Anda di halaman 1dari 12

SUMMARY

DRILLING OPERATION PROCEDURE


NICKEL LATERITE EXPLORATION

DRILLING OPERATION
1. PURPOSE
Drilling operation procedure merupakan pedoman untuk Geologist dan Driller dalam
pemboran eksplorasi laterit. Procedure berdasarkan pertimbangan teknis untuk
memperoleh geological data yang detail, efektif, efisien dan berkualitas (sesuai
standar). Procedure ini meliputi technical aspect yang berkaitan dengan standard core
drilling, handle core dan sample. Procedure ini diharapkan saling melengkapi dengan
procedure teknis drilling dari Driller (kontraktor bor).
Procedure ini digunakan hanya untuk eksplorasi nikel laterite. Diharapkan semua
karyawan yang incharge dalam pekerjaan mengikuti procedure.

2. TECHNICAL PROCEDURE
Geologist sebagai pengawas operational drilling (wellsite) harus ada di drill site dan
aktif memantau mengikuti kemajuan drilling dan mengetahui kondisi pemboran yang
dihadapi driller (seperti laju pemboran, perubahan kondisi bawah permukaan, muka
air tanah, dan perubahan karakter profil laterit), dalam kondisi tertentu pengawasan
drilling dapat dilakukan / diserahkan kepada Ass. Geologist sebagai wakil yang
ditunjuk.
Safety aspect dalam operational drilling penting karena kegiatan ini melibatkan banyak
peralatan bergerak dan aktivitas manusia. Selain itu drilling merupakan komponen
penting dalam pengambilan core sebagai primary data, sehingga diperlukan control
dan procedure operational yang ketat disetiap tahap kegiatannya.
2.1 Pre Drilling
 Wellsite Geologist harus memastikan titik pemboran sesuai dengan plan
dan terpasang pada koordinat yang tepat. Lakukan cross check plan
drillhole dengan data stake out surveyor, untuk mengetahui jika ad
pergeseran koordinat.
 Pembuatan drillpad dilakukan disekitar titik pemboran dan tidak boleh
memindahkan posisi patok titik bor. Perhatikan kondisi lingkungan sekitar
pada saat pembuatan drillpad, lakukan tindakan preventif jika ada kondisi

Page 1 of 12
tidak aman yang akan menimbulkan bahaya terhadap manusia dan
peralatan.
 Set Up Rig, setting rig dilakukan oleh kontraktor dengan pengawasan
wellsite, pastikan rig disetting tepat diatas titik bor dan Menara bor tegak
lurus. Apabila diperlukan menggeser titik bor dikarenakan safety reason dan
kondisi lingkungan (topografi terjal, sungai, daerah regolith dll), wellsite
harus mengetahui dan menentukan lokasi perpindahannya (maksimal
pergeseran 10 M dari titik plan). Jika lebih dari 10 M, wellsite akan
memutuskan apakah geser ke spasi 25 M terdekat atau opsi lain.
 Koordinasi dengan driller untuk memastikan semua instrument drilling
berfungsi dengan baik.
 Drainase dan sirkulasi fluida pemboran dipastikan tidak akan menimbulkan
dilusi dan kontaminasi (pengotoran) pada core yang akan diambil. Fluida
yang keluar dari lubang bor tidak boleh masuk kembali dengan alasan
apapun. Drainase juga sebagai safety control supaya area pemboran tidak
jenuh air (becek).
 Stick up rig bor harus diukur dan diketahui oleh Wellsite. Penting untuk rig
drilling terkunci pada titik (patok penguat), supaya lubang pemboran tetap
presisi.

2.2 Start Drilling


 Sebelum start drilling pastikan house keeping equipment drilling dan area
drillpad sudah sesuai procedure safety. Termasuk dalam hal ini manpower
sesuai tugas masing-masing lengkap.
 Catat waktu awal pemboran dan awal penetrasi
 Perhatikan pipa pada saat mengalami kemajuan pemboran
 Ingat panjang pipa untuk menghindari perbedaan panjang actual dan
panjang pipa yang masuk kedalam titik bor
 Lengkapi form pre-start drilling dan lakukan commissioning setiap akan
dimulai pemboran

Page 2 of 12
2.3 Drilling Process
 Mulai proses drilling harus menunggu Wellsite atau Asistant Geologist.
 Satu drill run cukup 1.0 meter (maksimal), jika kondisi underground tidak
memungkinkan, stop run sesuai saran driller tapi run selanjutnya
dilanjutkan berhenti sampai meteran bulat berikutnya.
 Perhatikan panjang Core yang keluar. Apakah Lose atau Swelling. Bila
Lose, ukur panjang Lose-nya, dan catat Recovery-nya. Namun bila
Swelling , usahakan ukur Swelling-nya isi dalam length dan tidak
mempengaruhi Core Recovery.
Standard procedure untuk recovery (length core) yang acceptable :
a. Recovery length of core dalam satu run ≥ 70 %
b. Dalam tiga kali run berurutan recovery length of core masing-masing
antara 70 – 90 %, pada kondisi material normal akan dilakukan
redrill.
c. Recovery length of core, dalam satu hole harus > 92 %
d. Untuk kondisi geologi tertentu (MAT, structure, silica boxwork,
cavity), penentuan toleransi recovery ada pada Geologist.
 Memastikan driller / assistant driller meletakkan drill core dalam core box
dengan sebelah kiri core box adalah meter start / from dan ke kanan meter
end / to (sehingga hasil foto core terlihat depth dangkal sebelah kiri dan
depth dalam ke kanan, jadi nantinya melihat core foto akan “seperti
membaca buku dari kiri ke kanan”, lihat contoh foto core
 Core splitter harus keluar dari inner cup pada saat pengambilan core, split
harus dibuka pada saat meletakkan core pada corebox, setelah
sebelumnya diukur panjang corenya.
 Saat continue drilling split harus dibersihkan lebih dulu, sehingga tidak ada
kontaminasi di meteran selanjutnya.
 Pasang core block penanda dengan tulisan depth meter yang jelas dan
benar, beri keterangan menggunakan core block tambahan jika ada core
loss atau cavity serta pada akhir pemboran pada depth meter terakhir diberi
core block tambahan dengan tulisan EOH (end of hole)
 Pastikan sebelum memulai kembali drilling sudah dilakukan flushing lubang
bor. Fluida pemboran yang keluar dari lubang bor usahakan sudah bersih.

Page 3 of 12
Gambar 1. Supervisi drilling progress

2.4 Core handling


 Core yang diletakkan pada corebox harus dalam kondisi bersih dari polimer
cutting dan pengotor lain.
 Corebox harus dalam kondisi bersih. Penyusunan core dipisah setiap satu
meter, jika terjadi swelling dan material lebih dari 1 meter diletakkan
menyambung ke lajur bawah core box, meteran selanjutnya diletakkan
pada lajur lain dari core box.
 Buka setengah bagian dari split pada tube, ukurlah core recovery pada saat
core masih berada dalam split yang terbuka
 Susun core pada split tube dengan urutan yang benar dan rekonstruksi core
yang pecah

Page 4 of 12
 Lakukan penataan corebox secara urut sesuai kedalaman.
 Pasang core block yang memuat informasi kedalaman pada ujung terakhir
core
 Penyimpanan corebox dilapangan harus pada tempat yang aman dari
binatang, air hujan, bahaya tumpah dan sinar matahari langsung
 Tutup corebox ketika drilling masih continue dihari berikutnya, dengan
terlebih dulu diambil photo untuk corebox sampai terakhir
 Penyusunan corebox diatur supaya tidak ada kontaminasi, corebox paling
bawah diletakan 15 cm diatas tanah, antara corebox diberi penyangga
sekitar 5 cm. Antara corebox diberi penutup plastic wrap, terpal atau triplex

Gambar 2. Handling core

Page 5 of 12
Gambar 3. Penataan core pada corebox

2.5 Cheating
Kecurangan pada saat proses drilling harus diperhatikan, karena akan
berpengaruh kepada geological data. Karena kondisi geologi yang sulit dan
equipment yang tidak lengkap biasanya menjadi alasan tindakan kecurangan.
Harus dipastikan Wellsite memahami betul formasi geologi sehingga dapat
mengantisipasi kecurangan. Diperlukan pengamatan yang detail saat proses
pemboran jika ada kecurangan saat perhitungan depth drilling. Contoh cheating
yang sering terjadi :
 Mengganti material yang loss dengan cutting, material meteran selanjutnya
atau material dari luar yang mirip
 Kecurangan perhitungan depth
 Menambah recovery dengan menyebar material supaya terlihat lebih
banyak (panjang dan volume)
 Material hasil reaming lubang bor digabung ke core

2.6 End of Hole


Status end of hole pada saat pemboran telah mencapai bedrock (batuan fresh) 3
sampai 5 Meter berurutan. Jika ada kondisi lain harus dengan persetujuan Wellsite
Geologist.
Kondisi material silica boxwork setelah lebih dari 5 meter berturut-turut dapat
dilakukan twin hole dengan jarak pergeseran titik maksimal 6 meter.

Page 6 of 12
Untuk hole yang redrill tidak diperhitungkan meteran pemborannya, dan harus
diulang sampai hasil pemboran dinyatakan memenuhi parameter end of hole.
Sample dari hole yang redrill akan dimasukkan kembali kedalam lubang pemboran
dan tidak dipakai.
Wellsite harus mengetahui ukuran panjang core barrel, inner dan pipa yang
digunakan untuk pemboran, lakukan pengukuran setiap titik sudah EOH,
crosscheck dengan total panjang core hasil pemboran.
Semua corebox harus diphoto lengkap sebelum pengiriman core ke coreshed.
Setelah dipastikan pemboran EOH maka titik akan dipasang patok penanda titik
bor, untuk pemboran spasi 100, 200 dan 400 akan dipasang patok pipa cor,
sedangkan spasi 25 dan 50 cukup dengan patok kayu.

Gambar 4. Patok bor spasi 50

2.7 Core Dispatch


Setelah finish drilling (EoH) maka sample core yang masih ada pada corebox
dikirim ke coreshed untuk proses logging dan packing. Pengangkutan corebox
dalam 1 hole harus bersama, supaya tidak tertukar dengan hole lain. Saat corebox
sampai di coreshed akan ada serah terima dari kontraktor drilling kepada team
coreshed, sebelumnya pastikan memeriksa seluruh corebox lengkap, sesuai dan
benar, crosscheck menggunakan photo core hasil dari drillsite. Status hole EOH
yaitu pada saat core sudah sampai di coreshed, toleransi pengiriman core
maksimal 24 jam.

Page 7 of 12
3. DIGITAL CORE PHOTOGRAPHY
Sebelum dilakukan packing sampling, seluruh drill core sample harus diphoto
detail per core box. Core photography sebagai completed field description akan
berfungsi saat validasi dan evaluasi data. Sebelum dilakukan pemotretan pastikan
seluruh penanda informasi core block dari break zona/lithology, interval sampling
dan ticket sample id sudah lengkap dalam satu core box (gunakan core box ukuran
HQ terdiri 5 lajur) dan urutan drill core sesuai urutan depth drilling.
Core box diletakan di atas stand photo core / dudukan kayu pemotretan yang
sudah disediakan (pastikan stand telah dipasang diberdirikan dengan stabil, hati-
hati kadang kaki-kaki penyangga lepas/meleset yang dapat mengakibatkan core
box terjatuh drill core tumpah keluar dari core box).
Letakkan papan info core box (warna putih) di atas core box yang telah diisi info
drill hole dengan data yang sesuai dan benar (contoh papan info seperti dalam
contoh foto drill core). Letakan parameter pembanding yang jelas dan berskala.
Lakukan pemotretan dengan ketentuan sebagai berikut:
 Gunakan kamera dengan resolusi tinggi (minimal 8 mega pixel),
 Lakukan pemotretan di tempat terbuka cukup terang sinar matahari (hindari
penggunaan lampu blitz karena jika core kondisi basah bisa memantulkan
cahaya dan cahaya blitz dapat merubah/mempengaruhi warna asli drill core,
gunakan blitz hanya jika cahaya matahari benar-benar kurang misal karena
mendung dan pemotretan tidak bisa ditangguhkan / perlu segera dikerjakan.
Usahakan pengambilan photo tegak lurus dengan peletakan stand photo core.
 Hindari pemotretan di bawah tenda, selain cahaya matahari menjadi kurang
juga dapat mempengaruhi warna core aslinya (tenda biru),
 Gunakan / set kamera dengan resolusi yang sama untuk seluruh pemotretan
core, pada saat memotret gunakan lensa tanpa zoom , kamera didekatkan saja
ke objek untuk mendapat resolusi maksimal,
 Kroscek setiap hasil pemotretan secara digital langsung di kamera jika hasil
tidak baik ulangi (hasil foto harus fokus tidak ada bagian core yang blur,
 Setting ukuran dan layout posisi foto dapat dilakukan kemudian setelah foto
didownload ke laptop dengan cara foto cropping untuk mendapat layout foto
yang baik, latar atas dan bawah background warna biru sedangkan batas kiri
dan kanan di-pas-kan tepi core box, seperti dicontohkan dalam foto core di
bawah.

Page 8 of 12
 Sign core block, sample id dan papan info harus terlihat jelas dan informasi
yang tertulis dapat dibaca.

Selain drill core, field information seperti : proses drilling (rig up, rig down, moving),
inspection, patok bor dan aktivitas lain di drill site juga dapat di photo untuk
kelengkapan document. Standard file name untuk photography : Hole id_depth
meterage_Box number, cth : N163301_0.00 – 4.00 M_BOX 01. Simpan file
dengan format jpeg.
Insert photo dapat dilakukan untuk melengkapi data, jika saat description menemukan
interest object (record dalam comment), gunakan sign khusus jika ingin menunjukan
objek yang menarik seperti mineral khusus (garnierite, chromit, etc), tekstur, structure
atau object interest lain, lakukan pemotretan focus dari jarak dekat untuk
memperjelas. Penamaan insert photo : Hole id_Box no_depth, cth : N163301_BOX
7_depth 30.75 M.

Gambar 5. Contoh procedure core photography

Page 9 of 12
Gambar 6. Contoh insert photo (interest material)

4. SAMPLE PACKAGE
Setelah selesai proses description dan photography sample akan di pack
menggunakan plastic berdasarkan sheet sample plan. Proses package harus
sesuai dengan intruksi sample plan dari Geologist.
Setiap sample menggunakan double plastic ( 2 plastic dirangkap), plastic terluar
diberi label tulisan sample id menggunakan spidol permanent. Satu interval sample
dimasukkan dalam satu plastic. Apabila ada sample yang tidak cukup dalam satu
plastic, bisa dibagi menjadi dua plastic dan harus diberi kode sample id yang sama
dan diikat menjadi satu.
Ticket sample dengan keterangan “Lab” dimasukkan menempel pada sample,
untuk ticket “Dup” dan “Storage” dimasukkan antara 2 plastic. Plastic diikat kuat
dan pastikan tidak ada isi sample yang tercecer keluar.
Setelah semua sample dalam satu drill hole dimasukkan dalam kantong plastic
sample, jumlah total seluruh sample di crosscheck kembali, sesuaikan sample id
dan interval sample. Setelah itu masukkan sample secara berurutan dalam karung
( 1 karung untuk sekitar 4 – 6 sample ), beri label dengan tulisan kode Drill hole,
nomor sample dan jumlah sample dalam karung. Sample dari satu drill hole
dikumpulkan pada satu tempat secara berurutan, pisahkan sample tiap prospect
untuk memudahkan penyortiran saat pengiriman ke laboratorium.

Page 10 of 12
Gambar 7. Packing sample

5. SAMPLE DISPATCH
Pengiriman sample ke laboratorium yang ditunjuk perusahaan untuk proses
preparation dan analisa geochemical. Setelah memastikan jumlah dan identitas
sample, dibuat lembar pengiriman sample (DPO) ke laboratorium, maksimal
jumlah sample dalam DPO disesuaikan dengan kapasitas per batch laboratorium.
Idealnya jumlah sample dalam 1 batch sama dengan kapasitas pembacaan XRF
dikurangi perkiraan jumlah sample QAQC laboratorium tersebut.
Setiap prospect menggunakan interval kode DPO yang berbeda. Serah terima
sample dilakukan dengan menyerahkan sample dan lembar DPO kepada
representative laboratorium. Pihak laboratorium akan melakukan rekonsiliasi
terhadap jumlah dan kode sample yang diterima. Setelah tidak ada masalah
laboratorium akan memberikan tanda order analisa sample berupa “dispatch order
sample”.

Page 11 of 12
Gambar 8. Serah terima sample dan rekonsiliasi check sample oleh Laboratorium

Page 12 of 12

Anda mungkin juga menyukai