Daerah reservoir panasbumi pada umumnya terletak pada jalur gunung api
baik yang aktif maupun sudah tidak aktif, sehingga pembentukan sistem ini sangat
dipengaruhi oleh proses-proses geologi yang telah atau sedang berlangsung
disepanjang jalur gunung api tersebut. Proses geologi tersebut menimbulkan
perubahan terhadap struktur dan juga stratigrafi pada daerah vulkanik. Kegiatan
yang mengakibatkan perubahan tersebut adalah kegiatan magmatis dan proses
pengangkatan, dimana telah terjadi penerobosan dan letusan gunung api.
Sedangkan proses pengangkatan akan mengakibatkan terbentuknya struktur yang
potensial untuk sistem panasbumi, seperti graben, sesar, kaldera, dan lain-lain.
Peninjauan geologi reservoir panasbumi pada pembahasan kali ini
mencakup tinjauan petrologi, pengenalan stratigrafi, struktur geologi, dan alterasi
hidrotermal.
2.2.1. Petrologi
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang
mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan, dan
sejarah geologinya. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi, sehingga
mengenal macam-macam dan sifat batuan adalah sangat penting. Batuan
didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan
suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur.
1. Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil dari
kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin
(Walter T Huang, 1962)
2. Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat lithifikasi
dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi kimia
tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya material
pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming materials)
menjadi batuan yang kompak (coherent rock).
3. Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari batuan
induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa
padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan, temperatur, atau tekanan
dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979).
Petrologi panasbumi akan membahas magma sebagai sumber pembentuk
batuan reservoir panasbumi. Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah pada temperatur antara 1500 oC sampai 2500 oC yang
terbentuk pada kerak bumi bagian bawah dan bersifat mudah bergerak (mobile).
2. Densitas
Densitas magma tergantung dari komposisi kimia serta jumlah zat-zat volatile
terlarut. Densitas magma berkisar antara 2,4 x 103 sampai 2,9 x 103 kg/m3.
3. Temperatur magma
Temperatur lava (magma yang mengalir ke permukaan) dapat diukur secarra
langsung dengan menggunakan alat yang disebut optical pyrometer.
Temperatur magma dapat dihitung berdasarkan tingkat kestabilan mineral-
mineral atau dikenal dengan teknik geothermometry. Temperatur lava
bervariasi disekitar 740oC dan 1225oC. Liquidus magma adalah batas
temperatur dimana diatas temperatur tersebut seluruh magma berwujud cair,
sedangkan solidus adalah batas temperatur dimana dibawah temperatur tersebut
seluruh magma akan berwujud padat. Pada umumnya magma yang telah
mencapai permukaan adalah campuran antara solid (padatan kristal) dan liquid
(cair).
a. Senyawa-senyawa volatile, yang terdiri dari fraksi gas seperti SO2, CH4, CO2,
H2S, NH3, dan sebagainya.
b. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatile dan merupakan unsur-unsur
oksida dalam magma. Jumlah unsur-unsur tersebut mencapai 99 % terhadap
isi, sehingga disebut sebagai major element (unsur utama), terdiri dari oksida-
oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, TiO2, dan P2O5.
c. Unsur-unsur penjejak (tracer element) dan merupakan minor element seperti
rubidium (Rb), barium (Ba), stronsium (Sr), nikel (Ni), cobalt (Co), vanadium
(V), croom (Cr), lithium (Li), sulphur (S) dan plumbum (Pb). Unsur-unsur ini
tidak dapat digunakan sebagai dasar penggolongan magma tetapi membantu
dalam menentukan genesa magma.
2.2.2. Stratigrafi
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan tersebar
yang berhubungan dengan batuan, sedangkan grafi (graphic) berarti pemerian atau
gambaran atau urut-urutan lapisan. Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari
pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan
salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan
kejadian batuan dialam dalam ruang dan waktu geologi.
1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari :
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azas uniformitarisme, yaitu
proses-proses yang terjadi pada masa lampau akan mengikuti hukum
yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata
lain masa kini merupakan kunci dari masa lampau (the present is the key
to the past). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang
terlihat sekarang ini digunakan sebagai dasar pembahasan proses
geologi masa lampau.
1. Unsur batuan.
2. Unsur perlapisan.
3. Bidang perlapisan.
Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukan yang dapat dilihat dilapangan
saat ini. Hal ini merupakan hasil dari proses, antara lain :
Struktur primer yang terbentuk pada batuan beku berupa struktur aliran
(flow structure) yang sering dijumpai pada lava. Ada beberapa hal yang dapat
digunakan untuk menentukan bentuk struktur geologi pada kulit bumi, yaitu :
Pada daerah vulkanik terdapat beberapa struktur yang biasa terjadi selama
dan sesudah erupsi gunung berapi, diantaranya adalah struktur amblesan. Struktur
ini terbentuk sebagai akibat adanya pengaruh kegiatan magmatic dan semi-
magmatic, dengan atau tanpa pengaruh sesar. Struktur amblesan meliputi kawah,
kaldera, graben serta struktur yang terjadi secara lateral, yaitu lipatan dan sesar.
Kawah.
Kaldera.
Kaldera letusan.
Kaldera runtuhan.
Kekar.
Kekar adalah rekahan didalam batuan yang terjadi karena rekahan atau
tarikan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau
pengurangan dan hilangnya tekanan dengan pergeseran dianggap tidak
ada. Kekar termasuk dalam struktur sekunder.
Berdasarkan ukurannya.
Sesar.
Bahan yang hancur pada jalur sesar berkisar antara gauge sampai breksi
sesar. Gauge adalah bahan halus akibat gesekan. Gambar 2.3.
memperlihatkan skema struktur sesar dan tipe sesar. Dalam sesar
terdapat beberapa bagian, yaitu :
Tabel II-2
Pengganti Relatif Mineral Primer pada Sistem Hidrothermal
(Patrick E., Lectures on Geothermal Geology and Petrology, UNU Geothermal Training Program, Iceland, Report 1984-2.)
c. Argilitisasi
Biasa ditemukan pada batuan samping dari vein dimana cairan pembentuk
akan mengubah mineral feldspar menjadi lempung.
d. Karbonitisasi
Dihasilkan oleh intrusi atau pembentukan mineral karbonat setempat.
e. Chloritisasi
Mineral sebelumnya, umumnya mineral Alluminous Ferromagnesian
Silicate.
f. Epidotisasi
Perubahan mineral Alluminous Ferromagnesian Silicate menjadi epidot
terdapat pada chlorite.
g. Silisifikasi
Dihasilkan oleh introduksi silica dari larutan magmatic akhir.
h. Piritisasi
Suatu perubahan mineral Ferromagnesian menjadi Pirit.
Batuan penutup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu batuan penutup terbuka
dan tertutup. Batuan penutup terbuka umumnya menutupi reservoir air hangat
dengan tekanan yang rendah dimana fluida di permukaan tidak mencapai boilling
point sehingga kurang ekonomis untuk dieksploitasikan. Sedangkan batuan
penutup tertutup, yaitu batuan yang bersistem aquifer confined dan bertekanan
tinggi dimana water table sejajar dengan water table recharge area. Sistem ini akan
sangat baik bila temperatur reservoirnya tinggi dan pada area ini sangat ekonomis
untuk dieksploitasikan.
Sifat batuan yang cukup penting adalah hubungan kerapuhan relatif batuan
terhadap tegangan (tension). Dalam kenyataannya, kuat tekan (compressive
strength) batuan dapat menjadi dua kali lipat dari kuat tarik (tensile strength) batuan
tersebut.
F
Stress lim ............................................................... ... (2-1)
A 0 A
L Lf
Strain lim ........................................................................ (2-2)
L0 L
F1
= Normal stresses
= Shear stresses
F2 A
F3
Banyak sumber yang menyebutkan bahwa arah rekahan akan terjadi tegak
lurus dengan arah tegangan terkecil.
3 in / in
= = ................................................................................(2-3)
1 in / in
Material yang terkena stress dan berubah bentuk ke arah lateral mempunyai
harga sebesar 0,5 dan bila material tersebut tidak berubah bentuk secara lateral
bila dikenai beban aksial, maka harga = 0,0. Besi lunak mempunyai harga
sekitar 0,3. Secara umum, limestone, batupasir, shale, dan garam mempunyai harga
masing-masing sebesar 0.15,0.25, 0.40, dan 0.50.
Lateral strain
Poisson’s ratio =
Longitudinal strain
P1
Y
X L
Y
2 X
X=
Undeformed Deformed Y=
Y
Stress lb / in 2
E= = = = lb / in2 ................................................. (2-4)
Strain in / in
E
E' ......................................................................................... (2-5)
(1 v 2 )
yang mana untuk sandstone, v = 0,25, E’ = 1,07 E. Variabel lain seperti
fracture thoughness (kekenyalan rekahan) yaitu Klc yaitu pengukuran terhadap
kemampuan material untuk menahan berkembangnya suatu rekahan.
Rock failure adalah proses yang kompleks yang masih belum sepenuhnya
dipahami. Sebagian besar kerangka kerja yang digunakan untuk menangani Rock
Failure bekerja berdasarkan deskripsi matematika dari perilaku yang diamati, dan
bukan pengembangan dari hukum dasar fisika.
(2-6)
Untuk batuan isotropik, kondisi untuk kegagalan tarik akan selalu terpenuhi
pertama untuk tegangan utama terendah, sehingga kriteria kegagalan tarik menjadi
(2-7)
Keterangan,
t : tensile strength
P : beban maksimum yang diberikan
R : jari-jari sampel batuan
H : tinggi sampel batuan
Gambar 2.9.
Tensile Failure dan Shear Failure
2.4.2.2. Shear Failure
Kegagalan geser terjadi ketika tegangan geser sepanjang beberapa bidang
dalam sampel cukuptinggi. Akhirnya, sebuah zona sesar akan mengembangkan
sepanjang bidang yang gagal, dan dua sisibidang akan bergerak relatif terhadap satu
sama lain dalam proses gesekan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9.. Hal ini
juga diketahui bahwa gaya gesekan yang bertindak melawan gerakan relatif dari
dua bidang dalam kontak tergantung pada kekuatan yang menekan bidang ecara
bersama-sama. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa tegangan
geser kritis (τmax) dimana terjadi keruntuhan geser tergantung pada tegangan
normal (σ’) bekerja pada bidang yang gagal. Yaitu: kriteria kegagalan menjadi
(2-9)
(2-10)
di mana E adalah modulus elastisitas. E, yang juga dikenal sebagai Young modulus,
adalah ukuran dari properti dari batuan untuk menahan deformasi. Jika sampel
batuan silinder dikenakan tegangan sejajar dengan sumbu panjang, hal ini akan
memperpanjang batuan dan diameter silinder menjadi lebih kecil di bawah
pengaruh ketegangan. Dalam kompresi paralel ke sumbu, sampel batuan akan
memendek sedangkan diameter menjadi lebih besar. Rasio regangan melintang atau
regangan lateral kepada regangan aksial dikenal sebagai Poisson ratio, v, atau
(2-11)
Keterangan,
(2-12)
di mana F / A adalah beban per satuan luas. Kontanta elasti lain yang penting adalah
modulus kekakuan, G, yang merupakan ukuran ketahanan tubuhberubah dalam
bentuk, dan dinyatakan sebagai:
(2-13)
konstanta elastis lainnya dari batuan adalah bulk modulus K, yang merupakanrasio
perubahan tekanan hidrostatik (stres) ke regangan volumetrik yang sesuai:
(2-14)
(2-15)
Gambar 2.10.
Hubungan Antara Tekanan dan Regangan (model)
2.1.3.2. Diagram Tegangan-Regangan
Gambar 2.11.
Diagram Tekanan dan Regangan
Perilaku mekanik batuan dipengaruhi tidak hanya oleh sifat yang melekat padanya,
misalnya, mineralogi, ukuran butir, porositas, lebar dan kepadatan rekahan, dll, tapi
juga tekanan keliling, temperatur, waktu,dan cairan yang ada diantara pori-pori
batuan. Gambar menggambarkan perilaku limestone di bawah tekanan kompresi
untuk batasan tekanan yang berbeda.
Gambar 2.12.
Efek Perubahan Tekanan Pada Hubungan Tekanan dan Regangan
(2-16)
(2-17)
di mana adalah sudut antara bidang kegagalan dan arah tegangan utama minimal
3. Sekali lagi, kegagalan atau pecahnya suatu bidang batuan disebabkanoleh
kombinasi kritis baik tegangangeser dan tegangan normal. Keadaan inidapat
diwakili oleh sebuah titik pada bidang vs n, yang dikenal sebagai Mohr
diagram.Pada gambar sebuah lingkaranditarik melalui 3 dan 1 , dengan pusat
pada sumbu horisontal;pusat lingkaran adalah (1 + 3) / 2 dan radius adalah (1 -
3) / 2. Sejauh peningkatan tekanan yang mengikat biasanya akan
meningkatkankekuatan spesimen batuan (saat tegangan normal
nmeningkat,tegangan geser juga meningkat), bebrapa tes triaksial pada saat
peningkatantekanan akan menyebabkan hal tersebut menggambarkan lingkaran
Mohr pada kindisi tertentu, setiap tes harus dijalankansampai pecah terjadi.
Gambar 2.13.
Keadaan Tekanan Pada Setiap Bidang Batuan
Gambar 2.14.
Representasi Lingkaran Mohr Pada Tekanan Di Suatu Bidang
Gambar 2.15. Mohr’s stress analysis
Sebuah garis yang ditarik bersinggungan dengan lingkaran dikenal sebagai
“Mohr’s envelope.”. Tekanan yangmasuk dalam envelope berada di bawah point of
failure,sedangkan tekanandiluar envelopeakan menyebabkan kegagalan. Sudut
yang dibuat oleh envelopeline dengan sumbu horisontal dari diagram (n)adalah
sudut gesekan internal. Perpotongan dari envelopeline dengansumbu vertikal, o,
adalah kekuatan kohesif dari batuan. Evaluasi hasil yang diperoleh dari lingkaran
tekanan Mohr biasanya mengasumsikan validitasHukum Coulomb, yang
menentukan tegangan geser maksimum di manapecahnya batuanakan terjadi
sepanjang bidang terlemah dalam sampel batuan. hukum inidapat dinyatakan
sebagai:
(2-18)
(2-20)
(2-21)
Logging Sonic dan analisis dalam bentuk gelombang menyediakan sarana untuk
memperoleh pengukuran secara kontinyu dari kecepatan kompresi dan geser
batuan. Data ini berhubungan erat dengan pengukuran densitas bulk,
memungkinkan pengukuran in-situ dan perhitungan sifat mekanikbatuan. Tabel
menunjukkan hubungan modulus elastisitas dengan waktu transit dan bulk density.
Unit berlaku untuk tabel adalah:
Selain itu perlu diperhatikan geometri porinya yaitu berupa struktur, batas
pengurasanya, ketebalan daerah patahan, dan arah patahan, yang mana peletakan
sumur harus searah dengan patahannya, jika peletakan sumur bersimpangan dengan
arah patahan akan berakibat fatal yang akan menyebabkan casing collapse.
Kedalaman struktur seperti sesar atau patahan yang merupakan batas kedalaman
sumur akan menentukan spasi sumurnya. Salah satu contoh penampang stratigrafi
reservoir sibayak seperti terlihat pada Gambar 2.16 yang mana dalam gambar
tersebut dapat diketahui jenis batuan yang akan ditembus dan letak patahannya
sehingga dapat direncanakan arah target pemborannya.
tekanan dan temperatur normal, yaitu kurang dari 103 kg . Sebagai contoh,
m3
densitas spesifik dilapangan Wairakei adalah 1-3. Densitas spesifik batuan (bagian
solid) antara 2,2-3.
Densitas batuan lapangan panasbumi umumnya sangat berpengaruh
terhadap heat content yang dikandungnya dan terdapat hubungan yang berbanding
lurus antara heat content dengan densitas batuan. Semakin besar densitas batuan
semakin besar heat content yang dikandung oleh batuan. Densitas batuan pada
lapangan panasbumi umumnya sangat besar dibanding daerah non-vulkanik.
2.5.3.2. Porositas
Porositas batuan (Φ) didefinisikan sebagai perbandingan volume pori
(volume pori-pori yang ditempati fluida) terhadap volume total batuan. Dalam
reservoir panasbumi dikenal dua macam porositas, yaitu porositas antar butir dan
porositas rekahan. Pada umumnya reservoir panasbumi hanya memiliki porositas
rekahan. Secara matematis porositas dapat dituliskan sebagai berikut :
volume pori batuan
.................................................................... (2-22)
volume total batuan
Porositas dapat diklasifikasikan menjadi :
Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk selama proses
pengendapan berlangsung. Dimana porositas jenis ini lebih seragam.
Porositas sekunder, yaitu porositas yang terbentuk oleh proses-proses
geologi setelah pengendapan selesai. Porositas jenis ini relatif kurang
seragam.
Porositas yang biasanya terdapat dalam reservoir panasbumi adalah
porositas sekunder, karena porositas ini berupa rekahan-rekahan (fracture) yang
timbul akibat proses geologi seperti lipatan, sesar ataupun patahan. Porositas
reservoir lapangan panasbumi dihitung dengan mempertimbangkan tiga bentuk
porositas, yaitu :
Porositas fracture f didefinisikan sebagai perbandingan volume
keterangan :
V fp = merupakan volume bidang fault dan perbandingan dari volume total.
Volume ini dapat dihitung dari ukuran reservoir, ketebalan bidang fault
dan banyaknya bidang fault yang ada.
fp = dapat berharga sangat tinggi jika bidang fault-nya terbuka. Hal ini
adalah normal, sebab bidang fault umumnya terdiri dari hancuran batuan
konglomerat dan rongga-rongga yang sangat permeabel. Jika porositas
bidang fault memiliki harga 50 % masih dianggap normal.
Porositas matriks analog dengan porositas pada batuan sedimen,
pengukuran porositas dilakukan didalam laboratorium dengan menganalisa sampel
core. Pada batuan vulkanik umumnya porositas matriks batuan relatif kecil, kurang
dari 10 %. Porositas rekahan sulit ditentukan dengan sampel core sebab sampel
core tidak dapat mencerminkan adanya pecahan batuan. Tetapi sebagai perkiraan,
porositas total reservoir dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2-23).
Porositas total batuan yang terekah dapat dihitung dengan persamaan :
t fracturedrock
f 1 - f m ................................................................... (2-24)
atau :
2 AT
h ................................................................................... (2-26)
r (ρw ρs ) g
keterangan :
h = ketinggian fasa cair didalam pipa kapiler, cm
r = jari-jari pipa kapiler, cm
g = percepatan gravitasi, cm
dt 2
Dengan memperhatikan permukaan fasa uap dan fasa cair dalam pipa
kapiler maka akan terdapat perbedaan tekanan yang dikenal dengan tekanan kapiler
Pc . Besarnya Pc sama dengan selisih antara tekanan fasa cair dengan tekanan fasa
uap, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Pc Ps Pw ρs ρw g h ................................................................ (2-27)
Tekanan kapiler dinyatakan berdasarkan sudut kontak dalam hubungan
sebagai berikut :
2 σ cos θ
Pc ...................................................................................... (2-28)
r
keterangan :
Pc = tekanan kapiler
= tegangan permukaan fasa uap-cair
= sudut kontak permukaan fasa uap-cair
r = jari-jari pipa kapiler
Menurut Plateau, tekanan kapiler merupakan fungsi tegangan antar muka
dan jari-jari lengkungan bidang antar muka dan dapat dinyatakan dengan
persamaan :
1 1
Pc σ .............................................................................. (2-29)
R1 R2
keterangan :
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan konvek dan konkaf, inch
= tegangan permukaan, lb
inch
Penentuan harga R1 dan R2, dilakukan dengan perhitungan jari-jari
kelengkungan rata-rata (Rm), yang didapatkan dari perbandingan Persamaan (2-
28) dengan Persamaan (2-29). Dari perbandingan tersebut didapatkan persamaan
perhitungan jari-jari kelengkungan rata-rata sebagai berikut :
1 1 1 2 cos θ Δρ g h
.................................................. (2-30)
Rm R1 R2 rt σ
S v 1 S w ........................................................................................ (2-32)
Vuap . 100%
Sv ................................................................................ (2-33)
V pori
Vair . 100%
Sw ................................................................................ (2-34)
V pori
keterangan :
Sv = saturasi fasa uap, fraksi
Sw = saturasi fasa cair, fraksi
h = enthalpi campuran, kJ
kg
keterangan :
𝐾𝑓 = permeabilitas rekahan, mD
𝐾𝑟 = permeabilitas total efektif, mD
∅𝑓 = porositas rekahan, fraksi
𝐾𝑚 = permeabilitas matriks, mD
keterangan:
k : konduktivitas panas medium yang tersaturasi, W/mK
: porositas batuan, fraksi
kr : konduktivitas panas batuan, W/mK
kf : konduktivitas panas fluida, W/mK
Tabel II-5.
Konduktivitas Panas Beberapa Jenis Batuan
Jenis Batuan Konduktivitas (W/mK)
Limestone 2.2-2.8
Slate 2.4
Sandstone 3.2
Bitaminous Coal 0.26
Rock Salt 5.5
Gneiss 2.7
Granite 2.6
Gabbro 2.1
Peridotite 3.8
Condensable gas adalah fasa gas yang timbul saat flashing dan bersatu
dengan uap air. Ketika temperatur dan tekanan turun, fasa gas terkondensasi dan
bercampur kembali dengan fasa cair. Kondensat dari fasa gas ini sebagian akan
terus terproduksi bersama fasa uap dan sebagian lagi akan mengendap di dalam
pipa alir ataupun peralatan produksi lainnya. Apabila kondensat fluida bersifat
asam, cenderung menyebabkan terjadinya korosi pada material peralatan produksi,
sebaliknya apabila bersifat basa, maka akan menyebabkan terjadinya scale.
Non condensable gas adalah fasa gas yang terjadi setelah proses flashing yang
kemudian meninggalkan fasa cair dan bergabung bersama fasa uap menuju
permukaan. Ketika temperatur turun, fasa gas tersebut tidak ikut terkondensasi.
Yang termasuk non condensable gas antara lain CO2, H2S, SO2, dan S.
Tabel II-8. di atas memperlihatkan harga perbandingan kandungan non
condensable gas yang dihasilkan antara bahan bakar fosil, dalam hal ini berupa
batubara dan fluida panasbumi (geyser).
2.6.2.1. Densitas
Densitas (ρ) merupakan salah satu sifat fisik fluida reservoir panasbumi.
Fluida reservoir panasbumi sendiri berupa dua fasa, yaitu fasa cair dan fasa uap,
sehingga akan terdapat parameter ρL dan ρV . Satuan densitas adalah massa per
keterangan:
Vc : 3,1975
a : -0,3151548
b : -1,203374 x 10-3
c : 7,48908 x 10-13
d : 0,1342489
e : -3.946263 x 10-3
t : 647,11 – T (K) atau = 347,11 – T (ᵒC)
Persamaan lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung densitas air
adalah persamaan yang dikemukakan oleh Ejigou dan M. Fiori yang disebut dengan
istilah New Set, sebagai berikut:
1. Untuk 500 ≤ P ≤1500 psia, persamaan yang digunakan adalah:
1
ρa 6
.......................................................................... (2-44)
3,7175x10 P 0,1789
2. Untuk 1500 ≤ P ≤ 2500 psia, persamaan yang digunakan adalah:
1
ρa ................................................................. (2-45)
0,017529 exp(1,9302 x10 4 P)
Untuk temperatur lebih dari 200oC, slope densitas terhadap konsentrasi akan
tidak konstan. Harga slope untuk NaCl pada temperatur 200oC adalah 0,0079 dan
pada 300oC adalah 0,0107, sehingga Persamaan (2-42) dikoreksi menjadi:
ρL ρa 0,0073 1 1,6.10 6 T-373 wt .......................................... . (2-46)
2
Persamaan (2-46) di atas akan berlaku pada persen berat garam (wt) kurang
dari atau sama dengan 20%. Apabila harga wt lebih dari 20% atau sama dengan
konsentrasi 200.000 ppm dengan temperatur lebih dari 200ᵒC, maka Persamaan
(2-46) ini tidak dapat digunakan (Haas, 1970).
Sementara, densitas fasa uap terbagi menjadi dua, yaitu densitas saturated
steam dan superheated steam. Untuk densitas saturated steam dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
ρss = (x/1000)ρV+(1-x/100)ρa ............................................................. (2-47)
ρa adalah densitas air yang dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan sebelumnya sesuai dengan tekanannya. Sedangkan, ρV
adalah densitas uap yang dihitung dengan persamaan-persamaan berikut sesuai
dengan tekanannya, yaitu:
1. Untuk 3,4 ≤ P ≤ 10,2 MPa, persamaan yang digunakan adalah:
1 ........................................................................... (2-48)
ρV
211,075
0,00294
P
2. Untuk 10,2 ≤ P ≤ 17,2 MPa, persamaan yang digunakan adalah:
1 .................................................................... (2-49)
ρV
237,483
0,005537
P
keterangan:
ρV : densitas fasa uap, kg/m3
P : tekanan, MPa
Sementara, densitas superheated steam dapat dihitung menggunakan
persamaan Keyes, Smith, dan Gerry, sebagai berikut:
1 ................................................................................................. (2-50)
ρV
v
keterangan:
ρV : densitas fasa uap, kg/m3
v : volume spesifik, m3/kg
Untuk densitas campuran antara liquid dan vapor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
ρ ρV SV ρL S L ................................................................................... (2-51)
Berikut adalah Tabel II-9. dan Gambar 2.21. yang menunjukkan hubungan
antara tekanan dan temperatur terhadap densitas baik densitas fasa cair maupun
densitas fasa uap.
Tabel II-9.
Densitas Fasa Cair dan Fasa Uap pada Tekanan dan Temperatur Saturasi
P (bar) T (˚C) ρL (kg/m3) ρV (kg/m3)
1 99,6 958 0,59
20 212,4 850 10
100 311 688 55,5
200 365,7 491 171
212,2 374,15 315 315
Gambar 2.21.
Hubungan antara Tekanan dan Densitas pada Kondisi Saturasi
2.6.2.2. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran keengganan fluida untuk mengalir yang
berhubungan secara langsung dengan tipe, ukuran, dan struktur molekul yang
menyusun fluida. Apabila suatu fluida mengalir dengan mudah berarti mempunyai
viskositas yang rendah, begitupun sebaliknya. Fluida panasbumi adalah fasa cair
yang merupakan fluida newtonian dengan memiliki viskositas konstan yang tidak
bergantung pada besarnya geseran (shear rate) yang terjadi dan tidak memiliki yield
stress tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida mengalir
seluruhnya. Gambar 2.22. memperlihatkan bahwa fluida newtonian tidak memiliki
yield point, sedangkan fluida non-newtonian sebaliknya. Besarnya tan α merupakan
harga viskositas dari fluida. Fluida newtonian memiliki harga tan α yang konstan,
sedangkan fluida non-newtonian memiliki fase dimana harga tan α tidak konstan
sampai harga shear rate tertentu.
Gambar 2.22.
Hubungan Shear Rate dan Shear Stress Fluida
Gambar 2.23.
Hubungan antara Temperatur dan Viskositas
2. Viskositas kinematik
Viskositas kinematik (υ) didefinisikan sebagai perbandingan dari viskositas
dinamik terhadap densitas fluida. Viskositas kinematik dinotasikan dan dirumuskan
sebagai berikut:
μ
υ ................................................................................................. (2-53)
ρ
Satuan viskositas kinematis adalah m2/detik.
Berdasarkan fasanya, viskositas fluida panasbumi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Viskositas Fasa Cair
Viskositas fasa cair selain dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur kimia yang terlarut, seperti NaCl, KCl, dan CaCl2.
Persamaan-persamaan penentuan viskositas fasa cair dengan pendekatan
yang didasarkan pada viskositas air murni yang dikoreksi terhadap air formasi
panasbumi. Viskositas air akan berubah sejalan dengan berubahnya temperatur.
Perubahan tersebut ditunjukkan dengan persamaan:
log μa = - 2,03 + 560/T …………………………....…………….......... (2-54)
Pengaruh komponen utama yang terlarut dalam air formasi panasbumi
terhadap viskositas ditunjukkan pada Gambar 2.25. Pada Gambar 2.25. tersebut
terlihat adanya garis putus-putus yang dibuat berdasarkan Persamaan (2-54),
sementara garis lainnya dibuat berdasarkan percobaan.
Gambar 2.25.
Hubungan antara Temperatur dengan Viskositas Air
Komponen-komponen utama yang terlarut di dalam air formasi panasbumi,
berupa NaCl, KCl, dan CaCl2, memiliki pengaruh terhadap harga viskositas. Hal
ini ditunjukkan oleh Gambar 2.26. berikut.
Gambar 2.26.
Perbandingan Viskositas Larutan Garam Dalam Air
dengan Air Murni sebagai Fungsi Temperatur
1
0 ,0043 wt 0 ,0001 wt …………..….………….......... (2-56)
2
KCl =
μa
1
0,00271 wt 0,001 wt ………...…….………….......... (2-57)
2
CaCl2 =
μa
Perata-rataan dari ketiga kurva pada Gambar 2.26. untuk satu jenis air brine
panasbumi adalah:
μL = μa (1 + 0,021 wt + 0,00027 wt 2) ……………………………........ (2-58)
keterangan:
μL : viskositas air formasi, cp
μa : viskositas air murni, cp = 10( -2,03 + 560 / T)
2.6.2.4. Salinitas
Air yang terdapat pada reservoir panasbumi atau yang biasa disebut air brine
dapat berasal dari berbagai macam jenis air, diantaranya dapat berasal dari air
meteorik yang masuk beberapa kilometer ke dalam lapisan batuan melaui rekahan
ataupun lapisan yang permeable atau air brine yang terjebak pada proses
sedimentasi. Sumber lainnya adalah air laut, air metamorfik, dan air magma yang
merupakan produk pada proses pembentukan batuan metamorf dan batuan beku.
Tetapi secara umum, beberapa penelitian seperti Goguel (1953) dan Craig (1963)
dalam Panichi & Gonfiantini (1981) dan Hutasoit & Hendrasto (2007)
membuktikan bahwa fluida di beberapa reservoir panas bumi sebagian besar berasal
dari air meteorik.
Air brine ini mengandungnya bahan terlarut, terutama klorida. Dengan
demikian, air formasi biasanya bersifat asin. Salinitas merupakan tingkat keasinan
atau kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada
kandungan garam dalam tanah. Salinitas ini dapat ditentukan melalui survei
geokimia sekaligus untuk menentukan jenis airnya.
u L hL P ................................................................................ . (2-60)
ρL
uV hV P ................................................................................ . (2-61)
ρV
keterangan:
u : energi dalam, kJ
kg
h : enthalpi, kJ
kg
P : tekanan, psi
ρ : densitas fluida, kg
m3
Besarnya energi dalam sangat dipengaruhi oleh temperatur, dimana kenaikan
temperatur akan menyebabkan naiknya energi dalam, dan sebaliknya penurunan
temperatur akan menyebabkan turunnya energi dalam.
2.6.3.2. Enthalpi
Secara sederhana dalam bahasa Yunani, enthalpi diartikan sebagai kandungan
panas. Enthalpi adalah jumlah dari energi dalam dan energi yang dihasilkan oleh
kerja tekanan. Enthalpi untuk fasa cair dinyatakan dengan hL, sedangkan untuk fasa
uap dinyatakan dengan hV. Kedua variabel tersebut dihubungkan dengan persamaan
berikut:
P
hV uV ..................................................................................... (2-62)
ρV
P
hL u L ....................................................................................... (2-63)
ρL
keterangan:
h : enthalpi air formasi, kJ
cB : kapasitas panas air formasi panasbumi, kJ/kgᵒC
Apabila Persamaan (2-62) disubtitusikan ke dalam Persamaan (2-64) akan
diperoleh:
T
w
h c w 1 t ( 0,002 b) wt dT .......................................... (2-65)
To 100
Suku pertama integral pada persamaan di atas merupakan enthalpi air murni
yang terkoreksi oleh jumlah kandungan garam, sehingga enthalpi air formasi
menjadi:
w
h hw 1 t ( 0,002 b ) wt ( T To ) .................................... (2-66)
100
Enthalpi pada kondisi saturasi dapat dilihat pada Gambar 2.27.
Gambar 2.27.
Enthalpi pada Kondisi Saturasi
2.6.3.3. Entropi
Entropi adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
pada temperatur absolut. Secara matematis, entropi didefinisikan sebagai berikut:
dQ
ds rev ..................................................................................... . (2-67)
T
Untuk proses adiabatic reversible Q = (0,m) sehingga:
dQ
ds rev 0 ............................................................................... . (2-68)
T
Entropi dapat dihubungkan dengan hukum kedua thermodinamika, yaitu:
Tidak ada satupun alat yang dapat dioperasikan untuk mengubah panas yang
diserap oleh suatu sistem menjadi kerja seluruhnya.
Tidak mungkin ada sembarang proses yang dapat memindahkan panas dari
suatu temperatur menjadi temperatur lain yang lebih tinggi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap proses pada suatu sistem yang
terisolasi (volume kontrol) memiliki entropi yang akan selalu bertambah atau tetap.
Dari kenyataan bahwa panas yang diserap oleh suatu sistem tidak dapat dirubah
seluruhnya menjadi kerja mekanik pada suatu proses melingkar dan ini berarti ada
panas yang terbuang menuju sekelilingnya secara percuma.
Terdapat dua jenis panas laten, yaitu panas laten peleburan dan panas laten
penguapan. Panas laten peleburan adalah jumlah panas yang ditambahkan atau
dibuang sehingga dihasilkan perubahan fasa yang terjadi antara fasa padat dan fasa
cair. Sementara, panas laten penguapan adalah jumlah panas yang ditambahkan
atau dibuang sehingga dihasilkan perubahan fasa antara fasa cair dan fasa uap.
Biasanya, jenis panas laten ini disebut juga panas laten kondensasi.
Secara matematis, panas laten dapat dinyatakan sebagai berikut:
hfg = hV – hL = Q ......................................................................... (2-69)
Tabel II-12.
Harga Panas Laten pada Beberapa Tekanan
P (bar) hL (kJ/kg) Panas Laten hV (kJ/kg)
1 417 2258 2675
20 909 1890 2799
100 1408 1317 2725
200 1827 584 2411
212,2 2084 0 2084
w
cb c w 1- t ................................................................................... . (2-71)
100
keterangan:
cb : kapasitas panas air formasi, kJ
kgC
Kapasitas panas ini berlaku dalam kisaran temperatur 99,6 - 212,4°C, dimana
T dalam satuan °C dan kapasitas panas batuan dalam satuan kJ .
kgC
Gambar 2.28.
Skema Diagram Tekanan Formasi Bawah Permukaan
2.7.2. Temperatur Reservoir
Temperatur reservoir akan naik seiring dengan bertambahnya kedalaman, hal
ini dikenal sebagai gradien geothermal. Besarnya gradien geothermal ini bervariasi
antara satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada keadaan topografi daerah
dan didukung pula oleh konduktivitas panas batuan. Gradien geothermal normal
pada umumnya adalah 30ᵒC/km. Lapangan panasbumi memiliki gradien
geothermal abnormal yang disebabkan oleh adanya peristiwa-peristiwa geologi
yang mendangkalkan daerah tersebut, misalnya karena adanya aktivitas tektonik.
Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
Td Ta Gtf . D ................................................................................ . (2-76)
keterangan:
Td : temperatur reservoir pada kedalaman d-ft, ºF
Ta : temperatur permukaan, ºF
adalah waktu setelah sirkulasi lumpur berhenti (dalam jam), sementara t adalah
waktu lamanya sirkulasi (dalam jam). Plot hubungan antara BHT dengan
dimensionless time ini dibuat di dalam grafik semilog. Ekstrapolasi berupa garis
lurus ke sumbu vertikal pada Horner Plot hingga 𝑑𝑡⁄(𝑑𝑡 + 𝑡) = 1, sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.29., yang menunjukkan besarnya harga temperatur formasi
statik.
Gambar 2.29.
Penentuan Temperatur Formasi Statis
pada Lapangan Roosevelt Hot Spring, Utah
Pada tahun 1971, Kehle mengusulkan hubungan fungsi kedalaman untuk
memperkirakan temperatur statis formasi (Tf, oF) dari kedalaman (D, ft) dan
temperatur dasar sumur terukur (BHT, oF) sebagai berikut:
T f BHT 8,819 x1012 D 3 2,143 x10 8 D 2 4,375 x10 3 D 1,018 .... (2-77)