Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR INTERNAL PERKEMBANGAN BAHASA

Irfan Effendi
Bahasa dan Sastra Arab

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan bahasa secara


internal, seperti yang diketahui bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi
oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor internal dan faktor ekternal. Pembahasan ini
menganalisis faktor internal bahasa yang dipengaruhi oleh unsur bahasa itu
sendiri seperti fonologi atau ashwat (suara) dan dilalah (makna) yang melekat
pada sebuah bahasa, kedua unsur bahasa ini (ashwat dan dilalah) juga
mengalami perkembangan sehingga berdampak juga pada perkembangan
bahasa seacara umum, sehingga bahasa terus berkembang secara dinamis dan
menghasilkan berbagai ragam dan variasi bahasa. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dan penelitian pustaka dari beberapa teks
bahasa dapat disimpulkan secara umum bahasa yang mengalami
perkembangan dari unsur internal ashwat terdiri dari beberapa faktor,
diantaranya: Faktor interaksi bunyi, faktor penambahan dan pengurangan
bunyi dan faktor pergantian bunyi. Sedangkan bahasa yang mengalami
perkembangan dari faktor internal dilalah (makna) terdiri dari: faktor
fonologi, faktor morfologi, dan faktor gramatika. Kedua faktor internal inilah
yang mempengaruhi perkembangan bahasa secara internal dan menghasilkan
ragam dan variasi baru, serta membuat bahasa berkembang secara dinamis
dari masa kemasa.

Kata kunci: perkembangan, internal bahasa, perkembangan fonologi,


perkembangan semantik.

PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa adalah sebuah hal yang tidak bisa dihindari, karena bahasa
merupakan salah satu bagian dari sebuah kebudayaan maka seiring berkembangnya budaya
berkembang pula sebuah bahasa, terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab
berkembangnya sebuah bahasa, secara garis besar yang dapat teridentifikasi faktor
perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi 2 (dua) faktor yakni, (1) perkembangan faktor
internal yang terdapat dalam bahasa itu sendiri (dilalah dan ashwat), perubahan ini biasanya
terjadi secara perlahan, dan (2) faktor eksternal yaitu perkembangan yang disebabkan oleh
adanya pengaruh dari bahasa lain maupun sosial budaya suatu masyarakat dan perkembangan
ini biasa melalui proses perkembangan yang relatif cepat1.

Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan sebuah bahasa dipengaruhi oleh


unsur yang melekat pada bahasa tersebut, seperti halnya unsur ashwat dan unsur dilalah,2
sebuah bahasa pasti memiliki kedua unsur tersebut, dan unsur tersebut melekat pada sebuah
bahasa dan saling mempengaruhi, jika terdapat perkembangan terhadap bunyi (ashwat) maka
bahasa juga secara otomatis akan berkembang karena bunyi merupakan unsur internal bahasa
itu sendiri, begitu pula dengan perkembangan dilalah (makna), jika makna berkembang baik
itu suatu makna meluas atau menyempit bahasa juga ikut perkembang karena dilalah sama
halnya dengan ashwat ,erupakan unsur internal dari sebuah bahasa.

Pekembangan bahasa secara ekternal terjadi karena sebuah bahasa merupakan alat
komonikasi sehingga bersinggungan dengan hal-hal diluar bahasa itu sendiri, hal ini berkaitan
erat aspek sosial budaya (sosiolinguistik), sehingga bahasa dan masyarakat memiliki
hubungan yang erat, hal inilah yang dikaji dalam ilmu sosiolinguistik. Secara etimologi
sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik, dengan demikian
sosiolinguistik merupakan perpaduan antara dua disiplin ilmu yakni ilmu sosiologi dan ilmu
linguistik3. Pada kajian ilmu sosiolinguistik inilah dikaji secara menyuluruh mengenai
hubungan erat bahasa dan masyarakat, baik deri segi perkembangan bahasa yang dipengaruhi
oleh sosial budaya masyarakat atau dari berbagai perkembangan bahasa yang dipengaruhi
oleh tindak tutur masyarakat.

Perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh kehidupan sosial, budaya maupun politk
sangat banyak, bahkan setiap kalangan hampir mengetahui hal ini, karena memang bahasa
pasti bersinggungan dengan masyarakat sosial secara umum. Dampak dari banyaknya
perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh sosial (faktor eksternal) membuat sebagian
masyarakat beranggapan bahwa bahasa berkembang hanya dari faktor sosial, budaya.
Sehingga perlu pembahasan mengenai perkembangan bahasa karena faktor internal bahasa itu
sendiri.

1
S. Poedjosoedarmo, Perubahan Tata Bahasa: penyebab, Proses dan Akibatnya, (Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma,2008), Hal. 8
2
Ali Abdul wahid wafi, ‫اللغة واجملتمع‬, (Kairo: Dar Ihya’ Alkitab al-Arabiyah, 1951), Hal. 61
3
Dewa Putu Wijana, Pengantar Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2021), Hal. 4
METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian


yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.4 kajian ini menonjolkan perkembangan bahasa yang diakibatkan
oleh perkembangan bunyi dan perkembangan makna, oleh sebab itu penelitian ini meneliti
perubahan-perubahan suara (Ashwat) dan perubahan-perubahan makna (Dilalah) yang
mempengaruhi perkembangan bahasa. Dengan penelitian kualitatif ini diharapkan dapat
memberikan analisis yang jelas mengenai pemgaruh Internal perubahan suara dan makna
dalam perkembangan bahasa, landasan teori pada penelitian ini dimanfaatkan sebagai
gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan penelitian.

PEMBAHASAN

Faktor perkembangan bahasa secara internal dibagi menjadi menjadi 2 (dua) pokok
bagian yaitu, bahasa yang dipengaruhi oleh perkembangan bunyi (ashwat), dan bahasa yang
dipengaruhi oleh perkembangan makna (Dilalah).5

A. Bahasa dipengaruhi Perkembangan Ashwat (suara)

Faktor perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh faktor perkembangan ashwat


terjadi karena tiga hal, yaitu: Interaksi antar Bunyi, Penambahan dan Pengurangan bunyi serta
Pergantian Bunyi.

1. Interaksi antar Bunyi

Interaksi antar beberapa bunyi dapat mengakibatkan beberapa perubahan pada sebuah
kata, interaksi antar bunyi ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu interaksi bunyi konsonan dan
interaksi bunyi vokal. Berikut beberapan perubahan yang terjadi akibat interaksi antar bunyi:

1) Interaksi Bunyi Konsonan


a) Metatesis (metathesis)

Metatesis adalah perpindahan atau pertukaran fonem dalam kata karena pemakaian
kata tersebut dalam suatu ujaran6, contoh dalam bahasa Indonesia (rontal) menjadi (lontar),
(kerikil) menjadi (kelikir).

4
Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 4.
5
Ali Abdul wahid wafi, ‫اللغة واجملتمع‬, (Kairo: Dar Ihya’ Alkitab al-Arabiyah, 1951), Hal. 61
6
Marsono, Fonologi: Bahasa Indonesia, Jawa dan Jawa Kuna, (Yogyakarta: Gajah Mada Universuty
Press,2021), Hal. 8
b) Asimilasi

Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang
sama atau yang hampir sama7, seperti halnya dalam bahasa arab terdapat dalam al-
Syamsiyah, contohnya: (al-Taqwa) menjadi (at-Taqwa), (al-Syamsyu) menjadi (as-Syamsyu)

c) Desimilasi

Desimilasi adalah kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan dua bunyi yang sama atau
mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda, contohnya: dalam bahasa Indonesai kata
Belajar (Ber + Ajar) harusnya menjadi Berajar, akan tetapi karena ada bunyi yang sama (r
dan r), maka diubah menjadi Belajar.

2) Interaksi Bunyi Vokal


a) Diftongasi

Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi
vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan, contohnya (teladan) menjadi (tauladan),
(sentosa) menjadi (sentausa).8

b) Monoftongisasi

Monoftongisasi merupakan kebalikan dari diftongisasi, yaitu perubahan dua bunyi


fokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong), contoh dalam bahasa
Indonesia (ramai) diucapkan (rame), (satai) menjadi (sate).9

2. Penambahan dan Pengurangan Bunyi


1) Anaftikis

Anaftikis atau suara bakti merupakan perubahan bunyi dengan jalan menambahkan
bunyi vokal tertentu diantara dua konsonan atau mempelancar ucapan bunyi. Anaftikis dibagi
menjadi 3 (tiga)10, yaitu :

a) Protesis, proses penambahan atau pembubhan bunyi pada awal kata, contoh dalam
bahasa Indonesia (mpu) menjadi (empu), (mas) menjadi (emas), contoh dalam bahasa

arab (‫ )أين‬menjadi (‫)وين‬, (‫ )أدى‬menjadi (‫)ودى‬.

7
Abdul Chaer, Fonologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), Hal. 12.
8
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hal 15
9
Ibid
10
Marsono, Fonologi: Bahasa Indonesia, Jawa dan Jawa Kuna, (Yogyakarta: Gajah Mada Universuty
Press,2021), Hal. 6
b) Epentesis, proses pembubuhan bunyi pada tengah kata, contoh dalam bahasa
Indonesia (kapak) menjadi (kampak), (upama) menjadi (umpama), dalam bahasa

ْ ) menjadi (‫) ِاسم‬, (‫رسم‬


Arab (‫اسم‬ ِ
ْ ) menjadi (‫)رسم‬.
c) Paragogi, proses penambahan bunyi pada akhir kata, contoh dalam bahasa Indonesia
(adi) menjadi (adik), (hulubala) menjadi (hulubalang).
2) Kontraksi

Kontraksi adalah proses penyusutan-perubahan dua bunyi atau lebih dalam kata atau
frasa karena pemakaian kata atau frasa tersebut. Kontraksi juga dibagi menjadi 3 (tiga
bagian),11 yaitu:

a) Aferesis adalah proses penanggalan fonem pada awal kata karena pemakaian
tersebut dalam suatu ujaran, contoh dalam bahasa Indonesia (tetapi) menjadi (tapi),
(upawasa) menjadi (puasa).
b) Apokop adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau dua bunyi pada
akhir kata, contoh dalam bahasa Indonesia (president) menjadi (presiden), (pelangit)

menjadi (pelangi), contoh dalam bahasa Arab (‫ )أنت ياولد‬menjadi (‫)إنت ياول‬, (‫)اهلواء‬

menjadi (‫)اهلوا‬.

c) Sinkope adalah proses penghilangan atau penanggalan satu atau lebih suara pada
tengah kata, misalnya dalam bahasa Indonesia (baharu) menjadi (baru), (dahulu)

menjadi (dulu), dalam bahasa Arab (‫ )رأس‬menjadi (‫)راس‬, (‫ )فأس‬menjadi (‫)فاس‬

3. Pergantian Bunyi
1) Netralisasi

Netralisasi adalah perubahan atau pergantian bunyi fonemis baik konsonan maupun
vokal sebagai akibat pengaruh lingkungan.

a) Pergantian bunyi vokal, dalam bunyi vokal bahasa Arab (yakni harkat dhammah,
fathah, kasrah), contoh pergantian vokal dalam bahasa arab yakni ketika fathah

11
Ibid, Hal. 7-8.
diganti dhammah dalam lahjah ‘amiyah mesir (‫ ) َعَثَر‬menjadi (‫) ُع ُث ُر‬, atau kasrah

ِ ) menjadi (‫)يلطُم‬.12
diganti dhammah (‫بلطم‬

b) Pergantian bunyi konsonan, contoh dalam bahasa Arab dalah lahjah-lahjah ‘amiyah

seperti (‫ )ص‬menjadi (‫ )س‬dalam ‘amiyah Mesir (‫ )يصدق‬menjadi (‫)يسدق‬, dan (‫)ض‬

menjadi (‫ )ظ‬dalam lahjah Irak (‫ )وضوء‬menjadi (‫)وظوء‬.13

B. Pengaruh Perkembangan Dilalah (makna)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan makna bahasa yang dibagi
menjadi tiga faktor utama:

1. Kekaburan Makna
Ketika kita menyebut sebuah kata, otomatis tergambar jelas dalam benak kita makna
kata tersebut, ketika kata tersebut memiliki makna yang kabur, maka kemungkinan besar kata
tersebut akan mengalami perubahan makna, seperti halnya kata kopi dalam bahasa Indonesia,
yang dimaksud dengan kopi bisa merupakan jenis dari buah, atau kopi jenis dari minuman.14
2. Kejelasan Bunyi

Bunyi merupakan salah satu faktor penentu suatu makna, semakin jelas bunyinya
semakin jelas juga makna kata yang dihasilkan, akan tetapi jika bunyi suatu kata tidak jelas
atau bahkan bunyinya tidak sesuai maka makna kata akan berubah seperti kata APEL dalam
bahasa Indonesia, Makna Apel tergantung pengucapannya, bisa bermakna buah bisa
bermakna upacara.

3. Kiadah Kebahasan
Dengan adanya kaidah kebahasan sendiri memudahkan bahasa untuk dapat

mengalami perubahan, misalkan kata (‫ )ولد‬memiliki makna Anak, karena dalam kaidah

bahasa Arab ketika tidak ada tanda muannats (berupa ‫ )ة‬merupakan laki-laki, maka kata (‫)ولد‬

hanya khusu digunakan untuk anak laki-laki.

SIMPULAN
12
Ali Abdul wahid wafi, ‫اللغة واجملتمع‬, (Kairo: Dar Ihya’ Alkitab al-Arabiyah, 1951), Hal. 71
13
Ibid, Hal. 72.
14
Fitri Amalia dan Astri Widyatulu, Semantik: konsep dan Contoh Analisis, (Malang: Madani,2017), Hal. 166.
Perkembangan bahasa bukan hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal bahasa, akan
tetapi dipengaruhi pula oleh faktor internal bahasa itu sendiri, faktor internal bahasa yang
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa itu sendiri adalah faktor perkembangan Ashwat
(suara) dan faktor perkembangan Dilalah (makna), perubahan dari kedua unsur tersebut
mempengaruhi perkembangan bahasa secara umum dan menghasilkan variasi dan ragam
bahasa.

Pengaruh perubahan suara yang mempengaruhi perkembangan bahasa dapat


dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor utama, yakni interaksi antar bunyi, pengurangan dan
penambahan bunyi serta pergantian bunyi, ketiganya dapat merubah bunyi asal menjadi bunyi
baru yang mengakibatnya lahirnya ragam dan variasi kata baru dalam sebuah bahasa, begitu
pula dengan pengaruh perubahan makna dalam perkembangan bahasa, apabila makna kata
dapat berubah dengan mudah maka bahasa juga dapat berkembang dengan mudah, karena
perubahan makna merupakan bagian dari perkembangan bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul wahid wafi, Ali.(1951). ‫اللغة والمجتمع‬. Kairo: Dar Ihya’ Alkitab al-Arabiyah.

Amalia, Fitri dan Astri Widyatulu.(2017). Semantik: konsep dan Contoh Analisis. Malang:
Madani.

Chaer, Abdul.(2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Marsono. (2021). Fonologi: Bahasa Indonesia, Jawa dan Jawa Kuna. Yogyakarta: Gajah
Mada Universuty Press.

Muslich, Masnur .(2008). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Poedjosoedarmo, S. (2008). Perubahan Tata Bahasa: penyebab, Proses dan Akibatnya.


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Putu Wijana, Dewa. (2021). Pengantar Sosiolinguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai