Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD


NEGERI 22 JEPPE’E DALAM MENYELESAIKAN SOAL
HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

ANALYSIS OF CRITICAL THINKING SKILLS OF STUDENTS OF


CLASS V SD NEGERI 22 JEPPE’E IN SOLVING HIGHER
ORDER THINKING SKILLS (HOTS) QUESTIONS

MUH. SYAHRIR AMIN


1747242023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

SAMPUL PROPOSALP..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 7
A. Kajian Teori............................................................................................ 7
III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 20
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 20
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 21
C. Subjek Penelitian..................................................................................... 21
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 22
E. Instrumen Penelitian................................................................................ 23
F. Keabsahan Data....................................................................................... 23
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 23
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN................................. 30
RENCANA BIAYA PENELITIAN.................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32
LAMPIRAN........................................................................................................ 35

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Indikator Berpikir Kritis ………………………………… 17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Kisi-kisi Soal HOTS………………………………… 37
2 Soal Uji HOTS………………………….…………... 39

v
1

Judul :Pengaruh Soal Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)


terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri 22
Jeppe’e

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan

manusia. Perubahan ke era globalisasi seperti sekarang, membuat pendidikan

menjadi suatu kebutuhan pada diri manusia sebagai makhluk yang berpikir dalam

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut (Amran, 2019)

“Pendidikan sebagai salah satu sector pembangunan nasional dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan sebagai pranata sosial yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia”. Hal tersebut

sejalan dengan fungsi pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 pada pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

mengemukakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1,
2003)

Pendidikan sekolah dasar pada kurikulum terbaru yang dipedomani para

guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah Kurikulum 2013. Kurikulum

tersebut memuat materi yang ditematikkan secara terpadu. Kurikulum 2013 saat
2

ini tertuju pada keterampilan abad 21 yang menuntun peserta didik menjadi lebih

kreatif dan berpikir kritis.

Berpikir kritis menuntut agar peserta didik berpikir secara logis dan

rasional. Menurut Ennis (Karim, 2011) berpikir kritis merupakan suatu proses

berpikir pada seseorang yang bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang

masuk akal mengenai sesuatu yang diyakini kebenarannya dan akan dilakukan

nanti. Berpikir kritis dalam bidang pendidikan dapat membantu siswa dalam

meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara

kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru

dalam kegiatan pembelajaran. Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis

sangat tertib dan sistematis.

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi

atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang dapat digunakan dalam

pembentukan system konseptual peserta didik. Komponen untuk mengukur

keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu dengan

menggunakan asesmen dalam bentuk soal tes berbasis HOTS. Peserta didik

dibiasakan belajar berpikir tingkat tinggi. Guru harus menjadi mentor mengajak

peserta didik berpikir mengingat sampai memahami serta memecahkan

permasalahan yang rumit. Kemampuan berpikir kompleks akan menjadikan

peserta didik terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit dan menghadapi sesuatu

yang sulit membutuhkan HOTS.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki peranan penting dalam

pengembangan kognitif peserta didik. Menurut(Dinni, 2018)High Order Thinking


3

Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam tingkat pengetahuan

yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif

dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom,

dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, serta penilaian. Berdasarkan pendapat

tersebut HOTS diartikan sebagai proses berpikir kritis yang menuntut peserta didik

untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Lukma dkk., 2013) bahwa ada

pengaruh pemberian pertanyaan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam

model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

berdasar dari aspek interpretation, analysis, evaluate, inference, explanation, self-

regulation serta ada pengaruh pemberian pertanyaan HOTS terhadap aspek-aspek

kemampuan berpikir kritis yang tertinggi hingga terendah. Penelitian yang sama

juga dilakukan (Tarlinah dkk., 2020) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

kedua variable yakni pemberian soal berbasis Higher Order Thinking Skills

(HOTS) dan kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan dengan t tabel = 2.02

dan t hitung = 3.17 maka t hitung > t tabel. Maka angka koefisien

penentu/desterminasi sebesar 33%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

pemberian soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa di SD Angakasa 10 Jakarta Timur. Sedangkan

sisanya 67% kemampuan berpikir krirtis siswa di SD Angkasa 10 Jakarta Timur

Palembang dipengaruhi oleh faktor lain.


4

Berdasarkan prapenelitian yang telah dilakukan calon peneli selama

kurang lebih 1 bulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam

menyelesaikan berbagai soal mata pelajaran sudah sangat baik. Akan tetapi tidak

semua soal yang diselesaikan merupakan soal HOTS, soal HOTS sebagai bentuk

kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan untuk mengetahui

kemampuan berpikir kritis siswa.

Calon peneliti mengharapkan peserta didik mampu menyelesaikan

berbagai jenis soal berbasis HOTS di sekolah dasar untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Maka dari itu peneliti ingin menerapkan soal berbasis

HOTS di Sekolah Dasar, agar siswa mampu mengembangkan kemampuan

berpikir kritis. Disamping itu pembelajaran yang digunakan pun harus mendukung

siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V

SD Negeri 22 Jeppe’e dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skills

(HOTS)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kemampuan menyelesaikan soal Higher Order Thinking

Skills (HOTS) siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e?

2. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e?
5

3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e

dalam menyelesaikan soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal Higher Order Thinking

Skills (HOTS) siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e.

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e.

3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 22

Jeppe’e dalam Mneyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan guru tentang kemampuan menyelesaikan soal HOTS.

b. Menambah wawasan, pengetahuan, dan sebagai bahan perbandingan untuk

mengembangkan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pengetahuan baru untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal HOTS melalui kemampuan membaca pemahaman.

b. Menjadi masukan yang bermanfaat dan menjadi acuan guru untuk

meningkatkan siswa agar lebih mudah menyelesaikan soal HOTS

c. Menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

khususnya pada kemampuan siswa menyelesaikan soal HOTS.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, maka tinjauan pustaka

dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya suatu pembelajaran yang

dapat mengembangkan kemampuan peserta didik utamanya dalam tingkat berpikir

yang dimiliki.HOTSatau Higher Order Thinking Skills yang jika diartikan dalam

bahasa Indonesia adalah keterampilan berpikir tingkat tinggiyang melibatkan

pemahaman mendalam untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) diartikan sebagai salah satu alat

untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pendapat (Dinni, 2018) bahwa “Higher Order Thingking Skill

(HOTS) merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan

mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan

kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada situasi

yang baru”. Milton Keyness mengemukakan bahwa Higher Order Thinking Skills

(HOTS) sama dengan keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan siswa

belajar secara efektif dalam membaca maupun menulis (Zakiah & Lestari, 2019).
7

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa HOTS adalah

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan untuk membuat

keputusan mengenai pemecahan masalah dalam pembelajaran.

b. Pengertian Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Soal yang dapat memicu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher

Order Thinking Skills (HOTS) adalah soal bentuk komplek yang tidak

diselesaikan dengan ingatan sederhana, namun membutuhkan penerapan strategi

dan proses tertentu. Soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS)dapat

membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampaun

yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, reflektif, metakognitif,

dan kreatif.

Soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan alat

pengukur yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat

tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis, reflektif, metakognitif, dan kreatif.

Menurut(Sani, 2019), bahwa Higher Order Thinking Skills berkaitan dengan

kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan melalui proses

berpikir, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Artinya dengan adanya soal

berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

Berikut peran soal HOTS dalam meningkatkan mutu penilaian menurut

Kemendikbud 2017 (Maria Vanny Febiana, 2019) :

1) Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21

2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah


8

3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

4) Meningkatkan mutu pendidikan

Kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa indikator. Sesuai

dengan yang dinyatakan Krathwohl (Maria Vanny Febiana, 2019) bahwa indikator

untuk mengukur kemampuan berpikir kritis meliputi menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta. Indikator-indikator tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Menganalisis

a) Menganalisis informasi yang masuk dan menstrukturkan informasi ke

dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali hubungannya.

b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari

sebuah skenario rumit

c) Mengindentifikasi/merumuskan pertanyaan

2) Mengevaluasi

a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya

b) Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian

c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan

3) Mencipta

a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu

b) Merancang suatu ara untuk menyelesaikan masalah


9

c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur

baru yang belum pernah ada sebelumnya

Berdasarkan urain di atas dapat disimpulkan bahwa soal berbasis Higher

Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu instrument pengukuran

keterampilan tingkat tinggi. Pemberian tes berbasis HOTS mampu mengukur

sejauh mana kemampuan berpikir yang dimiliki siswa.

c. KarakteristikHigher Order Thinking Skills(HOTS)

Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki beberapa karakteristik

yang menjadi pemicu proses berpikir. Menurut (Conklin, 2011)menyatakan

bahwa “characteristics of higher-order thinking skills: higher-order thinking

skills encompass both critical thinking and creative thinking”.Artinya,

karakteristik keterampilan berpikirtingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan

berpikirkreatif.

Karakteristik Higher Order Thinking Skills (HOTS) juga dikemukakan

oleh (Ariyana dkk., 2018)yang membagi HOTS dalam tiga karakeristik yaitu

HOTS sebagai Transfer of Knowledge, HOTS sebagai Critical and Creative

Thinking, dan HOTS sebagai Problem Solving. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

1) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Transfer of Knowledge

Keterampilan berpikir tingkat tinggi berarti keterampilan berpikir yang

sesuai dengan ranah kognitif yang memungkinkan terjadinya proses teransfer

pengetahuan. Ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam

menyatakan kembali konsep yang telah didapatkan dan dipelajari dalam proses
10

pembelajaran. Proses ini berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir,

kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,

konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

2) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Critical and Creative Thinking

Berpikir kritis merupakan proses dimana segala pengetahuan dan

keterampilan dikerahkan dalam pemecahan permasalahan, mengambil keputusan,

menganalisis argumen, dan melakukan penelitian berdasarkan data dan informasi

yang telah didapat sehingga menghasilkan informasi atau simpulan yang

diinginkan. Berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang berkaitan

dengan pengetahuan yang relevan dengan ide atau upaya kreatif yang

diajukan.Keterampilan berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam

mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan

mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu

dipertanggungjawabkan secara akademis.

3) Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai Problem Solving

Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan

dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan

pendekatan pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat

dipisahkan dari kombinasi keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas

untuk pemecahan masalah. Keterampilan pemecahan masalah merupakan

keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan

masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari. Siswa secara individu akan

memiliki keterampilan pemecahan masalah yang berbeda.


11

Berdasarkan uraian di atas, berpikir kritis dan kreatif merupakandua

kemampuan manusia yang sangatmendasar karena keduanya dapat

mendorongseseorang untuk senantiasa memandang setiappermasalahan yang

dihadapi secara kritis sertamencoba mencari jawabannya secara kreatifsehingga

diperoleh suatu hal baru yang lebihbaik dan bermanfaat bagi kehidupannya.

d. Bentuk-Bentuk Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal

HOTS), bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan

menyeluruh tentang kemampuan peserta didik. Soal Higher Order Thinking Skills

(HOTS) tidak hanya terfokus pada bagaimana peserta didik mengingat kembali

informasi yang telah diterima akan tetapi lebih memfokuskan peserta didik untuk

menalar. Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) menguji peserta didik tentang

kemampuan mereka menelaah ide dan informasi secara kritis, transfer satu konsep

ke konsep lainnya, dan penyelesaian masalah.

Menurut (Setiawati dkk., 2019)terdapat beberapa alternatif bentuk soal

yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang sudah digunakan

pada model pengujian Programmer International Student Assessment (PISA)

sebagai berikut:

1) Pilihan ganda biasa

Pada umumnya soal HOTS menggunakan stimulus yang berasal dari

situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban

(option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh

(distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh


12

merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh

untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan

baik.Siswa diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan

stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta

menggunakan logika/penalaran.Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan

jawaban yang salah diberikan skor 0.

2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman

siswa terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan

satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS

yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber

pada situasi kontekstual.Siswa diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan

stilmulus/bacaan, lalu siswa diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.

Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang

lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara

random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola sistematis

dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila siswa menjawab

benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila

terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

3) Uraian

Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa

untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan

cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan


13

kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian,

penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang

ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang

jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata

lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang

ditanyakan.

Ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan

soalnya. Adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya

ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu

mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran. Pada tahap

penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman

penskoran.Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh siswa diberi

skor 1 dan yang salah diberi skor 0.Pada sebuah soal kemungkinan banyaknya

kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih daripada satu sehingga

skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor

tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh siswa.

e. Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis HOTS

Instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis adalah berupa

tes uraian yang didalamnya mengandung deskripsi situasi, kemudian diikuti

dengan pertanyaan yang mengarah pada indikator kemampuan berpikir kritis

tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mundilarto (2010) bahwa tes

berebntuk uraian sangat sesuai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat


14

tinggi atau berpikir kritis peserta didik. Jawaban responden pasti beragam, maka

dibutuhkan rubrik penilaian yang jelas dan rinci.

Penulisan soal HOTS terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa

berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah,

membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Ada beberapa cara yang

dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang

menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah sebagai berikut :

1) Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman,

penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan)

2) Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).

3) Mengukur kemampuan berpikir kritis melalui indikator berpikir kritis.

(Islamiyati dkk., 2020).

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki

peserta didik sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi pada masa sekarang ini. Kemampuan seseorang untuk dapat

berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya,

terutama dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Menurut

Ennis “critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding

what to believe or do, yang artinya berpikir kritis adalah suatu proses berpikir

reflektif yang berfokus padamemutuskan apa yang diyakini atau dilakukan”.


15

(Zakiah & Lestari, 2019). Sedangkan menurut (Zubaidah, 2010a) berpikir kritis

dapat diartikan sebagai proses dalam memahami konsep, menerapkan,

mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang

dihasilkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuanberpikir kritis

adalah proses yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau

keputusan yang tepat dan rasional. Berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara

melaksanakan proses berpikir secara matang dalam memecahkan masalah dan

mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar, dan ditulisnya. Masalah-

masalah tersebut biasanya berupa fakta, informasi, dan pengetahuan yang

dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

b. Unsur-unsur Kemampuan Berpikir Kritis

Kompetensi dalam berpikir kritis direpresentasikan dengan kecakapan-

kecakapan atau unsur-unsur tertentu yang mendasari berpikir kritis.Kecakapan

yang dimaksud antara lain :

1) Inference, yaitu kecakapan untuk membedakan antara tingkattingkat


kebenaran dan kepalsuan. Inference merupakan kesimpulan yang
dihasilkan oleh seorang observasi sesuai fakta tertentu;
2) Pengenalan asumsi-asumsi, yaitu kecakapan untuk mengenalasumsi
yang merupakan sesuatu yang dianggap benar;
3) Deduksi yaitu kecakapan untuk menentukan kesimpulan-kesimpulan
tertentu,perlu mengikuti informasi di dalam pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan;
4) Interpretasi, yaitu kecakapan menimbang fakta-fakta dan
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan pada data yag diberikan.
Interpretasi adalah kecakapan untuk menilai apakah kesimpulan secara
logis berdasarkan informasi yang diberikan; dan
5) Evaluasi, yaitu kecakapan membedakan antar argumen yang kuat dan
relevan dan argumen yang lemah atau tidak relevan(Haryani, 2011).
16

Unsur-unsur berpikir kritis juga dikemukakan Widiantari (2014, h.3)

bahwa unsur-unsur berpkir kritis terdiri atas “(1) Kemampuan menganalisis

pertanyaan,(2) Kemampuan memfokuskan pertanyaan,(3) Kemampuan

mengidentifikasi asumsi, (4) Kemampua menulis jawaban atau solusi dari

permasalahan soal, (5) Kemampuan menarik kesimpulan dari solusi permasalahan

yang telah diperoleh, dan (6) Kemampuan menentukan alternatif cara lain dalam

menyelesaikan masalah”.

Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan berpikir kritis didasari oleh

beberapa unsur penting dalam prosesnya.Berpikir kritis tidak hanya berupa pikiran

yang biasa tetapi merupakan pikiran yang didasari oleh kemampuan-kemampuan

tertentu secara sistematis.

c. Indikator Berpikir Kritis

Pentingnya kemampuan berpikir kritis didasarkan pada 6 indikator utama

keterampilan berpikir kritis yang dikemukakan oleh (Facione, 2011)sebagai

berikut :

Tabel 1. Indikator Berpikir Kritis oleh Facione


Keterampilan Deskripsi Sub Keterampilan
Interpretation Untuk memahami dan Menggolongkan
(interpretasi) mengutarakan arti dari
Menguraikan arti
bermacam pengalaman,
situasi, data, peristiwa, Mengklarifikasi maksud
pendapat, konvensi,
kepercayaan, peraturan,
prosedur atau kriteria.
Analysis (analisis) Untuk mengidentifikasi Menguji ide
maksud dan hubungan
Mengidentifikasi
infrensial susungguhnya
argumen
antara pernyataan,
17

pertanyaan, konsep, Mengindentifikasi


deksripsi, atau bentuk alasan dan tuntutan
lainnya dari representasi
maksud untuk
mengekspresikan
keyakinan, penilaian,
pengalaman, alasan,
infirmasi, atau opini.
Inference Untuk mengidentifkkasi Meragukan bukti
(menyimpulkan) dan mendapatan elemen
Memperkirakan
yang dibutuhkan dalam
alternatif
membuat kesimpulan
yang wajar, membuat Menarik kesimpulan
dugaan dan hipotesis,
mempertimbangkan Menggunakan alasan
informasi yang relevan infuktif atau deduktif
memutuskan konsekuensi
yang mengalir dari data,
laporan, prinsip, bukti,
penilaian, keyakinan,
opini, konsep, deskripsi,
pertanyaan, atau bentuk
lain dari representasi.
Evaluation (evaluasi) Untuk menilai Menilai kredibilitas
kerdebilitas pernyataan tuntutan
atau repserentasi lain
Menilai kualitas
yang mnyebabkan atau
argumen yang dibuat
mendeksripsikan persepsi
menggunakan alasan
seseorang, pengalaman,
induktif atau deduktif
situasi, keyakinan, atau
pendapat; dan untuk
menilai kekuatan logis
sebenarnya atau maksud
hubungan inferensial
antara pernyataan,
deksripsi, pertanyaan,
atau bentuk lain dari
representasi.
Explanation Untuk menyatakan dan Menyatakan hasil
(menjelaskan) membenarkan alasan
Membenarkan prosedur
dalam hal pembuktian,
18

konseptual, metodologis, Memberikan argumen


kriteria logis, dan
pertimbangan kontekstual
dimana hasil seseorang
didasarkan; dan untuk
menyajikan penalaran
seseorang dalam bentuk
argumen yang
meyakinkan.
Self-regulation Kesadaran diri untuk Memantau diri
(pengaturan diri) memntau salah satu
Mengoreksi diri
aktivitas kognitif, unsur-
unsur yang digunakan
dalam aktivitas tersebut,
dan memutuskan hasil,
terutama dengan
menerapkan keterampilan
dalam analisis, dan
evaluasi terhadap
penilaian inferensial diri
sendiri dengan
memandang pertnyaan,
mengkomfirmaikan,
memvalidasi, atau
mengoreksi baik
penalaran atau hasil
seseorang.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ennis (Zubaidah, 2010b) yang

merumuskan 13 indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut :

4) Elementary Clarification (memberikan penjelasan dasar) yang meliputi, fokus

pada pertanyaan, menganalisis pendapat, dan berusaha mengklarifikasikan

suatu penjelasan dengan tanya jawab.

5) The basis for the decision (menentukan dasar pengambilan keputusan)

meliputi apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, serta mengamati dan

mempertimbangkan hasil observasi.


19

6) Infrence (menarik kesimpulan) meliputi mepertimbangkan hasil deduksi,

induksi, serta membuat danmenentukan pertimbangan nilai.

7) Advanced clarification (memberikan penjelasan lanjut) meliputi

mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut,

mengidentifikasi asumsi.

8) Supposition and integration (memperkirakan dan menggabungkan) meliputi

mempertimbangkan alasan atau asumsi-asumsi yang diragukan tanpa

menyertakannya dalam anggapan pemikiran kita.

Pentingnya berpikir kritis didasarkan pada beberapa indikator kemampuan

berpikir kritis. Berpikir kritis sangatlah penting bagi setiap orang yang hidup di

abad 21 dan tentunya pada era revolusi industri 4.0 yang nantinya bisa kita

terapkan dalam dunia pendidikan utamanya pada proses pembelajaran. Berpikir

kritis juga mampu memungkinkan seseorang dalam menilai setiap bukti terhadap

suatu permasalahan sehingga dapat mengidentifikasi penalaran tersebut logis atau

tidak.
20

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deksriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat,

kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan

angka.

Sugiyono (2018, p. 9 ) Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawanannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dolakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deksriptif kualitatif. Penelitian

jenis deksriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini

atau saat lampau.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juni 2021 - Juli 2021 tahun

ajaran 2020/2021.

2. Tempat

Penelitian ini bertempat di SD Negeri 22 Jeppe’e Kecamatan Tanete

Riattang Barat Kabupaten Bone.


21

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah informan yang diamati sebagai sasaran

penelitian, serta memberikan informasi/data dalam penelitian. Informan sering

disebut dengan responden, artinya seseorang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh calon peneliti, baik secara lisan

maupun tertulis. Subjek penelitian menjadi komponen utama yang dijadikan

sebagai sumber informasi yaitu siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e yang

berjumlah 42 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2019, h.296), “Teknik pengumpulan data merupakan

langkah utama dalam pelaksanaan penelitian, karena tujuan utama dalam

penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

standar data yang ditetapkan”. Pada penelitian ini data diperoleh menggunakan

alat pengumpul data yaitu sebagai berikut:

1. Metodek Pokok

Metode pokok atau metode utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode tes dengan memberikan soal-soal HOTS. Data Soal Berbasis

Higher Order Thinking Skills (HOTS) diperoleh dengan menggunakan tes. Tes

merupakan alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan

penilaian. Dalam penelitian ini, tes digunakan sebagai alat untuk menganalisis
22

kemampuan berpikir kritis melalui soal berbasis HOTS sehingga dapat diperoleh

kesimpulan bersdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan.

2. Metode Bantu

Metode bantu merupakan metode pelengkap dalam pengumpulan data

yang hasilnya sebagai pembanding dan untuk memperkuat data dari hasil metode

pokok. Adapun metode bantu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

dokumentasi, digunakan untuk pengambilan data tentang profil sekolah, identitas

siswa, dan foto hasil tes pekerjaan siswa.pengambilan dokumentasi ketika siswa

mengerjakan soal tes yang diberikan. Semua dokumentasi yang diperoleh ini

dijadikan sebagai bukti bahwa telah diadakan penelitian yang sifatnya alamiah

pada siswa kelas V SD Negeri 22 Jeppe’e.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal uraian

berbasis HOTS yang terdiri dari 15 butir soal. Pada penelitian ini bentuk soal

Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang digunakan adalah soal uraian dengan

tingkatan soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal. Adapun

prosedur yang dilakukan dalam penyusunan intrumen ini adalah:

1. Perencanaan Tahap

Perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru bidang mata pelajaran. Pada

tahap ini dientukan mengenai:

a. Materi pokok yang akan diteliti.


23

b. Bentuk-bentuk soal yang akan digunakan.

2. Pembuatan Butir Soal

Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan perencanaan

yang telah dibuat, karena untuk menjaga kemungkinan soal tes yang mungkin

tidak tepat untuk tes atau rusak.

3. Rubrik Penskoran

a. Untuk sal pilihan ganda, jika jawaban salah skor 0, jika jawaban benar

skor 10

b. Untuk soal tes uraian :

 Jika kosong atau jawaban salah skor 0

 Jika jawaban benar tetapi kurang lengkap skor 5

 Jika jawaban benar dan penjelasan lengkap skor 10

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat diperole melalui

triangulasi yang meliputi triangulasi sumber, triangulasi teori, dan triangulasi

metode. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah triangulasi metode,

dengan memanfaatkan metode tes dan dokumentasi untuk keperluan pemgelolaan

data.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data kuaitatif terdiri dari 3 alur yaitu reduksi data, penyajian data,

verifikasi data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, data diambil dari
24

hasil tes. Berdasarkan jawaban siswa kemudian dianalisis kesalahan pada tahap-

tahap atau langkah-langkah penyelesaian soal yang dilakukan oleh siswa.

Data hasil tes dilakukan reduksi data, yaitu proses pemilihan, dan

penyederhanaan. Proses reduksi data bertujuan untuk menghindari penumpukan

data. Kemudian data yang telah valid disajikan untuk mendeksripsikan jenis-jenis

kesalahan dan factor-faktor apa yang mempengaruhi kesalahan siswa dalam

menyelesaikan soal HOTS yang diberikan.

Untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan

soal, maka digunakan rumus sebagai berikut :

P= ∑S x 100
∑B + ∑S
Keterangan :
P = Persentase kesalahan yang dicari
∑S = Total kesalahan dari tiap jenis keseluruhan soal
∑B = Total benar dari tiap jenis keseluruhan soal
Untuk mengetahui persentase tingkat kesalahan semua siswa ditentukan

kriteria sebagai berikut :

0% ≤ P ≤ 20% = sangat rendah


20% ˂ P ≤ 40% = Rendah
40% < P ≤ 60% = Sedang
60% < P ≤ 80% = Tinggi
80% < P ≤ 100% = Sangat tinggi
Penentuan persentase dimaksudkan agar tiap-tiap tingkatan persentase

mempunyai rentang yang sama besar (Suharsimi Arikunto, 2009, hal. 75)
25

Rencana Pelaksanaan Penelitian

Minggu ke- Bulan Tahun


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
Mengadakan/prapenelitian √ 1 2021
Perencanaan Pembuatan √ 2
Proposal
Penyusunan Instrumen √ 3
Melaksanakan Seminar √ 5
Proposal
Merevisi Proposal Seminar √ 5
Mengurus Izin Penelitian √ 5
2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Angket √ 5 2021
Analisis Hasil Data √ 6
Penelitian
3 Penyusunan Draf Skripsi
Penyusunan Draf Skripsi √ 6 2021
Seminar Hasil √ 6
Ujian Tutup √ 7

Rencana Biaya Penelitian


26

Biaya yang
No. Jenis Pengeluaran
Diusulkan (Rp)
1. Transportasi 500.000
Pembelian bahan habis pakai
- Kertas 3 rim @45.000 135.000
2. - Map 10 lembar @ 2.000 20.000
- Amplop 1 dos 20.000
- Tinta Print Epson Hitam 80 ml 3 buah @45.000 135.000
- Tinta Print Epson berwarna 80 ml 45.000
Peralatan
3.
- Pulpen 2 buah @ 3.500 7.000
- Penjepit kertas 10 buah @ 2.000 20.000
4. Pulsa telepon dan kuota data 200.000
Jumlah 1.082.000

Daftar Pustaka
27

Ali, Gunawan, M. 2015. Statistik Penelitian Bidang Pendidikan, Psikologi, dan


Sosial. Prama Publishing.
Amran, M. (2019). No Title. Pembelajaran Aktif Pada Mata Kuliah Konsep Dasar
IPA 1 dI Kelas 27 Mahasiswa PGSD BONE FIP UNM, 2.
Ariyana, Y., Bestary, R., & Mohandas, R. (2018). Buku pegangan pembelajaran
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak.
Conklin, W. (2011). Higher-order thinking skills to develop 21st century learners.
Teacher Created Materials.
Dinni, H. N. (2018). HOTS ( High Order Thinking Skills ) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, 1, 170–176.
Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight
assessment, 2007(1), 1–23.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14.
Islamiyati, I., Karoma, Mardeli, & Sukirman. (2020). PENGARUH PEMBERIAN
SOAL BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA
PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MAN 2 PALEMBANG. PAI
Raden Fatah, 2, 397–413.
Karim, A. (2011). Upaya meningkatkan kemampuan meningkatkan operasi
perkalian melalui permainan dakon dan kartu warna pada siswa kelas II
semester II. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam
Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar, 1, 21–32.
Lukma, R., Putri, A., Dwiastuti, S., & Karyanto, P. (2013). Pengaruh Pemberian
Pertanyaan Higher Order Thinking Skills dalam Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa The
Effect of Higher Order Thinking Skills Question in Problem Based
Learning Model toward Student ’ s Crit. 15, 324–328.
Maria Vanny Febiana. (2019). Pengembangan Soal HOTS Materi Luas Bangun
Datar dan Volume Bangun Ruang untuk Siswa Kelas V SD.
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran berbasis hots edisi revisi: Higher order thinking
skills (Vol. 1). Tira Smart.
Setiawati, W., Asmira, O., Ariyana, Y., Bestary, R., & Ari Pudjiastuti. (2019).
Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudijono, A. (2015). Pengantar statistik pendidikan. PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d: Vol. I.
ALFABETA.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2019). METODE PENELITIAN KUANTITATIF , KUALITATIF,
dan R&D (2 ed.). ALFABETA.
28

Sulaeman, K. (2012). Hubungan antara kemampuan mengarang dengan prestasi


belajar bahasa indonesia. universitas negeri makassar.
Suryani Hendryadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif. Kencana.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1. (2003).
Zakiah, L., & Lestari, I. (2019). Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran.
Bogor: Erzatama Karya Abadi.
Zubaidah, S. (2010a). Berfikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Yang
dapat Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Sains
2010 dengan Tema “Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia,”
January 2010, 11.
Zubaidah, S. (2010b). Berfikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Yang
dapat Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains. Seminar Nasional Sains
2010 dengan Tema “Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia,”
January 2010, 11.
29

LAMPIRAN

Lampiran 1
Kisi-kisi Soal HOTS
30

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


Kelas : V (Lima)
No. Kompetensi Materi Indikator Soal Level Bentuk No.
Soal
Dasar Kognitif Soal
1. 3.1 menjelaskan Alat Gerak 3.1.1 C4 Pilihan 1
alat gerak dan Dan membandingkan ganda
fungsinya pada Fungsinya alatgerak manusia
hewan dan Dalam dan hewan
manusia serta Kehidupan
cara memelihara Sehari-Hari
kesehatan alat
gerak manusia
3.1.2 menganalisis C4 uraian 2
fungsi alat gerak
pada hewan

2. 3.3 menjelaskan Pencernaan 3.3.1 menganalisis C4 Pilihan 3


organ Pada fungsi dari organ ganda
pencernaan dan Manusia pencernaan
fungsinya pada
hewan dan
manusia serta
cara memlihara
kesehatan organ
pencernaan
manusia
3.3.2 mendeteksi C4 Uraian 4
proses penyebab
gangguan
pencernaan
3. 3.5 menganalisis Ekosistem 3.5.1 menganalisis C4 Uraian 5
hubungan antar akibat dari dan
komponen perubahan suatu 10
ekosistem dan ekosistem
jarring-jaring
makanan
dilingkungan
sekitar
3.6 menerapkan Panas Dan 3.6.1 menganalisis C5 Pilihan 6
konsep Perpindahan- macam-macam Ganda
31

perpindahan Nya perpindahan panas


kalor dalam secara konduksi
kehidupan
sehari-hari
5. 3.7 menganalisis Pengaruh 3.7.1 menganalisis C5 Pilihan 7
pengaruh kalor Kalor perubahan wujud ganda
terhadap Terhadap benda dalam
perubahan suhu Perubahan kehdupan sehari-
dan wujud Wujud Dan hari
benda dalam Suhu Benda
kehidupan
sehari-hari
6. 3.8 menganalisis Siklus Air 3.8.1 C6 Uraian 8,
siklus air dan menyimpulkan 3 dan
dampaknya pada faktor yang 9
peristiwa di mempengaruhi
bumi serta siklus air
kelangsungan
makhluk hidup

Lampiran 2
Soal HOTS
32

NAMA :
KELAS :
NO. ABSEN :

Bacalah soal dengan teliti sebelum mengerjakan soal berikut ini! Berikan
jawaban yang singkat, padat, dan jelas.

1. Sandi dan adik memiliki hewan peliharaan masing-masing. Sandi


memelihara ikan mas koki dan adik memelihara kelinci. Sesekali
Sandi membantu adiknya merawat hewan peliharaan mereka. Pada
saat memberi makan, Sandi mengamati hewan peliharaannya
tersebut, ternyata Sandi menemukan bahwa 2 ekor hewan tersebut
memiliki alat gerak yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena …
a. Ikan dan kelinci berada di habitat yang berbeda
b. Ikan dan kelinci memiliki alat pernafasan yang berbeda
c. Ikan dan kelinci memakan makanan yang berbeda
d. Ikan dan kelinci memiliki alat pernapasan yang berbeda

2. Perhatikan gambar organ gerak pada kelinci berikut!

Kaki kelinci bagian belakang lebih panjang


dibanding kaki kelinci bagian depan. Apakah fungsi
kaki kelinci bagian belakang?

3. Ima demar makan sayuran, sehingga pencernaan Ima lancer. Namun dia
penasaran bagaimana organ pencernaan dapat bekerja. Oleh karena itu, dia
akan mencari informasi dari fungsi setiap organ pencernaan.
Bagian Fungsi
I Menyerap air elektroit dari tinja
II Membunuh mikroorganisme dalam makanan, menciptakan suasana
asam dalam lambung
III Meremas dan mendorong makanan sedikit demi sedikit dalam
33

lambung
IV Menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup lebih kecil
untuk dapat ditelan ke dalam perut.
Bagian pencernaan yang sesuai dengan fungsi di atas adalah …
a. I : Usus Halus II : Lambung III : Usus Besar IV : Kerongkongan
b. I : Anus II : Usus Besar III : Kerongkongan IV : Mulut
c. I : Usus Besar II : Mulut III : Pankreas IV : Anus
d. I : Usus Besar II : Lambung III : Kerongkongan IV : Mulut

4. Saat istirahat sekolah, siswa kelas V membeli makanan di kantin sekolah.


Ada yang memesan nasi goring, bakso, batagor, dan lainnya. Namun, seorang
siswa bernama Nurul tetap duduk di kelas. Hal ini bukan karena Nurul tidak
membawa bekal, melainkan dia malas jika harus mengantri di kantin yang
sesak. Padahal hari itu, ia belum sarapan pagi sedangkan pembelajaran
berakhir pada pukul 14.00. seringkali Bu guru mengingatkan untuk membawa
bekal pada siswa yang tidak ingin ke kantin. Pada pukul 12.00, perut Nurul
berbunyi, ia tidak focus belajar. Nurul merasa perutnya sakit melilit dan nyeri
ulu hati. Dari peristiwa yersebut, mengapa hal itu bias terjadi? Jelaskan
alasanmu!

5. Sebuah perusahaaan membangun pabrik di area yang semula merupakan


hutan, beberapa minggu kemudian warga diresahkan dengan kedatangan
monyet yang mengambil hasil perkebunan mereka. Mengapa hal tersebut
terjadi?

6. Bacalah kalimat dibawah ini sebelum menjawab pertanyaan berikutnya!


1. Panasnya kawat pegangan kembang api yang dinyalakan
2. Tubuh terasa panas ketika sedang berada dekat api
3. Gerakan naik turun kacang hijau saat direbus
4. Sendok yang dimasukkan ke dalam air panas, lama-lama ujungnya akan
terasa panas
5. Tutup panic terasa panas saat panic digunakan untuk memasak
Manakah diantara peristiwa di atas yang menunjukkan adana perpindahan
panas secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari?
a. 1, 2 dan 3
b. 1, 3, dan 5
c. 1,4 dan 5
d. 2, 3 dan 5

7. Saat siang hari Nurul pergi ke supermarket untuk membeli es krim. Ketika
sampai di rumah, Ayah mengajak Nurul pergi memancing. Sebelum pergi
memancing Nurul menyimpan es krim tersebut di atas meja. Setelah beberapa
34

lama, akhirnya mereka selesai memancing Nurul mengambil es krimnya. Apa


yang terjadi pada es krim Nurul?
a. Menguap
b. Mencair
c. Membeku
d. Menyublim

8. Setiap musim hujan rumah Linda wilayah kampong Melayu selalu dilanda
banjir. Banyak rumah yang tergenang sampai menyebabkan kerusakan. Tidak
hanya itu, kadangkala banjir menghanyutkan peralatan rumah tannga sampai
merenggut nyawa manusia. Menurut kamu, apa factor-faktor yang
mempengaruhi peristiwa siklus air sehingga terjadi banjir?

9. Sebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir!

10. Jelaskan peran produsen, konsumen, dan pengurai pada rantai makanan!

Anda mungkin juga menyukai