Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SKRIPSI

EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI PROYEK


WATERFLOODING SUMUR AS LAPANGAN TEMPES

DISUSUN OLEH:

SEFTIANA
NPM: 173210373

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal :.EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI


roposal
PROYEK WATERFLOODING SUMUR AS
LAPANGAN TEMPES
Kelompok Keahlian : Ekonomi Migas
Pengusul
a. Nama : Seftiana
b. NPM : 173210373
c. IPK : 3.52
d. Nomor HP : 0813-7108-3544
e. Alamat surel (email) : seftiana924@student.uir.ac.id
f. Lama penelitian : 6 bulan
Pekanbaru, 22 September 2021

Dosen Pembimbing Pengusul,

M. Ariyon, ST., M.T. Seftiana


NIDN : 1005107603 NPM : 173210373

i
RINGKASAN

SEFTIANA
NPM. 173210373

Sumur AS 39 dan 40 lapangan Tempes sempat mengalami penurunan produksi dan


water cut yang tinggi untuk meningkatkan produksi sumur dan untuk menurunkan Water
cut pada sumur injeksi AS 39 dan 40 dilakukan pengerjaan waterflooding. Dimana
Waterflooding atau injeksi air adalah metode penyuntikan cairan ke dalam reservoir, di
mana air digunakan sebagai media injeksi untuk suntikkan ke reservoir, hal ini berguna
agar air dapat mendorong minyak di reservoir ke sumur produksi dan permukaan. dari
proses pengerjaan tersebutlah dilakukanlah evaluasi kelayakan dengan melihat apakah
sumur tersebut layak atau tidak dengan memperhatikan faktor ekonominya dengan
menggunakan sistem kontrak gross split dan cost recovery. Hal ini sesuai dalam pasal 2
ayat (1) dan (2) dalam Permen ESDM 12/2020 bermaksud investor dapat memilih bentuk
kerja sama yang akan ia gunakan namun harus berdasarkan pertimbangan tingkat resiko,
iklim investasi dan manfaat sebesar-besarnya bagi negara.Untuk parameter yang akan di
gunakan dalam keekonomian ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return
(IRR), Pay Out Time (POT) serta analaisa sensitivas. Selain itu tujuan dari penelitian ini
mengetahui kelayakan dari segi ekonomi proyek waterflooding pada sumur injeksi AS 39
dan 40 dengan mengevaluasi sistem kontrak tersebut untuk mengetahui sistem kontrak
yang mana lebih menguntungkan dengan didasari oleh kontrak kerja sama Gross Split
dan Psc Cost Recovery selain itu melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui
adanya perubahan yang mempengaruhi dari faktor atau parameter Pengaruhnya.

Kata Kunci : Gross Split, Indicator Economic, Waterflooding.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................... i
RINGKASAN ..............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ v
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
1.2 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................. 2
1.3 MANFAAT PENELITIAN......................................................................................... 2
1.4 BATASAN MASALAH .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
2.2 PSC COST RECOVERY .............................................................................................. 5
2.3 PSC GROSS SPLIT...................................................................................................... 7
2.4 INDIKATOR KEEKONOMIAN............................................................................. 12
2.4.1 Net Present Value (NPV) ....................................................................................... 12
2.4.2 Internal Rate Of Return (IRR)............................................................................... 13
2.4.3 Pay Out Time (POT)............................................................................................... 13
2.5 ANALISIS SENSITIVITAS ..................................................................................... 14
2.6 STATE OF THE ART ................................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................................ 18
3.1 PENELITIAN ............................................................................................................ 18
3.2 ALUR PENELITIAN ................................................................................................ 19
3.3 JENIS PADA PENELITIAN.................................................................................... 20
3.3.1 STUDI LAPANGAN ............................................................................................. 20
3.4 TEMPAT PENELITIAN .......................................................................................... 20
3.5 LANGKAH KERJA.................................................................................................. 21
3.5.1 Analisis Dengan Skema Cost Recovery ................................................................ 21
3.5.2 Analisis dengan Skema Gross Split ...................................................................... 23
3.6 JADWAL KEGIATAN ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 29

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Waterflooding (Kułynycz & Janowski, 2017) ............................................. 4


Gambar 2.2 Skema PSC Cost Recovery (Ikasari, 2019) .................................................. 7
Gambar 2.3 Skema Kontrak Bagi Hasil Gross split (Fajri, 2020)……………………… ..8
Gambar 2.4 Base Split (Pramadika & Satiyawira, 2018)……..…………………………. .8
Gambar 3.2 Struktur dan Lokasi BOB CPP Blok PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina
Hulu; (sumber: PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu;) ........................................... 20

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Variable Split (Pramadika & Satiyawira, 2018) ............................................... 9


Tabel 2.2 Progressive Split (Pramadika & Satiyawira, 2018) ........................................ 11
Tabel 3.1 Bagan Alir Penelitian ..................................................................................... 19
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................. 34

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Laju produksi mengalami penurunan di karena produksi minyak terus menerus


terjadi sehingga tekanan reservoir menurun. Karena penurunan tekanan reservoir di
retakan batuan, cadangan minyak tetap ada. Dalam hal ini, diperlukan tindakan untuk
mengambil sisa-sisa cadangan yang tersisa. Sehingga Waterflooding merupakan
pemulihan minyak tahap sekunder ketika saat reservoir telah mendekati batas ekonomi
pada pemulihan tahap pertama (Yohana et al., 2020).
Lapangan Tempes telah beroperasi sejak tahun 1948. Hingga saat ini lapangan
tersebut telah memiliki 45 sumur injeksi injector, 90 Producer, dan telah memiliki
sumur bor sekitar 175 sumur dan pada setiap sumur injeksi yang ada di lapangan
tempes memiliki respon dan karakteristik yang berbeda. kemudian pada tahun 1993
lapangan tempes mengalami kenaikan water cut sehingga di perlukan penggerak
waterflooding, pencegahan harus dilakukan agar terhindar dari operasi yang tidak
ekonomis dan mengurangi produksi minyak (Adeniyi et al., 2008), Alasan utama
mengapa waterflooding digunakan hal ini disebabkan proses pemulihan minyak
dengan menggunakan waterflooding merupakan yang paling sukses dan paling banyak
dipakai saat ini, ketersediaan air secara umum, biaya rendah relatif terhadap cairan
injeksi lainnya, kemudahan injeksi air ke dalam formasi, efisiensi tinggi yang
dengannya air menggantikan minyak (Smith & Cobb, 1997). Hal inilah yang membuat
penggerak Waterflooding dianggap sebagai salah satu tujuan utama untuk mencapai
hasil akhir yang maksimal serta pemulihan dari reservoir dengan biaya optimal (AN,
2019). Hingga saat ini lapangan tempes telah memasuki tahap Secondary Recovery.
Pada penelitian kali ini penulis berfokus pada sumur injeksi AS 39 dan 40 karena
setiap sumur memiliki respon dan karakteristik yang beda pada setiap sumur injeksi
lapangan tempes. di lapangan ini dengan melakukan evaluasi kelayakan ekonomi
pengerjaan waterflooding di sumur injeksi sumur AS 39 dan 40. hal ini berguna untuk

1
2

mengetahui layak atau tidaklayaknya sumur injeksi tersebut dengan menggunakan


sistem kontrak bagi hasil Cost Recovery dan Gross Split karena pada peraturan
pemerintah ESDM 12/2020 memberikan kesempatan untuk para investor memilih
bentuk kerja sama yaitu cost Recovery dan Gross Split. Dimana pasal 2 ayat (1) dan
(2) dalam Permen ESDM 12/2020: Penetapan bentuk dan ketentuan pokok kontrak
kerja sama sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Artinya investor dapat
memilih bentuk kerja sama yang akan ia gunakan namun harus berdasarkan
pertimbangan tingkat resiko, iklim investasi dan manfaat sebesar-besarnya bagi
negara. Selain itu dalam penelitian kali ini juga menghitung indikator keekonomiannya
untuk melihat kinerja dimasa depan. Adapun indikator ekonomi yang digunakan yaitu
Net present value, Pay Out Time, Internal Rate of Return dan melihat faktor yang
mempengaruh analisis sensitivitas perubahan keekonomiannya .

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini diantaranya adalah:
1. Mengetahui kelayakan dari segi ekonomi proyek waterflooding pada
sumur injeksi AS 39 dan 40 dengan mengevaluasi sistem kontrak tersebut
untuk mengetahui sistem kontrak yang mana lebih menguntungkan dengan
didasari oleh kontrak kerja sama Gross Split dan Psc Cost Recovery.
2. melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui adanya perubahan yang
mempengaruhi dari faktor atau parameter Pengaruhnya.

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dilakukan penelitian Skripsi ini adalah:

Bagi Perusahaan:

1. Memberikan gambaran dari segi keekonomian pada pengerjaan


Waterflooding dari sumur injeksi AS pada lapangan Tempes.
2. Serta Menjadikan Sumbangan pemikiran untuk perusahaan kedepannya
guna mengetahui kontrak mana yang layak di gunakan.
3

Bagi citivas Akademik:

1. Menambah wawasan mahasiswa untuk perhitungan berdasarkan sistem


kontrak gross split dan Psc Cost Recovery
2. Memberikan Pemahaman Analisa sensitivitas terhadap Perubahan yang
akan berpengaruh pada keekonomiannya.

1.4 BATASAN MASALAH


Adapun batasan penelitiannya hanya berfokus pada
1. Penelitian hanya dilakukan 2 sumur yaitu sumur injeksi AS 39 dan 40
2. Perhitungan keekonomian yang dilakukan pada pengerjaan waterflooding
menggunakan metode kontrak bagi hasil Gross Split dan PSC Cost
Recovery
3. Indikator Keekonomiannya yaitu Net present value, Pay Out Time, Internal
Rate of Return serta melihat sessitivitas dari faktor yang
mempengaruhinya.
4. Tidak membahas permodelan reservoirnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 WATERFLOODING

c
Menurut (Kułynycz & Janowski, 2017) Faktor-faktor yang menjadi alasan
mengapa waterflooding dilakukan:

1. Air merupakan perantara yang baik untuk menggantikan minyak


2. Air juga mudah di injeksikan ke dalam formasi dengan kandungan Minyak
3. Air pada umumnya sangat mudah di cari dan biayanya murah
4. Pengerjaan waterflooding merupakan operasi kegiatan yang relative murah
dan juga menguntungkan.

Selain itu menurut (Iqbal et al., 2017) Alasan untuk waterflooding sebagai metode
lanjutan adalah Mobilitas dorong yang baik (sangat rendah), Berat kolom air di sumur
membantu memberi tekanan, sehingga mengurangiTekanan injeksi, Fluida
bertekanan (air) mudah terdispersi dalam tangki dan Efisiensi penekanan yang tinggi.
Waterflooding memiliki keunggulan sebagai berikut: Pasokan air yang banyak, Air

4
5

lebih mudah disuntikkan, Air dapat berdifusi melalui formasi, dan dalam mendesak
minyak air lebih efektif.

Waterflooding atau Injeksi air merupakan salah satu metode penting untuk
meningkatkan nilai ekonomi ladang minyak dalam pengembangan ladang minyak.
Proyek injeksi air yang sukses dapat dilaksanakan dengan memastikan bahwa
tekanan reservoir tetap di atas level cairan, yang akan menghasilkan perolehan
minyak dan pendapatan yang lebih menguntungkan (Rini et al., 2021). Di antara
faktor-faktor lain, efisiensi waterflooding tergantung pada kinerja sumur injeksi air.
Sumber air yang umum digunakan untuk waterflooding adalah air asin yang
dihasilkan dari reservoir bawah permukaan untuk reservoir berbasis darat dan air laut
untuk reservoir lepas pantai Air garam reservoir biasanya mengandung partikel
tersuspensi. Ketika disuntikkan ke reservoir untuk mendorong minyak menuju sumur
produksi, tersuspensi (Civan, 2007).

Metode pemulihan minyak sekunder dan yang disempurnakan dipilih untuk


menangani kasus pemulihan yang berbeda; misalnya, metode termal dapat menjadi
teknik pemulihan target untuk reservoir dengan minyak mentah gravitasi API rendah,
proses kimia dapat dipertimbangkan untuk reservoir dengan tegangan antarmuka
tinggi antara sistem batuan-cairan / minyak-air, injeksi gas yang diperkaya dapat
ideal untuk minyak residu peningkatan mobilitas melalui pengurangan viskositas,
dan sebagainya (Nmegbu & Pepple, 2017). Untuk menginjeksikan air harus dilihat
kualitas dari air tersebut hal ini berguna menvegah terjadinya kerusakan formasi.
Untuk itu dilakukanlah Scaling Index pada sumur injeksi secara berkala. (Veri,
2012).

