Anda di halaman 1dari 57

Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara

Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

C Ekstraksi Batu Bara


C-1-2
Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara

Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

C Ekstraksi Batu Bara

C-1 Teknik Ekstraksi Batu Bara

C-1-3
C-1-4
Teknik Ekstraksi Batu Bara

Bagian Ke-1 Metode Ekstraksi Batu Bara

1. Pemilihan Metode Ekstraksi Batu Bara ........................................................... 1

1.1 .............. Persyaratan Dasar Dalam Rencana Produksi Tambang Batu Bara 1

1.2 ......................... Tiga Faktor Dalam Penentuan Metode Ekstraksi Batu Bara 1

1.3 ................ Pembagian Zona Ekstraksi Dan Pemusatan Ekstraksi Batu Bara 2

1.4 ............................ Pemilihan Metode Ekstraksi Batu Bara Dan Kondisi Alam 3

1.5 ......................................................... Klasifikasi Metode Ekstraksi Batu Bara 4

2. Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar .................................... 5

2.1 .. Syarat Penggunaan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar 5

2.2 ...............Keunggulan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar 5

2.3 ................Kelemahan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar 5

2.4 ...................... Contoh Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar 6

3. Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang ..................................... 8

3.1 ............................. Ciri Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang 8

3.2 ........................... Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang Maju 9

3.3 ...................... Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang Mundur 10

3.4 ................................................... Metode Ekstraksi Batu Bara Lapisan Tebal 11

3.5 .............. Metode Ekstraksi Batu Bara Untuk Lapisan Berkemiringan Curam 11

3.6 ....................... Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Steel Prop-Kappe-Pick 12

3.7 ............. Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Steel Prop-Kappe-Peledakan 15

3.8 . Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Self Advancing Support-Drum Cutter 17

4. Penyanggaan Permuka Kerja Ekstraksi Batu Bara ....................................... 20


4.1 .................................................... Tekanan Batuan Dan Penyanggaan Pada

Permuka Kerja Ekstraksi Batu Bara ......................................................... 20

4.2 ................................................................... Penyanggaan Steel Prop-Kappe 21

4.3 ................................................................................. Self Advancing Support 26

4.4 ............................. Manajemen Permuka Kerja (Terutama Manajemen Atap) 26

5. Ekstraksi Batu Bara Dengan Tenaga Hidraulik ............................................. 31

6. Ekstraksi Batu Bara Dengan Auger Dan Trench Mining ............................... 32

C-1-2
Teknik Ekstraksi Batu Bara

Bagian Ke-1 Metode Ekstraksi Batu Bara

1. Pemilihan Metode Ekstraksi Batu Bara

1.1 Persyaratan Dasar Dalam Rencana Produksi Tambang Batu Bara

Sistem penambangan batu bara terdiri dari penambangan terbuka dan

penambangan bawah tanah, namun di sini akan ditulis dengan memfokuskan

pada sistem ekstraksi batu bara bawah tanah.

Secara umum, ekstraksi batu bara atau pekerjaan ekstraksi batu bara,

antara lain terdiri dari pemotongan batu bara, pemuatan, pemasangan

penyangga, penanganan gob, pengangkutan permuka kerja serta gateway

dan penanganan gas serta debu batu bara di permuka kerja, di mana di

antara pekerjaaan tambang batu bara merupakan pekerjaan yang paling

penting dan menjadi pokok dalam produksi.

Oleh karena itu, metode ekstraksi batu bara harus dipilih dengan hati-hati,

sesuai dengan rencana produksi jangka panjang tambang batu bara tersebut.

Untuk itu, perlu ditentukan dengan mengingat hal-hal mendasar di bawah ini

dengan baik.

Persyaratan dasar dalam rencana produksi tambang batu bara :

(1) Penentuan struktur tambang bawah tanah dan volume produksi yang

sesuai dengan kondisi alam serta modal yang diinvestasi

(2) Penentuan panjang penggalian lubang bukaan dan sistem penggalian

C-1-1
lubang bukaan

(3) Penentuan volume produksi dari permuka kerja dan sistem ekstraksi

batu bara

(4) Penentuan sistem pengangkutan, sistem ventilasi, sistem pengisian

dan penanganan keselamatan kerja

(5) Pekerjaan persiapan ekstraksi batu bara

(6) Penggunaan mesin ekstraksi batu bara yang sesuai

(7) Praktek ekstraksi batu bara

(8) Penetapan rencana produksi, rencana ketenagakerjaan dan rencana

pembiayaan (cost).

Pemilihan sistem ekstraksi batu bara harus dilaksanakan dengan

menegakkan hal-hal mendasar seperti di atas, dan juga memenuhi

faktor-faktor di bawah ini.

1.2 Tiga Faktor Dalam Penentuan Metode Ekstraksi Batu Bara

1) Pekerjaan ekstraksi batu bara harus aman dan terpercaya.

Ekstraksi batu bara adalah pekerjaan yang berlanjut terus selama ada

tambang batu bara. Jadi, walaupun untuk sementara dapat dicapai

efisiensi yang tinggi, apabila sistem tersebut diragukan dari segi

keamanan, tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, ekstraksi batu

bara harus aman dan terpercaya.

2) Haruslah metode yang sedapat mungkin dapat menambang secara

sempurna.

Batu bara adalah sumber daya energi terbatas yang sangat penting,

apalagi mengingat tambang batu bara bawah tanah mendapat investasi

C-1-2
modal yang sangat besar, sehingga harus dipilih metode yang dapat

menaikkan perolehan setinggi mungkin.

3) Haruslah metode yang efisiensinya tinggi, jumlah penggunaan

material per ton yang sedikit dan lagi ekonomis.

Tidak mungkin berbicara mengenai pengelolaan tambang batu bara,

tanpa mengikutsertakan masalah ekonomi. Oleh karena itu, dari segi

teknispun, harus dipilih metode yang dapat memproduksi batu bara lebih

banyak dengan tenaga kerja yang lebih sedikit dan biaya operasi yang

lebih rendah. Dapat dikatakan, bahwa biaya operasi per ton untuk seluruh

tambang batu bara, tergantung kepada produksi batu bara yang efisien.

Jadi, kalau ketiga faktor di atas dirangkum, berarti haruslah dilakukan

pemilihan sistem ekstraksi batu bara yang aman, sempurna dan ekonomis.

1.3 Pembagian Zona Ekstraksi Dan Pemusatan Ekstraksi Batu Bara

1) Pembagian zona ekstraksi

Dalam rangka pengembangan tambang bawah tanah untuk ekstraksi

batu bara, sedapat mungkin dilaksanakan penyelidikan kondisi alam

secara rinci, untuk mengetahui secara jelas bentuk konsesi, distribusi

lapisan batu bara, sesar dan struktur geologi, kemudian zona ekstraksi

dibagi menjadi zona ekstraksi kecil, di mana ekstraksi batu bara

dilakukan dengan menentukan urutan pembangunan setiap zona

tersebut, dan setelah selesai mengekstraksi satu zona, baru pindah ke

zona yang lain.

Dengan melakukan ekstraksi panel secara terencana, dapat dicegah

C-1-3
pemanjangan lorong yang harus dipelihara yang sebenarnya tidak perlu,

sehingga menguntungakan karena dapat mencegah menjadi rumitnya

berbagai sistem seperti sistem pengangkutan, ventilasi dan drainase air.

Zona yang telah selesai diekstraksi, lorongnya segera dibiarkan setelah

dilakukan pemutusan ventilasi dengan sealing (penutupan rapat), yang

mana penting untuk meniadakan bahaya swabakar, timbulnya gas

beracun dan lain-lain.

2) Pemusatan ekstraksi batu bara

Agar dapat menguntugkan dari segi biaya perawatan lorong dan

pemeliharaan berbagai fasilitas, digunakan sistem ekstraksi panel, di

mana produksi sedapat mungkin dipusatkan pada sejumlah kecil panel

yang disesuaikan dengan rencana volume produksi. Permuka kerja

ekstraksi batu bara dipusatkan pada sejumlah kecil panel dan jumlah

produksi per permuka kerja ditingkatkan agar dapat dicapai rasionalisasi

dalam pengoperasian tambang bawah tanah.

Untuk meningkatkan volume produksi per permuka kerja, perlu

dilaksanakan mekanisasi terhadap berbagai pekerjaan seperti

penggalian lubang bukaan, pengangkutan dan ekstraksi batu bara, yang

sesuai dengan kondisi alam.

Untuk melaksanakan pemusatan ekstraksi batu bara, diperlukan

perpindahan permuka kerja secara pasti, oleh karena itu adalah penting

untuk menjamin kemampuan penggalian lubang bukaan yang dapat

memenuhi permintaan panjang penggalian lubang bukaan yang sesuai

dengan kemajuan permuka kerja ekstraksi batu bara. Selain itu,

diperlukan keseimbangan antara kemampuan produksi batu bara di

C-1-4
permuka kerja ekstraksi batu bara dengan kemampuan pengangkutan di

belakangnya, di mana apabila kemampuan pengangkutannya kecil, akan

menjadi sulit untuk menjaga volume produksi yang direncanakan.

