Anda di halaman 1dari 23

1

KECAKAPAN BERPIKIR

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah KPL yang dibina oleh
Dr. Sri Endah Indriwati, M.Pd dan Dr. Murni Saptasari, M.Si

Disusun oleh Kelompok 2:


Adelima Dyah Kartika 170341864574
Arfiatul Isnaini 170341864503
Putri Widya Mayangsari 170341864517

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang pernyataan “Kecakapan Berpikir”. Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul
“Kecakapan Berpikir” untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Kuliah dan Praktik Lapangan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian ini tidak lepas dari peran serta
beberapa pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan, dan petunjuk serta
fasilitas. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
kepada:

1. Ibu. Dr. Sri Endah Indriwati, M.Pd dan Ibu Dr. Murni Saptasari, M.Si. selaku Dosen mata
kuliah Kuliah dan Praktik Lapangan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,
serta petunjuk dalam penyelesaian tugas makalah ini.
2. Petugas perpustakaan pusat Universitas Negeri Malang yang telah menyediakan
referensi untuk penulis.
3. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa resensi yang telah penulis buat ini tidak lepas dari
kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap
kritik, saran, dan masukan dari semua pihak demi perbaikan.
Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat guna menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan.

Malang, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II ISI

2.1 Berpikir Kritis (Critical Thinking) ....................................... 4


2.1.1 Definisi Keterampilan Berpikir Kritis ..................... 4
2.1.2 Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan
Berpikir Kritis ............................................................ 5
2.1.3 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ....................... 5
2.2 Problem Solving ...................................................................... 7
2.2.1 Definisi Problem Solving ............................................ 7
2.2.2 Pembelajaran yang Menggunakan Sintaks dari
Problem Solving .......................................................... 8
2.2.3 Aspek Keterampilan Problem Solving ......................... 9
2.3 Keterampilan Berpikir Kreatif ............................................ 10
2.3.1 Definisi Keterampilan Berpikir Kreatif .................. 10
2.3.2 Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan
Berpikir Kreatif ......................................................... 10
2.3.3 Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif ..................... 11
2.4 Metakognisi ............................................................................ 13
2.4.1 Definisi Metakognisi .................................................. 13
2.4.2 Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan
Metakognitif ................................................................. 14
2.4.3 Aspek Metakognisi ..................................................... 15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 18


3.1.1 Berpikir Kritis (Critical Thinking) ........................... 18
3.1.2 Problem Solving .......................................................... 18
3.1.3 Keterampilan Berpikir Kreatif ................................. 18
3.1.4 Metakognisi ................................................................ 18
3.2 Saran ........................................................................................ 19
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................... 20

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Rubrik Pembelajaran Berpikir Kritis Menurut Greenstain (2012).......................6


2.2. Rubrik Pembelajaran Berpikir Kritis Menurut Treffinger (2002)........................7
2.3. Sintaks Pembelajaran Problem Solving........................................................................8
2.4. Rubrik Pembelajaran Problem Solving .......................................................................8
2.5. Indikator Berpikir Kreatif ................................................................................................11
2.6. Aspek Berpikir Kritis ........................................................................................................11
2.7. Rubrik Berpikir Kritis ......................................................................................................12
2.8. Aspek Pengetahuan Metakognitif .................................................................................15
2.9. Rubrik Penilaian Pengetahuan Metakognitif .............................................................16
2.10. Rubrik Penilaian Keterampilan Metakognitif ...........................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Layers Metakognitif .................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada abad ke 21, menuntut
para generasi muda untuk mengembangkan kecakapan berpikir yang sebaiknya menjangkau
keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari agar memungkinkan siswa untuk memiliki kebiasaan berpikir secara
mendalam dan menjalani hidup dengan pendekatan yang cerdas, seimbang, serta dapat
dipertanggungjawabkan (Greenstein, 2012; Johnson, 2002; Sizer, 1992). Jika diukur dengan
ranah kognitif pada taksonomi Bloom, keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order
Thinking) berada pada level analisis, sintesis, dan evaluasi. Greenstein (2012) menambahkan
bahwa High Order Thinking Skills mencakup keterampilan berpikir kritis, pemecahan
masalah, keterampilan berpikir kreatif. dan metakognisi untuk dapat berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif.
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran/rasio secara optimal.
Berpikir kritis dan kreatif melatih siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis,
menghadapi berbagai masalah secara terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, serta
merancang solusi secara rasiobal. Sedangkan metakognisi diartikan sebagai belajar
sebagaimana seharusnya belajar (learning how to learn) dan berpikir tentang berpikir
(thinking about thinking) (Livingstone, 1987). Siswa yang diberi kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir sampai pada tingkatan tinggi, dapat melatih mereka
untuk membedakan suatu fakta dan opini menggunakan argument logis dengan bukti yang
dapat dipercaya. Beberapa uraian diatas menjadi latar belakang untuk menyusun makalah
berjudul “Kecakapan Berpikir”.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kritis siswa dalam
pembelajaran?
1.2.2. Bagaimana definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kreatif siswa
dalam pembelajaran?
1.2.3. Bagaimana definisi dan bentuk assesmen keterampilan Metakognisi siswa dalam
pembelajaran?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Untuk memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kritis siswa
dalam pembelajaran.
1.3.2. Untuk memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kreatif
siswa dalam pembelajaran.
1.3.3. Untuk memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Metakognisi siswa
dalam pembelajaran.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Dapat memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kritis siswa
dalam pembelajaran.
1.4.2. Dapat memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Berpikir Kreatif
siswa dalam pembelajaran.
1.4.3. Dapat memahami definisi dan bentuk assesmen keterampilan Metakognisi siswa
dalam pembelajaran.
BAB II
ISI

