Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

GEOTEKNIK TAMBANG

OLEH :

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA :

NIM :
PROGRAM STUDI : TEKNIK PERTAMBANGAN
JENJANG PROGRAM : S1
HARI, TANGGAL : Rabu, 13 JANUARI 2021

Telah Dipertanggung Jawabkan Didepan Dosen Pembimbing

Program Studi Teknik Pertambangan

Mengetahui/menyetujui :

Dosen pembimbing

Patrick M Fandy ST.MT

Nip. 197902082008011007

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas perkenaan-Nya laporan mata kuliah Perhitungan dan Evaluasi Cadangan ini
dapat terselesaikan dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan. Penulis juga
berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Patrick M. Fandy, S.T, M.T. yang
telah membimbing kami dalam proses menerima materi di kampus dan kepada kakak-
kakak tingkat yang telah membantu dalam proses pengolahan data sampai kepada
penyusunan laporan lapangan ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
rekan-rekan dan semua pihak yang ikut serta dalam membantu menyusun laporan
lapangan ini. Oleh karena itu penulis bersedia menerima semua kritikan yang
membangun demi menjadi sumber evaluasi bagi penulis diwaktu yang akan datang.
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada penyusunan laporan ini
terjadi kesalahan penulisan seperti nama dan lain-lain. Penulis mengucapkan
terimakasih dan Tuhan memberkati.

Jayapura, 13 Januari 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN................................................................................1
1.3 WAKTU DAN LOKASI PRAKTIKUM...........................................................3
BAB II DASAR TEORI LONGSORAN BIDANG (PLANE FAILURE). .4
2.1 LONGSORAN GULING (TOPPLING FAILURE)..........................................4
2.2 ROCK MASS RATING (RMR)...........................................................................5
2.3 SLOPE MASS RATING (SMR).....................................................................................13
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK...................................................16
3.1 Alat dan Bahan................................................................................................16
3.2 Teknik pengambilan data.................................................................................16
3.3 Pengolahan Data..............................................................................................17
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA KEKAR.................................19
4.1 RQD.................................................................................................................19
4.2 RMR................................................................................................................21
4.3 SMR.................................................................................................................22
BAB V Kesimpulan dan Saran.........................................................25
5.1 Kesimpulan......................................................................................................25
5.2 Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................26
LAMPIRAN - LAMPIRAN....................................................................27

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kekuatan material batuan utuh (Bieniawski 1989)..............................................8
Tabel 2 Rock Quality Designation (Bieniawski, 1989)........................................................8
Tabel 3 Jarak Antar Kekar (Bieniawski, 1989)..................................................................9
Tabel 4 Pada klasifikasi kondisi kekar (Bieniawski, 1989)..............................................11
Tabel 5 Kondisi Air tanah (Bieniawski, 1989)...................................................................12
Tabel 6 Faktor-Faktor Koreksi Slope Mass Rating (SMR).............................................13
Tabel .6.Tabel 7 Bobot Metode Penggalian Lereng (Ramana,1985)................................14
Tabel 8 Deskripsi kelas SMR..............................................................................................15
Tabel 9 Data Pengolahan RQD...........................................................................................19
Tabel 10 Kekuatan Material Batuan Utuh (Bieniawski, 1989).........................................20
Tabel 11 Penentuan RMR dari data pembobotan.............................................................21
Tabel 12 Faktor-Faktor Koreksi Slope Mass Rating (SMR)............................................22
Tabel 13 Deskripsi Kelas SMR............................................................................................24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981)............................................................4
Gambar 2 Longsoran Guling (Hoek & Bray, 1981)............................................................5
Gambar 3 Stereonet arah orientasi kekar..........................................................................22
Gambar 4.lereng penelitian.................................................................................................27
Gambar 5.pengambilan data kekar....................................................................................28
Gambar 6.pengambilan data strike and dip......................................................................29
Gambar 7 Hasil Pengukuran Kel 4.....................................................................................30

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk mencapai kelulusan pada mata kuliah Geoteknik tambang seorang


mahasiswa/i Pertambangan diwajibkan untuk mengikuti Praktikum Geologi Teknik.
Hal tersebut merupakan salah satu mata kuliah khusus yang ditetapkan pada
kurikulum Jurusan Teknik Geologi dan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Cenderawasih Jayapura.

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu


dengan bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah maupun buatan
manusia. Lereng yang terbentuk dari galian dan tanah timbunan untuk membuat
bendungan tunggal dan anak sungai serta dinding tambang terbuka. Lereng dalam
keadaan tidak terganggu atau alamiah. Tanah atau batuan umumnya dalam keadaan
seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam, misalkan karena suatu sebab
tersebut mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan,
penggalian, penimbunan, erosi atau aktifitas lain maka tanah atau batuan itu akan
berusaha untuk mencapai keadaan keseimbangan yang baru secara alamiah.

Lereng merupakan suatu faktor penting dalam keberlangsungan proses


penambangan. Lereng disini berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah,
batuan, dan bahan galian. Karena menyangkut masalah keselamatan manusia
(pekerja), peralatan serta kelancaran produksi. Maka membuat lereng yang stabil
merupakan hal terpenting. Untuk merancang suatu geometri lereng yang aman
diperlukan analisis, kestabilan lereng yang akurat agar diperoleh kontruksi lereng
yang aman. Untuk mengetahui kondisi lereng yang aman saat ini dan merencanakan
geometri lereng yang tepat pada lokasi penelitian yang berada di perumahan organda

1
maka kelompok kami melakukan analisis menggunakan klasifikasi massa batuan
RMR dan SMR.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Penulisan ini dimaksud untuk mengadakan Praktikum sebagai salah satu


persyaratan kelulusan dalam mata kuliah Geologi Teknik Program Studi Teknik
Geologi dan Pertambangan Universitas Cenderawasih. Adapun tujuan dari kegiatan
Praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi kestabilan lereng Yoka
1.3 WAKTU DAN LOKASI PRAKTIKUM

Lokasi : Yoka
Hari /Tanggal/Waktu : Senin, 21 Desember 2020
:10:00 wit
Keterangan tempat :lereng dekat dengan pemukimanwarga
Morfologi katak :morflogi perbukitan,vegetasi homogen,

3
BAB II
DASAR TEORI LONGSORAN BIDANG (PLANE FAILURE)

Longsoran jenis ini (Gambar 3.1) akan terjadi jika kondisi di bawah ini terpenuhi :
a. Jurus (strike) bidang luncur mendekati pararel terhadap jurus bidang permukaan lereng
(perbedaan maksimum 200).
b. Kemiringan bidang luncur (ψp) harus lebih kecil daripada kemiringan bidang permukaan
lereng (ψf).
c. Kemiringan bidang luncur (ψp) lebih besar daripada sudut geser dalam ( ).
d. Terdapat bidang bebas yang merupakan batas lateral dari massa batuan atau tanah yang
longsor.

Gambar 1 Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981)

2.1 LONGSORAN GULING (TOPPLING FAILURE)


Longsoran guling umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan pada batuan yang keras di
mana struktur bidang lemahnya berbentuk kolom (Gambar 3.3). Longsoran jenis ini terjadi
apabila bidang-bidang lemah yang ada berlawanan dengan kemiringan lereng.

Longsoran guling pada blok fleksibel terjadi jika :

a. β > 900 +  – α, di mana β = kemiringan bidang lemah,  = sudut geser


dalam dan α = kemiringan lereng.
b. Perbedaan maksimal jurus (strike) dari kekar (joint) dengan jurus lereng
(slope) adalah 300.
Gambar 2 Longsoran Guling (Hoek & Bray, 1981)

2.2 ROCK MASS RATING (RMR)


Rock mass rating (RMR) system yang juga di kenal dengan Geomechanics
Classification dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972-1973. Selanjutnya sistem
klasifikasi ini banyak mengalami perubahan sejalan makin banyaknya studi kasus yang
dikumpulkan juga untuk menyesuaikan dengan standard dan prosedur internasional.
Namun waluapun telah mengalami modifikasi, prinsip dari klasifikasi RMR tetap sama.
RMR telah diaplikasikan di lebih dari 351 kasus pada terowongan, chamber, tambang,
lereng, pondasi dan caving. (Bieniawski 1989).
Parameter Rock Mass Rating (RMR)

Sistem klasifikasi massa bataun RMR menggunakan lima parameter, yaitu :

1. Uniaxial Compressive Strength atau Point Load Strength index (Is).

2. Rock Quality Designation (RQD).

3. Joint spacing atau spasi bidang diskontinu.

4. Kondisi bidang diskontinu.

5. Kondisi dari air tanah (ground water).

Berikut ini penjelasan mengenai lima parameter yang di pakai Bieniawski dalam sistem

5
klasifikasinya :
a. Uniaxial Compressive Strength (UCS) atau Point Load Strength Index (Is).

Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial (Uniaxial
Compressive Strength, UCS) dan Uji Point Load Test, PLI).
UCS menggunakan mesin untuk menekan sampel batuan dari satu arah (Uniaxial).
Sampel batuan yang di uji bentuk dalam silider (tabung) dengan perbandingan antara
tinggi dan diameter (1/D) tertentu.
PLI menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan pada suatu titik.
Bieniawski mengusulkan sampel yang digunakan berdiameter 50mm. Hubung
antara nilai Point Load Strength Index (Is50)dengan UCS yaitu UCS =23 Is 50. Factor
koreksi digunakan apabila diameter sampel tidak 50mm
Dimana F= Faktor koreksi nilai Is D= Diameter sampel
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau
PLI-nya seperti tertera pada Tebal dibawa ini.

7
Tabel 1 Kekuatan material batuan utuh (Bieniawski 1989).

Deskripsi kualitatif UCS (MPa) PLI (MPa) Rating


Sangat kuat sekali (exceptionally >250 >10 15
strong)
Sangat kuat (Very strong) 100-250 4-10 12
Kuat (strong) 50-100 2-4 7
Sedang (average) 25-50 1-2 4
Lemah (weak) 5-25 Penggunaan 2
Sangat lemah (very weat) 1-5 UCS lebih 1
Sangat lemah sekali (extremely <1 dianjurkan 0
weak)

b. Rock Quality Designation (RQD)

Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD) diberi
bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 Rock Quality Designation (Bieniawski, 1989).

RQD (%) Kualitas Batuan Rating


<25 Sangat jelek (very poor) 3
25-50 Jelek (poor) 8
50-75 Sedang (fair) 13
75-90 Baik (good) 17
90-100 Sangat baik (excellen) 20

a. Jarak Antar Kekar (Joint Spacing


Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar
berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Sementara Sen dan Eissa
(1991) mendefinisikan spasi kekar sebagai suatu panjang utuh pada suatu selang
pengamatan. Menurut ISRM, jarak antar (spasi) kekar adalah jarak tegak lurus antara
bidang kekar yang berdekatan dalam suatu set kekar.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antara (spasi) kekar diberikan bobot
berdasarkan nilai spasi kekar-nya seperti pada tabel dibawah ini

Tabel 3 Jarak Antar Kekar (Bieniawski, 1989).

Deskripsi Spasi Kekar (m) Rating

Sangat lebar (very wide) >2 20


Lebar (wide) 0,6-2 15
Sedang (moderate) 0,2-0,6 10
Rapat (close) 0,006-0,2 8
Sangat rapat (very close) <0,006 5

b. Kondisi Kekar (Joint Condition).

Ada beberapa parameter yang digunakan oleh Bieniawski dalam memperkirakan


kondisi permukaan bidang diskontinu. Parameter-parameter tersebut adalah sebagai
berikut :
 Roughness

Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu merupakan parameter yang penting untuk
menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang kasar akan dapat mencegah
terjadinya pergeseran antara kedua permukaan bidang diskontinu.
 Separation

Separation merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini
biasanya diisi oleh material lainnya (filling material) atau bisa juga diisi oleh air. Makin

9
besar jarak makin besar lemah bidang diskontinu tersebut.
 Continuity

Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah dari sebuah bidang diskontinu, atau juga
merupakan panjang dari sebuah bidang diskontinu.
 Weathering

Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan diskontinu ISRM


Committee on Rock Classification membagi tingkat lapuk permukaan bidang
diskontinu menjadi Unweathere/fresh, slightly weathered, moderately weathered,
highiy weathered dan completely weathered rock (Bieniawski,1989).
 Infilling

Infilling (gouge) filling atau material pengisi antara dua permukaan bidang diskontinu
mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dan di pengaruhi oleh ketebalan konsisten
atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut. Filling yang lebih tebal dan memiliki
sifat mengembang bila terkena air dan berbutir sangat halus akan menyebabkan
bidang diskontinu menjadi lemah.
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing- masing dan
kemudian dijumlahkan sebagai bobot kondisi kekar pemberian bobot berdasarkan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4 Pada klasifikasi kondisi kekar (Bieniawski, 1989).

Parameter Rating
<1m 1-3m 3-10m 10-20m >20m
Panjang kekar
(persistence/continuity) 6 4 2 1 0
Tidak ada <0,1mm 0,1-10mm 1-5mm >5mm
Jarak antar permukaan kekar
(separation/aperture) 6 5 4 1 0
Sangat kasar Kasar Sedikit Halus slickenside
Kekasaran kekar kasar d
(roughness) 6 5 3 1 0
Tidak ada Kasar lunak
Material pengisi <5mm >5mm <5mm >5mm

(Infilling gouge)

6 4 2 2 0
Tidak lapuk Sedikit lapuk Sangat Hancur
Kelapukan (weathering) lapuk lapuk
6 5 3 1 0

c.Kondisi Air Tanah (Ground Water Condition)

Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekar diintifikasikan


sebagai salah satu kondisi berikut : kering (completely dry), lembab (damp),
basah (wet), terdapat tetesan air (dripping), atau terdapat aliran air (flowing).
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater
conditions) diberi bobot berdasarkan tebal di bawah ini :

Tabel 5 Kondisi Air tanah (Bieniawski, 1989).

11
Kering Lembab Basah Terdapat Terdapat
(completely (damp) (wet) tetesan air aliran air
Kondisi Umum
dry) (dripping) (flowing)

Debit air tiap


terowongan Tidak <10 10-25 25-125 >125
(liter/menit) ada
Terkanan air pada kekar/tegangan
prinsipal mayor 0 <0.1 0.1-0.2 0.1-0.2 >0.5

Rating
15 10 7 4 0

Tabel .4.
Kelas Massa Batuan,Kohesi dan Sudur Geser Dalam Berdasarkan
Nilai RMR (Bieniawski, 1989).

Profil massa batuan Deskripsi

Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0

Kelas massa batuan Sangat baik Baik sedang jelek Sangat jelek

Kohesi >400kPa 300-400kPa 200-300kPa 100-200kPa <100kPa

Sudut geser dalam >45 35-45 25-35 15-25 <15


2.3 SLOPE MASS RATING (SMR)
Beberapa ahli mengembangkan beberapa pendekatan yang lebih sistematis untuk analisis
kestabilan lereng dengan membuat klasifikasi lereng dengan cara menggunakan pendekatan Slope
Mass Rating. SMR dapat memberikan panduan awal dalam analisis kestablian lereng,
memberikan informasi yang berguna tentang tipe keruntuhan serta hal-hal yang diperlukan
untuk perbaikan lereng. Slope Mass Rating merupakan modifikasi dari sistem Rock Mass
Rating (RMR), yang dikembangkan oleh Bieniawski.
Slope Mass Rating dihasilkan dengan melakukan beberapa faktor koreksi terhadap nilai yang
diperoleh dengan Rock Mass Rating, nilai SMR dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut yaitu :
SMR = RMR-(F1 x F2 x F3) + F4
Faktor-faktor koreksi (F1, F2 dan F3) adalah faktor koreksi terhadap orientasi kekar (joint)
serta F4 adalah faktor koreksi terhadap metode pengalian lereng.
Nilai RMR dihitungan berdasarkan proposal yang diajukan oleh Bieniawski (1979) yang
memberikan nilai peringkat untuk lima parameter sebagai beriktu :
 Kekuatan batuan utuh
 RQD (dengan melakukan pengukuran estimasi)
 Spasi bidang diskontinu
 Kondisi bidang diskontinu
 Kondisi air yang mengalir pada bidang diskontinu
Faktor-faktor koreksi untuk kekar (joint) seperti yang diperlihatkan pada tabel, berikut adalah
merupakan perkalian dari tiga faktor sebagai berikut :
 F1, nilainya tergantung pada arah jurus kekar terhadap permukaan lereng.
 F2, nilainya mengacu pada sudut kemiringan kekar.
 F3, nilainya menggambarkan hubungan antara permukaan lereng dengan kemiringan
kekar seperti yang dikembangkan oleh Bieniawski (1976).

Tabel 6 Faktor-Faktor Koreksi Slope Mass Rating (SMR)

13
Kriteria factor Sangat Tak Sangat tak
kasusu koreksi menguntungkan menguntungkan sedang menguntungkan menguntungkna

P 𝛼𝑗 − 𝛼𝑠 >30 30-20 20-10 10-5 <5

T 𝛼𝑗 − 𝛼𝑠 − 180
P/T F1 0.5 0.4 0.7 0.85 1
P 𝛽𝑗 <20 20-30 30-35 35-45 >45
P F2 0.15 0.4 0.7 0.85 1
T F2 1 1 1 1 1
P 𝛽𝑗 − 𝛽𝑠 >10 10-0 0 0-(-10) <10
T 𝛽𝑗 + 𝛽𝑠 <110 110-120 >120
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60

Keternagan :
𝛼𝑗 = dip dir, kekar 𝛽𝑗 = dip dir, kekar
𝛼𝑠 = dip dir, lereng 𝛽𝑠 = dip dir, lereng
P = longsoran bidang T = longsoran guling
Faktor kondisi F4 nilainya tergantung pada metode penggalian lereng, seperti juga yang diperlihatkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel .6.Tabel 7 Bobot Metode Penggalian Lereng (Ramana,1985).

Lereng Peledakan Peledakan Peledakan Peledakan


Metode alamih Presplitting Smooth mekanis Buruk
F4 +15 +10 +8 0 -0

Besar bobot-bobot F1, F2, F3 dan F4 masing-masing menggambarkan :


F1 : menggambarkan keparalehan antara strik lereng dengan strik kekar
F2 : menerangkan hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model longsoran
F3 : menggambarkan hubungan sudut lereng dengan dip kekar
F4 : faktor penyesuaian untuk metode penggalian yang tergantung pada metode yang digunakan
pada waktu membentuk lereng.
Deskripsi untuk setiap kelas SMR serta kondisi kestabilan lereng, tipe keruntuhan yang mungkin
terjadi serta metode perbaikan yang sesuai diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 8 Deskripsi kelas SMR

Profil massa batuan Deskripsi


No kelas V IV III II I
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas massa batuan Sangat baik Baik sedang jelek Sangat jelek
Longsoran Tidak ada Beberapa baik Bidang kekar Bidang atau baji Bidang besar atau
atau banyak baji besar seperti tanah
Penyanggaan Tidak ada Sewaktu waktu Sistematis Sangat perlu Reexcavation
perbaikan

15
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan :
 Alat
1. Kompas
2. Busur
3. Alat tulis
4. Penggaris 30 cm
5. Rol meter
6. Kamera
7. Papan data

 Bahan
1. Tali raffia
2. Paku
3. Palu

3.2 Teknik pengambilan data


Langkah- langkah pengambilan data :
1. Tentukan lereng yang akan diuji, kemudian ukur dengan meteran.
2. Pasang paku di kedua ujung-ujung lereng yang sebelumnya telah di ukur sepanjang 20
meter.
3. Kemudian ikat tali raffia pada kedua paku.
4. Lihatlah kekar yang ada pada sepanjang tali,kemudian beri tanda pada tali tersebut
5. Ukur dan catat data dari masing-masing kekar yang berada di sepanjang tali atau garis
uji tersebut. Data pengukuran yaitu: strike atau dip lereng,trand pland,dip
rections,derajat busur,jaraj antara kekar dan lainnya,pemisahaan ,kekasaran,tingkat
pelapukan,kelembaban.
6. Kemudian dari data-data tersebut hitung RMR dan RMP-nya.
7. Mencari ketinggian lereng dari pengukuran jarak meter dan slope menggunakan
kompas geologi.
3.3 Pengolahan Data
BLANGKO 1 - PEMETAAN KEKAR DI LAPANGAN
Lokasi : Yoka Metode : Lereng Mekanis
Penggalian
Strike Lereng : N 279 0E Kondisi Lereng : Kering/Lembab/Basah
Dip Lereng : 61 0
Strike Scanline : N 270 0E Di ukur Oleh : Kelompok 3
Dip Scanline : 180 Hari / Tanggal : Senin / 21-12-2020
Kondisi Bidang Diskontinu
N Pemisaha Tingkat
Strike Dip DD Jarak
o n Pengisi Kekasaran Pelapuka Kelembaban
(cm)
(mm) n
28
1. 193 38 0 15 Lempung Kasar Tinggi Lembab
3
21
2. 127 24 37.5 5 Lanau Kasar Tinggi Lembab
7
25 Agak
3. 169 20 33 3 Lempung Sedang Lembab
9 kasar
24 Agak
4. 155 22 12 2 Lempung Sedamg Lembab
5 Kasar
23 Agak
5. 145 22 41.6 2 Lanau Sedang Lembab
5 Kasar
37
6. 288 35 31 4 Lanau Kasar Tinggi Lembab
8
34
7. 257 22 85 1 Lempung Kasar Tinggi Lembab
7
29 Agak
8. 209 25 18.5 14 Lempung Tinggi Lembab
9 kasar
19 Cukup
9. 104 47 40.5 2 Lempung Tinggi Lembab
4 Kasar
17 Cukup
10. 80 66 60 3 Lanau Sedang Lembab
0 kasar
31
11. 227 64 11.2 7 Lempung Kasar Tinggi Lembab
7
29
12. 205 59 87 3 Lempung Kasar Tinggi Lembab
5
32
13. 234 61 84 2 Lempung Kasar Tinggi Lembab
4
21
14. 122 71 57.5 2 Lempung Kasar Sedang Lembab
2
25 Cukup
15. 163 55 14 7 Lanau Tinggi Lembab
3 kasar
23
16. 140 59 315 5 Lanau Kasar Sedang Lembab
0

17
24
17. 150 46 22 5 Lempung Kasar Sedang Lembab
0
24
18. 155 57 89.5 17 Lempung Kasar Tinggi Lembab
5
28
19. 195 57 23.2 22 Lempung Kasar Sedang Lembab
5
26
20. 176 42 36.5 3 Lempung Kasar Sedang Lembab
6
26
21. 175 45 12 5 Lempung Kasar Sedang Lembab
5
29
22. 203 48 16 20 Lempung Kasar Tinggi Lembab
3
28
23. 195 65 15.5 5 Lempung Kasar Tinggi Lembab
5
BAB IV
HASIL PENGOLAHAN DATA KEKAR
4.1 RQD
Tabel 9 Data Pengolahan RQD

19
4.2 RMR

Tabel 10 Penentuan RMR dari data pembobota

RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi kekar


di mana, RMRbasic = ∑ parameter (a + b + c + d + e)
sehingga dari beberapa parameter tersebut RMRbasic = 49
Dari nilai RMR tersebut didapatkan :
Kelas massa batuan = Sedang
Kohesi = 200 – 300 kPa
Sudut geser dalam = 25o – 35o
4.3 SMR

Tabel 11 Faktor-Faktor Koreksi Slope Mass Rating (SMR)

Keterangan : αj = dip dir. kekar βj = dip kekar


αs = dip dir. lereng βs = dip lereng
P = longsoran bidang T = longsoran guling

Diketahui

αj = 270o βj = 18o
αs = 279o βs = 61o

Parameter Bobot longsor


No Kondisi
SMR P T
1 RMRbasic Sedang 49 49
2 F1 (αj - αs) = 9° (P)
0.85 1
    (αj - αs - 180) = -171 (T)
3 F2 (ßj) = 18° (P)
0.15 1
    (ßj) = 18° (T)
4 F3 (ßj - ßs) = -43° (P)
-60 0
    (ßj + ßs) = 79 (T)
5 F4 Lereng mekanis 15 15

21
Sehingga :
Untuk Longsoran bidang (Plane Failure)
SMR = RMRbasic – (F1 x F2 x F3) + F4
SMR = 49 – (0.85 x 0.15 x -60) + 15
SMR = 71.65

Untuk Longsoran Guling (Toppling Failure)


SMR = RMRbasic – (F1 x F2 x F3) + F4
SMR = 49 – (1 x 1 x 0) + 15
SMR = 64

Tabel 12 Deskripsi Kelas SMR

Profil massa batuan Deskripsi


No kelas V IV III II I
Rating 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 20 - 0
Kelas massa batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek
Beberapa kekar Bidang atau Bidang besar atau
Longsoran Tidak ada Beberapa blok
atau banyak baji baji besar seperti tanah
Sangat perlu
Penyanggaan Tidak ada Sewaktu-waktu Sistematis Reexcavation
perbaikan
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang di lakukan, dapat di tarik KESIMPULAN bahwa :


1. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa lereng berada di kelas 4 (rating 80-61)
pada deskripsi kelas SMR, Sehingga kelas massa batuan ada baik dan longsoran
yang mungkin terjadi terjadi hanya berada di beberapa blk saja. Sehingga
sewaktu waktu dibutuhkan penyanggan.
2. Lereng yang kami gunakan untuk praktikum beresiko mengalami longsoran
guling karena terdapat bidang lemah pada dinding lereng tersebut.

5.2 Saran

Adapun saran yang di berikan yaitu agar kegiatan praktikum selanjutnya asisten
pendamping bisa di tambah lagi agar lebih menghemat waktu.

23
DAFTAR PUSTAKA
a
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Gambar 3.lereng penelitian

25
Gambar 4.pengambilan data kekar
Gambar 5.pengambilan data strike and dip

27
Gambar 6 Hasil Pengukuran Kel 4
Join Roughness Number Jr
a) Rock-wall contact, and
b) Rock-wall contact before 10 cm of shear movement
A Discontinuous joints 4
B Rough or irregular, undulating 3
C Smooth, undulating 2
D Slickensided, undulating 1.5
E Rough, irregular, planar 1.5
F Smooth, planar 1
G Slickensided, planar 0.5
Note: i) Description refers to small scale features and intermediate scale features, in that order
c) No rock-wall contact when sheared
H Zone containing clay minerals thick enough to prevent rock-wall contact when sheared 1
Note: ii) Add 1 if the mean spacing of the relevant joint set is greater than 3 m (dependent on the size
of the underground opening)
iii) Jr = 0.5 can be used for planar slickensided joints having lineations, provided the lineations are oriented
in the estimated sliding direction

Apr
Joint Altration Number Ja
ox
a) Rock-wall contact (no mineral fillings, only coatings)
Tightly healed, hard, non-softening, impermeable filling,
A 0.75
i.e., quartz or epidote.
B Unaltered joint walls, surface staining only. 25-35° 1
Slightly altered joint walls. Non-softening mineral coatings;
C 25-30° 2
sandy particles,clay-free disintegrated rock, etc.
Silty or sandy clay coatings, small clay fraction
D 20-25° 3
(non-softening).
Softening or low friction clay mineral coatings, i.e.,
E kaolinite or mica.Also chlorite, talc gypsum, graphite, 8-16° 4
etc., and small quantities of swelling clays.
b) Rock-wall contact before 10 cm shear (thin mineral fillings)
F Sandy particles, clay-free disintegrated rock, etc. 25-30° 4
Strongly over-consolidated, non-softening, clay mineral
G 16-24° 6
fillings (continuous, but <5 mm thickness).
Medium or low over-consolidation, softening, clay mineral fillings
H (continuous, 12-16° 8
but <5 mm thickness).
Swelling-clay fillings, i.e., montmorillonite (continuous, but <5 mm
thickness).
J 6-12° 8-12
Value of J
a depends on percent of swelling clay-size particles.
c) No rock-wall contact when sheared (thick mineral fillings)
Zones or bands of disintegrated or crushed rock.
K 16-24° 6
Strongly over-consolidated.
Zones or bands of clay, disintegrated or crushed rock.
L 12-16° 8
Medium or low over-consolidation or softening fillings.
Zones or bands of clay, disintegrated or crushed rock.
M 6-12° 8-12
Swelling clay. Ja depends on percent of swelling clay-size particles.
Thick continuous zones or bands of clay.
N 12-16° 10
Strongly over-consolidated.
Thick, continuous zones or bands of clay.
O 12-16° 13
Medium to low over-consolidation.
Thick, continuous zones or bands with clay. Swelling clay.
P 6-12° 13-20
Ja depends on percent of swelling clay-size particles.

29
Joint Water Reduction Factor Jw
A
Dry excavations or minor inflow ( humid or a few drips) 1.0

B Medium inflow, occasional outwash of joint fillings (many drips/”rain”) 0.66


C Jet inflow or high pressure in competent rock with unfilled joints 0.5
D
Large inflow or high pressure, considerable outwash of joint fillings 0.33

Exceptionally high inflow or water pressure decaying with time.


E 0.2-0.1
Causes outwash of material and perhaps cave in
Exceptionally high inflow or water pressure continuing without
F 0.1-0.05
noticeable decay. Causes outwash of material and perhaps cave in
Note: i) Factors C to F are crude estimates. Increase Jw if the rock is drained or grouting is carried out
ii) Special problems caused by ice formation are not considered
Strees Reduction Factor SRF
a) Weak zones intersecting the underground opening, which may cause loosening of rock mass
Multiple occurrences of weak zones within a short section
containing clay or chemically
A disintegrated, very loose surrounding rock (any depth), or long 10
sections with incompetent
(weak) rock (any depth). For squeezing, see 6L and 6M
Multiple shear zones within a short section in competent clay-free
B rock with loose 7.5
surrounding rock (any depth)
Single weak zones with or without clay or chemical disintegrated
C 5
rock (depth ≤ 50m)
D Loose, open joints, heavily jointed or “sugar cube”, etc. (any depth) 5
Single weak zones with or without clay or chemical disintegrated
E 2.5
rock (depth > 50m)
Note: i) Reduce these values of SRF by 25-50% if the weak zones only influence but do not
intersect the underground opening
b) Competent, mainly massive rock, stress problems σc /σ1 σθ /σc SRF
<0.0
F Low stress, near surface, open joints >200 2.5
1
0.01-
G Medium stress, favourable stress condition 200-10 1
0.3
High stress, very tight structure. Usually favourable to stability.
May also be unfavourable to stability dependent on the orientation 0.3- 0.5-2
H 10-5
of 0.4 2-5*
stresses compared to jointing/weakness planes*
0.5-
J Moderate spalling and/or slabbing after > 1 hour in massive rock 5-3 5-50
0.65
0.65-
K Spalling or rock burst after a few minutes in massive rock 3-2 50-200
1
Heavy rock burst and immediate dynamic deformation in massive
L <2 >1 200-400
rock
Note: ii) For strongly anisotropic virgin stress field (if measured): when 5 ≤ σ1 /σ3 ≤ 10, reduce σc to 0.75 σc.
When σ
1 /σ3 > 10, reduce σc to 0.5 σc, where σc = unconfined compression strength, σ1 and σ3 are
the major and minor principal stresses, and σθ = maximum tangential stress (estimated from elastic
theory)
iii) When the depth of the crown below the surface is less than the span; suggest SRF increase from 2.5 to 5 for such cases
(see F)
c) Squeezing rock: plastic deformation in incompetent rock under the
σθ /σc SRF
influence of high pressure
M
Mild squeezing rock pressure 1-5 5-10

N Heavy squeezing rock pressure >5 10-20


Note: iv) Determination of squeezing rock conditions must be made according to relevant literature (i.e. Singh
et al., 1992 and Bhasin and Grimstad, 1996)
d) Swelling rock: chemical swelling activity depending on the presence of water SRF
O Mild swelling rock pressure 5-10
P Heavy swelling rock pressure 10-15

31

Anda mungkin juga menyukai