Dosen Pengampu :
Wahyu Setyaningsih,ST,MT.
Disusun Oleh :
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sumber Daya Alam ( SDA ). Makalah ini berisi paparan yang menjelaskan
tentang jenis-jenis mineral dan proses terbentuknya mineral logam serta jenis-
jenis miineral yang ada di Indonesia.
Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Harapan
penyusun semoga makalah ini dapat diterima sebagai penunjang dalam
pembelejaran mata kuliah Sumber Daya Alam ( SDA ) dan dapat bermanfaat bagi
yang membaca. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.... 2
Daftar isi..... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mineral
5
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian
untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum
didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada
umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum
tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang
terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan
rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat
yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen,
memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai
bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang
termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi
kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup
semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian
tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang
terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara
alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan
tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai
dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-
sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik
secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara
teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-
6
mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun
sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan
mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut
cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal
ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang
tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang
mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai
padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini
tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-
reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik
mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran
warna.
3. Perawakan Kristal
7
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan
juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada
dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)
dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam
mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar , ,
dan . Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv
sepertiUranium(U),Radium(Ra),Thorium(Th),Plumbum(Pb),Vanadium(V)
dan Kalium(K).Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai
dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-mineral yang terbetas jumlahnya.
Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber
energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-
proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral
Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi
cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral
Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan
oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada
gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan
emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
8
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik
mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
B. Penggolongan Mineral
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam)
dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial.
Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam
golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat
menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral.
Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses
metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),
klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn),
mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial
adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya
dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat
menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk
hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan
aluminium (Al).
9
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam
jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah
mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat
dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I,
dan Se.
10
C. Proses Pembentukan Mineral
1. Konsentrasi magma
2. Sublimasi
3. Kontak metamorfosa
4. Sendimentasi
5. Proses Bakteria
7. Evaporit (air laut menguap di dalam air laut terkandung mineral unsure logam
terjadilah mineral
11
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun
non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis
ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kromium
Kromium
12
Kromium
2. Proses Pegmatisme
13
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)
yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600C
sampai 450C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.
Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan
kedalaman yang besar.
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
14
Timbal
Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa crustification dan banding.
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
15
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution
cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer
fillings.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
16
7. Proses Evaporasi
Terdiri atas :
Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
9. Supergen enrichment
17
10. Metamorfisme
Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak jauh)
maupun dari hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah memiliki
peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasar peta geologi
tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan
pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai proses
geologis.
Berdasar teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global dan teori
tektonik lempeng, maka jalur jalur magmatik yang membawa cebakan mineral
di kepulauan Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya. Pemetaan
geologi yang selesai pada tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut dalam
menelusuri penyebaran batuan, menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat 15
jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar karakteristik sumberdaya mineral di
Indonesia.
18
vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada zona mineralisasi, maka
mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.
Pembentukan Mineral
Mineral termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui serta terbentuk
melalui proses geologi yang panjang. Ketika mineral habis, maka tidak ada
19
penggantinya. Karena itu pemanfaatan mineral harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya.
Magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal
dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat
temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai
unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang
meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman
tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan
temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir naik kepermukaan bumi
melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya
cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain di atasnya. Dalam
perjalanannya ke permukaan bumi inilah magma berinteraksi dengan batuan lain
yang telah ada, sehingga membentuk berbagai mineral yang berharga bagi
manusia.
Mineral dapat terbentuk melalui beberapa proses, seperti: magmatik, sedimentasi,
metamorfik, dan hidrotermal. Proses magmatik adalah ketika mineral terbentuk
karena pembekuan magma. Proses sedimentasi (pengendapan) adalah
pembentukan mineral sebagai akibat pelapukan atau erosi yang terjadi pada
batuan induknya. Proses metamorphic adalah pembentukan mineral pada batuan
induk yang mengalami perubahan suhu maupun tekanan. Adapun proses
hydrothermal adalah pembentukan mineral melalui proses kimia yang terjadi dari
interaksi antara batuan dengan aliran air panas di dalam bumi.