Beberapa keterampilan abad ke-21, seperti literasi digital dan kesadaran global
mugkin dianggap sebagai sesuatu hal yang baru, akan tetapi sebenarnya hal tersebut baiknya
diperbarui dan dikonfigurasikan ulang. Terkait globalisasi, teknologi, jejaring sosial,
proliferasi informasi, dan laju perubahan merupakan hal penting untuk mengubah suatu
proses pengajaran, belajar, dan menilai. Keterampilan abad 21 memiliki tujuan untuk
mendukung, memungkinkan, dan memfasilitasi penerapan keterampilan dasar tersebut,
apabila dilakukan bersama-sama akan memungkinkan siswa untuk menjadi kontributor yang
baik dan sukses untuk dunia mereka yang saat ini berkembang dengan pesat (Greenstain,
2012)
Berdasarkan “21st Century Partnership Learning Framework”, terdapat beberapa
kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad 21, yaitu (BSNP, 2010):
1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem
Solving Skills) – mampu berpikir secara kritis, lateral, dan sistematik, terutama dalam
konteks pemecahan masalah;
2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills) -
mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan
yang inovatif;
4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications
Technology Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani aktivitas
pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi;
6. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) –
mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam
pihak.
Kecakapan berpikir pada abad 21 berdasarkan gagasan atau ide dari para ahli di bidang
pendidikan, yaitu terdiri atas berpikir kritis (critical thinking), pemecahan masalah (problem
solving), berpikir kreatif (creating), dan metakognitif (metacognition).

3
4

2.1. Berpikir Kritis (Critical Thinking)


2.1.1. Definisi Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (2011) berpikir kritis adalah sebuah proses berfikir yang
masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir didasarkan atas fakta-
fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya mencari dengan
sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Kemampuan berpikir kritis dapat
membantu siswa membuat keputusan yang tepat, logis, sistematis dan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Duron, et al., (2006) mendefinisikan
secara sederhana bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk dapat
menganalisis dan mengevaluasi informasi. Facione (2013) menegaskan bahwa inti
dari berpikir kritis adalah terdapatnya interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan,
penjelasan, dan pengaturan diri. Berpikir kritis adalah konvergen atau memiliki arti
yang terpusat yang dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku
(Baker et al., 2001; Tsai, 2012). Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk
berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
dipercaya. Ini mencakup kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan
independen (Lau & Chan, 2016). Asesmen untuk berpikir kritis berupa paper and
pencil test yang menggunakan indikator berpikir kritis, yaitu dengan membuat
pertanyaan yang menggunakan kata kerja operasional C3 ke atas, seperti:
menganalisis. Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh setiap individu dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan autentik yang ada di sekitarnya
dengan menganalisis setiap informasi secara kritis dan mengolahnya sampai
diperoleh suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan
uraian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan berpikir kritis adalah berpikir
rasional tentang sesuatu, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang
sesuatu sebelum mengambil keputusan dan melakukan tindakan.
2.1.2. Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting
untuk dilakukan. Menurut Tilaar (2011), ada 4 pertimbangan mengapa berpikir
kritis perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan, yaitu: a) mengembangkan
berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita memberikan penghargaan kepada
siswa, b) berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan karena
mempersiapkan siswa untuk kehidupan dewasanya, c) pengembangan berpikir
5

kritis dalam pendidikan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai, dan d)
berpikir kritis merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupan demokratis.
Siswa dapat memiliki keterampilan berpikir kritis jika dilakukan pemberdayaan
keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis tersebut penting untuk
pendidikan formal karena sangat penting bagi kunci keberhasilan di dunia saat ini
di mana pengetahuan baru berkembang dengan sangat cepat (Halpren & Marin,
2011).

