai memiliki ketebalan 12 mm sesuai dengan standar
penggilingan terakhir.

5. Shredder
Shredder digunakan untuk mencacah kembali lembaran blangket yang
telah digiling untuk menghilang kotoran yang tersisa dengan cara pencucian.

6. Argo/becak pengangkut

Argo digunakan untuk mengangkut cacahan bokar yang sudah di tipiskan


( blangket) ke tempat penggantungan (dry house), argo ini memiliki daya angkut
seberat 250-450 kg.

7. Granulator

7
Granulator digunakan untuk meremahkan blangket yang sudah melewati
proses penggantungan menjadi butiran-butiran karet (crumb).

8. Trolly

Trolly digunakan sebagai wadah untuk butiran-butiran karet (crumb)


yang telah diremahkan di dalam granulator untuk melewati proses pengeringan di
dalam dryer selama 5 jam pada suhu 110-115°C.

9. Dryer

Dryer digunakan untuk mengeringkan butiran-butiran karet yang telah


diremahkan untuk mendapatkan remahan butiran karet yang sudah masak dalam
proses pengeringan.

8
10. Ganju

Ganju digunakan unruk mengangkut bal karet SIR dari trolly setelah
proses pemasakan di dalam dryer dan juga di gunakan untuk mengangkut bahan
olah karet (bokar) pada saat pengolahan.

11. Hydrolic Press

Hydrolic press digunakan untuk mengepress/menekan bal karet yang


telah di masak untuk menghasilkan bal karet dengan ukuran (70 x 35 x 70).

9
12. Tang Lancip

Tang lancip digunakan untuk mengambil kotoran dan kontaminan yang


tertinggal di dalam bal karet.

13. Pisau Gergaji

Pisau gergaji diguakan untuk memotong sebagian bal karet yang diambil
sebagai sampel untuk pengujian didalam laboratorium saat penimbangan.

10
14. Metal Detector

Metal detector digunakan untuk mengetahui apakah masih ada atau tidak
kontaminan yang tertinggal di dalam bal karet SIR(bal crumb rubber).
Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses pengolahan crumb
rubber SIR di PT. Sumber Djantin dilakukan perawatan setiap satu minggu sekali
yaitu ditetapkan oleh pihak perusahaan perawatan mesin dilakukan pada hari
minggu dan perawatan mesin dilakukan oleh para pekerja sesuai dengan bidang
pengoperasian alat masing masing. Perawatan ini dilakukan untuk mengetahui jika
ada kerusakan pada mesin produksi dan untuk membersihkan mesin untuk
menghindari karatan, sehingga proses produksi bisa berjalan dengan baik dan
menghasilkan produk dengan mutu yang baik.

3.1.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan


Bahan baku olah karet(bokar) yang ada di PT. Sumber Djantin berupa
cup lump dan sheet yang berasal dari berbagai daerah di Kalbar seperti bengkayang,
sintang, kubu raya,landak, ketapang, dan sanggau yang menjadi pemasok utama
bagi PT. Sumber Djantin. Bahan tambahan yang digunakan di PT. Sumber Djantin
yaitu cuka(asam asetat) yang ditambahkan oleh petani kedalam lateks dan air yang
diambil langsung dari sungai kapuas.

11
3.1.3. Tahapan Proses Pembuatan SIR
1. Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku yang berasal dari petani harus di sortir terlebih dahulu untuk
menentukan kualitas bahan baku yang layak untuk digunakan dalam proses
pengolahan, agar kualitas SIR yang dihasilkan menjadi lebih baik dan memiliki
kualitas yang tinggi.
2. Pencampuran dan Pencucian Bahan Baku
Bahan baku berupa lump dan sheet yang sudah di sortir kemudian
diangkut menggunakan forklift untuk masuk ke dalam proses pencampuran.
Didalam proses pencampuran sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu peralatan
dan bahan yang akan digunakan, bahan baku berupa lump dan sheet kemudian di
masukkan kedalam crusher untuk dilakukan proses penghancuran dan
pencampuran. Pencampuran bahan sesuai dengan pemesanan misalnya untuk
beberapa perusahaan menginginkan kualitas SIR yang tinggi sehingga campuran
bahan baku yang digunakan yaitu sheet sebanyak 90% dan lump sebanyak 10%
untuk kualitas yang baik sedangkan untuk kualitas yang rendah terdiri dari sheet
sebesar 60% dan lump sebesar 40%.
3. Pencacahan
Setelah bahan baku dicampur dan dihancurkan di dalam crusher, bahan
baku akan dicacah kembali menggunakan hammer mill. Proses pencacahan ini di
lakukan secara bertahap, setelah di cacah di dalam hammer mill bahan baku masuk
kedalam bak air yang sudah di isi air hingga penuh untuk proses pencucian dan
yang terakhir bahan baku di cacah dan dicuci lagi di dalam shreder. Proses ini
bertujun untuk mengecilkan lagi ukuran bahan baku dan membersihkan sebagian
kotoran yang terdapat dalam bahan baku. Terlebih lagi jika banyak menggunakan
bahan baku berupa lump yang banyak terkontaminasi kotoran, selain untuk
mencacah dan mencuci bahan baku proses ini juga untuk menghomogenkan bahan
baku agar bahan baku dapat lebih tercampur secara merata.
4. Penggilingan I
Setelah bahan baku melewati proses makroblanding, cacahan bahan baku
yang di hasulkan masuk ke dalam proses penggilingan menggunakan creper. Dalam

12
proses penggilingan cacahan bahan baku akan digiling menjadi lembaran tipis yang
memiliki tingkat homogenitas yang tinggi serta untuk memudahkan proses
pengeringan bahan baku. Penggilingan dilakukan sebanyak 3 kali dengan ukuran
pada mesin satu dan dua bahan baku digiling menjadi lembaran blangket dengan
ketebalan 14 mm dan di mesin ke tiga dan empat lembaran blangket digiling lagi
sehingga memiliki ketebalan 13 mm dan yang terakhir pada mesin lima lembaran
blangket digiling lagi dan memiliki ke tebalan 12 mm.
5. Penjemuran/Penggantungan
Lembaran blangket lalu ditimbang dan diangkut menggunakan argo
untuk menuju tempat penjemuran(kamar gantung angin) penjemuran bertujuan
untuk mengurangi kadar air blangket hingga 80% - 90%. Blangket akan di jemur
selama 14-21 hari.
6. Penggilingan II
Setelah di gantung selama 2-3 minggu lembaran blangket kering di giling
kembali menggunakan shreder, penggilingan ini bertujuan untuk mencacah
blangket. Dalam proses ini peggilingan dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Peremahan
Setelah di giling cacahan blangket di cacah kembali menggunakan
granulator hingga menjadi butiran-butiran kecil, dan dalam proses ini harus di
siapkan trolly sebagai wadah butiran butiran karet, jika trolly sudah di isi sampai
penuh butiran butiran karet tadi dibawa kedalam dryer untuk dilakukan proses
pengeringan.
8. Pengeringan
Setelah proses peremahan butiran-butiran karet yang dihasilkan akan
masuk kedalam proses pengeringan, dalam proses pengeringan ini pengesian
butiran kedalam trolly tidak di perkenankan untuk di tekan karena akan
menyebabkan transfer panas menjadi tidak merata dan akan membuat butiran karet
tadi tidak masak secara sempurna. Pengeringan berlangsung dua kali dengan waktu
masing-masing selama 5 jam dengan suhu 110-115°C.

13
9. Pengepressan
Setelah proses pengeringan timbang bandela(balok SIR) berkisar 35 kg
kemudian di press menggunakan hidrolic press untuk membentuk ukuran bendela
menjadi ukuran 70x35x70. Kemudian bandela di cek untuk melihat kontaminasi
yang masih tertinggal di dalam bandela, kontaminasi dapat berupa benang,
gumpalan yang tidak sempurna dan untuk mengetahui logam yang masuk pada
bandela di lakukan pengecekan dengan metal detector, sedangkan untuk
memastikan bandela yang di hasil kan sudah sesuai dengan mutu SIR maka diambil
sampel dari bandelauntuk dilakukan analisis di laboratorium.
10. Pengemasan
Setelah melewati berbagai pengujian, bandela yang sudah dinyatakan
lolos dari pengujian, sudah siap untuk di kemas dan di masukkan ke dalam peti
yang kemudian sudah siap untuk dikirim dan di perjual belikan.

3.1.4. Pengujian Mutu Produk


Pengujian mutu produk untuk menyatakan bahwa bandela sudah sesuai
dengan mutu SIR yang sudah ditetapkan yaitu dengan melakukan pengujian kadar
air, kadar abu, PH, dan kadar kotoran pada sampel bandela, jika pada sampel
bandela tidak lulus dari salah satu pengujian tersebut maka bandela (balok
SIR/Crumb Rubber) dinyatakan tidak layak untuk di pasarkan.

3.1.5. Pemasaran Produk


Produk yang dihasilkan oleh PT. Sumber Djantin akan didistribusikan ke
negara Singapura untuk dilakukan transaksi jual beli. Hasil produksi dari PT.
Sumber Djantin di ekspor ke negara-negara di benua amerika dan asia seperti
Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Korea dan beberapa negara di benua eropa dan
sebagian juga di kirim ke jakarta.

3.2. PT. Aloe Vera Indonesia


PT. Aloe Vera Indonesia merupakan produsen santan kering yang
terletak di Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Provinsi Kalimantan Barat.
Pt. Aloe Vera Indonesia sendiri tadinya merupakan perusahan yang bergerak dalam
bidang pengolahan lidah buaya menjadi berbagai produk pangan, namun karena

14
penghasilan lidah buaya yang sedikit dan harga yang mahal PT. Aloe Vera
Indonesia beralih fungsi menjadi perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengolahan kelapa. Di PT. Aloe Vera Indonesia limbah yang dhasilkan berupa
limbah cair(air kelapa) dan limbah padat(batok kelapa), kedua jenis limbah tersebut
dapat di tangani dengan cukup baik oleh pihak perusahaan dimana untuk limbah
cair yang berupa air kelapa diolah kembali menjadi tepung air kelapa oleh pihak
perusahaan, namun karena terkendala mesin pengolahan tepung air kelapa yang
sedang dalam proses perbaikan, sehingga untuk saat ini limbah air kelapa hanya
dibuang begitu saja. Sedangkan untuk limbah padat berupa batok kelapa digunakan
sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan santan kering dan ada sebagian yang
dijual kembali kepada masyarakat sekitar.
3.2.1. Mesin dan Peralatan
1. Parang
Parang digunakan untuk membelah batok kelapa secara manual.
2. Penyungkil
Penyungkil digunakan untuk mencongkel/memisahkan daging kelapa
dari batok kelapa.
3. Conveyor
Conveyor merupakan sistem mekanik yang digunakan sebagai perantara
untuk memindahakan daging buah kelapa selama proses pengolahan.
4. Bak dan tangki penampungan
Bak dan tangki pengampung berfungsi untuk menampung daging buah
kelapa pada saat proses pengolahan. Ada beberapa tangki yang terdapat didalam
pabrik dan memiliki fungsi penampungan yang berbeda-beda di setiap prosesnya.
5. Mesin Pemarut Kelapa
Mesin pemarut keapa diguunakan untuk memarut/mengecilkan ukuran
daging kelapa sebelum masuk dalam proses pengepressa. Pengecilan ukuran ini
bertujuan untuk membuka pori-pori daging kelapa sehingga santan lebih mudah
untuk keluar saat proses pengepressan.

15
6. Mesin press
Mesin press digunakan untuk memberikan tekanan(ekstraksi mekanik)
pada parutan kelapa agar santan yang terdapat di parutan kelapa bisa keluar.
7. Spray dryer
Spray dryer merupakan mesin yang digunakan dalam proses
pengeringan. Santan yang dihasilkan akan masuk kedalam mesin spray dryer dan
kemudian akan di semprotkan melalui noozle yang ada di mesin spray dryer. Hasil
semprotan santan yang keluar dari noozle akan masuk kedalam ruang pengering
yang dialiri udara panas sehingga hasil smprotan tadi akan mengering dengan hasil
kering berbentuk bubuk.
8. Mesin Pengayakan
Mesin pengayakan digunakan untuk menseragamkan ukuran bubuk
santan kering yang dihasilkan. Ukuran yang digunakan pada mesin pengayakan ini
ialah ukuran 100 mesh.
9. Metal Detector
Metal detector digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak benda asing
yang terdapat di dalam kemasan produk yang dihasilkan.
Perawatan mesin dan peralatan di PT. Aloe Vera Indonesia dilakukan
setiap seminggu sekali untuk menjaga kualitas dan produktivitas mesin dan
peralatan yang digunakan dan juga untuk menghindari kerusakan alat yang dapat
menyebabkan penurunan hasil produksi.

3.2.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan


Bahan baku yang digunakan adalah buah kelapa dengan kriteria yaitu
harus memiliki diameter 10,5 cm, berat 8 ons dan belum bertunas. Buah kelapa
yang digunakan oleh PT. Aloe Vera Indonesia berasal dari beberapa daerah di
Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah( Segedong, Peniti,
Purun) dan yang menjadi pemasok kelapa terbesar bagi PT. Aloe Vera Indonesia
yaitu berasal dari daerah Jeruju Besar.
Bahan tambahan yang digunakan adalah air dan klorin dalam proses
pencucian untuk menghilangkan lendir yang menempel pada daging kelapa dan
untuk menghilangkan kontaminan terhadap bakteri serta maltosa dextrin yang

16
ditambahkan pada santan sebelum proses pengeringan menggunakan spray dryer,
penambahan maltosa dextrin ini bertujuan untuk meningkatkan TSS pada santan
untuk dapat membentuk butiran-butiran santan kering dan penambahan bahan lain
yaitu berupa Sodium Consentrat danTSP.

3.2.3. Tahapan Proses Pembuatan Santan Kering (Coconut Dryer)


1. Penyortiran Buah Kelapa
Pernyortiran dilakukan di tempat penyimpanan buah kelapa, pernyortiran
bertujuan untuk memilih buah kelapa yang memenuhi kriteria iyang sudah di
tetapkan oleh oihak perusahaan. Kriteria buah kelapa yang dapat diterima oleh PT.
Aloe Vera Indonesia yaitu buah kelapa dengan diameter buah sebesar 10,5 cm
dengan berat 8 ons dan buah kelapa yang belum bertunas, jika buah kelapa yang
dikirim petani tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan maka buah kelapa
akan dikembalikan kagi kepada petani.
2. Pencongkelan Dan Pengikisan Kulit Ari
Setelah dilakukan pernyortiran dan mendapatkan buah kelapa dengan
kualitas yang baik, selanjutnya buah kelapa akan masuk kedalam proses
pencongkelan dan pengikisan kulit ari. Pencongkelan ini bertujuan untuk
memisahkan daging kelapa dari batok kelapa dan pengikisan kulit ari bertujuan
untuk menghilangkan kulit ari yang masih menempel di daging kelapa agar
mendapatkan daging kelapa yang putih bersih.
3. Pencucian Daging Buah Kelapa
Setelah mendapatkan daging kelapa yang sudah bersih dari kulit ari,
daging kelapa akan di cuci sebanyak 3 kali dimana pada pencucian pertama dan
kedua daging kelapa akan di cuci dengan cairan klorin dan air, pencucian dengan
klorin ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang ada di daging kelapa serta
untuk menghilang lendir yang masih menempel pada daging kelapa. Dan pada
pencucian yang ketiga daging kelapa akan dicuci dengan air panas untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dan membersihkan sisa-sisa lendir yang masih
menempel.

17
4. Penghancuran/Pemarutan
Daging yang dinyatakan sudah bersih akan diparut agar ukuran daging
kelapa menjadi kecil dan untuk mempermudah proses pengepressan, karena jika
semakin kecil ukuran daging kelapa akan lebih banyak santan yang keluar.
5. Pengepressan(Ekstraksi Mekanik)
Daging kelapa yang telah di parut kemudian di lakukan pengepressan
untuk memisahkan santan dengan parutan daging kelapa. Pengepressan dilakukan
sebanyak 2 kali tujuannya agar santan yang keluar dari parutan kelapa bisa lebih
banyak. Setelah di press santan yang dihasilkan akan di simpan kedalam tangki
penyimpanan dengan suhu 66°C untuk menghambat pertumbuhan mikroba agar
santan tidak cepat basi kemudian santan di pompa dan diberi panas dengan suhu
66-70°C santan ditimbang sebanyak 800 kg dengan Ph 5,7-7. Sisa ampas kelapa
parut kemudian di masukkan ke dalam mesin DW sebanyak dua kali untuk
menghasilkan ampas kering, pada pengeringan pertama ampas basah akan
dikeringkan dalam mesin DW dengan suhu 95-100°C kemudian ampas kelapa di
keringkan kembali di dalam mesin DW dengan suhu 75-100°C untuk menghasilkan
ampas yang benar-benar kering, ampas kelapa parut kering yang di hasilkan akan
masuk ke dalam proses pengayakan kemudian di pasarkan sebagai produk
Desicated Coconut(DC).
6. Mixing dan Emulsi
Santan yang ditampung didalam tangki dari proses pengepressan akan
dicampurkan dengan maltosa dextrin kemudian di beri emulsi pada campuran
santan dan maltosa dextrin, pemberian emulsi ini dilakukan di dalam mesin YPG
7. Penyemprotan Spray Dryer
Setelah proses mixing santan akan masuk ke dalam mesin spray dryer
untuk menghasilkan butiran-butiran santan kering dengan suhu chamber 180-220°C
dan outlet chamber 95-100°C .
8. Pengayakan(Vibrosif)
Butiran yang dihasikan dari spray dryer kemudian di ayak dengan
ukuran mesh 100.

18
9. Pengemasan
Santan kering yang sudah lolos dari proses pengayakan akan dimasukkan
kedalam karung sack dengan kapasitas sebesar 20 kg dan siap untuk dipasarkan.

3.2.4. Pengujian Mutu Produk


Pengujian mutu produk santan kering meliputi pengujian kadar air
maksimal 4% ini bertujuan untuk menhindari pertumbuhan mikroorganisme agar
produk santan kering bisa bertahan lebih lama, kadar lemak, tingkat viskositas, dan
tingkat Ph santan antara 6,5 – 7 yang merupakan ukuran standard di Indonesia.

3.2.5. Pemasaran Produk


Produk santan kering dan ampas kering yang di hasilkan di PT. Aloe
Vera Indnesia akan dikirim ke PT. Aloe Vera Indonesia pusat yang terletak di
sentul, di PT. AVI pusat produk santan dan ampas kering yang masih berada di
dalam karung sack yang besar akan di bagi lagi menjadi ukuran bungkusan yang
lebih kecil sebelum di distribusikan ke seluruh indonesia dan juga di ekspor ke luar
negeri. Produk yang di hasilkan oleh PT. Aloe Vera Indonesia berada dibawah
naungan nestle dan meggi dengan berbagai merk seperti di Qatar dan UAE produk
yang diproduksi oleh PT. Aloe Vera Indonesia beradar di negara tersebut berada
dibawah naungan dari nestle, sedangkan di Filiphina produk yang beredar berada
dibawah naungan meggi.

3.3. PT. . Indofood CBP Sukses Makmur Tbk


PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK yang terletak di Jl.raya Wajok
Hulu Km 10,7 Kec.siantan Kab. Pontianak Provinsi Kalbar merupakan produsen
mie instan terbesar yang ada di Kalbar. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK
sendiri memproduksi beberapa merk mie instan yang terkenal di pasaran seperti :
indomie, sarimi, mie sakura, dan pop mie yang merupakan produk unggulan dari
PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK. Di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
TBK hanya membuat mie instan nya saja dan tidak memproduksi bumbu dan
pelengkap dari mie instan, bumbu dan pelengkap mie instan tersebut dikirim
langsung oleh produsen yang ada di Purwokerto.

19
3.3.1. Mesin dan Peralatan
1. Mixer
Mixer digunakan untuk mencampurkan bahan baku pembuatan mie
seperti tepung terigu, tepung tapioka, air alkali, dan pewarna makanan agar semua
bahan baku tercampur secara merata untuk produksi dengan skala yang besar.
2. Screw
Screw digunakan sebagai media perantara yang terus bergerak selama
proses pengolahan yang membawa adonan mie hingga menjadi mie instan yang
siap untuk di kemas.
3. Laminate Roller
Laminate roller digunakan untuk membuat adonan mie menjadi
lembaran-lembaran panjang dengan memberikan tekanan kepada adonan mie.
4. Continus Roller
Prinsip kerja dari continus roller sama dengan laminate roller. Continus
roller digunakan untuk menipiskan lagi adonan mie sesuai dengan standard yang
sudah di tentukan.
5. Slitter
Slitter digunakan untuk memotong adonan mie yang berbentuk
lembaran menjadi untaian mie sebelum masuk ke dalam waving net.
6. Waving Net
Waving net berfungsi untuk membentuk untaian adonan mie yang lurus
menjadi bergelombang.
7. Mesin Pengukus Mie(Steam Box)
Mesin ini berfungsi untuk mengukus adonan mie hingga masak untuk
mendapatkan tekstur yang lembut dan elastis.
8. Cutter
Cutter digunakan untuk memotong mie menjadi bentuk persegi
panjang.
9. Mesin Penggorengan(Fryer)
Frying digunakan untuk menggoreng adonan mie setelah proses
pengukusan untuk mendapatkan tingkat kematangan yang baik.

20
10. Pendingin
Pendingin di gunakan untuk mendinginkan mie setelah proses
penggorengan untuk dapat lanjut kedalam proses pengemasan.

3.3.2. Bahan Baku dan Bahan Tambahan


Bahan baku dalam pembuatan mie instan yaitu tepung terigu, tepung
tapioka, minyak goreng, air, bahan tambahan yaitu larutan alkali yang terdiri dari
ingredient (garam dapur, garam kabonat, air, dan pewarna makanan) dan bahan
pengemas sepeti kardus dan plastik. Bahan-bahan tersebut di datangkan oleh
supplier yang sudah terpercaya dan menjalin kerja sama selama bertahun-tahun.
Seluruh bahan-bahan ini datang ke PT. Indofood CBP Sukses Makmur
TBK Setiap Hari Pada Saat Jam Kerja. Bahan Baku Yang Datang Sebelumnya
Akan diperiksa kelayakannya oleh pihak quality control dari perusahaan, jika ada
bahan baku yang dinyatakan tidak layak maka bahan baku tersebut akan di
kembalikan kepada suppliernya.

3.3.3. Tahapan Proses Pembuatan Mie Instan


Proses pengolahan yang berlangsung di PT. Indofood CBP Sukses
Makmur TBK semuanya harus dalam keadaan steril baik pekerja, ruangan dan
peralatan yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk menjaga mutu produk agar
tetap berkualitas dan aman untuk di konsumsi oleh masyarakat luas. Tahapan proses
pembuatan Mie Instan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK adalah sebagai
berikut :
1. Mixing
Proses mixing adalah proses pencampuran bahan baku untuk membuat
mie instan seperti tepung terigu, tepung tapioka, air alkali dan pewarna makanan
untuk mendapatkan adonan yang homogen dan mutu yang baik. Mutu yang baik
pada umumnya ialah adonanyang memiliki tekstur yang tidak lembekdan perau
dengan kata lain adonan hanya terdapat kandungan air sebesar 32-34%. Proses
mixing ini di lakukan selama 15 menit di kondisi pada suhu ruang (35-40°C).

21
2. Pemipihan Adonan Dan Membuat Untaian Mie Instan
Setelah proses mixing selesai dan di dapatkan adonan mie instan yang
pulen dan homogen, adonan mie instan selanjutnya akan dibentuk menjadi
lembaran-lembaran adonan menggunakan laminate dan continus roller. Setelah
adonan sudah pipih dan sesuai dengan ukuran standar adonan mie instan akan di
bentuk menjadi untaian-untaian mie menggunakan slitter.
3. Pembentukan Adonan Mie Instan Menjadi Bergelombang
Untaian-untaian mie tadi kemudian masuk ke dalam waving bat agar
adonan mie menjadi bergelombang.
4. Pengukusan
Setelah mendapat adonan mie yang bergelombang dan sesuai ukuran
adonan mie akan di kukus hingga masak, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
tekstur mie yang lembut dan elastis. Dalam proses ini pengaruh tekanan, suhu, dan
lama nya proses pengukusan sangat berpengaruh terhadap tekstur mie yang akan
dihasikan, jika tekanan yang diberikan terlalu tinggi maka tekstur mie akan jadi
lengket, begitu juga dengan suhu dan lamanya proses pengukusan.
5. Pemotongan
Setelah proses pengukusan dan mendapatkan tekstur mie yang empuk
dan elastis untaian mie tadi dipotong dan dilipat hingga membentuk persegi
panjang dengan ukuran yang sesuai dengan standar.
6. Penggorengan
Proses penggorengan merupakan proses yang di lakukan setelah
untaian mie melewati pengukusan, proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
yang terdapat pada mie setelah proses pengukusan. Penggorengan untaian mie ini
dilakukan pada tekanan vakum, hal ini bertujuan untuk menjaga warna pada mie
agar tidak berubah dan tetap menarik.
7. Pendinginan
Pendinginan dilakukan setelah mie melewati proses penggorengan.
Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu dari mie agar mudah untuk di
kemas dan tetap terjaga kerenyahannya, tujuan lain dari proses ini ialah untuk

22
mengurangi kadar minyak yang ada pada mie sehingga mie yang di hasilkan tidak
berminyak.
8. Pengemasan
Setelah mie di dinginkan mie akan di lakukan pengemasan,
pengemasan pertama mie akan di kemas sesuai dengan kemasan yang telah dibuat.
Kemudian mie yang sudah di kemas diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa.
Setelah diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa mie yang telah di kemas di
tumpuk di dalam kardus karton dan di lakban, pengemaan ini bertujuan untuk
menjaga agar tetap terlindung dari kotoran, debu dan benda asing lainnya yang
dapat menurunkan kualitas mie. Hal yang harus di perhatikan dlam proses packing
ini adalah kode produksi, mutu karton, kondisi pengeleman, berat rata-rata, dan
cemaran.

3.3.4. Pengujian Mutu Produk


Pengujian mutu produk untuk mie instan biasanya meliputi kadar air,
FFA (Free fatty acid), berat per kemasan. Untuk tepung terigu biasanya meliputi
kadar abu, gluten, iron spot, berat sak tepung terigu, dan cemaran. Untuk minyak
goreng di lakukan pengecekan nilai FFA.
Formulasi tepung terigu : tepung mocaf (A) yang terdiri dari 3 level
yaitu : A1 = tepung terigu 75% : tepung mocaf 25% A2 = tepung terigu 65% :
tepung mocaf 35% A3 = tepung terigu 55% : tepung mocaf 45%.
Proporsi penambahan kadar CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) (B)
yang terdiri dari 2 level yaitu : B1 = penambahan CMC 0,5% B2 = penambahan
CMC 1% Pembuatan mie instan diawali dengan menimbang bahan-bahan yaitu
tepung terigu, tepung mocaf, air, garam, soda abu, dan CMC sesuai kebutuhan
dalam formulasi untuk memudahkan penanganan formula didasarkan pada total
tepung 250 gram.

3.3.5. Pemasaran Produk


Untuk saat ini PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK masih
menguasai persaingan penjualan mie instan di indonesia dengan produk-produk
unggulan yaitu indomie, sarimi, mie sakura, dan pop mie. Bahkan untuk saat ini

23
mie instan yang di produksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK sudah
ada yang diekspor ke luar negeri. PT. Indofood menerapkan strategi pemasaran
yang cukup baik dalam menghadapi persaingan, strategi pemasaran yang di lakukan
PT. Indofood yaitu dengan cara memproduksi mie instan dengan berbagai macam
varian baru dan juga melakukan promosi baik di media cetak maupun elektronik,
sedangkan untuk mengalahkan produsen lain PT. Indofood membuat produk mie
instan dengan varian yang sama dengan produsen pesaing tersebut tetapi PT.
Indofod memberikan harga yang murah ke dalam produk tersebut, sehingga
membuat masyarakat akan lebih tertarik dengan produk yang di hasilkan oleh PT.
Indofood di bandingkan produk yang dihasilkan produsen pesaing tadi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan kunjungan industri ini
yang kami lakukan di PT. Sumber Djantin, PT. Aloe Vera Indonesia, PT. Indofood
CBP Sukses Makmur TBK dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Sumber Djantin memproduksi karet remah ( crumb rubber) dengan


Standard Indonesia Rubber ( SIR) yang dikirim ke negara Singapura untuk
melakukan transaksi jual beli.
2. PT. Sumber Djantin menggunakan bahan baku berupa cup lump dan sheet
yang berasal dari berbagai daerah di Kalbar seperti bengkayang, sintang,
kubu raya,landak, ketapang, dan sanggau.
3. PT. Aloe Vera Indonesia menghasilkan produk berupa santan kering dan
ampas kering yang di distribusikan di seluruh Indonesia dan di ekspor keluar
negeri dibawah naungan dari nestle dan meggi.
4. Bahan baku yang di gunakan oleh PT. Aloe Vera Indonesia berupa buah
kelapa yang berasal dari beberapa daerah di pontianak dan mempawah
dengan daerah Jeruju Besar sebagai pemaok utama buah kelapa bagi PT.
Aloe Vera Indonesia, dengan kriteria buah kelapa yaitu memiliki diamter
10,5 cm, berat 8 ons dan belum bertunas.
5. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK merupakan produsen mie instan
terbesar yang ada di Indonesia.

24
6. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK memproduksi mie instan dengan
berbagai merk seperti indomie, mie sakura, sarimi, dan pop mie dengan
berbagai varian rasa.
7. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK menggunakan bahan baku tepung
terigu, tepung tapioka, air alkali, pewarna makanan, dan minyak goreng
dalam proses pembuatan mie instan, bahan baku tersebut didatangkan dari
supplier yang sudah terpercaya dan sudah menjalin kerja sama selam
bertahun-tahun dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK

SARAN
Diharapkan untuk kegiatan kunjungan industri yang akan datang
supaya dapat melakukan kunjungan ke pabrik yang mengelolah komoditi selain
karet dan kelapa seperti pabrik yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa
sawit, karena kelapa sawit juga termasuk komoditi perkebunan terbesar yang ada di
kalbar dan jika perlu juga dilakukan kunjungan industri keluar daerah kalbar agar
mahasiswa tidak hanya mengetahui teknologi pengolahan komoditi yang ada di
kalbar saja, namun mahasiswa juga dapat mengetahui secara luas teknologi
pengolahan komoditi hasil perkebunan yang ada di indonesia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Jakarta: Tiga
Serangkai.

Astawan, M. 2008. Khasiat warna – warni makanan. Jakarta.PT. Gramedia


Pustakan Utama.

Darwiansyah. 2013. Pengolahan SIR 20 di PT. Sumber Alam dengan tugas khusus
pengujian kadar kotoran. Politeknik Negeri Pontianak. Pontianak.

Master, K. Spray drying . Advances in drying on powder properties. Elsevier


Sci.publisher.Amsterdam.

Mutho dan efendi E.2013.Pemanfaatan Limbah Padat Pabrik Crumb Rubber


(Tatal) Pada Pembuatan Bahan Bakar Cair.Palembang.Baristand.

Ritonga Markot. 2008. Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet


Remah.Universitas Sumatera Utara. Medan.

Setianingrum, A., W, dan Marsono, 1999. Pengkayaan vitamin A dan vitamin E


dalam Pembuatan Mie instant Menggunakan Minyak Sawit Merah.
Jakarta: Kumpulan Penelitian Terbaik Bogasari 1998-2001.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.


2007

Soediatama, 1993. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Tarwiyah, Kemal.2001.Sifat sifat fisiokimia daging buah kelapa.IPB-


Press.Bogor,1996.

Tim Penulis PS. 1999. KARET: Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan
Pengolahan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor :
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.

26
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
46

27

Anda mungkin juga menyukai