1.4 Pemilihan Metode Ekstraksi Batu Bara Dan Kondisi Alam

Pemilihan metode ekstraksi batu bara dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai macam persyaratan, di antaranya yang paling

mempengaruhi pemilihan adalah kondisi alam. Kondisi alam yang menjadi

faktor penentu dalam pemilihan metode ekstraksi adalah sebagai berikut :

(1) Ketebalan lapisan batu bara (ketebalan lapisan dan ketebalan batu

bara)

(2) Kemiringan lapisan batu bara

(3) Sifat atap dan lantai

(4) Hubungan multiple seam

(5) Ada tidaknya silicified wood serta sisipan (parting)

(6) Ada tidaknya sesar serta sifatnya

(7) Banyak tidaknya emisi gas dan semburan air

(8) Ada tidaknya kemungkinan swabakar

(9) Kedalaman lapisan batu bara serta hubungannya dengan permukaan

bumi

(10) Kekar batu bara, tekanan batuan serta kekerasan batu bara

(11) Kondisi lain (keterbatasan penambangan di bawah sungai dan dasar

laut, dan lain-lain)

Di antara kondisi alam di atas, yang pengaruhnya paling besar terhadap

C-1-5
pemilihan metode ekstraksi batu bara adalah “ketebalan lapisan batu bara”

dan “kemiringan lapisan batu bara”.

1.5 Klasifikasi Metode Ekstraksi Batu Bara

Sistem
Sistem Mesin pemuatan Sistem
Metode Arah Kemiri
Penangan ekstrak / Penyan
ekstraksi ekstraksi ngan
an Gob si pengangk gga
utan
Tiang
kayu
Pick
Pengisian Tiang
Maju Peleda
sempurna besi
Sistem Mundur Curam kan PC
Strip Kombina
Lorong Naik Ke Sedang Coal BC
packing si
Panjang arah jurus Landai plough Lori
Natural Self
Turun Drum
caving advanci
cutter
ng
support
Gancu, pick, peledakan
Sistem
Balok kayu dan Pemuatan dengan tangan,
pilar Sistem
Sistem tiang kayu Loader
pemotonga
penyan Tiang besi dan Road header dan PC atau
Sistem n dan
gga kappe lori
ruang dan pemuatan
Baut atap Continuous miner dan
pilar
Shuttle car

Catatan

① Klasifikasi kemiringan lapisan batu bara

C-1-6
Klasifikasi Batasan
Kemiringan landai 0~ di bawah 20o
Kemiringan sedang 20~ di bawah 35o
Kemiringan curam 35~ di bawah 55o
Kemiringan tegak di atas 55o

② Klasifikasi ketebalan lapisan batu bara


Klasifikasi Batasan
Lapisan tipis Di bawah 1,25 m
Lapisan sedang 1,25~ di bawah 2,25 m
Lapisan tebal di atas 2,25 m

Metode ekstraksi batu bara dipilih dari kombinasi klasifikasi garis besar

seperti yang ditulis di atas, namun apabila lapisan batu baranya tebal,

adakalanya dilakukan ekstraksi dengan membagi lapisan batu bara menjadi

beberapa bagian, atau dilakukan metode caving, yaitu metode ekstraksi batu

bara bagian atas melalui permuka kerja di bawahnya.

Selain metode di atas, ada ekstraksi batu bara hidraulik, ekstraksi batu

bara dengan auger dan lain-lain.

Di Jepang, sejak dulu telah digunakan berbagai macam metode yang

disesuaikan dengan kondisi geologi sepeti kemiringan curam dan lapisan tipis,

namun di sini terutama akan diuraikan mengenai metode ekstraksi batu bara

sistem ruang dan pilar dan sistem lorong panjang, yang saat ini mewakili

penggunaaan di tambang batu bara bawah tanah. Kemudian mengenai

ekstraksi batu bara hidraulik dan lain-lain hanya diberikan sebatas perkenalan

saja.

2. Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar

C-1-7
Ini adalah metode ekstraksi batu bara yang menetapkan suatu panel

ekstraksi tertentu, kemudian digali maju 2 sistem (jalur) lorong,

masing-masing melintang dan membujur, untuk kemudian dilakukan ekstraksi

batu bara dengan membentuk pilar batu bara. Ada 2 metode ekstraksi, yang

pertama adalah ekstraksi batu bara hanya terjadi pada saat penggalian

lubang bukaan, dan yang kedua adalah ekstraksi dilakukan apabila jaringan

lorong yang digali tersebut telah mencapai batas maksimum panel ekstraksi,

maka ekstraksi dimulai secara berurutan mulai dari pilar batu bara yang

terdalam (terjauh).

2.1 Syarat Penggunaan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar

Kondisi alam yang memungkinkan naiknya efisiensi metode ini adalah

sebagai berikut :

(1) Kemiringan lapisan batu yang landai dengan kemiringan rata-rata di

bawah 10o.

(2) Atap dan lantai lapisan batu bara berkondisi baik.

(3) Gas yang timbul sedikit.

(4) Jarang ada sesar dan lapisan batu baranya stabil.

(5) Cadangan batu bara yang banyak dan diharapkan mempunyai tebal

lapisan sekitar 1,0~3,0 m.

2.2 Keunggulan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar

(1) Lingkup penyesuaian terhadap kondisi alam penambangan lebih luas

dibanding dengan sistem lorong panjang yang dimekanisasi.

(2) Hingga batas-batas tertentu, dapat menyesuaikan terhadap variasi

C-1-8
kemiringan (kecuali lapisan yang sangat curam), tebal tipisnya lapisan

batu bara, keberadadaan sesar serta sifat dan kondisi lantai dan atap.

(3) Mampu mengekstraksi zona yang tersisa oleh ekstraksi sistem lorong

panjang, misalnya karena ada sesar.

(4) Dapat melakukan penambangan suatu zona yang berkaitan dengan

perlindungan berbagai fasilitas tambang bawah tanah dan permukaan,

seperti perlindungan bangunan terhadap amblesan.

(5) Selain itu, efektif untuk menaikkan perolehan sebisanya, pada blok

yang tidak cocok diekstraksi semua, misalnya ekstraksi bagian dangkal

di bawah dasar laut.

(6) Investasi awal yang relatif kecil.

2.3 Kelemahan Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar

(1) Perolehan ekstraksi batu bara yang sangat buruk. (Disebut sekitar 60%

~ 70%)

(2) Bila dibandingkan dengan metode ekstraksi batu bara sistem lorong

panjang, sering terjadi kecelakaan, seperti ambrukan.

(3) Ada keterbatasan ekstraksi bagian dalam, yang antara lain disebabkan

oleh peningkatan tekanan batuan. (Dikatakan batasnya sekitar 500m di

bawah permukaan bumi)

(4) Karena banyak batu bara yang disisakan, akan meninggalkan masalah

keamanan untuk penerapan di lapisan batu bara yang mudah

mengalami swabakar.

Pada umumnya, perolehan metode ekstraksi batu bara sistem ruang dan

C-1-9
pilar sangat rendah, namun akhir-akhir ini ada juga tambang batu bara yang

berhasil menaikkan efisiensi dan perolehannya melalui mekanisasi dan

perbaikan pola ekstraksi. Di bawah ini akan diperkenalkan contoh yang

mewakili metode ekstraksi batu bara sistem ruang dan pilar.

2.4 Contoh Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Ruang Dan Pilar

[Contoh aktual- 1]

Sejumlah lorong (dalam contoh gambar 1 ada 5 buah, maksimum 10

buah, lorong ini disebut entry) digali memakai continuous miner dengan

urutan nomor ①, ②, ③, dan seterusnya, untuk membentuk pilar batu bara

dengan membagi lapisan batu bara ke dalam bentuk kisi.

(Catatan) Jadi, bentuk dasar sistem ruang dan pilar ini termasuk sistem

pilar batu bara. Sebagai pasangan pilar batu bara (pillar), biasanya lorong

disebut sebagai room atau stall (ruang).

Seiring dengan majunya lorong, alat angkut belakang, yakni belt conveyor

dan feeder breaker berturut-turut dimajukan dan diperpanjang.

Penggalian lubang bukaan diulang-ulang dengan prosedur seperti ini, dan

apabila jaringan lorong telah mencapai batas maksimum panel ekstraksi,

dilakukan ekstraksi pilar batu bara (pillar extraction) memakai continuous

miner dengan urutan nomor ①, ②, ③, dan seterusnya, seperti cara yang

ditunjukkan oleh gambar 2.

Setelah satu demi satu mengekstraksi pilar batu bara dari batas

maksimum di bagian dalam, hingga sampai kembali ke titik awal, selanjutnya

menggarap blok di dekatnya dengan cara yang sama (penggalian lubang

bukaan), dan melakukan ekstraksi batu bara (pillar extraction), berulang-ulang,

C-1-10
sampai menyelesaikan ekstraksi suatu panel.

Seperti terlihat pada gambar, lorong dipisahkan satu sama lain dengan

merentangkan berbagai macam kain atau papan sebagai penyekat, untuk

menjadikan 3 lorong di tengah dari 5 lorong yang ada sebagai jalan udara

masuk, dan kedua lorong di pinggir sebagai jalan udara buang. Namun, untuk

mencegah timbulnya debu, biasanya lorong belt conveyor di tengah dibuat

dalam keadaan netral secara ventilasi, dengan membatasi kecepatan angin,

agar angin yang lewat sedikit.

Selain itu, untuk membatasi kebocoran angin antar tiap lorong sebisanya,

adakalanya 3 buah lorong sisi dangkal (up-dip) dijadikan jalan udara masuk

dan 2 lorong lainnya sebagai jalan udara buang.

Pada ekstraksi dengan metode pillar extraction, , batuan atap gob akan

mulai ambruk apabila luas gob telah mencapai sekitar 4.000~16.000m2,

walaupun ada perbedaan menurut sifat batuan dan kondisi geologi, dan sekali

atap mulai ambruk, biasanya untuk selanjutnya akan ambruk secara teratur

mengikuti perkembangan ekstraksi.

Gob

(disisakan)
Propping

Lubang
Udara kecil untuk
Udara buang Arah ventilasi
Feeder masuk mundur
breaker
Pilar
batubara Belt Penyekat
conveyor

C-1-11
Gambar1 : Pembagian pilar batu bara Gambar 2 : Ekstraksi

pilar batu bara

Jadi, untuk menyangga atap sementara dan menjaga keamanan saat

pillar extraction, tidak semua pilar batu bara yang diekstraksi, tetapi sebagian

disisakan (stook), dengan menghentikan ekstraksi dengan continuous miner

hanya sampai terbuka lubang kecil untuk ventilasi, seperti terlihat pada

gambar 2. Selain itu, apabila dibutuhkan, kadang-kadang dilakukan propping,

seperti ditunjukkan pada gambar.

Apabila kedalamannya bertambah atau kondisi atapnya memburuk secara

lokal, keamanan tidak dapat dijaga hanya dengan stook sebesar itu. Dalam

hal ini, stook diperbesar atau dari segi perencanaan kadang-kadang

diperlukan pilar yang disisakan tanpa diekstraksi sama sekali, sehingga

perolehannya menurun.

[Contoh aktual- 2]

Karena dari segi efisiensi produksi batu bara, pillar extraction lebih unggul

dari pada penggalian lubang bukaan, maka berbagai upaya telah dicoba

untuk meningkatkan persentase produksi pillar extraction semaksimal

mungkin, dengan mengurangi jumlah penggalian lubang bukaan.

Pada contoh gambar 3, dari lorong utama (main entry) dibuat lorong panel

(panel entry), di mana 3 lorong menjadi 1 kelompok secara paralel, dengan

dipisahkan oleh blok (rib) selebar 50~100m. Kemudian terhadap rib tersebut

dibuat lorong pembagi (split) dengan jarak tertentu (15~30m), dan pilar batu

C-1-12
bara di antara split ditambang dengan metode yang sama seperti di atas,

dengan menggunakan continuous miner. Sudah tentu, pilar batu bara di

dalam panel ditambang berurutan mulai dari bagian dalam, dan setelah

selesai menambang blok ini, pindah ke blok di dekatnya.

Di tambang batu bara yang melaksanakan produksi besar-besaran

dengan metode ini, umumnya dicapai hasil yang memuaskan melalui

kombinasi continuous miner dan shuttle car, masing-masing dioperasikan

sekitar 4 set, dengan 3 gilir per hari.

Garis batas
ekstraksi

Gob
Pilar
pengaman

Gambar 3 : Satu contoh ekstraksi batu bara sistem ruang dan

pilar

3. Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang

Metode ekstraksi batu bara sistem lorong panjang (dikenal dengan

sebutan longwall mining) adalah metode ekstraksi batu bara yang digunakan

secara luas pada ekstraksi batu bara bawah tanah, karena dapat diharapkan

jumlah produksi yang besar dari 1 permuka kerja.

C-1-13
3.1 Ciri Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang

(1) Perolehannya tinggi, karena mengekstraksi sebagian besar batu bara.

(2) Permuka kerja dapat dipusatkan, karena dapat berproduksi besar di satu

permuka kerja.

(3) Pada umumnya, apabila kemiringannya landai, mekanisasi ekstraksi batu

bara, pengangkutan dan penyanggaan menjadi mudah, sehingga dapat

meningkatkan efisiensi ekstraksi batu bara.

(4) Karena dapat memusatkan up-dip seam road

permuka kerja, panjang lorong Per-


Gob muka
kerja
yang dirawat terhadap jumlah
down-dip seam road
produksi batu bara menjadi
Gambar 4 : Sistem ekstraksi
pendek.
batu bara sistem maju
(5) Menguntungkan dari segi

keamanan, karena ventilasinya mudah dan swabakar yang timbul juga

sedikit.

(6) Karena dapat memanfaatkan tekanan batuan, pemotongan batu bara

menjadi mudah.

(7) Apabila terjadi hal-hal seperti ambrukan permuka kerja dan kerusakan

mesin, penurunan produksi batu baranya besar.

3.2 Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang Maju (lihat gambar

4)

Pada ekstraksi batu bara sistem maju, ekstraksi dimulai dari mulut masuk

suatu zona ekstraksi batu bara, dan diteruskan ekstraksi maju mengarah ke

dalam sampai ke ujung panel ekstraksi, yang dilakukan secara bersamaan

C-1-14
untuk lorong ekstraksi batu bara dan permuka kerja, sambil mempertahankan

lorong di gob.

Kelebihan dan kekurangan sistem maju

(1) Setelah permuka kerja ekstraksi batu bara dibuat, dapat segera memulai

ekstraksi batu bara, sehingga tidak memerlukan waktu yang panjang

untuk persiapan ekstraksi batu bara.

(2) Jarak penggalian lubang bukaan tidak perlu panjang, sehingga investasi

awalnya kecil.

(3) Pada zona yang banyak perubahan sesar atau lapisan batu bara, atau

pada zona yang banyak gas, sulit dilakukan eksplorasi dan drainase gas.

(4) Karena tail gate dan head gate di gob harus dipertahankan sampai selesai

ekstraksi, maka semakin maju permuka kerja, semakin tinggi biaya

perawatan karena lorong yang dirawat semakin panjang.

(5) Mudah terjadi swabakar akibat kebocoran angin di lorong gob, dan

apabila perawatan lorong tidak baik, penampang lorong menjadi sempit,

sehingga menjadi halangan bagi ventilasi dan pengangkutan.

(6) Diperlukan pekerjaan pengisian, sehingga kemajuan permuka kerja

terhambat oleh pekerjaan pengisian.

C-1-15
3.3 Metode Ekstraksi Batu Bara Sistem Lorong Panjang Mundur (lihat

gambar 5)
up-dip seam road
Pada ekstraksi batu bara sistem
Per-
mundur, pertama digali seam road muka Gob
kerja

dari mulut masuk zona ekstraksi, dan


down-dip seam road

pada waktu lorong tersebut mencapai


Gambar 5 : Metode ekstraksi batu
garis batas maksimum, dibuat
bara sistem mundur
permuka kerja sepanjang garis batas

tersebut untuk memulai ekstraksi batu bara menuju mulut masuk.

Kelebihan dan kekurangan sistem mundur

(1) Diperlukan waktu yang panjang untuk persiapan lorong ekstraksi batu

bara.

(2) Jarak penggalian lubang bukaannya panjang, sehingga investasi awalnya

besar.

(3) Dapat mengetahui kondisi lapisan batu bara pada tahap penggalian

lubang bukaan, serta dapat melakukan drainase ga pada daerah yang

banyak emisi gas (semburan gas), sebelum ekstraksi batu bara.

(4) Karena tidak perlu mempertahankan lorong di gob dan lorong menjadi

pendek dengan mundurnya permuka kerja, maka pemeliharaan lorong

mudah, dan menguntungkan juga bagi ventilasi dan pengangkutan.

(5) Karena tidak ada kebocoran angin ke dalam gob, resiko terhadap

swabakar kecil.

(6) Dapat mengetahui kondisi penambangan pada panel ekstraksi batu bara

sebelum dimulai ekstraksi, sehingga dapat dilakukan ekstraksi batu bara

C-1-16
yang terencana.

(7) Tidak ada pekerjaan pengisian dan dapat membuat permuka kerja

termekanisasi dengan alat-alat berat, sehingga dapat dilakukan produksi

terencana yang stabil dengan permuka kerja berefisiensi tinggi dan

berkemampuan produksi tinggi.

Seperti diuraikan di atas, sistem maju dan sistem mundur masing-masing

mempunyai keunggulan dan kekurangan. Sistem mana yang akan digunakan,

ditentukan antara lain oleh kondisi lapisan batuan, masalah keamanan dan

sulit tidaknya pemeliharaan lorong. Namun, dilihat dari segi kerepotan untuk

pemeliharaan lorong serta dari segi keamanan, lebih menguntungakan sistem

mundur.

Pada ekstraksi batu bara sistem lorong panjang yang umum, mekanisasi

mudah dilakukan apabila kemiringan lapisan batu baranya landai (0~15o).

Selain itu, ekstraksi batu bara juga lebih mudah dilakukan kalau ketebalan

lapisan batu baranya sekitar 2~3m.

Untuk lapisan berkemiringan 15~30o, sejak dulu sudah diterapkan

berbagai jenis permuka kerja termekanisasi yang dilengkapi dengan

pencegah penyangga roboh dan mekanisme koreksi penyangga yang

bergeser ke bawah, namun saat ini jarang dilakukan karena sulitnya

pemeliharaan.

C-1-17
3.4 Metode Ekstraksi Batu Bara Lapisan Tebal (Ekstraksi bagi lapisan)

Jaring
Jaring logam pengisian logam

Baja
Baja profil
sabuk

Drum cutter

(lihat gambar 6)

Gambar 6 : Metode ekstraksi batu bara bagi lapisan 2 tingkat, tingkat

atas maju dulu

Akhir-akhir ini, karena perkembangan self advancing support, dapat

dilakukan ekstraksi sekaligus hingga hampir 4 m. Namun dahulu, apabila

ketebalan lapisan batu bara melampaui 3m, pada umumnya dilakukan

ekstraksi dengan membagi lapisan tersebut menjadi lebih dari 2 tingkat,

kemudian diekstraksi satu demi satu. Dalam hal ini, pertama yang diekstraksi

adalah tingkat atas, kemudian dibuat atap buatan bagi tingkat bawah dengan

menggelar alas seperti baja sabuk, baja profil, jaring logam dan kayu pada

gob, dan selanjutnya bagian bawah diekstraksi mengejar tingkat atas. Namun

bisa juga tingkat bawah yang pertama diekstraksi, kemudian di bekas

penambangannya dilakukan pengisian, baru dilakukan ekstraksi bagian atas.

3.5 Metode Ekstraksi Batu Bara Untuk Lapisan Berkemiringan Curam (lihat

gambar 7 dan gambar 8)

Ekstraksi pada kemiringan curam adalah metode ekstraksi batu bara yang

C-1-18
umumnya digunakan pada lapisan batu bara dengan kemiringan lebih dari 45o,

yang mana hingga sekitar tahun 1920-an digunakan metode bertingkat sistem

pilar atau sistem ruang dan pilar mengarah ke atas. Akan tetapi, dengan

bertambahnya kedalaman ekstraksi, timbul banyak persoalan, seperti

turunnya perolehan, sehingga lama kelamaan diganti dengan metode

ekstraksi kemiringan semu dengan pengisian sempurna.

Pada metode ekstraksi ini, kemiringan permuka kerja yang tadinya sekitar

40o dijadikan 25o~30o, di mana batu bara yang diekstraksi dan material

pengisi diluncurkan melalui saluran peluncur (trough) besi atau plastik yang

digelar. Pada sistem ini, pola kerja bergilir yang lazim dilakukan adalah ada

satu gilir yang melakukan peledakan dan ekstraksi, kemudian gilir berikutnya

melakukan pengisian. Dalam hal ini, pengisian dilakukan dengan sedapat

mungkin tidak memakai tiang penyangga, yaitu dengan mendekati

permukaan dinding batu bara sedekat mungkin. Akan tetapi, pekerjaan di

bagian bawah sering berbahaya karena adanya batu bara yang meluncur

turun dari bagian atas. Oleh karena itu, belakangan metode ini diperbaiki

menjadi step advance mining, yaitu kemiringan permuka kerja dibuat 43~45o

dan di sepanjang permuka kerja dibuat beberapa tingkat tangga, di mana

pada setiap tingkat dilakukan pemotongan batu bara dan pemasangan tiang

penyangga. Dengan demikian, gangguan oleh batu bara yang diluncurkan

dari bagian atas dapat ditiadakan dan panjang permuka kerja juga menjadi

lebih dari 100m.

Metode ekstraksi yang disebut belakang adalah penambangan bertingkat

(step advance mining) (gambar 7), sedangkan yang disebut di depan adalah

penambangan segaris (align mining) (gambar 8). Keuntungan dari ekstraksi

C-1-19
pada kemiringan curam adalah :

• Pengangkutan di dalam permuka kerja hampir tidak memerlukan

tenaga penggerak karena dapat berjalan sendiri, misalnya melalui

trough.

Sedangkan kerugiannya adalah :

• Diperlukan tenaga kerja banyak untuk membawa masuk material

pengisi, sehingga volume produksi batu bara tergantung dari volume

pengisian.

Pengisian
Pengisian

Gambar 7 : Step advance mining Gambar 8 : Align mining

3.6 Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Steel Prop-Kappe-Pick

1) Pemotongan

Terutama untuk ekstraksi batu bara dengan pick, pemahaman terhadap

sifat dan kondisi lapisan batu bara adalah hal yang sangat penting, oleh

karena itu, di sini akan diuraikan sedikit mengenai kekar batu bara.

Pada umumnya, di dalam lapisan batu bara terdapat banyak retakan

halus yang menjalar sejajar. Ini disebut kekar batu bara atau cleat. Kekar

batu bara terbentuk karena tekanan atau tarikan akibat pergerakan kerak

C-1-20
bumi, di mana kemiringannya sekitar 50~90° terhadap atap, dan pada lapisan

batu bara yang sama, arahnya hampir tetap.

Jarak kekar batu bara di dalam lapisan batu bara adalah 1~10m, dan ada

juga kekar batu bara yang terbentuk karena tekanan sekunder dari ekstraksi

batu bara. Ini disebut sebagai kekar tekanan (retakan yang terjadi pada

lapisan batu bara karena tekanan batuan) yang timbul sejajar permuka kerja.

Dengan memanfaatkannya secara baik, dapat dilakukan ekstraksi batu bara

dengan efektif.

Hubungan antara kekar batu bara dan permuka kerja ada 3 macam,

seperti gambar 9 di bawah. Pada kekar yang sejajar permuka kerja, batu

bara menjadi lunak, sehinga baik ekstraksi maupun penggalian lubang

bukaan menjadi mudah. Pada kekar yang tegak lurus permuka kerja, menjadi

keras sehingga sulit digali. Sedangakan pada kekar yang membentuk sudut

tertentu terhadap permuka kerja, kemudahan penggalian berada di

tengah-tengahnya.

Pada ekstraksi dengan pick atau coal plough, antara kekar sejajar dan

kekar tegak lurus terdapat perbedaan yang besar dalam hal efisiensi

ekstraksi batu bara. Jadi, penetapan permuka kerja diharapkan membentuk

kekar yang sejajar dengan permuka kerja, namun kemudahan kerja terhadap

kemiringan lapisan batu bara dan keterbatasan dari segi fasilitas permuka

kerja seperti conveyor, lebih diutamakan.

C-1-21
Sejajar permuka kerja Tegak lurus permuka kerja Membentuk

sudut

terhadap permuka kerja

Gambar 9 : Hubungan antara kekar batu bara dan arah kemajuan permuka

kerja

2) Lapisan batu bara dan kondisi yang sesuai untuk ekstraksi dengan pick

(1) Apabila banyak gas yang timbul, sehingga pemotongan dengan mesin

berbahaya, apalagi dengan peledakan.

(2) Apabila tidak dapat digunakan mesin pemotong, karena ekstraksi batu

bara dilakukan di tempat curam.

(3) Apabila tidak diperlukan peledakan atau pemotongan dengan mesin,

karena batu baranya lunak.

(4) Apabila atap langsung lapisan batu bara bersifat rapuh, sehingga

dikhawatirkan atap akan ambruk kalau digunakan peledakan atau metode

ekstraksi dengan mesin.

(5) Apabila biaya tenaga kerjanya murah.

3) Cara ekstraksi batu bara dengan pick

Yang paling penting dalam ekstraksi batu bara dengan pick adalah

pemanfaatan tekanan batuan dan cara memakai pick.

Selain kekar batu bara yang telah ada, di dalam lapisan batu bara akan

terjadi kekar tekanan akibat tekanan atap dan lantai yang menyertai ekstraksi

batu bara. Semakin banyak kekar tekanan yang timbul, berarti pick dapat

mengeluarkan kemampuan maksimum. Oleh karena itu, yang penting adalah

C-1-22
mempercepat pertumbuhan kekar tekanan yang paling sesuai untuk ekstraksi

dengan pick, dengan mempertimbangkan kedalaman lapisan batu bara, sifat

atap dan lantai, metode pengisian kembali, serta menjaga kecepatan gerak

maju permuka kerja yang sesuai.

Berikut ini, diuraikan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan, agar dapat

menggunakan pick secara efisien.

(1) Sedapat mungkin pick digunakan menghadap ke bawah.

Pick mempunyai berat yang lumayan dan getaran balik selama operasi

juga lumayan besar, sehingga kalau digunakan menghadap ke atas tidak

efisien dan cepat menjadi lelah. Selain pemotongan sekitar atap yang

terpaksa mengarah ke atas, usahakan menggunakannya ke arah lebih

bawah dari garis datar, untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan.

(2) Membuat guratan pada permuka kerja.

Menggunakan pick langsung dari depan tidak efisien. Yang penting

adalah membuat guratan dengan jarak tertentu, kemudian pick disodok

masuk sepanjang kekar yang timbul sejajar permuka kerja. Jarak guratan

ditentukan oleh lingkup tanggung jawab yang dapat diekstraksi oleh

pickman dalam 1 gilir.

(3) Urutan ekstraksinya adalah mulai dari bagian atas, seperti gambar 10.

Dengan melakukan pemotongan mulai dari bagian atas, pijakan kaki

menjadi baik, dan batu bara yang telah digali langsung ambruk masuk ke

dalam conveyor.

(4) Usahakan terbentuk bongkahan besar batu bara.

C-1-23
Gambar 10 : Urutan pemotongan pada ekstraksi dengan pick

4) Pokok perhatian dalam pemakaian pick

(1) Sebelum memasang pick pada slang udara, singkirkan dulu debu batu

bara dan karat di dalam slang dan pipa kompresi, kemudian kopling

penghubung dikencangkan agar tidak lepas selama pekerjaan, serta

lakukan pencegahan terhadap angin bocor.

(2) Minyak pelumas harus disimpan di dalam wadah yang telah ditetapkan

dan setiap waktu tertentu selalu dilakukan pelumasan dengan minyak

pelumas yang bersih.

(3) Jangan menggunakan ujung pick (pahat) yang telah berubah bentuk atau

rusak.

(4) Untuk mencegah penurunan tekanan udara, selain melakukan

pencegahan udara bocor, jumlah pick yang digunakan juga harus

disesuaikan dengan kompresor dan pipa penghantar udara.

3.7 Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Steel Prop-Kappe-Peledakan

Menggunakan peledakan untuk menambang batu bara, berarti

C-1-24
mengundang akibat buruk, seperti bahaya ledakan gas atau debu batu bara,

meningkatkan pembubukan batu bara dan membuat buruk kondisi atap

permuka kerja. Bersama itu, manajemen bahan peledak juga menjadi penting

dari segi keamanan, sehingga pemilihan metode ini harus dilakukan hati-hati.

Apabila akan memakai metode ini, usahakan menghindari akibat buruk

tersebut di atas, serta gunakanlah metode ini kalau peralatan dan mesin

pemotong yang lain tidak cocok untuk digunakan, karena batu baranya kokoh

dan keras, atau terdapat silicified wood.

Metode pengeboran lubang tembak

(1) Pengeboran lubang tembak pada permuka kerja ekstraksi batu bara

(ketebalan lapisan 1,0~2,5m), biasanya dilakukan pada ketinggian 0,8m

dari lantai, dengan jarak 1,0m, sudut 45~55°, kedalaman 1,5~1,8m,

dengan membuat lubang menjadi satu baris.

(2) Detonator yang digunakan adalah milli second delay electric blasting cap,

dan biasanya dinyalakan setiap 5~6 buah. Menurut metode ini, karena

peledakan berjalan berurutan, maka oleh peledakan yang terjadi duluan,

selalu tercipta permukaan bebas yang baru bagi peledakan yang

berikutnya. Ditambah lagi, semua peledakan terjadi di bawah pengaruh

tekanan batuan yang berasal dari atap dan lantai, sehingga menambah

efek peledakan.

(3) Apabila batu baranya keras dan sulit terangkat, adakalanya

memperpendek jarak lubang bor, mengatur sudut lubang bor serta

panjang lubang bor, atau melakukan pengeboran lubang zig-zag (bukan

C-1-25
pengeboran lubang satu baris, tetapi pengeboran lubang di atas dan

bawah dengan jarak yang sesuai).

(4) Sebagai mesin bor, lebih efisien memakai auger yang menggunakan

spiral rod dari pada rock drill, dan bahan peledak yang digunakan

sebaiknya dibatasi pada jenis peledak aman (yang telah lulus uji).

(5) Mengenai pemantikan pada permuka kerja yang panjang, apabila

pemantikan dilakukan dari sisi perginya angin dan bergerak ke sisi

datangnya angin, si juru ledak tidak perlu bolak-balik sepanjang permuka

kerja dan tidak terselubung oleh api ledakan. Selain itu, dapat mengurangi

bahaya terpantiknya debu batu bara yang timbul dari peledakan

sebelumnya, oleh peledakan yang menyusul di belakang.

Gambar 11 dan gambar 12 menunjukkan satu contoh pengeboran lubang

pada permuka kerja sistem lorong panjang.

Gambar penampang

Gambar tampak depan

Gambar 11 : Pengeboran lubang satu baris

C-1-26
Gambar

penampang

Gambar tampak depan

Gambar 12 : Pengeboran lubang zig-zag

3.8 Metode Ekstraksi Batu Bara Dengan Self Advancing Support-Drum

Cutter

Saat ini, metode ekstraksi batu bara di Jepang menggunakan sistem

ekstraksi ini.

Ini adalah metode ekstraksi batu bara yang menggunakan self advancing

support, yaitu suatu struktur yang mempersatukan steel prop dan kappe yang

dipasang pada landasan berbentuk pengeret (seperti kereta salju), yang

dapat bergerak maju sendiri dengan tenaga hidraulik bersama majunya

permuka kerja, dan dikombinasikan dengan drum cutter.

Dibanding dengan sistem ekstraksi batu bara yang memakai steel prop

dan kappe atau peledakan, tenaga manusia untuk ekstraksi, serta

pemasangan dan pembongkaran penyangga dapat berkurang, dan jumlah

pekerja di dalam permuka kerja juga dapat berkurang secara drastis.

C-1-27
Selain itu, tidak memakan waktu untuk pemindahan penyangga, yang

membuat jam operasi mesin ekstraksi meningkat dan mampu melakukan

ekstraksi kontinu, sehingga produktifitas batu bara meningkat drastis.

Selain itu, karena waktu pemindahan penyangga yang pendek dan jarak

antar penyangga yang dekat, tidak mudah terjadi ambrukan atap, sehingga

dari segi keamanan juga menguntungkan.

Penggunaan sistem ini akan meningkatkan biaya investasi fasilitas

ekstraksi batu bara dan waktu persiapan permuka kerja. Akan tetapi, apabila

diinginkan produksi batu bara yang efisien dan bervolume besar, sebaiknya

menggunakan sistem ekstraksi batu bara ini.

1) Kondisi alam yang diperlukan untuk ekstraksi batu bara dengan self

advancing support

Untuk menggunakan ekstraksi batu bara dengan self advancing support,

perlu dipenuhi kondisi alam seperti berikut :

(1) Kemiringannya harus landai (di bawah 20°)

(2) Lapisan batu baranya tebal, sebaiknya lebih dari 2m

(3) Lapisan batu baranya stabil (tidak ada sesar atau tidak ada perlipatan serta

pengembangan dan penyusutan yang mendadak)

(4) Sisipannya tipis, serta hampir tidak ada intrusi batuan beku dan silicified

wood

(5) Atap dan lantai (sifat dan kondisi batuan atap dan lantai) yang baik

(6) Tidak terdapat akuifer di dalam lapisan batu bara

(7) Tidak ada resiko terhadap semburan gas dan ledakan batuan

(8) Dapat menjamin field (lapangan) yang mampu beroperasi secara kontinu

C-1-28
dalam waktu lama (diharapkan minimal lebih dari setengah tahun)

2) Pokok pertimbangan dalam pemilihan fasilitas ekstraksi batu bara

Dalam pemilihan fasilitas ekstraksi batu bara, perlu dipertimbangkan

persyaratan sebagai berikut :

(1) Face conveyor harus mempunyai kapasitas angkut yang cukup terhadap

kapasitas pemotongan cutter

(2) Antara cutter dan face conveyor harus tersedia ruang yang cukup untuk

mengalirkan batu bara dengan lancar

(3) Cutter harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk mencapai produksi

batu bara yang direncanakan

(4) Harus tersedia ruang yang cukup di antara kappe self advancing support

dan permukaan atas cutter

(5) Fasilitasnya harus sekecil dan sepadat mungkin, agar bisa menyesuaikan

diri terhadap perubahan kemiringan lapisan batu bara dan lain-lain

(6) Fasilitasnya harus dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan ketebalan

lapisan batu bara

3) Pengaturan permuka kerja

Pada umumnya, permuka kerja sistem lorong panjang diset pada blok

ekstraksi yang dilingkupi oleh 2 buah butt level dan permuka kerja. Dari kedua

butt level, yang ada di sisi dangkal disebut tail gate dan yang ada di sisi dalam

disebut head gate.

Panjang permuka kerja diatur sekitar 150~250m, sedangkan layout fasilitas

termasuk cutter, self advancing support dan lainnya ditunjukkan pada gambar

C-1-29
13.

Panjang permuka kerja 110~180m


Gate
Jalan
Face conveyor Drum cutter
udara

Bagian penggerak Bagian penggerak


sisi dangkal sisi dalam
Gob
Shield-type self-advancing support Gate
armored
conveyor

Drum cutter

Gambar 13 : Model permuka kerja sistem lorong panjang

termekanisasi

Head gate digunakan untuk jalan udara masuk dan lorong pengangkutan

batu bara, sedangkan tail gate digunakan untuk jalan udara buang dan

pengangkutan mesin serta material. Sebagai conveyor di dalam permuka

kerja sudah lama digunakan side chain conveyor, namun karena ada

masalah keausan trough, saat ini banyak digunakan double center chain

conveyor.

Ditinjau dari segi kemampuan penyangga, kemudahan kerja dan

perawatan, maka ketebalan lapisan yang sesuai adalah sekitar 2~3m, namun

saat ini di luar negeri ada juga yang beroperasi pada ketebalan 4m.

Panjang permuka kerja ditentukan dengan mempertimbangkan kapasitas

angkut conveyor, kecepatan maju permuka kerja, serta kemampuan

penggalian lubang bukaan yang berhubungan dengannya, kondisi sesar dan

C-1-30
sulit tidaknya pemeliharaan lapangan.

Kemudian, W cut method dan single cut method yang merupakan metode

pemotongan, serta cara pemindahan conveyor dan penyangga yang

merupakan bagian dari manajemen permuka kerja akan diuraikan

belakangan, karena metode pemotongan dan manajemen permuka kerja ini

berkaitan erat dengan penyanggaan permuka kerja.

Berikut ini akan diperkenalkan mengenai efisiensi ekstraksi dan biaya

fasilitas permuka kerja untuk ekstraksi batu bara kombinasi shield frame dan

drum cutter pada ekstraksi batu bara sistem lorong panjang (contoh Ikeshima

Coal Mine).

Jam operasi efektif drum cutter (hanya untuk pemotongan, tidak termasuk

pemuatan) untuk 1 gilir adalah 2~3 jam, dan kemajuan permuka kerja

rata-rata per hari dengan operasi 3 gilir adalah sekitar 7,0m.

Kondisi operasi

Ketebalan lapisan rata-rata 2,65m

Panjang permuka kerja rata-rata 140m

Jumlah tenaga kerja per permuka kerja = 10 orang/gilir× 3 gilir/hari = 30

orang/hari

Produksi batu bara berupa batu bara wantah

= 4.000~4.500 ton/hari, atau sekitar 3.200~3.600 ton batu bara

tercuci/hari.

Panjang permuka kerja 200m

Biaya investasi peralatan (peralatan buatan Jepang)

C-1-31
Self advancing support ……….13 juta yen/frame × 200m/1,3m (lebar frame)

= 2.000.000.000

yen

Mesin ekstraksi (drum cutter) …………….. = 300.000.000 yen

Face conveyor …… 1,2 juta yen/lembar × 200m/1,3m (panjang trough)

= 200.000.000 yen

Seperangkat peralatan tambahan lainnya ………………. = 300.000.000

yen

Total (untuk 1 permuka kerja) = 2.800.000.000

yen

4. Penyanggaan Permuka Kerja Ekstraksi Batu Bara

4.1 Tekanan Batuan Dan Penyanggaan Pada Permuka Kerja Ekstraksi Batu

Bara

Sama seperti pada penggalian lubang bukaan, di sekitar permuka kerja

ekstraksi batu bara sistem lorong panjang juga terjadi redistribusi tekanan di

sekitar rongga yang terbentuk, sehingga terbentuklah kubah tekanan berupa

zona bebas tekanan pada permuka kerja atau rongga (gua) tua. Jadi, di

dalam dinding batu bara di sebelah depan permuka kerja terjadi zona tekanan

batuan tinggi, yang berpindah ke depan bersama majunya permuka kerja.

Selain itu, di dekat pemukaan kerja, batuan bagian atas di dalam zona bebas

tekanan menjadi keadaan cantilever, sehingga di titik topangnya menerima

tekanan. (Perhatikan gambar 14)

C-1-32
Zona
bebas
tekanan

Tekanan
meningkat

Gambar 14 : Zona bebas tekanan dan tekanan batuan

Tekanan batuan di sekitar permuka kerja ini dapat dikendalikan melalui

cara pengaturan permuka kerja atau sistem penyanggaan, serta pengaturan

kecepatan maju permuka kerja. Dengan melakukan pengaturan yang tepat

terhadap permuka kerja, keamanan di permuka kerja dapat ditingkatkan.

4.2 Penyanggaan Steel Prop-Kappe

Permuka kerja adalah ruang kerja untuk ekstraksi batu bara yang harus

dijaga keamanannya. Penyangga yang digunakan untuk maksud itu harus

tahan terhadap tekanan batuan permuka kerja dan lagi dapat menyesuaikan

diri terhadap gerakan maju permuka kerja.

Berbagai macam penyangga digunakan, yang masing-masing

mempunyai kesesuaian terhadap kondisi permuka kerja dan sistem ekstraksi

tambang batu bara tertentu, namun dalam hal ini terutama digunakan steel

prop dan kappe, atau self advancing support yang dapat dimanfaatkan

berulang-ulang dan lebih kuat dari pada kayu yang tidak dapat dimanfaatkan

kembali.

C-1-33
Dalam kesempatan ini, terutama akan dibahas mengenai steel prop dan

kappe yang memiliki mobilitas tinggi di lapisan miring.

1) Ringkasan prosedur penyanggaan dengan steel prop dan kappe

(1) Pemasangannya harus dilakukan dengan mantap.

Apabila gaya angkatnya kurang, gaya topang juga akan kurang yang

mana dapat mengundang penurunan atap dan mempercepat kondisi atap

memburuk, sehingga penting untuk mengencangkan kembali pada waktu

pemasangannya. Selain itu, apabila pemasangannya tidak sempurna,

timbul kemungkinan penyangga roboh akibat getaran peledakan atau

beban tidak normal. Terutama pada lapisan berkemiringan sedang, ada

bahaya timbulnya kecelakaan, seperti steel prop yang roboh ke arah

kemiringan sejati bersama atap, oleh karena itu perlu hati-hati.

(2) Usahakan pencegahan penurunan atap di atas steel prop, sedapat

mungkin dilakukan tanpa meletakkan potongan kayu tebal yang dapat

menjadi bantalan di atas steel prop.

Walaupun misalnya terpaksa harus memberikan ganjalan karena

permukaan atap tidak rata, harus mempertimbangkan untuk menahan

penurunan atap seminimum mungkin.

(3) Pada prinsipnya, kappe harus dipasang serapat mungkin ke permukaan

atap.

Akan tetapi, untuk menahan batuan lepas (loose rock) pada atap

yang rapuh, diperlukan papan penahan, dan apabila ada rongga di

bagian atas kappe karena permukaan atap tidak rata, kappe menjadi

tidak stabil, sehingga untuk mencegahnya harus disumpal dengan

C-1-34
potongan kayu ganjalan.

(4) Pada waktu memperpanjang kappe, arah kappe harus diperhitungkan

agar selalu tegak lurus terhadap permuka kerja.

Apabila ternyata terjadi kemiringan, dibetulkan dengan

memanfaatkan “goyangan” kappe, dan apabila tidak bisa dibetulkan

dengan cara ini, didirikan secara tunggal untuk mencegah ketidakaturan

barisan.

(5) Mengenai pin penyambung kappe, cotter pin dan shoe

Pin penyambung kappe, cotter pin dan shoe harus ditancapkan

dengan kekuatan yang tepat (tidak berlebihan), dengan berpikir akan

dicabut kembali.

Pin penyambung harus dipasang dari arah yang nantinya mudah

dicabut pada waktu membongkar steel prop. Selain itu, jangan lupa

melepas kembali cotter pin dan shoe setelah steel prop didirikan. Hal ini

untuk memberikan kemampuan tekuk pada bagian sambungan kappe,

sesuai dengan penyusutan steel prop akibat tekanan batuan, agar dapat

mencegah kerusakan kappe.

(6) Mengenai kappe dan penopangan kappe pada steel prop

Karena benda-benda ini terbuat dari logam, penopangannya

kemungkinan besar membentuk kontak titik atau kontak garis. Terutama

di lapisan batu bara kemiringan sedang, apabila steel prop tidak didirikan

tegak lurus terhadap lapisan batu bara, kappe seolah-olah terputar,

sehingga harus dipasangi pasak agar tidak lepas dari penopang kappe.

Selain itu, pada pemasangan steel prop harus diusahakan agar tidak

memberi beban eksentrik. Beban eksentrik dapat melemahkan kekuatan

C-1-35
topang steel prop, sehingga sering merusak steel prop. Untuk

menghindari beban eksentrik, kalau lapisan batu baranya landai, perlu

diperhatikan agar steel prop didirikan tegak lurus terhadap lapisan batu

bara.

Selain itu, posisi pendirian steel prop terhadap kappe akan

berpengaruh besar terhadap pencegahan kerusakan kappe. Pada

umumnya, steel prop didirikan pada posisi 1/3 atau 1/4 panjang kappe,

diukur dari sisi gob.

Gambar 15 menunjukkan prosedur ekstraksi batu bara dengan steel

prop dan kappe, serta posisi penopangan kappe.

Gambar 15 : Prosedur ekstraksi batu bara dengan kappe

(1) Memperpanjang kappe

(2) Ekstraksi batu bara selesai

C-1-36
(3) Memindahkan conveyor

(4) Mendirikan steel prop

(5) Membongkar steel prop dan kappe

2) Pemeliharaan steel prop dan kappe

(1) Steel prop yang digunakan harus yang sesuai dengan beban di permuka

kerja serta sistem kerja. Jangan sekali-kali menggunakan steel prop atau

tiang kayu yang berbeda karakter bersama-sama.

Steel prop yang daya topangnya kecil akan segera menyusut

(memendek) akibat beban, sehingga apabila di antaranya terdapat steel

prop yang daya topangnya tinggi, beban hanya bekerja pada steel prop

C-1-37
tersebut, sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Selain itu, penurunan

atap menjadi tidak beraturan, yang dapat menjadi penyebab

memburuknya kondisi atap.

(2) Setelah selesai pemotongan, atap di bagian tersebut harus secepatnya

disangga dengan memanjangkan kappe.

Bekerja di bawah atap telanjang itu, bukan saja berbahaya, tetapi

dengan membiarkannya telanjang, berarti merupakan penundaan waktu

untuk menyangga, yang dapat memperburuk kondisi atap.

(3) Pendirian steel prop harus dilakukan secepat mungkin.

Apabila kappe dibiarkan terlalu lama dalam keadaan diperpanjang,

atau peledakan dan pembongkaran tiang dilakukan tanpa mendirikan

tiang, dapat menjadi penyebab meningkatnya tekanan atap secara

mendadak, yang mengakibatkan kappe rusak, sehingga terjadi

penurunan atap dan pemburukan kondisi atap.

(4) Untuk mencegah pemburukan kondisi atap, jarak antar steel prop harus

dibuat sama, agar tekanan atap diterima secara merata dan besarnya

penurunan atap juga merata.

Begitu pula untuk barisan, kalau dibuat menjadi satu garis lurus, akan

memudahkan terpotongnya atap di tempat yang telah diekstraksi.

(5) Mengenai sudut pendirian steel prop

Karena alasan konstruksi steel prop dan kappe, apabila bekerja

beban eksentrik padanya, ada kemungkinan terjadi kemerosotan drastis

pada karakteristik dan kekuatannya.

Beban eksentrik ini tidak terjadi apabila steel prop didirikan tegak

lurus terhadap permukaan kappe. Akan tetapi, di permuka kerja yang

C-1-38
miring, ternyata beban atap bisa memberikan tekanan kepada lapisan

batu bara dari berbagai arah, sehingga pendirian tiang harus

mempertimbangkan hal ini.

Sudut pendirian tiang pada permuka kerja dengan steel prop dan kappe,

yang kira-kira dianggap pantas adalah sebagai berikut :

Kemiringan permuka kerja Sudut pendirian tiang penyangga


0° ~ 10° 90°
10° ~ 35° 85° ~ 87°
35° ~ 90° 90°

Pada gambar 16 berikut ditunjukkan satu contoh sudut pendirian steel prop

di permuka kerja yang ada kemiringannya.

Gambar 16 : Sudut pendirian steel prop

3) Pokok perhatian dalam pembongkaran steel prop dan kappe

Pekerjaan pembongkaran adalah pekerjaan yang berbahaya. Untuk

C-1-39
menjalankan pekerjaan di permuka kerja dengan lancar, tiap pekerjaan harus

dilakukan secara teratur sambil menjaga keseimbangan.

Tidak boleh melanggar standar pekerjaan dengan melakukan ekstraksi

bagian yang penyangganya tidak dapat dibongkar. Kalau tetap memaksa

diekstraksi, luas atap yang harus disangga akan bertambah, sehingga

meningkatkan beban. Selain itu, tekanan atap menjadi besar hampir

sebanding dengan lamanya waktu sejak tiang didirikan, sehingga pekerjaan

pembongkaran disertai bahaya.

Pokok perhatian dalam pekerjaan pembongkaran

(1) Dalam pekerjaan pembongkaran, pelepasan tiang terutama harus dilakukan

secara teratur. Pada tiang sisa yang tidak dicabut akan bekerja tekanan

yang besar, yang beresiko merusak steel prop.

Selain itu, pada waktu menarik tiang yang tersisa, ada kemungkinan

tiang roboh atau ada batuan yang ambruk masuk, sehingga berbahaya.

(2) Sebelum pembongkaran tiang, lakukan pemerikasaan dengan teliti.

Selain steel prop yang akan dicabut, diperiksa juga kondisi penyanggaan

steel prop di sekitarnya, kondisi atap dan kondisi ambrukan di gob, untuk

memastikan bahwa para pekerja berada di posisi yang aman. Selain itu,

harus memberitahu kepada orang-orang di sekitar.

(3) Ada kemungkinan ambrukan yang terjadi lebih besar dari pada cakupan

yang diperkirakan, oleh karena itu tempat pijakan kaki harus dirapikan dulu.

(4) Steel prop yang dicantoli lever block akan berbahaya kalau dapat bergerak

pada waktu lever block dikendalikan, oleh karena itu pastikan sudah cukup

kencang.

C-1-40
(5) Pada waktu mencabut tiang di bagian sesar atau atap yang tidak teratur,

adakalanya bekerja beban dari arah yang tidak disangka atau berpengaruh

ke bagian yang kelihatannya tidak berhubungan.

Selain itu, adakalanya terkena beban tidak normal atau terpukul batuan

yang ambruk dari gob, jadi jangan lupa mendirikan steel prop pembantu di

dekat permuka kerja atau pada baris ke dua, serta memberi penguat (brace

strut) antar kappe.

Selain itu, menyambung steel prop dengan tali juga kadang-kadang

sangat berguna.

4.3 Self Advancing Support

Self advancing support adalah penyangga permuka kerja yang dapat

dimajukan dan diposisikan tiang besinya seiring dengan kemajuan permuka

kerja, melalui pengendalian katup otomatis atau manual yang mendapat

suplai air bertekanan tinggi dari pompa tekanan tinggi.

Di antara pekerjaan di permuka kerja steel prop dan kappe, pekerjaan

penyanggaan seperti pendirian tiang, pencabutan tiang dan pemanjangan

kappe yang merupakan pekerjaan terberat dan mengambil porsi besar,

ternyata mendominasi hampir setengah dari seluruh pekerjaan.

Apabila digunakan self advancing support, pekerjaan seperti ini dapat

diselesaikan hanya dengan serangkaian pengoperasian katup, sehingga

banyak tenaga kerja yang dapat dikurangi. Selain itu, kestabilan sebagai

benda konstruksi juga meningkat, oleh karena itu dari segi peningkatan

produktifitas dan pemeliharaan keselamatan kerja juga sebaiknya self

advancing support ini diterapkan secara aktif.

C-1-41
Akan tetapi, belum tentu self advancing support ini dapat digunakan di

sembarang tempat. Pada tempat yang curam, atau melewati sesar atau ada

perubahan ketebalan lapisan yang diekstraksi, steel prop dan kappe lebih

adaptif.

4.4 Manajemen Permuka Kerja (Terutama Manajemen Atap)

Tidaklah berlebihan kalau dikatakan, bahwa untuk mempertahankan

produksi yang stabil pada ekstraksi batu bara sistem lorong panjang,

tergantung dari pengendalian atap. Berikut ini akan diuraikan mengenai

manajemen atap.

1) Pola pikir dasar

Dengan membesarkan secukupnya tinggi ambrukan atap langsung di

gob melalui pengendoran geser (shear) oleh gaya topang penyangga

permuka kerja, dan menstabilkan atap besar di atas batuan ambruk yang

volumenya bertambah (bulking factor-fragmentasi), maka besarnya tekanan

batuan dapat dikendalikan untuk memelihara atap.

Apakah kecepatan kemajuan permuka kerja sebaiknya besar atau kecil

dari segi pemeliharaan atap, hal ini tergantung dari sifat atap langsung

tersebut. Apabila atap langsungnya kokoh, sementara kecepatan

kemajuannya besar, maka dapat menimbulkan pengaruh buruk, seperti

timbulnya atap gantung karena peruntuhan atap di gob yang buruk.

Apabila atap gantung yang luas ambruk serentak, timbul fenomena

ledakan batuan yang dapat menimbulkan tekanan besar mendadak pada

permuka kerja, yang mengakibatkan fenomena yang tidak terduga, seperti

C-1-42
rusaknya self advancing support dan mencuatnya lantai permuka kerja.

Selain itu, adakalanya dapat timbul tekanan udara pada waktu ambrukan

atap gob, sehingga perlu hati-hati pada waktu memulai menset permuka

kerja baru.

Apabila atap langsung terdiri dari batuan rapuh yang mudah ambruk

seperti serpih atau lapisan kombinasi serpih dan batu pasir, maka setelah

pemotongan dengan cutter segera memindahkan penyangga dan

mengencangkan penyangga dengan kuat, agar dapat mencegah ambrukan

atap di permuka kerja.

2) Prinsip pengarahan di lapangan

Prinsip pengarahan di lapangan yang dituntut untuk pemeliharaan atap di

permuka kerja adalah :

① Meluruskan permuka kerja

Apabila permuka kerja tidak membentuk garis lurus, peruntuhan atap

gob menjadi buruk dan sering mengundang tekanan besar lokal serta

pemburukan atap permuka kerja.

② Menjaga ketebalan lapisan yang tepat

Apabila ketebalan lapisan ekstraksi batu bara tidak disesuaikan dengan

tinggi self advancing support, maka dalam hal ketebalan lapisan

terlalu tinggi, gaya topang self advancing support tidak dapat diteruskan

kepada atap, sehingga menjadi penyebab pemburukan atap, dan

sebaliknya apabila ketebalan lapisan terlalu rendah, dapat menjadi

penyebab self advancing support menyusut (memendek) sampai habis

akibat tekanan batuan.

C-1-43
③ Mengencangkan self advancing support

Menggunakan katup penegak otomatis (senantiasa dalam keadaan

berdiri tegak). Melakukan pengencangan ulang apabila atap kurang

baik, sambil melihat situasi

④ Mengganti segera komponen self advancing support yang tidak baik

Apabila ada sambungan slang atau katup-katup tiang besi yang tidak

baik, atau terdapat kebocoran oli, dapat timbul gejala kurangnya gaya

topang dan tidak bisa berpindahnya self advancing support.

⑤ Meyingkirkan serbuk batu bara di atas kappe utama dan di bawah

landasan

Apabila banyak serbuk batu bara yang menumpuk di atas kappe utama

atau terhampar di bawah landasan penyangga, serbuk batu bara ini

menjadi bantalan yang membuat gaya tekan ke atas oleh self

advancing support berkurang, sehingga menyebabkan pemburukan

atap.

⑥ Memindahkan penyangga secepatnya

Apabila atapnya merupakan atap rapuh yang mudah terkelupas dan

ambruk, setelah pemotongan dengan cutter, harus segera dilakukan

pemindahan dan pengencangan penyangga, untuk mencegah

ambruknya atap di sebelah depan self advancing support.

⑦ Melaksanakan pengganjalan dengan mantap pada waktu atap

terkelupas dan ambruk

Apabila pada atap di atas atau di sebelah depan self advancing support

terjadi kelupasan dan ambrukan, harus segera dilakukan pemasangan

ganjalan yang mantap dengan material yang sesuai.

C-1-44
Apabila pemasangan ganjalan tidak dilaksanakan segera atau tidak

mantap, tinggi atau luas ambrukan dapat bertambah, sehingga semakin

menambah pekerjaan yang sulit.

Selain itu, usahakan jangan melakukan pengganjalan yang

berlapis-lapis.

3) Isi konkrit

Dari rumus empiris pemeliharaan atap permuka kerja dapat disebutkan

hal-hal sebagai berikut :

① Tinggi ambrukan yang cukup

h = H K −1

h : tinggi ambrukan yang cukup (m)

H : ketebalan lapisan yang diekstraksi (m)

K : bulking factor (contoh … serpih di Ikeshima Coal Mine 1,6)

② Gaya penyanggaan dari penyangga permuka kerja yang

diperlukan untuk menimbulkan tinggi ambrukan yang cukup

P ≧ 10 KHL

P : gaya penyanggaan penyangga permuka kerja yang

diperlukan untuk menimbulkan tinggi ambrukan yang

cukup (ton)

K : konstanta (batu pasir … 3 serpih … 1,5)

H : ketebalan lapisan yang diekstraksi (m)

L : jarak antar penyangga (m)

* Gaya penyusutan tiang hidraulik yang menyusun penyangga permuka

C-1-45
kerja harus lebih besar dari pada P ini.

③ Kecepatan maju permuka kerja dan katup penegak otomatis (tiang

yang selalu ditegakkan)

• Tujuan katup penegak otomatis (tiang yang selalu ditegakkan)

Untuk segera melakukan backup terhadap ketidakseragaman gaya

pemasangan (setting forces) yang disebabkan oleh faktor manusia atau

faktor mesin.

• Pola pikir mengenai kecepatan maju permuka kerja

Diperlukan waktu agar penyangga permuka kerja dapat mengeluarkan

gaya topang yang cukup. Dengan berjalannya waktu, atap akan turun,

sehingga penyangga permuka kerja meningkatkan gaya topangnya.

Untuk menyingkat waktu tersebut sependek mungkin, tekanan

pemasangan harus dinaikkan setinggi mungkin.

Pada gambar 17 ditunjukkan grafik kualitatif “gaya (beban) terhadap waktu”

untuk tiang besi self advancing support.

C-1-46
Gambar 17 : Kurva Beban-Waktu untuk tiang besi self advancing support

4) Ekstraksi di permuka kerja ekstraksi batu bara yang atap dan lantainya

rapuh

Pengendalian atap permuka kerja ekstraksi batu bara adalah masalah yang

paling penting dalam ekstraksi batu bara.

Pada dasarnya, baik untuk atap dan lantai yang kokoh maupun yang rapuh,

yang penting ekstraksi batu bara harus dilakukan dengan memajukan permuka

kerja sambil menjaga keadaan sebelum digali rongga di bawah tanah (tekanan

batuan di bawah tanah sebelum penggalian berada dalam keadaan

setimbang).

Artinya, penyanggaan di permuka kerja yang dilakukan oleh tiang besi

harus mengangkat atap dengan kuat, kemudian atap di gob segera

diambrukkan dengan tinggi yang cukup, dan beban atap di bagian atas gob

C-1-47
distabilkan di atas batuan yang telah ambruk, agar tidak terjadi penurunan atau

getaran pada atap permuka kerja.

Akan tetapi, dibanding dengan ekstraksi batu bara pada atap dan lantai

yang kokoh, pada kasus atap dan lantai yang rapuh, penyangga akan

terbenam masuk ke atap dan lantai, sehingga tidak dapat diperoleh gaya

topang yang diperlukan untuk menimbulkan ketinggian ambrukan yang cukup.

Sehingga, gejala gangguan terhadap produksi seperti kelupasan batuan atap

(ambrukan kecil) akan tampak menyolok.

Oleh karena itu, pokok perhatian umum untuk permuka kerja ekstraksi batu

bara yang atap dan lantainya rapuh dapat diuraikan sebagai berikut : (di sini

terutama disebutkan untuk kasus penyanggaan dengan steel prop dan kappe)

(1) Sebagai penyangga permuka kerja, sebaiknya dipilih self advancing

support dari pada penyangga tiang besi tunggal (steel prop dan

kappe).

Keuntungan self advancing support adalah bukan hanya teletak pada

kemudahan pemindahan penyangga, tetapi dapat menjaga kerapatan

penyangga di dalam permuka kerja selalu tetap.

(2) Apabila menggunakan penyangga tiang besi tunggal, maka standar

pemasangan penyangga dibuat untuk menjaga agar kerapatan

pemasangan penyangga konstan, dan kerapatan pemasangan

penyangga terhadap atap yang rapuh ditingkatkan.

Di tempat yang kerapatan pemasangan penyangganya rendah, mudah

terjadi konsentrasi tekanan batuan, sehingga dikhawatirkan mudah

terjadi ambrukan atap.

C-1-48
(3) Pada waktu memasang penyangga, apabila lantainya rapuh, digali

dulu sampai muncul lantai yang kokoh, baru mendirikan penyangga di

atasnya.

(4) Apabila butir (3) sulit dilaksanakan, berikan alas di bawah steel prop

(dari kayu, besi, ……alas dari besi lebih efektif)

(5) Apabila kondisi atapnya buruk, walau hanya bagian atap, secepatnya

dipotong dulu dengan pick atau alat lain, dan memperpanjang kappe.

(6) Pada waktu ujung kappe terlalu kosong, misalnya karena dinding batu

bara tercoak (bolong bagian atas), segera kappe diperpanjang, dan

apabila diperlukan kappe yang diperpanjang tersebut diberi tiang pada

permukaan dinding batu bara (di depan face conveyor).

(7) Apabila batuan yang tumpah dari atap banyak, rentangkan papan tipis,

kerai bambu atau jaring logam.

5. Ekstraksi Batu Bara Dengan Tenaga Hidraulik

Sistem ini bisa dikatakan juga sebagai salah satu jenis penambangan

sistem lorong panjang di kemiringan curam.

Prinsip ekstraksinya adalah meyemprotkan air bertekanan tinggi

30~100kg/cm2 ke dinding batu bara dengan monitor dari jarak 10~15m, untuk

meruntuhkan lapisan batu bara dengan tenaga tersebut.

Laju aliran air semprot adalah 2~3m3/min, namun untuk lapisan batu bara

keras digunakan air bertekanan super tinggi 200~300 kg/cm2 dan jumlah air

yang digunakan untuk memotongnya sekitar 0,3m3/t.

Batu bara produk diangkut oleh aliran air di dalam trough dari baja yang

digelar pada lorong dengan kemiringan sekitar 5o.

C-1-49
Kemudian batu bara dipisahkan menjadi bongkahan dan serbuk dengan

memakai screen di stasiun pompa. Bongkahan batu bara diangkut memakai

lori atau belt conveyor, sedangkan serbuknya diangkut melalui pemompaan di

dalam pipa, atau seluruhnya diklasifikasi ukuran (sizing) untuk dialirkan keluar

sampai portal.

Produktifitas metode ekstraksi batu bara dengan tenaga hidraulik ini relatif

tinggi, dapat mencapai 50~60t/jam per satu unit monitor.

Standar jumlah tenaga kerja per permuka kerja adalah 5 orang, yang

melakukan pengawasan 2 monitor dalam waktu yang sama.

Jadi, 2 orang mengoperasikan monitor, 3 orang melakukan pekerjaan

persiapan di permuka kerja di sebelahnya, seperti pemindahan monitor dan

perawatan lorong, di mana 2 buah monitor dioperasikan bergantian.

Lapisan batu bara yang dapat diterapkan ekstraksi hidraulik adalah :

(1) Atap dan lantai berkondisi baik, dan lagi kekelupasan batu bara

dengan atap juga baik.

(2) Tidak terjadi gejala pemuaian permukaan lantai lorong akibat air.

(3) Lapisan batu baranya relatif lunak dan sisipannya sedikit.

(4) Gas yang timbul sedikit dan tidak ada bahaya swabakar.

Jadi, lumayan banyak persyaratannya.

Kelebihannya adalah :

(1) Produktifitasnya tinggi, sehingga dapat memproduksi batu bara

dengan biaya rendah.

(2) Investasi awalnya rendah dan mudah melakukan mekanisasi.

(3) Dapat menghemat tenaga kerja dan material.

(4) Unggul dalam hal pencegahan ledakan debu batu bara.

C-1-50
Kekurangannya adalah :

(1) Perolehannya rendah.

(2) Bahaya terhadap swabakar.

(3) Sulit dilakukan pemusatan dan biaya listriknya tinggi karena harus

membangkitkan air bertekanan tinggi.

(4) Perlu membuat banyak lorong sub-level, sehingga kemampuan

penggalian lubang bukaan harus tinggi.

6. Ekstraksi Batu Bara Dengan Auger Dan Trench Mining

Metode ekstraksi batu bara dengan membor lapisan batu bara sekitar

50~100m memakai spiral auger. Diameter auger adalah 0,5~2m dan

perolehannya dapat diharapkan mencapai 70% untuk tempat dengan kondisi

baik.

Selain itu, ada juga metode penambangan pada highwall, yaitu dengan

menggali trench (parit) yang tegak lurus jurus batu bara, kemudian dari dalam

trench tersebut dibor ke arah jurus batu bara dengan menggunakan auger.

Metode ini digunakan sebagai metode pengambilan batu bara tanpa

mengupas lapisan penutup, untuk lokasi tambang terbuka yang nisbah

pengupasannya (stripping ratio) telah mencapai batas akhir ekonomis.

C-1-51

Anda mungkin juga menyukai