Anda di halaman 1dari 31

Studi Kelayakan_

PT. DUTA KARYA PANGESTU


2019

BAB VI. RANCANGAN CRUSHING PLANT DALAM RANGKA PENGOLAHAN


BATUGAMPING

6.1.Komponen Rangkaian Pabrik Peremuk

6.1.1. Rangkaian Prymary Crusher


Proses produksi rangkaian crushing plant yang akan diterapkan , melalui tahapan
sebagai berikut , Proses awal peremukan (prymari crusher) akan dilakukan oleh satu
unit alat, menggunakan crusher jenis Jaw Crusher. Proses pengisian umpan jaw
crusher dengan menggunakan Grizzly feeder dan penyaluran hasil produk
menggunakan konveyor (belt conveyor).Hasil produck prmary crusher akan
ditampung ke dalam surge pile

Pada tahapan proses peremukan kedua , hasil produk unit jaw crusher diproses lagi
pemecahannya (peremukannya) dengan menggunakan jenis cone crusher. Suplay
material ke dalam crusher ini dapat melalui stockpile antara (surge Pile)

Pada rangkaian alat peremuk primary crusher, komponen rangkaian alat terdiri dari
hopper, feeder, jaw crusher, belt conveyor, dan surge pile yang mempuyai fungsi
untuk memproses pemecahan batu pada tahap awal, dengan fungsi masing-masing
komponen sebagai berikut:
6.1.1.1. Hopper
Hopper atau penampung ini hanya terdapat pada primary side unit dan
mempunyai fungsi untuk menampung material berupa batu hasil peledakan,
sebelum material tersebut dimasukkan ke dalam jaw crusher.
 Konstruksi dari hopper ini harus kokoh, mampu menerima benturan dari
material yang dijatuhkan ke dalamnya sehingga tidak merubah fungsi
sebagai penampung.
BabVI |6 -1
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

 Kapasitas hopper ini harus sesuai dengan kapasitas jaw crusher yang akan
berdampak kepada kapasitas mesin pemecah batu.
 Pada dasar dari hopper dipasang suatu peralatan yang disebut plat pengisi
(feeder) yang digerakkan melalui mekanisme tersendiri terpisah dari jaw
crusher.
 Untuk menghindarkan benturan yang berlebihan terhadap dinding hopper
ini, pengisian dipilih batu dengan ukuran yang lebih kecil dan setelah itu
baru batu-batu dengan ukuran yang lebih besar diisikan, sehingga benturan
tidak terjadi langsung dengan dinding/dasar hopper pada tinggi jatuh yang
besar.
 Pengisian dilakukan langsung dari dump truck dijatuhkan ke dalam hopper.
 Pengaturan pemasukan material ke dalam crusher dilakukan dengan
feeder (vibrating feeder, vibrating grizzly feeder) secara bertahap, dimulai
dengan jumlah yang sedikit, dan meningkat sampai kapasitas penuh dari
jaw crusher.

6.1.1.2. Sistem pengumpan/pengisi (Feeder)


Sistem pengumpan/pengisi (feeder) mempunyai fungsi untuk mengatur
pengisian material dari hopper ke dalam jaw crusher. Feeder dipasang pada
dasar hopper sehingga material dalam hopper tertahan oleh feeder dan hanya
dapat keluar apabila feeder ini dioperasikan. Jenis pengumpan yang
digunakan adalah Grizzly vibrating feeder. grizzly menyaring material yang
tidak perlu diproses dalam primary crusher dan memisahkan material yang
tidak terpakai (tanah, lumpur, dsb.),
Prinsip kerja dari alat ini adalah sebagai berikut:
 Gerakan bolak-balik dari batang grizzly bersumber dari putaran poros
eksentris yang sekali gus mengakibatkan saringan batang tersebut
bergetar. Gerakan bolak-balik dari batang mengatur pemasukan material
ke dalam crusher dan dengan getaran dari batang/screen grizzly tersebut,

BabVI |6 -2
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

selain melancarkan pemasukan material ke dalam crusher, juga menyaring


material yang tidak memerlukan proses pemecahan di dalam crusher.
 Gerakan pengisian dari grizzly vibrating feeder ini dapat diatur/disesuaikan
dengan kondisi material dan kondisi operasi jaw crusher
 Bila kondisi material dengan ukuran standar dan merata, maka pengisian
dapat ditingkatkan sampai ke kondisi kapasitas maksimal, tapi bila kondisi
material kebanyakan berukuran besar, maka pengisian dikurangi untuk
menghindarkan terjadinya over load.

