Anda di halaman 1dari 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS


VII SEMESTER GANJIL SMP BHAKTI BARADATU TAHUN PELAJARAN
2020/2021

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Oleh RINI MARBIHAN, S.Pd.


NUPTK 7662762663300072

YAYASAN PENDIDIKAN BHAKTI BARADATU


SMP BHAKTI BARADATU
WAY KANAN-LAMPUNG
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Menggunakan
Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bhakti
Baradatu Tahun Pelajaran 2020/2021

Oleh
Rini Marbihan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dan mengetahui
peningkatan hasil belajar menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII SMP Bhakti
Baradatu, dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan
guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Bhakti Baradatu berjumlah 24 siswa,
yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa observasi, catatan lapangan, angket, tes penampilan
musikalisasi puisi, dokumentasi, dan rekaman. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini
dilihat dari adanya perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan guru maupun
siswa dalam proses maupun hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan bermusikalisasi
puisi dari segi proses maupun hasil. Peningkatan proses dapat dilihat dari peran serta
aktivitas guru maupun siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini ditandai dengan munculnya respon positif melalui
sikap kerjasama dan antusias yang ditunjukkan siswa serta kondisi pembelajaran yang
berlangsung dengan kondusif. Peningkatan proses tersebut berdampak positif pada
peningkatan hasil. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan nilai akhir
bermusikalisasi puisi siswa mulai dari tahap pratindakan sampai tahap siklus II.
Perolehan rata-rata nilai akhir menulis teks deskripsi siswa pada saat tahap
pratindakan, yaitu 67,5. Pada siklus I, mengalami peningkatan menjadi 73,8.
Kemudian, pada siklus II rata-rata nilai akhir hasil belajar siswa kembali mengalami
peningkatan menjadi 82,89. Jumlah peningkatan rata-rata nilai ahkir musikalisasi
puisi dari pratindakan sampai siklus II sebesar 15,39.
Kata Kunci: peningkatan, kemampuan, menulis teks deskripsi, pendekatan
kontekstual
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah sehingga penulisan PTK ini dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa PTK ini
tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan
terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
Ibu Margianti. S.Pd. Selaku Kepala SMP Bhakti Baradatu, Ibu Lucia Indah
Sriharyati, S.Pd., rekan guru beserta staf yang telah memberikan arahan, dukungan,
dan pelayanan dengan baik, selama masa penelitian. Semua karib kerabat yang telah
memberikan motivasi dalam penyelesaian PTK ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do'a semoga budi
baiknya diterima oleh Tuhan SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan
kemampuan dalam menyusun PTK ini, maka diharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan PTK ini.
Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.

Baradatu, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PAKTA INTEGRITAS
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 12

II. LANDASAN TEORI


2.1 Keterampilan menulis .............................................................. 13
2.1.1 Pengertian Keterampilan Menulis ................................ 13
2.1.2 Tujuan Keterampilan Menulis ...................................... 15
2.1.3 Prinsip-Prinsip Pemodelan............................................. 16
2.1.4 Penerapan Teknik Pemodelan ....................................... 16
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pemodelan ............ 18
2.2 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Menulis ................... 21
2.2.1 Pengertian ............................................................... 21
2.2.2 Macam-macam Menulis ........................................... 24
2.2.3 Tujuan Pembelajaran Menulis ............................................ 28
2.3 Teks Deskripsi ................ 28
2.3.1 Pengertian teks Deskripsi ................................... 28
2.3.2 Mencari Makna dalam Puisi ................................... .... 33
2.3.3 Cara Mengapresiasi Puisi ............................................ 34
2.4 Metode Kontekstual ................................................................... 35
2.4.1 Pengertian Metode...................................... 36
2.4.2 Jenis-Jenis Metode....................................... 39
2.4.3 Manfaat Metode......................................... 40
2.4.4 Tujuan Metode........................................... 41
2.4.5 Langkah-langkah Metode Kontekstual .......................... 42
2.4.6 Membuat eks Deskripasi ....................................... 43
2.4.7 Penerapan Metode Kontekstual ........................... 48
2.4.8 Kriteria Penilaian eks Deskripsi .......................... 52

2.5 Kerangka Pikir.......................................................................... 68

III. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 78
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 81
3.3 Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................... 82
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 82
3.5 Indikator Keberhasilan................................................................ 86
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................. 89
3.7 Instrumen Penelitian ................................................................. 102
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................. 121
3.9 Validasi Data............................................................................... 124

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 125
4.1.1 Pra Siklus ............................................................................ 125
4.1.2 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas Pembelajaran
Musikalisasi Puisi ............................................................ 130
4.2 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1 ................................. 130
4.2.1 Tahap Perencanaan ............................................................ 131
4.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan .......................................... 134
4.2.3 Tahap Pengamatan ............................................................ 138
4.2.4 Refleksi Tindakan Siklus 1 .............................................. 156
4.3 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ................................ 158
4.3.1 Tahap Perencanaan ............................................................ 158
4.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ........................................... 160
4.3.3 Tahap Pengamatan ............................................................. 163
4.3.4 Tahap Refleksi Tindakan Siklus II ................................... 181
4.4 Pembahasan .............................................................................. 183
4.4.1 Perencanaan Tindakan Kelas .......................................... 183
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan Kelas ........................................... 185
4.4.3 Peningkatan Pembelajaran Musikalisasi Puisi................... 189
4.4.4 Implikasi Hasil Penelitian ................................................ 189
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan …………………………………………….. 202
5.2 Saran ………………………………………………… 204
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 206

LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses belajar mengajar menjadi proses kegiatan utama di sekolah. dalam
proses ini siswa membangun makna dan pemahaman melalui bimbingan guru.
Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan hal-halsecara lancar dan termotivasi. Hal-hal tersebut dapat dituangkan
siswa melalui keterampilan menulis.
Keterampilan menulis menjadi salah satu keterampilan berbahasa yang
penting. Dengan menulis, seseorang mampu menyalurkan ide serta mempengaruhi
masyarakat dengan menggunakan pemikiran atau gagasan yang ditulisnya. Pemikiran
yang ditulis harus dikuasai oleh seorang penulis agar tujuan dan maksud yang
disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
Tujuan pembelajaran menulis diajarkan di sekolah untuk membudayakan
keterampilan menulis dikalangan pelajar karena keterampilan menulis digunakan
untuk menyampaikan komunikasi secara tidak langsung. Hal itu selaras dengan
pendapat Tarigan (2008:22) pada prinsipnya fungsi utama dari suatu tulisan sebagai
alat komunikasi yang tidak langsung. Oleh karena itu, upaya meningkatkan
kemampuan menulis harus tekun dilakukan terutama oleh guru bahasa Indonesia pada
sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar, menengah, dan sekolah tinggat atas. Salah
satu yang diajarkan kepada siswa adalah menulis deskripsi.
Menulis paragraf deskripsi dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan,
keruntutan, dan kelogisan antara kata, kalimat, dan paragraf sehingga membentuk
karangan yang baik dan utuh. Karangan yang baik dan utuh juga bisa mewakili
pendapat atau persaan yang akan disampaikan oleh si penulis.
Paragraf deskripsi bertujuan menceritakan suatu objek,suatu hal, suasana,
atau perasaan yang sedemikian rupa, sehingga objek, hal, dan suasana tersebut
seolah-olah dapat dilihat, dirasa, dan hanyut dalam suasana yang ditulis oleh
pengarang. Dengan kata lain, paragraf deskripsi mewakili objek, perasaan, dan
suasana yang dirasakan oleh penulis.
Namun kenyataannya, kemampuan menulis siswa di sekolah dinilai masih
rendah. Hal ini diketahui setelah diadakan praktik menulis karangan deskripsi pada
siswa kelas VII semester ganjil SMP Bhakti Baradatu. Setelah praktik menulis teks
deskripsi yang diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa diberi
tugas untuk mendeskripkan “Lingkungan Sekolah” dengan jumlah siswa 24 orang.
Siswa yang menulis karangan deskripsi yang sesuai hanya 20 %, siswa yang menulis
namun tidak sesuai dengan kenyataan 70%, siswa yang tidak menulis 10%).
Berdasarkan hasil observasi tersebut, metode yang digunakan guru selama ini
kurang efektif. Metode ceramah yang selama ini digunakan dalam pembelajaran teks
deskripsi dirasa memiliki beberapa kelemahan diantaranya (1) siswa selalu ramai di
kelas ketika pelajaran berlangsung sihingga menimbulkan kelas yang tidak kondusif,
(2) kurang tertariknya siswa dengan materi yang disampaikan dengan cara ceramah,
(3) kurangnya motivasi siswa untuk mendeskripsikan hal atau benda.
Maka dari itu, perlu perbaikan metode pembelajaran dalam proses belajar
teks deskripsi, dari metode ceramah akan diubah dengan menggunakan pendekan
kontektual dengan menggunakan media gambar yang dinilai lebih efektif untuk
meningkatkan nilai penulisan paragraf deskripsi pada siswa kelas VII SMP Bhakti.
Pendekatan kontektual dirasa cocok intuk diterapkan pada pelajaran menulis
deskripsi karena pendekatan ini mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi
dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekita peserta didik sehingga
mereka mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan metode ini siswa dapat mengidentifikasi hal-
hal yang terjadi di sekitar mereka, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah.
Melalui pendekatan ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka
dengan membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada pengetahuan awal,
menemukan pengetahuan yang bukan didapat dari mengingat, mampu menjawab dan
mengajukan pertanyaan, bekerja sama, dan mampu menampilkan contoh agar orang
lain berpikir,bekerja, dan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Melaui Pendekatan
Kontekstual Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bhakti Baradatu Tahun
Pelajaran 2020/2021”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi dengan
Menggunakan Metode Kontekstual pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP
Bhakti Baradatu Tahun Pelajaran 2020/2021?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Menggunakan Metode
Kontekstual pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bhakti Baradatu Tahun
Pelajaran 2020/2021. Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai berikut
1. Meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Meningkatkan kinerja guru dalam melakssanakan tugas dan fungsinya.
4. Melatih guru untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan sehingga menjadi bahan evaluasi untuk selalu berupaya
meningkatkan kompetensinya.
5. Melatih guru untuk mempertimbangkan media pendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran.
1. 4. Manfaat Penelitian (Guru, Siswa, Yayasan)
Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai keterampilan menulis
paragraf deskripsi pada siswa kelas VII SMP Bhakti Baradatu

1. 5. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah jika pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode kontektual, maka nilai keterampilan menulis paragraf dekripsi
pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Bhakti akan meningkat.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Keterampilan Menulis
2.1. Pengertian Keterampilan
Setiap orang memiliki keterampilan yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.
Se4bagian orang menyadari akan keterampilan yang dinmilikinya, akan tetapi
sebagian orang tidak menyadarinya.
Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan
pekerjaaan secara lebih mudah dan tepat. (Gordon:1994)
Pengertian keterampilan merupakan suatu kemampuan di dalam
menggunakan akal, pikiran, ide, serta keatifittas dalam mengerjakan dan mengubah
atau juga membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga dari hal tersebut
menghasilkan sebuah nilai dari sebuah pekerjaan tersebut.
Menurut Robbins (2004) keterampilan dibagi menjadi empat kategori sebagai
berikut:
1. Basic Literacy Skill adalah suatu keahlian dasar yang dimiliki ol;eh setiap
orang seperti menulis, membaca, mendengarkan, maupun kemampuan dalam
berhitung.
2. Technical skill adalah suatu keahlianyang didapat melalui pembelajaran
dalam bidang teknik seperti menggunakan komputrer, memperbaikai
handphone, dan lain sebagainya.
3. Interpersinal Skill adalah keahlian seseorang dalam melakukan komunikasi
antarsesama, seperti mengemukakan pendapat dan bekerja secara dalam tim.
4. Problem Solving adalah keahlian seseorang dalam memecahkan masalahnya
dengan menggunakan logikanya.
keterampilan setiap manusian harus terus diasah dan dikembangkan melalui
latihan atau pelajaran. Agar keterampilan yang diliki itu dapat berkembang sesuai
d4engan apa yang diharapkan.
Di dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang dipelajari
yakni keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
dan keterampilan menulis.

2.2. Pengertian Menulis


Kemampuan menulis masih sangat dibutuhkan dalam perkembangan zaman
ini. Karena dengan menulis kita dapat menyampaikan gagasan dan pendapat kita
secar tidak langsung. di samping itu juga menulis merupakan salah satu ciri kaum
terpelajar.
Menulis menurut KBBI diartikan sebagai cara 1 membuat huruf (angka dan
sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya) 3 menggambar;melukis 4
membatik (kain)
Menurut Mulyati (1998:244) menulis pada hakikatnya menyampaikan ide
atau gagasan dan peran dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Gagasan atau
pesan yang akan disamapikan bergantung pada perkembangan dan tingkatan
pengetahuan dan daya talar. Setidak-tidaknya ada tiga komponen yang tergabung
dalam kegiatan menulis, yaitu:
1. penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisa, meliputi:
kosakata, stuktur kaliamt, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya;
2. penguasaan isi karangan sesuai dengan top[ik yang akan ditulis; dan
3. penguasaan tentangjenis-jenis tulisan yaitu bagaimana merangkai isi tulisan
dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi
yang diinginkan. Sebagai bagioan dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan
erat dengan aktivitas berpikir.
Menurut Nurjamal dalam Sumirat, Darwis (2011:69) menerangkan bahwa
menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa merupakan kemampuan
seseorang dalam mengemukankan sebuah gagasan, perasaan, dan juga pemikiran-
pemikiran yang dimiliki kepada orang ataupun pihak lain dengan menggunakan
sebuah media tulisan.
Menurut Djuharie (2005:120) Menulis merupakan suatu keterampilan yang
dapat dibina dan dilatih. Berlatih artinya belajar membiasakan diri untuk melakukan
sesuatu. Berusaha menjadi lebih baik.
Dari berbagai sumber di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
keggiatan menuangkan gagasan atau ide ke dalam bentuk tulisan. Maka dari itu perlu
pemahaman, ketelitian, dan kemampuan agar pendapat atau ide tersebut dapat
tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

3. Pengertian Keterampilan Menulis


Keterampilan menulis digunakan seseorang untuk menyampaiakan
gagasannya melaui tulisan. Menurut pendapat Saleh Abbas (2006:125), keterampilan
menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada
pihak lain dengan melalui bahasa tulis.
Di dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang dipelajari
yakni keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
dan keterampilan menulis. empat aspek keterampilan ini saling berkaitan satu sama
lain.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah
keterampilan seseorang dalam melahirkan pikiran, perasaan, dan kkehendak kepada
orang lain melalui lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri
maupun orang lain yang mempergunakannya.

B. Teks Deskripsi
1. Pengertian Teks Deskripsi
Menurut Tarigan:1994 Pengertian Deskripsi ialah suatu tulisan yang bisa
melukiskan sebuah kisah. tujuan dari deskripsi ini ialah untuk mengajak pembaca
supaya bisa memahami, menikmati, dan merasakan objek yang dibicarakan seperti
suasana hati, orang, aktivitas dan lainnya.
Darmayanti (2008) menyatakan paragraf deskripsi merupakan paragraf yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan pada pengamatan.
Paujiyanti (2014) menyatakan paragraf deskripsi merupakan suatu paragraf
yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca seakan-akan dapat
melihat, mendengar, atau merasakan objek yang digambarkan oleh penulis dalam
paragraf tersebut. Objek yang digambarkan dapat berwujud benda maupun tempat.
Sutarni dan Sukardi (2008) menyatakan paragraf deskripsi merupakan suatu
paragraf yang menggambarkan sevuah objek secara rinci atau mendetail yang
dilengkapi dengan ilustrasi. Ilustrasi itu menjadikan pembaca seolah-olah dapat
melihat, mendengar, dan mengamati sendiri objek yang sedang diceritakan.
Didalam menulis teks deskripsi, siswa dan guru akan terlibat langsung dalam
meneliti objek tertentu kemudian diresapi, diimajinasikan ke dalam pikiran, kemudian
dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Dengan tujuan agar pembaca seolah-olah dapat
merasakan dan melihat suatu objek.
Meskipun yang diamati hanya satu objek namun tidak semua tulisan itu sama.
Hal ini disebabkan karena pemikiran setiap individu itu berbeda juga cara
penyampaian pun berbeda. Tergantung pada sudut pandang yang digunakan dalam
menulis.
Deskripsi mengaktifkanseluruh indera. Artinya apa pun yang dipilih sebagai
pokok pembicaraan , semua indra kita siap siaga sehingga kita dapat merasakan
pembicaan, pengalaman itu dengan jelas dan lengkap.
Melalui deskripsi, seorang penulis menolong pembaca menggunakan
ketajaman perasaan, penglihatan, senyuman, dan rasa untuk mendapatkan
pengalaman yang berasal dari penulisnya. Hal ini sejalna dengan pendapat Nurudin,
2009: 59-61 bahwa deskripsi juga menolaong pembaca agar lebih jelas mengetahui
dan mengerti tentang orang-orang, tempat dan hal lain yang penulis tulis.
C. Metode Kontekstual
1. Pengertian Metode
Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangatlah penting. Untuk
membangkitkan semangat belajar siswa. Agar siswa dan guru pun tidak bosan dalam
preoses belajar. Selain itu pula, penggunaan metode dalam pembelajaran juga
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang telah ditentukan. Pemilihan metode
yang tepat akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Metode dalam bahasa
Yunani disebut methodos yaitu jalan atau cara . Heri Rahyubi (2012:236)
mengartikan metode adalah cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas
belajar mengajar agar berjalan dengan baik.
Menurut Pupuh F dan M. Sobry S (2010:55) makin tepat metode yang
digunakan oleh guru dalam mengajar diharapkan makin efektif pula pencapaian
tujuan pembelajaran. Keduanya pun memberikan arahan dalam menentukan metode
yang akn dipergunakan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. tujuan yang hendak dicapai
2. materi pelajaran
3. peserta didik
4. situasi
5. fasilitas
6. guru

B. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Model Pembelajaran Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning)
Pengertian pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan anatara emeteri yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
1. kontruktivisme (contructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktuk kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut kontruktivisme pengalaman itu memang bersal dari luar, akan tetapi
dikontruksikan oleh dan dari diri seseorang. Oleh sebab itu, pengalaman
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang jadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut.
2. bertanya (questioning) Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi keingintshusbn setiap
individu., sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir.Pertanyaan pendidik digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir peserta didik merupakan wujud keingintahuan.
3. inkuiri (inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan
beberapa langkah: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan
membuat kesimpulan.
4. masyarakat belajar (learning community), Konsep masyarakat belajar
(learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperollllleh
melaui kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas CTL asas ini dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melaui kelompok belajar.
5. pemodelan (modeling), adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik yang lain.
6. Refleksi (reflektion) yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian,
kegiatan, dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang
sudah diketahui dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan tindakan
penyempurnaan.
7. Penilaian nyata (authentic assessment) prosedur penilaian yang menujukkan
kemampauan (pengetahuan, keterampilan, sikap) siswa secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu
siswa agar mampu mempelajari sesuatui, bukan pada diperolehnya innformasi
di akhir periode, kemajuan belajar diniliai tidak hanya hasil tetapi lebih pada
[prosesnya dengan berbagai cara menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa.
Model kontektual intinya adalah keterkaitan setiap materi atau teknik pembelajaran
dengan kehidupan nyata. Siswa dihadapkan pada persoalan yang biasa dihadapi di
lingkungan yang pada masanya nanti siswa mampu menghadapi persoalan yang nyata
di lungkungannya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan
masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai upaya pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian
ini, peneliti telah menentukan dan merancang desain penelitian yaitu menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardani dan Kuswara, 2009, hlm. 1.15).
Beberapa alasan pemilihan PTK adalah (1) PTK sangat kondusif untuk membuat
guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya; (2) PTK
dapat meninkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional dalam kegiatan proses
KBM; (3) dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di
kelasnya; (4) pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pengajar,
karena tidak perlu meninggalkan kelas pada KBM berlangsung; (5) pengajar menjadi
lebih kreatif, karena selalu di tuntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai
implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran, serta bahan ajar
yang dipahaminya.
Prosedur pelaksanaan PTK yang peneliti lakukan diadaptasi dari Arikunto (2010,
hlm. 138), sebagai berikut.dimulai bulan September sampai bulan November.
Alur dalam bagan PTK tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan
Pada perencanaan tindakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti, adalah
sebagai berikut:
1) memuat skenario pembelajaran,
2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Jika
diperlukan instrumen pengamatan tertentu, perlu dikemukakan bagaimana
pembuatannya, siapa yang akan menggunakan, dan kapan akan digunakan,
3) mempersiapkan instrumen untuk merekam data mengenai proses dan hasil
tindakan, dan
4) melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji
keterlaksanaan rancangan.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan meliputi siapa, kapan, dimana dan bagaimana melakukannya.
Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.
Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan diikuti
dengan kegiatan refleksi.

