Anda di halaman 1dari 28

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM


DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sumber Daya Alam ( SDA )

Dosen Pengampu :

Wahyu Setyaningsih,ST,MT.

Disusun Oleh :

Machfud Albachtiar (3201413067)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


taufik,hidayah,dan inayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah berjudul PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM DI
INDONESIA dengan tepat waktu tanpa ada suatu halangan yag berarti.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sumber Daya Alam ( SDA ). Makalah ini berisi paparan yang menjelaskan
tentang jenis-jenis mineral dan proses terbentuknya mineral logam serta jenis-
jenis miineral yang ada di Indonesia.

Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Harapan
penyusun semoga makalah ini dapat diterima sebagai penunjang dalam
pembelejaran mata kuliah Sumber Daya Alam ( SDA ) dan dapat bermanfaat bagi
yang membaca. Amin.

Semarang, 23 Mei 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.... 2

Daftar isi..... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........... 4

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Mineral .... 5


1.2 Penggolongan Mineral Logam.......................... 9
1.3 Proses Terbentuknya Mineral Logam..... 11
1.4 Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia........................... 18
1.5 Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia........................ 19

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan 26

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu


sumberdaya alam, merupakan sumber yang sangat penting dalam menopang
perekonomian Indonesia. Bahkan beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas
bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian Pemerintah. Dalam skala global,
mineral khususnya penghasil energi utama; bahkan berperan strategis dalam
menentukan peta perpolitikan dunia. Sementara mineral dalam bentuk logam
mulia emas juga memiliki posisi penting dalam perekonomian dunia.

Dalam perkembangan peradaban umat manusia, mineral logam telah


membuat manusia selangkah lebih maju melewati peradaban zaman batu. Sejalan
dengan kemajuan teknologi, semakin banyak pula mineral yang dieksploitasi demi
memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Jadi secara singkatnya dapat
dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari peranan berbagai
macam sumberdaya mineral.

Namun sayangnya sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang tidak


dapat diperbaharui lagi, pada suatu saat sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi di
bumi jika terus menerus digunakan. Selain itu sumberdaya mineral juga
memiliki nilai berbeda diwaktu yang berbeda, serta rentan dipengaruhi oleh isu
isu global dunia. Disinilah pentingnya kebijaksanaan pemerintah dalam mengelola
sumberdaya mineral dengan cara memahami seutuhnya karakteristik dan potensi
sumberdaya mineral di Indonesia guna kemajuan dan kemakmuran bangsa.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mineral

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang


memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik
biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.


Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur
mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana
sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui
(senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Menurut The International
Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi baru tentang
definisi material Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan
normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi . Ilmu
yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi


tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral
esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan
dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau
pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua
golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan
untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral
yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam
jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang
perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam
jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh
makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam
juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi.

5
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian
untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum
didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada
umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum
tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.

Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang
terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan
rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat
yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen,
memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai
bentuk geometris tertentu.

Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang
termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi
kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup
semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian
tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang
terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara
alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan
tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai
dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.

Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-
sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik
secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara
teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-

6
mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun
sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :

1. Suhu Kohesi

Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan
mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut
cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal
ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang
tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang
mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2. Reaksi Terhadap Cahaya

Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai
padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini
tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-
reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik
mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran
warna.

3. Perawakan Kristal

Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok


mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari
sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya
mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan
ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut
sebagai struktur mineral.

7
4. Sifat Kelistrikan

Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan
juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada
dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)
dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).

5. Sifat Radioaktivitas

Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam
mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar , ,
dan . Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv
sepertiUranium(U),Radium(Ra),Thorium(Th),Plumbum(Pb),Vanadium(V)
dan Kalium(K).Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai
dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-mineral yang terbetas jumlahnya.
Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber
energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).

6. Gejala Emisi Cahaya

Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-
proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral
Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi
cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral
Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan
oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada
gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan
emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.

7. Bau dan Rasa

8
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:

Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).

Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter

Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik
mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :

Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).

Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.

Rasa Witter atau rasa pahit.

B. Penggolongan Mineral
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam)
dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial.
Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam
golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat
menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral.
Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses
metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),
klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn),
mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial
adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya
dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat
menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk
hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan
aluminium (Al).

9
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam
jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah
mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat
dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I,
dan Se.

Mineral makro g/kg Mineral mikro g/kg

Kalsium (Ca) 15 Besi (Fe)


2080

Fosforus (P) 10 Seng (Zn)


1050

Kalium (K) 2 Tembaga (Cu)


15

Natrium (Na) 1,60 Molibdenum (Mo)


14

Klorin (Cl) 1,10 Selenium (Se)


12

Sulfur (S) 1,50 Iodin (I)


0,300,60

Magnesium (Mg) 0,40 Mangan


(Mn) 0,200,60

Kobalt (Co) 0,020,10

10
C. Proses Pembentukan Mineral

Proses Pembentukan Mineral

Dalam proses pembentukan mineral ada beberapa poin yaitu:

1. Konsentrasi magma

2. Sublimasi

3. Kontak metamorfosa

4. Sendimentasi

5. Proses Bakteria

6. Sub Marine extlative dan vulkanik

7. Evaporit (air laut menguap di dalam air laut terkandung mineral unsure logam
terjadilah mineral

8. Residual dan mekanik konsentrasi

9. Oksida dan Supergen

10. Metamorfosa (Cont-Dinamo-Regional)

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,


maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari
mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-
mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana
keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya
yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,
penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan
suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

11
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun
non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat


dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang
bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis
ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Early magmatis, yang terbagi atas:

Disseminated, contohnya Intan

Segregasi, contohnya Crhomite

Injeksi, Contohnya Kiruna

Kromium

Kromium

12
Kromium

2. Late magmatis, yang terbagi atas:

Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg

Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack

Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa

Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

2. Proses Pegmatisme

13
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)
yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600C
sampai 450C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450C, akumulasi gas mulai


membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan
yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut
mineralpneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.
Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :

1. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :

Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan
kedalaman yang besar.

Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan


Spalerite serta oksida besi.

Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

14
Timbal

2. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan


hipotermal.

Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan


permukaan bumi.

Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa crustification dan banding.

Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.

Proses pengayaan sering terjadi.

3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).

Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.

Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).

Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.

Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral gangue-nya


berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

15
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution
cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer
fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang


didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan
sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol
oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur
endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang
sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara
serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-
mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral
membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang
digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :
Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

6. Proses Sedimenter

Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

16
7. Proses Evaporasi

Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

8. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Terdiri atas :

Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.

Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial


dan eolian.

9. Supergen enrichment

17
10. Metamorfisme

Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

D. Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia

Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di sepanjang


bentang kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah memberikan
gambaran tentang cara terjadinya mineral dan berbagai faktor yang
mengendalikannya. Dengan mengetahui faktor faktor geologi, penyebaran
mineral itu dapat diperkirakan. Karena itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi
geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak jauh)
maupun dari hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah memiliki
peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasar peta geologi
tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan
pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai proses
geologis.

Berdasar teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global dan teori
tektonik lempeng, maka jalur jalur magmatik yang membawa cebakan mineral
di kepulauan Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya. Pemetaan
geologi yang selesai pada tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut dalam
menelusuri penyebaran batuan, menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat 15
jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar karakteristik sumberdaya mineral di
Indonesia.

Pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik.


Lingkungan pembentukan mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan
vulkanik. Hal ini dapat dipahami karena proses magmatik berlangsung simultan
dengan kegiatan gunung api. Sebagai akibat erosi yang intensif, batuan magmatik
tersebut dapat muncul ke permukaan dan hanya menyisakan sedikit batuan

18
vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada zona mineralisasi, maka
mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.

E. Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia

Potensi dan Sumberdaya Logam di Indonesia

Mineral adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah


serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat
dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan,
transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan.

Sebagian besar mineral merupakan gabungan beberapa unsur kimia, sebagai


contoh mineral Pyrite, yang disusun oleh 2 unsur yaitu unsur besi (Fe) dan sulfur
(S). Hanya sedikit sekali mineral yang disusun oleh hanya satu unsur. Contoh
mineral yang disusun oleh hanya satu unsur adalah emas (Au), perak (Ag) dan
tembaga (Cu). Batuan adalah kumpulan beberapa mineral. Contoh, batuan Granit
yang terdiri dari mineral kuarsa, feldsfar, mika dan amphibole dengan rasio kimia
yang bervariasi. Dari ribuan jenis mineral yang ada, hanya sekitar 100 jenis
mineral yang merupakan komponen utama penyusun batuan.

Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya : terdapat dalam


jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari segi mutu (kualitas)
maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi mineral (logam)
merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi dan saat ini semakin
banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu relatif memerlukan biaya
yang lebih tinggi.

Pembentukan Mineral

Mineral termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui serta terbentuk
melalui proses geologi yang panjang. Ketika mineral habis, maka tidak ada

19
penggantinya. Karena itu pemanfaatan mineral harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya.
Magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal
dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat
temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai
unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang
meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman
tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan
temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir naik kepermukaan bumi
melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya
cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain di atasnya. Dalam
perjalanannya ke permukaan bumi inilah magma berinteraksi dengan batuan lain
yang telah ada, sehingga membentuk berbagai mineral yang berharga bagi
manusia.
Mineral dapat terbentuk melalui beberapa proses, seperti: magmatik, sedimentasi,
metamorfik, dan hidrotermal. Proses magmatik adalah ketika mineral terbentuk
karena pembekuan magma. Proses sedimentasi (pengendapan) adalah
pembentukan mineral sebagai akibat pelapukan atau erosi yang terjadi pada
batuan induknya. Proses metamorphic adalah pembentukan mineral pada batuan
induk yang mengalami perubahan suhu maupun tekanan. Adapun proses
hydrothermal adalah pembentukan mineral melalui proses kimia yang terjadi dari
interaksi antara batuan dengan aliran air panas di dalam bumi.

Pengelompokan Mineral Logam

Mineral logam dapat dikelompokan dalam 4 (empat) kelompok utama yaitu :

Kelompok Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimia
lebih aktif, misalnya : Tembaga (Cu), Timbal/Timah Hitam (Pb), Timah
(Sn) dan Seng (Zn) dan lain-lain.

20
Kelompok Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga
dan banyak dibutuhkan, terdiri dari : emas (Au), Perak (Ag) dan Platina
(Pt).

Dalam kedua kelompok ini satu sama lain selalu berkaitan, bisa dalam bentuk urat
maupun dalam bentuk sebaran dalam batuan, khusus untuk emas selain terkemas
dalam bentuk urat, biasanya dalam urat kuarsa, juga bisa terdapat sebagai emas
alluvial yang tersebar di bekas undak-undak sungai tua atau tersebar di endapan
pasir sungai yang masih aktif. Logam Dasar dan Logam Mulia yang terbentuk
dalam urat biasanya di Indonesia khususnya terjadi dalam lingkungan batuan
gunungapi dan populer disebut Emas Epitermal. Sudah barang tentu disebut
demikian setelah memenuhi kriteria-kriteria pembentukkannya.
Kelompok Logam Jarang adalah logam yang secara relatif, ditemukan dalam
jumlah sedikit dan tersebar di bumi. Unsur-unsur logam ini, jarang ditemukan
terkonsentrasi dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah :Lithium (Li),
Yurium (Y), Zirconium (Zr), Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements; unsur
yang mempunyai Nomor Atom 57 s.d. 71), Indium (In), Cadmium (Cd) dan lain-
lain. Kegunaan unsur-unsur logam jarang umumnya untuk teknologi tinggi
seperti : barang elektronik,katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan
panas dan lain-lain.

Kelompok Mineral Logam Besi dan Campuran Besi, logam yang lazim
digunakan dalam industri besi dan campurannya, seperti : Besi (Fe), Kobal (Co),
Kromit (Cr), Mangan (Mn) dan lain-lain

21
Logam di Jawa

Keberadaan mineral logam di pulau Jawa secara geologi terkait dengan


jalur busur magmatik Sunda-Banda. Menurut Van Bemmelen (1949), pada Jalur
Busur Magmatik Sunda-Banda dikenal terdapat suatu endapan yang sangat luas,
favourable sebagai tempat kedudukan mineralisasi logam dikenal dengan nama
endapan Old Andesite atau endapan andesit tua dengan kisaran umur antara
Oligosen Miosen (Neogen). Endapan ini memiliki penyebaran yang sangat luas
diperkirakan mulai dari Padang hingga Flores. Di Jawa mulai dari Cibaliung,
Cikotok, Pongkor, Ciemas, Cikondang, Ciseuti, Ciarinem, Cineam-Salopa, G.
Sawal, Bukit Menoreh, Selogiri, Purwantoro, Pacitan, Trenggalek, hingga Turen
(Jember) dikenal sebagai jalur andesit tua

22
Timah di Bangka Belitung

Logam di Kalimantan

Keterdapatan mineral logam di Pulau Kalimantan, secara geologi


berkaitan dengan keberadaan 2 sistem busur yaitu : Busur Magmatik Kalimantan
Tengah dan Busur Magmatik Sumatra-Meratus (Tim Kajian Sumber Daya
Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi, 2006).

Potensi mineral yang terdapat di Pulau Kalimantan meliputi : Timbal


(Timah Hitam) dan tembaga yang ditemukan di Kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat. Emas ditemukan di daerah Kelian, di daerah Sepauk-
Kabupaten Sintang, daerah Sekadau-Kabupaten Sanggau dan di Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat. , Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Kutai
Provinsi Kalimantan Timur dan di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan

23
Mineral yang dipakai sehari hari dalam kehidupan umat manusia tidak
semuanya terdapat di Indonesia. Diperkirakan hanya 30% atau 30 Macam mineral
utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas, perak, tembaga, nikel,
timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas
bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral industri (asbes,
bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia, termasuk intan,
dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di Indonesia,
demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci
mengenainya.

Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di


Indonesia. Produksi dan cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya,
memproduksi sekitar 15% produksi dunia, sementara cadangannya lebih kurang
8% cadangan dunia. Cadangan nikel mencapai 15% cadangan dunia, tetapi
produksinya baru mencapai 10% produksi dunia. Berikut ini disampaikan
beberapa angka mengenai mineral andalan Indonesia, disertai pula beserta
cadangan potensinya. Klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi Mckelvey
(1973). Angka angka tersebut disampaikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 2.1. Perbandingan Taksiran Cadangan Mineral Indonesia dan Dunia

24
Taksiran cadangan
Nama Mineral Perbandingan
Indonesia Dunia
1. Timah 865 ton 11.100.000 ton 8%
2. Nikel 15 juta ton 100 juta ton 14%
3. Tembaga 6 juta ton 126 juta ton 5%
4. Batubara 32 milyar ton 663 milyar ton 2%
5. Alumunium 934 juta ton 139.000 juta ton 0,7%
6. Minyak bumi 9,1 milyar barrel 916,6 milyar barrel 1%
7. Gas bumi 0,138 juta BSCF 6,9 juta BSCF 2%

Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru 25% yang
dieksploitasi. Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai lebih
kurang 70 72 milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat
digolongkan sebagai cadangan baru kurang lebih 9 10 milyar barrel.
Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia akan bertambah terus bila
eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada di dalam batuan
yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi baru
diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya. Demikian
pula potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.

25
BAB III KESIMPULAN

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.


Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur
mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana
sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui
(senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Berdasarkan kegunaannya dalam
aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral
logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses
fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting
yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut
penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk
enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium
(K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga
(Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam
nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui
kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari
normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya
bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium
(Cd), dan aluminium (Al).

Karakteristik sumberdaya mineral di Indonesia telah banyak tersingkap


melalui aplikasi teori tektonik global dan teori tektonik lempeng. Melalui
penerapan teori tersebut dapat ditelusuri jalur jalur magmatik yang membawa
cebakan mineral bahkan ke tempat yang belum disentuh sama sekali, umpamanya
di dasar laut. Sebagai contoh, pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya
dengan proses magmatik, sehingga mineral logam umumnya dijumpai di dalam
batuan vulkanik. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, pengelolaan dan
eksplorasi mineral dapat direncanakan dengan pertimbangan yang lebih baik.

Masih banyak potensi kekayaan sumberdaya mineral indonesia yang


belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan sumberdaya dan cadangan
mineral yang ada masih dapat bertambah jika eksplorasi terus dilakukan. Potensi

26
tersebut antara lain terdapat pada batuan yang lebih tua atau Pra Tersier. Sejauh
ini minyak dan gas bumi baru diproduksi dari batuan berumur Tersier, karena
lebih dangkal letaknya. Demikian pula halnya dengan potensi sumberdaya mineral
lainnya yang ada di bentang kepulauan Indonesia.

27
Daftar Pustaka

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia Press

http://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/sumberdaya-mineral-di-
indonesia-karakteristik-dan-potensinya/

http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html

http://bahangaliantambang.blogspot.com/2011/12/proses-pembentukan-
mineral.html

http://3.bp.blogspot.com/-
O9udkNEdWLI/UWa1RwxnH_I/AAAAAAAAAEY/BNCvZ97w_y4/s1600/peta
_barang_tambang_ri.jpg

http://limpopo-mining.com/wp-content/uploads/Contoh-Mineral-Bijih-Besi.jpg

28

Anda mungkin juga menyukai