Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS BLENDING BAUKSIT MENGGUNAKAN METODE

SIMPLEK DI PT. BUMI KHATULISTIWA BAUKSIT


KECAMATAN MELIAU KABUPATEN SANGGAU,
KALIMANTAN BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

Program Studi Teknik Pertambangan


Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :
VICO MALO MANGUNSONG
NIM D1101201001

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kekayaan alam yang terdapat di Kalimantan Barat adalah
bahan mineral aluminium yang terkandung di dalam bahan bauksit, yang layak
tambang pada kisar 45–65% alumina. Hasil kajian menggambarkan bahwa dalam
jangka pendek, keberadaan industri hilirisasi mineral bauksit berdampak pada
kenaikan nilai PDB nominal, pendapatan rumah tangga, keuntungan perusahaan
dan penerimaan perpajakan tetapi dengan besaran yang belum signifikan (Liun
dkk, 2014). Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah
sektor usaha yang membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar
itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya dan pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena itu,
diperlukan pemanfaatan yang maksimal pada setiap kadar yang akan ditambang
sehingga dapat bernilai ekonomis (Ramadan dkk, 2022).

Pada dasarnya, perusahaan memiliki berbagai macam metode dalam


meningkatkan hasil produksi salah satunya adalah proses blending. Proses
blending merupakan proses terkendali pencampuran dua atau lebih produk secara
bersamaan, dengan kualitas spesifik yang berbeda untuk menghasilkan produk
yang sesuai dengan permintaan pasar. Proporsi dari masing-masing produk diatur
agar menghasilkan produk akhir tunggal yang terpisah dengan kualitas spesifik
yang diinginkan (Solang dkk, 2021). Tentu saja proses ini digunakan untuk
memaksimalkan hasil penambangan bahan galian bauksit yang memiliki kadar
bervariatif dapat digabungkan atau dimixing. Secara garis besar, kadar rendah
tetap bisa dimanfaatkan dengan mencampurkan kadar tersebut dengang kadar
yang tinggi untuk mencapai produk yang diinginkan oleh permintaan pasar.

Kualitas bahan galian bauksit pada PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit yang
berada di lokasi Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan
Barat, terbagi menjadi dua dimana, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi geologi
suatu lokasi penambangan yang diantaranya adalah kualitas tinggi (high quality)
dan kualitas rendah (low quality). Untuk memasarkan produk tersebut, PT. Bumi
Khatulistiwa Bauksit harus memenuhi kriteria permintaan yang telah ditetapkan,
yaitu Moisture Content (MC) ≤ 15%, (Fe2O3) ≤ 14-17%, (SiO2) ≤ 10-12%, (R-
SiO2) ≤ 3-5% serta (Al2O3) ≥ 46-47%.

Pada proses blending di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit tersebut


menetapkan kadar untuk pasar yaitu (Al2O3) ≥ 46%, dimana dapat dilakukan
dengan 3 tumpukan ROM dengan kadar yang variatif. Hal tersebut menjadi
sebuah perbedaan yang perlu dianalisis dari hasil kadar blending yang telah
ditetapkan dari segi kualitas kadar dan kuantitas tonase. Proses pencampuran
tersebut dilakukan pada saat proses barging yang disesuaikan dengan permintaan
pasar. Perhitungan simulasi blending yang digunakan perusahaan menggunakan
metode trial and error, dimana perhitungan tersebut masih belum diperoleh hasil
dengan nilai yang diinginkan dimana, dari segi kadar hasil blending tergolong
melebihi spek yang diinginkan oleh buyer sehingga bauksit yang memiliki kadar
tinggi lebih banyak digunakan dalam proses blending. Dari segi tonase,
perusahaan menggunakan kuantitas 3 ROM dimana dalam proses blending tidak
dapat memaksimalkan ROM dengan kadar rendah, sehingga terjadi penumpukan
di daerah stockpile yang didominasi ROM dengan kadar rendah. Metode yang
digunakan oleh perusahaan juga merupakan metode yang tergolong tidak detail
dalam mengetahui kesalahan perhitungan blending tersebut.

Maka, dalam penelitian ini perhitungan akan dilakukan dengan


menggunakan metode simplek untuk memperoleh nilai yang diinginkan dan
memenuhi kadar sesuai ketetapan yang akan di jual di PT. Bumi Khatulistiwa
Bauksit. Perhitungan tersebut menggunakan software QM for Windows sebagai
acuan hasil perhitungan simulasi blending. Perhitungan ini juga akan
membandingkan hasil blending perusahaan menggunakan metode trial and error
dengan 3 ROM dan simulasi blending menggunakan menggunakan metode
simplek dengan 3 ROM dan 5 ROM untuk dianalisis yang diharapkan dapat
menjadi pandangan perusahaan dalam mengefektifitaskan dari segi kadar dan
tonase di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit. Dengan permasalahan tersebut maka,
penelitian ini akan melakukan pengamatan lebih lanjut terkait analisis blending
bauksit menggunakan metode simplek di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perbandingan yang dihasilkan dari hasil perhitungan trial and
error dengan simulasi perhitungan metode simplek pada proses blending
di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit?
2. Bagaimana perbandingan efektivitas yang dihasilkan dalam simulasi
perhitungan blending bauksit menggunakan simulasi 3 ROM dan 5 ROM
pada PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan yang dihasilkan dari hasil perhitungan
trial and error dengan simulasi perhitungan metode simplek di PT. Bumi
Khatulistiwa Bauksit.
2. Untuk mengetahui perbandingan efektivitas yang dihasilkan dalam
simulasi perhitungan blending bauksit menggunakan 3 ROM dan 5 ROM
pada PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan Software QM for Windows V5 dan Microsoft excell sebagai
alat bantu perhitungan pada simulasi perhitungan metode simplek.
2. Tidak memperhitungkan aspek ekonomi dalam permintaan pasar.
3. Penelitian tidak mengkaji faktor alam yang mempengaruhi penurunan
kadar pada saat proses blending.
4. Penelitian menganalisis simulasi blending pada satu tongkang dengan 3
ROM dan 5 ROM pada proses blending.
5. Penelitian berfokus pada hasil blending dan kuantitas yang telah
ditetapkan oleh perusahaan untuk pengelolaan stockpile.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan, dimana keberedaan bauksit yang ada di wilayah
Indonesia salah satunya berada di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau,
Provisi Kalimantan Barat yang dikelola oleh perusahaan tersebut dengan nomor
IUP : 503/28/IUP-OP/DPMPTSP-C.II/2019.
Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 2019 dengan memiliki total luas
area yang ditambang dan direncanakan untuk kegiatan pertambangan sekaligus
fasilitas dan sarana penunjangnya sebesar 3.349,00 Ha yang terdiri dari area
tambang, washing plant, kolam pengendapan, jalan tambang, stockpile hasil
pencucian, jetty, nursery, dan lain-lain.
Keterdapatan bauksit yang sangat kaya didaerah tersebut menjadi tujuan
perusahaan untuk melakukan proses pengelolaan sumber daya bauksit tersebut
dalam proses eksplorasi hingga proses penjualan yang dilakukan. Perusahaan
tersebut juga memiliki peran besar yang dirasa bagi masyarakat sekitar dalam
memberikan kesempatan lapangan pekerjaan serta membantu dalam
pengembangan ekonomi didaerah tersebut. Peta IUP PT. Bumi Khatulistiwa
Bauksit sebagai lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Peta IUP PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit
2.1.2 Batas Wilayah Administrasi dan Lokasi Kesampaian Daerah
Penelitian
Lokasi PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit, yang menjadi tempat fokus
penelitian, terletak di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat. Kabupaten Sanggau sendiri terletak diantara 01º10'00"LU
00º35'00"LS dan 109º45'00"BB 111º11'00"BT, memberikan kerangka geografis
yang mencirikan area penelitian ini.
Dalam administrasi dengan nomor IUP : 503/28/IUP-OP/DPMPTSP-
C.II/2019 terletak di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimanantan Barat.
Akses ke daerah penambangan dapat ditempuh dari Kota Pontianak (Ibu
Kota Provinsi Kalimantan Barat) menggunakan kendaraan roda dua atau empat
dalam waktu tempuh ± 4 jam. Sarana perhubungan lokal berupa jalan aspal
dengan lebar rata-rata 6 meter, yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua
maupun roda empat. Informasi lebih lanjut tentang Peta Kesampaian Daerah dan
Peta Batas Wilayah Administrasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan 2.3.
Gambar 2.2 Peta Batas Wilayah Administrasi
Gambar 2.3 Peta Lokasi Kesampaian
2.1.3 Kondisi Geologi Daerah Penelitian
PT. Bumi Khatulistiwas Bauksit berada di Kecamatan Meliau sehingga
lokasinya termasuk dalam geologi regional lembar
Pontianak/Nangataman skala 1:250.000 dan dapat dilihat pada Gambar
2.4 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung pada tahun 1993. Berikut beberape formasi batuan yang ada di
lembar Nangataman dan Nangnapinoh :
 Endapan Aluvial (Qa)
Merupakan endapan paling muda berumur Kuarter yang merupakan
endapan permukaan. Terdiri atas lumpur, pasir, kerikil dan bahan
tumbuhan. Satuan ini melampar tak selaras di atas batuan yang lebih
tua, lingkungan pengendapannya pada sungai, rawa dan dataran
banjir.
 Batuan gunungapi Niut (Tpn)
Terdiri atas basal dan andesit piroksin. Satuan ini menerobos batuan
gunungapi Raya dan diperkirakan berumur Pliosen.
 Batuan terobosan Sintang (Toms)
Terdiri atas granodiorit, diorit, andesit porfiri dan dasit porfiri. Satuan
ini berumur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Batuan terobosan ini
berupa stock, dyke, plug dan sill.
 Batupasir landak (Tola)
Terdiri atas batupasir sedang sampai kasar dan konglomerat yang
berselingan dengan batulumpur setempat karbonan. Satuan ini
berumur Oligosen Akhir.
 Batupasir Sekayam (Tos)
Tersusun oleh batupasir arenit litik, berbutir sedang – kasar,
kuarsaan dan fragmen batuan, bersisipan batulumpur dan sedikit
sisipan batubara. Formasi ini menindih selaras Formasi Tebidah dan
tak selaras di atas Formasi Payak, umurnya adalah Oligosen dan
diendapkan di lingkungan sungai.
 Formasi Tebidah (Tot)
Tersusun oleh batupasir, batupasir lanauan, batulanau pasiran,
batulumpur bersisipan lapisan tipis batubara. Formasi ini menindih
selaras Formasi Payak dan terletak tak selaras di atas Formasi Ingar,
Batupasir Dangkan dan Serpih Silat. Formasi ini ditindih selaras oleh
Batupasir Sekayam dengan hubungan perubahan gradasional.
Formasi Tebidah berumur Oligosen dan diendapkan di lingkungan
laut dangkal, laguna dan danau.
 Formasi Payak (Teop)
Tersusun oleh batupasir tufaan, felsparan, litarenit, batulanau dan
batulumpur. Terletak tak selaras dan tersesarkan di atas Formasi
Ingar, Batupasir Dangkan dan Serpih Silat, tak selaras di atas
Kelompok Selangkai. Formasi ini berumur Eosen Akhir dan
diendapkan di lingkungan darat, danau, laguna dan laut dangkal.
 Formasi Ketungau (Teke)
Terdiri atas batupasir, batulanau, batulumpur. Jarang mengandung
fosil, terdapat lapisan tipis batubara pada bagian atas. Formasi ini
berumur Eosen dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal
sampai darat.
 Batupasir Tutoop (Tetu)
Tersusun oleh arenit kuarsa, pejal, berlapis tebal, tidak mengandung
fosil, struktur berupa lapisan silang silur. Satuan ini berumur Eosen.
 Formasi Kantu (Teka)
Tersusun oleh perselingan litarenit berfeldspar bermika, berbutir
halus-sedang, batulanau berkarbon dan batulumpur berwarna merah.
Formasi ini berumur Eosen.
 Formasi Ingar, Batupasir Dangkan dan Serpih Silat
Merupakan urutan batuan tak terpisahkan (Teu), tersusun oleh
batulumpur gampingan, batulanau dan batupasir halus, sebagian
karbonan. Batuan ini memiliki kontak sesar dengan Kelompok
Selangkai dan Formasi Payak, tak selaras di bawah Formasi Tebidah.
Batuan ini diperkirakan berumur Eosen Akhir dan diendapkan di
lingkungan danau, sungai, laut dangkal – laut dalam.
 Batupasir Kayan (TKk)
Tersusun atas batupasir kuarsa-feldspar, batupasir kuarsa-lithic,
serpih, batulanau, konglomerat, batubara dan setempat silisifikasi
kayu. Satuan ini berumur Kapur Akhir-Eosen.
 Granodiorit Mensibau (Klm)
Terdiri atas granodiorite hornblende – biotit, adamelit, tonalit, diorite
dan granit. Satuan ini memiliki sifat magnetic sedang – kuat,
umumnya telah terubah, merupakan batolit dan stok yang
berhubungan dengan penunjaman. Satuan ini secara luas membentuk
batolit Singkawang (Suwarna dkk, 1993). Umur satuan ini Kapur
Awal dan menerobos batuan gunungapi Raya.
 Granit laur (Kll)
Terdiri dari monzogranit biotit – hornblende, sedikit sienogranit
biotit dan granodiorite hornblende – biotit. Satuan ini diperkirakan
berumur 104 – 123 juta tahun.
 Batuan gunungapi Raya (Klr)
Terdiri atas lava andesit, dasit dan basal dengan gabungan
piroklastik, umumnya telah teralterasi. Terdapat perselingan
konglomerat, batupasir dan batulumpur. Satuan ini berumur Kapur
Awal.
 Kelompok Selangkai (Kse)
Tersusun oleh batulumpur gampingan, batupasir, batugamping,
batulumpur kerakalan dan bancuh. Kelompok Selangkai memiliki
kontak sesar dengan Kelompok Balaisebut, Batupasir Sekayam,
Formasi Tebidah, Formasi Ingar, Batupasir Dangkan dan Serpih
Silat. Kelompok Selangkai berumur Kapur Tengah – Kapur Akhir
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal – laut dalam.
 Formasi Pedawan (Kp)
Terdiri atas serpih, serpih slaty, batulumpur karbonan, batulanau dan
batupasir. Setempat gampingan dan mengandung fosil. Formasi ini
berumur Kapur.
 Formasi Brandung (Jmb)
Tersusun atas batulumpur gampingan berselingan dengan
batulumpur, serpih slaty dan sedikit batupasir berbutir halus.
Mengandung fosil yang menunjukkan umur Jura Akhir.
 Kelompok Bengkayang (RJb)
Terdiri atas batupasir, batulumpur, batulanau, konglomerat, serpih,
batupasir tufaan dan tufa. Biasanya bersifat karbonan, setempat
berfosil. Kelompok ini berumur Trias Akhir sampai Jura Awal.
 Formasi Sadong (Rus)
Terdiri atas batupasir arkosa, serpih, sedikit konglomerat dan tufa.
Satuan ini berumur Trias Akhir.
 Batuan gunungapi Serian (Ruse)
Terdiri atas agglomerat, tufa dan lava yang bersusunan dasit, andesit,
trakit dan basal. Satuan ini diperkirakan berumur Trias Akhir.
 Batuan gunungapi Jambu (Ruj)
Tersusun atas breksi gunungapi silikaan dengan fragmen basal
sampai andesit, massa dasar berupa tufa terkloritkan dan tufa yang
teralterasi, banyak dijumpai sebaran zeolit. Satuan ini berumur Trias
Akhir.
 Kompleks Embuoi (PRe)
Tersusun oleh granit, granodiorit, sekis, volkanik mafik dan
amfibolit. Kompleks Embuoi memiliki kontak sesar dengan
Kelompok Balaisebut, Formasi Payak dan Batupasir Sekayam.
Kompleks Embuoi diperkirakan berumur Perm Akhir – Trias Awal.
 Kelompok Balaisebut (CRb)
Terdiri atas batusabak, batulumpur, batulanau, dan batupasir,
setempat serpih, kuarsit, filit, sekis, marmer dan rijang. Kelompok
Balaisebut diterobos oleh Kompleks Embuoi dan memiliki kontak
sesar dengan Kelompok Selangkai dan Formasi Payak. Kelompok
Balaisebut berumur Permokarbon dan menunjukkan ciri lingkungan
pengendapan laut dalam - laut dangkal dan darat.
 Batuan malihan Pinoh (PzRp)
tersusun atas batusabak, filit, kuarsit, sekis, amphibolit, gneiss dan
migmatite. Secara umum foliasinya berarah baratdaya – timurlaut
(NE-SW). Secara umum batuan malihan berasal dari batulumpur.
Proes hidrotermal pneumatolit mempengarui satuan ini, di beberapa
tempat menghasilkan endapan logam dasar. Satuan ini diperkirakan
berumur Karbon - Perm.
Gambar 2.4 Peta Geologi Lembar Pontianak/Nangamatan
2.1.4 Kondisi Geologi Daerah Penelitian
Formasi batuan geologi dan endapan di daerah penelitian dapat dilihat
melalui peta Pontianak/Nangataman skala 1:250.000 dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Berikut beberapa formasi batuan yang ada di wilayah PT.
Bumi Khatulistiwa Bauksit :
a. Endapan Aluvium, pantai, danau, rawa, dan undak (Qa)
Lumpur, pasir, kerikil dan sisa tumbuhan
b. Tonalit Sepauk (Kls)
Terdapat Granodiorit dan tonalit biotit-hornbleenda, diorite kuarsa,
sedikit diorite dan monzogranite
c. Batuan Malihan Pinoh (PzRp)
Terdapat Batusabak, batutanduk, filit, kuarsit, sekis, amfibolit, genes dan
migmatite.
Gambar 2.5 Peta Geologi Lembar Pontianak/Nangamatan
2.1.5 Gambaran Umum Bauksit
Bauksit adalah mineral bijih alumina yang digunakan dalam galian
industri dan digunakan untuk membuat jenis logam aluminium, menurut Tim
Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pengembangan
Pusat Informasi Mineral (1984). Bauksit berasal dari endapan residual yang
terbentuk selama proses lateritisasi batuan asal. Mineral bauksit, yang biasanya
terdiri dari mineral buhmit (Al2O2H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 H20),
umumnya mengandung mineral Al2O3 45–65%, SiO2 1-12%, Fe2O3 2-25%,
TiO2 >3%, dan H2O 14-36%.
Sumber daya biji bauksit Indonesia digunakan sebagai bahan baku
industry Alumina yang cukup besar. Menurut data dari Badan Geologi ESDM
(dalam Karno, 2012), jumlah keseluruhan sumber daya bauksit Indonesia
mencapai 838,9 juta ton, dan tingkat produksinya berada di peringkat ke-4 di
dunia, berada di belakang Australia, China, dan Brazil. Jumlah total cadangan
bauksit di Indonesia mencapai 302,3 juta ton, dengan cadangan yang
diperkirakan sebesar 149,5 juta ton, dan cadangan yang jelas
terbukti 152,8 juta ton.
Menurut Kementrian ESDM (2016), batuan yang mengandung bauksit
mempunyai warna yang beragam hal ini tergantung mineral yang dikandungnya
seperti dapat berwarna kuning, krem, putih, abu-abu, coklat, merah muda coklat
kemerahan. Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal octahedral, terdiri
dari 35-65% Al2O3, 2-10% SiO2, 2-20%, Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 10-30% H2O.
bauksit mengandung sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3, dan 3%
TiO2. Bauksit yang baik memiliki kadar alumina (Al2O3)yang tinggi, kadar besi
(Fe2O3) yang rendah dan kadar silika (SiO2) atau kuarsa bebas yang sedikit.

2.1.6 Klasifikasi Endapan Bauksit


Menurut Valenton (1972), berdasarkan letak depositnya bauksit
diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:
1. Deposit Bauksit Residual
Batuan nefelin syenit diasosiasikan dengan kemiringan yang menengah
sampai hampir mendatar. Kemiringan permukaan bauksit yang lebih dari
5 derajat dan Batasan umumnya sampai 25 derajat. Pada nefelin syenit
bagian bawah bertekstur granit. Dibawah zona konkresi adalah zona
pelindian dengan dasar fragmen lempung kaolintik. Meskipun dasar zona
pelindian ini melengkung, tidak sampai menghilangkan tekstur granit.
Kaolin nefelin syenit dipisahkan dengan bauksit bertekstur granit oleh
kaolinit yang kompak serta kasar
2. Deposit Bauksit Koluvial
Letak deposit ini berada dibawah lempung dan termasuk swamp bauksit
dengan tekstur pisolitik dan oolitik. Dibagian atas deposit terdapat
kaolinit yang terus berkembang. Pada beberapa tempat lapisan lignit yang
mendatangkan lempung dapat pula memotong badan bijih bauksit
sehingga bauksit tersebut menjadi alas lapisan lignit ini.
3. Deposit Bauksit Alluvial pada Perlapisan
Pada daerah pelapisan ini merupakan perlapisan silang siur dan
terpisahkan dengan gravel bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan
tertutup oleh runtuhan bauksit tipe deposit bauskit koluvial.
4. Deposit Bauksit Alluvial pada Konglomerat
Tipe deposit bauksit ini kebanyakan menutupi bauksit boulder dengan
konglomerat kasar, terutama konglomerat dari lempung karbonat dan
pasir.

Berdasarkan kriteria lapisan tanah yang ideal terdapat dalam


pengendapan bauksit, terdapat 3 jenis lapisan tanah (Valenton, 1972), yaitu:

1. Latosol
Tanah yang terbentuk dari batuan asal
2. Andosol
Tanah mineral yang berasal bukan dari batuan asal biasanya dari abu
gunung api yang kaya akan Al+ dengan Gibbsite sebagai Aluminum.
3. Catena
Tanah yang ada bersama sama berkembang pada saat bersamaan dibawah
kondisi yang berbeda.

2.1.7 Proses Penambangan


Tahapan proses penambangan Bauksit di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit,
dilakukan dengan sistem penambangan menggunakan metode penambangan
terbuka dengan urutan sebagai berikut :
A. Eksplorasi
Eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah
penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Selain
itu eksplorasi dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah
ditemukannya endapan mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-perkerjaan
untuk mendapatkan ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata, dan jumlah
cadangan dari endapan tersebut (Nurhakim, 2006).
Metode yang digunakan pada endapan bauksit di PT. Bumi
Khatulistiwa Bauksit adalah dengan menggunakan metode test pit dengan
dimensi 50 cm x 100 cm, kedalaman maksimal sumur uji 8 m dengan interval
antar lubang 20 m. Kegiatan eksplorasi dilakukan oleh tim eksplorasi dari PT.
Bumi Khatulistiwa Bauksit.
B. Mine Planning & Development
Mine Planning (perencanaan tambang) dilakukan untuk menjamin
operasi penambangan yang akan dilakukan terkoordinasi dan sesuai dengan
target yang direncanakan. Perencanaan ini melibatkan pemahaman yang
mendalam tentang geologi tambang, teknologi penambangan, manajemen
proyek, dan keuangan. Dengan perencanaan yang baik, sebuah tambang dapat
dijalankan secara efisien dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi
komunitas sekitarnya sambil mempertahankan dampak lingkungan yang
minimal. Tujuannya untuk memaksimalkan hasil tambang, meminimalkan
risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan keberlanjutan
jangka panjang (Candra 2006).
Setelah dilakukannya perencanaan tambang yang mengarah ke
persiapan kontruksi yang akan dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas
penunjang kegiatan pertambangan di PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit. Fasilitas
ini meliputi infrastruktur yaitu Site Office, Mess Karyawan, Kolam Limbah
(Tailing Pond), Kolam (Water Pond), Jalan Tambang (Hauling Roads), Jetty
(Port). PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit memiliki fasilitas pengolahan bauksit
yang terdiri dari, Washing Plant, timbangan bauksit, Stockwash dan Stockpile.
Dalam penambangan, Development merujuk pada berbagai tahap yang
diperlukan guna mengubah lokasi tambang menjadi tempat yang dapat
digunakan untuk ekstraksi mineral yang efektif dan berkelanjutan. Ini
melibatkan berbagai tahapan yang mencakup pembangunan infrastruktur
(pembersihan lahan, penumpukan), pengupasan tanah pucuk, pengupasan
tanah penutup, pembuatan sump dan settling pond.
C. Stacking dan Land Clearing
Pembersihan lahan adalah proses pemisahan lahan yang dilakukan
untuk menghilangkan vegetasi pohon, semak belukar, dan bahan organik
lainnya dari wilayah di mana tambang akan dibangun. Ini adalah langkah
penting untuk membuat area tambang lebih mudah diakses dan siap untuk
tahap selanjutnya, yaitu Penumpukan (Stacking). Setelah pembersihan lahan
selesai, material seperti tanah, batuan, atau bahan tambang lainnya ditumpuk.
Ini memerlukan penggunaan alat berat seperti bulldozer, eksavator, atau dump
truck untuk memindahkan dan menumpuk material yang telah diambil dari
area yang akan ditambang. Material ini kemudian ditempatkan di lokasi yang
telah ditentukan untuk penggunaan selanjutnya, seperti pembangunan
infrastruktur tambang atau pengisian untuk mempersiapkan area tambang.
D. Stripping Top Soil dan Overburden
PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit melakukan pengupasan tanah pucuk,
yang mencakup penggalian dan pengangkutan tanah pucuk yang berupa tanah
humus dengan menggunakan Excavator. Tanah yang sudah diangkut ditimbun
di tempat yang berbeda dari tempat penimbunan overbuden. Tujuan dari
penimbunan tanah pucuk adalah untuk menjaga agar tanah tidak rusak,
sehingga masih ada unsur tanah asli yang berguna untuk kegiatan reklamasi.
Pengupasan lapisan tanah penutup, atau overburden dilakukan
setelah top soil dipisahkan. Ini adalah tanah yang menutupi endapan bauksit
yang akan ditambang. Tanah penutup biasanya memiliki unsur hara yang
relatif rendah. Overburden disimpan pada tempat yang berdekatan dengan
tempat pengupasan yang akan diambil ore-nya oleh PT. Bumi Khatulistiwa
Bauksit, menggunakan excavator.
E. Penggalian Material (Ore Getting)
Ore getting mengacu pada proses pengambilan atu penggalian bijih
dari endapan alaminya di dalam tanah atau batuan. Proses ini merupakan
langkah pertama dalam rantai produksi pertambangan, dimana bijih berharga
diekstraksi untuk kemudian diproses lebih lanjut. PT. Bumi Khatulistiwa
Bauksit menggunakan alat gali muat yaitu excavator dan dump truck
F. Pengangkutan Material (Hauling Ore)
PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit mengangkut material dengan Dump
Truck dari depan penambangan menuju ke Washing Plant. Pengangkutan ini
disebut sebagai “hauling”, yang merupakan proses pengangkutan material dari
blok ke Washing Plant.
G. Dumping Ore
Proses menuangkan ore ke dalam hopper dikenal sebagai dumping ore.
Proses ini terdiri dari penumpahan material yang diangkut oleh dump truck
dari front ke bagian hopper pada Washing Plant
H. Tahapan Pencucian Bauksit
Proses pencucian bauksit adalah tahapan penting dalam pengolahan
mineral ini sebelum ekstraksi aluminium. Tahapan ini melibatkan serangkaian
langkah untuk menghilangkan kotoran dan mineral yang tidak diinginkan dari
bauksit, mempersiapkannya untuk proses pemurnian lebih lanjut. Proses
pencucian umumnya dimulai dengan menghancurkan bauksit menjadi ukuran
yang lebih kecil agar dapat diolah lebih efisien. Selanjutnya, bauksit dicampur
dengan larutan kimia seperti natrium hidroksida (NaOH) atau air laut untuk
membentuk lumpur. Langkah berikutnya adalah proses pencucian yang
melibatkan penggunaan air untuk mencuci dan mengendapkan mineral-
mineral penutup seperti tanah liat, pasir, dan material yang tidak diinginkan
lainnya. Air yang digunakan dalam pencucian seringkali mengandung larutan
natrium hidroksida yang membantu melarutkan dan mengangkut mineral-
mineral penutup. Setelah proses pencucian selesai, bauksit yang telah
dibersihkan dipindahkan ke fasilitas pemrosesan selanjutnya, sementara air
limbah atau tailings dibuang atau diolah lebih lanjut untuk mendaur ulang
natrium hidroksida. Tahapan pencucian bauksit ini penting untuk
meningkatkan kemurnian bauksit dan memastikan bahwa produk akhirnya
memenuhi standar kualitas yang diperlukan untuk proses selanjutnya dalam
produksi aluminium.
I. Penirisan Material Bauksit
Pada tahap penirisan, bijih bauksit yang sudah dicuci dan dipisahkan
antara material pengotor dan bauksit murninya akan di angkut dengan bucket
excavator ke daerah yang sudah disiapkan yaitu stockwash agar menguragi
kadar air yang ada pada bijih bauksit. Tetapi tidak jarang bijih bauksit yang
baru keluar dari washing plant langsung dibawa menuju stockpile.
J. Dumping ke Jetty
Proses loading dilakukan dengan memasukkan bijih bauksit yang
sudah dicuci dan ditiriskan menggunakan excavator ke Dump Truck
Mercendez Bens. Bijih bauksit kemudian diangkut menggunakan Dump
Truck Mercendez Bens dari Washing Plant menuju Stockpile dengan jarak
tempuh 14 km. Stockpile adalah tempat penyimpanan sementara bijih bauksit
sebelum dijual dan diangkut menggunakan kapal tongkang. Selain itu,
stockpile juga merupakan tempat mengontrol kadar bauksit agar siap untuk
dilakukan blending sehingga kadar bauksit yang dijual sesuai dengan
permintaan dari konsumen.
K. Pemasaran
Bauksit yang sudah diangkut ke stockpile jetty menggunakan alat angkut
yaitu Dump Truck Mercedez bens dan material sudah siap untuk dilakukan
dipasarkan dan dilanjutkan dengan Kegiatan blending pada tongkang sesuai
dengan kebutuhan permintaan konsumen
L. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas ekosistem dan lingkungan sehingga
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Pada tahapan pertambangan,
reklamasi dilakukan setelah proses penambangan sudah dilakukan
sepenuhnya.
1. Backfill
Backfill adalah metode pada penambangan yaitu dengan
penimbunan kembali material penutup (overburden) pada lubang
bukaan bekas tambang setelah penambangan selesai. Backfill
bertujuan untuk mengisi ruang yang ditinggalkan oleh material
tambang dengan material lainnya.
2. Revegetasi
Pada PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit baru dilakukan percobaan
penanaman tanaman leguminosa atau kacang-kacangan untuk
memulihkan unsur hara tanah pada satu area saja. Perkembangan
revegetasi sebagai upaya reklamasi lahan bekas tambang pada
perusahaan ini masih dalam tahap diskusi oleh para petinggi
perusahaan sehingga belum ada kelanjutan dan kesepakatan untuk
revegetasi pada perusahaan ini.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Teori Metode Percampuran Kadar (Blending)
a. Teori Kadar Campuran
Blending diartikan sebagai pekerjaan mencapurkan dua jenis material
atau lebih yang kualitasnya berbeda untuk memperoleh satu jenis material
dengan kualitas yang sesuai dengan kualitas kontrak. Blending merupakan salah
satu cara pengendalian mutu. Secara teoritis parameter kualitas campurannya
dapat didekati dengan persamaan sebagai berikut (Muchjidin, 2006).
(Xt x Kc) = (K1 x X1) = ((Xn – X1) x K2)
Xn – X1 = X2
(𝐾1 𝑥 𝑋1)+(𝐾2 𝑥 𝑋2)
𝐾𝑐 = ………………………………………….(𝟐. 𝟏)
𝑋𝑡

Keterangan :
Xt = Berat total campuran bauksit sesuai permintaan (Ton)
Kc = Kadar campuran bauksit sesuai permintaan (%)
K1 = Kadar bauksit 1 (%)
K2 = Kadar bauksit 2 (%)
X1 = Berat bauksit 1 (Ton)
X2 = Berat bauksit 2 (Ton)
Xn = Berat bauksit ke-n (Ton)

b. Metode Simplek
Menurut (Lestari, 2018) metode simplek adalah model matemtis yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah pengalokasian sumber yang
terbatas secara optimal yaitu keuntungan maksimal dengan biaya yang minimum
berdasarkan tiga variabel atau lebih.
Menurut (Ruminta, 2009) suatu teknik penyelesaian pemograman linier
secara iterasi. Metode simplek mencari suatu penyelesaian dasar yang feasiable
ke penyelesaian dasar feasible yang lainnya dilakukan secara berulang-ulang
sehingga akhirnya tercapai suatu penyelesaian optimum.
Handy A. Taha menyatakan bahwa metode simplek yang digunakan
untuk menyelesaikan program linier umum menghasilkan solusi terbaik.
Secara teoritis metode simpleks dapat dilakukan dengan persamaan (Edi
Syahputra, 2015):
Metode simpleks dikenal dengan dua variabel tambahan yaitu variabel
slack dan variabel surplus. Dimana persamaannya adalah :
𝑟
∑ ∝ℎ𝑗 𝑥𝑗 = 𝑏ℎ
𝑗=1

Dari persamaan diatas maka dihasilkan persamaan baru 𝑥𝑟+ℎ ≥ 0 dimana


𝑥𝑟+ℎ = 𝑏ℎ − ∑𝑟𝑗=1 ∝ℎ𝑗 𝑥𝑗 ≥ 0 hingga ∑𝑟𝑗=1 ∝ℎ𝑗 𝑥𝑗 = 𝑥𝑟+ℎ = 𝑏ℎ
Dari persamaan 𝑥𝑟+ℎ disebut dengan variable slack.
Dengan fungsi kendala bertanda ≥ (dengan fungsi kendala k) ditulis
dengan ;
𝑟

∑ ∝𝑘𝑗𝑋𝑗 ≥ 𝑏𝑘
𝑗=1

Dari persamaan tersebut maka dihasilkan persamaan baru 𝑋𝑟+𝑘 ≥ 0


dimana 𝑋𝑟+𝑘 = 𝑏ℎ − ∑𝑟𝑗=1 ∝𝑘𝑗𝑋𝑗 − 𝑏𝑘 sehingga ∑𝑟𝑗=1 ∝𝑘𝑗𝑋𝑗 − 𝑋𝑟+𝑘 = 𝑏𝑘 .
Dari persamaan 𝑋𝑟+𝑘 disebut dengan variabel surplus.
Uraian diatas telah dikonversikan kendala-kendala asli ke dalam
persamaan linier simultan dengan bentuk :
∑𝑟𝑗=1 ∝ℎ𝑗𝑋𝑗 − 𝑋𝑟+ℎ = 𝑏ℎ , h = 1,2,….., u,.
∑𝑟𝑗=1 ∝𝑘𝑗𝑋𝑗 − 𝑋𝑟+𝑘 = 𝑏𝑘 , h = u+1,….., v,.
∑𝑟𝑗=1 ∝𝑝𝑗𝑋𝑗 = 𝑏𝑝 , p = v+1,…..,m

Dari persamaan linier tersebut maka didapatkan konversi persoalan ke


dalam bentuk standar untuk mengubah bentuk < menjadi =, dengan cara
menambahkan variabel slack sebagai berikut:

Maksimumkan Z = 𝑎1 𝑥1 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥𝑚
Dengan kendala 𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝐶1𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆1 = 𝑏1

𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝐶2𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆2 = 𝑏2

…………………………………………..

…………………………………………..

𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝐶𝑚𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆𝑚 = 𝑏𝑚


𝑥1, 𝑥2, 𝑥3,... 𝑥𝑛 ≥ 0 … (𝟐. 𝟐)
𝑎𝑖𝑗, 𝑏𝑗, 𝑐𝑗 adalah konstanta yang diketahui sedangkan m dan r bilangan
bulat.
Dari persoalan linier diatas secara umum maka dapat dibuat tabel simplek
sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Tabel Simplek


Cj C1 C2 C3 ….. Cr Bi Ri

C̅̅j ̅
X𝑗 X1 X2 X3 ….. Xr

𝐶1̅ ̅1
X a11 a12 a13 ….. a1r B1 R1

C̅2 ̅
X2 a21 a22 a23 ….. a1r B2 R2

C̅3 ̅3
X a31 a32 a33 ….. a1r B3 R3
….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..

C̅𝑚 ̅
Xm ….. ….. ….. ….. amr Bm Rm
Zj Z1 Z2 Z3 ….. Zr Z
Zj – Cj Z1 – C1 Z2 – C2 Z3 – C3 ….. Zr – Cr

Keterangan :
Cj : Koefisien fungsi objektif (fungsi tujuan)

Xj : Variabel ke-j
̅
Xj : Variabel X J yang masuk dalam basis

C̅j : Koefisien Variabel X j 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠


Bi : Konstanta kendala
Zj : ∑𝑚 ̅
𝑗=1 Cj aij

Z : ∑𝑚 ̅
𝑗=1 𝐶𝑗 𝑏𝑖

Pada table tersebut jika Zk – Ck ≥ 0 untuk setiap J maka Z sudah


maksimum. Jika masih ada nilai Zk – Ck yang negative, pilih k dengan nilai Zk-
𝑏
Ck paling kecil, maka Xk terpilih masuk kedalam basis. Selanjutnya Ri=𝑎 𝑖 Untuk
𝑖𝑘

𝑎𝑖𝑘 > 0, lalu pilih p dengan Rp terkecil maka Xp keluar dari basis diganti Xk.
Perhitungan metode simpleks menggunakan notasi table adalah sebagai
berikut (Igor Gavia) :
Minimumkan 𝑍 = −𝛼1 𝑥1 − 𝛼2 𝑥2
Fungsi Kendala 𝛼11 𝑥1 + 𝛼12 𝑥2 + 𝛼13 𝑥3 = 𝑏1
𝛼21 𝑥1 + 𝛼22 𝑥2 + 𝛼23 𝑥4 = 𝑏2
𝛼31 𝑥1 + 𝛼32 𝑥2 + 𝛼33 𝑥5 = 𝑏3
𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 , 𝑥5 ≥ 0…………(2.3)
Dengan persamaan linier diatas maka dapat dimasukkan ke dalam tabel
metode simplek, dimana tabelnya sebagai berikut :
Tabel 3.2 Metode Simplek dengan (Tablo)
Variabel 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 rhs

𝑧 −𝛼1 −𝛼2 0 0 0 0

𝑥3 𝛼11 𝛼12 𝛼13 𝛼14 𝛼15 𝑏1

𝑥3 𝛼21 𝛼22 𝛼23 𝛼24 𝛼25 𝑏2

𝑥3 𝛼31 𝛼32 𝛼33 𝛼34 𝛼35 𝑏3

Dalam notasi tablo ini terdapat beberapa tahap untuk menyelesaikan suatu
permasalahan secara maksimum atau minimum dimana dilakukan langkah
mencari kolom kunci dan baris kunci dengan iterasi yang dilakukan hingga nilai
pada tabel mencapai nilai solusi yang ditandai dengan variable nonbasic
semuanya positif sehingga perhitungan telah dianggap selesai dan solusi dapat
dilihat pada kolom table “rhs”.

2.2.2 Software Proses Metode Simplek


QM for Windows merupakan sebuah perangkat lunak yang memuat
banyak program perhitungan yang tersedia di bidang produksi dan operasi
manajemen, metode kuantitatif, ilmu manajemen, dan riset operasi. QM for
Windows dirancang untuk membantu mempelajari dan memahami dengan lebih
baik di bidang tersebut. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk memecahkan
masalah atau memeriksa jawaban yang telah diinput sebelumnya. Perangkat
lunak ini selanjutnya akan menyelesaikan atau mendekati hasil terbaik yang
dihasilkan dari permsalahan tersebut (Weiss, 2018).
Software yang digunakan pada proses metode simplek ini adalah QM for
Windows, ini merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu dalam
manajemen kualitas, khususnya dalam metode simplek. Software QM for
Windows memiliki beberapa fitur kunci yang memungkinkan pengguna untuk
mengelola proses penyelesaian masalah perhitungan dengan lebih efisien.
Berikut adalah penjelasan mengenai fitur yang ada didalam software QM for
Windows untuk menyelesaikan permasalahan yang diinput (Weiss, 2018);
a. Monitoring Kualitas : software ini memonitor kualitas bahan baku yang
digunakan dalam proses blending. Dengan menyediakan alat untuk
pengukuran dan pemantauan kualitas, seperti analisis statistik dan grafik,
QM for Windows membantu memastikan bahwa bahan yang digunakan
sesuai dengan standar yang digunakan.
b. Pengaturan Formula : pengguna dapat membuat dan menyimpan berbagai
rumus atau resep pencampuran. Ini membantu dalam mengatur proposi
dan komposisi bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk akhir
dengan standar yang diinginkan.
c. Manajemen stok : software ini juga membantu dalam manajemen stok
bahan baku dengan memantau persediaan, melakukan peramalan
kebutuhan bahan, dan mengelola invetaris secara efisien.
d. Dokumentasi dan Pelacakan : QM for Windows memungkinkan
pengguna untuk membuat laporan, dokumentasi, dan jejak untuk setiap
batch yang diproduksi. Ini penting untuk tujuan pengujian, audit kualitas,
serta pemantauan regulasi yang relevan.

Dengan kombinasi fitur-fitur ini, QM for Windows dapat membantu


perusahaan dalam proses perhitungan metode simplek untuk meningkatkan
efisiensi operasional, menjaga konsistensi kualitas produk, dan memenuhi
standar yang berlaku (Weiss, 2018).

2.2.3 Parameter Blending


Parameter blending dalam laporan ini didasarkan pada 3 parameter kadar
yang digunakan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen yang dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. 2 Data Kriteria Permintaan Konsumen PT. Bumi Khatulistiwa Bauksit

No. Parameter Kualitas Bauksit Presentase Kualitas Bauksit

1 Kandungan Al2O3 ≥ 46%

2 Kandungan RSiO2 ≤ 4%

3 Kandungan SiO2 ≤ 12%

2.2.4 Metode Blending Pada Tongkang


Beberapa metode yang dapat dilakukan saat membuat tumpukan yang
sekaligus membentuk formasi blending (Muchjidin, 2006) antara lain sebagai
berikut:
a. Layered Stockpilling
Material yang akan diblending dicurahkan secara horizontal dimana
setiap perlapisan diratakan terlebih dahulu, kemudian dicurahkan kembali
lapisan berikutnya dan demikian seterusnya

Gambar 2. 6 Layered Stockpilling

b. Axial Stockpilling
Lapisan material yang akan dicurahkan disusun secara longitudinal.
Pencurahan material dilakukan dengan menggeser posisi curahan lebih tinggi dan
menyimpang.

Gambar 2. 7 Axial Stockpilling


c. Cone-ply Stockpilling
Hampir sama dengan axial stockpilling, tetapi ukuran material tumpukan
yang dicurfahkan relatif sama tinggi dan berjajar kesamping.

Gambar 2. 8 Cone-Ply Stockpilling

d. Chevron Stockpilling
Suatu cara blending dengan membentuk menurut garis bujur dari
penampang silang berbentuk segitiga dimana komponen-komponen berurutan
ditimbun samarata sepanjang poros tengah tumpukan.

Gambar 2. 9 Chevron Stockpilling


e. Windrow Stockpilling
Suatu cara blending dengan membentuk tumpukan menurut garis bujur
dari penampang silang berbentuk segitiga dimana komponen-komponen
berurutan ditimbun dalam tumpukan yang berdampingan maju membentuk
keseluruhan tumpukan

Gambar 2. 10 Windrow Stockpilling

2.3 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Yang Relevan


Nama
No Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti/Tahun/Universitas
Metode penelitian yang Berdasarkan hasil analisis
dilakukan adalah dengan cara pencampuran batubara beda
melakukan metode observatif, kualitas untuk memenuhi
yaitu penelitian langsung ke spesifikasi permintaan
lapangan. Tujuan penggunaan konsumen di PT.
metode ini adalah untuk lebih Baramutiara Prima, maka
Gilang Satria Widatama, R. memahami situasi dan dapat diambil kesimpulan
Analisis Blending
Andry Erwin Wijaya, dan
Batubara Utnuk kesesuaian dengan masalah sebagai berikut:
Hidayatullah
1 Memenuhi Permintaan
Sidiq/2022/Institut yang ada di lapangan. Berbagai  Dari hasil perhitungan
Pasar di PT. Bara Mutiara
Teknologi Nasional
Prima data yang diperoleh dari rencana blending dengan
Yogyakarta
lapangan digabungkan dengan menggunakan empat
teori yang relevant, sehingga parameter spesifikasi
dari dua bagian tersebut permintaan pasar seperti
diperoleh suatu pola TM (ar) ≤ 50%, Ash
pendekatan penyelesaian (adb) ≤ 10%, TS (adb) ≤
masalah. Pengolahan data 1%, dan CV (ar) ≥ 3300
dilakukan untuk membagi data Kkal/Kg, dapat dicampur
secara lebih spesifik, yang dengan komposisi
digunakan sebagai acuan dalam batubara LS = 51% dan
penelitian. Data yang telah HS = 49%. Kualitas yang
diperoleh akan diolah dalam dihasilkan TM (ar)
pengolahan data dengan 46,08%, Ash (adb)
menggunakan software QM for 7,61%, TS (adb) 1%, dan
Windows untuk mendapatkan CV (ar) 3355,59 Kkal/Kg.
komposisi campuran batubara  Management ROM dan
yang optimum dan stockpile belum berjalan
menggunakan rumus dengan baik. Waktu
pencampuran batubara 𝑍= penimbunan batubara
𝑋1 + 𝑋2 untuk mendapatkan yang terlalu lama akan
hasil rencana blending batubara meningkatkan Total
dari komposisi yang telah Moisture dan akan
ditentukan tersebut agar sesuai menimbulkan swabakar
dengan permintaan pasar. sehingga nilai Ash juga
akan naik. Kondisi
stockpile yang tergenang
air juga dapat membuat
nilai Total Moisture pada
batubara menjadi naik.
Terjadi peningkatan Total
Moisture dan Ash pada
grafik perbandingan
kualitas batubara akan
mempengaruhi turunnya
nilai kalori batubara,
begitu pula sebaliknya.
Kondisi timbunan
batubara yang tercampur
mengakibatkan
perubahan nilai kualitas
yang ada pada batubara
tersebut sehingga dapat
mempengaruhi
ketidaksesuaian hasil
aktual blending.
Metode yang dilakukan pada Berdasarkan pembahasan
penelitian ini adalah dengan dari analisa perhitungan
metode kuantitatif. Penelitian blending menggunakan
ini dilakukan dengan metode simplek dapat
melakukan pengamatan ditarik kesimpulan sebagai
langsung di lapangan pada berikut :

Analisis Blending proses blending bauksit di  Kadar bauksit yang


Bauksit Menggunakan tongkang berkadar berbeda dicampurkan berasal dari
Wahid Nur Ramadan,
Metode Simplek di PT.
Syahrudin, dan M Khalid guna mencapai kadar bauksit 3 ROM Stockpile, ROM
2 Jaga Usaha Sandai
Syafrianto/2022/Universitas
Kabupaten Ketapang sesuai permintaan konsumen. tersebut yaitu ROM 52
Tanjungpura Pontianak
Provinsi Kalimantan
Barat Adapun tujuan dari penelitian dimana kadar Al2O3
ini adalah melakukan adalah 50.15%, RSiO2
perhitungan simulasi blending adalah 5.19 % dan
menggunakan rumus Moisture Content adalah
pencampuran kadar 𝐾𝑐 = 14.93% kemudian pada
(𝐾1 𝑥 𝑋1)+(𝐾2 𝑥 𝑋2)
yang kemudian ROM 40 kadar Al2O3
𝑋𝑡

diolah menggunakan metode adalah 50.11%, RSiO2


simplek untuk menentukan adalah 5.56 % dan
simulasi blending yang Moisture Content adalah
dibandingkan dengan hasil 14.68% Sedangkan ROM
perusahaan menggunakan metode
21 kadar Al2O3 adalah
try and error
49.84%, RSiO2 adalah
5.16 % dan Moisture
Content adalah
15.26%.Blending
dilakukan dengan
mencampurkan 3 ROM
tersebut untuk memenuhi
permintaan konsumen
dimana kadarnya yaitu
kadar Al2O3 lebih dari
50%, kadar RSiO2 kurang
dari 5.5% dan kadar
Moisture Content kurang
dari 15%.
 Blending bauksit yang
dilakukan perusahaan
menggunakan try and
error pada tongkang
kapasitas 2100 ton didapat
dari 3 ROM, yaitu ROM
52 sebanyak 735,6000 ton
(35.03%), ROM 40
sebanyak 767,7000 ton
(36.56%) serta ROM 21
sebanyak 596,7000 ton
(28.41%). Dengan kadar
RSiO2 yaitu 5.32%,
Al2O3 yaitu 50.05% dan
Moisture Content yaitu
14.95%.
 Blending bauksit yang
dilakukan peneliti
menggunakan metode
simplek pada tongkang
kapasitas 2100 ton didapat
dari 3 ROM, yaitu ROM
52 sebanyak 933.0761 ton
(44.43%), ROM 40
sebanyak 643.6604 ton
(30.65%) serta ROM 21
sebanyak 532.2635 ton
(24.95%). Dengan kadar
RSiO2 yaitu 5.3%, Al2O3
yaitu 50.06% dan
Moisture Content yaitu
14.94%.
Penelitian ini menggunakan Dari hasil penelitian dan
beberapa langkah dimana pengamatan di lapangan
Siti Hardianti dan Yogi Blending Batubara Untuk dilakukannya kegiatan studi maka didapatkan sebagai
3 Saputra/2018/Politeknik Memenuhi Kriteria
literatur, observasi lapangan, berikut :
Akamigas Palembang Permintaan Pasar Ekspor
pengumpulan data dan  Opsional proporsi
dilanjutkan dengan pengolahan pencampuran batubara
dan analisis data yang meliputi hasil penelitian adalah
perhitungan stock awal batu sebagai
bara di stockpile dan berikut,Pengiriman
perhitungan proporsi blending Galaxy, BB-50 sebanyak
antara, batu bara yang berbeda 21.400 ton, Al-55
kualitas agar hasilnya optimal sebanyak 16.400 ton, Al-
dengan rumus 𝑄𝐵 = 64 sebanyak 9.500 ton,
(𝑄1 ×𝑊1)+(𝑄2×𝑊2)+⋯(𝑄𝑛×𝑊𝑛) AL-67 sebanyak 9.000
(𝑊1+𝑊2)+⋯(𝑊𝑛+𝑊𝑛)
ton, dan Al-72 sebanyak
Yang dilanjutkan dengan
menganalisis parameter kualitas 15.200
batubara hasil blending serta  Stock awal sebelum
analisis stock akhir yang nantinya dilakukan
dapat memberikan pandangan blendingbatubara, yaitu
baru terkait efesiensi penambahan 1.768.356 ton,
ROM dalam blending tersebut. kemudiandilakukan
pengiriman ekspor tujuan
Galaxy,Filiphina sebesar
71.500 ton, sehingga
stockakhir setelah
pengiriman ekspor
batubara ke Filipina bulan
Mei 2019 adalah
1.696.856 ton.
Penelitian ini menggunakan  Dari hasil penelitian,
metode pengkajian teknis yang material yang masuk dari
didukung dengan data primer front penambangan
dan data sekunder kemudian diambil sampel
dianalisis hasil dari tahapan selanjutnya diuji
sebelum kegiatan blending laboratorium untuk
Gabriel Daniel Solang,
Kajian Proses Blending dimana, pengujian tersebut dilakukan
Shilvyanora Aprilia Rande,
Pengapalan Bijih
dan Novandri Kusuma menggunakan sampel nikel pengelompokan
4 Nikel di Site Moronopo
Wardana/2021/Institut
Pt Antam Tbk Ubpn pada front penambangan. tumpukan berdasarkan
Teknologi Nasional
Provinsi Maluku Utara
Yogyakarta Setelah diketahui kadarnya spesifikasi permintaan
maka dilakukan pasar dengan range kadar
pengelompokan tumpukan penggabungan 0.05% atau
berdasarkan spesifikasi disesuaikan dengan stock
permintaan pasar untuk tumpukan yang tersedia
memudahkan proses blending
dengan maksimum tonase satu dengan maksimum tonase
tumpukan adalah 1.500 Ton. satu tumpukan 1.500 ton.
Untuk mengetahui kadar di  Dari hasil penelitian,
stockpile sebelumnya harus diketahui limit fluktuasi
diketahui kadar Ni yang masuk +/- 0,125. Artinya jarak
dari front penambangan dan antara kadar Ni
diambil sampel utnuk diuji permintaan dengan kadar
Laboratorium. Range kadar Ni hasil Blending tidak +/-
yang dipersyaratkan untuk dari Limit Fluktuas.
penggabungan tumpukan  Menghitung Perencanaan
adalah 0.05% atau disesuaikan Blending pengapalan bijih
dengan stock tumpukan yang nikel berdasarkan
ada dan limit fluktuasi tiap kebutuhan permintaan.
sublot ± 0.125% dari target Dengan memperhatikan
kadar yang diinginkan. Dari limit fluktuasi adalah +/-
hasil penelitian terdapat 0.125 % dari target kadar
permintaan pasar dengan kadar yang diinginkan.
Ni 1.65% (lampiran F) dengan
jumlah tonase 3200 ton yang
akan diloading pada kapal
Yanzte. Selanjutnya PT.
Antam,Tbk, melakukan
blending dengan mencapurkan
beberapa kadar Ni, sehingga
mendapatkan kadar Ni 1,57%
dengan tonase 3200ton dan
ritase 160.

Dalam penelitian ini, untuk Perhitungan menggunakan


melakukan analisis metode trial and error ini
pencampuran batubara beda mendekati dengan
Optimasi Pencampuran
Batubara Dengan kualitas agar didapat permintaan konsumen (bisa
Menggunakan Metode
Rizki Agusta dan Heri perbandingan antara batubara terpenuhi). Dengan hasil
Trial and Error Untuk
5 Prabowo/2021/Universitas
Memenuhi Standar kualitas tinggi dan kualitas perhitungan menggunakan
Negeri Padang
Sawahlunto Studi Kasus
rendah sesuai dengan Metode Trial and Error dari
PT. Cahaya Bumi
Perdana permintaan konsumen. Dalam peneliti terdapat nilai kalori
melakukan analisa 6.577,9 Kcal/Kg dan dapat
mendekati permintaan
pencampuran batubara beda konsumen dengan yaitu
kualitas dengan menggunakan dengan nilai kalori 6300
metode Trial and Error penulis Kcal/Kg ini artinya kalori
dibantu oleh program Microsoft batubara yang dimiliki PT.
Excel yang berguna untuk Cahaya Bumi Perdana lebih
mempermudah penulis dalam bagus. Disamping itu nilai
melakukan perhitungan. total sulfur, ash content dan
Persamaan umum yang volatile matter juga
digunakan untuk berpengaruh pada
blending sebagai berikut: permintaan konsumen. Nilai
𝑄𝑏 total sulfur hasil peneliti
((𝑁1 × 𝑄1 + ⋯ + (𝑁𝑛 × 𝑄𝑁 )) 0,3965% bisa diterima
=
(𝑁1 + ⋯ + 𝑁𝑛 ) sebab permintaan konsumen
Selanjutnya data tersebut nilai total sulfur adalah
dianalisa dengan tenkik analisa maksimal 1% karena lebih
data yang dibutuhkan untuk kecil nilai total sulfur maka
mengolah data yang telah kualitasnya lebih bagus.
dikumpulkan untuk kebutuhan Nilai ash content hasil
penelitian dengan perhitungan penulis lebih
mengelompokkan data
permintaan konsumen, data uji kecil dari permintaan
laboratorium, dan konsumen yaitu 13,93%
menyesuaikan parameter yang sedangkan permintaan
diminta oleh konsumen dengan konsumen adalah maksimal
paremeter kualitas yang telah 14%, semakin sedikit kadar
diuji coba abunya artinya batubara
tersebut semakin baik. Nilai
dari volatile matter dari hasil
perhitungan yang penulis
lakukan lebih rendah dari
permintaan konsumen yaitu
dengan nilai 35,202%
sedangkan permintaan
konsumen adalah masimal
36,60% ini artinya kualitas
batubara semakin bagus
karna semakin rendah nilai
kadar zat terbang (volatile
matter) maka batubara
tersebut semakin bagus.
Dapat disimpulkan
perbandingan kualitas
batubara yang dibutuhkan
konsumen antara batubara
tinggi kasar dan batubara
tinggi halus adalah 3 : 1.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan
menganalisis perbadingan hasil blending yang dilakukan oleh perusahaan dengan
analisis hasil simulasi perhitungan blending dilakukan menggunakan metode
simplek. Penelitian ini melakukan perhitungan dengan data sekunder pada proses
blending bauksit di tongkang berkadar rendah dengan bauksit berkadar tinggi
guna mencapai kadar bauksit sesuai dengan permintaan pembeli. Adapun tujuan
penelitian ini dapat memberikan penerapan metode perhitungan yang lebih
terukur dengan penerapan beberapa simulasi yang baru dari pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya.
3.2 Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Software Arcgis 10.6 (olah peta)
2. Software Excel 2013 (olah data)
3. Software QM for Windows V5 (olah data)
4. Laptop
5. Alat tulis
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian yang dilakaukan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
dengan melakukan perthapan penelitian. Adapun tahapan penelitian tersebut
terdiri dari :
3.3.1 Persiapan Penelitian
Persiapan penilitian yang dilakukan terdiri dari studi pustaka dan
pengamatan awal yang dilakukan secara langsung dilapangan. Langkah yang
dilakukan merupakan acuan awal untuk menambah informasi dan memperluas
referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di PT. Bumi
Khatulistiwa Bauksit khususnya pada bagian blending. Bahan yang akan
digunakan peneliti saat melakukan pengamatan di lapangan sebagai berikut :
a. Deskripsi umum perusahaan
b. Teori proses blending
c. Teori perhitungan metode simplek

3.3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan setelah mempelajari studi pustaka dan
orientasi dan observasi di lokasi penelitian. Pengumpulan data merupakan data
sekunder dimana data tersebut merupakan data yang terdiri dari :
- Peta IUP PT Bumi Khatulistiwa Bauksit
- Peta Geologi
- Peta Topografi
- Peta Kesampaian daerah
- Peta Lokasi ROM Stockpile
- Spesifikasi kadar bauksit ketetapan perusahaan (Al2O3, RSiO2, dan
SiO2)
- Hasil blending bauksit 3 ROM dari perusahaan berupa :
- Kadar Al2O3
- Kadar RSiO2
- Kadar SiO2

3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan setelah data didapatkan. Pengolahan data
dimulai dengan peta yang diolah dengan software arcgis sedangkan data yang
berbentuk perhitungan kadar yang digunakan dalam proses blending di penelitian
ini diolah dengan software excel dan QM for Windows V5. Pengolahan data
tersebut didasarkan pada pencampuran kadar bauksit, yaitu Al2O3, RSiO2, dan
SiO2 sebagai standar perusahaan dalam penjualan yang dilakukan untuk
menyesuaikan kebutuhan buyer yang didaptkan dari beberape ROM di stockpile.
a. Perhitungan Blending oleh Perusahaan
Perhitungan blending yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan
metode try and error. Metode tersebut dapat dilakukan dalam tabel sebagai
berikut:

Tabel 3. 1 Tabel Perhitungan Blending oleh Perusahaan

Komposisi Kualitas
ROM
Tonase %Al2O3 %RSiO2 % SiO2
ROM 1
ROM 2
ROM 3
JUMLAH

b. Perhitungan Blending Menggunakan Metode Simplek dengan


Software QM for Windows V5
Perhitungan blending menggunakan software yaitu QM for Windows
bertujuan untuk menghitung tonase ROM bauksit yang akan di blending. Berikut
adalah langkah – langkah menggunakan QM for Windows :
1. Buka aplikasi QM for Windows

Gambar 2. 1 QM for Windows versi 5


2. Klik menu “Module” → “Linear Programming”.
3. Klik “File” → “New”.
4. Akan muncul jendela dialog “Create Data Set for Linear Programming”

Gambar 2. 2 Jendela Dialog “Create Data Set For Linear Programming”


5. Pada kolom title silakan diisikan untuk judul analisa yang bersangkutan

Gambar 2. 3 Contoh Judul Analisa


6. Kolom “number of constraints” menunjukan banyaknya kendala yang
ada.
7. Kolom “Number of variables” menunjukan banyaknya variabel penyusun
persamaan kendala kita.
8. Pada kolom “Objective” pastikan telah tertandai “Maximize” → klik
“Ok”.
9. Akan terlihat simbol “X1” dan X2”, ganti simbol-simbol ini dengan
variable yang telah kita tentukan sebelumnya.
10. Pada baris “Maximize” antara perpotongannya dengan kolom variabel
isikan masing-masing nilai koefisien variabel yang telah kita tentukan
pada persamaan tujuan (fungsi tujuan). Ini dikarenakan pada baris
“Maximize” merupakan baris fungsi tujuan yang kita cari.
11. Pada baris bertuliskan “Constraint 1” hingga “Constraint 3” kita ganti
nama dengan nama yang sesuai dengan kendala yang akan kita masukan.
12. Masukkan koefisiennya masing-masing dari fungsi kendala sesuai
dengan kolom variabel. Sedangkan pada kolom RHS masukkan nilai
maksimum jam kerja masing-masing mesin. Jangan lupa untuk
memastikan tanda “<=” terpilih pada tabel yang kita isikan ini.
13. Klik “Solve” pada pilihan ikon yang tersedia.
14. Hasil akan muncul dan siap untuk diinterpretasikan.

Gambar 3. 1 Contoh tabel hasil dari Menggunakan QM for Windows

c. Perhitungan Blending Menggunakan Metode Simplek dengan cara


Manual
Perhitungan metode simpleks menggunakan notasi tabel digunakan untuk
melakukan cross check terhadap hasil dari perhitungan metode simplek
menggunakan software QM for Windows. Perhitungannya adalah sebagai berikut
(Igor Gavia) :
Minimumkan 𝑍 = −𝛼1 𝑥1 − 𝛼2 𝑥2
Fungsi Kendala 𝛼11 𝑥1 + 𝛼12 𝑥2 + 𝛼13 𝑥3 = 𝑏1
𝛼21 𝑥1 + 𝛼22 𝑥2 + 𝛼23 𝑥4 = 𝑏2
𝛼31 𝑥1 + 𝛼32 𝑥2 + 𝛼33 𝑥5 = 𝑏3
𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 , 𝑥5 ≥ 0
Dengan persamaan linier diatas maka dapat dimasukkan ke dalam tabel
metode simplek, dimana tabelnya sebagai berikut :
Tabel 3.2 Metode Simplek dengan (Tablo)
Variabel 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 rhs

𝑧 −𝛼1 −𝛼2 0 0 0 0

𝑥3 𝛼11 𝛼12 𝛼13 𝛼14 𝛼15 𝑏1

𝑥3 𝛼21 𝛼22 𝛼23 𝛼24 𝛼25 𝑏2

𝑥3 𝛼31 𝛼32 𝛼33 𝛼34 𝛼35 𝑏3

 Mencari Kolom Kunci


Pada tahap selanjutnya, yaitu mencari kolom kunci dengan nilai negatif
(-) terbesar pada baris z. Jika suatu tabelk tidak mempunyai nilai negatif
berarti tabel tersebut sudah mencapai optimal sesuai yang diinginkan
 Mencari angka kunci
Setelah didapatkan kolom kunci tersebut maka tahap selanjutnya adalah
mencari angka kunci dengan menghitung rasio pembagian antara kolom
nilai kanan dibagi dengan kolom kunci, angka kunci tersebut adalah nilai
dengan hasil positif terkecil dari rasio.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠


AngkaKunci = ………………………………………(3.1)
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

Tabel 3.3 Metode Simplek dengan (Tablo)


Variabel 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 rhs

𝑧 −𝛼1 −𝛼2 0 0 0 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠


𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

𝑥3 𝛼11 𝛼12 𝛼13 𝛼14 𝛼15 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠


𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

𝑥3 𝛼21 𝛼22 𝛼23 𝛼24 𝛼25 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠


𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

𝑥3 𝛼31 𝛼32 𝛼33 𝛼34 𝛼35 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠


𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖
 Membuat baris kunci baru
Setelah didapatkan angka kunci tersebut maka didapatkanlah baris kunci.
Kemudian pada tahap selanjutnya adalah membuat baris baru dengan
melakukan pembagian tiap nilai pada baris kunci dengan angka kunci.

𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝑙𝑎𝑚𝑎


Baris kunci = ……………………………………….(3.1)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

Tabel 3.4 Metode Simplek dengan (Tablo)


𝑥2 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟ℎ𝑠
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖

 Membuat baris baru


Setelah didaptkan baris kunci baru tersebut tersebut, maka baris baru
tersebut ditambahkan dalam nilai kolom variabel dengan notasi 𝑥2
kemudia sebagai acuan membuat baris baru pada nilai kolom 𝑧 lainnya
dengan cara baris lama dikurang dengan hasil kali dari nilai kolom kunci
lama dengan baris kunci.
Baris Z baru = Baris Z lama – (nilai angka yang sejajar dengan angka
kunci X Baris kunci baru pada 𝑥2 ………………(3.3)

Tabel 3.5 Membuat baris baru


Z lama Z lama Z lama Z lama Z lama Z lama Z lama Z lama

Nilai kunci
Baris Baru Baris Baru Baris Baru Baris Baru Baris Baru Baris Baru Baris Baru Baris Baru
sejajar

Z baru
Z lama – Z lama – Z lama – Z lama – Z lama – Z lama – Z lama –
Z lama – (Nilai
(Nilai kunci (Nilai kunci (Nilai kunci (Nilai kunci (Nilai kunci (Nilai kunci (Nilai kunci
Hasil kunci Sejajar x
Sejajar x Sejajar x Sejajar x Sejajar x Sejajar x Sejajar x Sejajar x
Baris Baru)
Baris Baru) Baris Baru) Baris Baru) Baris Baru) Baris Baru) Baris Baru) Baris Baru)

Pada iterasi selanjutnya adalah memasukan baris baru yang sudah dibuat
sebelumnya kedalam tabel simplek.
Tabel 3.6 Metode Simplek dengan (Tablo) iterasi kedua
Variabel 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 rhs

𝑧 −𝛼1 0 0 0 0 0

𝑥2 𝛼11 1 0 0 0 𝑏1

𝑥4 𝛼21 0 1 0 0 𝑏2

𝑥5 𝛼31 0 0 1 0 𝑏3

Setelah tabel simplek dibuat, dilanjutkan dengan menyelesaikan nilai


negatif (-) pada nilai z di kolom lainnya dengan menggunakan tahap
sebelumnya sehingga didapatkan nilai z nol (0). Dari iterasi tersebut maka
akan di dapatkan nilai 𝑥1 dan dimasukkan kembali kedalam tabel simplek
sehingga tabelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7 Metode Simplek dengan (Tablo) iterasi ketiga


Variabel 𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5 rhs

𝑧 0 0 0 0 0 0

𝑥2 1 0 0 0 0 𝑏1

𝑥4 0 1 0 0 0 𝑏2

𝑥5 0 0 1 0 0 𝑏3

Dari hasil iterasi pada tabel diatas nilai dari variable nonbasic semuanya
positif sehingga perhitungan simplek pada tablo telah selesai, nilai solusi
yang akan dicapai dapat dilihat kolom tabel “rhs”

d. Perhitungan kadar Blending menggunakan metode pembobotan


Setelah didapatkan tonase bauksit yang akan di blending maka
selanjutnya adalah menghitung kadar yang dihasilkan. Perhitungan tersebut
menggunakan metode pembobotan dimana metode tersebut menggunakan
persamaan 2.1 .

e. Analisa Perhitungan Presentas Blending Dengan Grafik Perbanding


Analisis perhitungan dilakukan dengan membandingkan persentase kadar
blending dengan grafik perbandingan. Sehingga didapatkan metode yang efektif
dan efisien untuk melakukan blending.

f. Standar Deviasi Blending Kadar Bauksit


Perhitungan standar deviasi kadar dihitung dari perhitungan perusahaan
yang disesuaikan dengan permintaan konsumen dan perhitungan QM for
Windows V5 yang disesuaikan dengan perhitungan konsumen kemudian mencari
selisih dari kedua perhitungan tersebut sehingga menghasilkan simpangan baku.
Dimana persamaan standar deviasi dihitung dengan persamaan :

∑𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆= √
𝑛−1

Keterangan :
𝑆 = Standar Deviasi
𝑛 = ukuran sampel
𝑥𝑖 = nilai x ke-i
𝑋̅ = Rata-rata x

g. Proporsi Realisasi Blending dan Opsional Proporsi Blending


Setelah dilakukan analisis blending yang membandingkan antara metode
perusahaan dengan metode simple menggunakan software QM for Windows V5
dan dilakukan cross check secara manual, langkah selanjutnya adalah
memberikan langkah opsional kepada perusahaan dimana pada saat ini
perusahaan melakukan Kegiatan blending menggunakan kuantitas ROM
sebanyak 3 ROM sehingga perlu dimaksimal dengan kuantitas sebanyak 5 ROM
agar dapat memaksimal penggunaan ROM yang memilik kadar bauksit (Al2O3)
yang rendah. Langkah tersebut dilakukan dengan cara membandingkan hasil
blending 3 ROM dan 5 ROM dengan catatan memiliki kuantitas yang sama
dalam tonase yang dibutuhkan oleh perusahaan dan direpresentasikan dalam
bentuk tabel.
3.4 Diagram Alir Penelitian

ANALISIS BLENDING BAUKSIT


MENGGUNAKAN METODE SIMPLEK DI PT.
BUMI KHATULISTIWA BAUKSIT KECAMATAN
MELIAU KABUPATEN SANGGAU,
KALIMANTAN BARAT

Studi Literatur

Pengamatan Awal

Pengumpulan Data

Data Sekunder
- Peta IUP PT Bumi Khatulistiwa
Bauksit
- Peta Geologi
- Peta Topografi
- Peta Kesampaian daerah
- Peta Lokasi ROM Stockpile
- Spesifikasi kadar bauksit ketetapan
perusahaan (Al2O3, RSiO2, dan
SiO2) (perlu dijelaskan)
- Hasil blending bauksit 3 ROM dari
perusahaan berupa :
- Kadar Al2O3
- Kadar RSiO2
- Kadar SiO2

A
Selesai
A
Selesai

Pengolahan dan Analisis Data


a. Perhitungan Blending oleh Perusahaan
b. Perhitungan Blending Simulasi Perhitungan
Metode Simplek dengan Software QM For
Windows V5
c. Perhitungan Blending Simulasi Perhitungan
Metode Simplek Secara Manual
d. Perhitungan kadar Blending menggunakan
metode pembobotan
e. Analisa Perhitungan Presentas Blending
Dengan Grafik Perbanding
f. Standar Deviasi Blending Kadar Bauksit
g. Proporsi Realisasi Blending dan Opsional
Proporsi Blending
h.

Kesimpulan & Saran

Selesai

Anda mungkin juga menyukai