2.1.3. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah sebuah proses berpikir yang masuk akan dan reflektif
yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau
diyakini. Digunakan 4 indikator berpikir kritis dalam penelitian ini yang mengacu
pada definisi dan indikator yang dikemukakan oleh Greenstain (2012), yaitu
berpikir kritis, menganalisis informasi, menggunakan data untuk mengembangkan
berpikir kritis, dan mensintesis. Pengukuran keterampilan berpikir kritis dilakukan
melalui tes tulis dengan instrumen berupa soal yang dianalisis dengan
menggunakan rubrik penskoran. Deskripsi aspek dari rubrik pembelajaran Berpikir
Kritis menurut (Greenstain, 2012) dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rubrik Pembelajaran Berpikir Kritis Menurut Greenstain (2012)


Standard Exceeds Meets Working Just Beginning Score/
Toward Weight
Berpikir Secara Secara rutin Mengembangkan Mampu
Kritis konsisten menerapkan berbagai jenis melakukan
menunjukkan dua komponen keterampilan konten dasar
beberapa dari berpikir kritis dan
keahlian keterampilan mengevaluasi
dalam berpikir kritis serta
evaluasi, menganalisis
analisis, dan informasi
sintesis
Mengana- Meng- Meng- Membutuhkan Menjelaskan
lisis identifikasi identifikasi bantuan untuk masalah utama
Informasi masalah utama dan bergerak di luar
dan melihat memahami masalah utama
implikasi yang masalah utama dengan dukungan
tidak dan beberapa dan dapat
dipalsukan perbedaan mengidentifikasi
yang beberapa detail
dinyatakan yang berbeda
Meng- Dapat Bisa mencari Bisa memilih Sangat sulit
gunakan menjelaskan tahu apa arti beberapa data untuk
data data kepada data dan bisa yang masuk akal memahami data
untuk orang lain dan menggunakan tanpa bantuan
6

mengem- memahami ide utama


bangkan dengan cukup untuk menarik
kemam- baik untuk kesimpulan
puan membuat
berpikir koneksi ke
pekerjaan
Mensin- Mudah untuk Dapat Dapat Bisa memilih
tesis menemukan menemukan menemukan dua sudut pandang
beberapa setidaknya dua sudut sudut pandang seseorang dari
sudut tiga sudut pandang yang yang berbeda dan informasi dan
padang pandang berbeda dan menyatakan mengatakannya
berpikir utama dan dapat kembali ide-ide
kritis mengaturnya menggabungk tersebut dengan
dengan cara annya menjadi kata-kata saya
yang jelas dan pernyataan sendiri
masuk akal ringkasan
bagi orang lain yang logis
Sumber: Greenstain (2012).

Adapun deskripsi aspek dari rubrik pembelajaran Berpikir Kritis menurut


(Treffinger, 2002) dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Rubrik Pembelajaran Berpikir Kritis Menurut Treffinger (2002)


Aspek Deskripsi

Menganalisis (analyzing) Mengkaji atau menguraikan menjadi bagian-bagian dan


menelaah setiap bagian serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pemahaman yang tepat dan menyeluruh.

Mensintesis (synthesizing) Memadukan berbagai pengertian atau konsep menjadi suatu


kesatuan yang selaras

Mengatur ulang atau redefinisi Mengatur, menyusun, memodifikasi, memberikan


(reorganizing or redefining) pemahaman baru atau merumuskan berdasarkan sudut
pandang lain.

Mengevaluasi (evaluating) Menilai atau mengukur suatu keadaan, proses, atau


pemahaman

Melihat hubungan (seeing Memahami hubungan antara fakta dan proses


relationships)

Menginginkan untuk Menunjukkan solusi untuk menghilangkan ketidakjelasan


menyelesaikan keambiguan atau atau mengarahkan pada keadaan yang lebih kacau rumit.
membawa pada kerumitan
(desiring to resolve ambiguity
or bringing order to disorder)

Menghendaki kompleksitas Lebih memilih pada keadaan yang kompleks atau


atau memahami kompleksitas memahami kompleksitas atau kerumitan tersebut
(preferring complexity or
understanding complexity)

Sumber: Treffinger, (2002).


7

2.2. Problem Solving


2.2.1. Definisi Problem Solving
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan bagian dari
ketrampilan atau kecakapan intelektual yang dinilai sebagai hasil belajar yang
penting dan signifikan dalam pendidikan. Pemecahan masalah terkait dengan
istilah lain seperti: berpikir, penalaran, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan
berpikir kreatif (Mayer & Wittrock, 2009). Pada pembelajaran, problem solving
digunakan sebagai metode pembelajaran yaitu suatu penyajian materi pelajaran
yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Riyani, 2015). Asesmen untuk berpikir kritis
berupa paper and pencil test dan penilaian projek yang dilakukan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan.
2.2.2. Pembelajaran yang Menggunakan Sintaks dari Problem Solving
Deskripsi aspek dari sintaks pembelajaran Problem Solving menurut
(Greenstain, 2012) dijelaskan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Problem Solving
No Langkah sintaks Deskripsi
Problem Solving
1.Memahami Apakah Anda mampu memahami masalah yang ada dan
permasalahan dapat mendefinisikannya dengan jelas?
Apa yang akan Anda coba temukan atau lakukan?
Apa yang Anda ketahui, yang tidak diketahui, dan variabel
yang mendukung?
Apa saja informasi yang Anda temukan dalam deskripsi
masalah yang disajikan?
2. Kreativitas pencarianBerpikir secara luas dan kreatif
solusi dari suatu Setiap dan semua ide dapat diterima pada langkah ini Jangan
masalah berprasangka apa pun dari ide-ide tersebut
Pahami semua ide sebelum melanjutkan ke langkah 3
3. Menyusun rencanaMenganalisis, mensintesis, dan mengorganisasikan suatu ide
dengan membuat sebuah tabel, diagram, chart, dll
Apa yang tampaknya menjadi titik awal yang logis? pilih
titik awal tersebut dan kembangkan suatu proses untuk
mengikuti sumber daya, nilai, dan sasaran dalam keputusan
Anda
4. Melaksanakan rencana Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih
yang disusun Memeriksa setiap langkah dari rencana yang ditentukan
Mengusahakan fleksibel dan reflektif saat menerapkannya.
5. Mengevaluasi hasilMenganalisis solusi pada suatu masalah. Apakah masuk
yang diperoleh akal? apakah itu logis?
Memeriksa hasilnya sehubungan dengan masalah aslinya.
Apakah itu menyelesaikan masalah atau mengubah apa pun?
Jika tidak berhasil, tentukan apakah ada metode lain untuk
memecahkan masalah dan kembali ke siklus sebelumnya.
Sumber: Greenstain (2012).
8

2.2.3 Aspek Keterampilan Problem Solving


Pemecahan masalah merupakan pemahaman dan pengaplikasian sebuah
sistem untnuk menanggapi masalah-masalah yang belum diketahui. Penerapan
problem solving meliputi mengidentifikasi dan memahami masalah,
mendeskripsikan masalah dengan kejelasan dan dukungan bukti-bukti yang ada.
Selain itu, penggunaan stategi yang banyak guna mendapatkan solusi umum yang
banyak. Deskripsi aspek dari rubrik pembelajaran Problem Solving menurut
(Greenstain, 2012) dijelaskan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Rubrik Pembelajaran Problem Solving
Expert Competent Apprentice Novice Score

Meng- Saya Saya Saya Saya


identifikasi menggambarkan menjelaskan menjelaskan mengalami
masalah yang dasar-dasar beberapa kesulitan
masalah terdapat masalah masalah tetapi mengenali
kaitannya dengan kesulitan dan men-
dengan situasi beberapa memahami definisikan
dan beberapa rincian dan semua bagian bagian-
rincian informasi dari masalah bagian
pendukung pendukung masalah

Meng- Saya datang Saya Saya Saya


identifikasi dengan menawarkan menjelaskan punya satu
setidaknya dua atau tiga satu atau dua solusi,
beberapa empat solusi solusi yang solusi yang tetapi saya
solusi yang layak masuk akal mungkin tidak yakin
dapat dijelaskan itu benar
dengan jelas

Mene- Saya Saya Saya Saya tidak


mukan menganalisis mengevaluasi memberikan bisa men-
semua solusi solusinya dan penjelasan jelaskan
solusi dan memilih memilih salah sederhana solusi
salah satu yang satu yang untuk satu
menunjukkan tampaknya pilihan yang
pemahaman layak saya pikir
saya tentang digunakan masuk akal
masalah dan
hasil
Sumber: Greenstain, (2012).

2.3. Keterampilan Berpikir Kreatif


2.3.1 Definisi Keterampilan Berpikir Kreatif
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu
dalam bentuk ide, langkah atau produk (Sudarma, 2013). Berpikir kreatif
merupakan kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang baru (Baker et al,. 2001),
9

sesuatu yang tidak biasa atau yang berbeda dari ide-ide sebelumnya (Istianah,
2013). Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif ditandai dengan pola
pikir divergen, yaitu mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban yang
menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional (Greenstein, 2012). Berpikir
kreatif berkaitan dengan menerapkan suatu imajinasi untuk menemukan dengan
menggunakan keseluruhan aktivitas kognitif yang digunakan oleh individu sesuai
dengan objek, masalah, dan kondisi tertentu (Birgili, 2015; Coughlan, 2007).
2.3.2 Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kreatif
Keterampilan berpikir kreatif dapat melatih siswa untuk mengembangkan
banyak ide dan argument, mengajukan pertanyaan, mengakui kebenaran argument,
bahkan membuat siswa mampu bersifat terbuka dan responsive terhadap perspektif
yang berbeda (Forrester, 2008). Winarni (2006) menyatakan bahwa keterampilan
berpikir kreatif tidak dapat berubah dengan sendirinya dan diperlukan stimulasi
dalam kegiatan pembelajaran untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan tereampilan berpikir kreatifnya.
Asesmen untuk berpikir kritis berupa penilaian portofolio serta penilaian
produk. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian
portofolio (Kemendikbud, 2014):
 Peserta didik merasa memiliki portofolio sendiri;
 Tentukan bersama hasil kerja apa yang akan dikumpulkan;
 Kumpulkan dan simpan hasil kerja peserta didik dalam 1 map atau folder;
 Beri tanggal pembuatan;
 Tentukan kriteria untuk menilai hasil kerja peserta didik;
 Minta peserta didik untuk menilai hasil kerja mereka
secara berkesinambungan;
 Bagi yang kurang beri kesempatan perbaiki karyanya, tentukan
jangka waktunya
 Bila perlu, jadwalkan pertemuan dengan orang tua
Penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik
(Kemendikbud, 2014):
 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan (tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk).
10

 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya


dilakukan hanya pada tahap penilaian produk.
2.3.3 Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif
Indikator berpikir kreatif meliputi 1) Fluency (Berpikir lancar); 2) flexibility
(berpikir luwes); 3) Originallity (berpikir asli); 4).Elaboration (berpikir merinci)
(Greenstein, 2012; Munandar 1992). Trefingger (2002) menambahkan satu
indikator berpikir kreatif yaitu methaporical thinking (berpikir metaforis).
Tabel 2.5 Indikator Berpikir Kreatif
Aspek Deskripsi
Kelancaran (Fluency) Menuliskan banyak ide-ide/alternatif jawaban
Keluwesan (Flexibility) Mengemukakan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi
yang diperoleh dari berbagai sudut pandang berbeda
Keaslian (Originality) Menemukan kombinasi-kombinasi yang unik (berbeda dengan yang
lain)
Merinci (Elaboration) Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan
Berpikir metafora Membuat keterkaitan baru antara konsep dengan menggunakan
(Metaphorical thinking) perbandingan atau analogi
Sumber: Treffinger dkk. (2002).

Selama proses pembelajaran Marin dan Halpern (2010)


mengembangkan aspek keterampilan berpikir kreatif sebagai berikut.

Tabel 2.6 Aspek Berpikir Kreatif

Aspek Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa


Fluency Memberikan jawaban lebih dari satu jawaban
Memberikan jawaban secara beragam atau bervariasi untuk
Flexibility menyelesaikan soal
Originality Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru
Elaboration Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk
Sumber: Marin & Halpern (2010).

Selanjutnya Greenstein (2012) mengembangkan aspek keterampilan berpikir


kreatif dalam betuk rubrik dengan tambahan beberapa aspek pada Tabel 2.3.
Tabel 2.7 Rubrik Berpikir Kreatif
Skill/knowledge Exemplary Proficient Basic Novice Score/
Weight
Curiosity I am intrigued I am curious With some I hardly ever
by novel about some help I will wonder about
elements and things and explore new ideas and
ideas and usually am ways of things
actively seek willing to thinking and
them out. explore new doing
ideas.
Fluency I can look at I can usually If I work with Usually I just
things in come up with someone else I see things
various ways some can find other from my own
and describe alternative ways of perspective.
multiple and ways of looking at
11

diverse looking at things.


purposes for things.
them.
Originality I can come up I can come up If I have some I need help
with many with some guidelines I thinking of
new ideas and new ideas on can usually new things
products on my own and, come up with
most topics if its easy, new ideas.
and can bring work toward
something using it.
new to
fruition.
Elaboration Its easy and I can usually Maybe a few Sometimes I
fun to add come up with ideas come to just can’t think
details to ways to add me if I think of ways to
something to details to really hard. make
make it better. something to something
make it better. better.
Flexibility I adapt well to I can work Sometimes its I am unable to
new situations effectively hard for me to be productive
and can see even when adjust to when things
many things change change. When change. Its
possibilities in and notice the someone hard for me to
my everyday potential of reminds me to think outside
learning and somethings as think the box. I like
living. I learn. differently, I things as they
usually can do are.
so.
Divergent It easy for me I can do two I can do one or This is hard
to combine or three of two but my for me to do
ideas, modify these to ideas are because I tend
and adapt change a relively to see things
them, and product or simple. as they are
rearrange process, rather than
them to combine, how they
improve the modify, or could be.
outcomes. rearrange.
Messiness/Risk I know that I’m wiling to Sometimes I I feel nervous
Taking creativity can try to projects hold myself and try to
be messy but and don’t back because I avoid the
still strive to worry too might make messier
try new things. much about mistakes and it aspects of
I don’t worry making won’t come creativity.
much about mistakes. out right.
my mistakes,
because I learn
from them.
With Others I am most My ideas get I’ll usually Its hard for me
creative when better when I watch and to tell if any of
I use the work with listen before my ideas are
synergy that others to sharing my worth sharing
comes from improve on creative ideas, with other, so
working with something. but then I add usually I
others. a few. don’t.
Sumber: Greenstein (2012).
12

2.4 Metakognisi
2.4.1 Definisi Metakognisi
Metakognisi pada umumnya didefinisikan sebagai pengetahuan dan kesadaran
tentang seluruh objek kognitif (Flavell, 1987). Secara sederhana, metakognisi
memiliki definisi berpikir tentang apa yang dipikirkan (thinking about thinking)
(Lai, 2011). Metakognisi mengacu pada aktivitas berpikir tingkat tinggi yang
melibatkan kontrol aktif selama proses kognitif yang terlibat dalam kegiatan
belajar (Livingston, 1997). Sedangkan menurut Schraw (1994) metakognisi adalah
istilah yang mengacu pada kemampuan untuk merefleksikan, memahami, dan
mengontrol belajarnya sendiri. Pengertian tersebut mirip dengan pengertian yang
disampaikan Vockell (2001) yang menyatakan bahwa metakognisi mengacu pada
kesadaran otomatis peserta didik terhadap pengetahuan mereka sendiri dan
kemampuan mereka untuk memahami, mengontrol, dan memanipulasi proses
kognitif mereka sendiri.
Hal tersebut sangat membantu siswa dalam keberhasilan belajarnya.
Metakognisi terdiri dari dua komponen, yaitu pengetahuan metakognisi dan
pengalaman metakognitif (Flavell, 1979). Pengetahuan metakognitif mengacu pada
pengetahuan yang diperoleh tentang proses kognitif, pengetahuan yang dapat
digunakan untuk mengontrol proses kognitif. Pengalaman metakognitif melibatkan
strategi metakognitif atau regulasi metakognitif merupakan proses berurutan yang
digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan untuk memastikan bahwa
tujuan kognitif telah terpenuhi Flavell (1987). Proses ini membantu untuk
mengatur dan mengawasi belajar, serta terdiri dari perencanaan dan pemantauan
kegiatan kognitif, serta memeriksa hasil dari kegiatan tersebut. Pengetahuan
metakognitif dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan tentang
variabel-variabel individu, variabel-variabel tugas, dan variabel-variabel strategi
(Flavell, 1987). Livingston (1997) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang
variabel-variabel personal berkaitan dengan pengetahuan tentang bagaimana siswa
belajar dan memproses informasi serta pengetahuan tentang proses-proses belajar
yang dimilikinya.

2.4.2 Pembelajaran yang Memberdayakan Keterampilan Metakognitif


Keterampilan metakognitif meliputi keterampilan memonitor, mengevaluasi,
dan mengatur diri sendiri. Pembelajaran perlu memberdayakan keterampilan
13

metakognitif siswa karena menurut Coutinho (2007), siswa yang metakognisinya


rendah bisa mendapatkan manfaat dari latihan metakognisi untuk meningkatkan
metakognisi dan prestasi akademik mereka. Livingston (1997) menyatakan bahwa
pengajaran yang memberdayakan metakognisi ternyata berlangsung dalam
program pengajaran berstrategi kognitif.
Beberapa strategi yang berpotensi memberdayakan keterampilan metakognitif
tersebut antara lain pada pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
menggunakan peta konsep, serta strategi pembelajaran kooperatif. Keuntungan
pembelajaran kooperatif bagi siswa adalah bertambahnya tanggung jawab siswa
atas proses belajarnya, berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
berpikir kritis siswa, dan bertambah eratnya hubungan psikologis antar anggota
kelompok. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa perspektif yang dapat
dikembangkan, yaitu perspektif motivasi, sosial, kognitif, elaborasi kognitif, dan
psikologis (Slavin, 1995). Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat
meningkatkan keterampilan metakognitif diantaranya adalah Pembelajaran
berbasis Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP), Reciprocal
Teaching, Cooperative Script, dan Remap Coople (Haerullah, 2012; Setiawan,
2015; Warouw, 2009; Zubaidah, 2014).
2.4.3 Aspek Metakognisi
Greenstein (2012) mengemukakan beberapa aspek metakognisi yaitu:
1. Aspek purposeful (bertujuan), targeted (sasaran), goal oriented (capaian
orientasi) :
Menurut Jacob (1987) metakognisi terdiri dari dua komponen sebagai berikut.
1. Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
a. Decralarive knowledge yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai
pebelajar serta strategi, keterampilan, dan sumber-sumber belajar yang
dibutuhkan.
b. Procedural knowledge yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan
apa saja yang telah diketahui dalam decralarative knowledge tersebut dalam
aktivitas belajarnya.
c. Conditional knowledge yaitu pengetahuan tentang bilamana menggunakan
suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut
tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan mengapa suatu
prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur lainnya.
14

Tabel 2.8 Aspek Pengetahuan Metakognitif


Aspek Definisi
Deklaratif Mengacu pada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang informasi atau sumber
daya yang diperlukan untuk melakukan tugas. Misalnya a) apa tujuan dari tugas
yang diberikan? b) apa sumberdaya dan langkah yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah dalam tugas tersebut? c) berhubungan dengan apakah
jenis tugas yang diberikan?
Prosedural Mengacu pada pengetahuan atau keyakinan tentang diri sendiri terkait tugas yang
diberikan. Sebuah persepsi inidividu terhadap kapasitas seseorang terkait tentang
bagaimana dia melakukan sesuatu.
Kondisional Mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan mengapa menggunakan strategi
untuk memecahkan suatu masalah. Pengetahuan tentang situasi dimana siswa
dapat menggunakan subjek keterampilan yang spesifik, algoritma, teknik dan
metode.
Sumber: Diadaptasi dari Rompayom, dkk. (2010)

Tabel 2.9 Rubrik Penilaian Pengetahuan Metakognitif


Deskripsi
Score Pengetahuan Deklaratif Pengetahuan Prosedural Pengetahuan
Kondisional
0 Siswa tidak Siswa tidak menggambarkan Siswa tidak menjelaskan
menggambarkan strategi yang mereka kapan dan mengapa
hubungan apa yang gunakan untuk memecahkan menggunakan strategi
terdapat di dalam tugas masalah dan bagaimana tersebut untuk
yang diberikan. menyelesaikan suatu
mereka mengatasi masalah
masalah.
tersebut.

1 Siswa menulis jawaban Siswa terlihat seperti Siswa membuat daftar


yang tidak spesifik memahami tujuan dari strategi secara umum yang
terkait hubungan pada pemberian tugas namun digunakan untuk
tugas yang diberikan. mereka membuat jawaban menyelesaikan suatu
yang tidak spesifik dan tidak masalah, namun tidak
berhubungan dengan tugas menjelaskan secara
yang diberikan. spesifik.
2 Siswa memiliki Siswa mampu Siswa menjelaskan secara
gambaran yang jelas mendefinisikan secara jelas jelas kapan dan mengapa
tentang hubungan apa strategi yang mereka menggunakan strategi
yang terdapat di dalam gunakan. Siswa secara tersebut untuk
tugas yang diberikan. eksplisit mempertimbangkan menyelesaikan suatu
antara informasi dan masalah. Keseluruhan
pertanyaan yang diberikan. strategi yang mereka
gunakan terhubung dengan
informasi dan pertanyaan
yang diberikan.
Sumber: Diadaptasi dari Rompayom, dkk. (2010).

2. Pengalaman atau Regulasi Metakognitif (Metacognitive Experiences or


Regulation)
a. Planning, adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajarnya.
b. Information management strategies, adalah kemampuan strategi mengelola
informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan.
15

c. Comprehension monitoring, adalah kemampuan dalam memonitor proses


belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut.
d. Debugging strategies, adalah kemampuan strategi-strategi debugging yaitu
strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan-tindakan yang salah
dalam belajar.
e. Evaluating, adalah kemampuan mengetahui efektivitas strategi belajarnya,
apakah ia akan mengubah strategiya, menyerah pada keadaan atau
mengakhiri kegiatan tersebut.
Tabel 2.10 Rubrik Penilaian Keterampilan Metakognitif
Skor Kriteria
0 Tidak ada jawaban sama sekali.
Jawaban tidak dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban kurang/tidak runtut dan
1 sistematis, kurang/tidak logis, dengan gramatika (bahasa) tidak benar, tidak
dilengkapi dengan alasan (analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban tidak benar.
Jawaban tidak dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban kurang/tidak runtut dan
2 sistematis, kurang/tidak logis, dengan gramatika (bahasa) kurang benar, kurang
dilengkapi dengan alasan (analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban kurang benar. Jawaban
tidak dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban kurang/tidak runtut dan
3 sistematis, kurang/tidak logis, dengan gramatika (bahasa) kurang benar,
dilengkapi dengan alasan (analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban benar.
Jawaban tidak dalam kalimat sendiri, urutan paparan runtut dan sistematis, logis,
4 dengan gramatika (bahasa) benar, dilengkapi dengan alasan
(analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban benar.
Jawaban dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban kurang/tidak runtut dan
5 sistematis, kurang/tidak logis, dengan gramatika (bahasa) kurang benar,
dilengkapi dengan alasan (analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban benar.
Jawaban dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban runtut dan sistematis,
6 kurang/tidak logis, dengan gramatika (bahasa) kurang benar, dilengkapi dengan
alasan (analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban benar.
Jawaban dalam kalimat sendiri, urutan paparan jawaban runtut dan sistematis, logis,
7 dengan gramatika (bahasa) benar, dilengkapi dengan alasan
(analisis/sintesis/kreasi), dan jawaban benar.
Sumber: Corebima (2009).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian literatur yang telah dijabarkan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut
3.1.1 Berpikir kritis adalah berpikir rasional tentang sesuatu, mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin tentang sesuatu sebelum mengambil keputusan dan melakukan
tindakan. Asesmen untuk berpikir kritis berupa paper and pencil test yang
menggunakan indikator berpikir kritis, yaitu dengan membuat pertanyaan yang
menggunakan kata kerja operasional C3 ke atas, seperti: menganalisis. 4 indikator
berpikir kritis dalam penelitian ini yang mengacu pada definisi dan indikator yang
dikemukakan oleh Greenstain (2012), yaitu berpikir kritis, menganalisis informasi,
menggunakan data untuk mengembangkan berpikir kritis, dan mensintesis.
3.1.2 Problem solving atau pemecahan masalah merupakan bagian dari ketrampilan atau
kecakapan intelektual yang dinilai sebagai hasil belajar yang penting dan
signifikan dalam pendidikan. Asesmen untuk berpikir kritis berupa paper and
pencil test dan penilaian projek yang dilakukan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai pelaporan. Penerapan problem solving meliputi
mengidentifikasi dan memahami masalah, mendeskripsikan masalah dengan
kejelasan dan dukungan bukti-bukti yang ada.
3.1.3 Kreatif merupakan proses yang mendasar untuk lebih sensitif terhadap masalah,
mengidentifikasi kesulitan, menemukan solusi, membuat pertanyaan untuk
pemahaman yang lebih mendalam melalui banyak tipe teknik kreatif termasuk
kepasihan, elaborasi, dan keaslian. Keterampilan berpikir luwes yang berarti
mencari banyak alternatif yang berbeda sehingga menghasilkan berbagai gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.
3.1.4 Metakognitif dapat diartikan sebagai jalan untuk berpikir tentang berpikir terhadap
suatu pemikiran. Kondisi ini memungkinkan seseorang untuk mengatur dan
melihat suatu pemikiran. Metakognitif juga berkaitan dengan pengenelan
keberagam tipe belajar, belajar melalui semua indra. Bertindak berdasarkan
pemikiran dan terus menerus belajar dan mengevaluasi setiap prosesnya.

16
17

3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca agar dapat memahami topik kecakapan berpikir
sehingga dapat melakukan atau menerapkan karakteristik dari kecakapan berpikir dalam
proses pendidikan secara jelas sesuai dengan arah tujuan pendidikan nasional dan penulis
memberikan saran agar mengkaji literatur lebih banyak lagi untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

Baker, M. Rudd, R. & Pomeroy, C. 2001. Relationships between Critical and Creative
Thinking. Journal of Southern Agricultural Education Research, 51(1): 173-188.
BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Badan Standar
Nasional Pendidikan.
Duron, R., Limbach, B., & Waugh, W. 2006. Critical Thinking Framework For Any
Discipline. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 17
(2): 160-166.
Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical Thinking: an Outline of Critical Thinking
Dispositions and
Facione, P. A. 2013. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. (Online).
(http://spu.edu/depts/health-sciences/grad/documents/CTbyFacione.pdf), diakses
tanggal 2 September 2018.
Flavell, J.H. (1979). Metacognition and Cognitive Monitoring. A new area of cognitive
developmental inquiry. American Psychologist, 34(10), 906-911.
Flavell, J.H. (1987). Speculations about the nature and Development of Metacognition. In F.
Weinert & R. Kluwe, eds., Metacognition, motivation, and understanding, 21-29,
Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and
Authentic Learning. (Online): https://uk.sagepub.com/en-gb/asi/assessing-21st-
century-skills/book237748#description diakses 31 Agustus 2016.
Halpern, D. F. & Marin, L. M. 2011. Pedagogy for Developing Critical Thinking in
Adolescents: Explicits Instruction Produces Greatest Gains. Thinking Skills and
Creativity, 6(-): 1-13.
Istianah, E. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan
Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada Siswa SMA. Infinity: Jurnal
Ilmiah Program Studi Pendidikan STKIP Siliwangi Bandung, 2(1): 43-54.
Jacobs, J.E. & Paris, S.G., (1987). Children’s Metacognition About Reading Issues in
Definition, Measurement, and Instruction. Educational Psychology, 22, 255-278.
Lau, J. & Chan, J. 2016. What is Critical Thinking?. (Online):
http://philosophy.hku.hk/think/critical/ct.php diakses 2 September 2018.
Livingston, J. A. 1997. Metacognition. (Online):
http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm, diakses tanggal 1 SePtember
2018.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
Schraw, G., & Dennison, R. (1994) Assessing metacognitive awareness.
Contemporary Educational Psychology,19(4), 460-475 .
Schraw, G., & Mochman, D. (1995). Metacognition Theory. Educational Psychology Review,
7(4), 351-371.
Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis, Perkembangan Substansi, & Perkembangannya di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Trefingger, D., Young, G., Selby, E., Shepardson, C. 2002. Assessing Creativity: A Guide for
Educators. The National Research Center On The Gifted And Talented, (Online),
(http://nrcgt.uconn.edu/wp-content/uploads/sites/953/2015/04/rm02170.pdf), diakses
3 September 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai