Pada tahapan proses peremukan kedua , hasil produk unit jaw crusher diproses lagi
pemecahannya (peremukannya) dengan menggunakan jenis cone crusher. Suplay
material ke dalam crusher ini dapat melalui stockpile antara (surge Pile)
Pada rangkaian alat peremuk primary crusher, komponen rangkaian alat terdiri dari
hopper, feeder, jaw crusher, belt conveyor, dan surge pile yang mempuyai fungsi
untuk memproses pemecahan batu pada tahap awal, dengan fungsi masing-masing
komponen sebagai berikut:
6.1.1.1. Hopper
Hopper atau penampung ini hanya terdapat pada primary side unit dan
mempunyai fungsi untuk menampung material berupa batu hasil peledakan,
sebelum material tersebut dimasukkan ke dalam jaw crusher.
Konstruksi dari hopper ini harus kokoh, mampu menerima benturan dari
material yang dijatuhkan ke dalamnya sehingga tidak merubah fungsi
sebagai penampung.
BabVI |6 -1
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Kapasitas hopper ini harus sesuai dengan kapasitas jaw crusher yang akan
berdampak kepada kapasitas mesin pemecah batu.
Pada dasar dari hopper dipasang suatu peralatan yang disebut plat pengisi
(feeder) yang digerakkan melalui mekanisme tersendiri terpisah dari jaw
crusher.
Untuk menghindarkan benturan yang berlebihan terhadap dinding hopper
ini, pengisian dipilih batu dengan ukuran yang lebih kecil dan setelah itu
baru batu-batu dengan ukuran yang lebih besar diisikan, sehingga benturan
tidak terjadi langsung dengan dinding/dasar hopper pada tinggi jatuh yang
besar.
Pengisian dilakukan langsung dari dump truck dijatuhkan ke dalam hopper.
Pengaturan pemasukan material ke dalam crusher dilakukan dengan
feeder (vibrating feeder, vibrating grizzly feeder) secara bertahap, dimulai
dengan jumlah yang sedikit, dan meningkat sampai kapasitas penuh dari
jaw crusher.
BabVI |6 -2
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -3
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Bila kondisi material ini dalam jaw crusher telah penuh atau terjadi kondisi
operasi yang mengharuskan menghentikan pengisian material, maka
dengan segera pengisian dihentikan (feeder dimatikan
Mesin ini dikonstruksi untuk menerima material dengan gradasi yang tidak
seragam, dan direkomendasikan material diisikan ke dalam crusher
dengan menggunakan feeder. Pada mesin ini dipasang plat pelindung (bumper
plate/protector) pada bagian atas (head) dari moving jaws untuk menjaga
keausan dari tumbukan langsung jatuhnya material.
Apabila batu dijatuhkan langsung dari tempat tinggi, tumbukan yang terjadi
akan berpengaruh terhadap bearing dan sebagainya yang sangat
merugikan dan pada akhirnya akan memperpendek umur penggunaan
bearing
BabVI |6 -4
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Pegas pengencang (S) menekan ujung bawah dari pitman (P) menahan
plat toggle (T). Toggle plate berfungsi sebagai alat pengaman dan akan
terlipat dengan tekukan elastis pada saat overloading, untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada komponen yang lebih mahal.
Penyetelan celah pengeluaran pada bagian bawah dari jaw yang bergerak
(moving jaw) dan jaw tetap (fixed jaw) adalah untuk mengatur ukuran batu
yang seragam yang diproduksi jaw crusher. Penyetelan tidak dilakukan
sendiri oleh operator, tetapi harus mengetahui dengan baik karena akan
menjadi acuan dalam menjaga kualitas produk
BabVI |6 -5
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
mempunyai ukuran lebih lebar (misalnya 750 mm) bila dibandingkan dengan
konveyor yang menyalurkan base coarse aggregate (misalnya 500 mm).
a. Konstruksi
Secara garis besar semua konveyor sabuk (belt conveyor) memiliki
konstruksi yang sama, yaitu terdiri dari komponen utama :
• Sabuk (belt)
• Puli (drive pulley, tail pulley, snub pulley, torsion pulley, etc.)
• Idler/roller (carry idler, return idler, training idler, impact idler, dsb.)
• Dan peralatan lainnya.
