Oleh
Rini Marbihan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dan mengetahui
peningkatan hasil belajar menulis teks deskripsi pada siswa kelas VII SMP Bhakti
Baradatu, dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan
guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Bhakti Baradatu berjumlah 24 siswa,
yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa observasi, catatan lapangan, angket, tes penampilan
musikalisasi puisi, dokumentasi, dan rekaman. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini
dilihat dari adanya perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan guru maupun
siswa dalam proses maupun hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan bermusikalisasi
puisi dari segi proses maupun hasil. Peningkatan proses dapat dilihat dari peran serta
aktivitas guru maupun siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini ditandai dengan munculnya respon positif melalui
sikap kerjasama dan antusias yang ditunjukkan siswa serta kondisi pembelajaran yang
berlangsung dengan kondusif. Peningkatan proses tersebut berdampak positif pada
peningkatan hasil. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan nilai akhir
bermusikalisasi puisi siswa mulai dari tahap pratindakan sampai tahap siklus II.
Perolehan rata-rata nilai akhir menulis teks deskripsi siswa pada saat tahap
pratindakan, yaitu 67,5. Pada siklus I, mengalami peningkatan menjadi 73,8.
Kemudian, pada siklus II rata-rata nilai akhir hasil belajar siswa kembali mengalami
peningkatan menjadi 82,89. Jumlah peningkatan rata-rata nilai ahkir musikalisasi
puisi dari pratindakan sampai siklus II sebesar 15,39.
Kata Kunci: peningkatan, kemampuan, menulis teks deskripsi, pendekatan
kontekstual
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah sehingga penulisan PTK ini dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa PTK ini
tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan
terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
Ibu Margianti. S.Pd. Selaku Kepala SMP Bhakti Baradatu, Ibu Lucia Indah
Sriharyati, S.Pd., rekan guru beserta staf yang telah memberikan arahan, dukungan,
dan pelayanan dengan baik, selama masa penelitian. Semua karib kerabat yang telah
memberikan motivasi dalam penyelesaian PTK ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do'a semoga budi
baiknya diterima oleh Tuhan SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan
kemampuan dalam menyusun PTK ini, maka diharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan PTK ini.
Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PAKTA INTEGRITAS
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 12
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 5. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah jika pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode kontektual, maka nilai keterampilan menulis paragraf dekripsi
pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Bhakti akan meningkat.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Keterampilan Menulis
2.1. Pengertian Keterampilan
Setiap orang memiliki keterampilan yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.
Se4bagian orang menyadari akan keterampilan yang dinmilikinya, akan tetapi
sebagian orang tidak menyadarinya.
Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan
pekerjaaan secara lebih mudah dan tepat. (Gordon:1994)
Pengertian keterampilan merupakan suatu kemampuan di dalam
menggunakan akal, pikiran, ide, serta keatifittas dalam mengerjakan dan mengubah
atau juga membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga dari hal tersebut
menghasilkan sebuah nilai dari sebuah pekerjaan tersebut.
Menurut Robbins (2004) keterampilan dibagi menjadi empat kategori sebagai
berikut:
1. Basic Literacy Skill adalah suatu keahlian dasar yang dimiliki ol;eh setiap
orang seperti menulis, membaca, mendengarkan, maupun kemampuan dalam
berhitung.
2. Technical skill adalah suatu keahlianyang didapat melalui pembelajaran
dalam bidang teknik seperti menggunakan komputrer, memperbaikai
handphone, dan lain sebagainya.
3. Interpersinal Skill adalah keahlian seseorang dalam melakukan komunikasi
antarsesama, seperti mengemukakan pendapat dan bekerja secara dalam tim.
4. Problem Solving adalah keahlian seseorang dalam memecahkan masalahnya
dengan menggunakan logikanya.
keterampilan setiap manusian harus terus diasah dan dikembangkan melalui
latihan atau pelajaran. Agar keterampilan yang diliki itu dapat berkembang sesuai
d4engan apa yang diharapkan.
Di dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang dipelajari
yakni keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,
dan keterampilan menulis.
B. Teks Deskripsi
1. Pengertian Teks Deskripsi
Menurut Tarigan:1994 Pengertian Deskripsi ialah suatu tulisan yang bisa
melukiskan sebuah kisah. tujuan dari deskripsi ini ialah untuk mengajak pembaca
supaya bisa memahami, menikmati, dan merasakan objek yang dibicarakan seperti
suasana hati, orang, aktivitas dan lainnya.
Darmayanti (2008) menyatakan paragraf deskripsi merupakan paragraf yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan pada pengamatan.
Paujiyanti (2014) menyatakan paragraf deskripsi merupakan suatu paragraf
yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca seakan-akan dapat
melihat, mendengar, atau merasakan objek yang digambarkan oleh penulis dalam
paragraf tersebut. Objek yang digambarkan dapat berwujud benda maupun tempat.
Sutarni dan Sukardi (2008) menyatakan paragraf deskripsi merupakan suatu
paragraf yang menggambarkan sevuah objek secara rinci atau mendetail yang
dilengkapi dengan ilustrasi. Ilustrasi itu menjadikan pembaca seolah-olah dapat
melihat, mendengar, dan mengamati sendiri objek yang sedang diceritakan.
Didalam menulis teks deskripsi, siswa dan guru akan terlibat langsung dalam
meneliti objek tertentu kemudian diresapi, diimajinasikan ke dalam pikiran, kemudian
dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Dengan tujuan agar pembaca seolah-olah dapat
merasakan dan melihat suatu objek.
Meskipun yang diamati hanya satu objek namun tidak semua tulisan itu sama.
Hal ini disebabkan karena pemikiran setiap individu itu berbeda juga cara
penyampaian pun berbeda. Tergantung pada sudut pandang yang digunakan dalam
menulis.
Deskripsi mengaktifkanseluruh indera. Artinya apa pun yang dipilih sebagai
pokok pembicaraan , semua indra kita siap siaga sehingga kita dapat merasakan
pembicaan, pengalaman itu dengan jelas dan lengkap.
Melalui deskripsi, seorang penulis menolong pembaca menggunakan
ketajaman perasaan, penglihatan, senyuman, dan rasa untuk mendapatkan
pengalaman yang berasal dari penulisnya. Hal ini sejalna dengan pendapat Nurudin,
2009: 59-61 bahwa deskripsi juga menolaong pembaca agar lebih jelas mengetahui
dan mengerti tentang orang-orang, tempat dan hal lain yang penulis tulis.
C. Metode Kontekstual
1. Pengertian Metode
Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangatlah penting. Untuk
membangkitkan semangat belajar siswa. Agar siswa dan guru pun tidak bosan dalam
preoses belajar. Selain itu pula, penggunaan metode dalam pembelajaran juga
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang telah ditentukan. Pemilihan metode
yang tepat akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa. Metode dalam bahasa
Yunani disebut methodos yaitu jalan atau cara . Heri Rahyubi (2012:236)
mengartikan metode adalah cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas
belajar mengajar agar berjalan dengan baik.
Menurut Pupuh F dan M. Sobry S (2010:55) makin tepat metode yang
digunakan oleh guru dalam mengajar diharapkan makin efektif pula pencapaian
tujuan pembelajaran. Keduanya pun memberikan arahan dalam menentukan metode
yang akn dipergunakan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. tujuan yang hendak dicapai
2. materi pelajaran
3. peserta didik
4. situasi
5. fasilitas
6. guru
B. Pendekatan Kontekstual
1. Pengertian Model Pembelajaran Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning)
Pengertian pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan anatara emeteri yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
1. kontruktivisme (contructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktuk kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut kontruktivisme pengalaman itu memang bersal dari luar, akan tetapi
dikontruksikan oleh dan dari diri seseorang. Oleh sebab itu, pengalaman
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang jadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut.
2. bertanya (questioning) Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi keingintshusbn setiap
individu., sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir.Pertanyaan pendidik digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir peserta didik merupakan wujud keingintahuan.
3. inkuiri (inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan
beberapa langkah: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan
membuat kesimpulan.
4. masyarakat belajar (learning community), Konsep masyarakat belajar
(learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperollllleh
melaui kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas CTL asas ini dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melaui kelompok belajar.
5. pemodelan (modeling), adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik yang lain.
6. Refleksi (reflektion) yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian,
kegiatan, dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang
sudah diketahui dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan tindakan
penyempurnaan.
7. Penilaian nyata (authentic assessment) prosedur penilaian yang menujukkan
kemampauan (pengetahuan, keterampilan, sikap) siswa secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu
siswa agar mampu mempelajari sesuatui, bukan pada diperolehnya innformasi
di akhir periode, kemajuan belajar diniliai tidak hanya hasil tetapi lebih pada
[prosesnya dengan berbagai cara menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa.
Model kontektual intinya adalah keterkaitan setiap materi atau teknik pembelajaran
dengan kehidupan nyata. Siswa dihadapkan pada persoalan yang biasa dihadapi di
lingkungan yang pada masanya nanti siswa mampu menghadapi persoalan yang nyata
di lungkungannya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan meliputi siapa, kapan, dimana dan bagaimana melakukannya.
Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.
Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan diikuti
dengan kegiatan refleksi.
d. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan
yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan.
Hasil perhitungan tes kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui
model pembelajaran pendekatan kontekstual dengan teknik pengamatan objek
langsung di setiap siklusnya dan jika dibandingkan akan memberikan gambaran
mengenai persentase peningkatan kemampuan menulis siswa melalui model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VII SMP Bhakti.
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini, hasil penelitian eksperimen yang telah dilakukan dibahas secara
terperinci berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan. Sesuai dengan jenis
penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini adalah hasil eksperimen dinyatakan
dalam bentuk angka untuk mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual dalam
keterampilan menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu.
Pembelajaran menulis teks deskripsi hanya menggunakan satu kelompok saja, yaitu
Kelas VII yang diberikan tugas sebanyak 2 kali. Pertama, pembelajaran menulis teks
deskripsi sebelum menggunakan pendekatan kontekstual (pre-test). Kedua,
pembelajaran menulis teks deskripsi sesudah menggunakan pendekatan kontekstual
(post-test). Data yang diperoleh dari hasil menulis teks deskripsi siswa SMP Bhakti
Baradatu pada pre-test dan post-test dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, yaitu menggunakan analisis statistic deskriptif
dan analisis statistik inferensial. Adapun penyajiannya, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Terdapat dua data yang dianalisis menggunakan analisis statistic deskriptif, yaitu:
keterampilan siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan pendekatan dan
keterampilan siswa menulis teks deskripsi sesudah menggunakan pendekatan
kontekstual.
Penjabarannya sebagai berikut:
a. Analisis Data Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Sebelum
Menggunakan pendekatan kontekstual Siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu
Keterampilan menulis teks deskripsi sebelum menggunakan pendekatan kontekstual
siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu, dijabarkan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Keterampilan Menulis Teks
Deskripsi Sebelum Menggunakan pendekatan kontekstual Siswa Kelas VII SMP
Bhakti Baradatu
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yaitu 3.5 yang diperoleh 2
siswa (5.5%). Nilai 3.37 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 3.25 diperoleh 1 siswa
(2.8%), nilai 3.12 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 3.00 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai
2.87 diperoleh 1 siswa (2.8), nilai 2.75 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai 2.62 diperoleh
1 siswa (2.8%), nilai 2.5 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 2.37 diperoleh 3 siswa (
8.3%), nilai 2.25 diperoleh 4 siswa (11.1), nilai 2.12 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai
2.00 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 1.87 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 1.75
diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 1.62 diperoleh 5 siswa (13.9%), nilai 1.5 diperoleh 3
siswa (8.3%), dan nilai 1.37 diperoleh 1 siswa (2.8%). Pada pembelajaran menulis
teks deskripsi sebelum menggunakan model kontekstualdengan 24 siswa diperoleh
gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu mendapat nilai 4.00 - 3.66 sebagai nilai
maksimal atau tertinggi. Nilai tertinggi yaitu 3.5 yang dicapai oleh 2 siswa dan nilai
terendah yaitu 1.37 yang dicapai oleh seorang siswa.
Mengetahui nilai rata-rata siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan
pendekatan kontekstual menggunakan rumus.
Jadi, nilai rata-rata keterampilan siswa menulis teks deskripsi sebelum menggunakan
model pembelajaran show not tell adalah 2.25 dengan predikat C+ dan kategori
cukup terampil.
Adapun klasifikasi nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek penilaian menulis
teks deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai Aspek Judul Siswa Sebelum Menggunakan Model
Pendekatan Kontekstual (Pre-Test)
Berdasarkan tabel 4.2 nilai aspek judul dapat dinyatakan bahwa, 9 siswa (38.8%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 12 siswa (52.7%); yang mendapat kategori cukup terampil
sebanyak 3 siswa (8.3%); tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai Aspek Identifikasi Siswa Sebelum Menggunakan
Model Pendekatan Kontekstual (Pre-Test)
Berdasarkan tabel 4.3 nilai aspek identifikasi dapat dinyatakan bahwa, 3 siswa (5.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 9 siswa (27.7%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
13 siswa (36.1%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 12 siswa
(30.5%)
Berdasarkan tabel 4.4 nilai aspek deskripsi bagian dapat dinyatakan bahwa, tidak ada
siswa yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 8 siswa (22.2%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
13 siswa (36.1%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 15 siswa
(41.6%).
Tabel 4.5 Klasifikasi Nilai Aspek Penutup Siswa Sebelum Pendekatan
Kontekstual (Pre-Test)
Berdasarkan tabel 4.5 nilai aspek penutup dapat dinyatakan bahwa, 2 siswa (5.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 4 siswa (11.1%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
2 siswa (5.5%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 28 siswa (77.7%)
Tabel 4.6 Klasifikasi Nilai Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas
VII SMP Bhakti Baradatu Sebelum Menggunakan pendekatan Kontekstual
Berdasarkan klasifikasi dari setiap aspek penilaian yang telah dijabarkan di atas,
maka dapat dinyatakan klasifikasi nilai keterampilan menulis teks deskripsi siswa
Kelas VII SMP Kelas VII SMP Bhakti Baradatu Sebelum Menggunakan pendekatan
Kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat
kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori terampil sebanyak 9
siswa (25%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak 19 siswa (52%); yang
mendapat kategori kurang terampil sebanyak 8 siswa (22%).
b. Analisis Data Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Sesudah Menggunakan Model
Pembelajaran Pendekatan KOntekstual kelas VII SMP BHakati Baradatu
Keterampilan menulis teks deskripsi sesudah menggunakan model pembelajaran
show not tell siswa Kelas VII SMP BHakati Baradatu, dijabarkan pada tabel 4.3
berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Keterampilan Menulis Teks
Deskripsi Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual kelas VII
SMP Bhakti Baradatu.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yaitu 3.62 yang diperoleh
1 siswa (2.8%). Nilai 3.5 diperoleh 2 siswa (5.5%), nilai 3.37 diperoleh 5 siswa
(13.9%), nilai 3.25 diperoleh 5 siswa (13.9%), nilai 3.12 diperoleh 2 siswa (5.5%),
nilai 3.00 diperoleh 3 siswa (8.3%), nilai 2.87 diperoleh 4 siswa (11.1%), nilai 2.75
diperoleh 8 siswa (22.2%), nilai 2.62 diperoleh 1 siswa (2.8%), nilai 2.25 diperoleh 3
siswa (8.3%), nilai 2.12 diperoleh 1 siswa (2.8%), dan nilai 2.00 diperoleh 1 siswa
(2.8%).
Pada pembelajaran menulis teks deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran
mkontekstual dari 24 siswa diperoleh gambaran, yaitu tidak ada siswa yang mampu
mendapat nilai 4 sebagai nilai maksimal atau tertinggi. Nilai 4 tertinggi yaitu 3.62
yang dicapai oleh seorang siswa dan nilai terendah yaitu 2.00 yang dicapai oleh
seorang siswa. Mengetahui nilai rata-rata siswa menulis teks deskripsi sesudah
menggunakan pendekatan kontekstual menggunakan rumus.
Jadi, nilai rata-rata keterampilan siswa menulis teks deskripsi sesudah menggunakan
model pembelajaran show not tell adalah 2.94 dengan predikat Bdan kategori
terampil. Adapun klasifikasi nilai yang diperoleh siswa pada setiap aspek penilaian
menulis teks deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Klasifikasi Nilai Aspek Judul Siswa Sesudah Menggunakan
Pendekatan Kontekstual (Post-Test)
Berdasarkan tabel 4.8 nilai aspek judul dapat dinyatakan bahwa, 25 siswa (69.5%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 11 siswa (30.5%); tidak ada siswa yang mendapat kategori cukup
terampil dan kategori kurang terampil.
Berdasarkan tabel 4.9 nilai aspek identifikasi dapat dinyatakan bahwa, 15 siswa
(41.6) yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 10 siswa (27.7%); tyang mendapat kateori cukup terampil
sebanyak 11 siswa (30.5%); tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.
Berdasarkan tabel 4.10 nilai aspek deskripsi bagian dapat dinyatakan bahwa, 5 siswa
(13.8%) yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat
kategori terampil sebanyak 19 siswa (52.7%); yang mendapat kategori cukup terampil
9 siswa (25%); yang mendapat kategori kurang terampil 3 siswa (8.3).
Tabel 4.11 Klasifikasi Nilai Aspek Penutup Siswa Sesudah Menggunakan Model
Kontekstual (Post-Test)
Berdasarkan tabel 4.11 nilai aspek penutup dapat dinyatakan bahwa, 3 siswa (8.3%)
yang mendapat kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori
terampil sebanyak 3 siswa (8.3%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak
15 siswa (41.6%%); yang mendapat kategori kurang terampil sebanyak 15 siswa
(41.6%).
Tabel 4.12 Klasifikasi Nilai Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII
SMP Bhakti Baradatu Sesudah menggunakan Model Pembelajaran Show Not Tell
(Post-Test) Berdasarkan klasifikasi dari setiap aspek penilaian yang telah dijabarkan
di atas, maka dapat dinyatakan klasifikasi nilai keterampilan menulis teks deskripsi
siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu sebelum menggunakan model pembelajaran
kontekstual dapat dilihat pada tabel 4.12.
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat
kategori sangat terampil. Selanjutnya, yang mendapat kategori terampil sebanyak 30
siswa (83%); yang mendapat kategori cukup terampil sebanyak 6 siswa (17%); tidak
ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan sebagai pembuktian secara statistik
ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis teks deskripsi sebelum
menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual dan sesudah
menggunakan model pembelajaran kontekstual. Data yang ditemukan
dianalisis menggunakan dua uji, yaitu uji normalitas dan uji hipotesis. Lebih
jelasnya, dijabarkan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap nilai masing-masing kelompok dengan
tujuan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Seluruh perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer yaitu Statistical Package for Soscial Science (SPSS)
versi 20.0 for windows. Adapun kriteria data dapat dikatakan
berdistribusi normal apabila PValue > = 0,05 dan sebaliknya PValue < =
0,05 dikatakan tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada pre-
test memeroleh nilai 𝑝 = 0.725 > 𝛼 = 0.05 dan pada post-test memeroleh
nilai 𝑝 = 0.448 > 𝛼 = 0.05. Hal ini menunjukkan data dari hasil belajar
siswa pada keterampilan menulis teks deskripsi berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat
sebelum melakukan uji hipotesis (uji regresi), dan data yang diperoleh
memenuhi syarat untuk melakukan uji regresi. Adapun ketentuannya
adalah Hipotesis Alternatif (HI) diterima apabila Sig. < = 0.05, dan
sebaliknya Hipotesis Alternatif (HI) ditolak apabila Sig. > = 0.05. Hasil
dari uji regresi adalah koefisien korelasi antara pretest dan post-test
adalah 0,559 dari output terlihat bahwa nilai tersebut signifikan sebesar
0,000. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi adalah
membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan harga 𝛼 = 0,05.
Karena signifikansi 0,000 lebih kecil dari 𝛼 = 0,05 maka HI diterima.
Kesimpulan yang diperoleh adalah koefisien korelasi antara pre-test dan
post-test signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil analisis uji
hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara
signifikan antara keterampilan menulis teks deskripsi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII SMP Bhakti
Baradatu.
B. Pembahasan Hasil
Penelitian ini dilakukan di SMP Bhakti Baradatu. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII. Sampel dala penelitian ini adalah Kelas
VII berjumlah 24 siswa. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas
tanpa adanya kelas pembanding dengan cara memberikan tugas pre-test dan posttest.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan menulis teks deskripsi
siswa sebelum dan sesudah pendekatan kontekstual, serta membuktikan pengaruh
model pembelajaran show not tell terhadap keterampilan menulis teks deskripsi
siswa. Berdasarkan dari hasil analisis data tugas diketahui bahwa nilai rata-rata
keterampilan menulis teks deskripsi siswa sebelum menggunakan pendekatan
kontekstual (pre-test) adalah 2.25, sedangkan nilai rata-rata keterampilan menulis teks
deskripsi siswa sesudah menggunakan model pendekatan kontekstual ( post-test)
adalah 2.94. Jadi, dapat dikatakan hasil belajar menulis teks deskripsi siswa lebih
baik atau berpengaruh sesudah menggunakan pendekatan kontekstual dibandingkan
menggunakan model pembelajaran ceramah. Berdasarkan hasil pada setiap aspek
penilaian yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran pendekatan kontekstual lebih berpengaruh pada aspek judul. Hal itu
terbukti dari hasil yang ditemukan pada pre-test, 14 siswa mendapat kategori sangat
terampil,19 siswa mendapat kategori terampil, 3 siswa mendapat kategori cukup
terampil, dan tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang terampil. Sedangkan
pada post-test terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu 24 siswa mendapat kategori
sangat terampil, 11 siswa mendapat kategori terampil, dan tidak ada siswa yang
mendapatkan kotegori cukup terampil dan kategori cukup terampil. 52 Dari keempat
aspek penilaian yang paling berpengaruh yaitu pada aspek judul, kemudian aspek
identifikasi, selanjutnya aspek deskripsi bagian dan yang terakhir aspek penutup.
Pada aspek penutup hanya 3 siswa yang mendapat kategori sangat terampil, 3 siswa
yang mendapat kategori terampil, 15 siswa yang mendapat kategori cukup terampil,
dan 15 siswa yang mendapat kategori kurang terampil. Hal itu dikarenakan, siswa
masih bingung dan sulit merangkai kata mengungkapkan kesan yag dirasakannya
pada tempat tersebut. Siswa masih menerawang dalam menentukan kata-kata yang
cocok untuk digunakan. Model pembelajaran ceramah terhadap pembelajaran menulis
teks deskripsi pada kegiatan pre-test dilakukan dengan cara guru menjelaskan materi
(ceramah), memberikan contoh teks deskripsi lalu siswa diminta mencatat dan
mengamati contoh tersebut, serta siswa diberi waktu untuk bertanya. Selanjutnya,
guru memberikan tugas menulis teks deskripsi. Pada kegiatan pre-test, menulis teks
deskripsi sebelum menggunakan model pembelajaran show not tell, siswa tidak
terampil menulis teks deskripsi dengan baik. Hal itu dikarenakan, guru hanya
memberikan banyak penjelasan dan meminta siswa mencatat materi di papan tulis
sehingga, siswa merasa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif. Hal itu pun
berpengaruh pada hasil tulisan siswa, terdapat beberapa siswa bukan menulis teks
deskripsi melainkan jenis teks lainnya. Hal itu terlihat saat diberikan tugas menulis
teks deskripsi, hasil kerja siswa belum terampil menulis teks deskripsi. 53 Pada
kegiatan post-test, yakni pembelajaran menulis teks deskripsi sesudah menggunakan
pendekatan kontekstual. Suasana pembelajaran menulis teks deskripsi mengalami
perubahan yang signifikan. Terjadi suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa. Selama ini siswa SMP Bhakti Baradatu mempunyai kesuitan dalam menulis.
Kesulitan yang dialami ole siswa adalah kemampuan dalam mengungkapkan ide awal
dalam menyusun cerita. pendekatan kontekstual. adalah teknik pemenfaatan
keseluruhan otak dengan mempercepat pengembangan gagasan siswa membuat
kalimat memberitahukan sebelum menulis secara utuh. Kalimat memberitahukan
tersebut mempunyai peran yang cukup penting dalam mempercepat pengembangan
gagasan. Oleh karena itu, siswa lebih terarah dalam mengembangkan tulisannya
menjadi sebuah teks deskripsi dengan menggunakan kalimat memberitahukan sebagai
pedoman dalam mengembangkan gagasan/ide. Hal itu juga didukung dengan adanya
pemodelan menggunakan gambar yang sesuai dengan tema tersebut. Gambar tersebut
membuat siswa akan merefleksi kembali saat berada di tempat tesebut apa yang
dilihat, didengan, dan dirasakannya akan terlihat jelas dalam ingatan. Tampak siswa
lebih mudah dalam menciptakan ide dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Hal itu terlihat dari 30 siswa sudah terampil dalam menulis teks deskripsi. Pengaruh
model pembelajaran show not tell dalam pembelajaran menulis teks deskripsi tersebut
sejalan dengan pendapat Hernowo (2003: 11) menggambarkan bukan dengan
memberitahukan (show not tell) merupakan model untuk mempercepat
pengembangan gagasan pada proses menulis dengan cara 54 bertolak dari bentuk
kalimat memberitahukan, kemudian mengubahnya menjadi paragraf yang
menggambarkan. Misalnya, kalimat memberitahukan, kini adalah hari yang indah,
perlu diubah dengan cara menggambarkannya dalam sebuah paragraf apa itu indah,
hari apa kejadiannya, mengapa hari itu menjadi indah, sehingga gambaran uniknya
“Ini adalah hari yang indah” yang digambarkan pada paragraf. Hal inilah yang
dialami oleh siswa dalam menulis teks deskripsi. Siswa cepat memperoleh ide dan
gagasan serta mudah mengembangkannya menjadi teks deskripsi melalui
penggambaran dari ide memberitahukan sehingga, deskripsi yang dibuat oleh siswa
memberikan pemahaman yang luas kepada pembaca. Untuk lebih jelasnya, hasil
analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan berdasarkan temuan pengaruh
model pembelajaran show not tell dalam pembelajaran menulis teks deskripsi siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Makassar. Hipotesis Alternatif (HI) diterima apabila Sig. < =
0.05. Dari hasil perhitungan statistik inferensial SPSS uji regresi, diperoleh koefisien
korelasi antara pre-test dan post-test adalah 0,559 dari output terlihat bahwa nilai
tersebut signifikan sebesar 0,000. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi
adalah membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan harga 𝛼 = 0,05.
Karena signifikansi 0,000 lebih kecil dari 𝛼 = 0,05 maka HI diterima. Kesimpulan
yang diperoleh adalah koefisien korelasi antara pretest dan posttest signifikan secara
statistik. Berdasarkan hasil tersebut, model pembelajaran show not tell berpengaruh
digunakan dalam pembelajaran menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Makassar. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka relevan 55 dengan
penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati (2016) berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Pendekatan
Kontekstual”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual.
dapat meningkatkan keterampilan menulis pada tahun 2020, hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual. dapat meningkatkan kemampuan
menulis paragraf Deskripsi Penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga
menghasilkan model pendekatan kontekstual. berpengaruh terhadap keterampilan
menulis teks deskripsi siswa Kelas VII SMP Bhakti Baradatu. Meskipun diterapkan
pada pembelajaran yang berbeda, yaitu pada pembelajaran paragraf narasi dan
pembelajaran teks deskripsi, serta jenis penelitian yang berbeda pula, yaitu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan penelitian PreEksperimen. Akan tetapi, model
pembelajaran show not tell sama-sama efektif digunakan dalam pembelajaran. Tidak
menutup kemungkinan model pembelajaran pendekatan kontekstual. bisa juga
digunakan pada pembelajaran teks lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya pada
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yan telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran secara berkelanjutan dalam dua siklus empat
pertemuan ini terbukti dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dan
emosional siswa kelasVII SMP Bhakti Baradatu
3. Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model CTL
(Contextual Teaching and Learning), dapat meningkatkan dari nilai rata-rata
ketercapaian siswa pada siklus I SQ sebesar 56.67% ( 17 anak) dan EQ
sebesar 40% (11 anak), meningkat pada siklus II SQ sebesar 89,66% (26
anak) dan EQ 82.76% ( 24 anak).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya peningkatan
kecerdasan spiritual dan emosional siswa setelah menerapkannya model CTL
dan untuk mencapai 2 hasil yang maksimal atau optimal, maka terdapat
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, adapun saran-saran yang
diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Kepala sekolah
Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh
lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan SQ, EQ dan IQ peserta
didik, sebab ketiganya sangat penting untuk mencapai hasil yang
maksimal, khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Guru diharapkan dapat mengembangkan model CTL dan metode-metode
atau strategi-strategi lain yang tidak hanya meningkatkan kemampuan
kognitif siswa siswa akan tetapi juga meningkatkan atau melatih
kemampuan berfikir siswa. Selain itu guru juga harus memperhatikan SQ
dan EQ siswa, karena SQ, EQ dan IQ ini sangat penting dan harus
diimbangi agar terhindar dari perilaku negative. Selain itu guru
diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan Pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dilakukan apabila konsep
pembelajaran dan situasi belajar mendukung untuk menggunakan
pendekatan pembelajaran tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan pengaruh SQ dan EQ terhadap prestasi belajar peserta
didik, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih valid dan
reliabel.