Gambar 6.1. Hooper dan Grizzly Feeder

BabVI |6 -3
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

 Bila kondisi material ini dalam jaw crusher telah penuh atau terjadi kondisi
operasi yang mengharuskan menghentikan pengisian material, maka
dengan segera pengisian dihentikan (feeder dimatikan

6.1.1.3. Primary crusher (jaw crusher)


Proses pertama pemecahan/peremukan batu terjadi pada jaw crusher, yang
dikelompokkan kepada salah satu jenis pemecah batu yang berkemampuan
tinggi dalam memecah batu dari ukuran yang besar, menjadi butir-butir
pecahan batu yang diinginkan (sesuai dengan ukuran/discharge opening
setting)

Mesin ini dikonstruksi untuk menerima material dengan gradasi yang tidak
seragam, dan direkomendasikan material diisikan ke dalam crusher
dengan menggunakan feeder. Pada mesin ini dipasang plat pelindung (bumper
plate/protector) pada bagian atas (head) dari moving jaws untuk menjaga
keausan dari tumbukan langsung jatuhnya material.
Apabila batu dijatuhkan langsung dari tempat tinggi, tumbukan yang terjadi
akan berpengaruh terhadap bearing dan sebagainya yang sangat
merugikan dan pada akhirnya akan memperpendek umur penggunaan
bearing

Prinsip operasi dari sebuah jaw crusher adalah:


 Material masukan memenuhi crusher melaui bukaan masukan pada bagian
atas dan keluar melalui dasar dari crusher.
 Poros eksentris dari mesin crusher digerakkan oleh sebuah motor listrik
atau motor diesel melalui V-belt dan fly wheel .
 Langkah dari pitman ditimbulkan oleh putaran eksentris dari poros
eksentris. Pemecahan/peremukan batu terjadi diantara fixed (F) dan
moving jaw (J).

BabVI |6 -4
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

 Pegas pengencang (S) menekan ujung bawah dari pitman (P) menahan
plat toggle (T). Toggle plate berfungsi sebagai alat pengaman dan akan
terlipat dengan tekukan elastis pada saat overloading, untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada komponen yang lebih mahal.
 Penyetelan celah pengeluaran pada bagian bawah dari jaw yang bergerak
(moving jaw) dan jaw tetap (fixed jaw) adalah untuk mengatur ukuran batu
yang seragam yang diproduksi jaw crusher. Penyetelan tidak dilakukan
sendiri oleh operator, tetapi harus mengetahui dengan baik karena akan
menjadi acuan dalam menjaga kualitas produk

Gambar 6.2. Jaw Crusher


6.1.1.4.. Conveyor (belt conveyor)
Penyaluran material hasil produk jaw crusher maupun hasil penyaringan
vibrating screen dilakukan melalui konveyor. Pada primary crushing unit ini ada
beberapa konveyor yang ukurannya tergantung dari pengoperasiannya,
misalnya konveyor yang menyalurkan produk dari jaw crusher biasanya

BabVI |6 -5
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

mempunyai ukuran lebih lebar (misalnya 750 mm) bila dibandingkan dengan
konveyor yang menyalurkan base coarse aggregate (misalnya 500 mm).
a. Konstruksi
Secara garis besar semua konveyor sabuk (belt conveyor) memiliki
konstruksi yang sama, yaitu terdiri dari komponen utama :
• Sabuk (belt)
• Puli (drive pulley, tail pulley, snub pulley, torsion pulley, etc.)
• Idler/roller (carry idler, return idler, training idler, impact idler, dsb.)
• Dan peralatan lainnya.
Posisi konveyor ini di bawah dari chute atau corong pengeluaran produk,
baik crusher ataupun vibrating screen, sehingga ada bagian dari konveyor
yang selalu meneriima tumbukan beban dari material (dirancang pada
impact idler)
b. Prinsip operasi
 Puli penggerak yang digerakkan dengan transmisi V-belt atau gigi reduksi
dari motor listrik, menggerakkan sabuk konveyor (belt) Bergeraknya
sebuah (belt) tersebut karena adanya daya akibat gesekan antara puli
penggerak (drive puli dan puli ujung belakang (tail pulley) dengan belt,
sehingga untuk mengoptimalkan gesekan yang optimal, ketegangan belt
harus dijaga.
 Pergerakan belt tersebut ditopang oleh beberapa komponen lainnya seperti
idler pembawa (carry idler) yang berfungsi menopang belt agar tetap rata
selama menerima/membawa beban, idler balik (return idler) yang
menopang kelurusan belt saat belt melakukan gerakan balik tanpa beban
 Pada konveyor yang memiliki jarak operasi yang panjang, maka untuk
menjaga agar sabuk (belt) selalu berada dalam posisi kencang, dilengkapi
dengan puli penyetel kekencangan (tension pulley with counter weight)
yang bekerja secara otomatis mengencangkan belt.

BabVI |6 -6
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

 Sedangkan untuk mengatur kelurusan gerakannya, tidak berkelokkelok,


dipasang training idler yang menjaga agar gerakan belt dalam keadaan
lurus. - Sebelum belt ini dibebani material, maka sebelumnya belt conveyor
ini harus dihidupkan dan telah pengalami pemanasan serta pemeriksaan
sesuai dengan prosedur.
 Material dari crusher melalui corong (chute) jatuh pada landing stone yang
diterima impact idler pada conveyor. Sebenarnya dengan adanya
pengaturan arah jatuhnya material ke dalam konveyor telah diminimalkan
dampak kejutnya terhadap sabuk (belt).
 Material dari jaw crusher dibawa oleh konveyor penghubung (joint
conveyor) dan disalurkan/ditumpuk pada stockpile-antara (intermediate
stock pilling) Sedangakan material dari vibrating screen dibawa oleh
conveyor base coarse aggregate (conveyor waste) untuk ditumpuk di
tempat penimbunan (stockpile), dan sebagian lagi disalurkan ke konveyor
penghubung bersama material dari jaw crusher ke stockpile-antara.

Gambar 6.3. Belt Conveyor

BabVI |6 -7
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

6.1.1.5. Surge Bin


Surge bin dirancang untuk meningkatkan efisiensi mesin pemecah batu,
khususnya prymary crusher, dimana dengan adanya surge bin, seolah-olah
secondary crushe dapat bekerja mandiri untuk suatu tenggang waktu tertentu.
Adanya peralatan feeder (vibrating feeder) lebih menggambarkan kemandirian
secondary crusher ini, meskipun secara sistem tetap saja masih ada
ketergantungan kepada unit lainnya
.
Prinsip kerja dari surge bin adalah Material produck Jaw crusher harus
diproses lagi pada secondary crusher dan material ini tidak langsung
dimasukan ke dalam secondary crusher, tapi ditampung dalam surge bin.
Dalam rentang waktu tertentu, surge bin dapat memasok material ke dalam
secondary crusher tanpa ada ketergantungan kepada pasokan material dari
prymary crusher unit, dengan demikian proses produksi pada prymaru crusher
tidak berhenti

Gambar 6.4. Surge Pile

BabVI |6 -8
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

6.1.2. Rangkaian Secondary Crusher

Pada secondary Crushing unit ini terjadi proses lanjutan pemecahan/peremukan batu
hasil produksi primary side unit.
Struktur secondary unit terdiri dari :
 Secondary crusher, biasanya dari jenis cone crusher yang mempunyai fungsi untuk
memecah kembali butiran batu hasil produksi primary side unit. Vibrating
screen, yang menyaring atau memilah butiran batu yang disalurkan dari
primary side unit, untuk dikelompokkan menjadi material yang harus diproses
lagi pada secondary crusher dan material yang lolos saringan yang terdiri dari
material sebagai produk akhir dan material yang diproses lagi penyaringannya
pada vibrating screen di unit empat (fourth side unit).
 Belt conveyor yang menyalurkan material produk primary side unit ke vibrating
screen
 Vibrating feeder yang mengatur penyaluran material dari stockpile-antara ke
konveyor Berdasarkan hasil pemecahan batu pada secondary crusher,
material disalurkan ke vibrating screen pada fourth side unit untuk
dikelompokkan menjadi material yang harus diproses di dalam tertiary crusher
dan material sebagai produk akhir

1. Vibrating Feeder
Fungsi vibrating feeder pada secondary side unit ini adalah mengatur
penyaluran material dari stockpile-antara ke konveyor penghubung Material
yang berada pada stockpile-antara ini terdiri dari butiran seragam yaitu hasil
produk prime side unit, sehingga untuk penyaluran selanjutnya hanya
memerlukan pengaturan yang sederhana dan untuk hal tersebut dipilih
vibrating feeder yang memiliki konstruksi sederhana

BabVI |6 -9
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

a. Konstruksi
Vibrating feeder ditempatkan di bawah stockpile-antara yang terhubung
dengan material pada stockpile melalui chute atau corong. Konstruksi
ini memudahkan dalam pengoperasiannya, namun pada pemasangan
awal perlu mendapat perhatian terutama dalam menentukan
lokasi/tempat penempatan feeder yang memungkinkan untuk dapat
menyalurkan seluruh material dari stockpile ke konveyor penghubung.

Gambar 6.5. Feeder

b. Prinsip kerja
Dengan adanya komponen penggetar (vibrator) yang dipasang pada
unit pengumpan ini maka unit pengumpan (feeder) dapat bergetar, dan
dengan getaran feeder ini akan berpengaruh terhadap material yang
terhubung dengan schute tersebut, sehingga secara berangsur-angsur
BabVI |6 -10
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

akan keluar melalui feeder dan disalurkan ke konveyor. Kesederhanaan


operasi dari vibrating feeder ini terutama disebabkan karena material
yang disalurkan telah terbentuk seragam, sehingga dengan suatu
getaran yang terus menerus, material dapat mengalir dengan lancar.
Sebagai gambaran, para jenis vibrating feeder dengan kapasitas kecil
untuk butiran material yang seragam dapat dilihat pada dimana dengan
getaran yang ditimbulkan oleh vibrator, material mengalir ke luar dari
feeder dengan lancar. Jumlah penyaluran material dapat diatur dengan
mengatur putaran motor atau amplitudo dari getaran vibrator.
2. Konveyor penghubung
Konveyor penghubung yang menyalurkan material dari stockpile ke
vibrating screen, adalah jenis konveyor sabuk (belt conveyor).
Konstruksi dari prinsip operasi dari konveyor penghubung ini sama
dengan yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Hanya dalam
pengoperasiannya harus memperhatikan kondisi penampung material
(surge bin) pada tertiary side unit, dimana bila surge bin tersebut telah
penuh, maka penyaluran material melalui konveyor penghubung ini
perlu dihentikan sementara
3. Struktur cone crusher
Konstruksi cone crusher, sebagaimana fungsinya untuk memecah
lanjutan material hasil primary side unit, merupakan perpaduan dari
bagian pemecah batu (crushed member) yang posisi dan pengaturan
operasinya telahmenggunakan sistem pengaturan otomatis (automatic
crusher control system). Bila dibandingkan dengan jaw crusher, cone
crusher ini lebih mahal dan memerlukan daya yang lebih besar, namun
memberikan produk yang lebih baik dan butiran yang seragam.

BabVI |6 -11
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Material yang akan dipecah dapat langsung dimasukkan ke dalam


crusher dengan menggunakan belt conveyor, screen atau feeder
lainnya atau ada alat penggerak pemasukan

Kapasitas produksi yang maksimum dan keausan dari liner yang


ekonomis hanya dapat terjadi bila pemasukan material dilakukan dalam
jumlah yang tepat dan material merata sekeliling ruang pemecah batu
(crushing cavity). Pemasukan material harus sejajar dengan batang
penunjang pada frame bagian atas.

Gambar 6.6. Cone Crusher

Semua material yang lebih kecil dari setting harus dipisahkan sebelum
proses pemasukan material. Butiran yang lebih kecil menyebabkan
penggumpalan dan overload pada ruang pemecahan batu. Semua

BabVI |6 -12
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

logam harus dihindarkan dan tidak masuk ke dalam crusher.

Pengisian harus langsung sehingga terjadi beban yang seimbang


sekeliling lubang pengeluaran pada bagian bawah dari ruang pemecah
batu.
Kecepatan pengisian material pada saat di atas crusher jangan
melebihi 5m/det, dengan ketinggian jatuh material sekitar 1,3 m

6.2. Disain Pabrik Peremuk untuk Pengolahan Batugamping

6..2.1.Tujuan Pengolahan
Dikaitkan dengan rencana pemasaran dan operasi penambangan, maka pengadaan
proses pengolahan Batugamping bertujuan untuk mengolah Batugamping menjadi
produk splite yang sesuai dengan permintaan pasar. Dengan mempertimbangan
beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu cadangan Batugamping. Metode
penambangan yang terpilih, serta kualitas permintaan pasar, maka proses
pengolahan batu Batugamping di rencanakan PT. DUTA KARYA PANGESTU
meliputi ruang lingkup proses sebagai berikut:
1. Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing)
2. Melakukan pemisahan (classification) melalui pengayakan (screening)
3. Melakukan Penimbunan/penumpukan batu splite (stockpiling)
4. Melakukan penanganan limbah dan polusi

6.2.2.Desain Pengolahan Batugamping


Dalam upaya mengolah Batugamping menjadi produk akhir yang diminati konsumen
perlu rancangan pengolahan yang komprehensif agar pelayanannya memuaskan.
Rancang bangun unit pengolahan di dasarkan pada factor-faktor antara lain target
atau permintaan pasar rata-rata, kualitas Batugampinge dari tambang, spesifikasi
produk akhir yang diminta, ketersediaan lahan untuk area pengolahan termasuk
BabVI |6 -13
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

tempat penimbunan. Semua factor tersebut diatas akan menentukan jenis , demensi
dan kapasitas peralatan atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta flowsheet
pengolahan (lihat Gambar 6.7) yang sesuai dengan memperhatikan unsur
keslamatan kerja

Gambar 6.7. Flow Chat Rencana Pengolahan Batu Gamping

Crushing Plant merupakan tahapan pengolahan yang bertujuan untuk menyiapkan


ukuran produk agar sesuai dengan ukuran sesuai dengan permintaan konsumen.
Tahapan crushing dimulai dengan operasi pemiahan umpan berukurn kurang dari
500 mm dengan menggunakan Grizzly Feeder.

BabVI |6 -14
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Fungsi Grizly adalah memisahkan ukuran umpan yang lebih kecil daripada open
stde settig dari Jaw crusher. Alat ini juga berfungsi untuk mengatur laju pengmpanan
yang disesuaikan dengan kapasitas Jaw Crusher.

Produk Jaw crusher dapat langsung masuk pada operasi sizing yaitu screen. Screen
akan memisahkan ukuran material berdasarkan pada ukuran yang dipersyaratkan
oleh cone crusher. Ukuran material yang lebih besar dari mulut cone dimasukkan
kembali ke dalam Jaw crusher.

6.2.3. Pemilihan Grizzly Feeder

Tiper model dan ukuran Grizzly feeder ditentukan berdasarkan ukuran terbesar dari
umpan yang akan diolah, laju pengumpanan dan lebar mulut Jaw crusher. Laju
pengumpanan didasarkan pada kapasitas pabrik pengolahan. Dalam hal ini rencana
produksi batu gamping berbentk Lump adalah 200 ton/jam. Sebagai acuan dari
umpan diambil data statistik yang menghubungkan beberapa perusahaan
batugamping yang dalam pekerjaan pemberaian mengguankan proses peledakan
yaitu:
- 600 + 400 mm = 9 %
- 400 + 200 mm = 14 %
- 200 + 100 mm = 30 %
- 100 + 20 mm = 27 %
- 20 mm = 20%

Ukuran pemisah antara under size dan over size di tentukan dengan mengatur jarak
antar batang grizzly. Celah atau lubang antar batang alat ini dapat diatur secara
manual

BabVI |6 -15
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Tabel 6.1. Tipe Model dan Spesifikai Grizzly Feeder

Kriteria distribusi produk asumsi dan kapasitas produksi yang diinginkan maka dipilih
type Grizzly GZD1100 X4200

6.2.4. Pemilihan Jaw Crusher

Pemilihan Jenis atau Tipe, model dan ukuran Jaw crusher ditentukan
berdasarkan ukuran Terbesar dari umpan yang akan di olah dan laju
pengumpanannya, Diharapkan hasil peledakan yang akan dilakukan dapat
mengontrol blasting ratio sehingga di dapat ukuran maximum produk adalah 650
mm , diatas ukuran tersebut dijadikan sebagai boulder dan harus
dilakukan Penanganan khusus misalnya secondary blasting atau reduksi secara
manual. Laju pengumpanan sesuai dengan sasaran produksi yang
diinginkan yaitu range antara 200 s/d 250 ton sesuai dengan karakteristik
proses secondary crushing dan produk primary crushing, dengan harapan
kapasitas 200 ton/jam dapat terpenuhi, berdasarkan Tabel 5.2. dipilih jaw
dengan tipe jaw PE 730 X1060, dengan umpan terbesar berukuran 630 mm
dengan CSS antara 80 s/d 140 mm

BabVI |6 -16
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Tabel 6.2.. Tipe , Model dan Spesifikasi Pemilihan Jaw Crusher

ALAT YANG DIPILIH


Deskripsi
Merk : SHANBAO / SHAN BAO
Model : PE 750 x 1060
Kapasitas : 100 - 250 Ton per Jam
Size of Feed Opening : 750 x 1060 mm
Max. Feed Size : 630 mm
Adjustable Range : 80 - 140 mm
Adjusting Setting yang akan diterapkan 130 mm

6.2.5.Rencana Distribusi Produk Jaw Crusher

Distribusi produck batugamping hasil operasi dari Jaw crusher dapat


dilihat pada gambar kurva berikut ini, Dengan discharge seting (CSS) adalah 130
mm maka distribusi produk adalah sebagai berikut (lihat Tabel 5.3.). Pada kurva
tersebut CSS dari 40 hingga 300 mm menunjukkan close setting dari Jaw

BabVI |6 -17
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Crusher yang digunakan dalam operasi pengecilan, sumbu horizontal pada kurva
menunjukkan ukuran ayakan yang menggambarkan distribusi ukuran produk
batugamping sumbu vertikal pada kurva menggambar presentase batugamping yang
lolos atau under size

Tabel 6.3. Dsitribusi Ukuran Produck Jaw Crusher

Gambar 6.8. Kurva Distribusi Produk Jaw Crusher

BabVI |6 -18
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Dari produck Jaw crusher 12% telah menjadi produck dan 12% merupakan
undersize produck yang Harus dipisahkan pada pengumpanan secondary crusher

6.2.5. Pemilihan Cone Crusher

Distribusi umpan cone crusher yang merupakan produk jaw crusher dengan
kapasitas umpan Jaw Crusher sebesar 250 ton per jam adalah sebagai berikut
(lihat Tabel 6.3)

Tabel 6.4. Distribusi Ukuran Umpa cone crusher

Pemilihan Jenis atau Tipe, model dan ukuran cone crusher ditentukan
berdasarkan ukuran terbesar dari umpan yang akan di olah dan laju
pengumpanannya, Hasil produck Jaw crusher yang merupakan umpan ke cone di
dapat ukuran maximum umpan sebesar < 200 mm,

Kapasitas peremuk batugamping yang diharapkan adalah 200 ton per jam,
dengan memper timbangkan adanya produck Jaw crusher dengan kategori
undersize produck, maka umpan
tingkatkan menjadi 250 ton per jam

Data yang dibutuhkan untuk memilih cone crusher adalah ukuran terbesar dari
batugamping yang akan masuk ke cone crusher. Dari Tabel 1.3. ukuran terbesar
adalah 200 mm dan umpan yang akan masuk ke cone crusher adalah 250 ton

BabVI |6 -19
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

per jam. Cone cru


crusher
sher Model PYB 1750 memiliki spesifikasi yang dapat
menerima umpan ukuran maksimum 215 mm dengan close setting
dapat diatur dari 25 hingga 50 mm dengan kapasitas produksi dari 280 hingga
400 tpj
ALAT YANG DIPI
DIPILIH
LIH
Deskripsi
Merk : SHANBAO / SHAN BAO
Model : PYB 1200
Kapasitas : 280 - 485 Ton per Jam
Power 160 Kw
Max. Feed Size : 215 mm
Adjustable Range : 25 - 50 mm
Speed Of Eccentric Shaft 245

Tabel 6.5.
6 Tipe, Model dan Spesifikasi P
Pemilihan
emilihan Cone crusher

6.2.6.
.6. Rencana Distribusi Produk Cone Crusher

Distribusi produck batugamping hasil operasi dari Cone crusher dapat


dilihat pada gambar kurva berikut ini, Dengan discharge seting (CSS) adalah 50

Bab |6 -20
BabVI
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

mm maka distribusi produk adalah sebagai berikut (lihat Tabel 1.4). Pada
kurva tersebut CSS dari 5 hingga 51 mm menunjukkan close setting dari cone
Crusher yang digunakan dalam operasi pengecilan, sumbu horizontal pada Kurva
menunjukkan ukuran ayakan yang menggambarkan distribusi ukuran produk
batugamping sumbu vertikal pada kurva menggambar presentase batugamping yang
lolos atau under size

Dari produck Cone crusher 60% telah menjadi produck dan 18% merupakan
undersize produck yang Harus dipisahkan dari produck, Sedangkan 20% akan
dilakukan circulating load ke cone cusher. Dengan demikian distribusi ukuran produk
perjam yang direncanakan adalah sebagai berikut (LIHAT Tabel 6.6)

Gambar 5.3. Kurva distribusi Produk cone crsher

Gambar 6.9. Kurva Distribusi Produk Cone Crusher

BabVI |6 -21
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Tabel 5.6. Prduck Cone Crusher Yang direncanakan

5.2.7. Pemilihan Vibrating Screen

Tipe model dan ukuran screen ditentukan berdasarkan ukuran lubang ayakan
dan kapasitas atau laju input dari screen. Laju input sama dengan laju out put
cone crusher, yang ditambah dengan over size screen
Tabel 5.6. Tipe, Model dan Spesifikasi Pemilihan Vibrating Sreeen

Sesuai dengan kapasitasnya maka dipilih secreen tipe 4YK1548

6.2.8. Pemilihan alat Proses pengolahan tahap Prymary Crusher


Proses pengolahan tahap awal menggunakan rangkaian alat peremuk sebagai
berikut:

BabVI |6 -22
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

1. Hoper terbuat dari steel dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 meter dan tinggi tegak
2.5 m dengan kapasitas 35 m3 sebagai alat untuk penampung dan pengumpan grizly

2. Grizly Feeder type GZD1100 X42006 berukuran lebar 1.8 m dan panjang 4.8 m
dengan kekuatan penggeral alat 30 KW adalah sebagai pengumpan getar untuk jaw
crusher
3. Jaw crusher dengan Feed opening 750 x 1060 mm ,Merk : SHANBAO / SHAN BAO
Model : PE 750 x 1060,Kapasitas : 100 - 250 Ton per Jam, Size of Feed
Opening : 750 x 1060 mm, Max. Feed Size : 630 mm, Adjustable Range : 80 - 140
mm, Adjusting Setting yang akan diterapkan 130 mm
4. Feeder di dalam surge pile menggunakan tipe 380x90 sebanyak dua unit
5. Belt conveyor digunakan spesifikasi sebagai berikut:
- Belt conveyor B1.100 panjang 15 m
- Belt conveyor B2.120 panjang 30 m
- Belt conveyor B3.120 panjang 25 m

6.2.9. Pemilihan alat Proses pengolahan tahap Secondary Crusher

Proses pengolahan tahap secondary crushing menggunakan rangkaian alat peremuk


sebagai berikut:
1. Proses pengolahan selanjutnya yaitu peremukan tahapan kedua (secondary
crushing) dilakukan sebagai berikut:Hasil pengolahan tahap awal tersebut dibawa
oleh belt conveyor 04 ke surge pile
2. Cone crusher yang digunakan Merk : SHANBAO / SHAN BAO, Model : PYB 1200,
Kapasitas : 280 - 485 Ton per Jam,Power 160 Kw, Max. Feed Size : 215 mm,
Adjustable Range : 25 - 50 mm, Speed Of Eccentric Shaft 245
3. Vibrating screen, dipilih secreen tipe 4YK1548 Screen Spec 4800x1500, deck 2,
Screen mech 30 mm, 40 mm dan 50 mm, Feed opening 400 mm, Kapasitas 275 TPJ,
Power 15 Kwh, Frequensi 870 r/min, Amplitudo 5-9 mm
4. Tipe Belt conveyor
Belt conveyor B4.120 panjang 11 m
Belt conveyor B5.120 panjang 50 m
BabVI |6 -23
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Belt conveyor untuk produck B100 x12


Belt conveyro sirkulasi Cone ke screen

6.3 Pemasok Raw Material

Dalam proses produksi kapur tohor (quicklime) membutuhkan bahan baku berupa
batu gamping yang berasal dari beberapa supplier yang ada di area sekitar pabrik,
hal ini memudahkan dalam proses pengiriman dan ketepatan waktu untuk mengejar
target produksi pabrik. Adapun beberapa perusahaan penambangan batukapur yang
sudah potensial dapat menyediakankan bahan mentah batu kapur/ batu gamping nya
dimana salah satunya yang telah diperoleh komitmen nya adalah PT SMR Golden
Jaya Abadi dengan jumlah total luas lokasi tambang sebesar 5 HA.

6.4. Jenis , Jumlah, kualitas hasil Pengolahan

Hasil dari kegiatan penambangan yang dilakukan berupa fragmentasi atau pecahan
batu Batugamping hasil operasi peledakan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat
menjadi produk yang dapat diterima pasar. Dengan demikian, produk yang dihasilkan
akan berupa fraksi-fraksi ukuran tertentu yang berlaku di pasar. Jumlah produksi
untuk masing-masing fraksi akan ditentukan oleh kebutuhan atau demand dari pasar.
Untuk memenuhi rencana ini maka PT. Duta Karya Pangestu akan menyiapkan
fasilitas pengolahan batu Batugamping berupa crushing screening plant. Fasilitas
crushing plant didisain dengan mempertimbangkan skenario produksi yang
direncanakan oleh PT. Pandu Duta Pangestu yaitu seperti yang diberikan dalam
Tabel 6.7 berikut ini.

BabVI |6 -24
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Tabel 6.7. Rencana Pengolahan Batugamping dan pengolahannya tahun 2020

Sedangkan untuk rencana produksi dari tahun 2021 hingga tahun 2024 di sajikan
pada Tabel 6.8. sebagai berikut

BabVI |6 -25
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

Tabel 6.8. Rencana Pengolahan Batugamping perbulan dan Hasil pengolahannya


dari 2021 s/d 2024

BabVI |6 -26
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

6.5. Pemilihan Alat Muat Wheel Loader

BabVI |6 -27
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

6.6.. Tata Letak Rangkaian Alat Peremuk

Tata letak rangkaian crushing plant berdasarkan pematangan lahan yang


direncanakan disajikan pada gambar berikut:

Bab |6 -28
BabVI
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

BabVI |6 -29
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

BabVI |6 -30
Studi Kelayakan_
PT. DUTA KARYA PANGESTU
2019

BabVI |6 -31

Anda mungkin juga menyukai