Kelompok Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimia
lebih aktif, misalnya : Tembaga (Cu), Timbal/Timah Hitam (Pb), Timah
(Sn) dan Seng (Zn) dan lain-lain.
20
Kelompok Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga
dan banyak dibutuhkan, terdiri dari : emas (Au), Perak (Ag) dan Platina
(Pt).
Dalam kedua kelompok ini satu sama lain selalu berkaitan, bisa dalam bentuk urat
maupun dalam bentuk sebaran dalam batuan, khusus untuk emas selain terkemas
dalam bentuk urat, biasanya dalam urat kuarsa, juga bisa terdapat sebagai emas
alluvial yang tersebar di bekas undak-undak sungai tua atau tersebar di endapan
pasir sungai yang masih aktif. Logam Dasar dan Logam Mulia yang terbentuk
dalam urat biasanya di Indonesia khususnya terjadi dalam lingkungan batuan
gunungapi dan populer disebut Emas Epitermal. Sudah barang tentu disebut
demikian setelah memenuhi kriteria-kriteria pembentukkannya.
Kelompok Logam Jarang adalah logam yang secara relatif, ditemukan dalam
jumlah sedikit dan tersebar di bumi. Unsur-unsur logam ini, jarang ditemukan
terkonsentrasi dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah :Lithium (Li),
Yurium (Y), Zirconium (Zr), Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements; unsur
yang mempunyai Nomor Atom 57 s.d. 71), Indium (In), Cadmium (Cd) dan lain-
lain. Kegunaan unsur-unsur logam jarang umumnya untuk teknologi tinggi
seperti : barang elektronik,katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan
panas dan lain-lain.
Kelompok Mineral Logam Besi dan Campuran Besi, logam yang lazim
digunakan dalam industri besi dan campurannya, seperti : Besi (Fe), Kobal (Co),
Kromit (Cr), Mangan (Mn) dan lain-lain
21
Logam di Jawa
22
Timah di Bangka Belitung
Logam di Kalimantan
23
Mineral yang dipakai sehari hari dalam kehidupan umat manusia tidak
semuanya terdapat di Indonesia. Diperkirakan hanya 30% atau 30 Macam mineral
utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas, perak, tembaga, nikel,
timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas
bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral industri (asbes,
bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia, termasuk intan,
dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di Indonesia,
demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci
mengenainya.
24
Taksiran cadangan
Nama Mineral Perbandingan
Indonesia Dunia
1. Timah 865 ton 11.100.000 ton 8%
2. Nikel 15 juta ton 100 juta ton 14%
3. Tembaga 6 juta ton 126 juta ton 5%
4. Batubara 32 milyar ton 663 milyar ton 2%
5. Alumunium 934 juta ton 139.000 juta ton 0,7%
6. Minyak bumi 9,1 milyar barrel 916,6 milyar barrel 1%
7. Gas bumi 0,138 juta BSCF 6,9 juta BSCF 2%
Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru 25% yang
dieksploitasi. Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai lebih
kurang 70 72 milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat
digolongkan sebagai cadangan baru kurang lebih 9 10 milyar barrel.
Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia akan bertambah terus bila
eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada di dalam batuan
yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi baru
diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya. Demikian
pula potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.
25
BAB III KESIMPULAN
26
tersebut antara lain terdapat pada batuan yang lebih tua atau Pra Tersier. Sejauh
ini minyak dan gas bumi baru diproduksi dari batuan berumur Tersier, karena
lebih dangkal letaknya. Demikian pula halnya dengan potensi sumberdaya mineral
lainnya yang ada di bentang kepulauan Indonesia.
27
Daftar Pustaka
http://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/sumberdaya-mineral-di-
indonesia-karakteristik-dan-potensinya/
http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html
http://bahangaliantambang.blogspot.com/2011/12/proses-pembentukan-
mineral.html
http://3.bp.blogspot.com/-
O9udkNEdWLI/UWa1RwxnH_I/AAAAAAAAAEY/BNCvZ97w_y4/s1600/peta
_barang_tambang_ri.jpg
http://limpopo-mining.com/wp-content/uploads/Contoh-Mineral-Bijih-Besi.jpg
28