c. Pengamatan Tindakan (Observasi)


Pada bagian pengamatan, melakukan observasi yang dilakukan oleh para observer
yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya
pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi
dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan
yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan secara teknis menerapkan metode kualitatif. Artinya, data
yang dikumpulkan berasal dari angket, lembar observasi guru dan siswa, jurnal siswa,
dan dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara
mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif dalam
penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang
berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik disebabkan
peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan.
Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan objek yang akan diteliti secara sistematis
dengan didukung oleh teori dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.

3.3 Subjek Penelitian


Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Bhakti Baradatu. Siswa kelas VII dipilih
menjadi subjek penelitian karena hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Baradatu Bapak FX. Tumar, S.Pd. sebagai guru
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
siswa kelas VII masih kurang dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya dalam menulis deskripsi.
Titik fokus penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis deskripsi melalui
pendekatan kontekstual.

3.4 Definisi Operasional


Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, istilah-
istilah dalam judul diidentifikasikan sebagai berikut.
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
kegiatan pembelajaran yang menyampaikan materi dengan cara mengaitkannya
dengan kehidupan nyata sehari-hari dari peserta didik. Seperti yang diungkapkan
Komalasari (2017, hlm. 7) bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun
warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya.
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi adalah kemampuan untuk menulis sebuah
karangan yang dapat menggambarkan, melukiskan suatu keadaan, tokoh, kejadian,
objek, atau manusia.

3.5 Instrumen Penelitian


Salah satu kegiatan perencanaan penelitian adalah menyusun instrumen.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.5.1 Lembar Observasi Pembelajaran


Observasi dilakukan untuk mengamati tindakan pembelajaran menulis karangan
deskripsi dengan pendekatan kontekstual. Tahap pengamatan ini dilakukan oleh
peneliti beserta pengamat/observer yang bertugas membuat catatan lapangan yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus dalam setiap siklus.
Aktivitas guru yang diamati yaitu keterampilan guru mengajar dalam
mengaplikasikan metode experiental learning. Aspek yang diamati adalah kegiatan
inti guru mengajar sebagai bahan refleksi untuk pertemuan berikutnya, sedangkan
aktivitas siswa diamati ketika pembelajaran berlangsung. Contoh formatnya adalah
sebagai berikut ini:
berlangsung.
3.5.2 Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang
tidak teramati dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan
permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran
Tabel 3.2 Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual

3.5.3 Jurnal Siswa


Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran yang berisi pernyataan. Jurnal
ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran
berlangsung dan untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil jurnal ini akan digunakan untuk
melakukan perbaikan tindakan pembelajaran siklus berikutnya.
3.5.4 Angket Siswa
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya
3.5.5 Lembar Soal
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan menulis karangan deskripsi dengan beberapa kriteria penilaian yang
telah ditentukan. Instrumen tes ini diberikan pada setiap siklus untuk mengukur
tingkat keberhasilan pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan
pendekatan kontekstual. berikut ini adalah instrumen tes berupa soal yang akan
digunakan.
3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Proses pelaksanaan tindakan
dilaksanakan secara bertahap sampai ada peningkatan keterampilan siswa dalam
menulis karangan deskripsi. Prosedur penelitian sebagai berikut.

3.6.1 Studi Pendahuluan


Langkah awal yang peneliti lakukan untuk menemukan permasalahan seputar
pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah dengan melaksanakan studi
pendahuluan atau observasi awal. Studi pendahuluan merupakan pengamatan
langsung terhadap proses pembelajaran di kelas, untuk merumuskan dan
mengidentifikasi permasalahan pokok yang terjadi di kelas sebagai pijakan untuk
menyusun hipotesis pemecahan
masalah. Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk memperoleh
gambaran permasalahan yang terjadi di kelas.
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VII, yaitu Fransisca Yani, S.Pd. Melalui wawancara tersebut peneliti
mencari informasi mengenai karakteristik kelas VII dan mengetahui pembelajaran
menulis karangan deskripsi di kelas VII yang biasa dilakukan oleh guru yang
bersangkutan.
Setelah studi pendahuluan tersebut dilakukan, maka peneliti dapat mengamati teknik
pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran kelas yang bersangkutan serta
mengidentifikasi faktor penghambat yang dialami guru mata pelajaran bahasa
Indonesia sebelumnya. Melalui studi pendahuluan ini peneliti dapat mengetahui
masalah yang biasanya ditemukan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

3.6.2 Perencanaan Tindakan


Tahap ini merupakan tindak lanjut dari studi pendahuluan yang telah dilakukan
peneliti. Hasil penelitian pada studi pendahuluan digunakan untuk menyusun rencana
pembelajaran pada siklus pertama. Pada tahap ini peneliti merumuskan alternatif
tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi dan menyusun rencana tindakan perbaikan pembelajaran menulis karangan
deskripsi menggunakan pendekatan kontektual.
Dalam perencanaan tindakan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan agar
penelitian berjalan secara sistematis, terencana, dan terstruktur. Kegiatantersebut
adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Pada kegiatan ini peneliti merumuskan masalah secara jelas, baik dengan
kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. Masalah yang ditemukan dalam tahap
perencanaan siklus I didapat dari pengamatan peneliti pada tahap studi pendahuluan,
sedangkan untuk siklus-siklus berikutnya peneliti mengidentifikasi masalah yang
dialami pada siklus I dan seterusnya. Pada kegiatan ini pula peneliti merencanakan
berbagai alternatif pemecahan masalah. Kemudian, dipilih tindakan yang sekiranya
dapat diperoleh hasil terbaik.
b. Menentukan Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan
tugas mengajar guru. Tidak ada peraturan khusus yang menentukan waktu
pelaksanaan PTK. Waktu pelaksanaan penelitian pun bersifat relatif. Jangka waktu
untuk satu siklus tergantung dari materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu.
Penelitian dilakukan tidak kurang dalam tiga siklus. Oleh sebab itu harus dirancang
dan dipersiapkan secara rinci dan matang. Setelah
mendapatkan izin dari kepala sekolah tempat mengambil data, peneliti menentukan
waktu penelitian yang disesuaikan dengan program semester yang telah ada.
c. Menentukan Pokok Bahasan atau Materi Pembelajaran
Pada kegiatan ini pokok bahasan yang akan dipelajari siswa disiapkan secara matang.
Peneliti harus menentukan inti atau materi pembelajaran yang relevan dengan
masalah yang telah dirumuskan. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini
adalah materi mengenai prinsip-prinsip dan teknik menulis karangan deskripsi.
d. Mengembangkan Skenario Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti harus merinci skenario pembelajaran berupa langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan guru praktikan (peneliti) dan bentuk-bentuk
kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang
telah direncanakan. Tindakan-tindakan yang dirancang hendaknya
mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sehingga dapat
menimbulkan risiko yang akan muncul. Skenario yang disusun merupakan wujud
nyata aplikasi pendekatan pembelajaran menggunakan media experiential
learning meliputi 5 tahap. Skenario pembelajaran ini dituangkan secara rinci di dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Menentukan Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran dapat berupa buku acuan atau handout yang membantu siswa
dalam mendapatkan materi pembelajaran. Sumber pembelajaran ini disesuaikan
dengan esensi pokok bahasan yang telah ditentukan sebelumnya.
f. Menentukan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana pendukung pembelajaran yang
dapat membantu keefektifan pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini peneliti
menentukan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan
menyesuaikan fasilitas yang dimiliki sekolah. Media yang digunakan adalah video
yang relevan dengan pembelajaran karangan deskripsi.
g. Menyusun Alat Evaluasi
Alat evaluasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang dapat
digunakan untuk menetapkan indikator ketercapaian pembelajaran. Melalui alat
evaluasi yang berbentuk kriteria penilaian teks agar peneliti dapat mengetahui
kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Alat evaluasi yang peneliti
gunakan disusun secara sistematis dan indikator yang teratur, sehinggga tingkat
kemampuan menulis karangan deskripsi para siswa dapat terlihat dengan jelas.
h. Mengembangkan Format Observasi Pembelajaran
Format observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kondisi belajar mengajar di
kelas ketika peneliti mengaplikasikan pendekatan kontekstual. Format
observasi inilah yang akan digunakan para observer dalam tahap pengamatan
tindakan (observasi).
i. Menentukan Observer
Setelah peneliti mengembangkan format observasi, peneliti menentukan observer
yang akan mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan. Dalam penelitian kali
ini, rekan yang menjadi observer adalah teman sejawat peneliti (guru praktikan
bahasa dan sastra Indonesia) dan guru bahasa Indonesia di SMP Bhakti Baradatu.
3.6.3 Pelaksanaan Tindakan
Tahap berikutnya adalah melaksanakan tindakan menulis karangan deskripsi sesuai
dengan perencanaannya yang telah dirumuskan . Peran peneliti dalam tahap ini
adalah melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan. Adapun pelaksanaan
tindakan ini adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menulis karangan deskripsi.

3.6.4 Pengamatan Tindakan (Observasi)


Tahap observasi berjalan bersamaan saat pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini
observer memantau seluruh aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Metode observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur yaitu
menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga
pengamat hanya tinggal membubuhkan nilai (tanda centang) pada tempat yang
disediakan.
Kegiatan observasi ini diharapkan dapat memantau hal-hal yang telah direncanakan
dengan proses pelaksanaannya, sehingga jika terdapat hambatan maupun hal-hal
teknis yang mengganggu pembelajaran, maka dapat segera diantisipasi. Manfaat
observasi ini adalah agar tujuan tindakan dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Observasi merupakan hal yang cukup berpengaruh untuk menentukan tindakan pada
siklus berikutnya. Pada pelaksanaan observasi
terhadap aktivitas guru tersebut, peneliti bekerjasama dengan kolega sebagai
pengamat atau observer. Melalui pengamatan tindakan (observasi), para observer
memperhatikan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu
serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

3.6.5 Refleksi Tindakan


Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi
diri terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Peneliti melakukan evaluasi diri terhadap tindakan yang telah dilakukan. Peneliti
menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil observasi, kemudian melakukan
refleksi untuk menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, sehingga diketahui tingkat
keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dapat bersumber dari hasil
observasi aktivitas guru dan hasil evaluasi siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Hasil refleksi ini dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

3.7 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan
dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan pada saat
sebagai berikut:
a. menganalisis tingkat kemampuan siswa dalam menulis deskripsi;
b. hasil evaluasi belajar siswa dari setiap siklus;
c. observasi aktivitas siswa dan guru atau peneliti berdasarkan kategori pengamatan
yang telah ditetapkan pada setiap siklus;
d. menganalisis jurnal harian siswa yang menggambarkan pemahaman dan kesan
siswa terhadap pembelajaran;
e. menganalisis angket yang berisi sikap dan tanggapan terhadap pembelajaran
menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning; dan
f. menganalisis catatan lapangan yang diberikan oleh observer.

3.8 Pengolahan Data


Teknik pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Uraian tentang
teknik kuantitatif dan teknik kualitatif adalah sebagai berikut.
3.8.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
kontekstua learning dengan teknik pengamatan objek langsung pada setiap siklusnya.
Nilai dari setiap siklus dihitung jumlahnya dalam satu kelas, selanjutnya julah
tersebut dihitung dalam persentase dengan rumus sebagai berikut. Secara sederhana
rumusnya adalah:

Hasil perhitungan tes kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran pendekatan kontekstual dengan teknik pengamatan objek
langsung di setiap siklusnya dan jika dibandingkan akan memberikan gambaran
mengenai persentase peningkatan kemampuan menulis siswa melalui model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VII SMP Bhakti.

3.8.2 Teknik Kualitatif


Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data non-tes yang berupa lembar
observasi guru dan siswa, jurnal siswa, angket siswa, dan dokumentasi foto. Data
hasil pengamatan beserta data jurnal siswa dan angket siswa dianalisis dengan cara
mendeskripsikan hasil pengamatan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan
aspek-aspek yang diteliti. Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai
bukti otentik proses pembelajaran.

3.8.3 Kategorisasi dan Interpretasi Data


Data yang dianalisis dan direfleksi terlebih dahulu dikategorikan berdasarkan fokus
penelitian. Data dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual, hasil observasi terhadap aktivitas
guru dan siswa yang berupa karangan deskripsi dianalisis berdasarkan format
penilaian menulis karangan deskripsi. Interpretasi data dilakukan berdasarkan kriteria
tingkat keberhasilan perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui
pendekatan kontekstual,
dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual.

3.9 Kriteria Penilaian Penulisan Karangan Deskripsi


Untuk mengukur daya serap siswa, pedoman penilaiannya menggunakan penilaian
sistem PAP Skala Lima menurut Burhan Nurgiantoro (2001, hlm. 399), yaitu

Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dinilai berdasarkan kriteria penilaian


sebagai berikut
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada bab ini, hasil penelitian eksperimen yang telah dilakukan dibahas secara
terperinci berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan. Sesuai dengan jenis
penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini adalah hasil eksperimen dinyatakan
dalam bentuk angka untuk mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual dalam
keterampilan menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu.
Pembelajaran menulis teks deskripsi hanya menggunakan satu kelompok saja, yaitu
Kelas VII yang diberikan tugas sebanyak 2 kali. Pertama, pembelajaran menulis teks
deskripsi sebelum menggunakan pendekatan kontekstual (pre-test). Kedua,
pembelajaran menulis teks deskripsi sesudah menggunakan pendekatan kontekstual
(post-test). Data yang diperoleh dari hasil menulis teks deskripsi siswa SMP Bhakti
Baradatu pada pre-test dan post-test dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, yaitu menggunakan analisis statistic deskriptif
dan analisis statistik inferensial. Adapun penyajiannya, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Terdapat dua data yang dianalisis menggunakan analisis statistic deskriptif, yaitu:
keterampilan siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan pendekatan dan
keterampilan siswa menulis teks deskripsi sesudah menggunakan pendekatan
kontekstual.
Penjabarannya sebagai berikut:
a. Analisis Data Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Sebelum
Menggunakan pendekatan kontekstual Siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu
Keterampilan menulis teks deskripsi sebelum menggunakan pendekatan kontekstual
siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu, dijabarkan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Keterampilan Menulis Teks
Deskripsi Sebelum Menggunakan pendekatan kontekstual Siswa Kelas VII SMP
Bhakti Baradatu

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yaitu 3.5 yang diperoleh 2
siswa (5.5%). Nilai 3.37 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 3.25 diperoleh 1 siswa
(2.8%), nilai 3.12 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 3.00 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai
2.87 diperoleh 1 siswa (2.8), nilai 2.75 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai 2.62 diperoleh
1 siswa (2.8%), nilai 2.5 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 2.37 diperoleh 3 siswa (
8.3%), nilai 2.25 diperoleh 4 siswa (11.1), nilai 2.12 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai
2.00 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 1.87 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 1.75
diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 1.62 diperoleh 5 siswa (13.9%), nilai 1.5 diperoleh 3
siswa (8.3%), dan nilai 1.37 diperoleh 1 siswa (2.8%). Pada pembelajaran menulis
teks deskripsi sebelum menggunakan model kontekstualdengan 24 siswa diperoleh
gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu mendapat nilai 4.00 - 3.66 sebagai nilai
maksimal atau tertinggi. Nilai tertinggi yaitu 3.5 yang dicapai oleh 2 siswa dan nilai
terendah yaitu 1.37 yang dicapai oleh seorang siswa.
Mengetahui nilai rata-rata siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan
pendekatan kontekstual menggunakan rumus.

Jadi, nilai rata-rata keterampilan siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan
model pembelajaran show not tell adalah 2.25 dengan predikat C+ dan kategori
cukup terampil.
Adapun klasifikasi nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek penilaian menulis
teks deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai Aspek Judul Siswa Sebelum Menggunakan Model
Pendekatan Kontekstual (Pre-Test)

Berdasarkan tabel 4.2 nilai aspek judul dapat dinyatakan bahwa, 9 siswa (38.8%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 12 siswa (52.7%); yang mendapat kategori cukup terampil
sebanyak 3 siswa (8.3%); tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai Aspek Identifikasi Siswa Sebelum Menggunakan
Model Pendekatan Kontekstual (Pre-Test)

Berdasarkan tabel 4.3 nilai aspek identifikasi dapat dinyatakan bahwa, 3 siswa (5.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 9 siswa (27.7%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
13 siswa (36.1%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 12 siswa
(30.5%)

Tabel 4.4 Klasifikasi Nilai Aspek Deskripsi Bagian Siswa Sebelum


Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Pre-Test)

Berdasarkan tabel 4.4 nilai aspek deskripsi bagian dapat dinyatakan bahwa, tidak ada
siswa yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 8 siswa (22.2%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
13 siswa (36.1%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 15 siswa
(41.6%).
Tabel 4.5 Klasifikasi Nilai Aspek Penutup Siswa Sebelum Pendekatan
Kontekstual (Pre-Test)

Berdasarkan tabel 4.5 nilai aspek penutup dapat dinyatakan bahwa, 2 siswa (5.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 4 siswa (11.1%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
2 siswa (5.5%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 28 siswa (77.7%)

Tabel 4.6 Klasifikasi Nilai Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas
VII SMP Bhakti Baradatu Sebelum Menggunakan pendekatan Kontekstual
Berdasarkan klasifikasi dari setiap aspek penilaian yang telah dijabarkan di atas,
maka dapat dinyatakan klasifikasi nilai keterampilan menulis teks deskripsi siswa
Kelas VII SMP Kelas VII SMP Bhakti Baradatu Sebelum Menggunakan pendekatan
Kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.6.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat
kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori terampil sebanyak 9
siswa (25%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak 19 siswa (52%); yang
mendapat kategori kurang terampil sebanyak 8 siswa (22%).
b. Analisis Data Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Sesudah Menggunakan Model
Pembelajaran Pendekatan KOntekstual kelas VII SMP BHakati Baradatu
Keterampilan menulis teks deskripsi sesudah menggunakan model pembelajaran
show not tell siswa Kelas VII SMP BHakati Baradatu, dijabarkan pada tabel 4.3
berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Keterampilan Menulis Teks
Deskripsi Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual kelas VII
SMP Bhakti Baradatu.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yaitu 3.62 yang diperoleh
1 siswa (2.8%). Nilai 3.5 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai 3.37 diperoleh 5 siswa
(13.9%), nilai 3.25 diperoleh 5 siswa (13.9%), nilai 3.12 diperoleh 2 siswa (5.5%),
nilai 3.00 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 2.87 diperoleh 4 siswa (11.1%), nilai 2.75
diperoleh 8 siswa (22.2%), nilai 2.62 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 2.25 diperoleh 3
siswa (8.3%), nilai 2.12 diperoleh 1 siswa (2.8%), dan nilai 2.00 diperoleh 1 siswa
(2.8%).
Pada pembelajaran menulis teks deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran
mkontekstual dari 24 siswa diperoleh gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu
mendapat nilai 4 sebagai nilai maksimal atau tertinggi. Nilai 4 tertinggi yaitu 3.62
yang dicapai oleh seorang siswa dan nilai terendah yaitu 2.00 yang dicapai oleh
seorang siswa. Mengetahui nilai rata-rata siswa menulis teks deskripsi sesudah
menggunakan pendekatan kontekstual menggunakan rumus.

Jadi, nilai rata-rata keterampilan siswa menulis teks deskripsi sesudah menggunakan
model pembelajaran show not tell adalah 2.94 dengan predikat Bdan kategori
terampil. Adapun klasifikasi nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek penilaian
menulis teks deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Klasifikasi Nilai Aspek Judul Siswa Sesudah Menggunakan
Pendekatan Kontekstual (Post-Test)
Berdasarkan tabel 4.8 nilai aspek judul dapat dinyatakan bahwa, 25 siswa (69.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 11 siswa (30.5%); tidak ada siswa yang mendapat kategori cukup
terampil dan kategori kurang terampil.

Tabel 4.9 Klasifikasi Nilai Aspek Identifikasi Siswa Sesudah Menggunakan


Pendekatan Kontekstual (Post-Test)

Berdasarkan tabel 4.9 nilai aspek identifikasi dapat dinyatakan bahwa, 15 siswa
(41.6) yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 10 siswa (27.7%); tyang mendapat kateori cukup terampil
sebanyak 11 siswa (30.5%); tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.

Tabel 4.10 Klasifikasi Nilai Deskripsi Bagian Siswa Sesudah Menggunakan


Model Pendekatan Kontekstual (Post-Test)

Berdasarkan tabel 4.10 nilai aspek deskripsi bagian dapat dinyatakan bahwa, 5 siswa
(13.8%) yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat
kategori terampil sebanyak 19 siswa (52.7%); yang mendapat kategori cukup terampil
9 siswa (25%); yang mendapat kategori kurang terampil 3 siswa (8.3).

Tabel 4.11 Klasifikasi Nilai Aspek Penutup Siswa Sesudah Menggunakan Model
Kontekstual (Post-Test)

Berdasarkan tabel 4.11 nilai aspek penutup dapat dinyatakan bahwa, 3 siswa (8.3%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 3 siswa (8.3%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
15 siswa (41.6%%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 15 siswa
(41.6%).
Tabel 4.12 Klasifikasi Nilai Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII
SMP Bhakti Baradatu Sesudah menggunakan Model Pembelajaran Show Not Tell
(Post-Test) Berdasarkan klasifikasi dari setiap aspek penilaian yang telah dijabarkan
di atas, maka dapat dinyatakan klasifikasi nilai keterampilan menulis teks deskripsi
siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu sebelum menggunakan model pembelajaran
kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.12.
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat
kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori terampil sebanyak 30
siswa (83%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak 6 siswa (17%); tidak
ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan sebagai pembuktian secara statistik
ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis teks deskripsi sebelum
menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual dan sesudah
menggunakan model pembelajaran kontekstual. Data yang ditemukan
dianalisis menggunakan dua uji, yaitu uji normalitas dan uji hipotesis. Lebih
jelasnya, dijabarkan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap nilai masing-masing kelompok dengan
tujuan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Seluruh perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer yaitu Statistical Package for Soscial Science (SPSS)
versi 20.0 for windows. Adapun kriteria data dapat dikatakan
berdistribusi normal apabila PValue > = 0,05 dan sebaliknya PValue < =
0,05 dikatakan tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada pre-
test memeroleh nilai 𝑝 = 0.725 > 𝛼 = 0.05 dan pada post-test memeroleh
nilai 𝑝 = 0.448 > 𝛼 = 0.05. Hal ini menunjukkan data dari hasil belajar
siswa pada keterampilan menulis teks deskripsi berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat
sebelum melakukan uji hipotesis (uji regresi), dan data yang diperoleh
memenuhi syarat untuk melakukan uji regresi. Adapun ketentuannya
adalah Hipotesis Alternatif (HI) diterima apabila Sig. < = 0.05, dan
sebaliknya Hipotesis Alternatif (HI) ditolak apabila Sig. > = 0.05. Hasil
dari uji regresi adalah koefisien korelasi antara pretest dan post-test
adalah 0,559 dari output terlihat bahwa nilai tersebut signifikan sebesar
0,000. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi adalah
membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan harga 𝛼 = 0,05.
Karena signifikansi 0,000 lebih kecil dari 𝛼 = 0,05 maka HI diterima.
Kesimpulan yang diperoleh adalah koefisien korelasi antara pre-test dan
post-test signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil analisis uji
hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara
signifikan antara keterampilan menulis teks deskripsi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII SMP Bhakti
Baradatu.
B. Pembahasan Hasil
Penelitian ini dilakukan di SMP Bhakti Baradatu. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII. Sampel dala penelitian ini adalah Kelas
VII berjumlah 24 siswa. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas
tanpa adanya kelas pembanding dengan cara memberikan tugas pre-test dan posttest.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan menulis teks deskripsi
siswa sebelum dan sesudah pendekatan kontekstual, serta membuktikan pengaruh
model pembelajaran show not tell terhadap keterampilan menulis teks deskripsi
siswa. Berdasarkan dari hasil analisis data tugas diketahui bahwa nilai rata-rata
keterampilan menulis teks deskripsi siswa sebelum menggunakan pendekatan
kontekstual (pre-test) adalah 2.25, sedangkan nilai rata-rata keterampilan menulis teks
deskripsi siswa sesudah menggunakan model pendekatan kontekstual ( post-test)
adalah 2.94. Jadi, dapat dikatakan hasil belajar menulis teks deskripsi siswa lebih
baik atau berpengaruh sesudah menggunakan pendekatan kontekstual dibandingkan
menggunakan model pembelajaran ceramah. Berdasarkan hasil pada setiap aspek
penilaian yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran pendekatan kontekstual lebih berpengaruh pada aspek judul. Hal itu
terbukti dari hasil yang ditemukan pada pre-test, 14 siswa mendapat kategori sangat
terampil,19 siswa mendapat kategori terampil, 3 siswa mendapat kategori cukup
terampil, dan tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil. Sedangkan
pada post-test terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu 24 siswa mendapat kategori
sangat terampil, 11 siswa mendapat kategori terampil, dan tidak ada siswa yang
mendapatkan kotegori cukup terampil dan kategori cukup terampil. 52 Dari keempat
aspek penilaian yang paling berpengaruh yaitu pada aspek judul, kemudian aspek
identifikasi, selanjutnya aspek deskripsi bagian dan yang terakhir aspek penutup.
Pada aspek penutup hanya 3 siswa yang mendapat kategori sangat terampil, 3 siswa
yang mendapat kategori terampil, 15 siswa yang mendapat kategori cukup terampil,
dan 15 siswa yang mendapat kategori kurang terampil. Hal itu dikarenakan, siswa
masih bingung dan sulit merangkai kata mengungkapkan kesan yag dirasakannya
pada tempat tersebut. Siswa masih menerawang dalam menentukan kata-kata yang
cocok untuk digunakan. Model pembelajaran ceramah terhadap pembelajaran menulis
teks deskripsi pada kegiatan pre-test dilakukan dengan cara guru menjelaskan materi
(ceramah), memberikan contoh teks deskripsi lalu siswa diminta mencatat dan
mengamati contoh tersebut, serta siswa diberi waktu untuk bertanya. Selanjutnya,
guru memberikan tugas menulis teks deskripsi. Pada kegiatan pre-test, menulis teks
deskripsi sebelum menggunakan model pembelajaran show not tell, siswa tidak
terampil menulis teks deskripsi dengan baik. Hal itu dikarenakan, guru hanya
memberikan banyak penjelasan dan meminta siswa mencatat materi di papan tulis
sehingga, siswa merasa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif. Hal itu pun
berpengaruh pada hasil tulisan siswa, terdapat beberapa siswa bukan menulis teks
deskripsi melainkan jenis teks lainnya. Hal itu terlihat saat diberikan tugas menulis
teks deskripsi, hasil kerja siswa belum terampil menulis teks deskripsi. 53 Pada
kegiatan post-test, yakni pembelajaran menulis teks deskripsi sesudah menggunakan
pendekatan kontekstual. Suasana pembelajaran menulis teks deskripsi mengalami
perubahan yang signifikan. Terjadi suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa. Selama ini siswa SMP Bhakti Baradatu mempunyai kesuitan dalam menulis.
Kesulitan yang dialami ole siswa adalah kemampuan dalam mengungkapkan ide awal
dalam menyusun cerita. pendekatan kontekstual. adalah teknik pemenfaatan
keseluruhan otak dengan mempercepat pengembangan gagasan siswa membuat
kalimat memberitahukan sebelum menulis secara utuh. Kalimat memberitahukan
tersebut mempunyai peran yang cukup penting dalam mempercepat pengembangan
gagasan. Oleh karena itu, siswa lebih terarah dalam mengembangkan tulisannya
menjadi sebuah teks deskripsi dengan menggunakan kalimat memberitahukan sebagai
pedoman dalam mengembangkan gagasan/ide. Hal itu juga didukung dengan adanya
pemodelan menggunakan gambar yang sesuai dengan tema tersebut. Gambar tersebut
membuat siswa akan merefleksi kembali saat berada di tempat tesebut apa yang
dilihat, didengan, dan dirasakannya akan terlihat jelas dalam ingatan. Tampak siswa
lebih mudah dalam menciptakan ide dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Hal itu terlihat dari 30 siswa sudah terampil dalam menulis teks deskripsi. Pengaruh
model pembelajaran show not tell dalam pembelajaran menulis teks deskripsi tersebut
sejalan dengan pendapat Hernowo (2003: 11) menggambarkan bukan dengan
memberitahukan (show not tell) merupakan model untuk mempercepat
pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara 54 bertolak dari bentuk
kalimat memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf yang
menggambarkan. Misalnya, kalimat memberitahukan, kini adalah hari yang indah,
perlu diubah dengan cara menggambarkannya dalam sebuah paragraf apa itu indah,
hari apa kejadiannya, mengapa hari itu menjadi indah, sehingga gambaran uniknya
“Ini adalah hari yang indah” yang digambarkan pada paragraf. Hal inilah yang
dialami oleh siswa dalam menulis teks deskripsi. Siswa cepat memperoleh ide dan
gagasan serta mudah mengembangkannya menjadi teks deskripsi melalui
penggambaran dari ide memberitahukan sehingga, deskripsi yang dibuat oleh siswa
memberikan pemahaman yang luas kepada pembaca. Untuk lebih jelasnya, hasil
analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan berdasarkan temuan pengaruh
model pembelajaran show not tell dalam pembelajaran menulis teks deskripsi siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Makassar. Hipotesis Alternatif (HI) diterima apabila Sig. < =
0.05. Dari hasil perhitungan statistik inferensial SPSS uji regresi, diperoleh koefisien
korelasi antara pre-test dan post-test adalah 0,559 dari output terlihat bahwa nilai
tersebut signifikan sebesar 0,000. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi
adalah membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan harga 𝛼 = 0,05.
Karena signifikansi 0,000 lebih kecil dari 𝛼 = 0,05 maka HI diterima. Kesimpulan
yang diperoleh adalah koefisien korelasi antara pretest dan posttest signifikan secara
statistik. Berdasarkan hasil tersebut, model pembelajaran show not tell berpengaruh
digunakan dalam pembelajaran menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Makassar. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka relevan 55 dengan
penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati (2016) berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Pendekatan
Kontekstual”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual.
dapat meningkatkan keterampilan menulis pada tahun 2020, hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual. dapat meningkatkan kemampuan
menulis paragraf Deskripsi Penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga
menghasilkan model pendekatan kontekstual. berpengaruh terhadap keterampilan
menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu. Meskipun diterapkan
pada pembelajaran yang berbeda, yaitu pada pembelajaran paragraf narasi dan
pembelajaran teks deskripsi, serta jenis penelitian yang berbeda pula, yaitu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan penelitian PreEksperimen. Akan tetapi, model
pembelajaran show not tell sama-sama efektif digunakan dalam pembelajaran. Tidak
menutup kemungkinan model pembelajaran pendekatan kontekstual. bisa juga
digunakan pada pembelajaran teks lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya pada
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yan telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran secara berkelanjutan dalam dua siklus empat
pertemuan ini terbukti dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dan
emosional siswa kelasVII SMP Bhakti Baradatu
3. Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model CTL
(Contextual Teaching and Learning), dapat meningkatkan dari nilai rata-rata
ketercapaian siswa pada siklus I SQ sebesar 56.67% ( 17 anak) dan EQ
sebesar 40% (11 anak), meningkat pada siklus II SQ sebesar 89,66% (26
anak) dan EQ 82.76% ( 24 anak).

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya peningkatan
kecerdasan spiritual dan emosional siswa setelah menerapkannya model CTL
dan untuk mencapai 2 hasil yang maksimal atau optimal, maka terdapat
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, adapun saran-saran yang
diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Kepala sekolah
Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh
lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan SQ, EQ dan IQ peserta
didik, sebab ketiganya sangat penting untuk mencapai hasil yang
maksimal, khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru diharapkan dapat mengembangkan model CTL dan metode-metode
atau strategi-strategi lain yang tidak hanya meningkatkan kemampuan
kognitif siswa siswa akan tetapi juga meningkatkan atau melatih
kemampuan berfikir siswa. Selain itu guru juga harus memperhatikan SQ
dan EQ siswa, karena SQ, EQ dan IQ ini sangat penting dan harus
diimbangi agar terhindar dari perilaku negative. Selain itu guru
diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan Pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dilakukan apabila konsep
pembelajaran dan situasi belajar mendukung untuk menggunakan
pendekatan pembelajaran tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan pengaruh SQ dan EQ terhadap prestasi belajar peserta
didik, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih valid dan
reliabel.

Anda mungkin juga menyukai