Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KERJA PRAKTIK

“Studi Perancangan Horizontal Axis Wind Turbine


Dengan Perbedaan Desain Airfoil Pada Bilah Jenis Taper
Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Di Pantai Ciheras, PT LBN”

Azhari Ardy
NIM. D211 13 316

Dosen Pembimbing:
Dr. Eng. Novriany Amaliyah

JURUSAN MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan rangkaian Kerja Praktek di bagian Perancangan
Turbin Arus laut PT. Lentera Bumi Nusantara yang dimulai dari tanggal 22 Juli
2017 sampai tanggal 27 Agustus 2017. Penyelesaian Laporan Kerja Praktik ini
tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Ir.H.Ilyas Renreng, MT selaku ketua Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Dr.Eng.Novriany Amaliyah selaku dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini terdapat banyak


kekurangan, maka diharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, “Tak
ada gading yang tak retak”, tidak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata dan semoga Dia selalu
membimbing kita di jalan yang lurus.

Makassar, 30 Agustus 2017

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah kerja praktek. Untuk
itu, ucapan terima kasih disampaikan sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan ridha-Nya.


2. Orangtua saya yang selalu memberi dukungan.
3. Ibu Dr.Eng.Novriany Amaliyah selaku dosen pembimbing yang ditengah
kesibukan beliau selalu memberikan petunjuk dalam penyelesaian laporan.
4. Ricky Elson selaku Founder PT. Lentera Bumi Nusantara sekaligus sebagai
pembimbing lapangan yang selalu memberikan arahan dari awal hingga
akhir kerja praktek.
5. Inayah N. Zahra selaku Chief Excecutive Officer PT. Lentera Bumi
Nusantara.
6. Mbak Leni, Mbak Aci, Bang Linggar, Bang Sukri, Bang Suhenda, Bang
Gofur selaku staff di PT Lentera Bumi Nusantara yang selalu memberikan
saya arahan dan segudang ilmu pengetahuan yang tak terbatas.
7. Serta rekan-rekan kerja praktik dari seluruh penjuru tanah air, terima kasih
atas bantuan dan dukungannya.

Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan sehingga memerlukan kritik dan saran dari semua pihak.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Perumusan Masalah 2
I.3 Tujuan 2
I.4 Manfaat 3
I.5 Batasan Masalah 3
BAB II SEJARAH DAN LINGKUNGAN KERJA PRAKTEK 4
II.1 Sejarah PT.Lentera Bumi Nusantara 4
II.2 Deskripsi Pekerjaan 5
II.3 Jadwal Kerja 6
BAB III PENGETAHUAN PENUNJANG KERJA PRAKTEK 12
III.1 Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik di Indonesia 12
III.2 Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin 14
III.3 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin 17
III. 4 Perancangan Bilah 18
BAB IV HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 25
IV.1 Penentuan Parameter Perancangan Bilah 25
IV.2 Penentuan Geometri Perancangan Bilah 28
IV.3 Simulasi Bilah Menggunakan Software Q-Blade 35
BAB V PENUTUP 41
41
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi berlimpah serta


berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai penyuplai listrik berbasis energi terbarukan.
Ironisnya kondisi listrik Indonesia sangat mengkhawatirkan, masih banyak
masyarakat yang belum tersuplai listrik terutama di daerah Indonesia bagian timur.
Sebagian besar dari mereka hanya menggunakan listrik yang dihasilkan dari diesel.
Pada saat ini, energi terbarukan yang sedang dikembangkan dan direalisasikan di
Indonesia adalah energi tenaga air dan angin skala mikro. Energi listrik bertenaga
air atau mikrohidro pertama kali dikembangkan oleh Iskandar dan Tri Mumpuni
tahun 1987 dan pada tahun 1997 telah menghasilkan listrik di daerah Gunung
Halimun, Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan akhir-akhir ini, energi listrik bertenaga
angin telah dikembangkan oleh Ricky Elson di Ciheras, Jawa Barat pada tahun
2012, dan tahun 2014 telah melistriki Desa Kalihi, Sumba Timur, NTT. PT Lentera
Bumi Nusantara adalah salah satu perusahaan hasil karya anak bangsa Indonesia
yang didirikan oleh Ricky Elson dengan mengembangkan energi terbarukan dengan
memanfaatkan alam. Adapun alam yang sudah dimanfaatkan adalah angin dan
matahari. Sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, melalui kerja praktik ini akan mendesain bilah Horizontal Axis Wind
Turbine (HAWT) dengan membandingkan jenis airfoil Naca 4412 dan Naca 0012.
Adapun jenis bilah yang dirancang adalah Blade Tapper yaitu bilah yang dapat
berputar di kecepatan angin tinggi. Desain bilah itulah yang akan dikembangkan
untuk pembangkit listrik tenaga angin laut, yang mana kecepatan angin laut lebih
tinggi dibandingkan angin yang ada di daratan.

Kata Kunci: Airfoil, Energi, Lentera Bumi Nusantara, Listrik, Wind Turbine
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai alam berlimpah
dan berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik terbarukan. Dengan
posisi geografis Indonesia berada di daerah khatulistiwa, yang memperoleh
penyinaran matahari lebih banyak, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai energi
terbarukan bertenaga matahari yang biasa dikenal sebagai energi surya. Selain itu
Indonesia berada di daerah ekuator, yang memperoleh pergerakan udara lebih
banyak, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan bertenaga angin.
Adapun potensi alam di Indonesia yang terbesar adalah panas bumi sebesar 40% di
dunia, karena persebaran gunung berapi di daerah Indonesia, sehinga dapat
dimanfaatkan sebagai energi terbarukan bertenaga panas bumi atau geothermal.
Dan saat ini, yang menjadi rujukan dunia akan perkembangan energi terbarukan
adalah, energi yang dimanfaatkan dari laut yang mana Indonesia merupakan poros
maritim dunia dengan panjang pantai terbesar di dunia setelah Kanada, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan bertenaga laut seperti angin laut,
gelombang laut dan arus laut.
Ironisnya, kondisi listrik di Indonesia sangat mengkhawatirkan, masih
banyak masyarakat yang belum tersuplai listrik terutama di daerah Indonesia
bagian timur. Sebagaian besar dari mereka hanya menggunakan listrik yang
dihasilkan dari diesel. Berikut ini peta elektrifikasi yang tersebar diberbagai
profinsi di Indonesia.

Gambar 1.1 Rasio Elektrifikasi


(Sumber: PLN, 2015)
Akhir-akhir ini, energi listrik bertenaga angin telah dikembangkan oleh
Ricky Elson di Ciheras, Jawa Barat pada tahun 2012, dan tahun 2014 telah
melistriki Desa Kalihi, Sumba Timur, NTT.
PT Lentera Bumi Nusantara adalah, salah satu perusahaan hasil karya
tangan anak bangsa Indonesia yang didirikan oleh Ricky Elson. Perusahaan
tersebut di bawah Lentera Bumi Nusantara, yang mengembangkan energi
terbarukan dengan memanfaatkan alam. Adapun alam yang sudah dimanfaatkan
adalah, angin dan matahari. Kedepannya perusahaan yang saat ini menjadi fokus
pengembangannya adalah pembangkit listrik tenaga angin yang dipasang di daratan
yang berdekatan dengan Pantai Selatan Ciheras, Jawa Barat. Pembangkit listrik
tenaga angin itu diberi nama The Sky Dancer (penari langit).
Sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, melalui kerja praktek ini penulis akan mendesain bilah Horizontal
Axis Wind Turbine (HAWT) dengan membandingkan jenis Air Foil Naca 4412 dan
Naca 0012. Adapun jenis bilah yang dirancang adalah, Blade Tapper yaitu bilah
yang dapat berputar dikecepatan angin tinggi. Desain bilah itulah yang akan
dikembangkan untuk pembangkit listrik tenaga angin laut, yang mana kecepatan
angin laut lebih tinggi dibandingkan angina yang ada di daratan.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang diangkat selama kerja praktek di PT.
Lentera Bumi Nusantara adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mendesain perancangan bilah Horizontal Axis Wind
Turbine (HAWT) yang akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga
angin laut di Pantai Ciheras, PT Lentera Angin Nusantara?
2. Bagaimana cara menentukan jenis air foil yang sesuai untuk perancangan
pembangkit listrik tenaga angin laut di Pantai Ciheras, PT Lentera Bumi
Nusantara?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diangkat selama kerja praktek di PT. Lentera Bumi
Nusantara adalah,
1. Mendesain perancangan bilah Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) yang
akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga angin laut di Pantai
Ciheras, PT Lentera Bumi Nusantara.
2. Menentukan jenis air foil yang sesuai untuk perancangan pembangkit
listrik tenaga angin laut di Pantai Ciheras, PT Lentera Bumi Nusantara.
I.4 Manfaat
Dengan dilaksanakannya kerja praktek di PT. Lentera Bumi Nusantara ini,
diharapkan dapat memberikan manfaat anatara lain;
1. Bagi Mahasiswa: dapat mengetahui cara perancangan bilah Horizontal
Axis Wind Turbine (HAWT) di PT Lentera Bumi Nusantara.
2. Bagi PT. Lentera Bumi Nusantara: dapat memberikan kontribusi ilmu
dan pengalaman dalam membangun perusahaan dibidang energi
terbarukan,
3. Bagi Jurusan Mesin FT-UH: dapat dijadikan referensi untuk mahasiswa
lainnya yang akan kerja praktek di PT Lentera Bumi Nusantara pada
kesempatan yang akan datang.

I.5 Batasan Masalah


Dalam memperjelas permasalahan hasil kerja praktek ini, maka diperlukan
ruang lingkup pembelajaran sebagai berikut;
1. Perancangan dilakukan di Pantai Ciheras, PT. Lentera Bumi Nusantara.
2. Jenis turbin yang digunakan Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT).
3. Jenis bilah yang digunakan adalah, Blade Tapper.
4. Parameter bebas dalam perancangan kerja praktek ini adalah, desain
Air Foil.
5. Jenis air foil yang digunakan adalah Naca 4412 dan Naca 0012.
6. Software yang digunakan adalah, Q-Blade dan Solidwork.
BAB II
SEJARAH DAN LINGKUNGAN KERJA PRAKTEK

II.1 Sejarah PT. Lentera Bumi Nusantara


Lentera Angin Nusantara (LAN) yang dikemudian hari berganti nama
menjadi Lentera Bumi Nusantara (LBN) adalah sebuah perusahaan hasil karya anak
bangsa yang didirikan oleh Ricky Elson yang bergerak dalam pengembangan
energi terbarukan. Perusahaan tersebut mulai berdiri pada tahun 2011 dengan
melakukan survei kondisi lingkungan di daerah Ciheras, Cipatujah, Tasikmalaya,
Jawa Barat. PT. LBN mulai berdiri pada tahun 2012, dengan pusat penelitiannya di
Jl. Raya Ciheras RT02/RW02 Kp. Sindang Asih, Dusun Lembur Tengah, Desa
Ciheras, Kec. Cipatujah, Kab. Tasikmalaya – Jawa Barat.

Gambar 2.1 Logo Perusahaan Lentera Bumi Nusantara

Pada tahun 2013, LBN telah mendirikan turbin angin skala mikro di daerah
Sumba Timur, NTT. Turbin angin skala mikro yang digunakan di perusahaan LBN
biasa disebut dengan The Sky Dancer (penari langit). Turbin yang pertama kali
dibangun di Sumba sebanyak 20 unit turbin skala mikro dengan daya yang
dihasilkan sebesar 500 W, dan 20 unit panel surya dengan daya yang dihasilkan
sebesar 100 W untuk 33 rumah. Pada tahun 2015, LBN telah diresmikan sebagai
badan perusahaan berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas).

PT. Lentera Bumi Nusantara sebenarnya adalah perusahaan yang bergerak


dalam pengembangan teknologi terbarukan yang memanfaatkan potensi alam. Saat
ini, LBN sedang mengembangkan teknologi energi terbarukan bertenaga matahari
dan angin. Bukan sekadar itu, tapi LBN telah memiliki anggota atau cabang di luar
Ciheras, yang mana mereka sedang mengembangkan teknologi terbarukan seperti
Nano Teknologi, Biomassa, Pembersih Air, dan Mobil Listrik.
Sebelumnya tim LBN, mempunyai bidang keahlian masing-masing dalam
pemanfaatan potensi alam di daerah Ciheras, Jawa Barat. Dengan Founder (pendiri)
Ricky Elson yang ahli dalam bidang perancangan motor listrik, beliau juga dibantu
oleh Piala Ameldam Simanjuntak yang ahli dalam bidang meteorologi untuk
pengukuran cuaca dan iklim yang sesuai dalam membangun instalasi turbin angin,
Inayah N. Zahrah MT selaku CEO yang ahli dalam bidang desain bilah untuk turbin
pembangkit listrik. Hariyadi yang ahli dalam bidang desain dan simulasi 3D.
Ada juga Herson, , Linggar, Sukri dan Gusviadi yang ahli dalam bidang kelistrikan.
Berikut ini adalah, bagan sejarah singkat berdirinya PT. LAN, sebagai
berikut;

Gambar 2.2. Sejarah Singkat Lentera Angin Nusantara


II.2 Struktur Organisasi PT. Lentera Bumi Nusantara

II.3 Deskripsi Pekerjaan

Dalam proses kerja praktek di PT. LBN, dibantu dengan mentor tim LBN
yang ahli dalam bidang perancangan bilah turbin yaitu, Kak Inayah N Zahrah.
Secara garis besar pekerjaan yang dilakukan dalam perancangan bilah turbin untuk
pembangkit listrik tenaga angin laut adalah sebagai berikut;
a. Melakukan persiapan awal yaitu, mempelajari pembangkit listrik
tenaga angin dari modul yang telah diberikan oleh tim PT. LAN.
b. Mengumpulkan data perancangan pembangkit listrik tenaga angin.
c. Menentukan parameter yang akan ditetapkan dan yang akan
dihitung berdasarkan data yang telah didapat dari PT. LAN.
d. Mencari desain air foil sebagai variable bebas.
e. Menentukan geometri bilah untuk memperkirakan bentuk bilah
yang akan dirancang.
f. Simulasi bilah dengan menggunakan software Q-Blade.
Perancangan tersebut dengan mencoba-coba merubah desain air foil
yang telah dicari, kemudian memasukan data hasil perhitungan
geometri dan menganalisa grafik performansi untuk penentuan
g. desain bilah terbaik.
g. Menyusun laporan harian, laporan mingguan dan laporan akhir sebagai
bahan evaluasi dan bahan pembelajaran selama kerja praktek di PT.
LBN.
II.3 Jadwal Kerja
Kerja praktek di PT. LBN dilakukan selama 1 bulan 1 minggu dengan
jangka waktu lima minggu. Kerja praktek dimulai pada tanggal 20 Juli 2017 sampai
dengan 27 Agustus 2017. Aktivitas dimulai pukul 08.00 WIB dengan breafing,
yaitu kegiatan untuk melaporkan pekerjaan yang akan dikerjakan selama satu hari
kerja. Kemudian ditutup pada pukul 20.00 WIB, yaitu kegiatan evaluasi terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan pada hari itu. Aktivitas briefing dan evaluasi
dilakukan secara bersama-sama dalam ruangan khusus (learning room) yang
terbagi menjadi beberapa tim belajar (tim bilah turbin angin, tim generator, tim
controller, dan tim data logger).
Adapun penjelasan singkat selama kerja praktek di PT. LAN selama 1 bulan
1 minggu berturut-turut adalah sebagai berikut;
1. Minggu pertama selama kerja praktek yang dikerjakan adalah
sebagai berikut;
Tabel 2.1 Uraian Aktivitas Kerja Praktek Minggu Pertama
Uraian Aktivitas yang
Hari / Tanggal Dilakukan
-Pengenalan Diri bersama teman-teman
Kamis/ 20 Juli 2017 Kerja Praktek dari kampus lainnya
-Penjelasan PT LBN oleh Staff Pengajar
-Mengelilingi Area Instalasi Turbin Angin
-Pengunjungan dan Pengenalan Laboratorium
Baterai Station
-Kunjungan seluruh ruangan dan kantor di PT.
LBN
-Mengikuti forum presentasi dari mahasiswa
tingkat akhir yang mempelajari generator
-Mengikuti forum evaluasi
Jumat/ 21 Juli 2017 - Breafing Kerja Praktek
-Belajar Cara Pengambilan Data Turbin Angin
di Baterai Station
- Diskusi mengenai Sistem Instalasi Turbin
Angin
- Diskusi Mengenai Sistem Konversi
Energi, meliputi Controller dan Data Logger
- Diskusi mengenai pengenalan komponen-
komponen Turbin Angin
-Evaluasi Kerja Praktek
Senin/ 24 Juli 2017 - Breafing Kerja Praktek
- Belajar Mengenai Cuaca dan Iklim terkait
Angin
- Belajar Pengaruh Angin Laut Terhadap
Putaran Bilah
- Workshop cara pemasangan Turbin Angin
-Evaluasi Kerja Praktek
Selasa/ 25 Juli 2017 - Breafing Kerja Praktek
- Belajar Mengolah Data Angin
- Belajar Pemasangan Pondasi untuk tiang
Turbin “Support Structure”
- Workshop cara pemasangan Turbin Angin
tahap 2
-Evaluasi Kerja Praktek
Rabu/ 26 Juli 2017 -Briefing KP
-Belajar Software Q-Blade
-Belajar Software Solidwork
- Belajar Bilah Turbin Angin
-Belajar Generator secara umum
- Mengikuti presentasi akhir dari tim Data
Logger 1

-Forum Evaluasi KP
2. Minggu kedua selama kerja praktek yang dikerjakan adalah
sebagai berikut;
Tabel 2.2 Uraian Aktivitas Kerja Praktek Minggu Kedua
Uraian Aktivitas yang
Hari / Tanggal Dilakukan
Kamis/ 27 Juli 2017 -Briefing KP
-Belajar Software Q-Blade & Solidwork
- Belajar Controller secara umum
- Evaluasi KP
Jumat/ 28 Juli 2017 - Breafing KP
-Belajar Software Q-Blade & Solidwork
- Belajar Motor magnet secara umum
- Evaluasi KP
Senin/ 31 Juli 2017 -Briefing KP
-Belajar Software Q-Blade & Solidwork
- Belajar Penentuan Parameter yang
ditentukan dan yang akan dihitung
- Belajar rumus dasar untuk parameter yang
dihitung
- Mengolah parameter-parameter data turbin
angin di Ms.Excel
- Evaluasi KP
Selasa/ 1 Agustus 2017 - Breafing KP
- Belajar menentukan variable bebas yaitu,
desain air foil
- Menentukan jenis NACA yang digunakan
- Evaluasi KP
Rabu/ 2 Agustus 2017 - Breafing KP
- Presentasi mingguan tiap tim (tim bilah,
generator, control dan data logger)
- Menginput data yang diolah ke Q-Blade
-Evaluasi Kerja Praktek
3. Minggu ketiga selama kerja praktek yang dikerjakan adalah
sebagai berikut;
Tabel 2.3 Uraian Aktivitas Kerja Praktek Minggu Ketiga
Uraian Aktivitas yang
Hari / Tanggal Dilakukan
Kamis/ 3 Agustus 2017 - Briefing KP
- Merancang NACA dengan Q-Blade
- Membuat cetakan bilah dari Q-Blade
- Evaluasi KP
Jumat/ 4 Agustus 2017 - Briefing KP
- Belajar rumus dasar pada geometri bilah jari-
jari parsial, twist, dan alfa
- Belajar menentukan bentuk bilah pada
geometri desain air foil NACA 4412 dan Naca
0012
- Mulai mendesain bilah 3D di solidwork
- Evaluasi KP
Senin/ 7 Agustus 2017 - Breafing KP
- Mempelajari dan memilih material kayu
untuk pembuatan 3 bilah
- Evaluasi KP
Selasa/ 8 Agustus 2017 - Briefing KP
- Pembuatan mal pada masing-masing bilah
kayu mahoni
- Mendesain bilah dan rangka pada solidwork
- Evaluasi KP
Rabu/ 9 Agustus 2017 - Breafing KP
- Presentasi Mingguan
- Proses pengetaman pada bilah kayu

- Evaluasi KP
4. Minggu keempat selama kerja praktek yang dikerjakan adalah
sebagai berikut;
Tabel 2.4 Uraian Aktivitas Kerja Praktek Minggu Keempat
Uraian Aktivitas yang
Hari / Tanggal Dilakukan
Kamis/ 10 Agustus 2017 -Briefing KP
- Proses Pengetaman pada bilah kayu
- Finishing bilah menggunakan gurinda dan
amplas
- Membuat simulasi aliran di Solidwork
- Evaluasi KP
Jumat/ 11 Agustus 2017 - Breafing KP
- Finishing bilah dengan gurinda dan amplas
- Evaluasi KP
Senin/ 14 Agustus 2017 - Briefing KP
- Finishing bilah dengan pendempulan
- Evaluasi KP
Selasa/ 15 Agustus 2017 - Breafing KP
- Presentasi Mingguan
- Mengikuti presentasi akhir dari tim
Controller 2
- Penimbangan berat 3 buah bilah
- Evaluasi KP
Rabu/ 16 Agustus 2017 - Breafing KP
- Finishing bilah dengan amplas
- Proses Pengecatan Bilah dengan kompresor

- Evaluasi KP

5. Minggu kelima selama kerja praktek yang dikerjakan adalah


sebagai berikut;
Tabel 2.5 Uraian Aktivitas Kerja Praktek Minggu Kelima
Uraian Aktivitas yang
Hari / Tanggal Dilakukan
Kamis/ 17 Agustus 2017 -Briefing KP
- Upacara HUT RI yang dipimpin langsung
oleh founder PT.LBN

- Mengikuti berbagai lomba tujuh belasan


- Menyiapkan material rangka, poros dan
lengan
- Evaluasi KP
Jumat/ 18 Agustus 2017 - Breafing KP
- Memotong lengan dengan panjang sesuai
pada desain
- Pemboran lengan menggunakan mesin
milling
- Evaluasi KP
Senin/ 19 Agustus 2017 - Briefing KP
- Pengecatan rangka dengan kompresor
- Assembly lengan ke poros dengan baut
- Assembly bilah ke lengan dengan baut
- Evaluasi KP
Selasa/ 20 Agustus 2017 - Breafing KP
- Proses pengecekan keseimbangan, RPM, dan
torsi bilah turbin angina
- Pemasangan bilah turbin angin di menara
kincir angin
- Evaluasi KP
Rabu/ 21 Agustus 2017 - Breafing KP
- Presentasi Akhir tim bilah
- Persiapan pulang

- Evaluasi KP
BAB III
PENGETAHUAN PENUNJANG KERJA PRAKTEK

III. 1 Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik di Indonesia

Energi angin merupakan bentuk energi yang penggeraknya berupa angin.


Pada peta berikut ditunjukkan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi
energi angin berdasarkan data kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 10 m.
Berdasarkan kriteria turbin angin seperti TSD-500 maka dibutuhkan angin
berkecepatan minimal 3 m/s untuk mulai berproduksi (LBN, 2012). Dan daerah
yang memiliki kecepatan rata-rata angin di atas 3 m/s banyak ditemui pada pesisir
Selatan Jawa, Sumatera, dan pulau bagian timur.

Gambar 3.1 Potensi Angin di Indonesia pada Ketinggian 10 m


(Sumber: Kuliah Energi Angin dan Matahari- Meteorologi ITB, 2011)

Berikut ini merupakan daerah yang disurvei oleh tim Lentera Angin
Nusantara (LBN), yaitu daerah yang tercakup dalam kotak berwarna merah dan
daerah tersebut memiliki energi angin yang potensial untuk dimanfaatkan. Ribuan
pulau di Pengenalan Teknologi Pemanfaatan Energi Angin yang potensial untuk
dimanfaatkan. Ribuan pulau Indonesia Timur memiliki energi angin yang sangat
potensial dan hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan kebutuhan listrik
pada daerah tersebut yang masih sangat minim (PLN, 2011).

Gambar 3.2 Wilayah Indonesia yang Berpotensi Energi Angin


(Sumber: LBN, 2012)

Tim Lentera Bumi Nusantara (LBN) tengah mengadakan pengujian potensi


energi angin dan juga turbin angin di Pantai Cipatujah, Tasikmalaya-Jawa Barat
sejak Januari 2012. Dan berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kecepatan
angin di atas 3 m/s pada ketinggian 5 meter berhembus selama 2510 jam atau
sekitar 104 hari dengan rata-rata energi per harinya sebesar 490 Wh (LBN, 2012).

Dalam menentukan energi angin di suatu daerah bukanlah hanya dengan


mengetahui kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut karena kecepatan
angin sangat fluktuatif setiap waktunya maka yang terpenting adalah perhitungan
lama/durasi kecepatan angin produktif tersebut berhembus setiap harinya
sehingga dapat diketahui besar energinya. Misalkan saja dengan kecepatan angin
3 m/s bila konstan terjadi dalam 8 jam saja, maka mampu menghasilkan energi
415 Wh/harinya (asumsi jari-jari blade 1 m dan densitas udara 1.225). Oleh sebab
itu, pengukuran angina dan pengkajian ini perlu dilakukan langsung di tempat
yang akan dijadikan site energi angin selama beberapa waktu/bulan ataupun
tahun bila diperlukan (LBN, 2012).

Berdasarkan data di atas yaitu, data kecepatan angin di daerah daratan sekitar
3 m/s bisa memutar bilah hingga menggerakan sitem pembangkit listrik untuk
menghasilkan listrik sebesar 415 Wh/hari. Hal tersebut bisa diperbesar hasil energi
listrik dengan memasang turbin pada kecepatan angin yang tinggi. Kecepatan angin
tertinggi berada di daerah perairan yaitu di lepas pantai atau di laut. Adapun data
kecepatan angin dan arah angin di daerah perairan yang sampai berkecapatn 1 knot
atau sekitar 1,9 km/jam dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.3 Kecepatan dan Arah Angin di Wilayah Laut Indonesia


(Sumber: BMKG, 2016)

III. 2 Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Turbin adalah suatu alat yang digunakan untuk merubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Baik sumbernya berasal dari angin maupun arus laut, kedua
sumber tersebut haasil dari setengah kali massa jenis/kerapatan massa sumber (ρ)
dengan luas penampang turbin (A) dan pangkat tiga dari kecepatan (V3)
pergerakan sumber (angin maupun arus laut). Sehingga semakin besar kerapatan
massa serta kecepatan pergerakan sumbernya, maka akan semakin besar energi
listrik yang dihasilkan.
Tidak ada sistem di dunia ini yang sempurna hingga mencapai batas 100%,
salah satunya adalah sistem turbin angina. Suatu sistem hanya bisa menyerap
energy di bawah 100%, kemampuan menyerap energy itulah yang disebut sebagai
efisiensi (Cp). Energy angin (mekanik) berupa kecapatan putaran (ω) turbin dan
torsinya (T).
Gambar 3.4 Skema Aliran Konversi Energi Angin Menjadi Energi Mekanik
(Sumber: LBN, 2014)
Semakin tinggi efisiensi suatu turbin, semakin maksimal pula turbin tersebut
mengkonversi energi yang didapatnya. Tipe turbin yang memiliki tingkat efisiensi
paling tinggi adalah tipe 3 blade propeller (Cp mendekati 45%) adapun yang
terendah adalah, tipe savonius dan Holland. Tipa 2 dan 3 blade propeller saat ini
banyak dijumpai pada produk-produk komersil.

Gambar 3.5 Efisiensi Turbin Angin Berdasarkan Tipenya


(Sumber: LBN, 2014)

Dalam pemanfaatannya, turbin angin dibedakan dalam berbagai katinggian dan


kapasitasnya. Hubungan ketinggian berbanding lurus dengan kapasitasnya. Semakin
besar ketinggiannya maka akan semakin besar pula kapasitasnya, begitupun
sebaliknya. Di Indonesia saat ini yang sedang perkembangan pesat adalah skala turbin
angina mikro, salah satunya adalah turbin angina yang dikembangkan oleh PT.
Lentera Bumi Nusantara di Ciheras, Jawa Barat.

Ketinggian dan kapasitas turbin angin semakin berkembang dari tahu


ketahun seiring dengan perkembangan zaman, mulai dari skala yang mikro, kecil,
menengah dan skala yang besar.

Gambar 3.6 Tipe Turbin Angin Berdasarkan Kapasitas dan Ketinggiannya


(Sumber: LBN, 2014)

Gambar 3.8 Produk Komersial Turbin Angin Skala Mikro


(Sumber: LBN, 2014)
III. 3 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Secara garis besar energi angin dan arus laut mempunyai sistem kerja yang
sama yaitu, merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Adapun gambaran
sistemnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini;

Gambar 3.9 Sistem Pembangkit Listrik


(Sumber: LBN, 2014)

Pada gambar di atas, menjelaskan hasil putaran bilah pada turbin akan
memutar generator yang kemudian menghasilkan tegangan AC tiga fasa,
diwakilkan dengan arah vector tiga arah yaitu x, y, z. Setelah itu, ketiga fase
tegangan AC dialirkan ke controller (teknologi pengamanan dan konversi energi).
Pada controller itu, terdapat rectifier yang berfungsi untuk merubah tegangan
AC menjadi DC. Dan terdapat buck converter yang berfungsi untuk merubah
tegangan DC besar menjadi tegangan DC kecil.
Setelah tahap perubahan tegangan AC ke DC dilalui, kemudian memasuki
tahap perekaman atau penyimpanan data yaitu, melalui data logger. Pada data
logger tersebutlah dapat mengambil data untuk disimpan dan dilakukan penelitian
lebih lanjut. Adapun data yang diambil sudah dalam bentuk excel seperti, data
tegangan, arus, kecepatan angin, dana rah angin.
Tahap terakhir dari system kerja pembangkit listrik adalah penyimpanan
energi listrik yang dihasilkan yang akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Energi listrik akan disimpan ke baterai, pada baterai itu sendiri akan terjadi rekasi
elektrokimia charging dan discharging. Charging bekerja saat baterai berfungsi
sebagai beban dan sumber energinya dari generator, sedangkan discharging
bekerja saat baterai berfungsi sebagai sumber energi untuk pengisian beban
lainnya misalnya, lampu. Selain baterai, ada juga teknologi lain yang dinamakan
inverter, berfungsi untuk merubah tegangan DC yang disimpan baterai menjadi
tegangan AC, hal itu dilakukan agar dapat digunakan keperluan sehari-hari
midalnya lampu, lemari es, televis, telepon, dan kegiatan lainnya.

III. 4 Komponen Turbin Angin


a. Penjelasan Bilah
Bilah merupakan bagian penting dalam suatu sistem pembangkit listrik turbin
angin, yaitu yang berinteraksi langsung terhadap angin. Secara umum terdiri dari
2 tipe yaitu Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dan Vertical Axis Wind
Turbine (VAWT). Pada laporan ini, pembahasan mengenai blade difokuskan
untuk diaplikasikan pada Horizontal Axis Wind Turbine. Tipe turbin yang
digunakan adalah turbin 3 propeller, karena berdasarkan Gambar 3.1 terlihat
bahwa turbin 3 propeller memiliki koefisien performansi yang relative lebih tinggi
daripada tipe turbin yang lain. Berikut adalah bagian-bagian dari blade pada
HAWT.
Bilah memiliki beberapa properties dan parameter sebagai berikut:
a. Radius (jari-jari blade, untuk menentukan banyaknya energi angin
yang diperoleh berdasarkan luas area sapuan benda)
b. Chord (lebar blade)
c. Leading Edge
d. Trailing Edge
e. Chord Line (garis yang menghubungkan leading dan trailing edge)
f. Setting of angle (pitch, sudut antara chord line dan bidang rotasi dari
rotor)
g. Angle of attack (sudut antara chord line dengan arah gerak aliran
udara relatif)
h. Power Coefficient (Cp), kemampuan blade menyerap energi angin
yang diterimanya. Berdasarkan Teorema Betz, maksimal energi angin
yang bias diserap adalah 59%
i. Twist atau sudut puntir adalah sudut antara chord line dengan
bidang rotasi rotor.
j. Tip Speed Ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan linier
putaran ujung blade dengan kecepatan angin
k. Airfoil merupakan bentuk desain ujung blade berdasarkan gaya
angkat dan dorong (lift and drag forces) blade terhadap aliran udara
yang melewatinya. Airfoil yang digunakan adalah tipe ClarkY karena
bagian bawah airfoil datar sehingga fabrikasi manual lebih mudah.

Gambar 3.10 Karakteristik airfoil


(Sumber: LBN, 2014)
Berdasarkan desainnya, blade dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai
berikut:
Taper: ujungnya lebih kecil daripada pangkalnya. Blade jenis ini cocok
untuk angin berkecepatan tinggi.
Taperless: ujung dan pangkal memiliki lebar yang sama. Blade jenis ini
cocok untuk angin yang berkecepatan sedang.
Inverse Taper: ujungnya lebih besar daripada pangkalnya. Blade jenis
ini cocok untuk daerah dengan angin berkecepatan rendah. Dengan putaran
yang rendah, maka torsi yang dihasilkan akan tinggi.
Gambar 3.11 Jenis Bilah Berdasarkan Desainnya
(Sumber: LBN, 2014)

b. Fin (Ekor Turbin)


Ekor turbing angin berfungsi untuk mengarahkan turbin angin menghadap
arah angin. Ukuran ekor perlu disesuaikan dengan turbin angin sehingga mampu
mendorong badan turbin angin ke arah angin. Pada umumnya, badan ekor
terbuat dari besi, sedangkan siripnya terbuat dari material fiber

Gambar 3.13 Fin


(Sumber: LBN, 2014)

c. Generator
Generator merupakan alat konversi energi mekanik menjadi energi listrik.
Generator mengubah torsi (T) dan kecepatan putar rotor ( ) yang diterimanya
dari balde menjadi nilai tegangan (V) dan arus (I). Hasil keluaran dari generator
berupa listrik 3 fasa.

Gambar 3.12. Generator Merubah Energi mekanik menjadi energi listrik


(Sumber: LBN, 2014)
d. Controller
Controller berperan sebagai alat konversi energi listrik AC menjadi DC dan
pengatur sistem tegangan nasukan yang fluktuatif dari generator untuk
distabilkan sebelum disimpan ke baterai. Ada dua aspek utama dalam controller
turbin angin, yaitu rectifier dan MPPT.
Rectifier berperan dalam mengkonversi tegangan AC menjadi tegangan DC
sehingga sesuai dengan media penyimpanan listrik yaitu baterai DC. MPPT
(Maximum Power Point Tracker) adalah suatu rangkaian DC yang
mengoptimalkan keluaran daya dari generator sebelum dialirkan untuk disimpan
ke baterai. Dengan bantuan transformer dan mosfet, MPPT mengkonversi DC
power untuk dipecah-pecah menjadi DC yang lebih kecil dan arus yang
disesuaikan sehingga cocok dengan kapasitas baterai. Misalnya, tegangan dan
arus AC dari sumber generator bernilai 160 V dan 3 A, maka nilai danyanya
adalah 480 W. Daya tersebut dialirkan ke controller untuk dikonversi menjadi
listrik DC yang sesuai dengan kapasitas baterai bertegangan 24 V, maka arusnya
menjadi 20A.
Regulator tegangan (cut off tegangan maksimal 130 V) melindungi
komponen-komponen yang ada di dalam controller dari aliran arus tinggi.
Controller dapat secara otomatis menghentikan proses charging saat baterai
penuh.
Gambar 3.14 Skema Controller
(Sumber: LBN, 2014)

Gambar 3.15 Controller


(Sumber: LBN, 2014)

e. Data Logger
Data logger berperan sebagai media penyimpanan data. Tegangan dan arus
dari controller akan melewati data logger untuk direkam. Kemudain tegangan dan
arus akan kembali dialirkan menuju baterai. Rekaman data disimpan dalam SD
Card dalam format excel seperti waktu perekamana data dalam detik, tegangan,
arus, kecepatan, dan arah angin. Berikut adalah contoh hasil pengukuran turbin
angin harian berupa nilai tegangan dan arus, serta daya yang dihasilkan oleh satu
sistem turbin.

Gambar 3.16 Pengukuran tegangan dan arus


(Sumber: LBN, 2014)

Gambar 3.17 Pengukuran Daya Baterai


(Sumber: LBN, 2014)
f. Baterai
Baterai berperan sebagai media penyimpanan energi listrik keluaran dari
controller. Pada baterai terjadi reaksi elektrokimia charging dan discharging.
Proses charging ini bekerja saat baterai berfungsi sebagai beban dan sumber
energinya dari generator, sementara itu proses discharging adalah ketika baterai
menjadi sumber energi untuk pengisian beban lainnya. Di PT Lentera Bumi
Nusantara, baterai yang digunakan adalah baterai NS Accelerate berjenis gel deep
cycle battery dengan kapasitas 800Ah dan tegangan 2 V. baterai disusun seri
sebanyak 12 buah.

Gambar 3.18 Baterai


(Sumber: LBN, 2014)
g. Inverter
Inverter merupakan alat konversi listrik bertegangan AC dari baterai
(12/24 V) menjadi listrik bertegangan AC (220 V) sehingga bisa digunakan untuk
peralatan listrik berteganyan AC, seperti peralatan rumah tangga sehari-hari.

Gambar 3.19 Inverter


(Sumber: LAN, 2014)
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

IV. 1 Penentuan Parameter Perancangan Bilah


Dalam perancangan bilah, dibutuhkan parameter yang ditetapkan dan yang
akan dihitung. Parameter itulah yang akan digunakan dalam perhitungan gemetri
bilah untuk mengetahui perkiraan desain yang akan dirancang. Pada tugas kerja
praktek ini, yang menjadi fokus perancangan adalah merubah desain air foil,
sehingga air foil yang dijadikan sebagai variabel bebas. Dan yang dijadikan sebagai
variabel tetap adalah, daya yang diinginkan, efisiensi bilah, efisiensi generator,
efesiensi controller, efisiensi transmisi, karakter geografis wilayah berupa
kecepatan maksimum yang menjadi ladang kincir angin, tip speed ratio (TSR), dan
jumlah bilah. Adapun yang dijadikan parameter yang dihitung adalah, efisiensi
sistem, energy yang dihasilkan, luas sapuan dan jari-jari bilah.
Berikut ini adalah tabel parameter yang ditetapkan dan yang dihitung pada
perancangan bilah hasil tugas kerja praktek;
Tabel 4.1 Parameter yang ditetapkan dan yang dihitung
Kapasitas Efisiensi
Energi Vmax A R Jumlah
Energi TSR
Bilah Generator Kontroller Transmisi Sistem Angin (m/s) (m^2) (m) Bilah
Listrik
500 0.3 0.15 3255.21 3.08 0.99
0.8 0.8 0.8 12 7 3
0.4 0.20 2441.41 2.31 0.86
Parameter yang Parameter yang
ditetapkan dihitung

Adapun persamaan parameter yang dihitung adalah sebagai berikut: Efisiensi


sistem yang terdiri dari bilah, transmisi, generator, dan kontroler. Dimana efisiensi
bilah sebesar 0.3, efisiensi transmisi sebesar 0.8, efisensi generator sebesar 0.8, dan
efisiensi kontroler sebesar 0.8. Sehingga efisiensi sistem secara keseluruhan
menjadi 0.15.

Dimana:
: efisiensi sistem
: efisiensi bilah
: efisiensi generator
: efisiensi controller
Daya angin yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya listrik sebesar 500
Watt dengan efisiensi sistem yang telah diketahui adalah dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Dimana:

: Daya angin yang dibutuhkan (Watt)

: Daya listrik yang dihasilkan (Watt)


Kecepatan angin maksimum, pada tutorial ini kecepatan angin yang
digunakan sebesar 12 m/s. Luas sapuan bilah dapat ditemukan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Dimana:

: Luas sapuan (m2)

: Massa jenis udara (1.225kg/m3)

Jari-jari bilah ditentukan menggunakan persamaan:

Adapun yang menjadi variable bebas adalah air foil dengan berbagai jenis
desain yaitu, Naca 4412 dan Naca 0012. Dengan berbagai perbedaan desain air
foil, sehingga terjadi perbedaan juga pada nilai alfa, nilai Cl/Cd, dan nilai Cl.
Berikut ini adalah tabel variable bebas masing-masing jenis air foil yang didesain
Tabel 4.6 Air Foil Naca 4412

Air Foil Nilai Afa Cl/Cd Cl


NACA 4412 6 133.5 1.12

Tabel 4.6 Air Foil Naca 0012


Air Foil Nilai Alfa Cl/Cd Cl

NACA 0012 8 76 0.91


.
Perbedaan nilai alfa, Cl/Cd dan Cl terjadi pada simulasi Q-Blade
berdasarkan input air foil yang berbeda. Dan nilai yang digunakan dalam
perancangan adalah, nilai maksimum pada grafik anatar Cl/Cd dengan alfa dan
grafik Cl dengan alfa. Berikut ini adalah grafik masing-masing pada setiap jenis
air foil;

Grafik Cl/Cd terhadap Alfa

Grafik Cl/Cd terhadap Alfa


IV. 2 Penentuan Geometri Perancangan Bilah
Pada tahan ini, semua parameter dilakukan perhitungan untuk didapatkan
perkiraan bentuk bilah yang akan dirancang. Pertama kali yang harus dilakukan
adalah penentuan jumlah elemen. Pada umumnya pembagian elemen pada
perancangan bilah berkisar antara 10-20 elemen, yang mana pada perancangan
bilah kali ini dibagi dalam 10 elemen. Pada kolom satu merupakan bagian Blade
Hub Radius sekitar 0-0.22 meter. Sedangkan pada kolom selanjutnya dalah bagian
jari-jari parsian dengan menggunakan persamaan sebagai berikut;

dimana = jumlah elemen

Untuk mencari nilai TSR parsial digunakan persamaan sebagai berikut.

Untuk mencari nilai Cl, digunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

= lebar chord (m)

Nilai flow angel didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

Nilai twist didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

Twist atau sudut punter amat memengaruhi proses pembuatan bilah pada
kayu. Untuk sudut puntir yang tidak linear, maka perlu diliniearisasi dan
dimodifikasi untuk memudahkan pembuatan bilah pada kayu. Cara untuk
melinearisasi adalah sebagai berikut. Ditentukan akan dilinearisasi berapa persen.
Sebagai contoh linearisasi 75%, maka diambil titik elemen twist ke 7 dan 8.


Dari kedua titik itu didapatkan persamaan garis yang linear (klik kanan add
trendline, muncul kotak dialog, centang bagian Display Equation). Pada kolom twist
terlinearisasi, masukkan persamaan yang muncul dari grafik. Dimana y adalah
twits terlinearisasi, dan x adalah panjang elemen bilah.
Berikut ini adalah tabel hasil geometri bilah menggunakan persamaan yang
telah dijelaskan di atas, geometri ini menampilkan perbedaan dari berbagai desain
air foil yang telah ditentukan dan perkiraan grafik perkiraan bentuk bilah di bawah
ini;
Tabel 4.8 Geometri Bilah Tapper pada Air Foil Naca 4412

tsr flow twist twist cr cr cr


ELEMEN r twist Cr linearisasi linearisasi
parsial angle linear fix linear 25% 75%
0 0.22 1.54 22.00 16.00 0.15 5.66 10.66 0.07 -0.02 0.06
1 0.3 2.086 17.07 11.07 0.11 5.00 10.00 0.07 -0.02 0.05
2 0.38 2.632 13.87 7.87 0.09 4.34 9.34 0.07 -0.02 0.05
3 0.45 3.178 11.64 5.64 0.07 3.69 8.69 0.06 -0.02 0.05
4 0.53 3.724 10.02 4.02 0.06 3.03 8.03 0.06 -0.01 0.04
5 0.61 4.27 8.79 2.79 0.06 2.37 7.37 0.05 -0.01 0.04
6 0.69 4.816 7.82 1.82 0.05 1.71 6.71 0.05 -0.01 0.04
7 0.77 5.362 7.04 1.04 0.04 1.04 1.05 6.05 0.04 0.04 -0.01 0.03
8 0.84 5.908 6.40 0.40 0.04 0.40 0.40 5.40 0.04 0.04 -0.01 0.03
9 0.92 6.454 5.87 -0.13 0.04 -0.26 4.74 0.04 -0.01 0.03
10 1 7 5.42 -0.58 0.03 -0.92 4.08 0.03 -0.01 0.02

Gambar 4.6 Grafik r terhadap Cr pada Air Foil Naca 4412


(perkiraan bentuk bilah tapper)
Tabel 4.11 Geometri Bilah Tapper pada Air Foil Naca 0012
Twist Cr 25% 75%
TSR Flow Linearisasi Twist Linearisasi
Elemen R Twist Linear Cr Linear Linearisasi Linearisasi
parsial Angle Twist Fix Cr
(75%) (75%) Cr Cr
0 0.22 1.54 22.00 14.00 3.51 8.51 0.19 0.09 -0.04 0.13
1 0.30 2.09 17.07 9.07 2.87 7.87 0.14 0.08 -0.04 0.12
2 0.38 2.63 13.87 5.87 2.23 7.23 0.11 0.08 -0.04 0.12
3 0.45 3.18 11.64 3.64 1.60 6.60 0.09 0.07 -0.04 0.11
4 0.53 3.72 10.02 2.02 0.96 5.96 0.08 0.07 -0.03 0.10
5 0.61 4.27 8.79 0.79 0.32 5.32 0.07 0.06 -0.03 0.09
6 0.69 4.82 7.82 -0.18 -0.32 4.68 0.06 0.06 -0.03 0.09
7 0.77 5.36 7.04 -0.96 -0.96 -0.96 4.04 0.05 0.05 0.05 -0.03 0.08
8 0.84 5.91 6.40 -1.60 -1.60 -1.60 3.40 0.05 0.05 0.05 -0.02 0.07
9 0.92 6.45 5.87 -2.13 -2.23 2.77 0.04 0.04 -0.02 0.07
10 1.00 7.00 5.42 -2.58 -2.87 2.13 0.04 0.04 -0.02 0.06

Gambar 4.11 Grafik r terhadap Twist pada Air Foil Naca 0012

Gambar 4.12 Grafik r terhadap Cr pada Air Foil Naca 0012


(perkiraan bentuk bilah tapper)
IV. Simulasi Bilah Menggunakan Software Q-Blade
Pada bagian ini akan dilakuka simulasin desain air foil terbaik untuk
mendesain bilah jenis tapper yang akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga
angin laut di Pantai Ciheras, PT. Lentera Bumi Nusantara. Adapun data yang
dibutuhkan adalah, nilai jari-jari parsial (r), nilai twist linearisasi dan nilai Chord
(Cr) linearisasi. Hasil akhirnya adalah, nilai performansi yaitu, semakin besar
Koefisien Performansi (Cp) maka akan semakin bagus performa desain bilah
tersebut karena nilai efisiensi atau energi yang diserapnya semakin besar. Berikut
ini adalah, hasil dari berbagai hasil simulasi bilah menggunakan desain air foil Naca
4412 dan Naca 0012.

(a) (b)
Gambar 4.17 Simulasi Q-Blade dengan Desain Air Foil
Naca 4412, (a) Data Geometri Rotor Bilah Tapper,
(b) Desain Bilah Tapper
Selanjutnya adalah, didapatkan grafik perbandingan antara Koefisien
performansi (Cp) dengan Tip Speed Ratio (TSR) di bawah ini:

Gambar 4.18 Grafik Performansi Bilah Tapper pada Air Foil Naca 4412
Semakin besar tip speed ratio maka semakin besar kecepatan angin yang
diperlukan, sebaliknya jika tip speed ratio besar maka kecepatan angin yang
dihembuskan relative kecil. Berdasarkan hasil kedua bilah diatas dengan desain air
foil yang berbeda yaitu, Clark-Y dan Naca 4412 menunjukan nilai Cp masing-
masing adalah, 0,39 dan 0.52. dan nilai TSR masing-masing adalah, 10 dan 7. Jadi,
desain Air Foil Naca 4412 lebih baik dari Clark-Y karena nilai Cp Naca 4412 lebih
besar dari Clark-Y dan nilai TSR Naca 4412 telah sesuai dengan nilai TSR pada
parameter perancangan bilah tapper yaitu, sebesar 7.

(a) (b)
Gambar 4.23 Simulasi Q-Blade dengan Desain Air Foil
Naca 0012, (a) Data Geometri Rotor Bilah Tapper,
(b) Desain Bilah Tapper
Selanjutnya adalah, didapatkan grafik perbandingan antara Koefisien
Performansi (Cp) dengan Tip Speed Ratio (TSR) di bawah ini:

Gambar 4.24 Grafik Performansi Bilah Tapper pada Air Foil Naca 0012
Semakin besar tip speed ratio maka semakin besar kecepatan angin yang
diperlukan, sebaliknya jika tip speed ratio besar maka kecepatan angin yang
dihembuskan relative kecil. Berdasarkan hasil kedua bilah diatas dengan desain air
foil yang berbeda yaitu, Naca 0012 dan Naca 4412 menunjukan nilai Cp masing-
masing adalah, 0,47 dan 0.52. dan nilai TSR masing-masing adalah, 6.5 dan 7. Jadi,
desain Air Foil Naca 4412 lebih baik dari Naca 0012 karena nilai Cp Naca 4412
lebih besar dari Naca 0012 dan nilai TSR Naca 4412 telah sesuai dengan nilai TSR
pada parameter perancangan bilah tapper yaitu, sebesar 7.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan tentang studi perancangan
Horizontal Axis Wind Turbine dengan airfoil Naca 4412 dan Naca 0012 tipe bilah
tapper di Pantai Ciheras, PT. Lentera Angin Nusantara, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut;
1. Secara keseluruhan nilai koefisien performansi (Cp) pada setiap bilah dari
berbagai desain air foil berkisar antara 0.47 sampai 0.52 atau nilai efisiensi
sekitar 47% sampai 52%.
2. Nilai efisiensi atau kemampuan energi yang diserap bilah paling kecil
adalah pada bilah dengan air foil NACA 0012 sebesar 47%, sedangkan yang
paling besar adalah pada bilah dengan desain air foil Naca 4412 sebesar
52%.
3. Secara keseluruhan nilai tip speed ratio (TSR) tidak sesuai dengan
perancangan pada parameter data awal yaitu, sebesar 7. Hanya pada bilah
dengan desain air foil Naca 4412 yang besar TSR sesuai dengan TSR
perancangan dan yang mendekati adalah, pada bilah dengan desain air foil
Naca 0012 dengan nilai TSR sebesar 6.5.
4. Desain bilah terbaik adalah, dengan desain air foil Naca 4412 karena selain
hasil TSR yang sesuai dengan TSR perancangan data awal, juga nilai
koefisiensi performansi (Cp) paling tinggi, sehingga dapat menyerap energi
angin lebih besar dan energi listrik yang dihasilkan akan menjadi lebih
besar.

V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan studi perancangan Horizontal
Axis Wind Turbine dengan airfoil Naca 4412, dan Naca 0012 tipe bilah tapper di
Pantai Ciheras, PT. Lentera Angin Nusantara adalah, belum dilakukan
perbandingan desain struktur model terhadap gaya angin yang diberikan dan belum
dilakukan perbandingan desain bilah non-uniform dengan uniform, sehingga Bilah
dengan air foil Naca 4412 belum tentu lebih baik dari uniform. Untuk itu perlu
dibandingkan dengan desain yang uniform disertai dengan struktur model terhadap
gaya angin yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai