Anda di halaman 1dari 12

1

PENGEMBANGAN PASAR LELANG KAKAO


DI KABUPATEN ASAHAN, SUMATERA UTARA

Yudi Fadilah1

Abstract
Cocoa in this time is being one of the ten priority commodities of Indonesia in order to
improving of non oil exports through the decision of Indonesian Minister of Trade. North
Sumatra province as the main area of cocoa producer, especially Kabupaten Asahan,
has big potency in the cocoa commodity. Kabupaten Asahan government released policy
of cocoa development by making cocoa market auction. This program had walked for
more or less three years and the program had represented by Cooperation, Industry and
Trade Authority of Kabupaten Asahan, North Sumatra. The purpose of this market
auction program is to increase the price of cocoa in the farmer level. Before
implementation of this program, price of cocoa seed in the farmer level is tend to lower.
This matter is caused by a farmer have the weak bargaining power. Cocoa market
auction can increase the price of cocoa in the farmer level by market auction mechanism
that transparent in the price making process.
Key word : Cocoa market auction

Pendahuluan
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong
pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.

Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila
berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan
agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan
potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha
terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku dan Sulawesi
Tenggara. Disamping itu kebun yang telah dibangun masih berpeluang untuk
ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50%
potensinya.

1
Kandidat Peneliti pada Puslitbang Iklim Usaha Perdagangan, Departemen Perdagangan
2

Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit,
sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu
peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao
mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat
terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.

Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan
areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu
mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas
yang tinggi. Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan
kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan
mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran
untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun
tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan
mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao.

Permasalahan
Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga didunia setelah Pantai
Gading dan Ghana. Salah satu propinsi penghasil kakao yang cukup besar adalah
Sumatera Utara. Kabupaten Asahan sebagai sentra kakao di Sumatera Utara melalui
pemerintah daerah memiliki perhatian terhadap komoditas ini. Perhatian yang diberikan
adalah meningkatkan harga jual kakao petani yang selama ini memiliki posisi tawar yang
lemah. Program yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah ini adalah pengembangan
pasar lelang kakao. Dalam makalah ini penulis mencoba menelaah pengaruh pasar lelang
kakao bagi peningkatan harga kakao di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

Metodologi
Metode penulisan ilmiah ini menggunakan analisa deskriptif dengan menggunakan data
primer yang berasal dari hasil wawancara dengan pejabat pemerintah daerah dan petani
kakao. Selain itu juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas
Kopperindag Kabupaten Asahan, BPS, dan internet.
3

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perkebunan kakao yang ada di
Kabupaten Asahan dan mengetahui pengaruh pasar lelang kakao bagi pengembangan
kakao di daerah tersebut.

Pembahasan

1. Potensi Kakao di Kabupaten Asahan


Propinsi Sumatera Utara adalah salah satu penghasil utama kakao dengan areal
perkebunan di Sumatera Utara tahun 2001, seluas lebih kurang 63.276,20 Ha dengan
total produksi 49.469,38 Ton. Menurut jenis pengusahaannya tanaman kakao di
Sumatera Utara dibagi atas 4 (empat) bagian yaitu:
1. Perkebunan Rakyat : 28.424,98 Ha
2. Perkebunan Negara (PTP. Nusantara II, III dan IV) : 24.004,72 Ha
3. Perkebunan Besar Swasta Asing : 5.292,00 Ha
4. Perkebunan Besar Swasta Nasional : 5.554,50 Ha

Pertanaman kakao di Propinsi Sumatera Utara tersebar di beberapa kabupaten dan


untuk Perkebunan Rakyat tersebar di 12 (dua belas) Kabupaten yaitu :
Tabel 1.
Data Luas Perkebunan dan Jumlah Produksi Kakao Rakyat di Sumatera Utara

NO. NAMA KABUPATEN LUAS AREAL (HA) PRODUKSI (TON)


1 LABUHAN BATU 597,00 297,00
2 ASAHAN 7.807,00 6.840,00
3 SIMALUNGUN 4.135,52 4.956,02
4 LANGKAT 986,00 519,30
5 DELI SERDANG 4.214,50 2.830,30
6 TAPANULI SELATAN 3.225,32 1.126,58
7 TAPANULI TENGAH 1.469,00 1.118,41
8 KARO 480,00 219,00
9 MANDAILING NATAL 1.634,14 918,62
10 TAPANULI UTARA 1.116,50 442,84
11 NIAS 3.030,00 407,00
12 TOBA SAMOSIR 3,00 1,46
  JUMLAH 28.424,98 19.676,53
4

Pada Perkebunan Negara (PTP. Nusantara II, III dan IV) areal tanaman kakao
tersebar di beberapa kabupaten seperti yang terdapat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2
Data Luas Perkebunan dan Jumlah Produksi Kakao PTPN di Sumatera Utara

NO. NAMA KABUPATEN LUAS AREAL (HA) PRODUKSI (TON)


1 LANGKAT 3.677,00 4.407,00
2 DELI SERDANG 13.046,86 9.413,85
3 SIMALUNGUN 4.793,73 3.373,00
4 ASAHAN 2.185,00 1.488,00
5 LABUHAN BATU 101,13 48,00
6 TAPANULI SELATAN 201,00 172,00
  JUMLAH 24.004,72 18.901,85

Sedangkan perkebunan besar swasta asing arealnya tersebar di kabupaten yang


terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3
Data Luas Perkebunan dan Jumlah Produksi Kakao Swasta di Sumatera Utara

NO. NAMA KABUPATEN LUAS AREAL (HA) PRODUKSI (TON)


1 LANGKAT 638,00 829,00
2 DELI SERDANG 2.365,00 2.575,00
3 SIMALUNGUN 1.651,00 1.471,00
4 ASAHAN 638,00 541,00
  JUMLAH 5.292,00 5.416,00

Kabupaten Asahan sebagai kabupaten di Sumatera Utara yang menghasilkan kakao


cukup besar berusaha mengembangkan industri perkebunan kakao dengan jalan
mengadakan pasar lelang kakao. Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan
mengeluarkan kebijakan ini dengan tujuan agar harga kakao di tingkat petani menjadi
meningkat. Adapun lokasi pasar lelang kakao di Kabupaten Asahan adalah terletak di
Desa Penggalangan, Desa Sumber Harapan, Desa Sijabut, Desa Sei Alim Hasak,
Desa Tinggi Raja dan Desa Lubuk Palas.

Masalah yang selalu dihadapi petani adalah tidak memiliki akses pasar, posisi rebut
tawar lemah, pembentukan harga tidak transparan, tidak memiliki kemampuan modal,
5

jalur distribusi panjang, tidak ada kepastian harga, komoditas yang dihasilkan mudah
rusak dan kualitas komoditas belum sesuai harapan pasar.

Untuk menjawab masalah tersebut dikembangkan pasar lelang dimana petani


produsen/penjual dipertemukan langsung dengan pembeli, penawaran dilakukan
secara terbuka (transparansi pembentukan harga). Dengan penyelesaian kemudian
(forward contract) petani dapat merencanakan pola tanam dan dapat melakukan
penyimpanan komoditas dengan biaya yang rendah.

Pengembangan sistem pasar lelang harus sederhana, dapat dilaksanakan dimana saja,
tertib dan berkelanjutan, dibangun terpusat, berlaku nasional dan pelaksanaannya
desentralisasi. Keanggotaan pasar lelang diverifikasi/akreditasi oleh Dinas terkait.
Sertifikat dan kartu anggota pasar lelang diterbitkan oleh penyelenggara pasar lelang
dan berlaku secara nasional.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Utara meminta


kalangan eksporter di daerah itu ikut membeli langsung biji kakao di pasar lelang di
Desa Sijabut, Kabupaten Asahan, guna meningkatkan nilai tawar harga kakao.

Kepala sub dinas perdagangan dalam negeri Disperindag Sumut, Romel Sembiring,
MSc mengatakan bahwa keikutsertaan para eksporter dalam pembelian kakao di pasar
lelang tersebut diyakini akan ikut meningkatkan posisi tawar harga kakao di sentra
produksi kakao Asahan dan sekitarnya. Para eksporter di Sumatera Utara selama ini
membeli kakao yang dihasilkan para petani Asahan melalui perdagangan perantara
yang pada umumnya berupaya menekan harga di tingkat petani dan selalu
menawarkan harga relatif tinggi kepada pihak eksporter. Jika eksporter mampu
memperoleh kakao petani melalui pasar lelang di Asahan tersebut diyakini eksporter
dan petani produsen akan sama-sama memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Bahkan menurut dia, harga kakao yang terbentuk di pasar lelang asahan tersebut akan
selalu didasarkan atas perkembangan harga kakao di luar negeri dan nilai tukar atau
kurs dollar AS. Sembiring mengatakan, pasar lelang kakao di Desa Sijabut, Asahan,
yang pembentukannya diprakarsai oleh Dinas Perindag Sumatera Utara bekerjasama
6

dengan Pemkab Asahan kini telah mampu mendongkrak harga kakao petani di daerah
itu .

Sejak dua tahun terakhir ini, harga kakao dengan tingkat kadar kering sekitar 90%
yang ditawarkan melalui pasar lelang di Desa Sijabut berkisar antara Rp.11.000/Kg
hingga Rp. 18.000/Kg. Sementara, harga kakao petani pada saat belum adanya pasar
lelang di daerah itu oleh tengkulak cenderung dibeli dengan harga yang relatif rendah,
yakni selalu di bawah Rp. 9.000/Kg. Oleh karena itu pihaknya mengharapkan
kalangan eksporter termasuk pabrikan produk makanan yang menggunakan campuran
coklat atau kakao dapat terlibat dalam pembelian kakao di pasar lelang.

Pada Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat bahwa berdasarkan data nilai dan volume pasar
lelang pada tahun 2004 dan 2005 memperlihatkan harga rata-rata untuk setiap bulan
berkisar antara Rp. 10.000 – 12.000/kg. Harga ini relative stabil bahkan kondisinya
masih lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat harga sebelum dilaksanakan pasar
lelang kakao.

Gambar 1
Perkembangan Lelang Kakao di Kabupaten Asahan
Tahun 2004 dan 2005 (Juta)

Nilai Lelang Kakao

3000
2500
2000
1500 2004
1000 2005
500
0
Januari Mei September
Sumber : Dinas Kopperindag Kab. Asahan
7

Gambar 2
Perkembangan Lelang Kakao di Kabupaten Asahan
Tahun 2004 dan 2005 (Ton)

Volume Lelang Kakao

250
200
150
2004
100 2005
50
0
Januari Mei September
Sumber : Dinas Kopperindag Kab. Asahan

Sedangkan, volume dan nilai transaksi pasar lelang kakao pada tahun 2006 sampai
dengan bulan April 2006 seperti terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 dibawah ini.
Harga rata-rata dalam setiap transaksi pasar lelang setiap bulannya antara bulan
Januari hingga April 2006 adalah Rp. 10.000 – Rp. 11.000/kg.

Tabel 4
Data harga rata-rata kakao pada pasar lelang kakao tahun 2004 dan 2005

Bulan 2004 (Rp) 2005 (Rp)


Januari 11.414 10.137
Februari 10.570 11.092
Maret 10.902 12.212
April 10.300 10.893
Mei 10.148 10.307
Juni 10.794 10.414
Juli 10.284 10.521
Agustus 12.743 10.906
September 11.436 11.072
Oktober 10.769 10.656
November 11.630 10.069
Desember 11.283 10.428

Sumber : Dinas Koperindag Kabupaten Asahan

Gambar 3
8

Volume transaksi pasar lelang kakao Januari-April 2006

Volume (kg)

200,000.0
150,000.0
100,000.0
50,000.0 Volume (kg)
-
Januari Maret

Gambar 4
Nilai transaksi pasar lelang kakao Januari-April 2006

Nilai (Rp)

2,000,000,000.0
1,500,000,000.0
1,000,000,000.0
500,000,000.0 Nilai (Rp)
-
Januari Maret

2. Pasar Lelang Kakao


Pasar lelang mulai marak dibina dan dikembangkan oleh Departemen Perdagangan
sejak tahun 1993 pada saat Badan Pelaksana Bursa Komoditi melakukan studi
kelayakan bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB.
Kajian ini dilakukan di Sumatera Utara dan difokuskan kepada komoditas
hortikultura yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat-
obatan. Hortikultura diunggulkan oleh koperasi tani dan menjadi sasaran binaan
utama pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agro
industri dan memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.

Ketentuan pasar lelang yang berlaku secara nasional tercantum dalam Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 650/MPP/Kep/10/2004 tentang
Ketentuan Penyelenggaraan Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (forward)
Komoditi Agro yang dikeluarkan tanggal 18 Oktober 2004.
9

Dengan ketentuan ini Pemerintah mengharapkan petani dapat dibina untuk


meningkatkan produksi melalui transparansi informasi dan pembentukan harga
sehingga dapat diajak bekerjasama dalam mengelola pola tanam agar distribusi
pasokan komoditas diatur sepanjang tahun sesuai dengan kemampuan daya serap
pasar. Mekanisme pasar lelang dapat menyediakan sarana dengan fungsi tersebut
apabila terkumpul volume komoditas yang akan dilelang dengan jumlah signifikan
dan berkesinambungan sepanjang tahun dengan frekuensi teratur setiap minggu,
bulan atau tahunnya.

Pelaku pasar lelang meliputi penjual, pembeli, panitia lelang, lembaga penjaminan,
perbankan. Pihak penjual dapat meliputi petani produsen individu skala besar,
kelompok tani, koperasi/KUD, perusahaan agro bisnis. Sedangkan pihak pembeli
dapat meliputi pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang pengumpul antar
daerah, eksportir, industri pengolahan, importir atau agennya.

Sistem dan mekanisme pasar lelang memerlukan kesederhanaan, dengan keanggotaan


berskala nasional yang didukung sistem verifikasi dan akreditasi. Dari segi lokasi,
pasar lelang dapat dilaksanakan dimana saja, namun harus tertib dan berkelanjutan,
dengan sistem nasional terpusat, sedangkan pelaksanaannya didaerah dilakukan
secara desentralisasi.

Dengan beroperasinya pasar lelang, tidak berarti hilangnya peran pedagang didaerah
operasinya. Peran mereka justru lebih diperlukan untuk berperan aktif sebagai penjual
maupun pembeli. Tujuan pasar lelang adalah membentuk sistem informasi yang
transparan dan wahana pembentukan harga yang menguntungkan bagi semua pihak.

Pasar lelang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani melalui perbaikan
mekanisme pembentukan harga komoditas yang dihasilkan melalui transparansi
sistem yang dianut tanpa adanya manipulasi informasi pasar. Kualitas komoditas
yang diperdagangkan diharapkan meningkat melalui mekanisme pembentukan harga
tersebut karena mutu komoditas yang lebih baik akan mendapatkan penawaran yang
lebih tinggi dibandingkan yang berkualitas lebih rendah. Jaminan sistematis akan
10

harga yang lebih baik ini akan mendorong petani termotivasi kuat untuk
menghasilkan komoditas dengan mutu yang lebih baik agar diterima di pasar
domestik maupun pasar ekspor. Pasar lelang akan membuka akses luas kepada para
pelaku pasar sehingga akan lebih banyak penjual dan pembeli yang akan melakukan
transaksi sehingga persekongkolan pihak yang terbatas dapat dikurangi secara
signifikan. Dampak pasar lelang akan menghilangkan sistem ijon, tebasan, panjar,
konsinyasi yang kurang disenangi petani karena merugikan posisi tawar petani yang
selalu dalam kondisi dikejar kebutuhan sehingga dimanfaatkan oleh tengkulak. Pasar
lelang yang transaksinya tunai akan lebih menarik petani dan pedagang pengumpul
tingkat kecamatan sehingga akan lebih banyak menarik para pihak untuk
berpartisipasi disini. Petani yang tidak berminat berpartisipasi di pasar lelang karena
skala usaha yang masih kecil atau sebab lain, perlu diaktifkan melalui kelompok tani
atau koperasi unit desa sebagai wadah pelaksana pasar lelang bagi penjualan
komoditas yang dihasilkan anggotanya.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
11

Potensi kakao di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ternyata sangat besar. Menurut
data BPS untuk tahun 2001 luas perkebunan kakao yang ada di kabupaten ini adalah
seluas 10.630 Ha dengan jumlah produksi kakao sebesar 8.869 ton. Perkebunan
tersebut dikelola oleh perusahaan pemerintah melalui PTPN II, III dan IV, selebihnya
dikelola oleh perkebunan swasta dan perkebunan rakyat.
Besarnya potensi ini ternyata diikuti dengan peningkatan harga jual kakao petani dari
yang semula Rp. 9.000/kg menjadi antara Rp. 11.000 hingga Rp. 18.000/kg.
Peningkatan ini terjadi karena mekanisme lelang menetapkan harga patokan
berdasarkan harga yang ada di luar negeri. Pembentukan harga ini dilakukan secara
transparan sehingga petani dan peserta lelang dapat mengetahui informasi harga yang
sebenarnya.

2. Saran
a. Pemerintah melalui Dinas Perindag yang ada di daerah diharapkan senantiasa
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pasar lelang agar
dapat melindungi harga jual kakao petani.
b. Pemerintah diharapkan melakukan penyuluhan pertanian dalam rangka
meningkatkan kualitas biji kakao karena kualitas biji kakao akan mempengaruhi
harga jualnya. Penyuluhan juga diberikan dalam bentuk teknik penanggulangan
hama penggerek buah kakao (PBK) yang selama ini menjadi musuh utama petani
kakao.
c. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan finansial berupa pinjaman
lunak bagi petani agar petani dapat melakukan peremajaan tanaman kakao
sehingga tingkat produktifitas tanaman kakao dapat meningkat. Selama ini usia
tanaman kakao milik petani sebagian besar telah berusia diatas 15 tahun.
Akibatnya tingkat produktivitas tanaman telah menurun secara drastis.

Daftar Pustaka
12

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2005, ”Prospek


dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao”.

Biro Pusat Statistik Kabupaten Asahan, Asahan Dalam Angka, 2001.

Bisnis Indonesia, 2006, Kakao Masih Menjadi Unggulan, 24 Januari.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Asahan, Potensi Perkebunan Kabupaten


Asahan, 2004, www.pemkab-asahan.go.id.

Tri Mardjoko, 2004, “Pasar Lelang : Harapan Baru Memperbaiki Posisi Tawar Petani”,
www.bappebti.go.id, 12 November.

Anda mungkin juga menyukai