A-1-2
Kondisi Perbatubaraan
Cadangan Batu Bara Dunia (batu bara bituminus dan antrasit) (satuan : 100 juta ton)
Bekas Uni
Soviet Canada
16.582 325
(491)
(45)
Eropa
3.156
(576)
RRC America
622
(622) 6.958
Afrika yang lain Asia Oseania yang lain
(1113)
2.139 118
(57) (27)
India
727
(727) Australia Amerika
Tengah dan
1.909
Afrika Selatan
(473)
Selatan 1.41(87)
1.262
(553)
(sumber) Konferensi Energi Dunia ke-17 (tahun 1998)
(catatan) 1.Warna putih di dalam lingkaran dan angka di luar ( ) adalah cadangan, di mana untuk
seluruh dunia adalah sekitar 3,3 triliun ton.
2.Warna hijau dan angka di dalam ( ) adalah cadangan tertambang
Menurut IEA, produksi batu bara dunia pada tahun 1998 mencapai sekitar 3,7
milyar ton, di mana negara penghasil nomor satu di dunia adalah RRC yang
menghasilkan lebih dari 1/3 produksi dunia (sekitar 1,236 milyar ton). Di urutan
berikutnya berturut-turut Amerika (936 juta ton), India (303 juta ton), bekas Uni
A-1-1
Soviet (290 juta ton), Afrika Selatan (223 juta ton), Australia (219 juta ton) dan
Polandia (117 juta ton).
Volume perdagangan batu bara dunia pada tahun 1998 adalah 524 juta ton, di
mana negara pengekspor nomor satu adalah Australia (167 juta ton) atau sekitar 31 %,
disusul oleh Amerika (71 juta ton), Indonesia (47 juta ton) dan Kanada. Sedangkan
sebagai negara pengimpor, Jepang mengimpor batu bara dalam jumlah besar yaitu
sekitar 26 % (129 juta ton) dari volume perdagangan batu bara dunia. Volume impor
yang besar ini disebabkan oleh pertumbuhan impor akibat sektor tenaga listrik dan
semen yang beralih ke batu bara. Selain Jepang, dewasa ini negara-negara di kawasan
Asia Timur seperti Korea (51 juta ton) dan Taiwan (37 juta ton) juga menunjukkan
kecenderungan meningkat.
Perkiraan kebutuhan batu bara di masa depan memiliki banyak unsur
ketidakpastian yang memerlukan pertimbangan tersendiri. Namun menurut IEA,
volume impor batu bara di negara-negara OECD pada tahun 1997 yang mencapai 293
juta tce*, akan menjadi 309 juta tce pada tahun 2010. Sementara itu, volume ekspor
Amerika dan Australia diperkirakan bertambah, sehingga volume ekspor pada tahun
1997 yang sebesar 252 juta tce, akan meningkat menjadi 313 juta tce pada tahun 2010.
Menurut ramalan-ramalan ini, secara global di masa depan permintaan dan
persediaan untuk batu bara uap dikhawatirkan akan menjadi lebih ketat dibandingkan
batu bara metalurgi. Oleh karenanya, perlu memacu eksplorasi, pembangunan dan
perbaikan infrastruktur di negara penghasil batu bara, serta memacu kebijakan
penghematan energi, terutama di negara yang mengkonsumsi banyak energi.
* (tce = ton of coal equivalent)
World Major
World Major Coal
Coal Trade(1998)
Trade(1998)
(Unit:Million ton)
9
Russia
From North Poland Canada
America 9 17
22 4 7
OECD 19
Europe Eastern 7
To Europe
Europe China 13 6 U.S.A 29
17 Japan
10 4
27
From Latin Asia
42 8
America To Europe
53 22
11 71
Latin
America
4
South Australia
Africa
A-1-2
2. Kondisi Perbatubaraan Jepang Dan Arah Perkembangannya
2.1 Perjalanan Pertambangan Batu Bara Jepang
Sejak dilakukan pembangunan yang serius di bawah pemerintah, pertambangan
batu bara Jepang memainkan peranan yang penting sebagai industri kunci yang
menopang modernisasi Jepang. Terutama di sekitar tahun 1950, sebagai satu-satunya
energi yang dihasilkan di dalam negeri, industri batu bara telah memberikan
kontribusi yang besar pada perkembangan industri dan kestabilan kehidupan rakyat.
Setelah perekonomian Jepang memasuki era stabil pada pertengahan tahun
1950-an, batu bara terjerumus ke dalam situasi kelebihan produksi, di mana
perusahaan batu bara menanggung akumulasi kerugian dan stok batu bara, sehingga
dipaksa untuk melakukan rasionalisasi yang drastis untuk mengoreksi harga batu bara
yang tinggi. Dalam situasi terjadinya penutupan tambang secara beruntun dan
timbulnya pemutusan hubungan kerja, maka pada tahun 1963 diberlakukan kebijakan
batu bara (saat ini sudah yang kesembilan), yaitu mempertahankan produksi pada
tingkat 55 juta ton, serta mendorong pengurangan tambang batu bara yang tidak
efisien dan memodernisasi tambang batu bara yang efisiensinya tinggi, sehingga
terjadilah rasionalisasi, penciutan dan penutupan. Selanjutnya, terus dilaksanakan
kebijakan batu bara yang mendorong penciutan tingkat produksi dan intensifikasi
sistem produksi secara mulus. Akibatnya, produksi batu bara yang sebesar 50,11 juta
ton dengan jumlah tambang batu bara sebanyak 222 dan jumlah pekerja sekitar 110
ribu orang pada tahun anggaran 1965, mengalami penyesuaian struktur, sehingga
pada tahun anggaran 1975 produksi batu bara menjadi 18,6 juta ton dengan jumlah
tambang batu bara 35 dan jumlah pekerja sekitar 20 ribu orang.
Dua kali krisis minyak yang terjadi pada tahun 1973 dan tahun 1979 menjadi
momentum untuk melaksanakan peninjauan ulang mengenai batu bara, di bawah
perubahan permintaan dan persediaan energi serta kebijakan energi menyeluruh.
Akibatnya, diambillah suatu langkah kebijakan batu bara yang berpilar pada
pertahanan produksi dan pemanfaatan batu bara Jepang, serta memperlancar
pembangunan dan impor batu bara luar negeri. Walaupun ketika itu produksi batu
bara Jepang cenderung berkurang secara perlahan, namun secara umum masih
bertahan pada tingkat sedikit di bawah 20 juta ton.
A-1-3
Coal Supply in Japan
Imported Coking Coal Domestic Steam Coking
16,000
Imported Steam Coal Domestic Coking Coal
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
1966 1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998
Fiscal Year
Sumber : Laporan tahunan statistik produksi serta permintaan dan persediaan energi
(catatan) 1. Di dalam batu bara uap termasuk batu bara antrasit dan kokas alam
2. Batu bara dalam negeri hanya yang berasal dari produksi, tidak termasuk yang berasal dari
stok dan batu bara impor adalah as-received basis
Namun, permintaan dan persediaan energi setelah tahun 1985 berubah mendadak
ke posisi melunak, ditambah lagi dengan adanya kenaikan harga Yen secara drastis,
maka perbedaan harga batu bara dalam negeri dan luar negeri yang tadinya untuk
sementara mulai menampakkan kecenderungan mengecil, kembali membesar, dengan
demikian daya saing pertambangan batu bara Jepang memburuk hingga mencapai
taraf tidak mungkin diperbaiki lagi.
Di bawah situasi seperti ini, pada tahun anggaran 1987 diterapkan kebijakan batu
bara kedelapan dan pada tahun 1992 sebagai tahun anggaran pertama mulai
diberlakukan kebijakan batu bara yang baru. Walaupun sudah dilakukan usaha
rasionalisasi oleh perusahaan batu bara dan adanya kerjasama dari industri pemakai
untuk membeli batu bara, namun kondisi usaha perusahaan batu bara tetap berat, dan
lingkungan usaha pertambangan batu bara semakin berat, antara lain semakin
menjauh dan mendalamya permuka kerja penambangan, semakin meningkatnya usia
pekerja, serta menetapnya perbedaan harga batu bara dalam negeri dan luar negeri.
Sehingga penyesuaian struktur (restrukturisasi) semakin digalakkan, di mana pada
tahun anggaran 1998 produksinya menjadi 3,698 juta ton, jumlah tambang batu bara
A-1-4
menjadi 2 buah dan jumlah pekerja menjadi sekitar 1.490 orang.
Sedangkan volume impor batu bara pada tahun anggaran 1998 mencapai 126,51
juta ton, dan kecenderungan pertambahan ini diperkirakan akan terus berlanjut.
Seperti terlihat pada gambar di bawah, jumlah produksi batu bara, jumlah
tambang batu bara dan pekerja tetap di Jepang menunjukkan kecenderungan menurun
dari tahun ke tahun, di mana pada akhir bulan Maret 1997, Mitsui Miike Coal Mine
yang merupakan tambang batu bara terbesar di Jepang ditutup, sehingga saat ini
tambang batu bara besar yang masih beroperasi tinggal 2 tambang, yaitu Taiheiyo
Coal Mine dan Matsushima Coal Mine.
jumlah produksi batu bara jumlah tambang batu bara jumlah pekerja tetap
20,000 35 n
30
15,000
25
20
10,000
15
10
5,000
0 0
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
Tahun anggaran
A-1-5
secara sukarela yang dilakukan oleh perusahaan batu bara, dan bersama itu sedang
dilaksanakan kebijakan batu bara yang mengantisipasi masalah-masalah baru, dengan
berpijak kepada usulan laporan pertengahan pada bulan Juni 1994 dari sub-komisi
batu bara, komisi penyelidikan energi, mengenai antisipasi masalah lingkungan
global dan masalah kestabilan permintaan dan persediaan batu bara di kawasan Asia
Pasifik.
50%
46.2
40% 73.4
72.0
66.0
59.7 57.3 57.8 58.3 58.2 57.4
30% 56.3 56.7 56.8 56.7 56.5 55.8 55.2 53.6
20% 37.6
10% 17.2
0%
1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
tahun anggaran
m inyak bum i batu bara gas alam tenaga nuklir tenaga air dan lain-lain
A-1-6
Di masa depan tetap diperlukan usaha keras untuk mendorong kebijakan energi
pengganti minyak bumi, di mana kebijakan batu bara dalam rangka kebijakan energi
memerlukan pengembangan yang baru seperti berikut ini.
① Mempertahankan kestabilan pengadaan batu bara luar negeri
• Meningkatkan bantuan terhadap pengembangan batu bara luar negeri seperti
bantuan pengembangan luar negeri
• Perbaikan lingkungan seperti pelaksanaan penyelidikan perbaikan infrastruktur
negara produsen batu bara
• Bantuan terhadap perbaikan terintegrasi coal chain di mana coal center sebagai
pusatnya
② Tantangan terhadap clean coal technology
• Mendorong secara aktif pengembangan teknologi, seperti teknologi pengefisienan
pemanfaatan batu bara
• Meningkatkan bantuan kebijakan yang mengantisipasi masalah clean coal
technology seperti peningkatan efisiensi panas, penanggulangan hujan asam dan
clean technology sebelum dan sesudah pembakaran (mendirikan clean coal
technology center)
③ Pengembangan kerjasama internasional yang berwawasan global
Dilihat dari sudut pandang kontribusi kepada penyetabilan permintaan dan
penyediaan batu bara dunia, serta kontribusi kepada penyelesaian masalah lingkungan
dalam skala global, maka diperlukan kerjasama internasional dalam bidang
pengembangan batu bara (produksi, eksplorasi, keselamatan, preparasi) dan bidang
pemanfaatan batu bara.
A-1-7
Tambang batu bara utama di Jepang
HOKKAIDO
SAPPORO
TOKYO
FUKUOKA
KYUSHYU
Tambang batu bara Jepang yang dewasa ini masih tersisa berada di pulau
Hokkaido dan Kyushu, yakni dua pulau di ujung Jepang. Taiheiyo Coal Mine dan
Ikeshima Coal Mine, keduanya merupakan tambang batu bara di bawah dasar laut
yang menambang batu bara di bawah dasar laut dan saat ini tetap berproduksi. Kedua
tambang batu bara ini termasuk tambang batu bara dengan kemiringan lapisan batu
bara target yang landai, sehingga melaksanakan ekstraksi batu bara dengan
mekanisasi penuh memakai drum cutter.
A-1-8
pembatubaraan tertinggi, dan hanya sedikit sekali diproduksi di lapangan batu bara
Ohmine yang terletak di ujung barat pulau Honshu. Sedangkan batu bara bituminus
dihasilkan di lapangan batu bara Matsushima di pulau Kyushu, dan batu bara
sub-bituminus dihasilkan di lapangan batu bara Kushiro di mana Taiheiyo Coal Mine
berada, serta dihasilkan di sebagian dari lapangan batu bara Ishikari.
Secara global, pada umumnya lapisan batu bara banyak yang berasal dari zaman
karbon (carboniferous) pada masa paleozoic, tetapi lapisan batu bara di lapangan batu
bara Jepang kebanyakan terbentuk pada zaman tersier di masa cenozoic, berarti
terbentuk pada zaman yang sangat muda dibanding batu bara luar negeri. Walaupun
berasal dari zaman yang muda, lapangan batu bara di Jepang mengalami proses
pembatubaraan yang tinggi akibat pengaruh aktifitas gunung berapi dan gerakan
kerak bumi, sehingga terbentuk batu bara berkualitas baik yang derajat
pembatubaraannya cukup tinggi.
A-1-9
Lapangan batu bara di pulau Hokkaido
Lapangan batu
bara Tenpoku
Lapangan batu
bara Rumoi
Lapangan batu
bara Kushiro
Lapangan batu
bara Ishikari
SAPPORO KUSHIRO
Taiheiyo Coal
Mine
Lapangan batu bara Ishikari berasal dari hasil sedimentasi di atas batuan dasar
lapisan zaman kapur (cretaceous) dari masa Mesozoic dan termasuk pada zaman
tersier di masa Cenozoic.
Formasi pembawa batu bara dan ketebalan lapisan di lapangan batu bara Kushiro dan
Sorachi
Nama Lapangan Nama Formasi Pembawa Ketebalan Jumlah Lapisan Batu
Batu Bara Batu Bara Lapisan (m) Bara Utama
Lapisan Shakubetsu 40~200 2~3 (zona Urahoro)
Kushiro Lapisan Yubetsu 150~250 2~3 (zona Yubetsu)
Lapisan Harutori 80~95 2~3 (zona Harutori)
Lapisan Ashibetsu 300~500 5~6 (zona Ashibetsu)
Lapisan Ikushunbetsu 300 5~6 (zona Mikasa)
Lapisan Bibai 150~350 6 (zona Sunagawa)
Ishikari
Lapisan Wakanabe 130~145 1~2 (zona Akabira)
Lapisan Yubari 180~220 3 (zona Yubari)
Lapisan Noborikawa 450~650 5~6 (zona Sunagawa)
A-1-10
anggaran 1996 merupakan daerah penghasil batu bara nomor satu di Jepang.
① Lapangan batu bara Miike
Lapangan batu bara Miike yang tersebar di bagian utara-tengah pulau Kyushu
merupakan lapangan batu bara besar yang terbentang sekitar 20 km dari distrik
Miike di prefecture Fukuoka hingga kota Arao di prefecture Kumamoto, di mana di
sebelah baratnya terhampar menuju laut Ariake. Di kota Ohmuta yang terletak di
lapangan batu bara Miike, dahulu terdapat Miike Coal Mine yang merupakan
tambang batu bara terbesar di Jepang.
Batu bara dari lapangan batu bara Miike termasuk batu bara bituminus, berwarna
hitam bercampur warna merah terang, kaya akan kandungan zat terbang, bersifat
mampu leleh, nilai panasnya juga tinggi dan mengandung beberapa % belerang.
A-1-11
7.000 kalori, bersifat mampu leleh namun kandungan belerangnya agak tinggi. Batu
bara Matsusima kaya akan kandungan zat terbang.
Formasi pembawa batu bara dan ketebalan lapisan di lapangan batu bara Miike, Sakito dan
Matsushima
Nama Lapangan Nama Formasi Pembawa Ketebalan Jumlah Lapisan Batu
Batu Bara Batu Bara Lapisan (m) Bara Utama
Lapisan Nanaura 100 1 (zona Miike)
Miike Lapisan Inari 90 2 (zona Miike)
Lapisan Yonenoyama 60 1 (zona Miike)
Sakito dan
Lapisan Sakito 180 2~3 (zona Ikeshima)
Matsushima
A-1-12