Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PENINJAUAN LAPANGAN MIGAS BERDASARKAN ASPEK


RESERVOIR, PEMBORAN, DAN PRODUKSI PADA
PT. PERTAMINA EP

DISUSUN OLEH :
HERNANINGDYAH AMUKTI WARDANI 113160032
MUHAMMAD SHAFA UCCA VANIA 113160039

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK


PENINJAUAN LAPANGAN MIGAS BERDASARKAN ASPEK
RESERVOIR, PEMBORAN, DAN PRODUKSI PADA
PT. PERTAMINA EP

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kerja praktek (KP) guna melengkapi


kurikulum akademik Program Studi Teknik Perminyakan , Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

HERNANINGDYAH AMUKTI WARDANI 113160032


MUHAMMAD SHAFA UCCA VANIA 113160039

Yogyakarta, Januari 2019


Menyetujui
Koordinator Kerja Praktik

Mia Ferian Helmy, S.T., M.T.


NPY. 2 8310 13 0420 1
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan proposal kerja praktik ini.
Adapun maksud dan tujuan dari proposal ini untuk memenuhi persyaratan
kerja praktik guna melengkapi kurikulum di Program Studi Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Drs. H. Herianto, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Ir. Suwardi, MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan UPN
“Veteran” Yogyakarta.
3. Mia Ferian Helmy, S.T., M.T. selaku koordinator kerja praktek yang
telah memberikan petunjuk dalam pembuatan proposal ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga
terselesaikannya proposal ini.
5. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun spiritual.
Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan proposal ini.

Yogyakarta, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
iii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
BAB I LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT................................................................ 1
2.1. Tujuan ............................................................................................ 1
2.2. Manfaat........................................................................................... 2
BAB III PEMBATASAN MASALAH............................................................. 2
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. ............ 2
4.1. Aspek Reservoir……………………………………. ...................
3
4.2. Aspek Pemboran............................................................................ 7
4.3. Aspek Produksi ............................................................................. 15
BAB V RENCANA KERJA PRAKTEK......................................................... 37
5.1. Waktu Pelaksanaan ........................................................................ 38
5.2. Peserta Kerja Praktek ..................................................................... 39
5.3. Pembimbing ................................................................................... 40
BAB VI PENUTUP............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
LAMPIRAN………... ........................................................................................ 42

DAFTAR GAMBAR

iv
Halaman
Gambar 4.1. Sistem Putar ................................................................................... 10
Gambar 4.2. Sistem Sirkulasi ............................................................................. 11
Gambar 4.3. Pipe Sticking ..............................................................................................
13
Gambar 4.4. Lost Circulation ........................................................................................ 14
Gambar 4.5. Water Coning ............................................................................................. 15
Gambar 4.6. Matriks Acidizing pada Batuan ............................................................ 27
Gambar 4.7. Interval Perforasi Baru pada Zona Dangkal .................................... 34

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel V-1.Perencanaan Kegiatan Selama Kerja Praktek................................... 38

v
vi
PENINJAUAN LAPANGAN MIGAS
PT. PERTAMINA EP
BERDASARKAN ASPEK RESERVOIR, PEMBORAN, DAN PRODUKSI

I. LATAR BELAKANG
Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah prasyarat dalam kurikulum
akademik Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral
dengan bobot akademis 2 SKS yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Teknik
Perminyakan, Program Strata 1 (S1) di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Kerja praktek pada dasarnya merupakan aplikasi dari semua ilmu yang
didapatkan dari bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan pada kondisi
nyata. Dengan kerja praktek mahasiswa memperoleh kesempatan untuk dapat
mengamati, membandingkan, menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah
serta dapat lebih memahami dan mampu untuk ikut memberikan kontribusi dalam
memecahkan kasus yang timbul di industri perminyakan.
Perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia Teknik Perminyakan
yang semakin canggih, menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk
memahami aplikasi dari teori-teori yang telah dipelajari dan mengetahui
perkembangan teknologi perminyakan tersebut, khususnya pada aspek reservoir
meliputi: source rock, reservoir rock, cap rock, dan trap. Aspek pemboran
meliputi: well planning, hole problem, well control dan penggunaan teknologi
pemboran yang canggih dalam peningkatan hasil eksploitasi. Dan aspek produksi
meliputi: perhitungan produksi yang optimal dengan biaya yang rendah,
melakukan optimasi suatu sumur baik itu dengan Natural Flow atau dengan
Artificial Lift (pengangkatan buatan), serta perencanaan surface facilities di
permukaan.

1
II. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1. Tujuan
 Untuk memenuhi salah satu kurikulum pada program studi Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
 Mengetahui secara langsung bentuk, fungsi maupun cara kerja dari
peralatan yang digunakan dan menambah pengalaman kerja di lapangan.
 Mengetahui bagaimana sistematika kerja di lapangan Minyak dan Gas
secara komprehensif yang nantinya dapat menjadi bekal dalam
menempuh dunia kerja.
2.2. Manfaat
 Mengetahui secara langsung semua aspek yang terkait dalam eksplorasi
maupun eksploitasi minyak bumi dan beberapa metode peningkatan laju
produksi minyak bumi.
 Dapat mengaplikasikan teori dan konsep-konsep dalam perkuliahan
Teknik Reservoir, Teknik Pemboran, Teknik Produksi dan seluruh
praktikum yang telah diberikan.

III. PEMBATASAN MASALAH


Dalam proposal kerja praktek ini penulis akan mencoba membahas
tentang proses kegiatan yang terdapat dilapangan yang meliputi aspek reservoir,
aspek pemboran, aspek produksi, aspek penunjang, serta aspek lingkungan.
Bahasan yang akan dibahas adalah pada proses workover yang terdiri dari
beberapa metode yaitu stimulasi, squeeze cementing, reperforation, recompletion
dan sand control yang mungkin terdapat pada lapangan tersebut.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Untuk memperoleh minyak semaksimal mungkin, sumur harus dijaga
agar tetap berproduksi dengan laju produksi yang optimum. Oleh karena itu
apabila pada suatu sumur terjadi penurunan produksi harus segera diketahui agar
dapat segera dilakukan usaha-usaha untuk menjaga agar sumur tetap berproduksi
2
dengan optimum ataupun usaha yang akan meningkatkan laju produksi minyak.
Untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dilakukan suatu kerja ulang (workover)
pada sumur tersebut. Dalam pelaksanaannya tentu perlu ditinjau dari aspek
reservoir, aspek pemboran dan aspek produksi.
4.1. ASPEK RESERVOIR
Reservoir adalah batuan yang poros dan permeabel yang menjadi
tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon (minyak dan/atau gas) dibawah
permukaan tanah, yang memiliki suatu sistem tekanan yang tunggal. Unsur-
unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut:
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak
bumi, gas bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa
lapisan batuan yang porous dan permeable.
2. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga
berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur
pembentuk reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa
sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk konkav ke
bawah dan dan menyebabkan minyak dan gas bumi berada dibagian
teratas reservoir.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik
batuan penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir
itu sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan.
IV.1.1. Karakteristik Reservoir
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-
klastik) atau kadang-kadang vulkanik.Salah satu batuan reservoir yang paling
sering dijumpai adalah batupasir. Batupasir merupakan batuan sedimen klastik
yang sebagian besar butirannya berukuran pasir 1/16 – 2 mm. Menurut
Pettijohn, batupasir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Orthoquartzites,

3
Graywacke, dan Arkose. Pembagian tersebut didasarkan pada jumlah kandungan
mineralnya.
Selain batupasir, jenis batuan reservoir yang lain adalah batuan
karbonat. Dalam hal ini yang dimaksud dengan batuan karbonat adalah
limestone, dolomite dan yang bersifat diantara keduanya. Limestone adalah
istilah yang biasa dipakai untuk sekelompok batuan yang mengandung paling
sedikit 80% calcium carbonate atau magnesium. Dolomite adalah jenis batuan
yang merupakan variasi dari limestone yang mengandung unsur karbonat lebih
besar.
Batuan dasar (basement rock) didefinisikan sebagai batuan metamorf
ataupun batuan beku yang secara tidak selaras terlapisi diatasnya suatu sikuen
batuan sedimen. Batuan dasar ini banyak dijumpai pada area yang mengalami
proses tektonik kompresional yang sangat kuat, dimana batuan akan terlipatkan
dan terpatahkan. Proses tektonik tersebut akan mengakibatkan banyak retakan
dan rekahan pada batuan dasar, yang merupakan model reservoir yang
potensial, khususnya pada model open fracture (rekahan terbuka).
IV.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir
a. Porositas
Porositas (Ø) menggambarkan persantase dari total ruang pori batuan
yang tersedia untuk ditempati oleh suatu fluida reservoir yaitu minyak, gas dan
air. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas
penyimpanan fluida reservoir.
b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan
yang dapat dialiri atau dilewati fluida. Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir
dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Permeabilitas Absolut
2. Permeabilitas Efektif
3. Permeabilitas Relatif

4
c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori – pori total pada suatu batuan berpori.
d. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible).
e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada
antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan kedua
fluida tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan
antara fluida “non-wetting phase” (Pnw) dengan fluida “wetting phase” (Pw).
f. Kompresibilitas Batuan
Kompresibilitas batuan didefinisikan sebagai perubahan volume
batuan yang disebabkan karena adanya perubahan tekanan. Menurut Geerstma
(1957) ada tiga konsep tentang kompresibilitas batuan, antara lain:
1. Kompresibilitas matriks batuan
2. Kompresibilitas bulk batuan
3. Kompresibilitas pori-pori batuan
Untuk memperkirakan cadangan dapat dilakukan dengan tiga metoda
yang umum digunakan yaitu metoda volumetris, metoda material balance, dan
decline curve. Perkiraan produktifitas formasi dapat digunakan untuk
memperkirakan rate yang optimum agar dapat mencapai ultimate recovery pada
reservoir tersebut. Selain itu, dalam penentuan cadangan dan produktifitas sumur
akan berkaitan dengan mekanisme pendorong yang berasal dari reservoir tersebut
yaitu water drive, gas cap drive, depletion drive, segregation drive dan
combination drive.

5
IV.1.3. Karakteristik Fluida Reservoir
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi.
Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, yang
tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati.
IV.1.3.1. Sifat-Sifat Fisik Fluida Reservoir
IV.1.3.1.1. Sifat Fisik Gas
Beberapa sifat fisik gas yang perlu diketahui:
 Densitas gas
 Faktor volume formasi gas
 Viskositas gas
 Kompresibilitas gas
 Faktor deviasi gas
IV.1.3.1.2. Sifat Fisik Minyak
Beberapa sifat fisik minyak yang perlu diketahui:
 Densitas minyak
 Faktor volume formasi minyak
 Viskositas minyak
 Kompresibilitas minyak
 Kelarutan gas dalam minyak
IV.1.3.1.3. Sifat fisik Air Formasi
Beberapa sifat fisik air formasi yang perlu diketahui:
 Densitas air formasi
 Faktor volume formasi air formasi
 Viskositas air formasi
 Kompresibilitas air formasi
 Kelarutan gas dalam air formasi
IV.1.4. Kondisi Reservoir
Kondisi reservoir meliputi tekanan reservoir dan temperatur reservoir,
yang ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan maupun fluida

6
reservoir. Kondisi reservoir berhubungan dengan kedalamaan reservoir.
Sehingga untuk reservoir yang berbeda, kondisinya juga akan berbeda
tergantung kedalamannya.
a. Tekanan Reservoir
Adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh gradien kedalaman,
maka akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di dalam formasi ke dalam
lubang sumur yang mempunyai tekanan relatif rendah. Besarnya tekanan
reservoir ini akan berkurang dengan adanya kegiatan produksi. Terdapat
berbagai tekanan tekanan yang bekerja pada reservoir diantaranya adalah:
 Tekanan Hidrostatis
 Tekanan Overburden
 Tekanan Formasi
b. Temperatur Reservoir
Dengan bertambahnya kedalaman temperature reservoir akan naik.
Besar kecilnya kenaikan temperatur ini akan tergantung pada gradient
temperaturnya yang biasa disebut sebagai gradient geothermis. Besaran gradient
geothermis ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana harga rata-
ratanya adalah 2°F/100 ft.
4.2. ASPEK PEMBORAN
Operasi pemboran merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa
tahapan kegiatan. Sebelum operasi pemboran dapat dilaksanakan, pertama-tama
yang perlu dilakukan adalah tahapan persiapan. Tahapan persiapan ini pun terdiri
dari beberapa tahapan mulai dari persiapan tempat, pengiriman peralatan pada
lokasi, sampai pada persiapan akhir.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan pada operasi pemboran ialah:
a) Sulitnya pembebasan lahan, mengingat terjadinya overlaping atas
kepentingan tataguna lahan beberapa instansi,misalnya:
 Daerah persawahan teknis
 Daerah industri
 PerkebunandanKehutanan
7
b) Kepentingan sosial ekonomi penduduk
c) Harga lahan dan pembuatan lokasi yang cukup mahal
Operasi pemboran putar (rotary drilling) modern mempunyai satu tugas
utama, yaitu mengebor suatu lubang secara aman dilapisan permukaan bumi
sampai menembus formasi yang kaya akan minyak atau gas bumi (lapisan
prospek). Lubang hasil pengeboran tadi setelah bagian dalamnya dilapisi dengan
casing disebut dengan lubang sumur, menjadi penghubung antara formasi tersebut
dengan permukaan tanah. Metode pemboran yang sering dipakai saat ini adalah
metode bor putar (rotary drilling). Rig pemboran putar terdiri atas 5 (lima)
komponen utama, yang terdiri dari:
4.2.1. Komponen Rig Pemboran Putar (Rotary Drilling Rig)
1. Sistem Tenaga (Power System)
Sistem tenaga terdiri dari 2 (dua) komponen utama, yaitu:
1. Power Supply equipment, yang dihasilkan oleh mesin – mesin
besar yang dikenal sebagai “Prime Mover” (penggerak utama).
2. Distribution (transmission) equipment, meneruskan tenaga yang
diperlukan untuk operasi pemboran dengan sistem transmisi mekanis
atau sistem transmisi listrik.
a. Mechanical Power Transmission
b. Electric Power Transmission
2. Sistem Pengangkatan (Hoisting System)
Sistem pengangkatan terdiri dari dua sub komponen, yaitu:
a. Struktur Penyangga (Supporting Structure)
Stuktur penyangga terdiri dari:
 Substructure
 Lantai Bor (Rig Floor)
 Menara Pemboran (Drilling Tower)
Menara pemboran terdiri dari:
1. Tipe Standart (Derrick)
2. Tipe Portable (Mast)
8
b. Peralatan Pengangkatan (Hoisting Equipment)
Peralatan pengangkatan yang terdapat pada suatu operasi pemboran
terdiri dari:
a. Drawwork
b. Overhead Tools
Rangkaian overhead tools terdiri dari:
 Crown block
 Travelling Block
 Hook
 Elevator
c. Drilling Line
3. Sistem Putar (Rotating System)
Sistem pemutar mempunyai 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
a. Peralatan Putar (Rotary Assembly)
Terdiri dari:
 Rotary Table
 Master Bushing
 Kelly Bushing
 Rotary Slips
b. Rangkaian Pipa Bor (Drill String)
Terdiri dari:
 Swivel
 Kelly
 Drill Pipe
 Drill Collar
c. Bit (Mata Bor)
Jenis-jenis Bit terdiri dari:
 Drag Bit
 Roller Cone Bit

9
 Diamond Bit

Gambar 4.1.
Sistem Putar
4. Sistem Sirkulasi (Circulating System)
Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu:
1. Fluida Pemboran (Drilling Mud)
Fluida pemboran yang umum digunakan dalam suatu operasi
pemboran dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Water - based mud
b. Oil - based mud
c. Air or Gas - based mud
2. Tempat Persiapan (Preparation Area)
Peralatan yang digunakan untuk persiapan pembuatan lumpur
pemboran meliputi:
a. Mud house
b. Steel mud pits/tank
c. Mixing hopper
d. Chemical mixing barrel
e. Bulk Storage bins

10
f. Water tank
g. Reserve pit
3. Peralatan Sirkulasi (Circulating Equipment)
Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu:
a. Mud pit
b. Mud pump
c. Pump discange and return lines
d. Stand pipe
e. Rotary house
4. Tempat mengkondisi Lumpur (Conditioning Area)
Peralatan yang digunakan pada conditioning area terdiri dari:
a. Setting tank
b. Reserve pits
c. Mud - Gas separator
d. Shale Shaker
e. Degasser
f. Desilter

Gambar 4.2.
Sistem Sirkulasi
5. Sistem Pencegahan Semburan Liar (BOP System)
Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar (BOP System)
terdiri dari:

11
1. Rangkaian BOP Stack
a. Annular Preventer
b. Ram Preventer
 Pipe ram
 Blind or Blank Rams
 Shear Rams
c. Drilling Spools
d. Casing Head (Well Head)
2. Accumulator
3. Sistem Penunjang (Supporting System)
a. Choke Manifold
b. Kill Line
4.2.2. Problem Pemboran
Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemboran sumur minyak
sebagian besar disebabkan oleh karena gangguan terhadap tegangan tanah (earth
stress) di sekitar lubang bor yang disebabkan oleh pembuatan lubang itu sendiri
dan adanya interaksi antara lumpur pemboran dengan formasi yang ditembus.
Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan tegangan tanah
dan tekanan pori di satu sisi dengan tekanan lumpur pemboran di sekitar lubang
bor.
Masalah-masalah pemboran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Pipa terjepit (pipe sticking)
2. Shale problem
3. Hilang lumpur (Lost circulation)
4. Blow out

4.2.2.1. Pipa Terjepit (Pipe Sticking)


Pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa bor atau setang bor
(drill collar) terjepit di dalam lubang bor. Dalam kenyataannya operasi pemboran
12
tidak selalu berjalan dengan lancar, seringkali pipa terjepit. Penyebab terjepitnya
pipa bor pada sumur pemboran adalah adanya differential sticking maupun
mechanical sticking.

Gambar 4.3.
Pipe Sticking
4.2.2.2. Shale Problem
Pemboran menembus lapisan shale memiliki pemasalahan tersendiri.
Menjaga agar shale tetap stabil, tidak runtuh atau longsor merupakan suatu
masalah. Tidak ada suatu cara yang pasti yang dapat diterapkan untuk semua
keadaan. Untuk mengurangi masalah ini biasanya pemboran dilakukan dengan
memakai drilling practice serta mud practice yang baik. Karena reruntuhan atau
longsorannya shale ini, maka akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain:
- Lubang bor membesar.
- Pipa bor terjepit.
- Bridges dan fill up.
- Kebutuhan lumpur bertambah.
- Penyemenan yang kurang sempurna.
- Kesulitan dalam melaksanakan logging
4.2.2.3. Hilang Lumpur (Lost Circulation)

13
Hilang lumpur ini merupakan problem lama di dalam pemboran, yang
meskipun telah banyak penelitian, tetapi masih banyak terjadi dimana-mana, serta
kedalaman yang berbeda – beda. Hilang lumpur terjadi karena dua faktor, yakni
faktor mekanis dan faktor formasi.

Gambar 4.4.
Lost Circulation
4.2.2.4. Blow Out
Aliran fluida formasi yang tidak terkendali yang merupakan kelanjutan
dari kick yang tidak terkendalikan. Hal ini disebabkan karena tekanan hidrostatik
lebih kecil daripada tekanan formasi.
Ph lumpur mengecil dikarenakan oleh
1. Berat jenis lumpur mengecil, sebagai akibat dari adanya penambahan air
formasi atau gas.
2. Pemboran menembus formasi gas
Karena menembus formasi gas, maka gas akan masuk ke dalam cutting.
Pada saat di dasar lubang, gas tidak akan keluar karena Ph masih tinggi.
Di saat cutting naik keatas maka Ph disekeliling cutting akan berkurang
sehingga gas akan keluar dan masuk ke lumpur dan akan
mengembang.Akibatnya BJ lumpur mengecil.
3. Swabb effect
Swabb effect adalah terisapnya fluida formasi kedalam sumur.
14
Disebabkan oleh:
- Mencabut rangkaian bor terlalu cepat
- Viskositas lumpur terlalu tinggi
- Clearance antara bit dengan dinding lubang kecil ( mud cake tebal &
bit balling )
4. Tinggi kolom lumpur berkurang.
4.3. ASPEK PRODUKSI
Apabila sumur telah dibor, untuk mencapai target yang ditentukan dan
dari tes produksi memperlihatkan hasil yang ekonomis untuk dikembangkan,
maka dilanjutkan dengan operasi penyelesaian sumur (well completion).Apabila,
volume minyak atau gas di reservoir tidak ekonomis untuk dikembangkan, maka
sumur tersebut harus ditutup (plug) atau diabaikan (abandon).
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu:
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi
(production casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner.
3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.
4.3.1. Metoda Well Completion
Kriteria umum untuk klasifikasi metoda well completion didasarkan
pada beberapa faktor, yaitu:
1. Downhole completion atau formation completion, yaitu membuat
hubungan antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu :
a. Open hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif
terbuka).
b. Cased hole completion atau perforated completion (komplesi
sumur dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).
c. Sand exclussion completion pada formasi batupasir (problem
kepasiran).

15
2. Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan
pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi
metoda natural flow dan artificial lift.
3. Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head,
dan tubing head.
4.3.2. Metode Produksi
a. Primary Recovery
1. Sembur alam (natural flow) adalah salah satu metode pengangkatan
minyak ke permukaan dengan menggunakan tenaga atau tekanan
yang berasal dari reservoir dimana sumur berada.
2. Sembur Buatan (artificial lift) adalah metode pengangkatan fluida
sumur dengan cara mengintroduksi tenaga tambahan ke dalam sumur
(bukan ke dalam reservoir) dimana metoda ini diterapkan apabila
tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi mendorong fluida ke
permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan produksi.
Contoh: Pompa (Electrical Submercible Pump (ESP), Sucker Rod
Pump (SRP), Progresive Cavity Pump (PCP), Hydraulic Pump, dan
Jet Pump), Gas Lift (Continous Gas Lift dan Intermittent Gas Lift)
dan Chamber Lift.
b. Secondary Recovery
Metode implementasi setelah primary recovery sudah menurun. Metode
ini termasuk dalam Injeksi Air dan Pressure Maintenance. Dimana
tenaga tambahan diinjeksikan ke dalam sistem reservoir oleh injeksi
fluida (biasanya air dan gas). Tujuannya adalah untuk menggantikan
tekanan yang hilang di dalam reservoir setelah primary recovery.
c. Tertiary Recovery
Metode implementasi setelah secondary recovery yaitu tertiary recovery.
Dimana Enhanced Oil Recovery (EOR) termasuk kedalam metode ini.
EOR adalah perolehan minyak yang berasal dari salah satu atau beberapa
metode pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir, berbagai

16
cara yang dilakukan untuk meningkatkan laju produksi dari suatu sumur,
tanpa merusak formasi dari reservoir yang ada,sehingga faktor perolehan
dari sumur produksi tersebut meningkat.Pada dasarnya metoda-metoda
EOR meliputi injeksi tak tercampur, injeksi tercampur, injeksi kimia,
injeksi panas, dan injeksi mikroba.
4.3.3. Fasilitas Produksi Permukaan (Production Surface Facilities)
1. Wellhead (Kepala Sumur), merupakan peralatan kontrol sumur di
permukaan yang terbuat dari besi baja membentuk suatu sistem
seal/penyekat untuk menahan semburan atau kebocoran cairan sumur ke
permukaan yang tersusun atas casing head (casing hanger) dan tubing
head (tubing hanger).
2. Silang Sembur (X-mastree) Alat ini merupakan susunan kerangan (valve)
yang berfungsi sebagai pengaman dan pengatur aliran produksi di
permukaan yang dicirikan oleh jumlah sayap/lengan (wing) dimana
choke atau bean (jepitan) berada. Peralatan pada X-mastree terdiri dari :
a) Manometer tekanan dan temperature
b) Master valve
c) Wing valve
d) Choke / Bean / Jepitan
e) Check valve
3. Fasilitas Transportasi
 Flowline.
 Manifold Header
4. Fasilitas Pemisah (Separator).
 Berdasarkan Bentuknya
1. Vertikal
2. Horizontal
3. Spherical

 Berdasarkan Tekanan Kerjanya


17
1. Separator tekanan tinggi, dengan tekanan kerja > 16 KSC
2. Separator tekanan menengah, dengan tekanan kerja 8 – 16
KSC
3. Separator tekanan rendah, dengan tekanan kerja< 8 KSC
 Berdasarkan Fasa Yang Dipisahkan
1. Separator 2 fasa: memisahkan gas dan liquid 2
2. Separator 3 fasa: memisahkan minyak, air dan gas
5. Treating Section
 Dehydrator
 Oil Skimmer
 Oil Chatcher
 Gas Scrubber
 Wash Tank
1. Free Water Knock Out (FWKO)
2. Skim Tank atau Gun Barrell
 Heater Treater
6. Fasilitas Penampung
 Tangki-tangki Penampung (fixed roof dan floating roof)
 Barge (bila dilepas pantai)
7. Fasilitas Pengapalan
 Pompa-pompa, Loading System
 Single Bouy Mooring (SBM)
4.3.4. Flow Produksi Minyak di Permukaan
Flow produksi minyak di permukaan meliputi:
1. Sumur Produksi
2. Pipa Produksi (Flow Line) dan Manifold
3. Stasiun Pengumpul (SP)
4. Stasiun Pengumpul Utama (SPU)
5. Pusat Pengumpul produksi (PPP)

18
6. Terminal / Sales Point (Metering) Produksi Minyak
7. Water Treatment&Water Injection Plan
8. Gas Conditioning&Treatening Plan
9. Compressor Station
10. Sales Point (Metering Gas)
4.3.5. Problem Produksi
Dalam memproduksi fluida reservoir, selalu diusahakan agar sumur tetap
berproduksi secara optimum. Menurunnya kapasitas produksi dan laju produksi
minyak secara drastis dari suatu sumur minyak merupakan problem produksi.
Problem produksi ini harus diidentifikasi secara dini untuk dapat ditangani
sebelum problem terjadi maupun setelah terjadi. Penanganan problem produksi
yang tepat akan mengembalikan sumur berproduksi dengan kapasitas yang
optimum.
Pada prinsipnya problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya
produksi minyak di suatu sumur dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok:
a. Menurunnya produktivitas formasi
- Problem kepasiran
- Problem coning baik gas maupun air
b. Menurunnya laju produksi
- Problem emulsi
- Problem scale
- Problem korosi
- Problem paraffin
4.3.5.1. Sebab – sebab Problem Produksi
Problem produksi yang terjadi sangat bergantung pada karakteristik
batuan reservoir, karakteristik fluida reservoir, dan kondisi reservoir itu sendiri.
Oleh karena itu faktor-faktor diatas manjadi acuan untuk mengetahui sebab-sebab
terjadinya problem produksi.

19
4.3.5.2. Kepasiran
Sebab – sebab dari terproduksinya pasir berhubungan dengan:
- Tenaga pengerukan (drag force), yaitu tenaga yang terjadi oleh aliran
fluida dimana laju aliran dan visositasnya meningkat menjadi lebih
tinggi.
- Pengurangan kekuatan formasinya, hal ini sering dihubungkan dengan
produksi air, karena melarutkan material penyemen atau pengurangan
gaya kapiler dengan meningkatnya saturasi air.
- Penurunan tekanan reservoir, dengan penurunan ini akan mengganggu
sifat penyemenan antar batuan.
Ikut terproduksinya pasir pada operasi produksi menimbulkan problem
produksi. Problem produksi ini biasanya berhubungan dengan formasi dangkal
berumur tersier yang umumnya batupasir berjenis lepas-lepas (unconsolidated
sand) dengan sementasi antar butiran kurang kuat. Hal ini berarti pekerjaan
komplesi sumur menjadi perhatian kritis dalam zona-zona kepasiran.
4.3.5.3. Coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan
produksi minyak, tetapi juga dapat mengakibatkan sumur ditutup atau
ditinggalkan sebelum waktunya. Selain itu terproduksinya air atau gas yang
berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya menjadi lebih sulit.
Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat disebabkan karena:
- Pergerakan air atau posisi batas air – minyak telah mencapai lubang
perforasi.
- Pergerakan gas atau batas gas – minyak telah mencapai lubang perforasi.
- Terjadinya water fingering atau gas fingering
4.3.5.3.1. Water Coning
Water coning didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari air yang
memotong bidang perlapisan formasi produktif. Water coning yang tinggi sering
terjadi pada reservoir terumbu karang atau reservoir lain yang memiliki
permeabilitas relatif air yang tinggi. Water coning terjadi karena produksi sumur
20
melebihi kondisi aliran kritis sehingga air yang berada di aquifer terikut aliran
fluida produksi dan menghambat aliran hidrokarbon ke permukaan.

Gambar 4.5.
Water Coning
4.3.5.3.2. Gas Coning
Gas coning atau terproduksinya gas secara berlebihan yang berasal dari
gas terlarut dalam minyak, tudung gas primer atau sekunder dan aliran gas dari
zona gas di atas atau di bawah zona minyak. Pada reservoir bertenaga dorong gas
terlarut terjadi kenaikkan saturasi gas (Sg) akibat penurunan tekanan selama
pengambilan minyak. Jika gas terlarut dalam minyak terbebaskan, maka gas
mengalir menuju sumur dan menjadi fluida yang paling mobil karena tekanan
yang terus-menerus.
4.3.5.4. Emulsi
Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur.
Dalam emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa butiran-
butiran yang sangat kecil. Kondisi-kondisi yang menyebabkan terbentuknya
emulsi adalah sebagai berikut:
- Adanya dua macam zat cair yang tidak saling campur pada kondisi
tertentu.

21
- Adanya zat koloid yang membantu terbentuknya emulsi (emulsifying
agent).
- Adanya agitasi (pengadukan) yang mampu menghamburkan salah satu
cairan menjadi tetes-tetes (droplet) dalam cairan yang lainnya.
4.3.5.5. Endapan Scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang
permukaan yang bersentuhan dengan air formasi sewaktu minyak diproduksikan
ke permukaan. Timbulnya endapan scale tergantung dari komposisi air yang
diproduksikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat reaksi pembentukan scale di
bawah ini:
1. BaCl2 + Na2SO4            BaSO4 + 2 NaCl scale barium sulfat dengan air
tak kompatibel.
2. SrCl2 + MgSO4       SrSO4 + MgCl2 scale strontium sulfat dengan air
tak kompatibel.
3. CaCl2 + Na2SO4          CaCO4 + 2 NaCl scale gipsum dengan air tak
kompatibel dan supersaturasi.
4. 2 NaHCO3 + CaCl2         CaCO3 + 2 NaCl + CO2 + H2O scale kalsium
karbonat dengan air tak kompatibel.
5. Ca(HCO3)2        CaCO3 + CO2 + H2O scale kalsium karbonat dengan
supersaturasi sampai terjadi penurunan tekanan, panas dan adanya
agitasi.
Sebab-sebab terjadinya endapan scale antara lain :
- Air Tak Kompatibel
- Penurunan tekanan
- Perubahan Temperatur
- Faktor lainnya
4.3.5.6. Pengendapan Parafin dan Aspal
Pengendapan yang terjadi pada sumur produksi dipengaruhi oleh
kelarutan minyak mentah dan kandungan lilin dalam minyak. Penyebab utama
terbentuknya endapan parafin dan aspal adalah penurunan tekanan karena
22
kelarutan lilin dalam minyak mentah menurun saat menurunnya temperatur.
Adanya gerakan ekspansi gas pada lubang perforasi dan di dasar sumur dapat
menyebabkan terjadinya pendinginan atau penurunan temperatur sampai di bawah
titik cair parafin, sehingga timbul parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan
hidrokarbon ringan dari minyak mentah bisa menyebabkan penurunan kelarutan
lilin, sehingga terbentuk endapan parafin dan aspal. GOR yang tinggi dapat
mempercepat terbentuknya endapan parafin dan aspal.
4.3.5.7. Korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak
dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau
keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi
umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan oksigen, sehingga korosi yang
dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi
merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hidrogen sulfida sebagai
berikut:
                        4 Fe+++  +  3 O2                  2 Fe2O3       (karat)
                        Fe++  +  H2S                    FeS +  H2   (karat)
Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau hidrogen sulfida kering pada
temperatur biasa karena korosi hanya dapat terjadi jika ada air.
4.3.6. Optimasi Produksi
Optimasi produksi merupakan sebuah cara untuk meningkatkan produksi
suatu sumur. Persoalan di dalam operasi produksi sumur adalah mengalirkan
fluida dari reservoar ke permukaan. Pada proses pengangkatan ini sangat
bergantung pada besarnya tekanan reservoir. Apabila tekanan reservoir tidak
mampu atau kurang optimal, maka perlu dilakukan proses optimasi. Terdapat
berbagai cara untuk melakukan optimasi produksi diantaranya adalah artificial lift
dan workover.
4.3.6.1. Artificial Lift
Artificial lift merupakan suatu metode pengangkatan buatan untuk
membantu mengangkat fluida produksi sumur ke permukaan dengan jalan

23
memberikan energi mekanis dari luar. Artificial lift umumnya terdiri dari beberapa
macam yang digolongkan menurut jenis peralatannya, yaitu:

1. Subsurface Electrical Pump (ESP)


Subsurface electrical pumping, menggunakan pompa sentrifugal
bertingkat yang digerakan oleh motor listrik dan dipasang jauh di dalam
sumur.
2. Gas Lift
Gas lift adalah sistem gas lifting, menginjeksikan gas (umumnya gas
alam) ke dalam kolom minyak di dalam sumur sehingga berat minyak
menjadi lebih ringan dan lebih mampu mengalir sampai ke permukaan.
3. Sucker Rod Pump atau Beam Pump
Sucker Rod Pump menggunakan pompa elektrikal-mekanikal yang
dipasang di permukaan. Pompa ini akan mengangkat fluida formasi ke
permukaan. Karena gerak naik turun yang dihasilkan.
4. Jet Pump
Sistem jet pump adalah fluida dipompakan ke dalam sumur bertekanan
tinggi lalu disemprotkan lewat nozzel ke dalam kolom minyak. Melewati
lubang nosel, fluida ini akan bertambah kecepatan dan energi kinetiknya
sehingga mampu mendorong minyak sampai ke permukaan
5. PCP (Progressive Cavity Pump)
Sistem progressive cavity pump dimana pompa dipasang di dalam sumur
tetapi motor dipasang di permukaan. Keduanya dihubungkan dengan
batang baja yang disebut sucker. PCP juga merupakan pompa yang di
letakan di bawah kolom liquid di dalam sumur.
6. Plunger Lift
Plunger Lift merupakan meletakan alat plunger di dalam tubing dan
akan mendorong fluida di atasnya karena tekanan dari reservoir.
4.3.6.2. Workover

24
Workover atau kerja ulang adalah salah satu kegiatan dalam usaha
meningkatkan produktivitas dengan cara memperbaiki problem atau memperbaiki
kerusakan sumur sehingga diperoleh kembali laju produksi yang optimum.
Sebab – sebab di lakukan workover.
1. Problem Reservoir:
 Permeabilitas reservoir yang rendah.
 Tekanan reservoir yang rendah.
 Formation damage.
 Penyumbatan pada, lubang bor dan perforasi.
 Viscosity minyak tinggi.
2. Persoalan – persoalan pada produksi air:
 Water conning
 Water flood
 Kebocoran dari semen
 Fracturing atau acidizing yang mengenai lapisan pasir.
3. Persoalan- persoalan produksi gas dalam sumur minyak.
 Gas yang larut dalam minyak
 Gas dari primary dan secondary gas cap
 Gas dari lapisan – lapisan yang berdekatan karena kebocoran
semen dan casing
 Fracturing dan acidizing yang mengenai lapisan gas tersebut.
4. Kerusakan – kerusakan mekanis.
Meliputi kerusakan semen, tubing, casing, komunikasi lubang bor pada
multiple.
4.3.6.2.1. Metode-metode Workover
Workover dilakukan berdasarkan pada faktor – factor yang
menyebabkan suatu sumur tidak berproduksi lagi secara optimum. Berdasarkan
faktor-faktor yang menyebabkannya, maka metoda-metoda workover yang dapat
dilakukan adalah:
1. Stimulasi, termasuk diantaranya:

25
 Acidizing
 Hydraulic Fracturing
 Steam stimulation
2. Squeeze cementing
3. Reperforation
4. Recompletion
5. Sand control
4.3.6.2.1.1. Stimulasi
Stimulasi merupakan suatu metoda workover yang berhubungan dengan
adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu
atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk memperbaikinya. Prinsip
penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar harga ko atau dengan
menurunkan harga μo, sehingga harga PI-nya meningkat dibanding sebelumnya.
4.3.6.2.1.1.1. Acidizing
Operasi acidizing merupakan metoda stimulasi yang bertujuan untuk
memperbaiki permeabilitas formasi di sekitar lubang sumur yang telah mengalami
damage dengan jalan menginjeksikan zat asam ke dalam formasi produktif yang
mengalami kerusakan. Dengan penambahan unsur tertentu ini maka akan terjadi
reaksi dan formasi akan membentuk rongga akibat penambahan unsur tersebut.
Larutan yang biasa digunakan adalah asam hydrochloric ( HCl ) dan campuran
asam hydrochloric dengan hydrofloric ( HCl – HF ). Jenis formasi yang dapat
diatasi dengan hydrochloric adalah limestone, dolomite, dan dolomite limestone.
Metoda acidizing dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
 Matriks acidizing
 Acid Fracturing
 Thermal acidizing
A. Matriks Acidizing
Jenis matriks acidizing ini umumnya dilakukan pada formasi batu pasir
(sandstone) yang dikotori oleh calcium, carbonat, clay/shale, dan feldspar, dapat
juga pada formasi limestone. Dalam operasi matriks acidizing ini, larutan asam

26
dipompakan atau diinjeksikan agar melarutkan batuan formasi dan endapan-
endapan di sekitar lubang sumur. Tekanan yang dipergunakan dalam operasi ini
lebih kecil dari tekanan rekah formasi. Dengan demikian diharapkan zat asam
dapat bereaksi dengan dinding pori-pori batuan sehingga dapat membersihkan
kotoran atau endapan penyumbat matriks batuan (melarutkannya) yang pada
akhirnya memperbesar pori-pori batuan dan fluida reservoir dapat mengalir lebih
leluasa.
Maksimum radial penetration dari larutan asam ini tergantung pada
kecepatan zat asam di dalam pori-pori batuan dan spending time-nya. Sedang
asam yang telah bersentuhan dengan batuan formasi akan bereaksi pula dan
masuk ke dalam pori-pori batuan dapat dilihat pada Gambar 4.6. Apabila
dianggap injeksi rate dan spending time untuk setiap penambahan larutan
asamnya adalah konstan, penambahan zat asam berikutnya tidak akan
memperbesar luas penampang pori-pori tersebut.

Gambar 4.6.
Matriks Acidizing pada Batuan
Beberapa asumsi yang dipakai dalam melaksanakan metoda matriks acidizing ini
adalah:
 Formasinya homogen
 Ukuran pori – porinya seragam
 Penetrasi larutan asam secara uniform dan radial

27
 Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya
konsentrasi asam
 Berat limestone yang terlarut pada setiap pertambahan jarak menurun
secara uniform sampai seluruh asam terpakai
Untuk mendapatkan hasil penetrasi dari fluida asam yang lebih baik,
perlu dilakukan pengurangan kecepatan reaksi dan menaikkan rate injeksi dari
larutan asam ke dalam formasi. Spending time dari larutan asam tergantung pula
pada tekanan, temperatur, kecepatan asam dalam batuan, dan konsentrasi dan
retarding additivenya. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi spending
time, maka pengukuran spending time hanya mungkin dilaksanakan di
laboratorium.
B. Acid Fracturing
Didalam operasi acidizing jenis ini larutan zat asam dialirkan melalui
rekahan atau fracture. Operasi fracturing acidizing ini dapat pula dibagi menjadi
dua, yaitu acidizing melalui rekahan yang sudah ada dan acidizing dengan tekanan
yang tinggi melalui rekahan.
a. Acidizing melalui rekahan yang sudah ada
Dalam proses ini formasinya harus terdiri dari banyak rekahan, sehingga
tujuan dari pada acidizing disini untuk melarutkan batuan-batuan dari rekahan
tersebut. Kecepatan injeksi selama proses ini dijaga agar tidak melebihi tekanan
rekah formasi.
Dalam melakukan evaluasi dari acidizing dipakai asumsi sebagai berikut:
 Rekahan horizontal dan ketebalan seragam, berkembang secara radial
dari lubang sumur.
 Larutan asam yang bocor ke formasi diabaikan.
 Kecepatan reaksi dari larutan sebanding dengan konsentrasinya dan
jumlah batuan yang terlarut berkurang dengan bertambahnya penetrasi
dari larutan asam.

28
 Pada kecepatan injeksi yang konstan penambahan jumlah asam ke dalam
rekahan tidak dapat memperluas proses acidizing, melainkan hanya
menambah lebarnya rekahan.
Untuk natural fracture dapat dianggap lebarnya berkisar 0,1 mm sehingga
spending timenya ≤ 1 menit. Pada umumnya fracture yang terjadi ini
permeabilitasnya sangat kecil, sehingga diperlukan tekanan yang cukup besar
untuk membantu penetrasi larutan asamnya. Tetapi penetrasi maksimum sangat
sulit ditentukan karena banyaknya fracture, inklinasi, dan lebar ratenya.

b. Acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui rekahan


Pada operasi acidizing ini, larutan asam diinjeksikan ke dalam formasi
dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan rekah formasi, sehingga diharapkan
menghasilkan permeabilitas yang lebih tinggi.
Asumsi – asumsi yang dipakai pada acidizing bertekanan tinggi adalah:
 Rekahan yang ditimbulkan adalah homogen atau vertikal.
 Sebagian besar dari larutan asam ini masuk ke dalam rekahan, tetapi
yang masuk ke dalam matriks batuan dan lubang sumur dapat diabaikan.
 Luas dan volume rekahan tergantung pada volume asam, rate injeksi,
lebar rekahan selama stimulasi, dan karakterisitik fisik dari batuan
reservoir.
 Larutan asam tidak mengandung proping agent.
C. Thermal Acidizing
Pada batuan dolomite yang padat dengan permeabilitas rendah dan
adanya beberapa sisipan batuan lainnya, biasanya tidak dapat larut dengan cepat
dalam asam dingin. Kadang-kadang endapan parafin, resin, dan asphalt di dasar
lubang menghalangi reaksi antara asam dan batuan, sehingga diperlukan
penggunaan asam panas.
4.3.6.2.1.1.2. Hydraulic Fracturing
Merupakan salah satu metoda stimulasi sumur dengan cara
menginjeksikan fracturing fluid ke dalam formasi dengan tekanan injeksi yang

29
lebih besar dari tekanan rekahnya sehingga diharapkan terbentuk rekahan. Fluida
perekah yang diinjeksikan harus disertai dengan bahan-bahan pengisi (propping
agent) yang berfungsi sebagai penyangga rekahan agar rekahan yang terbentuk
tidak menutup kembali.
Manfaat dari metode ini adalah:
 Fracturing akan mengeliminir kerusakan formasi akibat invasi lumpur
pemboran, pengendapan mineral atau swelling clay.
 Bila formasinya mempunyai permeabilitas yang rendah dan homogen,
dimana akan memberi tambahan ukuran pori yaitu fluida minyak
menjadi lebih mobile, bergerak ke arah rekahan berkapasitas tinggi pada
jarak tertentu dari sumur.
 Penyebaran rekahan dari lubang sumur bertindak sebagai garis alir yang
menghubungkan sistem porous dan permeable yang terisolir dibalik oleh
sumur penghalang impermeabel.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan adalah:
 Mekanika dan arah rekahan (fracturing pressure)
 Hidrolika perekah (termasuk fluida dan propping agentnya)
 Luas dan lebar rekahan (ukuran rekahan)
 Konduktivitas rekahan
a. Fracturing pressure
Fracturing pressure merupakan besarnya tekanan yang diperlukan agar
batuan formasi dapat retak. Retakan batuan terjadi karena batuan tersebut tidak
bersifat plastis. Dalam hal ini fracturing pressure dipengaruhi oleh:
 Kekuatan batuan
 Tekanan overburden
 Keseragaman permeabilitas batuan
 Penetrasi fracturing fluid
b. Fracturing fluid

30
Fracturing fluid berguna sebagai medium penyalur tekanan untuk
meretakkan formasi produktif dan mengangkat pasir dalam bentuk suspensi.
Fracturing fluid yang baik harus mempunyai sifat:
 Sepadan (compatible) dengan cairan lapisan produktif
 Pengangkatan pasir yang baik
 Kehilangan tekanan akibat gesekan kecil
 Mempunyai sifat filtrat loss yang rendah
Fracturing fluid harus mempunyai sifat compatible dengan cairan
formasi produktif agar tidak terjadi reaksi antara cairan-cairan tersebut. Bila
terjadi reaksi, kemungkinan akan terjadi pengendapan yang bisa menutup pori-
pori batuan formasi. Pengangkatan pasir yang baik bila cairan mempunyai
viskositas yang tinggi, sehingga pasir dapat ikut bersama aliran dan tidak jatuh ke
dalam lubang sumur. Tetapi semakin besar viskositas cairan, maka kehilangan
tekanan akibat gesekan makin besar pula. Diusahakan fracturing fluid mempunyai
sifat air tapisan rendah, sehingga kehilangan fluida ke formasi sangat kecil untuk
mendapatkan efisiensi yang besar.
4.3.6.2.1.1.3. Steam Stimulation
Steam stimulation adalah injeksi uap panas ke dalam reservoir yang
mempunyai tujuan utama untuk menurunkan viskositas minyak yang tinggi.
Steam stimulation juga dapat membersihkan formasi di sekitar lubang sumur
sehingga dapat menaikkan produktivitas.
Cara operasinya adalah dengan jalan menginjeksikan uap panas ke
dalam sumur selama 7 – 14 hari, kemudian sumur ditutup selama 1 – 10 hari,
sesudah itu sumur diproduksikan kembali. Partikel-partikel halus seperti cutting,
pasir, silt, dan partikel lainnya akan disemburkan keluar bersama-sama dengan
minyak, air, dan uap, sehingga lapisan produktif di sekitar lubang bor menjadi
bersih dan permeabilitasnya menjadi besar.
Uap yang digunakan dalam operasi ini mempunyai temperatur yang
tinggi yaitu sekitar 400 sampai 500º F. Uap yang digunakan untuk stimulasi
mempunyai heat content sebesar 1193 BTU/lb, sedangkan air mempunyai heat

31
content sebesar 321 BTU/lb. Injeksi uap ke dalam formasi produktif dapat
dilakukan melalui tubing atau annulus casing dan tubing, tetapi kebanyakan
operasi steam stimulation injeksinya dilakukan melalui tubing dengan
pertimbangan jumlah panas yang hilang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
operasi memalui annulus.
Perpindahan panas di dalam operasi steam stimulation akan berpengaruh terhadap
keefektifan hasil operasi. Perpindahan panas dapat terjadi pada:
 Perpindahan panas antara sistem pembangkit uap dengan well head
 Perpindahan panas dari sistem uap di sekitar lubang sumur
4.3.6.2.1.2. Squeeze Cementing
Squeeze cementing adalah suatu proses penyemenan dimana bubur
semen ditekan ke tempat tertentu di dalam sumur untuk menutup daerah yang
diinginkan. Operasi ini biasanya dilakukan untuk memperbaiki kegagalan atau
kerusakan pada penyemenan pertama ataupun untuk tujuan-tujuan tertentu.
Secara umum kegunaan dari squeeze cementing adalah:
 Memperbaiki primary cementing yang rekah atau semen yang tidak baik
ikatannya.
 Memperbaiki casing yang pecah atau bocor.
 Menutup perforasi-perforasi yang tidak diinginkan atau yang sudah tidak
dipakai.
 Mengganti zona-zona produksi
 Mengontrol gas oil ratio (GOR) dan water oil ratio (WOR) yang tinggi
dengan jalan mengisolasi zona minyak dari formasi gas bearing dan atau
water bearingnya.
 Menutup zona lost circulation atau zona dengan tekanan tinggi atau
produksi air/gas yang berlebihan.
Ada dua cara yang dikenakan pada operasi squeeze cementing, yaitu:
1. High Pressure Squeeze Cementing
Teknik ini dikenal dengan teknik semen fluid loss tinggi. Pada high
pressure squeeze cementing ini, formasi direkahkan dulu untuk menempatkan

32
bubur semen. Jadi teknik ini mencakup perekahan formasi dan pemompaan bubur
semen dengan tekanan tinggi tanpa kebocoran. Dalam high pressure squeeze
cementing ini casing sering tidak kuat menahan tekanannya, karena itu diberi
tekanan imbangan di annulus drill pipe casing (squeeze cementing dilakukan dari
drill pipe) diatas packer karena dalam operasi ini dipasang packer untuk
mengarahkan tekanan ke formasi.
2. Low Pressure Squeeze Cementing
Teknik ini lebih dikenal dengan teknik semen fluid loss rendah. Teknik
ini mencakup penempatan semen diatas interval perforasi dan memberikan
tekanan yang cukup untuk membentuk filter cake dari semen yang didehedrasi di
dalam perforasi dan dalam saluran-saluran atau rekahan-rekahan yang mungkin
terbuka. Pada low pressure squeeze cementing ini sering tidak digunakan packer
dan dalam prakteknya tekanannya adalah 300 psi dibawah tekanan rekah
formasinya. Tingginya teknik squeeze pada titik tekanan tinggi menyebabkan
rekahnya formasi, sehingga perlu hati-hati, karena itulah teknik tekanan rendah
lebih aman.
Operasi yang sering digunakan pada teknik squeeze cementing adalah
operasi block squeeze dan operasi plug back.
a. Operasi Block Squeeze
Operasi ini dimaksudkan untuk mencegah migrasi air atau gas ke dalam
zona produksi dengan jalan mengisolasi lapisan di atas atau di bawah
lapisan produktif sebelum sumur dikomplesi. Teknik ini akan melibatkan
dua kali perforasi dan dua kali squeeze, yaitu untuk lapisan di atas
lapisan produktif dan squeeze di bawah lapisan produktif dan kemudian
baru diadakan perforasi pada zona produktif.
b. Operasi Plug Back
Operasi ini dimaksudkan untuk menyumbat zona lost circulation,
menutup zona abandonment, sebagai whipstock plug pada pemboran
berarah, dan testing formasi (karena jarak di bawah zona yang akan
ditest tidak mungkin dipasang bridge plug).

33
4.3.6.2.1.3. Reperforasi
Perforasi dilakukan pada zona-zona produktif yang ada dalam sumur dan
sesuai dengan target kedalaman yang telah ditentukan. Pada pengerjaannya
ternyata sering pula terjadi di bawah target tersebut tidak terpenuhi (lubang
perforasi terletak diatas sebelum zona yang seharusnya diperforasi) atau bahkan
target yang ditetapkan terlampau (perforasi dilakukan terlalu dalam dari target
yang telah ditentukan). Dengan demikian maka perlu dilakukan perforasi ulang
sesuai dengan target yang telah ditentukan. Selain target yang ditentukan tersebut,
terdapat beberapa alasan yang memungkinkan dilakukannya perforasi ulang,
yaitu:
 Adanya sumbatan pada lubang perforasi yang sudah ada oleh material
yang berasal dari formasi, seperti pasir atau shale.
 Pemindahan target perforasi, karena perforasi pada lapisan produktif
yang lama sudah tidak dianggap ekonomis lagi dan perlu ditutup,
kemudian dipindahkan ke lapisan produktif lain yang lebih ekonomis.
 Menambah lubang perforasi baru yang bertujuan untuk meningkatkan
jumlah aliran fluida ke dalam lubang sumur.
4.3.6.2.1.4. Recompletion
Masalah yang sering terjadi pada sumur-sumur minyak atau gas adalah
kerusakan mekanis dari peralatan-peralatan di dalam sumur produksi. Hal inilah
yang merupakan satu alasannya yang berpengaruh untuk dilakukannya suatu kerja
ulang karena adanya kerusakan mekanis ini. Kerusakan mekanis ini akan
mengakibatkan suatu kesulitan dalam mengontrol sumur dan terjadinya penurunan
produksi. Apabila hal ini tidak segera diperbaiki maka akan terjadi gangguan yang
lebih parah dalam kelangsungan produksi sumur.
Problem mekanis yang sering terjadi di dalam sumur adalah kebocoran
tubing atau packer. Karena itu harus diperbaiki atau diganti secepat mungkin. Hal
ini membutuhkan suatu penanganan dengan jalan operasi recompletion,
mengingat agar keseragaman komplesi benar-benar baru seluruhnya, sehingga

34
diharapkan tidak akan terjadi lagi kebocoran tubing atau packer dalam waktu
dekat.
Adapun operasi workover yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan
atau mencabut seluruh rangkaian peralatan di dalam sumur, kemudian dilakukan
komplesi kembali.

Gambar 4.7.
Interval Perforasi Baru pada Zona Dangkal
Begitu juga apabila kita ingin meningkatkan produksi sumurnya dengan
jalan membuka zona – zona atau lapisan-lapisan yang belum pernah
diproduksikan untuk dikembangkan bersama-sama dengan zona lapisan
sebelumnya, maka usaha inipun harus memerlukan suatu operasi kerja ulang,
dimana akan dilakukan komplesi kembali (recompletion) sumur, apakah itu
dengan dual completion atau dengan multi completion. Recompletion juga dapat
dilakukan untuk menghindari terproduksinya air akibat dari kenaikan water oil
contact.
4.3.6.2.1.5. Sand Control
Sand control merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah
atau menahan gerak pasir ke arah lubang sumur dengan menggunakan screen
liner atau gravel pack. Pada slotted atau screen liner, ukuran lubang saringan
didasarkan pada ukuran pasir dari hasil sieve analysis. Demikian pula jika
menggunakan gravel pack.
Untuk pemilihan gravel tergantung pada pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Gravel yang tersedia

35
2. Kualitas gravel
3. Angularitas dan distribusi besar butir gravel
Untuk membersihkan tumpukan pasir terdapat beberapa metode yaitu:
a. Sirkulasi dengan rig konvensional
Dalam hal ini sumur terlebih dahulu harus dimatikan, kemudian pipa
produksi harus dicabut sebelum rangkaian pipa sirkulasi dimasukkan ke
dalam sumur. Biasanya fluida sirkulasi dipompakan ke dalam sumur
melalui rangkaian pipa sirkulasi dan kemudian kembali ke permukaan
melalui annulus. Apabila sumur sudah bersih, rangkaian pipa sirkulasi
dicabut dan pipa produksi dipasang kembali dan diusahakan berproduksi
lagi.
b. Sirkulasi dengan unit snubbing
Berbeda dengan cara sebelumnya, maka dengan unit snubbing ini sumur
tidak perlu dimatikan terlebih dahulu karena diameter pipa yang akan
digunakan lebih kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam pipa
produksi.
c. Penimbaan dengan rig konvensional
Seperti halnya operasi sirkulasi dengan rig konvensional, maka dalam
hal ini sumur harus dimatikan terlebih dahulu. Dengan cara ini sebuah
timba digantung pada alat angkat permukaan yang dapat diturunkan ke
dasar sumur. Timba dioperasikan seperti halnya torak. Sewaktu ditarik
piston akan mendorong pasir yang ada disekitarnya ke dalam timba. Bila
sudah penuh ditarik ke permukaan dan pasirnya dikeluarkan melalui
pintu geser samping dari sepatunya.
d. Penimbaan dengan wireline
Untuk membersihkan tumpukan pasir (sand bridges) atau pasir yang
menyumbat di dalam sumur, serta lubang perforasi, biasanya dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menggunakan pump bailer:

36
 Menurunkan pump bailer sampai pada tumpukan pasir yang
tertinggi.
 Melakukan jarring dengan cepat dan mendudukkan kembali pump
bailer pada tumpukan pasir yang tertinggi.
 Mengulangi beberapa kali sampai terdapat penambahan bahan dan
selanjutnya mencabut pompa.
2. Menggunakan hydrostatic bailer:
 Memeriksa kondisi shear disc yang terletak di bagian bawah
hydrostatic bailer dan mengencangkan ikatannya.
 Ikatan seal plug pada body hydrostatic bailer yang berisi tekanan
atmosfir juga dikencangkan.
 Jarring ke bawah dengan keras akan menekan disc. Tekanan di
dasar sumur akan mendorong pasir ke dalam hydrostatic bailer dan
seal plug akan membuka dalam waktu yang bersamaan.
 Mengulangi beberapa kali untuk meyakinkan bahwa disc sudah
pecah dengan sempurna.

4.3.6.2.2. Perencanaan Workover


Berdasarkan problematik produksi yang terjadi, operasi workover dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu untuk mengatasi problem pada formasi,
untuk mengatasi problematik yang disebabkan oleh sifat fluida reservoir dan air
formasi, dan untuk mengatasi problem mekanis (kerusakan peralatan di dalam
sumur).
4.3.6.2.2.1. Mengatasi Problem Formasi
Workover atau kerja ulang yang digunakan untuk mengatasi problematik
pada formasi dapat dibagi atau dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu
untuk mengatasi formasi yang mempunyai permeabilitas yang rendah, untuk
mengatasi produksi gas dan air yang tinggi, dan untuk mengatasi problem
kepasiran.
4.3.6.2.2.2. Mengatasi Problem Yang Disebabkan Oleh Sifat Fluida Formasi

37
Problem yang dapat disebabkan oleh sifat fluida formasi adalah
timbulnya problem scale, parafin, korosi, emulsi, dan fluida berviskositas tinggi.

V. RENCANA KERJA PRAKTEK


V.1. Waktu Pelaksanaan
 Waktu : Di usulkan sekitar 18 Februari 2019 – 18 Maret 2019
 Tempat : PT PERTAMINA EP

Program Kerja Praktek ini direncanakan berlangsung kurang lebih selama


4 (empat) minggu, diusulkan pada 18 Februari 2019 – 18 Maret 2019
Adapun rencana kegiatannya adalah sebagai berikut:

Tabel V-1 Perencanaan Kegiatan Selama Kerja Praktek


Minggu ke
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Orientasi Kantor        
  Latar belakang perusahaan        
  Safety Training        
2 Observasi        
  Deskripsi proses        
  Standar prosedur operasi        
  Operasi dan pemeliharaan        
3 Tinjauan Lapangan        
  Pengumpulan dan analisa data        
  Diskusi        
4 Evaluasi        
5 Studi Literatur        
Penyusunan Laporan dan
6        
Presentasi

38
V.2. Peserta Kerja Praktek
Peserta Kerja Praktek ditetapkan oleh Human Resources and People
Development PT. PERTAMINA EP. Maka dengan ini kami mengajukan proposal
untuk mengikuti Kerja Praktek sebanyak dua orang dengan identitas sebagai
berikut:
1. Nama : Muhammad Shafa Ucca Vania
Jenis Kelamin : Laki - laki
TTL : Yogyakarta, 17 Januari 1999
Alamat : Jl. Pulo Sirih Timur 8 blok CA No 230, Perum
Taman Galaxy Indah, Pekayon Jaya, Bekasi
Selatan
Telp/HP : 085647203647
Email : ucuc991@gmail.com
NIM : 113160039
Semester : VI (Enam)
IPK : 3.60
Program studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Teknologi Mineral
Institusi : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
2. Nama : Hernanigdyah Amukti Wardani
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Klaten, 24 Januari 1999
Alamat : Karang Moncol RT 04 RW 01 Sanggrahan,
Prambanan, Klaten
Telp/HP : 087742340923
Email : naningdiyah@gmail.com
NIM : 113160032
Semester : VI (Enam)
IPK : 3.44

39
Program studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Teknologi Mineral
Institusi : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
V.3. Pembimbing
Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh
perusahaan, sedangkan untuk pembimbing di kampus dari salah satu staff
pengajar pada Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.

VI. PENUTUP
Demikianlah proposal Kerja Praktek di PT. PERTAMINA EP. Kami
susun sebagai bahan referensi umum atas Kerja Praktek yang akan kami
laksanakan. Besar harapan kami PT. PERTAMINA EP dapat membantu kami
sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran”
Yogyakarta dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
Kami menyadari bahwa Kerja Praktek ini tidak mampu kami wujudkan
sendiri mengingat berbagai keterbatasan kami sebagai mahasiswa. Dengan segala
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik moral
maupun material dari PT. PERTAMINA EP. Untuk melancarkan Kerja Praktek
ini. Bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan Kerja Praktek adalah
sebagai berikut.
 Bimbingan dan arahan oleh pembimbing selama Kerja Praktek.
 Kemudahan mengadakan penelitian atau mengambil data yang
diperlukan.
Atas segala perhatian dan bantuan PT. PERTAMINA EP, kami
mengucapkan terima kasih.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alexon. Pump and Rod Engineering of Oil Reservoir : Trans AIME of U.S
Industries, Inc.
Allen, T.O and Robert, A.P. (1982). Production Engineering Operation. Tulsa :
Gas Consultant International Inc., Vol 1, Second Edition.
Craft, B.C., Et. All. (1962). Well Design Drilling and Production. Englewood
Clift, New Jersey : Prentice Hall Inc.
Frick, T.C., Taylor, W.R. (1962). Petroleum Production Handbook. Dalas, Texas
: SPE of AIME, Volume I-II.
Kristiati, M.T., Et All. (2008). Manajemen Sumberdaya Mineral dan Energi
Untuk Ketahanan Nasional. Yogyakarta : Seminar Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Puji Santoso, Anas. Diktat Kuliah Teknik Produksi : Jurusan Teknik
Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta.

41
LAMPIRAN

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, kami sertakan beberapa


lampiran yaitu:
1. Curriculum vitae
2. Kalender akademik semester genap 2018/2019
3. Transkrip Nilai
4. Jadwal kuliah semester genap 2018/2019

*(Nb: -Mengingat adanya peraturan yang dibuat oleh pihak Universitas


bahwa mahasiswa diwajibkan mengikuti Evaluasi Belajar pada waktu yang
telah di tentukan dan pihak Universitas tidak memberikan kompensasi baik
berupa evaluasi susulan dan lain-lain, diantaranya adalah evaluasi 1 pada 18
maret 2019 – 29 maret 2019 dan evaluasi 2 yaitu pada tanggal 20 mei 2019 –
31 mei 2019 sehingga untuk jadwal kerja praktek yang akan diberikan oleh
perusahaan dimohon untuk menyesuaikan dari jadwal perkuliahan yang
dilampirkan.

42
43

Anda mungkin juga menyukai