DISUSUN OLEH :
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Kimia
Universitas Islam Indonesia
Suharno Rusdi.Ph.D.
NIP.845210102
ii
IDENTITAS MAHASISWA
Data Mahasiswa
Nama Mahasiswa 1 : Andy Reysa Nugroho
NIM : 19521077
Nama Mahasiswa 2 : Misbahul Anam
NIM : 19521124
Data Institusi Kerja Praktik
Nama Institusi : Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Unit Kerja : Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran
Bidang Konsentrasi dan Pembimbing
Bidang Konsentrasi: Teknik Kimia Pembimbing
Lapangan: Vemi Ridantami, M.T
Pembimbing Akademis : Sholeh Ma’mun, ST., M.T.,Ph.D
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Kimia
Universitas Islam Indonesia
Suharno Rusdi.Ph.D.
NIP.845210102
iii
LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI
Oleh:
Nama : ANDY.R.N Nama : MISBAHUL ANAM
NIM : 19521077 NIM : 19521124
Mengetahui,
Koordinator Keselamatan Kerja
dan Keteknikan - KNY Pembimbing Instansi - KNY
Menyetujui,
Plt. Direktur Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran
Badan Riset dan Inovasi Nasional,
iv
KATA PENGANTAR
Puji sykur kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia Nya penyusun dapat
melaksanakan Kerja praktek di Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK)
Kawasan Nuklir Yogyakarta dengan judul “Pengolahan Limbah Radioaktif di Kawasan Nuklir
Yogyakarta ” pada periode bulan Mei 2022 hingga menyelesaikan laporan Kerja praktek dengan
sebaik – baiknya. Kerja praktek di Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK)
Kawasan Nuklir Yogyakarta telah banyak menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
penulis sesuai perkembangan industri serta dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan
melalui kegiatan langsung di bidang komposit sesuai dengan program studi Teknik Kimia.
Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban dari pelaksanaan Kerja praktek yang
telah berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Pelaksanaan Kerja praktek dimulai dari
tanggal 17 Mei 2022 – 17 Juni 2022 di Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran
(DPFK) Kawasan Nuklir Yogyakarta.
Selama melaksanakan kerja praktek baik saat persiapan, pelaksanaan kegiatan sampai
penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1 Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan, baik secara moral maupun materil, sehingga kegiatan kerja praktek
ini dapat terlaksana dengan baik.
2 Dr. Suharno Rusdi selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan semua pihak yang
memerlukannya.
Penulis
vi
ABSTRAK
Kerja praktik adalah suatu kegiatan selama perkuliahan yang menunjang mahasiswa
dalam pembelajaran untuk terjun ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan
mengikuti kerja praktik ini, mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai apa saja yang
terjadi dalam dunia kerja. Sebelum era globalisasi, kerja praktik dilakukan secara manual,
namun seiring perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern, kegiatan kerja
praktik dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer. Dalam kerja praktik kali ini,
kami dapat mempelajari tentang pengelolaan limbah radioaktif, baik yang padat maupun
yang cair, sampling udara dengan menggunakan alat HVAS (High Volume Air Sampler),
karakterisasi limbah,pemilihan limbah dengan tujuan untuk mengetahui apakah limbah
tersebut sudah terkontaminasi radioaktif atau belum. Selain itu, kami juga diajarkan
bagaimana mengoperasikan alat pencacah gamma GM (Geiger Muller) dan pencacah alfa
beta Isolo.
Dengan disusunnya laporan ini, kami ingin membagikan sedikit pengalaman tentang
bagaimana kerja praktik didalam laboratorium dan apa saja yang kami dapatkan selama
pelaksanaan kerja praktik ini.
