disusun oleh :
NAMA : SUFIAN DANDI ARIADI
NIM : 2019D1D074
disusun oleh :
Nama : Sufian Dandi Ariadi
Nim : 2019D1D074
Jurusan : S1 Teknik Pertambangan
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Dosen Pembimbing
Petambangan
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang bertanggung jawab akan sangat menentukan keberhasilan proses
pembongkaran segingga diperoleh boulder batuan yang dibutuhkan.
2
a. dapat terciptanya hubunganbaik dan kerja sama dengan perusahaan
tempat dilaksanakannya kerja praktek
3. Bagi perusahaan
a. mendapatkan usulan baru yang dapat dipertimbangkan untuk
diterapkan di perusahaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai
efek panas dan tekanan yang tinggi.
bahan peledak dikalsifikasikan berdasarkan sumber energinya
menjadi bahan peledak mekanik, kimia, dan nuklir. karena pemakaian bahan
peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya,
maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan.
pertimbangan pemakaiaannya antara lain, harga relatif murah, penanganan
teknik lebih mudah, lebuh banyak variasi waktu tunda (delay time) dan
dibanding nukril tngkat bahanya lebuh rendah. menurut R.L. ASH (1962),
bahan peledak kimia dibagi menjadi :
a. bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau
meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000-24.000 fps (1.650-8.000
m/s)
b. bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
5
per meter atau 60 meter per detik pada kondisi terselubung, tetapi tidak
bisa meledak. oleh sebab itu black powder diklasifikasikan sebagai bahan
peledak lemah ( lowv explosive )
6
total berat bahan peledak jenis straight dinamit. pada pengukuran strength
digunakan dua metode pengukuran, yaitu
a. weight strengh, berdasarkan berat bahan peledak
b. volume strengh, berdasarkan volume bahan peledak)
2. velocty of detonation (VOD), adalah sifat fisik bahan peledak yang
mempunyai perambatan yang tmggi atau kecepatan perambatan peledakan
dari bahan peledak. pengukuran cepat rambat bahan peledak dapat
dilakukan dengan menggunakan sumbu ledak yang diketahui
kecepatannya.
3. detonation pressure, adalah tekanan yang terjadi disepanjang zona reaksi
peledakan hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung bahan
peledak yang disebut dengan bidang chapman-jouguet (C-J Plane).
4. borehole pressure, yaitu tekanan dari gas hasil peledakan yang akan
mendorong batuan terlempar dan terlepas dari batuan imduknya. besarnya
sekitar 50% tekanan donasi.
7
Gambar 1. 1. Pemboran Lubang Tembak Tegak
8
demekian sebagian besar gelombang tekan yang dihasilkan oleh
peledak digunakan untuk membongkar batuan.
9
Gambar 1. 4. pola pemboran selang-seling
10
Gambar 1. 5. pola peledakan box cut
11
Gambar 1. 6. pola peledakan corner cut
12
b. pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan
peledakan dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan
baris lainnya.
2. Spasi (S)
dapat diartikan sebagai jarak terdekat antara dua lubang tembak
yang berdekatan dalam satu baris, yang perlu diperhatikan
dalam memperkirakan spasi adalah intraksi diantara isian yang
saling berkaitan.
S = Ks x B
Dimana :
S = spasi (m)
B = burden (m)
13
Ks = Spacing Ratio
3. Stemming (T)
adalah tempat material penutup didalam lubang bor diatas
kolom isian bahan peledak. fungsi stemming adalah agar terjadi
stress balance dan untuk mengurung gas-gas hasil ledakan agar
dapat menekan batuan dengan kekuatan yang besar. sedangkan
didalam penggunaan stemming yang perlu diperhatikan adalah
panjang stemming dan ukuran material stemming.
T = KT x B atau Kt = T/B
dimana :
T = stemming (T)
Kt = ketentuan dari stemming
B= burden (m)
atau
t
dimana :
T = stemming (m)
B = burden (m)
De = diamter lubang Ledak (inch)
SGr = spesifik gravty batuan
4. Subdriling (J)
adalah tambahan kedalaman dari lubang bor dibawah lantai
jenjang yang dibuat agar jenjang yang dihasilkan sebatas
dengan lantainya dan lantai yang dihasilkan rata. bila jarak
subdrling telalu kecil maka akan mengakibatkan problem
tonjolan pada lantai jenjang (toe) karena batuan tidak akan
terpotong sebatas lantai jenjangnya.
J = Kj x B atau Kj = J/B
dimana :
14
J = subdriling, meter
Kj = subdriling ratio
B = burden
7. loading density
loading density ( densitas pengisian), adalah jumlah bahan
peledak setiap meter kedalaman kolom lubang ledak. densitas
pengisian digunakan untuk menghitung jumlah bahan peledak
yang diperlukan sriap kali peledakan.
de = 0,508 x De2 x SG
15
dimana :
de = loading density (kg/m)
De = diamer lubang ledak, (inchi)
SG = berat jenis bahan peledak
8. powder faktor
powder faktor adalah perbadingan antara banyaknya bahan
peledak yang digunakan untuk meledakan sejumlah batuan.
pf = E/W
dimana :
pf = powder faktor ( kg/m3)
E = panjang kolom isian ( meter)
W = jumlah batuan yang diledakan (m3)
jumlah bahan peledak dalam satu lubang dapat dihitung dengan
persamaan :
E = PC x de
dimana :
E = berat bahan peledakak yang digunakan (kg)
PC = panjang kolom isian (meter )
de = loading density (kg/m)
volume batuan yang diledakan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
V=BxSxLxn
dimana :
V = jumlah batuan yang diledakan (m3)
B = burden
S = spasi
L = tinggi jenjang
n = jumlah lubang ledak
berat batuan yang terbongkar
W = V x SG
16
dimana :
W = berat batuan yang diharapakan terbongkar (ton)
V = volume batuan yang terbongkar (m3)
SGbatuan = berat jenis batuan (ton/m3)
9. Fragmentasi
untuk memperkirakan fragmentasi batuan hasil peledakan dapat
digunakan dengan rumusan yang dikemukakan oleh Kuznetsov
(1973) :
X = A(V/Q)0.8 X Q0.17 X (E/115)0.63
dimana :
X = ukuran rata – rata fragmentasi batuan ( cm)
A = faktor batuan
1 untuk batuan yang sangat rapuh
7 untuk batuan yang agak kompak
10 untuk batuan kompak dengan sisipan yang rapat
13 untuk batuan kompak dengan sedikit sisipan
17
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
18
metode ini dilakukan dengan mengamati kondisi dan kegiatan di lapangan,
kemudian dilkukan pengumpulan data yang berkaitan dengan yang diteliti.
3. wawancara
metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan secara
langsung di lapangan oleh pihak perusahaan.
a. data primer
- Rancangan geometri
- sampel batuan
- foto hasil peledakan
b. data sekunder
- Peta IUP
Orintasi lapangan
Pengambilan data
Pengolahan data
Pembuatan laporan
19
3.5. Sistematika Rencana Penyusun Laporan
Mulai
Studi Literatur
Obsevasi
Wawancara
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
Rancangan geometri
Peta IUP
Sampel batuan
Foto hasil peledakan
Selesai
20
3.6. Biodata Peserta Kerja Praktek
Nama : Surya Juliansyah
Tempat/Tanggal Lahir : Lenangguar, 10 juli 2001
Alamat : Desa Lenangguar, Kecematan
Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, Nusa
Tenggara Barat.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
No.Telepon : 0823-4028-3872
Email : Suryajuliansyah545@gamil.com
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
21
BAB IV
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
LAPIRAN 1
CURRICULUM VITAE
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Riawayat Pendidikan
SDN : SDN 1 Lenangguar (2007-2013)
SMPN : SMPN 1 Lenangguar (2013 – 2016)
SMK : SMKN 1 Lenangguar (2016 – 2019)
Perguruan Tinggi : S1 Teknik Pertambangan Universitas
Muhammadiyah Mataram (2019 – Sekarang )
Pengalaman Organisasi
Anggota Himpunan Mahasisawa Teknik Pertambangan Universitas
Muhammadiyah Mataram (2019- Sekarang)
Kegiatan
Kemahasiswaan
Webinar Nasional HMTA UMMAT – HMT UNDOVA “ Introduction
24
Nickel Mining ( Exploration-production) in Sulawesi Area ”
INTERNASIONAL WEBINAR Of HMTA UMMAT – HMT
UNDOVA 2021 “Introduction And Application Of Geotechnical
Engginering In Open Pit Mine” (2021).
Kuliah Umum “Mine Planning On Surface Mining” (2021).
Public Lecture “Reporting On Exploration Result Coal Resources And
Reserves With Internasional Standart Reporting Codes To Attract
Invesment” (2022)
The 2nd Internasional Conference On Mining & Enviromental
Techonology (2022).
25
LAMPIRAN 2
FOTO
26
LAMPIRAN 3
TRANSKIP NILAI
27
28
LAMPIRAN 4
29