Posisi konveyor ini di bawah dari chute atau corong pengeluaran produk,
baik crusher ataupun vibrating screen, sehingga ada bagian dari konveyor
yang selalu meneriima tumbukan beban dari material (dirancang pada
impact idler)
b. Prinsip operasi
Puli penggerak yang digerakkan dengan transmisi V-belt atau gigi reduksi
dari motor listrik, menggerakkan sabuk konveyor (belt) Bergeraknya
sebuah (belt) tersebut karena adanya daya akibat gesekan antara puli
penggerak (drive puli dan puli ujung belakang (tail pulley) dengan belt,
sehingga untuk mengoptimalkan gesekan yang optimal, ketegangan belt
harus dijaga.
Pergerakan belt tersebut ditopang oleh beberapa komponen lainnya seperti
idler pembawa (carry idler) yang berfungsi menopang belt agar tetap rata
selama menerima/membawa beban, idler balik (return idler) yang
menopang kelurusan belt saat belt melakukan gerakan balik tanpa beban
Pada konveyor yang memiliki jarak operasi yang panjang, maka untuk
menjaga agar sabuk (belt) selalu berada dalam posisi kencang, dilengkapi
dengan puli penyetel kekencangan (tension pulley with counter weight)
yang bekerja secara otomatis mengencangkan belt.
BabVI |6 -6
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -7
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -8
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Pada secondary Crushing unit ini terjadi proses lanjutan pemecahan/peremukan batu
hasil produksi primary side unit.
Struktur secondary unit terdiri dari :
Secondary crusher, biasanya dari jenis cone crusher yang mempunyai fungsi untuk
memecah kembali butiran batu hasil produksi primary side unit. Vibrating
screen, yang menyaring atau memilah butiran batu yang disalurkan dari
primary side unit, untuk dikelompokkan menjadi material yang harus diproses
lagi pada secondary crusher dan material yang lolos saringan yang terdiri dari
material sebagai produk akhir dan material yang diproses lagi penyaringannya
pada vibrating screen di unit empat (fourth side unit).
Belt conveyor yang menyalurkan material produk primary side unit ke vibrating
screen
Vibrating feeder yang mengatur penyaluran material dari stockpile-antara ke
konveyor Berdasarkan hasil pemecahan batu pada secondary crusher,
material disalurkan ke vibrating screen pada fourth side unit untuk
dikelompokkan menjadi material yang harus diproses di dalam tertiary crusher
dan material sebagai produk akhir
1. Vibrating Feeder
Fungsi vibrating feeder pada secondary side unit ini adalah mengatur
penyaluran material dari stockpile-antara ke konveyor penghubung Material
yang berada pada stockpile-antara ini terdiri dari butiran seragam yaitu hasil
produk prime side unit, sehingga untuk penyaluran selanjutnya hanya
memerlukan pengaturan yang sederhana dan untuk hal tersebut dipilih
vibrating feeder yang memiliki konstruksi sederhana
BabVI |6 -9
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
a. Konstruksi
Vibrating feeder ditempatkan di bawah stockpile-antara yang terhubung
dengan material pada stockpile melalui chute atau corong. Konstruksi
ini memudahkan dalam pengoperasiannya, namun pada pemasangan
awal perlu mendapat perhatian terutama dalam menentukan
lokasi/tempat penempatan feeder yang memungkinkan untuk dapat
menyalurkan seluruh material dari stockpile ke konveyor penghubung.
b. Prinsip kerja
Dengan adanya komponen penggetar (vibrator) yang dipasang pada
unit pengumpan ini maka unit pengumpan (feeder) dapat bergetar, dan
dengan getaran feeder ini akan berpengaruh terhadap material yang
terhubung dengan schute tersebut, sehingga secara berangsur-angsur
BabVI |6 -10
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -11
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Semua material yang lebih kecil dari setting harus dipisahkan sebelum
proses pemasukan material. Butiran yang lebih kecil menyebabkan
penggumpalan dan overload pada ruang pemecahan batu. Semua
BabVI |6 -12
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
6..2.1.Tujuan Pengolahan
Dikaitkan dengan rencana pemasaran dan operasi penambangan, maka pengadaan
proses pengolahan Batugamping bertujuan untuk mengolah Batugamping menjadi
produk splite yang sesuai dengan permintaan pasar. Dengan mempertimbangan
beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu cadangan Batugamping. Metode
penambangan yang terpilih, serta kualitas permintaan pasar, maka proses
pengolahan batu Batugamping di rencanakan PT. DUTA KARYA PANGESTU
meliputi ruang lingkup proses sebagai berikut:
1. Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing)
2. Melakukan pemisahan (classification) melalui pengayakan (screening)
3. Melakukan Penimbunan/penumpukan batu splite (stockpiling)
4. Melakukan penanganan limbah dan polusi
tempat penimbunan. Semua factor tersebut diatas akan menentukan jenis , demensi
dan kapasitas peralatan atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta flowsheet
pengolahan (lihat Gambar 6.7) yang sesuai dengan memperhatikan unsur
keslamatan kerja
BabVI |6 -14
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Fungsi Grizly adalah memisahkan ukuran umpan yang lebih kecil daripada open
stde settig dari Jaw crusher. Alat ini juga berfungsi untuk mengatur laju pengmpanan
yang disesuaikan dengan kapasitas Jaw Crusher.
Produk Jaw crusher dapat langsung masuk pada operasi sizing yaitu screen. Screen
akan memisahkan ukuran material berdasarkan pada ukuran yang dipersyaratkan
oleh cone crusher. Ukuran material yang lebih besar dari mulut cone dimasukkan
kembali ke dalam Jaw crusher.
Tiper model dan ukuran Grizzly feeder ditentukan berdasarkan ukuran terbesar dari
umpan yang akan diolah, laju pengumpanan dan lebar mulut Jaw crusher. Laju
pengumpanan didasarkan pada kapasitas pabrik pengolahan. Dalam hal ini rencana
produksi batu gamping berbentk Lump adalah 200 ton/jam. Sebagai acuan dari
umpan diambil data statistik yang menghubungkan beberapa perusahaan
batugamping yang dalam pekerjaan pemberaian mengguankan proses peledakan
yaitu:
- 600 + 400 mm = 9 %
- 400 + 200 mm = 14 %
- 200 + 100 mm = 30 %
- 100 + 20 mm = 27 %
- 20 mm = 20%
Ukuran pemisah antara under size dan over size di tentukan dengan mengatur jarak
antar batang grizzly. Celah atau lubang antar batang alat ini dapat diatur secara
manual
BabVI |6 -15
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Kriteria distribusi produk asumsi dan kapasitas produksi yang diinginkan maka dipilih
type Grizzly GZD1100 X4200
Pemilihan Jenis atau Tipe, model dan ukuran Jaw crusher ditentukan
berdasarkan ukuran Terbesar dari umpan yang akan di olah dan laju
pengumpanannya, Diharapkan hasil peledakan yang akan dilakukan dapat
mengontrol blasting ratio sehingga di dapat ukuran maximum produk adalah 650
mm , diatas ukuran tersebut dijadikan sebagai boulder dan harus
dilakukan Penanganan khusus misalnya secondary blasting atau reduksi secara
manual. Laju pengumpanan sesuai dengan sasaran produksi yang
diinginkan yaitu range antara 200 s/d 250 ton sesuai dengan karakteristik
proses secondary crushing dan produk primary crushing, dengan harapan
kapasitas 200 ton/jam dapat terpenuhi, berdasarkan Tabel 5.2. dipilih jaw
dengan tipe jaw PE 730 X1060, dengan umpan terbesar berukuran 630 mm
dengan CSS antara 80 s/d 140 mm
BabVI |6 -16
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -17
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Crusher yang digunakan dalam operasi pengecilan, sumbu horizontal pada kurva
menunjukkan ukuran ayakan yang menggambarkan distribusi ukuran produk
batugamping sumbu vertikal pada kurva menggambar presentase batugamping yang
lolos atau under size
BabVI |6 -18
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Dari produck Jaw crusher 12% telah menjadi produck dan 12% merupakan
undersize produck yang Harus dipisahkan pada pengumpanan secondary crusher
Distribusi umpan cone crusher yang merupakan produk jaw crusher dengan
kapasitas umpan Jaw Crusher sebesar 250 ton per jam adalah sebagai berikut
(lihat Tabel 6.3)
Pemilihan Jenis atau Tipe, model dan ukuran cone crusher ditentukan
berdasarkan ukuran terbesar dari umpan yang akan di olah dan laju
pengumpanannya, Hasil produck Jaw crusher yang merupakan umpan ke cone di
dapat ukuran maximum umpan sebesar < 200 mm,
Kapasitas peremuk batugamping yang diharapkan adalah 200 ton per jam,
dengan memper timbangkan adanya produck Jaw crusher dengan kategori
undersize produck, maka umpan
tingkatkan menjadi 250 ton per jam
Data yang dibutuhkan untuk memilih cone crusher adalah ukuran terbesar dari
batugamping yang akan masuk ke cone crusher. Dari Tabel 1.3. ukuran terbesar
adalah 200 mm dan umpan yang akan masuk ke cone crusher adalah 250 ton
BabVI |6 -19
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Tabel 6.5.
6 Tipe, Model dan Spesifikasi P
Pemilihan
emilihan Cone crusher
6.2.6.
.6. Rencana Distribusi Produk Cone Crusher
Bab |6 -20
BabVI
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
mm maka distribusi produk adalah sebagai berikut (lihat Tabel 1.4). Pada
kurva tersebut CSS dari 5 hingga 51 mm menunjukkan close setting dari cone
Crusher yang digunakan dalam operasi pengecilan, sumbu horizontal pada Kurva
menunjukkan ukuran ayakan yang menggambarkan distribusi ukuran produk
batugamping sumbu vertikal pada kurva menggambar presentase batugamping yang
lolos atau under size
Dari produck Cone crusher 60% telah menjadi produck dan 18% merupakan
undersize produck yang Harus dipisahkan dari produck, Sedangkan 20% akan
dilakukan circulating load ke cone cusher. Dengan demikian distribusi ukuran produk
perjam yang direncanakan adalah sebagai berikut (LIHAT Tabel 6.6)
BabVI |6 -21
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Tipe model dan ukuran screen ditentukan berdasarkan ukuran lubang ayakan
dan kapasitas atau laju input dari screen. Laju input sama dengan laju out put
cone crusher, yang ditambah dengan over size screen
Tabel 5.6. Tipe, Model dan Spesifikasi Pemilihan Vibrating Sreeen
BabVI |6 -22
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
1. Hoper terbuat dari steel dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 meter dan tinggi tegak
2.5 m dengan kapasitas 35 m3 sebagai alat untuk penampung dan pengumpan grizly
2. Grizly Feeder type GZD1100 X42006 berukuran lebar 1.8 m dan panjang 4.8 m
dengan kekuatan penggeral alat 30 KW adalah sebagai pengumpan getar untuk jaw
crusher
3. Jaw crusher dengan Feed opening 750 x 1060 mm ,Merk : SHANBAO / SHAN BAO
Model : PE 750 x 1060,Kapasitas : 100 - 250 Ton per Jam, Size of Feed
Opening : 750 x 1060 mm, Max. Feed Size : 630 mm, Adjustable Range : 80 - 140
mm, Adjusting Setting yang akan diterapkan 130 mm
4. Feeder di dalam surge pile menggunakan tipe 380x90 sebanyak dua unit
5. Belt conveyor digunakan spesifikasi sebagai berikut:
- Belt conveyor B1.100 panjang 15 m
- Belt conveyor B2.120 panjang 30 m
- Belt conveyor B3.120 panjang 25 m
Dalam proses produksi kapur tohor (quicklime) membutuhkan bahan baku berupa
batu gamping yang berasal dari beberapa supplier yang ada di area sekitar pabrik,
hal ini memudahkan dalam proses pengiriman dan ketepatan waktu untuk mengejar
target produksi pabrik. Adapun beberapa perusahaan penambangan batukapur yang
sudah potensial dapat menyediakankan bahan mentah batu kapur/ batu gamping nya
dimana salah satunya yang telah diperoleh komitmen nya adalah PT SMR Golden
Jaya Abadi dengan jumlah total luas lokasi tambang sebesar 5 HA.
Hasil dari kegiatan penambangan yang dilakukan berupa fragmentasi atau pecahan
batu Batugamping hasil operasi peledakan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat
menjadi produk yang dapat diterima pasar. Dengan demikian, produk yang dihasilkan
akan berupa fraksi-fraksi ukuran tertentu yang berlaku di pasar. Jumlah produksi
untuk masing-masing fraksi akan ditentukan oleh kebutuhan atau demand dari pasar.
Untuk memenuhi rencana ini maka PT. Duta Karya Pangestu akan menyiapkan
fasilitas pengolahan batu Batugamping berupa crushing screening plant. Fasilitas
crushing plant didisain dengan mempertimbangkan skenario produksi yang
direncanakan oleh PT. Pandu Duta Pangestu yaitu seperti yang diberikan dalam
Tabel 6.7 berikut ini.
BabVI |6 -24
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Sedangkan untuk rencana produksi dari tahun 2021 hingga tahun 2024 di sajikan
pada Tabel 6.8. sebagai berikut
BabVI |6 -25
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -26
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -27
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
Bab |6 -28
BabVI
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -29
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -30
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019
BabVI |6 -31