Dari hasil yang didapat, kami menyimpulkan bahwa kerja praktik ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa yang ingin memasuki dunia kerja didalam laboratorium penelitian.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESHAN ii
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
viii
2.2.4 Data Percobaan dan Perhitungan 27
3.1 Kesimpulan 30
3.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 33
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Inspeksi 11
Gambar 2. 2 Pengumpulan Limbah Radioaktif Padat 12
Gambar 2. 3 Pengemasan Limbah Radioaktif Padat 13
Gambar 2. 4 Pelabelan Limbah Radioaktif Padat 13
Gambar 2. 5 Pengiriminan Limbah Radioaktif Padat 14
Gambar 2. 6 Penukaran Ion 17
Gambar 2. 7 Evaporasi 18
Gambar 2. 8 Kogulasi Flokulasi 19
Gambar 2. 9 Alat-alat Yang digunakan Saat Analisa 20
Gambar 2. 10 Perangkat Pencacah Beta Gamma dengan Detektor Geiger Muller (GM)
dan Pencacah Alpha Beta dengan Detektor PIPS 25
Gambar 2. 11 Grafik Hubungan COD vs Waktu dengan Varian H2O2 29
Gambar 2.12 Grafik Hubungan GrfosPers Beta vs Waktu saat Menggunakan Varian H2O2 29
x
DAFTAR TABEL
xi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari. Banyak negara
yang berkompetisi satu sama lain untuk mempelajari dan mengembangkannya. Selain dari
segi tingkat perekonomian, suatu negara dapat dikatakan maju apabila sudah memiliki
teknologi yang sangat canggih. Jika suatu negara ingin disegani, selain meningkatkan
pendapatan negara dan kuat dalam bidang militer, juga memiliki teknologi nuklir. Mendengar
kata ‘nuklir’ kita teringat akan sejarah perang dingin, dimana blok barat yang dipimpin oleh
Amerika Serikat dan blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet saling bersaing satu sama lain
untuk memperbanyak jumlah senjata nuklir, dan sejarah tragedi kebocoran reaktor nuklir di
Chernobyl tahun 1986. Pada tahun 1960, dimasa kepemimpinan Bung Karno, Indonesia
menjalin kerjasama yang sangat erat dengan Amerika Serikat, yang mana pada saat itu masih
dipimpin oleh John.F Kennedy hingga membuahkan hasil, yaitu pemberian Reaktor Triga
Mark II. Tak hanya pemberian reaktor, para ilmuwan Indonesia saat itu dikirim ke Amerika
Serikat untuk belajar tentang bagaimana cara untuk melakukan pengayaan uranium. Namun,
hal itu tidak berlangsung lama, karena sepeninggal Kennedy pada tahun 1963 hubungan
antara Amerika Serikat dengan Indonesia merenggang. Ditambah pada saat itu, Indonesia
sedang berkonflik dengan malaysia, terkait pembentukan Federasi Malaysia yang didukung
oleh Inggris di dekat perbatasan Indonesia. Sehingga, pada tahun 1964 Indonesia mulai
melirik Republik Rakyat Cina (RRC) untuk menjalin kerjasama dengan tujuan melanjutkan
pengembangan teknologi nuklir yang terhenti akibat merenggangnya hubungan dengan
Amerika Serikat. Selain teringat akan sejarah perang dingin, ketika mendengar kata ‘nuklir’,
bagi masyarakat yang masih awam dihantui rasa takut dengan yang namanya radiasi. Rasa
takut akan radiasi dan bayangan teknologi nuklir yang dibuat menjadi senjata dan menjadi
ancaman perang nuklir pada saat perang dingin tersebut yang terkadang membuat pandangan
1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
ilmu bahan, produksi isotop, keselamatan nuklir dan sebagainya. Ketiga reaktor ini yaitu,
Reaktor Atom Kartini dengan kapasitas terkecil dibanding reaktor lainnya yaitu sebesar 100
KW di Yogyakarta, Reaktor Triga Mark dengan kapasitas 2000 KW di Bandung, dan
Reaktor Atom G.A Siwabesi dengan kapasitas terbesar yaitu sebesar 30 MW di Serpong,
Banten.
Pemanfaatan teknologi nuklir ini membuktikan bahwa di Indonesia sendiri telah
banyak digunakan dan memberikan manfaat besar untuk perkembangan ilmu pengetahuan
di Indonesia. Perkembangan teknologi nuklir yang sangat besar ini tentunya juga
menimbulkan masalah pada lingkungan, yaitu limbah radioaktif.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 tahun 2013 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif, limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan
bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif berasal
dari kegiatan yang menggunakan zat radioaktif seperti reaktor nuklir untuk riset, reaktor
produksi isotop, reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), maupun instalasi nuklir
lainnya seperti pabrik pengolahan bahan bakar nuklir, produksi isotop dan sebagainya.
Selain dari itu pemanfaatan teknologi nuklir lainnya juga berpotensi menimbulkan limbah
radioaktif seperti di rumah sakit, industri, dan kegiatan penelitian (Deni & Prayitno, 2010).
2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
1. Waktu
Kerja Praktik dilaksanakan selama satu bulan, dimulai pada tanggal 17 Mei
– 17 Juni 2022. Dimulai pada pukul 08.00 - 16.00 WIB selama 5 hari kerja, yaitu
dari hari senin sampai jumat.
2. Lokasi
Untuk lokasi Kerja Praktik berada di Direktorat Pengelolaan Fasilitas
Ketenaganukliran (DPFK) Kawasan Nuklir Yogyakarta (KNY), yang terletak di
Jalan Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281.
3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
(DPFK) juga memiliki fungsi, yaitu penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengelolaan fasilitas ketenaganukliran, pelaksanaan kontrol kualitas, penerapan
standar, akreditasi, pelaksanaan layanan fasilitas penyelenggaraan ketenaganukliran,
pengelolaan operasional dan pemeliharaan fasilitas ketenaganukliran, pelaksanaan
keamanan fasilitas penyelenggaraan ketenaganukliran, pelaksanaan keselamatan,
perlindungan fasilitas penyelenggaraan ketenaganukliran, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi di bidang pengelolaan fasilitas ketenaganukliran, pemantauan pengelolaan
fasilitas ketenaganukliran, evaluasi pengelolaan fasilitas ketenaganukliran, pelaporan
pengelolaan fasilitas ketenaganukliran, dan pelaksaan fungsi lain yang diberikan oleh
Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi.
4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
BAB II
HASIL DAN PEMBAHSAN
6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
radioaktif lainnya yang cukup dapat membangkitkan panas saat proses peluruhan
radioaktivitasnya.
Tujuan pengelolaan limbah radioaktif adalah mencegah terjadinya kontaminasi zat
radioaktif kepada pekerja, masyarakat dan lingkungan serta untuk mengolah seluruh
atau sebagian limbah radioaktif agar aman apabila dilepaskan ke lingkungan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2013, Klasifikasi Limbah Radioaktif adalah sebagai berikut :
8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
3. Limbah radioaktif selain zat 100 Bq/g hingga 1000 kali Tingkat
radioaktif terbungkus yang Pengecualian untuk pemancar beta
tidak digunakan atau konsentrasi aktivitas 100 Bq/g-
400 Bq/g untuk pemancar alfa
9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan adalah zat radioaktif yang
dimasukan secara permanen ke dalam kapsul yang terikat kuat yang tidak digunakan lagi oleh
pemegang izin antara lain karena penggunaan yang tidak efektif sebagai akibat peluruhan
radioaktif, rusak atau faktor ain.
10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
merupakan limbah yang berasal dari pemanfaatan tenaga nuklir dan berpotensi
membahayakan keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerja, masyarakat, dan
lingkungan hidup jika tidak dikelola secara tepat guna dan berhasil guna dengan cara dan
metode yang akurat serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Limbah radioaktif padat termasuk dalam zat radioaktif terbuka yang tidak digunakan
karena tidak terbungkus dan tidak digunakan lagi oleh pemegang izin antara lain karena
merupakan sisa dari penggunaan di bidang industri, kesehatan, atau faktor lain. Ada 3
tahapan pengelolaan limbah radioaktif padat yang dilakukan oleh Fungsi Keselamatan
Radiasi
- Direktorat Pengelola Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) selaku pengelola limbah
radioaktif di Kawasan Nuklir Yogyakarta, diantara lain :
a. Inspeksi
11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
b. Pengumpulan
12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
c. Pengemasan
d. Pelabelan
Pada tahap ini, limbah radioaktif diberikan label sesuai dengan
kategorinya masing-masing kemudian disimpan di gudang limbah
radioaktif padat.
e. Pengiriman
13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Di tahap ini, limbah radioaktif yang sudah diberi label dan disimpan
dalam drum akan dikirim ke Instalasi Pengolaan Limbah Radioaktif
(IPLR) – DPFK Serpong untuk pengolaan selanjutnya.
a. Karakterisasi
14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
kandungan organik, dll. Berikut adalah karakterisasi limbah cair radioaktif menurut
Ignatius Djoko Sardjono (2013) :
a) Beta Gamma (βγ)
Limbah cair yang mengandung Beta (β) merupakan limbah yang
mengandung isotop radioaktif yang memancarkan sinar beta dan
menghasilkan pancaran elektron dari inti atom karena perubahan neutron
akan menjadi neutron dan diberi lambang -1e0.
Sedangkan limbah cair yang mengandung Gamma merupakan
limbah cair yang mengandung inti atom yang memiliki energi ikat nukleon
yang lebih tinggi dari energi ikat dasarnya (ground cafe). Dalam keadaan
ini dapat dikatakan bahwa inti atom dalam keadaan tereksitasi dan dapat
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan sinar gamma γ atau foton
yang besar energi tergantung pada keadaan energi tereksitasi dengan
energi dasarnya. Pemancaran sinar Gamma tidak menyebabkan perubahan
massa ataupun muatan pada inti atom.
b) Alfa (α)
Limbah cair yang mengandung sinar alfa (α) adalah limbah yang
memancarkan sinar α dan menyebabkan nomor massa inti induk
berkurang menjadi empat dan nomor atom induk berkurang dua sehingga
berubah menjadi inti atom yang lain.
15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
b. Pengumpulan
c. Pengelompokan
d. Pengolahan
16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
b) Evaporasi
Evaporasi merupakan salah satu metode pengolahan yang lazim
dilakukan untuk penghilangan material radioaktif. Metode ini memiliki
kemampuan pemisahan material radioaktif yang tinggi namun memiliki
biaya yang tinggi pula sehingga pengoperasiannya hanya diperuntukkan
untuk mengolah limbah aktivitas sedang dan tinggi. Menurut Budi
Setiawan (2016), evaporasi paling efektif apabila dipakai untuk
pengolahan limbah yang kadar padatan totalnya tinggi dan memerlukan
FD yang tinggi. Limbah yang memiliki karakteristik demikian biasanya
memiliki volume kecil apabila dibandingkan dengan limbah yang
aktivitasnya rendah. Apabila limbah yang aktivitasnya rendah diolah
menggunakan evaporasi, maka biayanya akan cenderung tinggi.
Sedangkan untuk limbah yang mengandung korosifnya, penimbul
kerak, atau buih maka diperlukan pengolahan awal atau penggabungan
dengan metode yang lain. Metode ini juga kurang baik untuk limbah
yang mengandung radionuklida yang mudah menguap, seperti 106Ru
dan 132I.
Gambar 2. 7 Evaporasi
18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
c) Koagulasi Flokulasi
19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
2.2 Studi Pendahuluan Pengolahan Limbah Pemrosesan Pasir Xenotim Menggunakan Metode
Advanced Oxidation Process (AOP)
2. Ball pipet
20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
3. Pipet tetes
5. Pencacah GM
6. Tabung reaksi
7. Kuvet
8. Kertas saring
21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
9. Jar test
22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Bahan-bahan :
1. NaOH 5N
2. Limbah B3
3. FeSO4
4. Asam COD
5. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
6. Hidrogen Peroksida (H2O2)
7. Aquades
23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
-Tahap selanjutnya siapkan sampel limbah 500 mili yang sudah mempunyai PH 5 kemudian siapkan
labu untuk sampel limbah, tahap ini menggunakan alat jar test fungsi alat ini yaitu sama mengaduk
dan menghomogenkan sampel tapi dalam alat ini mempunyai kecepatan pengaduk yaitu 100 RPM
dan bisa diatur waktu mengaduknya
Di tahap ini kita mempunyai dua sampel sampel pertama ditambahkan larutan H2O 2 sampel yang
kedua ditambahkan H2 O2 dan Fe
Ambil sampel awal ke labu
Setelah sampel diaduk ambil sampel saat waktu 10,20, 30, 40, 50 dan 60 menit
Sampel setiap waktu diambil 10 mili segera ditambah NaOH sebanyak 7 tetes menggunakan pipet
tetes agar ph-nya menjadi 10 dan masukkan sampel kelabu
Biarkan sample selama 1 hari agar sampel mengendap
- Tahap selanjutnya dengan COD . Di tahap ini Siapkan labu untuk sampel kemudian setiap sampel
ambil 2,5 mili masukkan ke setiap labu setelah itu tambahkan asam COD sebanyak 1,5 ml dan
tambah kalium dikromat sebanyak 3,5 ml sehingga tomat sampel yang ada di labu yaitu 7,5 ml
Membuat blangko dengan aquades Kemudian Panaskan setiap sampel menggunakan hot plate
selama 2 jam
-Tahap selanjutnya pengecekan dengan alat UV-Vis, setiap sampel dicek untuk
mengukur absorban suatu sampel pada panjang gelombang tertentu
-Tahap selanjutnya yaitu sampel di preparasi, sisa sampel yang sudah di cek dari alat UV-Vis di
masukan ke planset dan di panaskan sampai kering
24
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Sampel air yang telah dikeringkan akan diukur tingkat radioaktivitasnya melalui pembacaan dengan
detektor Geiger Muller (GM) untuk Beta-Gamma dan ISOLO untuk Alpha-Beta. Detektor GM
menggunakan isian gas untuk pembacaan radioaktivitas sedangkan detektor ISOLO menggunakan
Passivated Implanted Planar Silicone (PIPS). Prinsip pembacaan radioaktivitas dengan detektor ini
yaitu radiasi yang dipancarkan akan dibaca oleh bahan detektor yang menghasilkan muatan sehingga
intensitasnya dapat diukur. Sistem pencacahan yang digunakan adalah sistem pencacahan integral
yaitu sistem yang membaca kuantitas radiasi tanpa memperhatikan jenis energi radiasinya
25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
26
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Perhitungan :
Berat akhir sampel = planset isi sampel (gr) − planset kosong (gr)
Rata - rata pencacahan masing - masing sampel =
𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 3
3
𝛴(𝑥𝑖−𝜇)2
Standar deviasi masing - masing sampel = √ 𝑛−1
𝜇
Laju cacah = 𝑡
Laju cacah nett = laju cuplikan − laju latar
Deviasi nett = 1,96 × √(deviasi sampel)2 × √(deviasi latar)2
2,706 laju cacah latar
LLD (Light Lowest Detection) = + 4,653 × √
𝑡 t
Keterangan :
*xi = pencacahan ke-i ( bisa ke-1,ke-2,ke-3)
*n = banyaknya percobaan pencacahan
*η = efisiensi
27
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
*μ = rata-rata
*t = waktu
*x = berat sampel
28
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
29
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Handini, T., Sukarna, I. M., & Yuniyanti, A. D. (2019). Pemisahan Itrium dengan
Cara Ekstraksi Menggunakan Solven TOPO. Eksplorium: Buletin Pusat Teknologi
Bahan Galian Nuklir, 39(2), 105-112.
2. Sofyatin, T., Hendrayati, D., & Pratomo, U. (2016). Pemisahan Unsur Tanah
Jarang dari Senotim dengan Metode Pengendapan Melalui Destruksi
Menggunakan Akua Regia. Jurnal ICA (Indonesian Chemia Acta), 6(1), 25-29.
3. Dianggoni, I., Saputra, E., & Pinem, J. A. (2017). Pengolahan Zat Warna Tekstil
(Rhodamine B) dengan Teknologi AOP (Advance Oxidation Processes)
menggunakan Katalis Ce@ Carbon Sphere dan Oksidan
Peroxymonosulfate (Doctoral dissertation, Riau University).
4. Setiawan, Budi. 2016. Pengelolaan Limbah Radioaktif Volume 1. Jakarta:
BATAN Press.
5. Sardjono, Ignatius Djoko. 2013. Pengelolaan dan Transportasi Limbah Radioaktif.
Yogyakarta: BATAN
6. Swantomo, Deni & Prayitno. 2010. Teknologi Pengolahan Limbah Cair. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
32
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
33
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
34
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Inspeksi limbah
35
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Menimbang NaOH
36
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
Karakterisasi limbah
37
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
38
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DIREKTORAT PENGELOLAAN FASILITAS
KETENAGANUKLIRAN
39