Anda di halaman 1dari 61

PENENTUAN TEKANAN KEPALA SUMUR

OPTIMUM PADA SUMUR HCE-28A


DI PT GEO DIPA ENERGI DIENG
JAWA TENGAH

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :
Nama Mahasiswa : Clinton Sihombing
NIM : 14412009
Program Studi : Teknik Produksi Migas
Konsentrasi : Panas Bumi
Diploma : II (Dua)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Akamigas
STEM Akamigas
Cepu, Juni 2016
Judul : Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum
Pada Sumur HCE-28A di PT GEO DIPA
Energi Dieng Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Clinton Sihombing
NIM : 14412009
Program Studi : Teknik Produksi Migas
Konsentrasi : Panas Bumi
Diploma : II (Dua)

Menyetujui,
Pembimbing Kertas Kerja Wajib

Dr. Ir. A. Djumarma Wirakusumah, Dipl.Seis.


NIP. 195401011981031005

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Produksi Migas

Ir. Bambang Yudho Suranta M.T.


NIP. 196405141993031002
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, karena KKW yang berjudul Penentuan Tekanan Kepala Sumur
Pada Sumur HCE-28A telah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Kertas Kerja Wajib ini diajukan sebagai salah satu syarat ujian akhir
Diploma II pada program studi Teknik Produksi Migas konsentrasi Panas Bumi
STEM Akamigas Cepu.
Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Perry Burhan. M.Sc., selaku Ketua STEM Akamigas
2. Bapak Ir. Bambang Yudho Suranta, M.T., selaku Ka. Program Studi Teknik
Produksi Migas
3. Bapak Dr., Ir., A. Djumarma W. Dipl. Seis., selaku dosen pembimbing KKW
4. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas
5. Bapak Ermawan Isyahtoro selaku General Manager PT GEO DIPA Dieng
6. Bapak Trisunu Ristianto selaku Koordinator pembimbing, Bapak Guruh Satya
Rajasa dan Bapak R. Julianto K selaku pembimbing harian
7. Karyawan dan karyawati PT GEO DIPA Dieng yang tidak bisa disebutkan
satu persatu
8. Rekan-rekan Program Studi Teknik Produksi Migas dan khususnya
konsentrasi Panas Bumi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Cepu, Juni 2016

Penulis,

Clinton Sihombing
NIM : 14412009

i
INTISARI

Lapangan panas bumi Dieng memiliki sistem panas bumi dominasi air dengan
komposisi 60 % air dan 40 % uap. Air terproduksi mengandung SiO2 yang mana
kandungan SiO2 ini akan terlarut pada temperatur yang tinggi di reservoir
sedangkan kelarutannya akan turun seiring dengan turunnya tekanan dan
temperatur sehingga dapat mengendap di dalam sumur maupun pada peralatan di
permukaan.
Mencegah atau menghambat pembentukan scale pada casing di dalam sumur
dapat dilakukan dengan cara mengatur besar tekanan kepala sumur di permukaan
dan diatur berdasarkan pada syarat pengoperasian yaitu pada SSI < 1 (silica
saturation index di bawah 1).
Besar tekanan kepala sumur juga akan berpengaruh pada besarnya laju
produksi dari sumur. Yang mana semakin besar tekanan kepala sumur maka
produksi dari sumur akan semakin menurun. Produksi yang diinginkan adalah
produksi yang optimum yaitu produksi steam yang diinginkan harus tetap sesuai
dengan kebutuhan pada power plant dan produksi brine harus bisa ditampung di
dalam pond dan mampu diinjeksikan ke sumur-sumur injeksi.
Uap yang telah dipisahkan pada separator akan mengalir menuju ke power
plant yang mengalir melalui pipa harus memenuhi syarat yaitu dengan kecepatan
alir uap 30-50 m/s. Hal ini diharapkan untuk mengurangi kebisingan dan
mengurangi pengikisan di dalam pipa alir uap. Oleh karena itu tekanan kepala
sumur optimum perlu ditentukan agar dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan
yang diinginkan. Maka tekanan kepala sumur optimum yang ditentukan
berdasarkan pada nilai silica saturation index (SSI), produksi dan kecepatan alir
uap adalah pada tekanan 270-600 psig.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
INTISARI ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3

II. ORIENTASI UMUM


2.1 Sejarah Singkat .................................................................................... 5
2.1.1 Pemerintah Hindia Belanda .......................................................... 5
2.1.2 Pertamina..................................................................................... 6
2.1.3 Himpurna California Energy (HCE) ............................................. 6
2.14 Overseas Private Investment Cooperation (OPIC) ......................... 6
2.1.5 Badan Pengelola Dieng Patuha (BPDP) ....................................... 7
2.1.6 PT GEO DIPA Energi .................................................................. 8
2.2 Letak Geografis .................................................................................... 8
2.3 Struktur Organisasi............................................................................... 9
2.4 Tinjauan Fisiografi Dieng ..................................................................... 9
2.4.1 Geologi ........................................................................................ 9
2.4.2 Geofisika ..................................................................................... 13

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Rangkaian Kepala Sumur ..................................................................... 15
3.2 Pengaruh Tekanan Kepala Sumur ......................................................... 17
3.2.1 Terhadap Pembentukan Scale di dalam Sumur ............................. 17
3.2.2 Terhadap Produksi ....................................................................... 20
3.2.3 Terhadap Kecepatan Alir Uap di dalam Pipa ................................ 23
3.3 Alasan Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum ............................ 24
3.3.1 Mencegah Pembentukan Scale di dalam Sumur ........................... 24
3.3.2 Menghasilkan Produksi yang Optimum........................................ 25
3.3.3 Mengurangi Pengikisan di dalam Pipa ......................................... 26

IV. PENENTUAN TEKANAN KEPALA SUMUR OPTIMUM PADA


SUMUR HCE-28A
4.1 Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum ........................................ 27
4.1.1 Berdasarkan Silica Saturation Index (SSI) ................................ 27

iii
4.1.2 Berdasarkan Produksi .................................................................. 31
4.1.3 Berdasarkan Kecepatan Alir Uap ................................................. 37
4.2 Pengoperasian Sumur HCE-28A .......................................................... 41

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 44
5.2 Saran .................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46


LAMPIRAN ................................................................................................... 47

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. GEO DIPA Energi Dieng ........................ 9
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Dieng dan Sekitarnya ................................ 13
Gambar 3.1 Rangkain Valve Pada Kepala Sumur ............................................ 15
Gambar 4.1 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS SSI ......................................... 30
Gambar 4.2 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS Mass Flow .............................. 36
Gambar 4.3 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS Steam Velocity ........................ 40
Gambar 4.4 Kepala Sumur HCE-28A .............................................................. 43

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Perhitungan Silica Saturation Index .............................................. 29
Tabel 4.2 Perhitungan Produksi Sumur HCE-28A ......................................... 35
Tabel 4.3 Perhitungan Steam Velocityi dalam Pipa ........................................ 39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Steam Field PT GEO DIPA Energi Dieng. ... 47
Lampiran 2. Flow Diagram Produkis di Lapangan Dieng ................................ 48
Lampiran 3. Well Schematic HCE-28A ........................................................... 49
Lampiran 4. Steam Table ................................................................................ 50

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi energi panas bumi di Indonesia mencakup sekitar 40% potensi panas

bumi di dunia. Namun sampai saat ini baru 4% dari potensi yang ada yang telah

dimanfaatkan. Pemanfaatan energi panas bumi secara umum dibagi menjadi 2

jenis yaitu pemanfaatan tidak langsung dan pemanfaatan langsung. Pemanfaatan

tidak langsung yaitu memanfaatkan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik.

Sedangkan pemanfaatan langsung yaitu memanfaatkan secara langsung panas

yang terkandung pada fluida panas bumi untuk berbagai keperluan.

Saat ini beberapa lapangan telah dikembangkan dalam skala besar yang mana

fluidanya dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Indonesia memiliki banyak

sumber energi lain yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik selain

energi panas bumi seperti air, batubara, minyak dan gas bumi. Energi panas bumi

yang relatif tidak menimbulkan polusi dan terdapat menyebar hampir di seluruh

kepulauan Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu energi terbarukan yang

tepat untuk dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik untuk memenuhi

sebagian dari kebutuhan listrik nasional yang cenderung meningkat.

Setiap lapangan panas bumi memiliki jenis fluida produksi yang berbeda

tergantung pada reservoirnya, yaitu fluida satu fasa dan fluida dua fasa. Apabila

fluida panas bumi yang keluar ke permukaan berupa fluida satu fasa yaitu uap,

maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan energi

listrik. Tetapi bila Fluida panas bumi berupa fluida dua fasa yaitu campuran uap

dan air, maka terlebih dahulu harus dilakukan proses pemisahan fluida

1
menggunakan separator. Uap dari hasil pemisahan ini mengandung energi panas

yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Turbin akan mengubah

energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga

dihasilkan energi listrik. Oleh karena itu semakin banyak jumlah uap yang

diproduksikan maka akan semakin besar juga energi listrik yang bisa dihasilkan.

Biasanya jumlah energi listrik yang dihasilkan dinyatakan dalam ukuran Mega

Watt (MW).

Jumlah produksi (mass flow) dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan

dengan cara mengatur besar pembukaan dari throttle valve ataupun choke.

Pengaturan throttle atau choke ini juga akan berpengaruh terhadap besar tekanan

dari kepala sumur tersebut. Sehingga tekanan kepala sumur berpengaruh terhadap

jumlah produksi dari sumur tersebut. Namun tekanan kepala sumur yang dipilih

tidak bisa hanya berdasarkan pada produksi maksimum sumur yang diinginkan

karena tekanan kepala sumur juga dapat berpengaruh pada masalah yang lain

selain terhadap jumlah produksinya. Oleh karena itu sumur perlu dioperasikan

pada tekanan kepala sumur optimum agar tidak menimbulkan masalah produksi

dan perlu diketahui bagaimana cara menentukan besar tekanan kepala sumur

tersebut. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk dapat membahas

tentang Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum Pada Sumur HCE-28A di

lapangan panas bumi Dieng.

2
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan kertas kerja wajib ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang proses produksi di

lapangan panas bumi.

2. Untuk mengetahui alasan mengapa sumur-sumur produksi harus dioperasikan

pada tekanan kepala sumur optimum.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan besar tekanan kepala sumur

optimum sumur HCE-28A.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan Program Studi Diploma II, maka permasalahan dalam studi ini

dibatasi yaitu pada berapa besar tekanan kepala sumur yang optimum pada sumur

HCE-28 A di lapangan panas bumi Dieng.

1.4 Sistematika Penulisan

Penyusunan kertas kerja wajib ini mengacu pada pedoman penyusunan Kertas

Kerja Wajib Perguruan Tinggi Kedinasan Sekolah Tinggi Energi dan Mineral

Cepu. Sistematika penulisan terdiri dari:

1. BAB I, Pendahuluan sebagai penyampaian latar belakang yang mendasari

pemilihan judul, maksud dan tujuan, batasan masalah dan sistematika

penulisan.

2. BAB II, Orientasi Umum membahas tentang sejarah singkat lapangan, letak

geografi, struktur geologi dan stratigrafi, tugas dan fungsi bagian produksi,

struktur organisasi serta sarana dan fasilitas yang ada di lapangan.

3
3. BAB III, Tinjauan Pustaka yaitu membahas mengenai rangkaian kepala

sumur, pengaruh dari well head pressure dan alasan mengapa sumur perlu

dioperasikan pada tekanan kepala sumur yang optimum.

4. BAB IV, Pembahasan berisi tentang cara menentukan besar tekanan kepala

sumur yang optimum dan pengoperasian pada sumur HCE-28A.

5. BAB V, Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari pokok pembahasan.

4
II. ORIENTASI UMUM

2.1. Sejarah Singkat

PT. Geo Dipa Energi merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak pada bidang eksplorasi energy panas bumi khususnya dalam

membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Salah

satunya terletak di Dieng, Jawa Tengah. Pada saat ini PT. Geo Dipa Energi Unit

Dieng telah mampu mengoperasikan 1 unit PLTP dengan kapasitas 1 x 60 Mwe

yang telah terhubung ke dalam system tranmisi interkoneksi Jawa-Madura-Bali.

Secara garis besar perkembangan PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng telah melewati

berbagai kejadian penting antara lain:

2.1.1 Pemerintah Hindia Belanda

Sejarah perkembangan proyek panas bumi Dieng dimulai oleh Pemerintah

Hindia Belanda pada tahun 1918 dengan memulai penyelidikan potensi panas

bumi Dieng. Pada tahun 1964 hingga 1965 UNESCO mengidentifikasikan dan

menetapkan bahwa Dieng sebagai salah satu prospek panas bumi yang sangat

bagus di Indonesia. Hal ini ditindak lanjuti oleh USGS, pada tahun 1970 USGS

melakukan survey geofisika dan tahun 1973 melakukan pengeboran 6 sumur

dangkal (kedalaman maksimal 150 meter) dengan temperature 92o 175o Celcius.

5
2.1.2 Pertamina

Pada tanggal 17 Agustus 1974 Dieng ditetapkan oleh Menteri Pertambangan

dan Energi dengan surat keputusan No.491/KPTS/M/Pertamb?1974 sebagai

wilayah kerja VI panas bumi bagi Pertamina, meliputi area seluas 107.361.995

hektar. Penyelidikan geologi, geokimia, dan geofisika, serta pengeboran landaian

suhu berhasil diselesaikan Pertamina pada tahun 1976. Hingga tahun 1994

Pertamina sudah menyelesaikan 27 sumur uji produksi (21 sumur di Sikidang, 3

sumur di Sileri, dan 3 sumur si Pakuwajan). Selama tahun 1981-1983 Pertamina

menghasilkan power plant unit kecil berkapasitas 2 MW.

2.1.3 Himpurna California Energy (HCE)

Tahun 1994 lapangan panas bumi di Dieng dipegang oleh Himpurna

California Energy Ltd (HCE) yang merupakan perusahaan gabungan antara

California Energy Ltd (CE) dengan Himpurna Erasindo Abadi (HEA). Akibat

adanya sengketa antara HCE dan PT. PLN (Persero) serta dikeluarkannya Surat

Keputusan Presiden RI No.39 tahun 1997 dan Surat Keputusan Presiden No. 5

tahun 1998, maka pada tahun 1998 California Energi Ltd menggugat PT. PLN

(Persero) melalui Mahkamah Arbitrase Internasional dan gugatan terjadi pada

tahun 2000 dan dimenangkan oleh HCE.

2.1.4 Overseas Private Investment Cooperation (OPIC)

Setelah sengketa HCE selesai, untuk sementara kalim California Energy Ltd

ini dibayar oleh Overseas Private Investment Cooperation (OPIC) dan

kepemilikan saham mayoritas proyek PLTP Dieng dipegang oleh OPIC.

Mengingat Pemerintah Republik Indonesia turut menjamin proyek ini. OPIC

6
meminta agar Pemerintah Republik Indonesia mengganti klaim tersebut. Pada

bulan September tahun 2000 sampai bulan Agustus tahun 2002, OPIC dan

Pertamina menandatangani Intern Agreement untuk melaksanakan perawatan dan

pemeliharaan fasilitas asset yang ditinggalkan oleh HCE, pada tanggal 27 Agustus

2001 Pemerintah Republik Indonesia menandatangani Final Settlement

Agreement yang menyatakan kepemilikan saham mayoritas berpindah dari OPIC

ke Pemerintah Republik Indonesia di bawah Departemen Keuangan. Selanjutnya

Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui surat No. S>346/MK02/2001

tanggal 4 September 2001 menunjuk PT. PLN (Persero) untuk menerima dan

mengelola asset Dieng Patuha.

2.1.5 Badan Pengelola Dieng Patuha (BPDP)

Melalui surat perjanjian kerjasama antara Direksi PT. PLN (Persero) dengan

Direksi PT. Pertamina (Persero) No. 066-1/C00000/2001 tanggal 14 September

2001 membentuk Badan Pengelola Dieng Patuha (BPDP) yang bertugas untuk

melakukan persiapan serta pengelolaan recomisioning PLTP Unit 1 yang

berkapasitas 60 MW serta merawat asset Dieng Patuha. Sejak tanggal 1 Oktober

2002 BPDP dibantu existing Employet, HCE, serta mitra usaha lainnya

melaksanakan kegiatan rekomisioning tersebut dengan memperbaiki hamper

seluruh peralatan yang ditinggalkan California Energy Ltd. Serta membangun

rock muffler dan mengamati steam purifier sehingga proyek Dieng yang selama

ini terbengkalai mampu beroperasi kembali dan menghasilkan listrik dari sumber

daya panas bumi ke sistem interkoneksi terpadu Jawa- Madura- Bali.

7
2.1.6 PT. Geo Dipa Energi

Sejak tanggal 4 September 2002 PT. Geo Dipa Energi mulai berperan dalam

pengelolaan asset Dieng Patuha. PT. Geo Dipa Energi dan PT. PLN (Persero)

dengan saham sebesar 33% yang didirikan pada tanggal 5 Juli 2002, lokasi kantor

pusat berada di Jl. Karawitan no. 32 Bandung, Jawa Barat, yang kegiatannya

melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber panas bumi. Pada Februari 2011,

susunan pemegang saham Perseroan telah berubah, dimana saham PT. Pertamina

diambil alih langsung oleh Pemerintah Indonesia. Sebagai konsekuensi dari aksi

korporasi itu, pada Desember 2011 Geo Dipa Energi telah mentransformasikan

dirinya menjadi sebuah BUMN yang baru.

2.2. Letak Geografis

PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng merupakan perusahaan yang memilki

beberapa tempat atau lokasi di dataran tinggi Dieng, sehingga perusahaan ini tidak

memiliki luas area yang sesungguhnya, antara lokasi satu ke lokasi lainnya yang

saling berjauhan. Kompleks PLTP Dieng Unit 1 terletak di 2 kecamatan, yaitu

Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Kecamatan Kejajar, Kabupaten

Wonosobo, meliputi areal seluas 107.351,995 Hektar.

8
2.3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi di PT. Geo Dipa Energi Dieng dibagi menjadi 6 (enam)

bagian, yaitu : General Manager, Engineering, Steam Field, Power Plant, Human

Capital & Finance, serta HSE & Procurement.

Direktur Utama

Direktur Operasi &


Direktur Keuangan Direktur Umum & SDM
Pengembangan Niaga

BOD
General Manager
Ermawan Isyahtoro
Secretary
Yuni Arofah

HSE Procurement
Superintendent Superintendent
P. Agus Saptono Syamsumin

Plt. Steam Field Power Plant Maintenance HC & Finance


Manager Manager Manager Manager
Trisunu Ristianto Burhan Sigit Ponco S Agus Supriyanto

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. GEO DIPA Energi Dieng

2.4. Tinjauan Fisiografi Dieng

2.4.1 Geologi

Kegiatan gunung api pada komplek G. Dieng dari yang tua hingga yang

termuda dapat dibagi dalam tiga episode yang didasarkan pada umur relative, sisa

morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan.

9
a. Formasi pra Kaldera, diindikasikan oleh kegiatan vulkanik dari Rogo

Jembangan, Tlerep, Djimat dan vulkanik Prau. Produknya tersebar di bagian

luar dari komplek Dieng

b. Formasi setelah Kaldera, diperlihatkan oleh aktivitas vulkanik yang berada di

dalam kaldera diantaranya, Bisma Sidede, Seroja, Nagasari, Pangonan, Igir

binem dan Vulkanik Pager Kandang. Produknya berupa piroklastik jatuhan

yang menyelimuti hamper seluruh daerah, dikenal juga sebagai endapan

piroklastik daerah Dieng yang tak terpisahkan. Kegiatan saat ini ditandai oleh

lava berkomposisi biotit andesit berasosiasi dengan jatuhan piroklastik.

Aktivitas terakhir ditandai oleh erupsi-erupsi preatik.

Episode pertama (Formasi Pra kaldera)

Produk piroklastoika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan

selatan komplek, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968).

Kawah Tlerep yang terdapat pada batas timur terbuka kearah selatan membentuk

struktur dome berkomposisi hornblende andesit.

Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep. Setengah dari kawah

bagian barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan

piroklastik dan lava andesit basaltis.

Episode kedua

Beberapa aktivitas vulkanik berkembang di dalam kaldera, diantaranya :

G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan

produknya berupa lava dan jatuan piroklastik.

10
G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang

kurang kuat dibandingkan G. Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi

andesitic dan endapan piroklastika.

G. Nagasari, yaitu gunung composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan

berkembang dari utara ke selatan.

G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah timur dari

nagasari, masih memperlihatkan morfologi muda (bertekstur halus), serta

menghasilkan lava dan endapan piroklastika.

G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan

fumarola tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC,

serta batuan lava berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah.

G.Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hidrotermal

berupa air panas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun

terakhir, menghasilkan piroklastika jatuhan.

G. Igir Binem, adalah gunung api strato yang memiliki dua kawah, disebut

dengan telaga warna, yang tingkat aktivitas hidrotermalnya cukup kuat.

Group G. dringo-Paterangan terletak di dalam daerah depresi Batur, terdiri

dari kawah composite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuhan.

Episode ketiga

Aktivitas gunung api pada episode ini, menghasilkan lava andesit biotit,

jatuhan piroklastik dan aktivitas hidrotermal.

11
Lava andesit biotit

Ada Sembilan titik erupsi pada bagian tenggara dari Dieng kaldera telah

menghasilkan lava dome dan lava flow biotit andesit. Secara fisik produk tersebut

segar, nlocky, dan tajam. Produk tersebut secara tidak selaras ditutupi oleh

endapan piroklastik jatuhan Dieng, dan tersebar di :

1. Sikidang dan legetang

2. Dome tampa nama kearah timur dari dome Sikidang

3. Dome Perambanan

4. G.api strato Pakuwaja

5. Dome kunir

6. Dome Kendil

7. Dome watu sumbul

8. Kawah sikunang

Piroklastik Jatuhan G.Pakuwaja

Gunung api Pakuwaja, mempunyai dua kawah, menghasilkan lava dan

piroklastik yang menutupi secara tidak selaras formasi lava andesit biotit.

Endapan jatuhan tersebut berasal dari erupsi freatik dan freatomagmatik yang

berkomposisi andesitic.

Endapan Erupsi Hidrotermal

Sebaran produknya terbatas disekitar kawah pada komplek Dieng.

Pengulangan erupsi pernah terjadi dari berbagai kawah, diantaranya erupsi pada

kawah Sileri (1994); kawah Sinila dan Timbang (1979). Endapannya berupa

12
Lumpur dan komponen shale yang tererupsikan melalui vent, mengindikasikan

adanya basemen material sedimen.

Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Dieng dan Sekitarnya (Bemmelen, 1949)

2.4.2 Geofisika

Seismik

Hasil rekaman kegempaan G.Dieng hingga September 2009 masih didominasi

oleh gempa tektonik jauh gempa Vulkanik Dalam (VA) masih sering terekam

meski dalam jumlah kecil. Hal ini menunjukkan bahwa gunung api di Dieng

merupakan gunung api yang masih aktif.

13
Geomagnet

Pengukuran geomagnet di G.Dieng difokuskan pada daerah sekitar kawah-

kawah serta daerah bahaya gas CO2. Harga medan magnetic regional (TIGRF/F) di

G.Dieng berada pada harga 45033.7 nT. Nilai Deklinasi (D) pada daerah tersebut

adalah 1010 dan nilai inklinasinya (I): -32048.

Peta Anomali Magnetik Residual pada permukaan G.Dieng menunjukkan

bahwasanya terdapat kelurusan-kelurusan kontras harga magnetik dengan arah

relatif barat laut-tenggara dan arah barat daya- timur laut. Harga anomaly magnet

pada daerah penyelidikan berkisar antara -1614 s.d. 1997.9 nT. Hal ini

dimungkinkan berhubungan dengan terdapatnya patahan yang secara umum

berarah Barat Laut-Tenggara dan sebagian kecil kea rah Barat Daya-Timur Laut

(Gambar 2.2).

14
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Rangkaian Kepala Sumur 1:114)

Seperti halnya sumur-sumur minyak dan gas, pada sumur panas bumi juga

dipasang beberapa valve untuk mengatur aliran fluida. Valve-valve tersebut ada

yang dipasang di atas atau di dalam sebuah lubang yang dibeton (concrete cellar).

Umumnya pada sebuah kepala sumur ada empat buah valve, yaitu master valve,

service valve, by pass valve dan bleed valve, yang diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Valve A adalah valve utama, atau lebih dikenal sebagai Master Valve atau Shut

off Valve, valve B adalah service valve, valve C adalah bypass valve dan valve D

adalah bleed valve.

Gambar 3.1 Rangkaian Valve Pada Kepala Sumur

15
a. Master Valve atau Shut Off Valve

Master valve berfungsi untuk membuka dan menutup secara penuh (full

open/close) dan mengisolasi fluida dari dalam sumur untuk keperluan perawatan.

Karena ini merupakan valve utama, maka dihindari efek kebocoran. Valve utama

mampu menahan tekanan dan temperature maksimum sumur panas bumi.

Biasanya berukuran 10 inch untuk sumur standar atau 14 inch untuk sumur big

hole.

b. Top Valve atau Service valve

Top valve digunakan untuk tujuan-tujuan perawatan sumur atau pengukuran

tekanan, temperature dan logging sumur dengan menurunkan peralatan secara

vertikal. Valve ini terletak paling atas, umumnya berada di atas tee/cross.

c. Wing Valve atau Bypass Valve

Adalah valve yang digunakan untuk untuk mengatur aliran fluida ke silencer

atau tempat penampungan air (pembuangan) sehingga mengisolasi rangkaian

kepala sumur dari fluida panas bumi dalam sistem perpipaan.

d. Bleed Valve

Adalah valve yang digunakan untuk untuk menyemburkan fluida ke udara

dengan laju alir sangat kecil (bleeding) pada saat fluida sumur tidak

diproduksikan. Fluida perlu dikeluarkan dengan laju alir sangat kecil agar sumur

tetap panas dan gas tidak terjebak di dalam sumur.

16
3.2 Pengaruh Tekanan Kepala Sumur

Fluida panas bumi berupa fluida dua fasa terlebih dahulu harus dilakukan

proses pemisahan menggunakan separator. Steam dari hasil pemisahan ini akan

menuju power plant dan brine menuju silencer dan kemudian brine akan

diinjeksikan ke dalam sumur-sumur injeksi. Proses produksi ini akan dipengaruhi

oleh beberapa hal. Salah satu parameter yang akan mempengaruhi produksi adalah

tekanan kepala sumur. Tekanan kepala sumur akan diukur menggunakan alat ukur

tekanan yaitu pressure gauge yang terpasang pada well head. Untuk mengatur

produksi dapat dilakukan dengan mengatur besar dari tekanan kepala sumur.

Tekanan kepala sumur ini tidak hanya berdampak terhadap total produksi tetapi

berpengaruh juga pada beberapa hal lain sehingga besar tekanan kepala sumur

perlu ditentukan.

3.2.1 Terhadap Pembentukan Scale di dalam Sumur 2)

Salah satu masalah yang biasa ditemui pada lapangan geothermal yaitu

terjadinya scaling pada pipa produksi. Scaling ini merupakan pengendapan

mineral yang terbawa bersama terproduksinya fluida panas bumi. Terjadinya

pembentukan scale yang umum ditemui dalam lapangan panas bumi adalah

endapan silika (SiO2) dan endapan kalsium karbonat (CaCO3). Jenis mineral

silika yang mengendap terdiri dari berbagai bentuk seperti quartz, chalcedony,

cristabolite, opal dan amorphous silica yang masing-masing menunjukkan variasi

kelarutan yang berbeda. Perilaku dari silika quartz dan silika amorf perlu

diperhatikan dalam studi geothermal karena ini akan berpengaruh dalam

menentukan pengendapan silika. Kandungan silika pada fluida dari sumur-sumur

17
produksi harus diperhitungkan untuk mencegah terjadinya silica scaling pada

peralatan di dalam sumur maupun peralatan di permukaan. Pada kedalaman di

reservoir dengan suhu lebih dari 1800C dan bahkan di atas 900C, konsentrasi silika

dalam larutan ditentukan oleh kelarutan kuarsa.

Quartz adalah bentuk dominan dari silika yang memiliki bentuk paling stabil

dan mempunyai kelarutan yang paling rendah. Batuan sekitar dari reservoir panas

bumi mengandung kuarsa yang larut di dalam air panas.di atas sekitar 230C

selama beberapa waktu, itu umumnya dianggap bahwa kuarsa dalam

kesetimbangan antara jenis yang solid dan terlarut. Kelarutan mineral silika di

dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan dapat dihitung dari persamaan

geothermometer oleh Fournier and Potter (1982) 2).

= 10[.{/( )}] ............................................... (3.1)

Air panas yang masih berada di bawah permukaan memiliki bentuk

kesetimbangan dengan silika quartz. Ketika di permuaan bentuk silika yang biasa

diendapkan adalah silika amorf. Silika amorf tidak memiliki struktur kristal dan

lebih larut dari kuarsa. Oleh karena itu ketika air panas naik ke permukaan,

perbedaan kelarutan antara silika amorf dan kuarsa memungkinkan penurunan

yang cukup besar dalam temperatur sebelum larutan menjadi jenuh terhadap silika

amorf. Pengendapan silica umumnya terjadi apabila konsentrasi silica di dalam

larutan melebihi kelarutan amorphous silica.

= 10[.{/()}].... (3.2)

18
Terjadinya pengendapan pada pipa mengakibatkan berkurangnya diameter pipa

bahkan terjadinya penyumbatan pada pipa jika scaling terjadi dalam intensitas

yang tinggi. Sehingga akan mengakibatkan menurunnya produktifitas sumur.

Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan pencegahan untuk mengantisipasi atau

memperlambat terbentuknya scaling pada pipa produksi. Parameter penting dalam

hubungannya dengan pengendapan silica adalah silica saturation index yang

merupakan perbandingan antara konsentrasi silica dalam larutan di permuakaan

dengan kelarutan amorphous silica pada kondisi yang sama 3).

= [{( )/

}]
. (3.3)

=
()
()
.. (3.4)

Parameter SSI (silica saturation index) digunakan untuk memperkirakan

kemungkinan terjadinya silica scaling yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

o Bila SSI > 1, maka fluida dalam kondisi supersaturated dan pengendapan

silica dimungkinkan.

o Bila SSI = 1, fluida dalam kondisi jenuh (saturated).

o Bila SSI < 1, maka fluida dalam kondisi tidak jenuh (undersaturated) sehingga

tidak mungkin terjadi pengendapan silica.

Nilai dari SSI menunjukkan kemungkinan terjadinya scaling di dalam sumur

dan di pipa alir apabila sumur dioperasikan pada tekanan kepala sumur tersebut.

Tekanan kepala sumur (TKS) akan berpengaruh terhadap besar dari SSI di dalam

sumur. Semakin besar tekanan kepala sumur maka nilai SSI yang diperoleh akan

19
semakin kecil. Tekanan kepala sumur berpengaruh pada nilai SSI yang dihasilkan

karena dipengaruhi oleh temperatur pada tekanan kepala sumur yang dipilih.

3.2.2 Terhadap Produksi

Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik pada waktu pemboran

maupun setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman

yang diinginkan ataupun setelah sumur diproduksikan. Uji produksi dilakukan

untuk mengetahui jenis fluida reservoir, kemampuan produksi sumur dan

karakteristik fluida produksi. Pengukuran dilakukan pada beberapa tekanan kepala

sumur dalam jangka waktu tertentu untuk mengindikasi perubahan dalam kualitas

dan kuantitas aliran 4).

Hasil dari uji produksi adalah suatu output curve atau deliverability curve yaitu

kurva yang menggambarkan hubungan antara laju alir massa pada berbagai

tekanan kepala sumur tersebut. Output curve digunakan untuk memperkirakan

kemampuan dari sumur panas bumi, di mana aliran massa diplot dengan tekanan

kepala sumur. Persamaan dari Kjaran dan Eliasson (1983) merupakan fungsi pada

aliran dari kepala sumur, tekanan di dasar sumur dan tekanan kepala sumur.

Persamaan ini juga memiliki konstanta yang harus ditentukan agar sesuai dengan

kurva output. Dari deliverability curve ini dapat diperoleh suatu persamaan yang

digunakan untuk menentukan besar laju alir massa pada suatu tekanan kepala

sumur. Untuk menghitung mass flow dua fasa, sebuah persamaan telah dinyatakan

oleh Vatmaskil (1987) dengan persamaan 3.5 5).

20
.
= 1.656 (3.5)
.

Yang mana W (mass flow, kg/s), Po (tekanan kepala sumur, bar), ho (enthalpy

fluida, kJ/kg) dan d (diameter wellhead, mm).

Pada fluida satu fasa metoda pengukuran yang dipakai sederhana karena tidak

memerlukan peralatan pemisahan, sedangkan pada fluida dua fasa metoda

pengukuran yang digunakan akan menjadi lebih kompleks karena membutuhkan

separator untuk memisahkan uap dan air. Sangatlah penting untuk menggunakan

metoda yang tepat pada pengukuran laju aliran massa agar dapat menentukan

faktor-faktor yang berkaitan dengan kelakuan sumur seperti potensi sumur,

produksi sumur pada berbagai tekanan kepala sumur, enthalpy dan heat flow,

komposisi kimia fluida dan bahkan lebih lanjut dapat membantu menentukan

production forecast dan useful life time sumur. Pengujian dilakukan pada

beberapa tekanan kepala sumur yang berbeda, yang dapat diatur mulai dari

tekanan terkecil sampai yang terbesar.

Ada beberapa metoda yang digunakan untuk pengukuran produksi pada sumur-

sumur dua fasa antara lain metoda calorimeter, metoda lip pressure dan metoda

separator. Pengukuran steam flow rate biasanya menggunakan alat ukur orifice

meter dan untuk mengukur brine flow rate dengan menggunakan suatu weirbox.

Pegukuran pada orifice didasari pada beda tekanan upsteam dan downstream,

sedangkan pengkuran pada weirbox berdasarkan pada level air di dalam weirbox.

Oleh karena itu, laju alir massa total adalah jumlah dari steam flow dan brine flow

pada separator. Laju alir massa yang diperoleh dari pengukuran perlu dikoreksi

dengan faktor koreksi, yaitu faktor koreksi uap (y) dan faktor koreksi air (x).

21
faktor koreksi ini bisa dicari pada tekanan kepala sumur, tekanan separator dan

tekanan atmospheric flashing tank (AFT) atau silencer 4).


= dan + = 1 (3.6)

Yang mana H adalah enthalpy reservoir (kJ/kg), Hf dan Hfg adalah enthalpy

(kJ/kg) pada tekanan separator, yang mana nilai enthalpy ini dapat dicari dari data

steam table sehingga persamaan pada laju alir massa uap dan air menjadi:

= = ... (3.7)

F adalah laju alir massa uap (ton/jam), B adalah laju alir air (ton/jam), M adalah

laju alir massa total dan x,y adalah faktor koreksi pada persamaan 3.6

Untuk memperoleh atau mengatur produksi agar sesuai dengan yang

diinginkan dapat dilakukan dengan memvariasikan besar pembukaan atau

diameter dari throttle valve atau choke. Mengatur throttle valve juga akan

berpengaruh terhadap besar tekanan kepala sumur, sehingga dengan mengatur

throttle valve maka akan mengubah jumlah produksi dan mengubah besar tekanan

kepala sumur tersebut. Oleh karena itu, tekanan kepala sumur adalah salah satu

komponen dari sistem produksi yang berpengaruh terhadap laju produksi yang

akan dihasilkan. Sehingga untuk mencapai produksi yang diinginkan dapat

dilakukan dengan mengatur tekanan kepala sumur tersebut.

Jumlah produksi akan berbeda-beda sesuai dengan pengaturan besar tekanan

kepala sumur pada kondisi reservoir yang sama. Tekanan kepala sumur

berbanding terbalik dengan jumlah produksinya (mass flow). Oleh karena itu,

semakin kecil tekanan kepala sumur maka akan semakin bertambah jumlah

produksi sumur tersebut.

22
3.2.3 Terhadap Kecepatan Alir Uap di dalam Pipa 6:127)

Uap dari separator dikirim menuju pembangkit dengan menggunakan pipa alir.

Uap yang mengalir menuju pembangkit akan mengalami penurunan temperatur

sehingga dimungkinkan terjadi kondensasi. Pada sepanjang pipa alir tersebut,

dipasang beberapa steam trap untuk menghilangkan air yang terbentuk oleh akibat

dari kondensasi uap. Air ini harus dibuang dari uap karena uap yang masuk ke

turbin harus dalam keadaan kering.

Suatu turbin memiliki tekanan masuk yang telah ditetapkan dan harus

terpenuhi. Oleh karena itu, penurunan tekanan yang terjadi disepanjang pipa alir

menuju turbin harus dikurangi agar tekanan dari uap yang masuk tetap memenuhi

tekanan pada turbin.

Penurunan tekanan ini akan berbanding terbalik dengan jari-jari dari pipa alir

dan berbanding lurus dengan kecepatan alir uap yang melalui pipa tersebut.

Sehingga untuk mengurangi besar penurunan tekanan dapat dilakukan dengan

mengatur besar dari ukuran diameter pipa dan kecepatan alir uapnya. Kecepatan

fluida (V) didefinisikan sebagai besarnya debit aliran yang mengalir persatuan

luas. Untuk menghitung besarnya kecepatan alir uap dapat menggunakan

persamaan 3.7 berikut.

g
= ...................................................................................................... (3.8)

Keterangan : V : velocity, m/s

F : steam flow, kg/s

g : specific volume steam, m3/kg

A : area, m2

23
Besarnya kecepatan akan dipengaruhi besarnya fluida yang diperbolehkan

mengalir dalam suatu pipa. Jumlah fluida atau laju aliran massa yang mengalir

diatur berdasarkan tekanan kepala sumurnya Kecepatan aliran ini perlu dibatasi

dengan memperhatikan:

* Masalah erosi pada dinding pipa

* Masalah pembentukan deposit/endapan

* Tingkat kebisingan yang terjadi

3.3 Alasan Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa tekanan kepala sumur yang

dipilih harus berada pada tekanan yang optimum. Alasan-alasan ini ditentukan

berdasarkan pada pengaruh-pengaruh dari tekanan kepala sumur terhadap proses

produksi yang dapat ditimbulkan.

3.3.1 Mencegah Pembentukan Scale di dalam Sumur

Cara yang paling efektif untuk menangani masalah silica scaling adalah

dengan mencegah terjadinya silica scaling tersebut. Olek karena itu kajian tentang

potensi silica scaling sangat diperlukan pada operasi lapangan panasbumi. Suatu

evaluasi telah dilakukan untuk memperkirakan potensi silica scaling pada pipa

produksi. Metode yang digunakan yaitu penerapan parameter silica saturation

index (SSI) yang dihitung berdasarkan data komposisi kimia fluida produksi.

Pengaturan tekanan kepala sumur akan berpengaruh terhadap besarnya nilai SSI

di dalam sumur tersebut. Tekanan kepala sumur harus selalu dioperasikan di atas

tekanan SSI untuk mencegah terjadi scaling pada casing.

24
Hal ini perlu diperhatikan karena jika terjadi scaling pada casing di dalam

sumur, maka akan membutuhkan perawatan yang lebih rumit dibandingkan

dengan perawatan pada fasilitas produksi di permukaan. Oleh karena itu perlu

menentukan besar tekanan kepala sumur untuk mencegah terjadinya problema

scaling di dalam sumur.

3.3.2 Menghasilkan Produksi yang Optimum

Di dalam suatu proses produksi panas bumi, laju alir massa (produksi) dapat

berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan. Selain itu, beberapa parameter

fisika yang dimiliki reservoir geothermal dapat mengalami perubahan terhadap

waktu seiring dnegan berjalannya proses produksi seperti temperatur, tekanan,

densitas, permeabilitas dan sebagainya. Perubahan ini dapat berlangsung dalam

ukuran bulan atau tahun. Tergantung pada keadaan internal dan eksternal yang

mempengaruhinya. Penurunan produksi dapat mengindikasikan adanya perubahan

pada kondisi reservoir.

Di dalam suatu produksi panas bumi diharapkan memperoleh laju produksi

yang optimum. Laju produksi optimum adalah laju produksi optimal yang

diperoleh dari cadangan reservoir yang dapat diproduksikan ke permukaan tanpa

merusak formasi serta memperkecil problem-problem selama produksi. Selain itu

produksi optimum dalam proses produksi panas bumi artinya produksi yang

menghasilkan uap yang sesuai dengan kebutuhan pembangkit listrik tenaga panas

bumi dan air yang terproduksi masih dapat ditampung di dalam brine pond dan

brine bisa diinjeksikan kembali melalui sumur-sumur injeksi.

25
Oleh karena itu untuk menghasilkan laju produksi sumur yang optimum maka

perlu ditentukan berapa tekanan kepala sumur yang optimal untuk dioperasikan.

Hal ini dapat dilakukan dengan memvariasikan tekanan kepala sumur dengan

mengatur besar pembukaan pada throttle atau choke sehingga tekanan kepala

sumur akan berubah dan akan diperoleh produksi optimum yang diinginkan pada

tekanan kepala sumur tersebut.

3.3.3 Mengurangi Pengikisan di dalam Pipa 7)

Batas kecepatan dalam pipa aliran dua fasa dan aliran satu fasa perlu

ditetapkan. Batas kecepatan pada pipa aliran satu fasa yaitu uap adalah minimal

30 m/s dan batas maksimal 50 m/s. Batas kecepatan minimal akan

menggambarkan batas perpindahan panas untuk mencapai proses adiabatis,

sedangkan batas kecepatan maksimum menyatakan batas tidak terjadinya

pengikisan dinding pipa bagian dalam.

Semakin besar diameter pipa alir maka akan semakin kecil kecepatan alir uap

di dalam pipa. Faktor yang mempengaruhi kecepatan alir tersebut adalah laju alir

massa uap dan luas penampang dari pipa alir. Oleh karena itu untuk menjaga

kecepatan alir uap agar berada pada batasannya, dapat dilakukan dengan mengatur

ukuran diameter pipa alir dan mengatur besar laju alir massa uapnya. Laju alir

massa uap ini dapat disesuaikan dengan yang diinginkan dengan mengatur besar

tekanan kepala sumur tersebut.

26
IV. PENENTUAN TEKANAN KEPALA SUMUR

OPTIMUM PADA SUMUR HCE-28A

Ada beberapa parameter yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan besar

tekanan kepala sumur. Tekanan kepala sumur yang dipilih harus berada pada

tekanan optimum. Penentuan tersebut didasari oleh berapa alasan dan ada

beberapa cara yang digunakan dalam menentukan besar tekanan kepala sumur

optimum pada sumur HCE-28A.

4.1 Penentuan Tekanan Kepala Sumur Optimum

Sumur produksi HCE- 28A harus dioperasikan pada tekanan kepala sumur

yang optimum agar sumur bisa berproduksi dengan baik sesuai dengan syarat

pengoperasian sumur yang ditetapkan. Sumur dioperasikan pada tekanan kepala

sumur optimum berdasarkan alasan-alasan yang telah dibahas dalam bab III.

Berikut adalah mekanisme atau langkah dan perhitungan yang mendasari dalam

menentukan berapa tekanan kepala sumur yang optimum pada sumur HCE- 28A.

4.1.1. Berdasarkan Silica Saturation Index (SSI)

Untuk mencegah terjadinya pembentukan scale dalam sumur, maka sumur

HCE-28A harus dioperasikan di atas tekanan yang memungkinkan terjadinya

scale yaitu di atas dari tekanan minimum SSI. Oleh karena itu, nilai SSI perlu

dicari untuk mengetahui batas tekanan kepala sumur yang aman untuk

dioperasikan. Berikut langkah-langkah perhitungan SSI pada tekanan kepala

sumur 240 psig atau 17.33 bar absolute (bara).

27
1. Mencari nilai temperatur reservoir (Tres) berdasarkan dari data H (enthalpy

reservoir) dengan mencari nilai temperatur pada steam table (tabel uap).

Pada H = 1889 kJ/kg maka didapat T reservoir = 3250C

2. Menghitung konsentrasi quartz silica di reservoir pada temperature reservoir

325oC dengan menggunakan persamaan 3.1 pada bab III.

= 10[.{/( )}]

= 10[.{/()}]

= 1002.4

3. Mencari nilai temperatur di permukaan pada tekanan kepala sumur (TKS)

tersebut dengan mencari nilai temperatur pada steam table (tabel uap) dan

dapat dilihat pada lampiran 4.

Pada TKS = 17.33 bara maka diperoleh T = 205.20C

4. Menghitung nilai kelarutan amorphous silica di permukaan pada temperatur

205.2oC menggunakan persamaan 3.2 pada bab III.

= 10[.{/()}]

= 10[.{/(.)}]

= 957.97

5. Mencari nilai silica saturation index

=
()
()

= .
.

= 1.05

28
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh bahwa pada tekanan kepala

sumur 240 psig tidak aman untuk dioperasikan karena memiliki nilai SSI > 1.

Berikut hasil perhitungan SSI pada berbagai tekanan kepala sumur yang

ditunjukkan pada tabel 4.1.

Table 4.1 Perhitungan Silica Saturation Index

WHP T SiO2
SSI
Psig Bara (0C) Amorf
550 38.71 248.4 1282.35 0.78
540 38.02 247.3 1273.62 0.79
520 36.64 245.2 1257.04 0.80
500 35.26 243 1239.75 0.81
480 33.88 240.7 1221.77 0.82
460 32.50 238.3 1203.13 0.83
440 31.12 235.8 1183.82 0.85
420 29.75 233.3 1164.64 0.86
400 28.37 230.7 1144.83 0.88
380 26.99 228 1124.39 0.89
360 25.61 225.2 1103.36 0.91
340 24.23 222.3 1081.75 0.93
320 22.85 219.2 1058.84 0.95
300 21.47 215.9 1034.68 0.97
280 20.09 212.6 1010.75 0.99
270 19.40 210.8 997.80 1.00
260 18.71 209 984.92 1.02
240 17.33 205.2 957.97 1.05
220 15.95 201.2 929.94 1.08
200 14.57 196.9 900.22 1.11
180 13.19 192.2 868.23 1.15
160 11.81 187.3 835.42 1.20
150 11.12 184.6 817.59 1.23

Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat grafik yang menunjukkan

hubungan tekanan kepala sumur dengan besarnya nilai SSI pada sumur HCE-28A

seperti pada gambar 4.1.

29
TKS VS SSI
1.30

1.20
SSI = 1
1.10

1.00
SSI

0.90
SSI < 1
0.80 SSI > 1

0.70

0.60

0.50
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
WHP, bara

Gambar 4.1 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS SSI

Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa semakin besar tekanan

kepala sumur maka akan semakin kecil nilai SSI. Selain itu dari grafik tersebut

didapatkan besarnya tekanan minimum kepala sumur yang dibutuhkan untuk

mencegah terjadinya scaling pada sumur produksi. Pada sumur HCE- 28A yang

memungkinkan fluida dalam kondisi jenuh berdasarkan nilai silica saturation

index yaitu pada tekanan 270 psig atau 19.40 bara. Sehingga apabila sumur

dioperasikan dengan tekanan lebih kecil dari 270 psig maka kemungkinan sumur

akan mengalami scaling pada casing di dalam sumur. Sehingga berdasarkan nilai

SSI maka diperoleh tekanan kepala sumur minimum pada 270 psig.

30
4.1.2 Berdasarkan Produksi

Untuk memperkirakan laju produksi sumur yang optimum maka perlu

mengetahui terlebih dahulu berapa produksi yang dihasilkan dari sumur HCE-28A

pada berbagai tekanan kepala sumur. Setelah itu barulah dapat diketahui berapa

produksi optimum pada tekanan kepala sumur tersebut. Pada lapangan panas bumi

Dieng laju alir massa (mass flow) dari tiap sumur dapat dihitung menggunakan

persamaan deliverability yang telah ada. Persamaan tersebut diperoleh dari hasil

well testing yang pernah dilakukan sebelumnya. Persamaan deliverability yang

digunakan pada setiap sumur produksi berbeda-beda. Sehingga pada perhitungan

mass flow dari sumur HCE-28A menggunakan persamaan deliverability yang

sudah ada dari lapangan Dieng.

([ = 0.0995 ) + (3.1527 )+ 455.59] 0.3906 ......... (4.1)

Keterangan :

M = Mass flow, ton/jam

WHP = Well head pressure, bara

0.3906 = Corection factor

Dengan memasukkan besar tekanan kepala sumur yang diinginkan pada

persamaan maka akan diperoleh besar mass flow pada tekanan kepala sumur

tersebut. Berikut langkah-langkah perhitungan mass flow, steam flow dan brine

flow pada tekanan kepala sumur 240 psig atau 17.33 bar absolute (bara).

31
1. Menghitung mass flow pada tekanan 240 psig (17.33 bara) dengan

menggunakan persamaan 4.1

([ = 0.0995 ) + (3.1527 )+ 455.59] 0.3906

= [(0.0995 17.33 ) + (3.1527 17.33) + 455.59] 0.3906

= [(29.88) + 54.64 + 455.59] 0.3906

= 187.62 /

2. Mencari nilai enthalpy fluida (Hf) dan enthalpy uap (Hg) pada tekanan

separator 11.5 barg (12.28 bara) dari steam table seperti dapat dilihat pada

lampiran 4.

P Hf Hg
(bara) (kJ/kg) (kJ/kg)
Separator 12.28 802.8 2784.8

3. Mencari nilai faktor koreksi uap (y) dan faktor koreksi air (x) pada tekanan

separator dan pada enthalpy reservoir (H) sumur HCE-28A 1889 kJ/kg

dengan menggunakan persamaan 3.6

( = . )+ (. )

1889 = {(1 )802.8} + ( 2784.8}

1889 = (802.8 802.8 )+ (2784.8)

1889 802.8 = 2784.8 802.8

= 0.55

o Sehingga = 1

= 1 0.55

= 0.45

32
4. Menghitung steam flow (F) dan brine flow (B) di separator dengan

menggunakan persamaan 3.7

= =

= 0.55 187.62 = 0.45 187.62

= 103.19 / = 84.43 /

5. Mencari nilai enthalpy fluida (Hf) dan enthalpy uap (Hg) pada tekanan

atmospheric flashing tank (AFT) 0.78 bara dari steam table seperti dapat

dilihat pada lampiran 4.

P Hf Hg
(bara) (kJ/kg) (kj/kg)
AFT 0.78 388.8 2663.8

6. Mencari nilai faktor koreksi uap (y) dan faktor koreksi air (x) pada tekanan

AFT dan pada enthalpy fluida dari separator sebesar 802.8 kj/kg.dengan

menggunakan persamaan 3.6

( = . )+ (. )

802.8 = {(1 )388.8} + ( 2663.8}

802.8 = (388.8 388.8 )+ (2663.8)

802.8 388.8 = 2663.8 388.8

= 0.18

o Sehingga = 1

= 1 0.18

= 0.82

33
7. Menghitung steam flow (F) dan brine flow (B) dari AFT dengan menggunakan

persamaan 3.7

= =

= 0.18 84.43 = 0.82 84.43

= 15.20 / = 69.23 /

= 69.23 4.4 /

= 304.62 /

8. Menghitung besar potensi sumur dalam satuan Mega Watt (MW) berdasarkan

jumlah uap yang dihasilkan pada separator dengan nilai specific steam

consumption (SSC) pada pembangkit sebesar 7.2 ton/jam/MW.


=

103.19
=
7.2

= 14.33

Dengan memperoleh besar produksi uap dalam ton per jam (t/h) pada berbagai

tekanan kepala sumur, maka dapat dipilih berapa jumlah uap yang diinginkan

untuk memenuhi kebutuhan pembangkit. Sedangkan jumlah produksi air dalam

gallon per menit (gpm) pada berbagai tekanan kepala sumur ditentukan dengan

memperhatikan apakah air masih dapat ditampung pada pond dan dapat

diinjeksikan kembali. Berikut hasil perhitungan jumlah produksi pada berbagai

tekanan kepala sumur HCE-28A ditunjukkan pada tabel 4.2.

34
Table 4.2 Perhitungan Produksi Sumur HCE-28A

Separator Atmospheric Flashing Tank (AFT)


WHP Mass
Steam Brine Steam Brine Brine Well
Flow
Y Flow Flow Y Flow Flow Flow Output
psig Bara (t/h)
(t/h) (t/h) (t/h) (t/h) (gpm)
700 49.06 144.84 0.55 79.66 65.18 0.18 11.73 53.44 235.16 11.06
680 47.68 148.32 0.55 81.58 66.75 0.18 12.01 54.73 240.82 11.33
660 46.30 151.66 0.55 83.41 68.25 0.18 12.28 55.96 246.24 11.59
540 38.02 168.59 0.55 92.72 75.87 0.18 13.66 62.21 273.72 12.88
520 36.64 170.89 0.55 93.99 76.90 0.18 13.84 63.06 277.46 13.05
500 35.26 173.05 0.55 95.18 77.87 0.18 14.02 63.86 280.97 13.22
480 33.88 175.06 0.55 96.28 78.78 0.18 14.18 64.60 284.23 13.37
460 32.50 176.92 0.55 97.31 79.61 0.18 14.33 65.28 287.25 13.51
440 31.12 178.63 0.55 98.25 80.38 0.18 14.47 65.92 290.03 13.65
420 29.75 180.20 0.55 99.11 81.09 0.18 14.60 66.49 292.57 13.76
400 28.37 181.61 0.55 99.89 81.73 0.18 14.71 67.02 294.87 13.87
380 26.99 182.88 0.55 100.58 82.30 0.18 14.81 67.48 296.93 13.97
360 25.61 184.00 0.55 101.20 82.80 0.18 14.90 67.90 298.75 14.06
340 24.23 184.98 0.55 101.74 83.24 0.18 14.98 68.26 300.33 14.13
320 22.85 185.80 0.55 102.19 83.61 0.18 15.05 68.56 301.67 14.19
300 21.47 186.48 0.55 102.56 83.91 0.18 15.10 68.81 302.77 14.24
280 20.09 187.01 0.55 102.85 84.15 0.18 15.15 69.01 303.62 14.29
260 18.71 187.39 0.55 103.06 84.32 0.18 15.18 69.15 304.24 14.31
240 17.33 187.62 0.55 103.19 84.43 0.18 15.20 69.23 304.62 14.33
220 15.95 187.71 0.55 103.24 84.47 0.18 15.20 69.26 304.76 14.34
200 14.57 187.65 0.55 103.21 84.44 0.18 15.20 69.24 304.66 14.33
180 13.19 187.44 0.55 103.09 84.35 0.18 15.18 69.16 304.32 14.32
160 11.81 187.08 0.55 102.89 84.18 0.18 15.15 69.03 303.74 14.29
150 11.12 186.84 0.55 102.76 84.08 0.18 15.13 68.95 303.36 14.27

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibuat grafik dengan plot antara tekanan

kepala sumur dalam bar absolute (bara) dengan laju alir massa dalam ton/jam.

35
TKS VS MASS FLOW
200.00

180.00

160.00

140.00
Flow, t/h

120.00
MASS FLOW
100.00
STEAM
80.00
BRINE
60.00

40.00

20.00

0.00
- 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
WHP, bara

Gambar 4.2 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS Mass Flow

Berdasarkan grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa untuk produksi

maksimum pada sumur HCE-28A dihasilkan pada tekanan sebesar 220 psig atau

15.95 bara dengan jumlah produksi 187.71 ton/jam. Namun tekanan 220 psig ini

berada di bawah tekanan kepala sumur minimum berdasarkan SSI yaitu 270 psig,

Oleh karena itu, sumur tidak dapat dioperasikan pada tekanan 220 psig yang

menghasilkan produksi maksimum karena tekanan tersebut memiliki nilai SSI > 1

(lebih dari satu). Sehingga pemilihan tekanan kepala sumur bukanlah pada

tekanan dengan produksi maksimum, tetapi pada tekanan dengan produksi

optimum yaitu produksi uap yang memenuhi kebutuhan pembangkit yang

dihasilkan pada tekanan di atas 270 psig.

36
4.1.3 Berdasarkan Kecepatan Alir Uap

Untuk menjaga agar kecepatan alir uap (steam velocity) dalam pipa horizontal

berada pada batasannya maka dapat diatur dengan memperhatikan faktor-faktor

penentu kecepatan alir uap seperti luas penampang pipa dan laju alir massa uap.

Pipa alir uap yang digunakan dari sumur HCE-28A menuju gathering memiliki

ukuran diameter pipa yang tetap yaitu 16 inch atau 0.4064 meter. Laju alir massa

uap (kg/s) dari sumur HCE-28A dapat berubah-ubah dan dapat diatur besarnya

sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjaga kecepatan

alir uap ini hanya dapat dilakukan dengan mengatur besar dari laju alir massa uap

sumur karena laju alir massa ini dapat diatur menurut keinginan, sedangkan faktor

luas penampang pipa tidak dapat diatur menurut keinginan karena telah memiliki

besaran yang tetap. Untuk mengatur besar laju alir masssa uap dari sumur HCE-

28A dapat dilakukan dengan mengatur besar tekanan kepala sumur tersebut. Uap

mengalir pada pipa horizontal dengan ukuran pipa yang sama dan dengan jumlah

massa uap yang berbeda-beda. Berikut langkah-langkah perhitungan steam

velocity pada tekanan kepala sumur 240 psig atau 17.33 bar absolute (bara).

1. Menghitung luas penampang pipa dalam satuan m2.

Dengan diameter pipa = 16 inch

= 0.4064 meter

=


= 3.14 0.4064

= 0.1296

37
2. Mencari nilai specific volume gas (g) pada tekanan separator 12.28 bara dari

steam table (tabel uap).

Pada P = 12.28 bara, maka didapat g = 0.1598 m3/kg

3. Menghitung steam flow (F) dalam kg/s pada tekanan kepala sumur 17.3 bara

dan tekanan separator 12.28 bara. Berdasarkan pada tabel 4.2 diperoleh nilai

steam flow sebesar 103.19 ton/jam.



= 103.19


= 103.19

= 28.66 /

4. Menghitung steam velocity (V) menggunakan persamaan 3.8 dengan luas

penampang 0.1296 m2, specific volume gas 0.1598 m3/kg dan steam flow rate

28.66 kg/s.

=

..
= .

= 35.33 /

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh besar steam velocity 35.33 m/s

dan kecepatan ini berada dalam batasan yang diperbolehkan. Dengan mencari

besar kecepatan uap (m/s) pada berbagai tekanan kepala sumur, maka dapat

dipilih berapa tekanan kepala sumur dengan besar kecepatan alir uap yang

memenuhi batasannya. Berikut hasil perhitungan steam velocity pada berbagai

tekanan kepala sumur yang ditunjukkan pada table 4.3.

38
Table 4.3 Perhitungan Steam Velocity dalam Pipa

WHP Steam Steam


Flow Velocity
psig Bara (kg/s) (m/s)
620 43.54 24.12 29.73
600 42.16 24.57 30.28
540 38.02 25.76 31.75
520 36.64 26.11 32.18
500 35.26 26.44 32.59
480 33.88 26.75 32.96
460 32.50 27.03 33.31
440 31.12 27.29 33.64
420 29.75 27.53 33.93
400 28.37 27.75 34.20
380 26.99 27.94 34.44
360 25.61 28.11 34.65
340 24.23 28.26 34.83
320 22.85 28.39 34.99
300 21.47 28.49 35.11
280 20.09 28.57 35.21
260 18.71 28.63 35.29
240 17.33 28.66 35.33
220 15.95 28.68 35.35
200 14.57 28.67 35.33
180 13.19 28.64 35.29
160 11.81 28.58 35.23
150 11.12 28.55 35.18

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dibuat grafik dengan plot antara tekanan

kepala sumur dalam bar absolute (bara) dengan kecepatan alir uap (m/s) seperti

pada gambar 4.3.

39
TKS VS VELOCITY
37.00

35.00
V = 30.28 m/s
Velocity, m/s

33.00

31.00

29.00

27.00

25.00
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
WHP, bara

Gambar 4.3 Grafik Tekanan Kepala Sumur VS Steam Velocity

Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar tekanan kepala sumur

maka akan semakin kecil kecepatan alir uap di dalam pipa alir uap. Hal tersebut

dikarenakan semakin besar tekanan kepala sumur maka produksi uap yang

dihasilkan akan semakin kecil sehingga kecepatan alir uapnya juga akan semakin

kecil, yang mana tekanan kepala sumur berbanding terbalik dengan kecepatan alir

uap. Uap yang mengalir melalui pipa dibatasi pada kecepatan antara 30 dan 50

m/s. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka berdasarkan hasil perhitungan

yang diperoleh tekanan kepala sumur yang memenuhi adalah pada tekanan 600

psig atau 42.16 bara yaitu dengan kecepatan sebesar 30.28 m/s. Hal ini

menunjukkan bahwa bila tekanan kepala sumur lebih dari 600 psig maka

kecepatan alir uap akan berada dibawah 30 m/s. Sehingga berdasarkan kecepatan

alir uap diperoleh tekanan kepala sumur maksimum pada 600 psig.

40
Oleh karena itu, sangat perlu untuk menentukan kondisi operasi tekanan kepala

sumur yang sesuai agar diperoleh optimasi antara kapabilitas output sumur dengan

nilai SSI untuk meminimalkan potensi scaling dalam sumur dan steam velocity

pada pipa alir yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan perhitungan penentuan

tekanan kepala sumur optimum berdasarkan parameter SSI, produksi dan velocity

maka diperoleh besar tekanan optimum pada range tekanan 270-600 psig. Yang

mana tekanan minimum 270 psig menunjukkan tekanan yang memenuhi

berdasarkan nilai SSI pada sumur dan tekanan maksimum 600 psig menunjukkan

tekanan yang memenuhi berdasarkan steam velocity pada pipa alir sedangkan

untuk produksi optimum yang dihasilkan sumur berada pada tekanan antara 270

dan 600 psig.

4.2 Pengoperasian Sumur HCE-28A

Pada wellpad 28 terdapat tiga sumur yaitu sumur HCE 28, HCE-28A dan

HCE-28B. Tetapi saat ini sumur yang aktif berproduksi adalah sumur HCE-28A

sedangkan sumur HCE-28 dan HCE-28B saat ini tidak diproduksikan. Berbeda

dengan sumur-sumur minyak, sumur panas bumi tidak menggunakan tubing tetapi

hanya menggunakan serangkain casing. Sumur HCE-28A menggunakan casing

berukuran 30, 20, 13 3/8 dan 9 5/8. Sumur HCE-28A memiliki kedalaman

sumur 2554 meter dan temperatur reservoir 300.640C. Secara rinci well schematic

sumur HCE-28A dapat dilihat pada lampiran 3.

Sumur HCE-28A memproduksi fluida dua fasa uap dan air. Fluida dari sumur

ini terlebih dahulu mengalir menuju separator V-159 untuk memisahkan antara

brine (air terproduksi) dan steam (uap terproduksi). Steam dari separator ini

41
menuju ke pembangkit sedangkan brine mengalir ke silencer dan menuju ke

rectangular weirbox. Level air pada weirbox akan selalu diukur untuk menghitung

jumlah laju alir massa air dari sumur. Brine dari keluaran weirbox akan mengalir

menuju open canal dan pond dengan tujuan untuk menurunkan temperatur air dan

untuk mengendapkan silika pada pond dan dapat dilihat pada lampiran 2.

Pengukuran pada tekanan kepala sumur dilakukan setiap tiga jam sekali dalam

satu hari yang dilakukan dalam kegiatan monitoring sumur. Hal ini dilakukan

untuk memonitor besar perubahan tekanan kepala sumur apakah tetap aman untuk

dioperasikan karena besar tekanan kepala sumur selalu berubah-ubah tidak tetap.

Besar tekanan kepala sumur dapat diatur di permukaan dengan mengganti besar

pembukaan dari throttle valve pada pipa. Semakin besar diameter pembukaan

throttle maka akan semakin kecil tekanan kepala sumur tersebut dan produksinya

akan naik sesuai dengan pembukaan dari throttle.

Sumur HCE-28A dioperasikan pada tekanan kepala sumur diatas tekanan

minimum SSI untuk mencegah scaling di dalam sumur dan pada tekanan kepala

sumur yang menghasilkan produksi uap yang sesuai dengan kebutuhan

pembangkit yang mana produksi sumur dapat berubah-ubah karena menyesuaikan

dengan kebutuhan dari pembangkit. Pada saat ini sumur HCE-28A dioperasikan

pada tekanan kepala sumur 340-640 psig. Hal ini menunjukkan bahwa sumur

dioperasikan pada tekanan yang melebihi dari hasil perhitungan yang telah

didapat yaitu 270-600 psig. Tekanan yang dioperasikan tersebut bisa melebihi 600

psig dikarenakan pada sumur penentuan tekanan hanya didasarkan pada dua

parameter yaitu berdasarkan tekanan SSI dan tekanan pada produksi optimumnya.

42
Akan tetapi bila dilihat dari kedua faktor penentu tersebut, maka sumur HCE-28A

masih dioperasikan pada tekanan optimumnya karena range tekanan tersebut

masih berada pada batasan tekanan SSI dan tekanan pada produksi optimum yang

sesuai dengan hasil perhitungan yang telah didapatkan.

Gambar 4.4 Kepala Sumur HCE-28A

43
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di lapangan panas

bumi Dieng, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tekanan kepala sumur diukur menggunakan pressure gauge yang terpasang

pada kepala sumur. Tekanan kepala sumur dipantau setiap 3 jam sekali

(monitoring well head pressure).

2. Penentuan tekanan kepala sumur berdasarkan pada tiga parameter yaitu

berdasarkan silica saturation index, produksi dan kecepatan alir uap.

3. Tekanan kepala sumur optimum sumur HCE-28A berada pada range 270-600

psig dan saat ini sumur HCE-28A berproduksi pada tekanan kepala sumur

diantara 270-600 psig.

5.2 Saran

Sesuai pengamatan penulis di lapangan panas bumi Dieng, maka saran yang

dapat diberikan penulis sebagai berikut:

1. Perlu pembaharuan pada peralatan pengukuran seperti pada alat ukur

ketinggian air pada weirbox , sehingga hasil pengukuran yang didapat akan

lebih akurat.

2. Perlu penambahan alat pengukuran produksi yaitu orifice meter sehingga besar

laju alir massa uap bisa diketahui secara langsung.

44
3. Sebaiknya penentuan tekanan kepala sumur juga memperhatikan besar

kecepatan alir uap di pipa sehingga sumur bisa dioperasikan pada tekanan

yang optimum.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Christopher, H., 1978, Geothermal Energy, E . & F.N. Spon Ltd, London.

2. Nicholson, Keith, 1955, Geothermal Fluid, Springer-Verlag, Berlin.

3. Nugroho, J. A., 2011, Optimization of Electrical Power Production from

High Temperature Geothermal Fields with respect to Silica Scaling

Problems, Iceland. of

4. Saptadji, M. N., 2001, Teknik Panas Bumi, Departemen Teknik

Perminyakan ITB, Bandung.

5. Jonsson, Einar, J., 2012, Simulation of output curves and wellhead pressure

from high enthalpy wells in the Svartsengi geothermal field, Faculty of Earth

Sciences University, Iceland.

6. Gupta, Harsh, K., 1980, Geothermal Resource: An Energy Alternative,

Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.

7. Pramudiohadi, W. E., 2001, Duct Pipe Optimation For Geothermal Fluid In

Water Dominated Reservoir, Petroleum Dept UPN Veteran, Yogyakarta.

46
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Steam Field PT GEO DIPA Energi Dieng

47
Lampiran 2. Flow Diagram Produkis di Lapangan Dieng

Separator

steam
Ke Pembangkit
Outlet
Valve

Throttle Inlet
Valve Valve AFT

LCV brine

Well Pond
Production

Well
Injection

48
Lampiran 3. Well Schematic HCE-28A

49
Lampiran 4. Steam Table

p T vf vg hf hfg hg
bara oC m3/kg kJ/kg
0.010 6.98 0.0010001 129.205 29.34 2,484.3 2,513.6
0.050 32.90 0.0010053 28.196 137.78 2,423.1 2,560.9
0.10 45.83 0.0010103 14.673 191.84 2,392.2 2,584.1
0.20 60.09 0.0010171 7.6484 251.46 2,357.7 2,609.1
0.31 69.88 0.0010227 5.0698 292.47 2,333.6 2,626.0
0.42 77.06 0.0010271 3.814 322.59 2,315.7 2,638.2
0.50 81.35 0.0010299 3.2394 340.56 2,304.9 2,645.4
0.60 85.95 0.0010331 2.7312 359.92 2,293.2 2,653.1
0.78 92.8 0.0010382 2.1390 388.80 2,275.0 2,663.8
1.00 99.63 0.0010432 1.6937 417.51 2,257.7 2,675.2
2.00 120.23 0.0010605 0.88559 504.7 2,201.9 2,706.6
2.50 127.43 0.0010672 0.71859 535.4 2,181.6 2,716.9
3.0 133.54 0.0010732 0.60572 561.4 2,163.9 2,725.4
3.5 138.88 0.0010786 0.52414 584.3 2,148.2 2,732.5
4.0 143.63 0.0010836 0.46235 604.7 2,133.9 2,738.6
5.0 151.85 0.0010926 0.37477 640.1 2,108.6 2,748.7
6.0 158.84 0.0011007 0.31556 670.4 2,086.4 2,756.8
7.0 164.96 0.001108 0.27276 697.1 2,066.4 2,763.5
8.0 170.41 0.0011149 0.24032 720.9 2,048.2 2,769.1
9.0 175.36 0.0011213 0.21487 742.6 2,031.2 2,773.8
10.0 179.88 0.0011273 0.19435 762.6 2,015.3 2,777.9
11.0 184.06 0.0011331 0.17744 781.1 2,000.4 2,781.5
12.0 187.96 0.0011386 0.16325 798.4 1,986.2 2,784.6
12.28 189.00 0.0011406 0.1598 802.8 1,982.1 2,784.8
13.0 191.60 0.0011438 0.15117 814.7 1,972.6 2,787.3
14.2 195.70 0.00115 0.13886 833.0 1,957.1 2,790.2
15.0 198.28 0.0011539 0.1317 844.6 1,947.1 2,791.8
16.0 201.37 0.0011586 0.12373 858.5 1,935.1 2,793.6
17.0 204.30 0.0011633 0.11666 871.8 1,923.4 2,795.2
17.33 205.2 0.0011653 0.1146 876.3 1,919.4 2,795.7
18.0 207.10 0.0011678 0.11036 884.5 1,912.1 2,796.6
19.0 209.79 0.0011722 0.10469 896.8 1,901.1 2,797.8
20.0 212.37 0.0011766 0.09957 908.6 1,890.4 2,798.9

50
51

Anda mungkin juga menyukai