2.2 PSC COST RECOVERY


Product Sharing Contrac Cost Recovery adalah sistem kontrak bagi hasil yang
biaya pengembalian eksplorasi dan ekspoitasi dari KKKS (Shobah Shofia, 2016).
Selain itu perjanjian bagi hasil masih tetap di gunakan hingga sekarang dimana telah
mengalami perubahan sejak di gunakan. Dan sistem cost recovery telah di atur dalam
6

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Kemudian
minyak bumi yang di hasilkan kemudian di bagi antara kontraktor dan pemerintah
sebesar 85% : 15% sedangkan untuk gas bumi pembagian nya sebesar 70% : 30%.
Pada sistem cost recovery sendiri telah mengalami perubahan hingga 3 kali (Jumiati
et al., 2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil minyak dan gas antara lain
1. Gross Revenue
2. First Tranche Petroleum
3. Investment Credit
4. Cost Recovery
Selain itu menurut (Amir & Kurniawan, 2017) Cost Recovery hanya berlaku pada
Industri hulu migas yang negaranya mampu mengatur jalannya kegiatan dan
memiliki kuasa sebagai pemegang bisnis. Selain itu KKKS hanya di gunakan sebagai
kontraktor yang bertugas menjalankan kegiatan. Dalam Undang Undang Nomor 22
Tahun 2001 (UU22/2001 tentang minyak dan gas bumi dan peraturan pemerintah
No. 79 Tahun 2010 (PP 79/2010) tentang pengembalian biaya operasi dan di
berlakunya pajak penghasilan . skema cost recovery menguntungkan Negara akan
tetapi persoalan yang akan terjadi pada skema ini timbul saling curiga atara KKKS
dan pemerintah, persoalan dalam audit (BPK) hingga menyebabkan meruginya
keuangan negara.

Gambar 2.2 Skema PSC Cost Recovery (Ikasari, 2019)


7

Menurut (Kusrini & Abror, 2019) perhitungan cash flow yang telah di sepakati
didapatkan sebgai berikut:
Menghitung Gross Revenue
𝐺𝑅 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 × 1000 × (𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑒𝑠𝑐𝑎𝑙𝑎𝑡𝑒𝑎) (MMUSD)…….…(2.1)
Menghitung First Tranche Petroleum
𝐹𝑇𝑃 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝐺𝑅 × 5% (MMUSD)……………………………….………(2.2)
Menghitung Cost
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑆𝑅 + 𝐶𝑎𝑝𝐸𝑥 + 𝑂𝑝𝐸𝑥 (MMUSD)…………(2.3)
Menghitung Profit Share (Equity to be Split)
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑡 = 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦…………...(2.4)
𝐺𝑜𝑣. 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑡 ×
𝐺𝑜𝑣𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (MMUSD)…...........................................................(2.5)
𝐶𝑜𝑛𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑡 × 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒……………....(2.6)
𝐷𝑀𝑂 25% = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒………………..(2.7)
𝐷𝑀𝑂 𝐹𝑒𝑒 = (𝑏𝑖𝑙𝑎 100% 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑢ℎ )(𝑀𝑀𝑈𝑆𝐷)……….….(2.8)
Menghitung Taxable Income
𝑇𝑎𝑥𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 − 𝐷𝑀𝑂 + 𝐹𝑒𝑒…………….(2.9)
𝑇𝑎𝑥 = 𝑇𝑎𝑥𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 × 40% (MMUSD)………………….……..(2.10)
Menghitung Contractor Take
𝐶𝑜𝑛𝑡. 𝑡𝑎𝑘𝑒 = 𝑇𝑎𝑥𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝑇𝑎𝑥 (𝑀𝑀𝑈𝑆𝐷)……………….....(2.11)
Menghitung Goverment Take
𝐺𝑜𝑣. 𝑇𝑎𝑘𝑒 = 𝐺𝑜𝑣𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 + 𝐷𝑀𝑂 − 𝐷𝑀𝑂 𝐹𝑒𝑒 + 𝑇𝑎𝑥……..(2.12)

2.3 PSC GROSS SPLIT

Menurut (Satiyawira, 2018) Gross Split adalah akad bagi hasil berdasarkan prinsip
bagi hasil bruto, dan tidak ada mekanisme pengembalian biaya operasional. Dalam
program Gross Split, hasil produksi yang diperoleh lapangan migas langsung dibagi
menjadi bagian pemerintah dan bagian kontraktor. Dalam kontrak bagi hasil Gross
Split diatur besaran bagi hasil awal (Base Split) yaitu minyak menguasai 57% negara,
8

kontraktor 43%, dan gas bumi 52% dan 48%. negara. Persentase kontraktor (Ariyon
& Dewi, 2018; Jumiati et al., 2018). Alur pada sisten kontrak Gross split sebagai
berikut:

Gambar 2. 4 Skema Kontrak Bagi Hasil Gross split (Fajri, 2020)


Gross production merupakan perhitungan pendapatan tiap produksi biasanya
pertahun, bulan atau hari. Untuk split itu sendiri biasanya untuk pemerintah itu 57%
dan kontraktor 43% . hasil penjumlahan base split, variable split dan progressive
split akan diketahui kontraktor splitnya. Income tax dimana kontraktor membayar
pajak kepada peemrintah, Pajak penghasilan dapat menjadi salah satu parameter
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah. Contractor Take After Taxes ialah
pendapatan Pemerintah setelah pajak. Government Take After Taxes ialah Rentang
tampilan Jumlah yang diterima pemerintah (Satiyawira, 2018). Untuk mengetahui
tabel base split, variable split, progressive split sebagai berikut:

Gambar 2.5 Base Split (Pramadika & Satiyawira, 2018)


9

Tabel 2. 1 Variable Split (Pramadika & Satiyawira, 2018)


Karakteristik Parameter Split Bagian
kontraktor
1 Status lapangan POD I 5%
POD II 3%
No POD 0%
2 Lokasi lapangan Onshore 00.00%
Offshore
(0>h≤50m) 08.00%
Offshore
(20>h≤50m) 10.00%
Offshore
(50<h<150m) 12.00%
Offshore
14.00%
(150<h<1000m)
Offshore 16.00%
(<1000m)
3 Kedalaman ≤2500m 0%
reservoir >2500 1%
4 Ketersediaan Well developed 0%
infrastrukstur New fronter
pendukung Offshore 2%
New frontier
Onshore 4%
5 Jenis reservoir Conventional 0%
Non conventional 16%
6 Kandungan CO2 <5% 0%
(%) 5%≤x<10% 0.5%
10%≤x20% 1.0%
20%≤x40% 1.5%
10

40%≤x<60% 2%
x≥60% 4%
7 Kandungan H2S <100 0%
(ppm) 100≤x<1000 1%
1000≤x2000 2%
2000≤x<3000 3%
3000≤x<4000 4%
x≥4000 5%
8 Berat jenis <25 1%
minyak bumi ≥25 0%
(API)
9 Tingkat <30% 0%
komponen dalam 30≤x<50 2%
negeri (%) 50≤x<70 3%
70≤x<100 4%
10 Tahapan produksi Primary 0%
Secondary 6%
tertiary 10%

Tabel 2. 2 Progressive Split (Pramadika & Satiyawira, 2018)

Karakteristik Parameter Split Bagian


Kontraktor
1 Harga gas bumi <7 (7 – harga gas
(USD/MMBTU) bumi) x 2,5
7-10 0%
>10 (10 – harga gas
bumi ) x 2.5
2 Jumlah <30 10%
Kumulatif 30≤×<60 9%
produksi 60≤×<90 8%
11

Minyak dan 90≤×<125 6%


Gas Bumi 125≤×<175 4%
(MMBOE) ≥175 0%

Menurut (SKK MIGAS , 2019) kelebihan yang di dapat untuk kontrak kerja sama
bagi hasil Gross Split yaitu :Pemerintah tidak perlu melakukan penggantian biaya
pada kegiatan usaha hulu migas, Proses pengurusan menjadi lebih mudah, dan
Apabila KKS dengan TKDNnya tinggi, maka mendapatakan split tambahan sebesar
2% jika TKDNnya 30%– 50% dan apabila TKDNnya 50%-70% tambahan split 3%.
Dan jika kontraktor mendaptkan TKDN 70% split tambahannya 4%. Menurut
(Ariyanto & Nuraeni, 2015) Untuk cash flow dengan menggunakan gross split
sendiri adalah :

1. 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑛 𝐺𝑎𝑠……………(2.13)


2. 𝑅𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦 = 10% × 𝑅………………………………………….….(2.14)
3. 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑅𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦 = 𝑅 − 𝑅𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦……………………….(2.15)
4. 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑒 = Non Recoverable Cost
5. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑜𝑠𝑡 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 × 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖……………..(2.16)
6. Capital expenditure
Tangible = Di Hitung Dengan Metode Depresiasi
Intangible
7. 𝑇𝑎𝑥𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 = 𝑟𝑒𝑣 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑟𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦 + (− 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 + 𝑂𝐶 +
𝐼𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒……………………………………………………..…(2.17)
8. 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 𝑂𝑓 𝑇ℎ𝑒 𝑌𝑒𝑎𝑟 = 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑇𝐼 ≪
0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 , 𝑎𝑚𝑎𝑘 = −𝑇𝐼 × 𝑇𝑎𝑥…………………...(2.18)
9. 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 = 𝑇𝐼 +
𝑇𝑎𝑥 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 𝑂𝑓 𝑇ℎ𝑒 𝑌𝑒𝑎𝑟…........................................................(2.19)
10. Tax losses Carrier Forward = Pada Tahun Pertama Yaitu 0
11. Icome For The Year = Tax Expense Of The Year
12. Tax paid in the year = di gunakan yang terkecil 0 dan jumlah dari Tax
Losses Carrie Forward, kemudianhasilnya dikalikan dengan minus.
12

13. 𝑐𝑙𝑜𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑜𝑓 𝑇𝑎𝑥 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜 𝑐𝑎𝑟𝑖𝑖𝑒 𝑓𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 =


𝑇𝑎𝑥 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 𝑐𝑎𝑟𝑟𝑖𝑒 𝑓𝑜𝑟𝑤𝑎𝑟𝑑 + 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐹𝑜𝑟 𝑡ℎ𝑒 𝑦𝑒𝑎𝑟 +
𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑 𝑡ℎ𝑒 𝑌𝑒𝑎𝑟………………………………………………(2.20)
14. 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑖𝑛 = 𝑅𝑒𝑣 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑅𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦 − 𝑇𝑎𝑥 𝑝𝑎𝑖𝑑 𝑡ℎ𝑒 𝑦𝑒𝑎𝑟……........(2.21)
15. 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑂𝑢𝑡 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑑𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑒
16. 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑓𝑙𝑜𝑤 = 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑖𝑛 − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑂𝑢𝑡……………………….……..(2.22)
17. 𝐺𝑜𝑣𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑎𝑘𝑒 = 𝑅𝑜𝑦𝑎𝑙𝑡𝑦 + 𝑇𝑎𝑥 𝑝𝑎𝑖𝑑 𝑖𝑛 𝑡ℎ𝑒 𝑦𝑒𝑎𝑟………..(2.23)

2.4 INDIKATOR KEEKONOMIAN

Pada Industri migas ada beberapa indikator ekonomi untuk mengukur keuntungan
yaitu (Lubiantara, 2012):

2.4.1 Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) ialah hasil penjumlahan sekarang dari seluruh kas
sampai masa akhir proyek. Proyek akan layak apabila NPV > 0 atau NPV Besar
keunggulan NPV melakukan perkiraan karena pengaruh waktu hal ini menjadi
realistis terhadap perubahan harga, mengestimasikan arus kas pada usia ekonomi
investasi dan nilai sisa investasi (Purnatiyo, 2016). Dalam NPV sendiri terkadang
penggunaan perhitungannya lebih rumit, kelayakannya tidak hanya di pengaruhi arus
kas namun faktor usia ekonomi investasi (Adita Utami, 2020):
𝐴𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 − 𝐼 = ∑ 𝑃𝑊𝐴 − 𝐼……………………………….(2.24)

Keterangan:

At = Arus Kas di Akhir Tahun Ke-T,

n = Periode Investasi

i = Nilai Suku Bunga Investasi

I = Nilai Investasi di Awal,

PW A = Nilai Sekarang Arus Kas,

Aspek kelayakan Investasi Dalam NPV:


13

NPV <0 : merugikan, tidak layak

NPV >0 : menguntungkan, layak

2.4.2 Internal Rate Of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang antara perkiraan arus
kas masuk dengan arus kas keluar. Dengan kata lain, IRR merupakan tingkat bunga
yang menyebabkan NPV menjadi 0 (Nurul & Warana, 2017). bentuk umum
persamaan IRR adalah(Utami & Sinurat, 2020):

1𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + ((𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 )
) × (𝑖2 − 𝑖1 )………………………………(2.25)
1 2

Keterangan:

NPV1 = Net Present Value (+)

NPV2 = Net Present Value (−)

i1 = Discount Rate yang menghasilkan NPV (+)

i2 = Discount Rate yang menghasilkan NPV (−)

Aspek kelayakan investasi dalam IRR:

IRR <i : Tidak Layak

IRR >i : Layak

dengan i adalah suku bunga yang digunakan oleh investasi.

