Anda di halaman 1dari 43

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa kejutan


dan tantangan revolusioner pada ide dan praktik pendidikan tradisional. Sejak
pandemi Covid 19, pemanfaatan teknologi internet dalam bentuk pembelajaran
online menjadi semakin meningkat, tetapi pembelajaran online saat pandemi
memunculkan banyak permasalahan unik baik dari kalangan dosen maupun
mahasiswa seperti keterbatasan dalam penyajian materi dalam arti materi yang
disajikan monoton dan tidak menarik, sulitnya membangun keaktifan, sulitnya
menciptakan interaksi dosen dengan mahasiswa maupun antar mahasiswa.
Pembelajaran online lebih membuat stres daripada belajar di ruang kelas biasa
karena mahasiswa terjebak belajar sendiri, tidak adanya langkah pembelajaran
yang terstruktur membuat mahasiswa sulit untuk fokus belajar. Tujuan dari
penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui rancang bangun modul pembelajaran
online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS, 2) Untuk mengetahui
kelayakan modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis
LMS, 3) Untuk mengetahui keefektifan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS. Penelitian ini merupakan penelitian multi
years. Tahun pertama penelitian ini menggunakan model penelitian dan
pengembangan (research and development). Tahun kedua penelitian ini
menggunakan desain pra-eksperimen dalam menguji keefektifan produk dalam
meningkatkan hasil belajar. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini berupa angket, dan tes hasil belajar. Angket disusun
dengan maksud untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS. Tes hasil belajar digunakan untuk
mendapatkan skor hasil belajar. Analisis data menggunakan analisis statistik
deskriptif sedangkan uji paired-sample-test dilakukan pada tahun ke-2.

Kata-kata kunci: modul pembelajaran online, ICARE, LMS

iii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
E. Luaran Penelitian ................................................................................ 4
II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 5
A. Modul Pembelajaran Online ............................................................... 5
1. Definisi dan Jenis Modul Pembelajaran ......................................... 5
2. Karakteristik Modul Pembelajaran Online ..................................... 5
3. Kriteria Kualitas Modul Pembelajaran Online ............................... 6
B. Alur Pembelajaran ICARE .................................................................. 7
1. Pengertian Model Pembelajaran ICARE ..................................... 7
2. Tahap-tahap Model Pembelajaran ICARE .................................. 8
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ICARE ........... 10
C. Learning Management System (LMS) ................................................ 11
D. Efektivitas Pembelajaran ..................................................................... 11
E. Karakteritik Mata Kuliah Media Pembelajaran .................................. 14
F. Roadmap Penelitian ............................................................................ 15
G. Kerangka Berpikir ............................................................................... 16
H. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 17

III METODE PENELITIAN ....................................................................... 18


A. Desain Penelitian ................................................................................ 18
B. Prosedur Penelitian ............................................................................. 18
C. Uji Coba Produk ................................................................................. 21
1. Desain Uji Coba ...........................................................................22
2. Subjek Coba ...........................................................................24
3. Jenis Data ...........................................................................24
4. Intrumen Pengumpulan Data ........................................................ 24
5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 31

iv
IV ORGANISASI PENGUSUL ................................................................... 33
V JADWAL PENELITIAN ......................................................................... 34
VI ANGGARAN BIAYA .............................................................................. 34
VII DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 38

Lampiran 1 Rincian Biaya (RAB)/Justifikasi Anggaran ............................. 38


Lampiran 2 Susunan Organisasi, Tugas dan Pembagian Waktu Peneliti .... 38
Lampiran 3 Curriculum Vitae Ketua dan Anggota........................................ 39

v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat Pandemi Covid 19 melanda, sistem pembelajaran di seluruh dunia
termasuk di Indonesia dipaksa berubah secara menyeluruh.  Sebelum Covid 19
jarang sekali sekolah, perguruan tinggi, maupun lembaga pelatihan melakukan
pembelajaran secara online (Arasaratnam-Smith & Northcote, 2017; Vrasidas et
al., 2010).  Sangat berbeda terlihat saat Pandemi Covid-19, sekolah dan perguruan
tinggi telah banyak menerapkan kebijakan pembelajaran berbasis online (Basilaia
& Kvavadze, 2020; Taha, Abdalla, Wadi, & Khalafalla, 2020). Hal ini sebagai
bentuk respon cepat dari sekolah dan perguruan tinggi untuk meminimalisir
penularan Covid-19 di lingkungan kampus.
Penggunaan pembelajaran online memang praktis karena dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja (Suartama, Setyosari, Sulthoni, & Ulfa, 2020, 2019).
Tetapi pembelajaran online saat Pandemi memunculkan banyak permasalahan
unik baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Irfan et al. (2020) menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi
dosen dalam melaksanakan pembelajaran online antara lain: keterbatasan dalam
penyajian materi dalam arti materi yang disajikan monoton dan tidak menarik,
sulitnya membangun keaktifan, menciptakan interaksi dosen dengan mahasiswa
maupun antar mahasiswa. Pembelajaran online lebih membuat stres daripada
belajar di ruang kelas biasa karena siswa terjebak belajar sendiri, tidak adanya
langkah pembelajaran yang terstruktur membuat siswa sulit untuk fokus belajar
(Yusnilita, 2020). Konten online semuanya bersifat teoritis dan tidak memberikan
kesempatan siswa berlatih dan belajar secara efektif, konten online yang biasa-
biasa saja juga merupakan masalah utama (Dhawan, 2020). Belajar yang lengkap
(ketuntasan belajar) tidak bisa diselesaikan secara online (Adnan, 2020).
Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi untuk menemukan
sebuah cara untuk mengatasi kendala yang dihadapi dosen dan mahasiswa saat
pembelajaran online dilaksanakan supaya lebih menarik dan bermakna. Faktor-
faktor pedagogis memiliki pengaruh terbesar pada keberhasilan dan niat serta
perilaku siswa dalam pembelajaran online yang meliputi penyediaan konten/bahan
ajar yang lebih kaya, strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang terstruktur,

1
dan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan kinerja belajar siswa (Hao,
Dennen, & Mei, 2017). Siswa belajar dengan cara yang berbeda dengan preferensi
yang berbeda. Menyediakan berbagai jenis media yang bisa dipilih oleh siswa,
memberikan langkah-langkah pembelajaran yang jelas adalah salah satu cara
untuk memastikan siswa tetap belajar (Dhaliwal, Simpson, & Kim-Sing, 2018).
Diperlukan perencanaan yang sistematis untuk menentukan dan menetapkan
faktor-faktor pedagogis tersebut dalam sebuah desain bahan pembelajaran online.
Modul pembelajaran online memiliki pengertian bahan ajar yang disusun
secara sistematis, terukur, menarik dan mudah dipahami oleh pengguna yang
memiliki karakteristik dapat di akses dan digunakan tanpa hambatan ruang dan
waktu selama terhubung dengan jaringan internet dan diakses menggunakan
gadget seperti HP, Tablet dan PC/Laptop. Modul pembelajaran online adalah
bahan pembelajaran yang dibangun dari bermacam-macam sumber daya online
yang terintegerasi secara bermakna (Hill, Sharma, & Johnston, 2015). Modul
pembelajaran online memungkinkan terciptanya pembelajaran interaktif, penilaian
dan umpan balik yang adaptif (Phillips, 2015). Modul pembelajaran online adalah
bahan ajar yang didesain untuk mendukung belajar mandiri siswa pada
lingkungan yang beragam (Mamun, Lawrie, & Wright, 2020).
Transisi bahan ajar dari format pembelajaran tatap muka ke pembelajaran
online menjadi tantangan karena dosen dalam pembelajaran online tidak lagi hadir
secara real-time untuk menilai dan mengarahkan pembelajarannya. Jadi, cara
pengorganisasian modul pembelajaran online, kejelasan informasi tertulis yang
diberikan, dan kejelasan langkah-langkah pembelajaran itu semua berkorelasi kuat
dengan keefektifan pembelajaran online (Cobb, Watson, & Ellis, 2018).
Diperlukan sebuah desain modul pembelajaran yang dapat menunjukkan langkah-
langkah pembelajaran secara terstruktur/sistematis, dapat digunakan di kelas
besar, mendorong siswa untuk merefleksikan isi mata pelajaran, dan
memungkinkan siswa merumuskan pemikirannya sebelum membagikannya
kepada orang lain secara pribadi.
Model pembelajaran Introduce Connect Apply Reflect Extend (ICARE) adalah
salah satu model pembelajaran yang menunjukkan langkah-langkah pembelajaran
secara sistematis dan terstrukur yang dapat diterapkan untuk membuat siswa lebih

2
aktif dalam pembelajaran, mengarahkan siswa menarik simpulan dari pelajaran
yang diberikan (Siahaan, Dewi, & Suhendi, 2020). Model ICARE memastikan
bahwa siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan apa yang telah mereka
pelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat
menangkap inti dari pembelajaran (Latifa, Nur, & Rizal, 2020).
Modul pembelajaran online dapat dikembangkan dengan menggunakan
Learning Management System (LMS) (Dhaliwal et al., 2018). Penelitian yang
dilakukan Matthew Perkins (2006) menunjukkan manfaat LMS yang
memungkinkan guru dengan mudah mengirim tugas, rencana pelajaran,
pengumuman, dan dokumen pembelajaran lainnya. Dalam penelitian ini
digunakan LMS Moodle, karena telah terbukti bahwa penggunaan LMS Moodle
dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran di luar kelas (daring)
dan memberikan pengaruh positif pada keterampilan berpikir dan inovasi siswa
(Chootongchai & Songkram, 2018; Georgouli, Skalkidis, & Guerreiro, 2008;
Govender, 2009; Henderson, 2011)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tahun ke-1:
1) Bagaimana rancang bangun modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS?
2) Bagaimana kelayakan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS?
Tahun ke-2:
1) Bagaimanakah keefektifan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3
Tahun ke-1:
1) Untuk mengetahui rancang bangun modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS.
2) Untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS.
Tahun ke-2:
1) Untuk mengetahui keefektifan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:
1. Mahasiswa sebagai media belajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran mandiri, pembelajaran aktif, mempermudah, mempercepat
akses materi pembelajaran.
2. Dosen memberikan media alternatif yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
3. Pelaku-pelaku pendidikan yang lain seperti guru, tutor, widyaswara dalam
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dan
inovasi-inovasi pendidikan.
4. Masyarakat yang membaca sebagai penambah wawasan tentang
perkembangan bahan pembelajaran online.

E. Luaran Penelitian

Luaran dari penelitian pengembangan ini adalah: 1) modul


pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE yang
dikembangkan dengan Learning Management System (LMS) Moodle, 2)
artikel penelitian yang siap untuk diterbitkan pada jurnal internasional
bereputasi.

4
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Modul Pembelajaran Online
1) Definisi dan Jenis Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang
terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh
siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009). Modul
pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Modul pembelajaran
sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, di desain guna membantu
siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket
program untuk keperluan belajar (Wijaya, Surjaman, Jajuri, & Rusyan, 1988).
Dari 3 konsep pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa modul pembelajaran
merupakan bahan ajar yang disajikan dan dikemas secara sistematik, menarik dan
memudahkan untuk dipelajari secara mandiri oleh para pengguna.
Untuk saat ini, modul pembelajaran dapat di bagi kedalam 3 (tiga) kategori
yaitu: (1) modul pembelajaran konvensional yakni bahan ajar yang bersifat fisik
seperti buku dan cetakan lainnya, (2) modul pembelajaran elektronik yaitu bahan
ajar yang dibuka di alat elektronik seperti HP, Tablet, PC dan Laptop dimana
modul tersebut tersimpan, dan (3) modul pembelajaran online merupakan bahan
ajar yang dapat digunakan menggunakan alat elektronik  yang dapat di buka
kapanpun, dimanapun selama ada jaringan internet (Phillips, 2015).

2) Karakteristik Modul Pembelajaran Online


Modul pembelajaran online atau modul pembelajaran daring merupakan salah
satu jenis dari modul pembelajaran saat ini.  Modul pembelajaran online ibarat
sebuah video yang diproduksi oleh content creator dan Youtube merupakan
platform dari tempat video tersebut berada.  Jadi bisa dibilang dalam membuat
modul pembelajaran online kita harus juga memikirkan dimana modul
pembelajaran kita akan disimpan.  Tempat dimana modul pembelajaran online ini
disimpan dikenal dengan nama e-learning atau Learning Management System
(LMS).

5
Terdapat persamaan dan perbedaan antara modul pembelajaran elektronik (e-
module) dengan modul pembelajaran daring (online learning module). 
Persamaannya yakni modul elektronik dan modul pembelajaran online harus
diakses menggunakan Gadget seperti HP, Tablet, Laptop dan Komputer, content
dalam modul bisa berbentuk teks, gambar, video dan suara. Sedangkan
perbedaannya modul elektronik hanya bisa diakses dimana file modul tersebut
disimpan.  Misalnya kita menyimpan file modul pembelajaran di laptop, ketika
orang lain ingin melihat modul pembelajaran tersebut maka modul itu harus di
copy kan ke laptop orang lain tersebut. Modul pembelajaran online (daring) bisa
diakses oleh seluruh orang selama tersambung dengan jaringan internet tanpa
harus meng copy file terlebih dahulu.

3) Kriteria Kualitas Modul Pembelajaran Online


Umumnya kualitas dicapai atau diberikan pada sejauh mana standar atau
ukuran telah dipenuhi. Untuk menghasilkan program pembelajaran online yang
berkualitas, Newby et al. (2000) mengatakan setidaknya ada tiga standar yang harus
diperhatikan, yaitu: 1) method, yaitu tehnik dan prosedur yang digunakan dalam
pembelajaran (kerjasama, game, presentasi, atau diskusi), 2) media, yaitu media
yang digunakan dalam pembelajaran untuk menarik minat siswa (video, teks,
gambar, dan animasi), dan 3) material, yaitu isi pembelajaran yang meliputi:
motivasi, orientasi, informasi, aplikasi, dan evaluasi. Sejalan dengan itu, Walker &
Hess (Arsyad, 2009), mengatakan bahwa program pembeajaran online yang
berkualitas harus memenuhi kriteria yakni: 1) kualitas isi dan tujuan, yang
meliputi: ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan, daya tarik,
kewajaran, dan kesesuaian dengan situasi siswa, 2) kualitas instruksional yang
meliputi: memberikan kesempatan belajar, memberikan bantuan untuk belajar,
kualitas memotivasi, fleksibilitas instruksionalnya, hubungan dengan program
pengajaran lainnya, kualitas tes dan penilaiannya, dapat memberikan dampak bagi
siswa, dapat memberikan dampak bagi guru dan pembelajarannya, dan 3) kualitas
teknis, yang meliputi: keterbacaan, kemudahan menggunakan, kualitas
tampilan/tayangan, kualitas penanganan respon siswa, kualitas pengelolaan
programnya, dan kualitas pendokumentasianya.

6
Modul pembelajaran online yang berkualitas akan menunjukkan tingkat
keunggulan yang tinggi dalam akurasi konten, desain instruksional, dan media.
Goode (2003) telah mengembangkan serangkaian kriteria (standar) untuk menilai
kualitas konten, desain instruksional, dan aspek media dari sebuah modul
pembelajaran online. Aspek-aspek kualitas konten meliputi: (1) konten yang
akurat, (2) demonstrasi lengkap dari sebuah konsep, (3) konten mengikuti hierarki
logis dari pengembangan pengetahuan dan keterampilan, (4) konten dan huruf
teks yang mudah dibaca (ukuran, warna, dan gaya yang sesuai), (5) konten dan
teks yang ditulis dengan jelas, (6) konten yang melibatkan peserta didik, (7)
audio dan video yang sesuai, (8) grafik dan judul yang sesuai dengan isinya, (9)
konten tanpa kesalahan ejaan. Aspek desain instruksional meliputi: (1)
menyajikan tujuan pembelajaran yang jelas dan ringkas, (2) petunjuk yang jelas
dan ringkas tentang cara menyelesaikan modul, (3) mengidentifikasi pengetahuan
prasyarat, (4) aktivitas dibangun di atas konsep sebelumnya, (5) memberikan
kesempatan untuk mempraktikkan konsep, keterampilan baru, atau kuis yang
memperkuat konten, (4) umpan balik yang rinci dan tepat untuk setiap latihan.
Sedangkan aspek media pembelajaran meliputi: (1) antarmuka yang mudah
dinavigasi, (2) opsi navigasi yang selalu tersedia bagi pengguna, (3) tata letak
yang menarik secara visual (warna, teks, informasi terbatas per layar), (4) waktu
buka (loading) yang cukup, (5) hyperlink dan tombol yang berfungsi, (6) skrip
dan fungsi yang bekerja di banyak browser/platform, (7) animasi, audio, dan
video yang berjalan di beberapa browser/paltform, (8) persyaratan plugin,
perangkat lunak, dan platform ditentukan

B. Alur Pembelajaran ICARE


1) Pengertian Model Pembelajaran ICARE
Penyusunan bahan ajar/sesi untuk belajar aktif, dapat menggunakan satu
kerangka yang sangat sederhana, yakni disebut ICARE. Model ICARE mencakup
5 elemen kunci suatu pengalaman belajar yang baik, yang dapat diterapkan
terhadap anak, peserta didik, orang muda maupun orang dewasa. Oleh karenanya,
sistem ICARE sangat baik untuk diterapkan bukan sekedar pada pelatihan ataupun
pembelajaran di sekolah namun juga pada proses pembelajaran di perguruan

7
tinggi. ICARE ialah singkatan dari: Introduction, Connection, Application,
Reflection, dan Extension. Peggunaan sistem ICARE sangat memberi peluang
terhadap mahasiswa atau peserta didik untuk memiliki kesempatan
mengaplikasian apa yang sudah mereka pelajari dalam pembelajaran (Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010).

2) Tahap-tahap Model Pembelajaran ICARE


Model pembelajaran ICARE yaitu memiliki 5 unsur kunci dari pengalaman
pembelajaran (baik yang anak-anak, maupun orang dewasa). Sesuai dengan
namanya, “ICARE” pembelajaran ini merupakan singkatan dari 5 kata yakni:
(Introduction) pengenalan, (Connection) menghubungkan, (Application)
menerapkan, (Reflection) mereflecsikan, (Extention) memperluas dan evaluasi
(Wahyudin, 2010). Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut
sebagai berikut.
a) Tahapan Pertama: Introduction (Pengantar/Perkenalan)
Introduction pada tahapan ini pendidik atau fasilitator menanamkan
pemahaman konsep terhadap peserta didik. Di bagian ini diharuskan berisikan
tujuan pelajaran dan pencapaian selama proses pelajaran. Introduction harus
singkat, jelas dan sederhana, menginformasikan bahan yang akan disajikan
dengan bahan secara menyeluruh/konteks (Majid, 2014).
b) Tahap Kedua: Connection (Menghubungkan/Hubungan)
Pada tahapan ini sebagian besar pembelajaran adalah rangkaian dengan satu
kompetensi yang dikembangkan berdasarkan kompetensi sebelumnya. Oleh
karena itu, semua pengalaman pembelajaran yang baik perlu dimulai dari apa
yang sudah diketahui, dapat dilakukan oleh peserta didik dan
mengembangkannya. Sebagian besar pembelajaran ialah rangkaian dengan satu
kompetensi yang dikembangkan berdasarkan kompetensi sebelumnya,
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dapat untuk
meningkatkan pemahaman dan aplikasi (Krisnawati, Sugihartini, Kesiman, &
Wahyuni, 2014). Pada tahap ini, yaitu: a) membagi materi kedalam sub-sub topik
untuk memudahkan peserta didik memahami informasi baru; b) menghubungkan
informasi kepada tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia nyata dan pengetahuan

8
sebelumnya; c) memfasilitasi peserta didik dengan informasi secara bertahap dan
berhubungan sehingga merupakan rangkaian belajar yang bermakna; d)
menyajikan bahwa berbagai pendekatan dan penggunaan media (Yumiati &
Wahyuningrum, 2015).
c) Tahap Ketiga: Application (Mengaplikasikan/Menerapkan)
Tahapan ini ialah yang paling penting dari pembelajaran. Setelah peserta didik
memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap Connection, mereka
perlu diberi kesempatan untuk mempraktikan dan menerapkan pengetahuan serta
kecakapan tersebut. Bagian Application harus berlangsung paling lama dari
pelajaran/sesi dimana peserta bekerja sendiri, tidak dengan instruktur, secara
pasangan atau dalam kelompok untuk menyelesaikan kegiatan nyata atau
memecahkan masalah nyata menggunakan informasi dan kecakapan baru yang
mereka dapat. Pembelajaran dilaksanakan secara interaktif serta mengaplikasikan
bahan yang diajarkan dengan persoalan myata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Biasanya kegiatan ini dilakukan melalui proses belajar aktif serta
dengan serangkaian praktik.
d) Tahap Keempat: Reflection (Refleksi)
Tahapan ini ialah ringkasan dari pelajaran/sesi, sedangkan peserta memiliki
kesempatan untuk merefleksi apa yang telah peserta didik pelajari. Tugas
instruktur ialah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran. Kegiatan refleksi
atau ringkasan dapat melibatkan diskusi kelompok dimana instruktur meminta
peserta untuk melaksanakan presentasi dan menjelaskan apa yang telah peserta
didik pelajari. Mereka juga dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri dimana
peserta menulis sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran. Refleksi ini juga bisa
berbentuk kuis singkat, yakni instruktur memberi pertanyaan berdasarkan isi
pelajaran. Poin penting untuk diingat dalam refleksi ialah bahwasanya instruktur
perlu untuk menyediakan kesempatan bagi para peserta untuk mengungkapkan
apa yang telah mereka pelajari.
e) Tahap Kelima: Extention (Memperluas dan Evaluasi)
Ada dua kegiatan utama dalam tahapan akhir ini. Pertama guru melaksanakan
serangkaian pengalaman belajar tambahan yang dapat memperkaya pengetahuan
yang telah dicapai peserta didik. Kedua, sebagai bentuk kegiatan evaluasi, yakni

9
sampai sejauh mana para peserta didik dapat menguasai bahan yang telah
diajarkan oleh guru. Disekolah extention biasanya disebut pekerjaan rumah.
Kegiatan extention dapat meliputi penyediaan bahan bacaan tambahan, tugas
penelitian dan latihan (Majid, 2014).

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ICARE


Pembelajaran dengan model pembelajaran ICARE memilik beberapa kelebihan
serta kekurangan sebagai berikut:
a) Kelebihan
(1) Pemetaan struktur isi yang seimbang antar teori dan praktek bagi guru dan
peserta didik;
(2) Memiliki pendekatan berbasis live skill
(3) Memungkinkan sekolah melakukan monitoring dan evaluasi yang terbuka
kepada gurunya;
(4) Memberikan peluang bagi sekolah untuk memformulasikan kembali
struktur kurikulum yang ada dengan kebutuhan dan
(5) karakteristik peserta didik serta kondisi lingkungan yang ada;
(6) Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan apersepsi
(7) pada setiap pembelajaran yang akan dilakukan dengan mudah.

b) Keterbatasan
(1) Menuntut kemampuan analisis yang menyeluru terhadap deskripsi dan
struktur kurikulum;
(2) Memerlukan pemahaman guru terhadap semua panduan kebijakan
implementasi kurikulum secara utuh;
(3) Menuntut guru untuk selalu otomatis dalam melaksanakan analisa
komponen model (termasuk model ICARE) berdasarkan topik materi yang
akan diajarkan;
(4) Menuntut sekolah dan guru dalam melakukan analisa kebutuhan dan trend
pemanfaatan bidang ilmu dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik
(Wahyudin, 2010).

10
C. Learning Management System (LMS)
Modul pembelajaran online merupakan satu aspek restrukturisasi bahan ajar
dengan menekankan lebih banyak perhatian kepada peserta didik, dan memberi
mereka lebih banyak ruang untuk terlibat secara efektif dalam proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan LMS. Moodle
merupakan salah satu LMS (Brandl, 2005). Moodle singkatan dari “Modular
Object-Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle telah menjadi istilah
yang identik dengan paket perangkat lunak yang dirancang untuk membantu
pendidik menciptakan pembelajaran online yang berkualitas.
Aplikasi LMS Moodle yang digunakan pada model pembelajaran
Sociocultural-Konstruktivisme, dapat menciptakan aktivitas pembelajaran yang
berpusat pada siswa di mana siswa dan instruktur terlibat dan aktif di kelas dan
menggunakan kegiatan pembelajaran yang konstruktif (Melton, 2008). Penelitian
yang dilakukan Matthew Perkins (2006) menunjukkan manfaat LMS Moodle
yang memungkinkan guru dengan mudah mengirim tugas, rencana pelajaran,
pengumuman, dan dokumen pembelajaran lainnya.
Penggunaan LMS Moodle dalam pembelajaran memungkinkan seorang dosen
untuk menambahkan sumber daya (resource) dan kegiatan (activities) untuk
diselesaikan oleh siswa. Resource dan activities yang disediakan oleh Moodle
seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Resource dan Activities dalam LMS Moodle


Resource Activities
Book Assignments Lesson
File Chat (LTI) External Tool
Folder Choice Quiz
IMS Content Package Database SCORM
Label Feedback Survey
Page Forum Wiki
URL Glossary Workshop

D. Efektivitas Pembelajaran

11
Miarso (2004) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah yang
menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para mahasiswa,
melalui pemakaian prosedur yang tepat. Efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran pembelajaran.
Wotruba & Wright (Miarso, 2004) menunjukkan tujuh indikator pembelajaran
yang efektif, yaitu: 1) pengorganisasian kuliah dengan baik, 2) komunikasi yang
efektif, 3) penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah, 4) sikap positif terhadap
mahasiswa, 5) pemberian ujian dan nilai yang adil, 6) keluwesan dalam
pendekatan pengajaran, dan 7) hasil belajar mahasiswa yang baik. Efektivitas
pembelajaran tersebut dapat diketahui dengan baik bilamana dapat diperoleh
masukan dari diri sendiri, mahasiswa, observasi kelas, rekan sejawat, pimpinan,
pengkajian rencana perkuliahan, dan hasil belajar mahasiswa. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa efektivitas pembelajaran akan terwujud
apabila hal-hal atau komponen-komponen yang terkait dalam pembelajaran
berjalan dengan baik, atau positif.
Selanjutnya, Agung (2005) menyatakan bahwa di dalam dunia pendidikan,
untuk mengetahui tinggi rendahnya atau efektif tidaknya peran komponen-
komponen pembelajaran dapat dievaluasi melalui hasil belajar/hasil pelatihan.
Cara atau pendekatan ini dilakukan dengan satu asumsi dasar, bahwa jika hasil
evaluasi menunjukkan bahwa hasil belajar memperlihatkan keadaan yang
positif/baik, maka diasumsikan bahwa komponen-komponen pembelajaran
tersebut telah berfungsi secara baik. Sebaliknya, jika hasil evaluasi
memperlihatkan bahwa kualitas hasil belajar tidak baik, maka diasumsikan bahwa
peran keempat faktor tersebut tidak atau belum berfungsi secara baik.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud efektivitas pembelajaran mata kuliah
multimedia pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan belajar mata kuliah
multimedia pembelajaran melalui e-learning yang diwujudkan dalam pencapaian
kemajuan belajar setiap mahasiswa berupa skor tes hasil belajar. Untuk
mengetahui hasil belajar yang dicapai diadakanlah suatu penilaian terhadap hasil
belajar mahasiswa. Komponen-komponen pembelajaran yang lain seperti
misalnya perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran dan antusiasme

12
mahasiswa sudah diukur menjadi satu melalui instrumen uji coba e-learning yang
dikembangkan.
Purwanto (2009) menyatakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu ‘hasil’ dan ‘belajar’. Pengertian
hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku
pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar.
Lebih lanjut Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russell (2007) mengatakan
bahwa “learning is development of new knowledge, skills, or attitudes as an
individual interacts with information an the environment”. Belajar adalah
pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, atau sikap sebagai akibat
interaksi individu dengan suatu informasi atau lingkungan. Belajar merupakan
sifat almiah yang dimiliki manusia sepanjang hidupnya, maka dapat dikatakan
bahwa belajar berlangsung seumur hidup. Menurut Sadiman, Raharjo, Anung, &
Rahardjito (2009) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang
lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa sesorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja ketika individu berinteraksi
dengan lingkunganya dan memperoleh hal-hal yang baru, hal-hal tersebut dapat
berupa pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang menyebabkan individu
tersebut mendapatkan pencerahan.
Winkel (Purwanto, 2009) menegaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek
perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang
dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.

13
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa setelah menerima pengalaman belajar,
baik yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemampuan yang
dimiliki mahasiswa tersebut merupakan perolehan dari proses belajar mahasiswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur
adalah pada ranah atau domain kognitif, mengingat materi pembelajaran yang
disampaikan merupakan pengetahuan dalam bentuk pemahaman konsep dan fakta.

E. Karakteristik Mata Kuliah Media Pembelajaran

Tujuan umum mata kuliah media pembelajaran adalah agar mahasiswa


mahasiswa diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam rekayasa media dalam konteks pembelajaran. Secara khusus mahasiswa
ditargetkan agar memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam bidang
desain, pengembangan, pemanfaatan, evaluasi dan kajian media dalam
pembelajaran.
Untuk mencapai, tujuan umum dan khusus seperti disebutkan diatas maka
perkuliahan media pembelajaran materi dikemas dalam kesatuan materi yang
sistemik, adaftif, relevan untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten. Oleh
karena itu sajian materi untuk perkuliahan ini adalah: 1) kedudukan media dalam
pembelajaran, 2) konsep dasar media pembelajaran yang meliputi pengertian
media pembelajaran, sumber belajar, alat peraga, alat pelajaran, sejarah
perkembangan media pembelajaran, kegunaan/fungsi media pembelajaran,
landasan penggunaan media pembelajaran, 3) karakteristik berbagai jenis media
pembelajaran, yang meliputi media visual, media audio, dan media audio visual,
4) prosedur dan prinsip pemilihan media pembelajaran, dan 5) pengembangan
media pembelajaran yang meliputi perancangan, produksi dan evaluasi media
pembelajaran.
Diilihat dari karakteristik mata kuliah Media Pembelajaran yang memiliki
bobot 3 Sks dan 3 JS mata kuliah ini menuntut waktu yang lebih banyak. Oleh
karena itu perkuliahan Media Pembelajaran sangat dimungkinkan sekali untuk
dilaksanakan di luar kelas. Oleh karena itu, modul pembelajaran online yang
memudahkan mahasiswa menggali berbagai sumber informasi sekaligus

14
beriteraksi yang intensif dipilih sebagai sebuah solusi. Selain itu, mahasiwa sudah
memiliki kemampuan menggunakan Internet dan bahkan sudah merupakan
keseharian mereka untuk mengintegrasikan Internet dalam penyelesaian tugas-
tugas perkuliahan. Karakteristik ini sangat memungkinkan dan merupakan potensi
untuk dikembangkannya modul pembelajaran online yang dapat meningkatkan
proses pembelajaran.

F. Roadmap Penelitian
Dewasa kini, permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan tinggi
adalah lemahnya kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kemampuan
berpikirnya untuk menyelesaikan masalah serta lemahnya kemampuan mahasiswa
untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. Oleh karena itu, inovasi dalam
pembelajaran perlu dilakukan agar bisa mengoptimalkan proses dan hasil belajar.
Inovasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan atau memanfaatkan
perkembangan Information and Communication Technology (ICT) yang telah
tumbuh dan memberikan kontribusi positif dalam berbagai bidang. Inovasi
pembelajaran yang dimaksud adalah yang dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah, mengembangkan kreatifitas,
kemampuan kolaboratif, kemampuan komunikasi, kemampuan belajar mandiri,
dan meningkatkan hasil belajar.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya teknologi
internet belakangan ini telah banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran
di negara-negara maju. Salah satu contoh dari inovasi pembelajaran berbasis ICT
adalah pembelajaran elektronik atau yang biasa disebut dengan pembelajaran
online atau e-learning. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lainnya. Kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan sistem e-learning sangat bermanfaat bagi peserta didik
ataupun pendidik guna mempermudah kegiatan belajar mengajar.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk meningkatkan
mutu pendidikan di perguruan tinggi. Kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan

15
peneliti dan peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan e-learning
disampaikan singkat di bawah.
Kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan Suartama (peneliti), yaitu
Pengembangan Course E-Learning Berbasis Moodle Pada Mata Kuliah
Multimedia (2012), Edutech Smart Sebuah Pengembangan Portal E-Learning
untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran pada Jurusan Teknologi
Pendidikan (2013), Pengaruh Intensitas Pemanfaatan E-Learning Sebagai Media
Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Media Pembelajaran Pada
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan (2014).
Para peneliti lain juga telah melakukan berbagai penelitian, khususnya yang
terkait dengan pengembangan e-learning. Pengembangan Mobile Learning (M-
Learning) Berbasis Moodle Sebagai Daya Dukung Pembelajaran Fisika di SMA
(Nopita Setiawati, 2012), Pengaruh Model E-Learning Berbasis Masalah dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar KKPI Siswa Kelas X di SMK Negeri 2
Singaraja (Sindu, 2013), Pengembangan E-Learning MPK Bahasa Indonesia
menggunakan model ADDIE untuk Perkuliahan di Universitas Pendidikan
Ganesha (Kertiasih, 2011).
Deskripsi penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pembeajaran
online telah banyak dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Demikian juga aplikasi pembelajaran online yang digunakan untuk peningkatan
kualitas  pembelajaran juga sangat bervariasi. Namun, pembelajaran online yang
difasilitasi modul online berorientasi strategi pembelajaran ICARE belum banyak
dikerjakan oleh peneliti lain. Dengan begitu, penelitian ini  akan melengkapi
model pembelajaran online tersebut yang digunakan dalam peningkatan kualitas
pembelajaran, yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. 

G. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam memanfaatkan ICT untuk
mengelola pembelajaran pada mata kuliah media pembelajaran, diperoleh
masukan dari mahasiswa yang disampaikan melalui Sistem Infomasi
Akademik (SIAK) Undiksha, bahwa pembelajaran selama ini masih
didominasi oleh dosen, kurang mengaktifkan mahasiswa, dan ke depan
perlu dirancang pembelajaran yang dapat mengaktifkan mahasiswa. Selain

16
itu mahasiswa merasakan kekurangan waktu belajar di kelas mengingat
materi mata kuliah media pembelajaran sangat banyak karena terdiri dari
materi yang sifatnya konsep teoritik dan materi yang sifatnya praktik
emperik.
Media belajar yang baik dan mudah untuk digunakan sangat diperlukan
untuk dapat menunjang proses belajar mahasiswa. Dalam hal ini sebuah
inovasi diperlukan untuk menciptakan metode belajar yang efisien dan
baik. Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berperngaruh dibanyak bidang yang salah satunya adalah bidang
pendidikan. Bisa dilihat salah satunya adalah internet yang sangat
membantu proses belajar, mencari materi belajar pun sangatlah mudah.
Teknologi juga berkembang menjadi teknologi yang bisa dibawa kemana
saja yaitu menggunakan hanphone/smartphone. Dengan menggunakan
handphone orang dapat mengakses internet dimanapun dan kapanpun.
Dari pengamatan yang dilakukan, sebagian besar mahasiswa lebih suka
mengakses informasi melalui handphone mereka daripada menggunakan laptop
maupun komputer. Dengan handphone mereka dapat mengakses informasi
kapanpun dan dimanapun. Teknologi internet dan handphone ini dapat
dimanfaatkan sebagai media pendidikan yang menawarkan kemudahan bagi
penggunanya.
Modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS
memberikan harapan baru sebagai alternatif solusi atas sebagian besar
permasalahan pendidikan di Indonesia, dengan fungsi yang dapat disesuikan
dengan kebutuhan, baik sebagai suplemen (tambahan), komplemen (pelengkap),
ataupun substitusi (pengganti) atas kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selama ini digunakan. Modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran
ICARE berbasis LMS mampu menjadikan handphone yang awalnya hanya
digunakan untuk sms, telepon, chatting, dan internet menjadi alat belajar lengkap
yang berisi materi pelajaran. Selain itu, peserta didik dapat menggunakan waktu
belajarnya dengan lebih leluasa dan memiliki kesempatan lebih besar untuk
meningkatkan hasil belajarnya.

17
Modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS
juga dapat dikombinasikan dengan berbagai metode dan model pembelajaran yang
digunakan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran. Modul pembelajaran online
dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS merupakan bahan ajar yang
dapat diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi
langsung dalam praktek mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu
sama lain. Strategi ini memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang
mendukung materi pembelajaran bagi siswa yang dapat diakses secara online.

H. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah:
1. Bagaimana langkah desain dan produksi modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS pada mata kuliah media
pembelajaran Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Ganesha?
2. Bagaimana penilaian ahli materi terhadap modul pembelajaran online yang
dikembangkan tersebut ditinjau dari aspek pembelajaran, dan aspek
isi/materi?
3. Bagaimana penilaian ahli media terhadap modul pembelajaran online yang
dikembangkan tersebut dari aspek media pembelajaran online?
4. Bagaimana penilaian mahasiswa terhadap modul pembelajaran online yang
dikembangkan tersebut ditinjau dari aspek pembelajaran, aspek isi/materi,
aspek media?
5. Bagaimana efektivitas pembelajaran dilihat dari perbedaan pencapaian tujuan
belajar berupa skor tes hasil belajar pada mata kuliah media pembelajaran
sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran online?

III. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development for Education
(R&D for Education) yakni sebuah metode untuk menghasilkan sebuah produk
dan menguji kelayakan sebuah produk untuk pendidikan (Borg & Gall, 1983).

18
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran
online berbasis LMS dengan alur pembelajaran ICARE.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan produk
mengadaptasi langkah-langkah model pengembangan ADDIE yang dikemukakan
oleh Lee, W. W., & Owens (2004) yang meliputi langkah Analysis, Design,
Development, Implementation, dan Evaluation. Model ini digunakan karena
sederhana, lengkap, dan sudah teruji.

B. Prosedur Penelitian
Dengan mengadaptasi model pengembangan Lee & Owens tersebut, prosedur
pengembangan modul pembelajaran online berbasis LMS dengan alur
pembelajaran ICARE dijabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Langkah-langkah Pengembangan Modul Pembelajaran Online Berbasis


LMS dengan Alur Pembelajaran ICARE
No. Tahap Kegiatan
1. Analysis 1. Need assessement, yaitu mengidentifikasi permasalahan
yag menyebabkan proses dan hasil belajar tidak optimal
2. Front-end analysis, meliputi identifikasi karakteristik
peserta didik, teknologi atau fasilitas penunjang
pembelajaran yang disediakan di kampus, kondisi
lingkungan belajar, serta kompetensi/tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa
3. Kegiatan ini diakukan melalui wawancara, observasi,
studi dokumentasi, dan kuesioner yang diisi oleh dosen
mahasiswa dan mahasiswa
2. Design 1. Merancang jadwal pengembangan
2. Menentukan kebutuhan spesifikasi hardware dan
software
3. Menentukan materi/resource dan strategi/activities
pembelajaran
4. Merancang dan memetakan resource dan activities yang
ada dalam LMS ke dalam tahapan ICARE dalam bentuk
program mapping
3. Development 1. Membuat modul online, langkah ini teridi dari:
a. Membuat portal dengan langkah: 1) mendapatkan
server/webhosting, 2) mengubah identitas portal
(nama situs, deskripsi situs), 3) Setting up the Moodle
mobile app, 4) mengubah thema, 5) membuat
kategori, dan 6) membuat dan mengangkat status user
b. Membuat course mata kuliah media pembelajaran

19
dengan langkah: 1) membuat dan mengubah setting
course, 2) memasukan resource (Book, File, Folder,
IMS Content Package, Label, Page, URL), dan 3)
membuat activity (Assignments, Chat, Choice,
Database, Feedback, Forum, Glossary, Lesson,
LTI/External Tool, Quiz, SCORM, Survey, Wiki,
Workshop)
2. Validasi produk oleh ahli media dan ahli materi
3. Melakukan revisi produk
4. Implementation Melakukan uji coba kepada mahasiswa
5. Evaluation Revisi akhir dan evaluasi produk (sumatif)

Untuk mendesain modul online dengan alur ICARE berbasis Moodle LMS
perlu disiapkan tahapan pembelajaran yang jelas dan materi pembelajaran dalam
format digital. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada tahapan model
ICARE yang terdiri dari. Materi pembelajaran dapat berupa dokumen (doc, pdf,
xls, txt), presentasi (ppt), gambar (jpg, gif, png), videos (mpg, wmv), sounds
(mp3, au, wav), dan animasi (swf, gif).
Langkah pembelajaran dan materi pembelajaran ini perlu diatur sedemikian
rupa dalam bentuk program mapping sehingga mudah ditemukan dan digunakan
saat mengembangkan modul online. Program mapping adalah tabel yang berisi
langkah-langkah pembelajaran dan materi pembelajaran selama satu semester;
dimana pada setiap komponen terdapat link yang terhubung dengan materi secara
lengkap (Suartama et al., 2020).
Program mapping modul online dengan alur ICARE berbasis Moodle LMS
memuat: 1) deskripsi langkah-langkah pembelajaran, 2) tipe materi pembelajaran,
3) fitur Moodle LMS (Mob App) yang teridiri dari resource dan activities.
Program mapping modul online dengan alur ICARE berbasis Moodle L MS pada
Tabel 3.
Tabel 3. Program mapping modul online dengan alur ICARE berbasis Moodle
LMS
Tipe Materi Fitur LMS Moodle
Alur ICARE
Pembelajaran Resource Activities
Introduction Document Page Lesson
- Memberikan pemahaman tentang isi (pdf) File Forum
perkuliahan kepada mahasiswa. Presentation
- Bagian ini berisi penjelasan tentang (ppt)
tujuan mata kuliah, dan apa yang
akan dicapai (tujuan) mata kuliah.
Connection Document Book Lesson

20
- Menghubungkan bahan ajar baru (doc, pdf) File Assignments
dengan sesuatu yang sudah familiar Presentation URL (file
bagi mahasiswa. (ppt) submission)
- Mengadakan latihan brainstorming Picture (jpg, Chatting
sederhana untuk memahami apa png) Feedback
yang sudah diketahui oleh Video (MP4) BigBlueButt
mahasiswa onBN (web
- Mahasiswa menceritakan apa yang conference)
mereka ingat dari perkuliahan Messages
sebelumnya, atau dengan Assignments
mengembangkan kegiatan yang (online text)
dapat dilakukan oleh mahasiswa Feedback
sendiri.
- Dosen enghubungkan pengetahuan
awal mahasiswa dengan informasi
baru melalui presentasi atau
penjelasan sederhana
Application Document File Forum
- Mahasiswa diberi kesempatan untuk (pdf) URL Assignments
mempraktikkan dan menerapkan Presentation IMS (file
pengetahuan dan keterampilan baru. (ppt) content submission)
- Mahasiswa bekerja sendiri, Animation package Chatting
berpasangan, atau berkelompok (swf) Feedback
untuk menyelesaikan kegiatan nyata Video (MP4) BigBlueButt
atau memecahkan masalah nyata Multimedia onBN (web
menggunakan informasi dan (exe) conference)
keterampilan baru yang telah mereka Messages
peroleh. Assignments
(online text)
Feedback
Reflection Document File Lesson
- Mahasiswa untuk membuat (pdf) URL Feedback
presentasi atau menulis tentang apa Presentation Label Workshop
yang telah dipelajari ringkasan hasil (ppt) Page Assignments
belajar. (file
- Memberikan quiz/pertanyaan kepada submission)
mahasiswa yang bersifat menggali Quiz
dengan beberapa pilihan pertanyaan
yang disesuaikan pada kondisi

Extend Document File Lesson


- Mahasiswa membaca bahan ajar (pdf) URL Feedback
tambahan, tugas atau latihan-latihan Presentation Label Assignments
untuk memperkuat dan memperluas (ppt) Page (file
materi pelajaran yang sudah submission)
diselesaikan

c. Uji Coba Produk


Dalam mengembangkan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS, uji coba produk yang dilakukan dibedakan

21
menjadi dua jenis yakni uji coba untuk mengetahui kelayakan produk dan uji coba
untuk mengetahui efektivitas produk. Untuk mengetahui kelayakan maka produk
yang dikembangkan melalui proses validasi oleh ahli materi, validasi oleh ahli
desain pembelajaran, validasi oleh ahli media, serta uji coba lapangan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan produk yang dikembangkan. Dengan proses uji coba produk
seperti ini, diharapkan kualitas media yang dikembangkan menjadi lebih baik. Uji
efektivitas melalui evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi
secara formatif dan direvisi. Uji efektivitas ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran dalam dalam bentuk pengukuran hasil belajar kognitif
setelah menggunakan produk yang dikembangkan. Uji coba produk dalam
penelitian dan pengembangan meliputi:

1) Desain Uji Coba


Desain uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini bermaksud; 1) untuk
mendapatkan data yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi
modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS
melalui evaluasi formatif, 2) untuk mengetahuai efektivitas modul
pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS yang
dikembangkan melalui evaluasi sumatif. Desain uji coba meliputi:
a) Evaluasi Formatif
Setelah mendapatkan validasi oleh ahli materi dan ahli media, maka
tahap selanjutnya adalah dilakukan evaluasi formatif. Evaluasi formatif
dilakukan melalui uji coba lapangan. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk
menentukan apakah produk yang dihasilkan memiliki kelayakan untuk
digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil uji coba lapangan, media
diperbaiki dan semakin disempurnakan menjadi produk akhir (final), dan
selanjutnya produk tersebut dapat diimplementasikan. Prosedur pelaksanaan
uji coba lapangan ini adalah sebagai berikut:

22
(1) Memilih mahasiswa yang dapat mewakili populasi, sebanyak 12 orang
mahasiswa.
(2) Menjelaskan kepada mahasiswa maksud dan tujuan dilakukannya uji
coba lapangan.
(3) Meminta mahasiswa untuk menggunakan modul pembelajaran online
dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS.
(4) Memberikan dan meminta mahasiswa untuk mengisi kuesioner untuk
mengetahui tanggapan mereka terhadap modul pembelajaran online
dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS tersebut.
(5) Menganalisis data-data yang diperoleh (skor tanggapan terhadap
kualitas produk yang dikembangkan, waktu yang diperlukan, perbaikan
bagian-bagian yang bermasalah, pengayaan yang diperukan dan
sebagainya).
(6) Berdasarkan analisis data tersebut modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS semakin disempurnakan,
sehingga didapatlah produk akhir yang kemudian diimplementasikan.

b) Evaluasi Sumatif
Sebelum produk akhir diimplementasikan secara luas, maka dilakukan
evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas
produk yakni seberapa besar produk yang dikembangkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam bentuk peningkatan pencapaian hasil belajar
mahasiswa setelah mengunakan produk modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS yang dikembangkan. Untuk
mengetahui produk yang dikembangkan benar-benar dapat mewujudkan
pembelajaran secara efektif maka dalam uji efektivitas melalui evaluasi
sumatif ini digunakan mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan semester II
tahun akademik 2021-2022 menggunakan produk akhir yang telah
dikembangkan. Sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE
berbasis LMS terlebih dahulu diberikan pre test, kemudian dilanjutkan
dengan memanfaatkan modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran

23
ICARE berbasis LMS dalam pembelajaran, terakhir mahasiswa akan
diberikan post test. Perbedaan hasil belajar (skor pretest dan posttest) akan
menunjukkan efektivitas modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS yang dikembangkan. Untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar hasi pretest dan posttest akan digunakan paired t-test.
Prosedur pelaksanaan evaluasi sumatif ini adalah sebagai berikut:

1) Tahap pendahuluan
a) Penetapan kelas yang menggunakan pembelajaran dengan modul
pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS
b) Mengadakan pretest pada kelas yang akan menggunakan
pembelajaran dengan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS.
2) Tahap pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran pada kelas yang menggunakan modul
pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS.
3) Tahap akhir
a) Melaksanakan posttest
b) Analisis data hasil belajar dengan menggunakan paired t-test untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar skor pretest dan posttest.

2) Subjek Coba
Pihak-pihak yang dijadikan subjek coba dalam pengembangan paired t-
test ini yakni melibatkan satu orang ahli materi/desain pembelajaran dan satu
orang ahli media pada tahapan validasi media. Pada uji coba produk tahap
evaluasi formatif (uji kelayakan) yang menjadi subjek coba adalah mahasiswa
Jurusan Teknologi Pendidian Universitas Pendidikan Ganesha yang telah
menempuh mata kuliah media pembelajaran sebanyak 12 orang mahasiswa
sedangkan pada tahap evaluasi sumatif (uji efektivitas) subjek coba adalah
mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidian Universitas Pendidikan Ganesha
yang sedang menempuh mata kuliah media pembelajaran yaitu mahasiswa
semester II tahun akademik 2021-2022.

24
3) Jenis Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kualitataif dan data
kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari tanggapan mengenai aspek materi/pembelajaran, tampilan dan
pemrograman dari berbagai sumber yaitu ahli materi, ahli media dan
mahasiswa. Data kualitatif ini diangkakan (scoring) sehingga data kualitatif
dalam penilaian ini berubah menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif lainnya
diperoleh dari skor mahasiswa pada pretest dan posttest serta skor dari hasil
belajar mahasiswa.

4) Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
berupa kuesioner, dan tes hasil belajar. Kuesioner disusun dengan maksud
untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran online dengan alur
pembelajaran ICARE berbasis LMS. Tes hasil belajar digunakan untuk
mendapatkan skor hasil belajar pretest dan posttest pada kelas yang
menggunakan modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE
berbasis LMS. Untuk menghasilkan produk pengembangan yang berkualitas,
diperlukan instrumen yang berkualitas dan mampu menggali apa yang
dikehendaki. Salah satu indikator dari kualitas instrumen adalah instrumen
harus memiliki validitas yang baik. Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan instrumen yang memiliki validitas isi yang baik adalah sebagai
berikut:
(1) Analisis dokumen
(2) Pembuatan Tabel spesifikasi (kisi-kisi)
(3) Konsultasi dengan ahli (materi dan media)
(4) Konsultasi dengan teman sejawat
(5) Penulisan instrumen
Berikut dipaparkan secara lebih rinci mengenai instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini.

a) Kuesioner

25
Dalam penelitian ini diperlukan tiga jenis kuesioner yakni (1) kuesioner
untuk ahli materi/desain pembelajaran, (2) kuesioner untuk ahli media, dan
(3) kuesioner untuk mahasiswa.
Kuesioner untuk ahli materi digunakan untuk memperoleh data tentang
aspek isi dan aspek desain pembelaaran dan diisi oleh ahli dalam bidang
materi yang dikembangkan. Kuesioner untuk ahli materi dikembangkan
dengan mengacu pada teori dari Walker & Hess (1984), kuesioner untuk ahli
media pembelajaran online mengadaptasi pada standar/rubrik komprehensif
untuk desain pembelajaran e-learning yang dikembangkan oleh Debattista
(2018). Sedangkan kuesioner untuk mahasiswa dalam kegiatan uji coba
disusun berdasarkan aspek-aspek penilaian dari ahli materi dan ahli media
tersebut dengan melakukan penyesuaian (memilih) pernyataan/pertanyaan
yang berkaitan dengan posisi mahasiswa sebagai pengguna produk yang
dikembangkan. Terdapat dua tipe pertanyaan dalam kuesioner ini yakni tipe
pertanyaan closed ended dan open ended. Pertanyaan closed ended disusun
dengan menggunakan skala 5 (Likert scale), sedangkan pertanyaan open
ended digunakan untuk meminta pendapat atau saran dari para ahli dan
mahasiswa terhadap produk yang dikembangkan. Kisi-kisi kuesioner untuk
ahli materi dan ahli media seperti disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Materi Pembelajaran


Aspek yang Dinilai Indikator
Aspek Materi - Kesesuaian materi dengan - Urutan penyajian materi
kompetensi yang ingin - Kesesuaian contoh yang
dicapai diberikan
- Kebenaran konsep
- Kemutakhiran materi
Aspek Pembelajaran - Tujuan pembelajaran - Kejelasan indikator
- Motivasi pembelajaran
- Rangkuman - Pemberian latihan
- Kesesuaian gambar, video
yang diberikanuntuk
memperjelas materi
Aspek Kebahasaan - Kesesuaian bahasa dengan - Ketepatan tata bahasa dan
tingkat berfikir siswa ejaan
- Kelugasan bahasa - Kemampuan
- Ketepatan istilah membangkitkan rasa ingin
tahu siswa

26
Tabel 5. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Media Pembelajaran Online
Main Standards Specific Standards
Course opening - Accessibility - Integrity
- Role - Technical
- Description competences
- Behavior - Ownership
Instructional resources for - Provision - Variety
teaching and learning - Application - Openness
- Entitlement - Academic integrity
Interaction and community - Fostering - Peer learning
- Management
Learner support - Instructional support - Technical support
- Academic support - Administrative
support
Technology design - Support - Access
- Centricity - Interface
- Openness - Investment
- Authentication - Management
Course closing - Assessment - Archiving
- Resolution
Assessment of learning - Goals and objectives - Feedback
- Strategies - Management
- Grading
Instructional design cycle - Academic review - Administrative
- Technical review review

b) Tes Hasil belajar


Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan skor hasil belajar pada
kegiatan pretest dan posttest pada kelas yang menggunakan modul
pembelajaran online dengan alur pembelajaran ICARE berbasis LMS, hasil
belajar yang diukur disini adalah pada ranah atau domain kognitif pada materi
pembelajaran yang merupakan pemahaman konsep. Kisi-kisi instrumen
berupa tes hasil belajar yang akan dikembangkan adalah seperti tersaji pada
Tabel 6.

27
28
Tabel 6. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Mata Kuliah Media Pembelajaran

Dimensi Proses

Kognitif Soal
Kompetensi Dasar Materi Perkuliahan Indikator Butir %
C1 C2 C3 C4,5, No
Soal
6
Mahasiswa memahami 1.Pembelajaran sebagai suatu 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian 2 1 1, 2, 3 3 5
kedudukan media dalam sistem sistem, menunjukkan kedudukan media dalam
pembelajaran 2.Pembelajaran sebagai proses sistem pembelajaran
komunikasi 2. Mahasiswa dapat menunjukkan kedudukan
3.Pembelajaran sebagai proses media dalam proses komunikasi dan proses
perubahan tingkah laku perubahan tingkah laku
Mahasiswa memahami 1.Pengertian media 1. Mahasiswa dapat menjelasakn pengertian 3 5 2 4, 5, 10 17
konsep dasar media pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, sumber belajar, alat 6, 7,
pembelajaran alat peraga, alat pelajaran peraga, alat pelajaran 8, 9,
2.Kegunaan/fungsi media 2. Mahasiswa dapat menjelasakn 10,
pembelajaran kegunaan/fungsi media pembelajaran 11,
3.Landasan penggunaan media 3. Mahasiswa dapat menjelaskan landasan 43, 44
pembelajaran penggunaan media pembelajaran

Mahasiswa memahami 1. Manfaat klasifikasi media 1. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat 3 4 1 1 12, 9 15
klasifikasi media pembelajaran adanya klasifikasi media pembelajaran 15,
pembelajaran 2. Dasar klasifikasi media 2. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar 17,
pembelajaran klasifikasi media pembelajaran 19,
3. Model-model klasifikasi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan model-model 21,
media pembelajaran klasifikasi media pembelajaran 24,
4. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan media 25,
pembelajaran 55,
56

29
Mahasiswa memahami 1. Media visual 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, 7 8 3 13, 18 30
karakteristik berbagai 2. Media audio fungsi, kelebihan, kelemahan, cara 14,
jenis media pembelajaran 3. Media audio visual penggunaan, dan menunjukkan contoh media 16,
visual yang bisa digunakan dalam 18,
pembelajaran 20,
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, 22,
fungsi, kelebihan, kelemahan, cara 23,
penggunaan, dan menunjukkan contoh media 26,
audio yang bisa digunakan dalam 27,
pembelajaran 29,
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, 30,
fungsi, kelebihan, kelemahan, cara 31,
penggunaan, dan menunjukkan contoh media 32,
audio visual yang bisa digunakan dalam 33,
pembelajaran 34,
35,
36,
57

Mahasiswa dapat 1.Prosedur pemilihan media 1. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur 2 2 1 37, 5 8
melakukan manajeman pembelajaran pemilihan media pembelajaran. 38,
atau pemilihan media 2.Prinsip pemilihan media 2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip 52,
dengan mengikuti pembelajaran pemilihan dan penggunaan media 53,
prosedur pemilihan media pembelajaran. 54
pembelajaran secara benar

Mahasiswa dapat 1.Perancangan media 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tahap 1 2 4 4 39, 11 18


mengembangkan media pembelajaran perancangan media pembelajaran. 40,
pembelajaran 2.Produksi media 2. Mahasiswa dapat tahap produksi media 41,

30
pembelajaran pembelajaran. 42,
3.Evaluasi media pembelajaran 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tahap evaluasi 45,
media pembelajaran 46,
47,
48,
58,
59,
60

Mahasiswa mampu Penggunaan media Mahasiswa dapat melakukan tahap persiapaan 1 3 28, 4 7
menggunakan media pembelajaran media pembelajaran 49,
pembelajaran Mahasiswa dapat menggunakan media 50,
pembelajaran 51
Mahasiswa dapat melakukan kegiatan tindak
lanjut penggunaan media pembelajaran
 Butir Soal 16 23 15 6 60 100
Persentase 27 38 25 10

31
5) Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kegiatan uji coba diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini
berupa kritik dan saran yang dikemukakan ahli materi/pembelajaran, ahli
media, dan mahasiwa serta data dari pelaksanaan observasi. Data-data ini
dihimpun dan disarikan untuk memperbaiki modul pembelajaran online dengan
alur pembelajaran ICARE berbasis LMS. Sedangkan data kuantitatif berupa
skor pada masing-masing butir instrumen yang telah diisi oleh ahli
materi/pembelajaran, ahli media, dosen dan mahaasiswa dalam pretest dan
posttest pada pelaksanaan evaluasi sumatif.

Teknik yang digunakan untuk memberikan kriteria nilai kualitas produk


yang dikembangkan yaitu:

a) Data yang diperoleh dari angket diubah dulu menjadi data interval seperti
tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria Penskoran Item Pada Angket
Kriteria Keterangan Skor
Sangat baik 100% sesuai dengan unsur-unsur yang 5
ada dalam penyataan pada angket
Baik 80% sesuai dengan unsur-unsur yang 4
ada dalam penyataan pada angket
Cukup baik 60% sesuai dengan unsur-unsur yang 3
ada dalam penyataan pada angket
Kurang baik 40% sesuai dengan unsur-unsur yang 2
ada dalam penyataan pada angket
Sangat kurang baik 20% sesuai dengan unsur-unsur yang 1
ada dalam penyataan pada angket

Dalam angket diberikan lima pilihan untuk memberikan tanggapan


tentang produk modul pembelajaran online dengan alur pembelajaran
ICARE berbasis LMS yang dikembangkan, yaitu: sangat baik (5), baik
(4), cukup baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang baik (1).
Seandainya responden memberikan tanggapan “sangat baik” pada butir
pertanyaan, maka skor butir pertanyaan tersebut sebesar “5” dan
seterusnya.

32
b) Skor yang diperoleh kemudian dijumlahkan dan dirata-ratakan, selanjutnya
dikonversikan menjadi nilai, pada skala 5, dengan acuan tabel yang
diadaptasi dari Sukardjo (2010) seperti tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8. Konversi Skor menjadi Nilai pada Skala Lima

Nilai/Kategori Skor
Rumus Rumus
Excellent X > X i +1,80 Sdi X > 4,21
Very good X i + 0,60 Sdi < X ≤ X i + 1,80 Sdi 3,40 < X ≤ 4,21
Good X i - 0,60 Sdi < X ≤ X i + 0,60 Sdi 2,60 < X ≤ 3,40
Average X i -1,80 Sdi < X ≤ X i - 0,60 Sdi 1,79 < X ≤ 2,60
Poor X ≤ X i -1,80 Sdi X ≤ 1,79

Keterangan:
Rerata ideal ( X i ) : 1/2 x (skor maksimal + skor minimal)
Sdi : 1/6 x (skor maksimal - skor minimal)
Skor maksimal =5
Skor minimal =1
Rerata skor ideal ( X i ) = ½ x (5+1) = 3
Simpangan baku skor ideal (Sdi) = 1/6 x (5 – 1) = 0,67
X = Skor aktual

Untuk mencari skor rata-rata (rerata skor) dalam memberikan penilaian


terhadap produk yang telah dikembangkan digunakan rumus:

Xi=
∑X
n
Keterangan:
Xi = Skor rata-rata
∑X = Jumlah skor
n = Jumlah responden
Dalam penelitian ini, ditetapkan nilai kelayakan minimal “baik”, sebagai
hasil penilaian baik dari ahi media, ahli materi, maupun penilaian dari
mahasiswa. Jika hasil penilaian akhir (keseluruhan) pada setiap aspek
pembelajaran, aspek isi/materi, aspek media dengan minimal nilai “baik” oleh
para ahli, maka produk hasil pengembangan tersebut sudah dianggap layak
digunakan sebagai sumber belajar.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui efektivitas produk yang dibuat
dapat dilihat dalam bentuk perbedaan skor pre test dan post test. Data pretest

33
dan posttest yang diperoleh kemudian diperhitungkan besaran posttest-pretest
(gain skor). Gain skor tersebut memperlihatkan derajat efektivitas penggunaan
modul pembelajaran online. Untuk menghitung gain skor dapat digunakan
rumus sebagai berikut.
S post−s pre
Gain Skor =
s maks−s pre

Keterangan:
S post : Skor posttest
S pre : Skor pretest
S maks: Skor maksimum ideal

Kriteria perolehan gain skor menggnakan acuan tabel yang diadaptasi dari
Dantes (2014) sebagai berikut.

Tabel 9 Kategori perolehan gain skor

Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah

IV. ORGANISASI PENGUSUL

1) Ketua
- Nama : Dr. I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- NIP : 198104142006041001
- NIDN : 0014048103
- Disiplin Ilmu : Teknologi Pendidikan
- Pangkat/Gol : Penata Tk.I/IIId
- Jabatan Fungsional : Lektor
- Fakultas/Prodi : FIP/Teknologi Pendidikan
2) Anggota
- Nama : Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd., M.S.
- Jenis Kelamin : Perempuan
- NIP : 198209102005012001
- NIDN : 0010098201
- Disiplin Ilmu : Teknologi Pendidikan
- Pangkat/Gol : Penata Tk.I/IIId
- Jabatan Fungsional : Lektor
- Fakultas/Prodi : FIP/Teknologi Pendidikan
3) Mahasiswa :
- Nama : I Gede Ardi Suryadharma

34
- NIM : 1711021018
- Prodi : Teknologi Pendidikan
4) Staf Administrasi
- Nama : Ida Ayu Anggeriani, S.E.
- NIP : 198405082008012009
- Jabatan : Staf Administrasi FIP Undiksha
V. JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan (pada tahun I), mulai bulan
Maret sampai dengan Oktober tahun 2021, dan delapan bulan (pada tahun II).
Adapun rencana dan jadwal kerja dapat dilihat pada sistem usulan penelitian
(digenerate).

VI. ANGGARAN BIAYA

Rekapitulasi biaya kegiatan

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan


(Rp)
1 Honor Rp. 2.000.000,-
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan Rp. 4.200.000,-
3 Perjalanan Rp. 1.000.000,-
4 Biaya lain-lain Rp. 300.000,-

Total Anggaran Keseluruhan Rp. 7.500.000,00 (Tujuh Juta


Lima Ratus Ribu Rupiah)
Secara lebih detail, rekapitulasi biaya penelitian dapat dicermati pada
Lampiran 1: Rincian Biaya (RAB)/Justifikasi Anggaran (pada sistem usulan
penelitian (digenerate).

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. (2020). Online learning amid the COVID-19 pandemic: Students


perspectives. Journal of Pedagogical Research, 1(2), 45–51.
https://doi.org/10.33902/jpsp.2020261309
Agung, A. A. G. (2005). Evaluasi pendidikan. Singaraja: IKIPN Singaraja.
Anwar, I. (2010). Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Bandung:
Direktori UPI.
Arasaratnam-Smith, L. A., & Northcote, M. (2017). Community in online higher
education: Challenges and opportunities. Electronic Journal of E-Learning,

35
15(2), 188–198.
Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Basilaia, G., & Kvavadze, D. (2020). Transition to Online Education in Schools
during a SARS-CoV-2 Coronavirus (COVID-19) Pandemic in Georgia.
Pedagogical Research, 5(4). https://doi.org/10.29333/pr/7937
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational research. An introduction (4th
ed.). New York: Longman.
Brandl, K. (2005). Are You Ready to “MOODLE”? Language Learning &
Technology, 9(2), 16–23. https://doi.org/10.5449/idslu-001091490.75
Chootongchai, S., & Songkram, N. (2018). Design and development of SECI and
moodle online learning systems to enhance thinking and innovation skills for
higher education learners. International Journal of Emerging Technologies
in Learning, 13(3), 154–172. https://doi.org/10.3991/ijet.v13i03.7991
Cobb, C. A., Watson, C. T., & Ellis, S. R. (2018). Establishing Best Practices for
Effective Online Learning Modules: a Single Institution Study. Medical
Science Educator, 28(4), 683–691. https://doi.org/10.1007/s40670-018-0613-
7
Dantes, N. (2014). Desain dan Analisis Eksperimen. Singaraja: PPS Undiksha.
Debattista, M. (2018). A comprehensive rubric for instructional design in e-
learning. International Journal of Information and Learning Technology,
35(2), 93–104. https://doi.org/10.1108/IJILT-09-2017-0092
Dhaliwal, N., Simpson, F., & Kim-Sing, A. (2018). Self-paced online learning
modules for pharmacy practice educators: Development and preliminary
evaluation. Currents in Pharmacy Teaching and Learning, 10(7), 964–974.
https://doi.org/10.1016/j.cptl.2018.04.017
Dhawan, S. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19 Crisis.
Journal of Educational Technology Systems, 49(1), 5–22.
https://doi.org/10.1177/0047239520934018
Georgouli, K., Skalkidis, I., & Guerreiro, P. (2008). A Framework for Adopting
LMS to Introduce e-Learning in a Traditional Course. 11(2), 227–240.
https://doi.org/10.2307/jeductechsoci.11.2.227
Goode, C. M. (2003). Evaluating the Quality, Usability, and Potential
Effectiveness of Online Learning Modules: A Case Study of Teaching with
Technology Grant Recipients at the University of Tennessee, Knoxville
(University of Tennessee). University of Tennessee. Retrieved from
https://trace.tennessee.edu/utk_graddiss/4291
Govender, I. (2009). The learning context: Influence on learning to program.
Computers and Education, 53(4), 1218–1230.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2009.06.005
Hao, S., Dennen, V. P., & Mei, L. (2017). Influential factors for mobile learning

36
acceptance among Chinese users. Educational Technology Research and
Development, 65(1), 101–123. https://doi.org/10.1007/s11423-016-9465-2
Henderson, J. G. (2011). Learning Through a Disciplined Curriculum Study
Approach. Scholar-Practitioner Quarterly, 4(4), 312–315.
Hill, M., Sharma, M. D., & Johnston, H. (2015). How online learning modules
can improve the representational fluency and conceptual understanding of
university physics students. European Journal of Physics, 36(4).
https://doi.org/10.1088/0143-0807/36/4/045019
Irfan, M., Kusumaningrum, B., Yulia, Y., & Widodo, S. A. (2020). Challenges
During the Pandemic: Use of E-Learning in Mathematics Learning in Higher
Education. Infinity Journal, 9(2), 147.
https://doi.org/10.22460/infinity.v9i2.p147-158
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Buku 1: Panduan Pengembangan
Pendekatan Belajar Aktif. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Kurikulum.
Krisnawati, P. Y., Sugihartini, N., Kesiman, M. W. A., & Wahyuni, D. S. (2014).
Penerapan Model Pembelajaran Icare (Introduction Connection Application
Reflection Extention) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi
Informasi Dan Komunkasi (TIK). KARMAPATI, 3(1), 89–95.
Latifa, A., Nur, R., & Rizal, A. (2020). ICARE Learning Model in Improving the
Students Writing Ability. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing Dan
Sastra, 4(2), 258. https://doi.org/10.26858/eralingua.v4i2.12850
Lee, W. W., & Owens, D. L. (2004). Multimedia Based Instructional Design:
Computer Based Training Web Based Training Distance Broadcast
Training, Performance Based Solutions (2nd ed.). San Fransisco: Pfeiffer.
Majid, A. (2014). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mamun, M. A. Al, Lawrie, G., & Wright, T. (2020). Instructional design of
scaffolded online learning modules for self-directed and inquiry-based
learning environments. Computers and Education, 144(2020), 103695.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2019.103695
Matthew Perkins, J. P. (2006). Using a Course Management System to Improve
Classroom Communication. Science Teacher, 73(7), 33–37. Retrieved from
https://www.learntechlib.org/p/100421/
Melton, J. (2008). Need an LMS? Try the Open Source Package Moodle. Journal
of Instruction Delivery Systems, 22(1), 18–21.
Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Kencana.
Newby, T. J., Donald, S., James, L., James, D., Russell, & Anne, T. L. (2000).
Instructional Technology for Teaching and Learning. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Phillips, J. A. (2015). Replacing traditional live lectures with online learning

37
modules: Effects on learning and student perceptions. Currents in Pharmacy
Teaching and Learning, 7(6), 738–744.
https://doi.org/10.1016/j.cptl.2015.08.009
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sadiman, A. S., Raharjo, R., Anung, H., & Rahardjito. (2009). Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Siahaan, P., Dewi, E., & Suhendi, E. (2020). Introduction, Connection,
Application, Reflection, and Extension (ICARE) Learning Model: The
Impact on Students’ Collaboration and Communication Skills. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al-Biruni, 9(1), 109–119.
https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v9i1.5547
Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russell, J. D. (2007). Instructional technology
and media for learning (9th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Suartama, I. K., Setyosari, P., Sulthoni, S., & Ulfa, S. (2020). Development of
Ubiquitous Learning Environment Based on Moodle Learning Management
System. International Journal of Interactive Mobile Technologies (IJIM),
14(14), 182–204. https://doi.org/https://doi.org/10.3991/ijim.v14i14.11775
Suartama, I. K., Setyosari, P., Sulthoni, & Ulfa, S. (2019). Development of an
instructional design model for mobile blended learning in higher education.
International Journal of Emerging Technologies in Learning, 14(16).
https://doi.org/10.3991/ijet.v14i16.10633
Sukardjo. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Buku Pegangan Kuliah. PPs
Universitas Negeri Yogyakarta.
Taha, M. H., Abdalla, M. E., Wadi, M., & Khalafalla, H. (2020). Curriculum
delivery in Medical Education during an emergency: A guide based on the
responses to the COVID-19 pandemic. MedEdPublish, 9(1).
https://doi.org/10.15694/mep.2020.000069.1
Vrasidas, C., Pattis, I., Panaou, P., Antonaki, M., Avraamidou, L., &
Theodoridou, K. (2010). Teacher Use of ICT : Challenges and Opportunities.
Proceedings of the 7th International Conference on Networked Learning
2010, Edited by: Dirckinck-Holmfeld l, Hodgson V, Jones C, de Laat M,
McConnell D& Ryberg T., 439–445.
Wahyudin, D. (2010). Model pembelajaran ICARE pada kurikulum mata
pelajaran TIK di SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 23–33.
Walker, D. F., & Hess, R. D. (1984). Instructional software: Principles and
perspectives for design and use. Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Wijaya, C., Surjaman, T., Jajuri, J., & Rusyan, A. T. (1988). Upaya Pembaharuan
dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yumiati, & Wahyuningrum, E. (2015). Pembelajaran ICARE (Introduction,

38
Connection, Application, Reflection, dan Extention) Dalam Tutorial Online
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa UT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2), 183.
Yusnilita, N. (2020). The Impact of Online Learning: Student’s Views. ETERNAL
(English Teaching Journal), 11(1).
https://doi.org/10.26877/eternal.v11i1.6069

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Rincian Biaya (RAB)/Justifikasi Anggaran


RAB otomatis di generate oleh sistem

Lampiran 2 Susunan Organisasi, Tugas dan Pembagian Waktu Peneliti


No. Nama Jabatan dalam Tugas dalam tim
Tim
NIP Alokasi Waktu
1 Dr. I Kadek Suartama, Ketua 1. Menyusun proposal
S.Pd., M.Pd. 12 jam/minggu penelitian
NIP. 2. Menganalisis kebutuhan
198104142006041001 3. Mendesain modul
pembelajaran online
4. Membangun dan
pengisian resource dan
activity course media
pembelajaran
5. Mengevaluasi modul
pembelajaran online
secara formatif
6. Membuat laporan
kemajuan
7. Membuat laporan akhir
2 Luh Putu Putrini Anggota 1. Membantu ketua dalam
Mahadewi, S.Pd., M.S.. 6 jam/minggu menyusun proposal
penelitian
NIP.
2. Membantu ketua dalam
198209102005012001
menganalisis kebutuhan
3. Membantu ketua dalam
mendesain modul
pembelajaran online
4. Membantu ketua dalam
membangun dan
pengisian resource dan
activity course media

39
pembelajaran
5. Membantu ketua dalam
mengevaluasi modul
pembelajaran online
secara formatif
6. Membantu ketua dalam
membuat laporan
kemajuan
7. Membantu ketua dalam
membuat laporan akhir
3 I Gede Ardi Anggota 1. Membantu ketua dalam
Suryadharma 6 jam/minggu menyusun proposal
NIM. 1711021018 penelitian
2. Membantu ketua dalam
menganalisis kebutuhan
3. Membantu ketua dalam
mendesain modul
pembelajaran online
4. Membantu ketua dalam
membangun dan
pengisian resource dan
activity course media
pembelajaran
5. Membantu ketua dalam
mengevaluasi modul
pembelajaran online
secara formatif
6. Membantu ketua dalam
membuat laporan
kemajuan
7. Membantu ketua dalam
membuat laporan akhir
4 Ida Ayu Anggeriani, Anggota 1. Membantu dalam
S.E. 6 jam/minggu pengelolaan dana
NIP. penelitian
198405082008012009 2. Membantu
membuatkan SPJ

Lampiran 3 Curriculum Vitae Ketua dan Anggota


CV secara otomatis digenerate sistem dengan sumber data dari kinerja

40

Anda mungkin juga menyukai