Dosen Pengampu:
Putut wisnu kurniawan, M.Pd
Disusun Oleh
NAMA NPM
Septa kurniawan 21140016
Tria Anggraini 21140017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Makalah ini disusun
untuk mendeskripsikan tentang fenomena budaya plagiasi.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 4
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
3.2 Saran....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plagiarisme merupakan salah satu tindak kejahatan akademik karena didalamnya
terdapat unsur pencurian berupa pencurian ide-ide dan gagasan tanpa mencantumkan sumber
aslinya. Hal tersebut sangatlah bertentangan dengan prinsip pendidikan yang ingin
menciptakan sumber daya manusia yang berilmu dan berakhlak mulia. Drs. Soleh amini
yahman, m.si salah satu staff pengajar di fakultas psikologi ums yang dikutip dari website
psikologi ums pada tahun 2014, secara tegas menjelaskan bahwa plagiat itu bagaikan najis
yang harus dihindari sejauh-jauhnya.
Selanjutnya beliau mengibaratkan plagiarisme seperti halnya praktik pelacuran atau prostitusi
akademik. Karena itu, harus dihindari sejauh-jauhnya. Senada dengan hal tersebut agustinus
lis tyantoro dosen universitas ciputra di surabaya secara gamblang mengatakan bahwa
plagiarisme adalah kejahatan akademik dan hal itu termasuk kejahatan akademik level
tertinggi (sumarno, 2014). Sedangkan martial (soelistyo, 2011) menjelaskan bahwa plagiat
adalah pelanggaran etika, bukan pelanggaran hukum dan penegakannya berada dalam
kewenangan pejabat akademik, bukan berada dalam lingkup kompetensi pengadilan.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diberlakukan UU tentang plagiarisme yang terdapat
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17/2010 danpelakunya diancam dengan
hukuman yang cukup berat. Sesuai UU No.20/2003, dijelaskan bahwa pelaku tindak plagiat
diberikan sanksi bahwa lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi atau vokasi, terbukti merupakan jiplakan, dicabut
gelarnya (pasal 25 ayat 2). Kemudian lulusan yang tersebut pada pasal 25 ayat 2 dipidana
dengan pidana penjara paling lama dua tahun, dan atau pidana denda paling banyak Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
Walaupun plagiator diberikan ancaman sanksi yang cukup berat, namun tidak serta merta
menghilangkan plagiarisme di dunia pendidikan. Masih banyak ditemui kasus plagiarisme,
khususnya di perguruan tinggi. Diantaranya adalah kasus yang menimpa Mochammad
Zuliansyah pada tahun 2010, dimana disertasinya yang berjudul “3D topological relations for
3D spatial analysis” telah ditemukan bukti plagiarisme. Mochammad Zuliansyah terbukti
melakukan plagiat dari disertasi yang dibuat oleh Siyka Zlatanova yang berjudul “On 3D
Topological Relationship”. Dari kejadian tersebut maka disertasi dan ijazah Doktor
Mochammad Zuliansyah dinyatakan tidak berlaku oleh pihak ITB. Tidak hanya didalam
negeri, di luar negeri pun plagiarisme juga marak terjadi. Di Australia sebanyak 4000
mahasiswa dari empat Universitas di Australia Barat mendapatkan peringatan dan tindakan
indisipliner karena terbukti melakukan plagiarisme dalam penulisan karya tulisnya (Wijaya,
2013). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana pada tahun 2010 pada mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Daerah dan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
yang sedang mengerjakan tugas akhir juga ditemukan beberapa tindak plagiat,jenis-
lingkungan bergaul yang mulai berkurang.Halgin (2010) menyatakan jenis plagiarisme yang
dilakukan sangat bervariasi, diantaranya adalah duplikasi judul, substansi, teori, data dan
referensi.
Pengambilan data awal yang dilakukan peneliti terhadap 40 mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diambil secara acak, peneliti mendapatkan
informasi bahwa dari 40 mahasiswa, 23 diantaranya mengaku pernah melakukan plagiarisme.
Sedangkan 26 dari 40 mahasiswa diantaranya mengaku pernah melihat plagiarisme yang
dilakukan oleh sesama mahasiswa Fakultas Psikologi.
1
Di dunia akademik, kadang plagiat terjadi oleh karena beban yang diterima peserta
didik amat berlebihan (Herqutanto, 2013). Selama proses pembelajaran berjalan, mahasiswa
dituntut untuk mampu mengerjakan berbagai macam tugas secara maksimal, tentu ada
konsekuensi tersendiri jika mahasiswa tidak dapat melakukannya. Bisa jadi mahasiswa
tersebut mendapatkan nilai yang tidakmemuaskan sehingga mempengaruhi nilai UAS dan
mengharuskan mahasiswa tersebut mengulang pada semester berikutnya. Selain itu sistem di
perguruan tinggi juga mensyaratkan mahasiswa untuk menulis tugas akhir yang hasilnya akan
menentukan kelayakan mahasiswa tersebut untuk meraih gelar Sarjana Strata 1, Strata 2,
ataupun Strata 3. Standar pendidikan yang tinggi dan dorongan untuk segera menyelesaikan
pendidikan dengan nilai baik dari orangtua tentu membuat sejumlah mahasiswa merasa
cemas. Perasaan cemas tersebut yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk melakukan
tindakan plagiat pada saat mengerjakam tugas harian ataupun tugas akhir dalam bentuk karya
tulis. Namun kecemasan akademik tidak selalu memunculkan respon negatif, tanpa
adanyaperasaan cemas, mahasiswa akan kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas
akademik seperti membuat sebuah karya tulis ilmiah.
Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti dari 40 mahasiswa,
14 mahasiswa mengaku mengalami kecemaan saat mereka mendapatkan banyak tugas dalam
waktu yang singkat, 6 mahasiswa mengalami kecemasan terkait dengan nilai, 6 mahasiswa
mengalami kecemasan ketika sedang presentasi, dan sebagian lain yaitu sebanyak 14
mahasiswa mengalami kecemasan dalam situasi belajar mengajar, kesulitan mencari referensi
dan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan mudah merasa tidak berdaya dan
seringkali berada dalam keadaan tertekan dan sulit untuk berkonsentrasi, terkadang
merasakan ketegangan yang sangat besar sehingga mereka tidak dapat berpikir. Mahasiswa
yang megalami kecemasan dalam situasi akademik sering kali memprediksi secara berlebihan
tentangseberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami (Nevid, 2003)
Beberapa pendapat diatas menunjukkan bahwa kecemasan akademik berperan terhadap
plagiarisme yang dilakukan mahasiswa pada saat membuat tugas dalam bentuk tulisan ilmiah
atau karya tulis.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah ada hubungan antara kecemasan akademik dengan plagiarisme pada
mahasiswa?” Dari rumusan masalah tersebut peneliti memilih judul: “Hubungan antara
kecemasan akademik dengan plagiarisme pada mahasiswa.
2. Tipe-tipe plagiasi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari uraian dimuka dapat disimpulkan bahwa plagiat adalah menjiplak ide, gagasan atau
karya orang lain untuk diakui sebagai karyasendiri atau menggunakan karya orang lain tanpa
menyebutkansumbernya sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau kelirumengenai asal
muasal dari suatu ide, gagasan atau karya. Hasil pembajakan, penjiplakan, dan penggunaan
fakta, dan ungkapan yangtidak sah (mendapat izin dan mencantumkan sumber) tersebut
disebut plagiat.Selain plagiat, juga terdapat istilah-istilah lain yang berkaitandengan
penjiplakan, seperti: 1)Plagiarisme penjiplakan yang melanggarhak cipta; 2) Plagiatis,
beranalogi ke kata berakhiran /-tis, -is, if/ yangmemaknai sifat (nasionalistis, nasionalis).
3
Oleh karena itu, perlu bahan bukti yangcukup untuk memastikan adanya plagiat, Namun
demikian salahsatu kunci untuk membuktikan adanya plagiat adalah denganmempertanyakan
apakah ia mendapatkan keuntungan dari pemikiran orang lain. Jangan sampai dengan adanya
konsep dan teoriplagiat ide menjadi boomerang bagi kemajuan pemikir- pemikir bangsa
yangkemudian menjadi takut untukmenciptakan idea tau gagasan.
B. Plagiat kata demi kata (word for word plagiarism)
Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip karyaorang lain secara kata demi kata
tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiasi dianggap terjadi karena skala pengutipannya
sangatsubstansial sehingga seluruh id atau gagasan penulisannya benar-benar terambil.
Plagiasi seperti ini banyak dilakukan padakarya tulis.
C. plagiat sumber (plagiarism of source)
Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena tidak menyebutkan secara lengkap
selengkap-lengkapnya referensiyang dirujuk dalam kutipan. Jika sumber kutipan itu
merujukseseorang sebagai penulis yang terkait dengan kutipan, makanama penulis tersebut
harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan kepentingan penulis
tersebut serta kontributor-kontributor lainnya.
D. plagiat kepengarangan (plagiarism of authorship)
Tulis karya tulis yang disusun oleh orang lain. Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan
motif kesengajaan untuk membohongi publik. Misalnya mengganti cover buku atau sampul
karya tulis orang lain dengan c over atas namanya tanpa ijin.
2.Plagiat Berdasarkan Proposi Atau Prosentase Yang Dibajak
Menurut Sudigdo (2007) dalam Artikel Penelitian Tim FIP (2012)
mengklasifikasikan plagiat berdasarkan proporsi atau kadar plagiatnya, yaitu:
a. Plagiat ringan
Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis ilmiahyang dibuat oleh seseorang
kurang dari 30%.
b. Plagiat sedang
Plagiat sedang mempunyai prosentasi 30%-70% dalam sebuah karya tulis
Yang dibuat.
c. Plagiat total
Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulisilmiahnya merupakan plagiat dari
karya orang lain. Plagiat ini tidak bisa ditoleril dan karya tersebut harus direvisi
ataupun ditak diakui.
3. Plagiat Berdasarkan Sengaja Atau Tidak Sengaja
4
a. plagiat sengaja
Plagiat sengaja adalah palgiat yang secara sadar melakukan tindakan
Dengan menggunakan, meminjam,menjiplak karya orang lain baik berupa
ide, gagasan, kalimat,dan teori tanpa mencantumkan sumber referensi.
Seseorang yang memahami secara baik plagiat beserta tata cara penulisan
Yang benar tetapi justru menggunakan hal tersebut sebagaisenjata untuk
mencuri karya orang lain. Dengan demikian, penjiplak menggunakan
karya orang lain yang kemudian secaralangsung mengakuinya sebagai
karya sendiri padahal plagiator paham secara baik terhadap plagiat
maupun tata cara penulisanyang benar. Plagiat sengaja biasanya
dikarenakan kemalasan,ketidakpercayaan diri, dan ketidakjujuran
plagiator sendiri yangmenginginkan penghargaan dan pengakuan terhadap
tulisaannya yang sebenarnya adalah hasil plagiat (Sudigdo, 2007 dalam
artikel Penelitian Tim Peneliti FIP, 2012).
b. plagiat tidak sengaja
Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang dilakukan olehseseorang karena
ketidaksengajaan, yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang
tersebut dalam mengutip.Orang tersebut tidak tahu atau tidak sadar kalau
terdapat kesalahan dalam mengutip tulisan atau ide orang lain, sehingga
secara tidak sadar pengutip telah terjerumus pada tindak plagiat.Bentuk
dan jenis plagiat tidak sengaja inilah yang seringditemukan (Sudigdo,
2007 dalam Artikel Penelitian Tim PenelitiFIP, 2012).
4. Plagiat Berdasarkan Pola
a. self plagiarism (auto plagiarism)
Henry Soelistyo (2011: 21-22) menjelaskan self plagiarism atau
Auto plagiarism adalah bentuk plagiat denganmelakukan penggandaan,
Penduplikasian karya sendiri untuk beberapa kepentingan. Misalnya,
Seorang mahasiswa yangmengumpulkan tugas dengan karya yang sama
pada dua ataulebih mata kuliah yang berbeda. Istilah self-plagiarism
masih pro-kontra, karena dalam hal pemakaian kembali karya sendiriitu
tak ada pihak lain yang dicurangi. Pertanyaannya, apakahsemua
pemakaian kembali karya ilmiah, baik sebagian maupunkeseluruhan, baik
dalam pembuatan, pemuatan, publikasi,maupun presentasi (tanpa
menyebutsumber secara memadai),dianggap auto-plagiat?
5
Kalau benar, rasanya tiada ilmuwan,dosen, atau akademisi yang tak
sering melakukannya.Akan tetapi, ada praktik pemakaian kembali karya
sendiri yang bisa dikategorikan pelanggaran etika akademik serius,karena
ada unsur curang. Misalnya, pengulangan karya yang hakciptanya sudah
milik pihak lain, mahasiswa yang menggunakankarya ilmiahnya untuk
memenuhi tugas pada lebih dari satumata kuliah, atau pemakaian ulang
karya ilmiahnya untuk tugasakhir yang mensyaratkan orisinalitas (skripsi,
tesis, ataudisertasi). Bagi dosen, bila menggunakan karya ilmiahnya untuk
usulan kenaikan pangkat, padahal karya itu telah digunakanuntuk maksud
sama. Mengingat pemakaian istilah auto plagiat bermaknanegatif sudah
umum, sementara penggunaan dan batasanistilahnya masih kontroversial,
perlu kiranya pedoman soal itu.Mungkin bisa lewat revisi Permendiknas
No.17/2010 sehingga para penilai punya acuan pasti ketika menilai karya
ilmiah oranglain yang termasuk auto plagiat atau bukan.
BAB III
PENUTUP
2.2Kesimpulan
Plagiarisme merupakan salah satu tindak kejahatan akademikkarena didalamnya terdapat
unsur pencurian berupa pencurian ide-idedan gagasan tanpa mencantumkan sumber aslinya.
Hal tersebutsangatlah bertentangan dengan prinsip pendidikan yang inginmenciptakan
sumber daya manusia yang berilmu dan berakhlak mulia.Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si
salah satu staff pengajar di FakultasPsikologi UMS yang dikutip dari Website psikologi
UMS pada tahun2014, secara tegas menjelaskan bahwa plagiat itu bagaikan najis yangharus
dihindari sejauh-jauhnya. Selanjutnya beliau mengibaratkan plagiarisme seperti halnya
praktik pelacuran atau prostitusi akademik.Karena itu, harus dihindari sejauh-jauhnya.
Senada dengan hal tersebutAgustinus Lis Tyantoro dosen Universitas Ciputra di Surabaya
8
secaragamblang mengatakan bahwa plagiarisme adalah kejahatan akademikdan hal itu
termasuk kejahatan akademik level tertinggi(Sumarno,2014). Sedangkan Martial (Soelistyo,
2011) menjelaskan bahwa plagiatadalah pelanggaran etika, bukan pelanggaran hukum dan
penegakannya berada dalam kewenangan pejabat akademik, bukan berada dalamlingkup
kompetensi pengadilan.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diberlakukan UU tentang plagiarisme yang terdapat
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17/2010 dan pelakunya diancam dengan
hukuman yang cukup berat.Sesuai UU No.20/2003, dijelaskan bahwa pelaku tindak
plagiatdiberikan sanksi bahwa lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnyadigunakan
untuk memperoleh gelar akademik, profesi atau vokasi,terbukti merupakan jiplakan, dicabut
gelarnya (pasal 25 ayat 2).Kemudian lulusan yang tersebut pada pasal 25 ayat 2 dipidana
denganpidana penjara paling lama dua tahun, dan atau pidana denda paling banyak Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
2.3 Saran
Penulis menyarankan adanya undang-undang pengawasan yang ketat mengenai tindakan
plagiarisme ini dalam UU, Peraturan Pemerintah, ataupun Peraturan Daerah yang
berhubungandengan pelaksanaan pendidikan. Di samping itu, lembaga pendidikan disarankan
untuk memberikan penyuluhan mengenai plagiarisme di bidang akademik pada awal
perkuliahan, baik itu melalui seminar ataupun dalam bentuk mata kuliah tersendiri. Sehingga
mahasiswa dancivitas akademika lainnya mengerti apa itu plagiarisme dan dampak buruk
yang ditimbulkannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://amirahkaca.wordpress.com/2010/07/30/plagiarism-is-not-a-way-out/
diakses pada tanggal 25 desember 2010
http://ayaz.wordpress.com/2006/12/23/side-effects-of-plagiarism/ diakses
pada tanggal 25 desember 2010
http://chodijah-pendidikan.blogspot/com/2010/06/penyebav-plagiarisme-di-kalangan .html/
di akses pada tanggal 25 desember 2010
http://deoracle.org/online-pedagogy/student-issues/plethora-of-plagiarism.html/
diakses pada tanggal 25 desember 2010
http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/
diakses pada tanggal 25 desember 2010
http://edukasi.kompas.com/read/2010/02/19/11373972/Epidemi.plagiarisme/
diakses pada tanggal 25 desember 2010
http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16plagiarisme-dan-solusi-pencegahannya/ diakses
pada tanggal 25 desember 2010
10
11