2.4.3 Pay Out Time (POT)


Dalam suatu proyek waktu yang di butuh pengembalian biaya yang telah di
keluarkan oleh perusahaan dapat dihitung dengan laba di bagi dengan laba pertahun
ditambah depressiasi pertahun (Sari, 2011) :
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑃𝑂𝑇 = ………………………….(2.26)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛+𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
14

2.5 ANALISIS SENSITIVITAS


Analisis sensitivitas adalah simulasi untuk mengamati pengaruh-pengaruh
dari parameter sehingga dapat di ketahui resikonya dan analisa sesnsitivitas dapat di
ketahui pada tingkat parameternya (Hidayat et al., 2011). Selain itu penelitian
ekonomi teknik ini dilihat dari hasil parameter apakah lebih kecil atau lebih besar
pada hasil yang akan di estimasikan perolehan atau di ubah oleh waktu tertentu.
Ketika berubah Faktor atau parameter ini akan menyebabkan Keputusan, keputusan
ini apabila sensitif pada perubahan nilai dan faktor mempengaruhinya. Pahami
tingkat sensitifitas tersebut terhadap perubahan faktor mempengaruhinya, setiap
keputusan Keputusan tentang ekonomi teknis harus disertai dengan analisis
sensitivitas. Analisis semacam ini akan memberikan gambaran untuk menentukan
seberapa kuat Berurusan pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan. Analisis
sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai parameter Suatu hari kita akan melihat
bagaimana hal itu mempengaruhi penerimaan Sebuah pilihan investasi. Faktor yang
dilihat dalam pengaruh terjadinya perubahan dalam penelitian ekonomi teknik
Apakah biaya investasi, arus kas, nilai sisa, suku bunga, tarif pajak, dan dan masih
banyak lagi (Sufa, 2007).

2.6 STATE OF THE ART

Penelitian pertama yang di lakukan (Sobirin, 2006) membahas tentang


perbandingan metode skema bagi hasil antara PSC cost recovery Indonesia dan
Malaysia. Jurnal ini diambil dari media riset Akutansi, Auditing dan Informasi tahun
2006 , Malaysia mampu mengembangkan suatu sistem yang menjamin tersedianya
minyak untuk kebutuhan dalam negri dengan harga terjangkau. Selain itu pada
kebijakan hulu perbedaan anatar PSC Indonesia dan Malaysia yang paling terlihat
ada pada proses perhitungan Cost Recovery dimana PSC Indonesia pada suatu
wilayah kontrak kerja sama sumur yang mempunyai cadangan marjinal tidak
dikembangkan dan Cost di keluarkan pada sumur marjinal dimaksud dapat di
perhitungkan pada sumur yang mempunyai hasil bagus. Sedangkan pada PSC
Malaysia sumur marjinal dapat di kembangkan namu dengan Split yang berbeda.
Sehingga perbeda pada Cost Recovery dan jumlah minyak yang diperoleh dengan
15

menggunakan PSC Indonesia dapat mengakibatkan Cost Recovery yang besar namun
hasil minyak dan gas di peroleh sangat sedikit. Dan untuk perpajakan Indonesia
sendiri tergolong lebih rumit dibandingkan Malaysia dikarenakan pajak yang di
berlakukan di Indonesia tidak diatur dengan tegas.

Penelitian ini di lakukan oleh (Fiqri, 2015) berjudul Analisa keekonomian PSC
No Cost Recovery Dan Pengaruh Penggunaan Sliding Scale Share Before Tax Pada
Pengembangan Lapangan Cbm “Z” di cekungan Kutai. Diambil dari seminar
nasional cendikiawan 2015 yang mana membahas tentang perbandingan antara
penggunaan PSC No Cost Recovery dan Sliding Scale PSC No Cost Recovery. Hasil
dari penelitian ini sendiri pada PSC No Cost Recovery dan Sliding Scale PSC No Cost
Recovery Tidak Layak di gunakan hal ini di karenakan harga dari Gas CBM yang di
asumsikan 6 US$/MMBTU menghasil ketidak ekonomisan atau tidak layak, Namun
jika harga gas 14 US$/MMBTU gas CBM layak di kembangan dan sangat tepat
dipakai untuk Lapangan Z tersebut.

Pada penelitian (Ngudiono, 2018) dimana meneliti tentang Evaluasi


Penanggulangan Produksi Air dengan RPM Treatment (relative permeability
modifier dan Keekonomiann pada sumur M lapangan N. suumu M memiliki
kumulatif produksi sebesar 133.699 bbl dimana jumlah remaining reserve 1.574.892
ST sumur "M" masih sangat besar. Berdasarkan evaluasi water cut performance
sumur "M", pada saat awal produksi nilai water cut hanya sebesar 15%, namun
seiring berjalannya waktu produksi minyak mengalami penurunan dan nilai water cut
meningkat, dan sejak akhir tahun 2009 sumur "M" berproduksi dengan nilai water
cut yang tinggi mencapai dari 97%, terlihat dari trendline water cut stabil pada
kondisi tersebut. Dari hasil evaluasi water cut ini disimpulkan bahwa permasalahan
utama pada sumur "M" adalah produksi air, selanjutnya dengan diagnostic plot
metode K.S.Chan dilakukan identifikasi apakah water coning yang menjadi
penyebab tingginya produksi air pada sumur "M". Hasil analisis pada plot yang
tersedia oleh K.S Chan permasalahan yang terjadi pada sumur "M" adalah water
coning, terlihat peningkatan WOR lambat dan slope antara WOR dengan WOR' yaitu
slope dari WOR' terlihat menjauhi WOR. Hasil perhitungan diatas menunjukkan
16

bahwa laju alir kritis untuk mencegah terjadinya water coning adalah 196.82 BOPD
dan nilai laju alir actual pada awal produksi 387 BOPD, berarti nilai laju alir aktual
pada awal produksi telah melebihi nilai laju alir kritis bebas water coning sehingga
dapat diindikasikan bahwa permasalahan utama sumur "M" adalah produksi air. hasil
analisis keekonomian dilihat pada parameter keekonomian sumur "M" menjukkan
bahwa pekerjaan RPM treatment yang telahdilakukan adalah menguntungkan karena
indikator keekonomian NPV nilai yang diperoleh adalah positif, ROR sebesar 67%
> MARR sebesar 12%, POT (pengembalian pengeluaran investasi) 0,91 tahun,
menunjukkan bahwa cash flow sesudah pekerjaan RPM treatment mendapatkan
keuntungan hingga tahun 2017 sebesar 29.376 US$, maka dapat ditentukan Pay Out
Time yaitu berada di antara tahun 2010 – 2011.

Penelitian (Ariyon & Dewi, 2018) bahwasannya jurnal ini meneliti keekonomian
pada lapangan marginal dengan menggunakan PSC standard dan gross split . Diambil
dari seminar nasional Teknologi dan Rekayasa tahun 2018. lapangan YZ adalah
Lapangan marginal ialah lapangan yang belum ekonomis dan keberadaan minyaknya
sangat dalam sehingga lapangan tersebut belum layak. Hasil penelitian ini
menghasilkan untuk PSC standar lapangan YZ belum ekonomis untuk di
kembangkan hal ini dikarenankan IRR yang di hasil kurang dari 15%. Namun
berbeda dengan hasil menggunakan PSC Gross split layak di gunakan dimana hasil
IRR lebih besar dari 15% dengan POTnya sebelum umur pengerjaannya. Dari hasil
tersebut lah dapat di simpulkan bahwa PSC Grossplit layak di gunakan untuk
lapangan YZ. Kemudian Pada penelitian (Jumiati et al., 2018) berjudul tantangan
keekonomian kontrak bagi hasil Gross split dan cost recovery studi kasus lapangan
gas offshore di sumatera bagian utara. Dikutip dari jurnal lambaran publikasi minyak
dan gas bumi tahun 2018. Membahas tentang evaluasi perhitungan keekonomian,
kelebihan dan kekurangan kedua jenis PSC tersebut dengan menggunakan study
kasus lapangan gas offshore. Hasil yang di dapat ialah hasil skema gross split kurang
memiliki daya Tarik di bandingkan dengan Cost Recovery pada pengembangan
lapangan tersebut. Namun untuk cashflownya pemerintah mendapat lebih besar
ketimbang cost recovery. Penelitian berikutnya (Afiati et al., 2020) dengan judul
Analisa Keekonomian Blok NSRN dengan Menggunakan PSC Gross Split dan
17

penambahan Diskresi. Jurnal ini di ambil dari Jurnal Petro tahun 2020. Penelitian ini
membahas tentang perhitungan keekonomian dari Blok NSRN dengan menggunakan
metode gross split dengan penambahan diskresi. Hasil yang di dapat dari penelitian
ini adalah penambahan diskersi memiliki daya Tarik tersendiri serta menghasilkan
NPV yang positif dan lapangan tersebut layak atau ekonomis.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PENELITIAN

Pengerjaan pada penelitian yang digunakan adalah waterflooding jenis secondary


recovery pada lapangan tempes sumur injeksi AS 39 dan 40, penurunan produksi di
sebabkan Watercut yang tinggi sehingga di perlukan tenaga pendorong dari
waterflooding untuk meningkatkan produksi dari lapangan tempes sumur injeksi AS
39 dan 40. pada peraturan pemerintah ESDM (12/2020) pasal 2 Ayat (1) dan (2)
memberikan kesempatan untuk para investor memilih bentuk kerja sama yaitu cost
Recovery dan Gross Split. Dimana investor dapat memilih bentuk kerja sama yang
akan ia gunakan namun harus berdasarkan pertimbangan tingkat resiko, iklim
investasi dan manfaat sebesar-besarnya bagi Negara. Selain itu pada wilayah kerja
akan memiliki hasil perhitungan sistem kontrak kerja yang berbeda. Perhitungan

Pada metode penelitian menggunakan metode sekunder dimana metode ini di


arahkan oleh pembimbing proposal skripsi dan pembimbing lapangan dan sumber-
sumber didasarkan oleh teori dari literatur seperti buku-buku penelitian, jurnal/
paper, skripsi dan diskusi antar dosen pembimbing proposal dan lapangan yang
mengarah pada tujuan penelitian, data yang di perlukan pada penelitian dan
kesimpulan.

18
19

3.2 ALUR PENELITIAN

Tabel 3. 1 Bagan Alur Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data
1. Data History production
2. Data reservoir (sifat fisik batuan dan fluida)
3. Fiscal term
4. Harga minyak, Capex dan Opex

Tahap Pengerjaan
1. Menghitung Cash Flow keekonomian pengerjaan
Waterflooding berdasarkan sistem kontrak Gross Split dan
Cost Recovery
2. Setelah itu menghitung Indikator Keekonomiannya yaitu Net
present value (NPV) , Pay Out Time (POT), Internal Rate of
Return (IRR)
3. Analisa Sensitivitas pada indikator keekonomian tersebut
\
untuk melihat pengaruh perubahan keekonomiannya

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai
20

3.3 JENIS PADA PENELITIAN


3.3.1 STUDI LAPANGAN

Pada Lapangan tempes sumur injeksi 39 dan 40 memiliki jumlah sumur bor
sekitar 175 sumur. Dimana 40 diantaranya merupakan sumur injeksi dan 90 sumur
producernya. Dimana sumur yang akan di teliti ialah 2 sumur injector dan sekitar 6-
10 producer. Pada setiap sumur itu sendiri terkadang memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga respon yang akan didapat juga berbeda. Sekitar tahun 1993
lapangan tempes mengalami kenaikan water cut sehingga di perlukan penggerak
waterflooding dan telah berlangsung sampai sekarang. saat ini lapangan tersebut
telah masuk ke tahap Secodary recover. Untuk itu lah dilakukan evaluasi
keekonomian migas guna mengetahui apakah sumur yang ada di lapangan temes
layak atau tidak dengan berdasarkan metode Cost Recovery dan Gross Split

3.4 TEMPAT PENELITIAN

Adapun tempat penelitian dilakukan di BOB CPP Blok PT. Bumi Siak Pusako
– Pertamina Hulu;

Gambar 1.1 Struktur dan Lokasi BOB CPP Blok PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina
Hulu; (sumber: PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu;
21

3.5 LANGKAH KERJA


Berikut langkah-langkah pengerjaan yang diperlukan dalam melakukan analisis
keekonomian pada PSC Cost Recovery dan, Gross Split. Terdapat beberapa langkah
yang perlu dilakukan agar hasil analisis dapat maksimal.

3.5.1 Analisis Dengan Skema Cost Recovery


Berdasarkan (Kusrini & Abror, 2019) Agar dapat memperoleh hasil perhitungan
dengan skema PSC Cost Recovery, penulis melakukan input berbagai data yang telah
diperoleh ke dalam excel yang telah disesuaikan dengen keperluan skema Cost
Recovery. Excel yang ada telah dipersiapkan dengan template formula yang
diperlukan.
1. Gross Revenue
Gross Revenue secara sederhana dapat diartikan sebagai pendapatan kotor.
Dalam konteks PSC, Gross Revenue adalah pendapatan kotor dari
penjualan hasil produksi dari awal masa kontrak hingga berakhirnya
kontrak berlaku (Hilman, 2020).
2. First Tranche Petroleum (FTP)
First Tranche Petroleum (FTP) adalah pengambilan pertama kali saat
sudah terjadinya produksi. Bagian tersebut sebesar 20% dari Gross
Revenue sebelum dikurangi dengan Cost Recovery.
3. Menentukan Equity To be Split (ETS)
Adalah sisa Gross Lifting setelah dikurangi oleh FTP dan dikurangi lagi
dengan Cost Recovery. Equity To be Split akan dibagi antara pemerintah
dan kontraktor sesuai perjanjian share.
4. Menentukan Cost Recovery (CR)
Kontraktor mengeluarkan biaya capital dan operasi (CAPEX dan OPEX)
di depan untuk kegiatan operasi migas. Dalam Cost Recovery, pemerintah
akan mengganti keseluruhan atau sebagian biaya yang dikeluarkan oleh
kontraktor. Biaya yang digunakan untuk mengganti Cost Recovery berasal
dari pendapatan produksi minyak. Penggantian biaya ekuivalen dengan
produksi minyak. Perhitungan volume minyak menggunakan harga WAP.
22

5. Menentukan Government Split


Bagian atau hak pemerintah yang diperoleh dari penjumlahan FTP dengan
ETS.
6. Menentukan Contractor Split
Bagian atau hak kontraktor yang diperoleh dari penjumlahan FTP dengan
ETS sebelum dikenai oleh pajak.
7. Menentukan Taxable Income
Adalah pendapatan kontraktor yang dapat dikenai oleh pajak. Hal tersebut
mengacu pada PP No. 79 tahun 2010. Namun hal tersebut dapat
disesuaikan melalui kesepakatan antara pemerintah dengan kontraktor.
Taxable Income tersebut menjadi Income Tax bagi pemerintah.
8. Menentukan Net Contractor Share
Adalah perolehan kontraktor yang telah dikurangi oleh pajak dan sebelum
ditambahkan dengan Cost Recovery.
9. Menentukan Government Take
Adalah bagian pemerintah setelah dikurangi dengan bagian kontraktor dan
ditambahkan dengan Income Tax.
10. Menentukan Contractor Take
Adalah bagian kontraktor setelah dikurangi pajak dan ditambahkan
dengan Cost Recovery.
11. Menetukan Net Present Value
12. Menetukan Internal Rate of Return
13. Menentukan Pay Out Time
14. Melakukan analisa sensitivitas
23

3.5.2 Analisis dengan Skema Gross Split

Menurut (Pramadika & Satiyawira, 2018) Pada analisis dengan skema Gross Split,
penulis juga melakukan olah data dengan menggunakan Microsoft Excel. Semua data
yang diperoleh dimasukan kedalam excel yang telah dipersiapkan dengan berbagai
template yang diperlukan.

1. Menentukan Gross Revenue


Pendapatan kotor yang diperoleh pada PSC Gross Split tak beda dengan
PSC Cost Recovery, yaitu perkalian antara harga dan lifting hidrokarbon.
2. Menentukan kontraktor Split dan pemerintah split
Untuk Gas Bagian kontraktor sebesar 48 % sedangkan bagian pemerintah
52%.
3. Menentukan deductible expensis
Dimana pengurangan contractor yang wajib dipajakkan.
4. Menentukan contractor taxable profit
Dimana dari nilai keuntungan kontraktor di kenakan pajak dan di bayarkan
ke pemerintah.
5. Menentukan Taxable Income pemerintah
yaitu besarnya nilai pajak yang biyarkan oleh kontraktor kepada
pemerintah.
6. Menentukan Contractor Take
Adalah perolehan akhir bagi kontraktor yang telah dipotong pajak bagi
pemerintah.
7. Menentukan Government Take
Adalah jumlah yang diperoleh pemerintah .
8. Menetukan Net Present Value
9. Menetukan Internal Rate of Return
10. Menentukan Pay Out Time
11. Melakukan analisa sensitivas
24

3.6 JADWAL KEGIATAN


Tabel 3. 2 Jadwal Kegiatan
Bulan ke
KEGIATAN
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari
1 Studi literatur
Pengumpulan
2
referensi
Konsultasi
kepada
3 pembimbing
proposal dan
lapangan
Pembuatan
4
laporan
Seminar
5
proposal
Mmelaksana
6 kan
penelitian
Mengolah
7 data dan hasil
Penelitian
Pembuatan
8
laporan
Sidang
9
Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Adeniyi, O. D., Nwalor, J. U., & Ako, C. T. (2008). A review on


waterflooding problems in Nigeria’s crude oil production. Journal of
Dispersion Science and Technology, 29(3), 362–365.
https://doi.org/10.1080/01932690701716101.

Afiati, N., Irham, S., & Pramadika, H. (2020). Analisis Keekonomian Blok
NSRN Dengan Menggunakan PSC Gross Split Dan Penambahan
Diskresi. PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan, 9(2), 88.
https://doi.org/10.25105/petro.v9i2.6521.

Amir, H., & Kurniawan, K. (2017). ASPEK FISKAL BISNIS HULU


MIGAS. In PT NAGAKUSUMA MEDIA KREATIF.
www.nagamedia.co.id

AN, E. (2019). Evaluation of Waterflooding; Experimental and Simulation


Overview. Petroleum & Petrochemical Engineering Journal, July.
https://doi.org/10.23880/ppej-16000196.

Ariyanto, A. B., & Nuraeni, S. S. (2015). Analisis Keekonomian


Pengembangan Coalbed Methane (CBM) Di Indonesia Dengan
Berbagai Model Production Sharing Conctract (PSC) Berbasis Joint
Study Pada Lapangan CBM X. Seminar Nasional Cendikiawan, 194–
199.

Ariyon, M., & Dewi, E. K. (2018). Studi Perbandingan Keekonomian


Pengembangan Lapangan Minyak Marjinal Menggunakan Production
Sharing Contract. Seminar Nasional Teknologi Dan Rekayasa, 23–29.

24
25

Civan, F. (2007). Injectivity of the Waterflooding Wells. Reservoir


Formation Damage, 775–813. https://doi.org/10.1016/b978-
075067738-7/50020-8

Fajri, M. (2020). Analisis Hukum Skema Kontrak Gross Split Terhadap


Peningkatan Investasi Hulu Minyak Dan Gas Bumi. Jurnal Hukum &
Pembangunan, 50(1), 54. https://doi.org/10.21143/jhp.vol50.no1.2482

Fiqri, A. ; S. I. (2015). Analisis Keekonomian Psc No Cost Recovery Dan


Pengaruh Penggunaan Sliding Scale Share Before Tax Pada
Pengembangan Lapangan Cbm “Z” Di Cekungan Kutai. Ahmad Fiqri
Dan Syamsul Irham, 53(9), 539–547.
https://media.neliti.com/media/publications/171910-ID-analisis-
keekonomian-psc-no-cost-recover.pdf

Hidayat, L., Puspitasari, R., & Tantina. (2011). analisis sensitivitas sebagai
faktor penting dalam suatu pengambilan keputusan investasi studi kasus
pada pt krakatau daya listrik. Jurnal Ilmiah Ranggagading, 11(2), 134–
140.

Ikasari, I. H. (2019). Influence of PSC Changes in The Upstream Sector


From Cost Recovery System into Gross Split Towards The Obligation
to Pay Land and Building Tax. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 31(1), 126.
https://doi.org/10.22146/jmh.29240

Iqbal, A., Sugiatmo, I., & Pratiwi, P. R. (2017). Evaluasi Kinerja Reservoir
Dengan Injeksi Air Pada Pattren 8 LAPANGAN “ TQL .” In
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN, 13–18.
26

Jumiati, W., Bekasi, K., Lama, K., & Selatan, J. (2018). TANTANGAN
KEEKONOMIAN KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT DAN
COST RECOVERY . STUDI KASUS LAPANGAN GAS OFFSHORE
DI SUMATERA BAGIAN UTARA ( Economic Challenging for Gross
Split and. Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi, 52(2), 105–112.

Kułynycz, V., & Janowski, P. (2017). Comparison of the oil recovery


between waterflooding and CO2-EOR method for the JSt oil reservoir.
AGH Drilling, Oil, Gas, 34(3), 796.
https://doi.org/10.7494/drill.2017.34.3.787

Kusrini, D., & Abror, M. M. (2019). Analisa Perhitungan Keekonomian


Lapangan “ X ” West Java Basin Menggunakan Metode PSC (
Production Sharing Contract ). Jurnal Migasian, 3(2), 1–7.

Lubiantara, B. (2012). Ekonomi Migas: Tinjauan aspek Komersil kontrak


Migas (A. F. Susanto, Gugun, & S. Gunawan (eds.); Cetakan Pe).
Grasindo.

Ngudiono, M. (2018). Evaluasi Penanggulangan Produksi Air dengan RPM


Treatment (relative permeability modifier dan Keekonomiann pada
sumur M lapangan N.
https://www.academia.edu/36603967/Evaluasi_Penanggulangan_Prod
uksi_Air_dengan_RPM_Treatment_dan_Keekonomiannya

Nmegbu, C. G. J., & Pepple, D. D. (2017). Designing a Reservoir System


for Waterlooding (A Niger-Delta Case Study). International Journal of
Advancements in Research & Technology, 6(8), 35–42.

Nurul, H., & Warana, D. D. (2017). Analisis Kelayakan Finansial


27

Pengembangan Alam Terbuka Kebumian dan Lingkuangan berkonsep


Rekreasi dan Inspirasi untuk Anak di Surabaya. Prosiding Seminar
Nasional Multi Ddisiplin Ilmu Dan Call For Papers Unisbank Ke-3
(Sendi_U 3), 3(SENDI_U 3), 650–656.
https://media.neliti.com/media/publications/174742-ID-analisis-
kelayakan-finansial-pengembanga.pdf

Pramadika, H., & Satiyawira, B. (2018). Pengaruh Harga Gas Dan


Komponen Variabel Terhadap Keuntungan Kontraktor Pada Gross
Split. Petro, 7(3), 113. https://doi.org/10.25105/petro.v7i3.3817

Rini, D., Latuan, Klea, F., & Prajanji, I. G. O. S. (2021). Waterflooding


Management: Challenges and Solutions during the Injection Process to
Obtain Effectively and Environmentally Based Oil Recovery in Oil and
Gas Industry. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 690(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/690/1/012037

Shobah Shofia, W. N. H. (2016). COST RECOVERY DALAM KONTRAK


KERJASAMA MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA
DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL.
Arthapedia, 79, 1–33.
http://www.arthapedia.in/index.php?title=Production_Sharing_Contrac
t_(PSC)

Smith, J. T., & Cobb, W. M. (1997). WATERFLOODING. Midwest Office


of the Petroleum Technology Transfer COuncil, 1997.

Sobirin, M. (2006). ANALISA KEBIJAKAN INDUSTRI MINYAK DAN


GAS BUMI: Studi Perbandingan Pada Kontrak Bagi Hasil Minyak Dan
Gas Bumi di Indonesia dan Malaysia. Media Riset Akuntansi Auditing
28

& Informasi, 6(3), 289–320. https://doi.org/10.25105/mraai.v6i3.923

Sufa, M. F. (2007). Analisis sensitivitas pada keputusan pembangunan


meeting hall untuk minimasi resiko investasi. Jurnal Ilmiah Teknik
Industri Vol., 5, 97–105.
http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/article/view/1597/1134

Utami, A., & Sinurat, F. D. (2020). Studi Kelayakan Coffee Class Pada Mase
Coffee Lab di Bantul , Yogyakarta. Borneo Engineering: Jurnal Teknik
Sipil, 4(2), 203–217.
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borneoengineering

Veri, I. N. (2012). Evaluasi Kinerja Injeksi Air Menggunakan Analisa Fall-


Off Test Dan Analisa Kualitas Air Menggunakan Metode Stiff-Davis Di
Lapangan Selta. Journal of Earth Energy Engineering, 1(1), 80–91.
https://doi.org/10.22549/jeee.v1i1.932

Yohana, E., Suryo, M. S. K. T., Endy, M., & Nur, K. (2020). Analisis
Tekanan dan Jumlah Pompa untuk Menginjeksi 35000 BWPD di Echo
Flow Station Milik Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (
ONWJ ). ROTASI, 22(3), 194–200.
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai