Anda di halaman 1dari 17

Model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara

penggunaan materi pembelajaran(Handayanto, 2003:60). Model pembelajaran IPA terpadu diharapkan mampu mengkaitkan antara sains-lingkungan-teknologi-masyarakat(salingtemas). Oleh karena itu dalam menentukan tema dalam pembelajaran Ipa terpadu diharapkan bernuansa sains-lingkungan-teknologimasyarakat. Pendekatan salingtemas yang didalam bahasa inggris disebutScience, Environment, Technology, and society disingkat SETS merupakan suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Iskandar, 2006:56). Pembelajaran dengan strategi saling temas merupakan perpaduan dari strategi pembelajaran STS(Science, Technology, and society) dan EE(Environmental Education). Dalam pembelajaran saling temas siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiranuntuk mengurangi/mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat. Pendekatan salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara salingtemas dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan. Sasaran pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan (Wulandari, 2006:16). Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul disekitar kehidupannya. Untuk memahami pendekatan salingtemas maka diperlukan pemahaman terhadap unsurunsur yang terdapat dalam pembelajaran yang saling terintegrasi yaitu: a. Pendekatan STM (Sains, Teknologi, Masyarakat) Pembelajaran dengan pendekatan STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/ masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan kinerja/ guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi, dan evaluasi. Pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut. (1) identifikasi masalah(oleh siswa) di dalam masyarakat yang memiliki dampak negatif; (2) mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan; (3) menggunakan sumber daya yang terdapat dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari; (4) Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu engetahuan alam dan teknologi;(5) mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. Iskandar dalam Wulandari (2006: 18) Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir

logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, (b) Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya perana sains dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat, (c) Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dan teknologi yang diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan kelak, (d) Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Literasi (STL) Literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. STL merupakan kemampuan mengenal hasil teknologi besera dampaknya, kemampuan menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kemampuan menyelesaikan masalah dengan konsep sains, kemampuan membuat hasil rekayasa teknologi yang disederhanakan, serta kemampuan menganalisis fenomena kejadian berdasarkan konsep IPA (Nurkhotiah, 2004:1). Tujuan dari pendidikan salingtemas adalah untuk menghasilkan individu- individu yang memiliki literasi Sains dan Teknologi. (Yager, 1996:8-9; 1993:4-5 dalam zaini, 1997:20) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki literasi sains dan teknlogi adalah sebagai berikut. (1) Menggunakan konsep-konsep sains dan teknologi untuk merefleksikan nilai- nilai etika dalam pemecahan masalah dan merespon keputusan- keputuan dalam kehidupan termasuk kegiatan sehari-hari. (2) Berpartisipasi dalam sains dan teknologi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. (3) Memiliki nilai- nilai penelitian ilmiah dan teknik-teknik pemecahan masalah (4) Mampu membedakan bukti- bukti sains dan teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya dan kurang dipercaya. (5) Memiliki keterbukaan terhadap bukti-bukti baru dan pengetahuan teknologi/ilmiah yang bukan coba-coba. (6) Mengenali sains dan teknologi sebagai hasil usaha manusia (7) Memberikan tekanan kepada manfaat perkembangan sains dan teknlogi (8) Mengenali kekuatan-kekuatan dan keterbatasan- keterbatasan sains dan teknologiuntuk melanjutkan kesejahteraan manusia (9) Mampu menganalisis interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat. Pendekatan salingtemas mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendektan ini siswa diharapkan akan menjadi melek sains dan mempunyai jiwa literan dimana mengambil sains dan teknologi tidak sebagai perangkat konsep tapi bagaimana mampu mengintegrasikan dan menganalisis keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, selain itu siswa belajar dengan berbagai sumber dan memanfaatkan teknologi, lingkungan sebagai sumber belajar, serta mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang bertanggung jawab. Diposkan oleh Ki Lilik Setiono, S.Pd.Si. di 16:04 http://liliksetiono.blogspot.com/2008/11/sets.html Modul Diklat Oleh Dra. Singgih Trihastuti, M.Pd.Drs. Yoko Rimy, M.Si LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKANDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2008 KATA PENGANTAR Departemen Pendidikan Nasional,

melalui Permendiknas nomor 7 tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Pasal 1 dan Pasal 2 menetapkan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai unit pelaksana teknis Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di Propinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2007:2-3). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional menyatakan LPMP adalah unit pelaksana teknis departemen yang berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. i Pemerintah melalui UU Sisdiknas tahun 2003 menyebutkan adanya delapan aspek dalam pendidikan yang harus memiliki standar agar mutu pendidikan memadai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah mengamanatkan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia mengacu pada 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan. Delapan aspek ini meliputi kompetensi kelulusan, isi, proses, penilaian kependidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan pendidikan. Dalam kaitannya dengan penjaminan standar mutu pendidikan di sekolah, maka salah satu bentuk kegiatannya adalah bantuan teknis yang berupa penjaminan standar mutu tenaga pendidik. Ujud dari penjaminan mutu tenaga pendidik dengan peningkatan kompetensinya yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan guru SMK pada mata pelajaran Sains sangat penting dilakukan karena LPMP selama ini belum pernah membantu peningkatan kompetensi guru SMK. Bahan pembelajaran dalam bentuk modul ini disusun berdasarkan kurikulum diklat yang tekah disusun oleh LPMP. Isi modul telah mempertimbangkan tingkat kesesuaian dan keseimbangan antara materi, metode, dan alokasi waktu yang tersedia. Diharapkan modul ini dapat digunakan untuk bahan pembelajaran yang dinamis. Kepada semua pihak yang
telah meluangkan waktu dan pikiran sehingga menghasilkan bahan pembelajaran ini, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan. Kami merasa masih perlu penyempurnaan agar bahan pembelajaran ini memenuhi kebutuhan fasilitator dan peserta diklat. Oleh sebab itu tanggapan yang berupa kritik dan saran perbaikan kami harapkan. Yogyakarta, 25 Maret 2008 Tim penulis Yoko Rimy Singgih Trihastuti DAFTAR ISI

Kata iiv Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Pembelajaran 1PENDAHULUANA. Latar 1667788 Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Manfaat Modul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Ruang lingkup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E. Skenario Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F. Metode

910121516

Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . G. Media yang Digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pembelajaran 2 TERODI DAN KONSEP FILOSOFI SAINS DAN TEKNOLOGIA. Landasan Filosofis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Hakikat Sains . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Landasan Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .E. Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pembelajaran 3 KETRAMPILAN PROSES, INQUIRY DAN DISCOVERY LEARNINGA. Pendekatan ketrampilan proses . . . . . . . . . . . . . . B. Inquiry . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .C. Discovery Learning . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E. Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1829323334

iv 374042 Pembelajaran 4PEMBELAJARAN SAINS TERPADUA. Pengertian Sains terpadu . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Peta kompetensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C. Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .D. Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Pustaka .................................

1
Pembelajaran PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGPermen 22 Tahun 2006,
tepatnya terkait dalam standar isi kurikulum, menyatakan bahwa Sains (IPA), termasuk pada kelompok kajian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan kelompok mata pelajaran ilmu yang dimaksudkan untuk:1. mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. 2. memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri, dan 3. menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja. 1 Standar Isi (Permen 22 tahun 2006) tersebut juga menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Standar Isi memuat tujuan mata pelajaran IPA/Sains, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.3. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.4. Mengembangkan pemahaman dan kemampuan IPA untuk menunjang kompetensi produktif. 2 Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan sumber lain. Dalam melaksanakan pembelajaran Sains, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, yaitu:(1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri) (2) Hakekat Sains (3) Inkuiri Sains (4) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas)(5) Pemecahan Masalah(6) Pembelajaran Sains yang bermuatan nilai 3 Pembelajaran Sains diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Permen 22 tahun 2006). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB; SMK/MAK menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses serta

menumbuhkan kembangkan sikap ilmiah. Seperti telah kita ketahui bahwa terdapat berbagai metode dalam pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, penugasan dan latihan, demonstrasi, ekspserimen, diskusi dan sebagainya. Penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu yang menjadi masalah utama dalam pembelajaran Sains adalah strategi pembelajaran apa yang sesuai untuk pembelajaran Sains? 4 Strategi pembelajaran, dimaknai dengan pengertian sebagai berikut. Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Srategi pembelajaran juga berati: seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, misal 1) pemilihan materi, 2) penyaji materi, 3) cara penyajian materi, 4) sasaran penerima.Seperti telah diutarakan di atas, pembelajaran Sains seharusnya melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek konkrit. Hal ini juga berarti bahwa pembelajaran Sains harus berpusat pada anak didik. Namun, sebagaimana telah diungkapkan oleh Supriyono Koes (2003) bahwa kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa fakta dalam pembelajaran Sains, antara lain: (1) metode ceramah merupakan metode yang paling dominan dalam pembelajaran Sains dengan guru sebagai pengendali dan aktif menyempaikan informasi, sedangkan metode-metode lain seperti metode penugasan dan latihan, metode demonstarasi dan metode proyek biasanya diabaikan atau jarang digunakan, (2) guru bertugas menyampaikan isi seluruh isi buku ajar dan (3) teknik inkuiri diabaikan dan jarang digunakan dengan alasan khawatir tidak mampu menghabiskan materi pelajaran. 5 Pembahasan dalam tulisan ini ditekankan pada hakekat Sains, pembelajaran inkuiri, serta keterampilan proses. Karena di samping keterkaitannya dengan esensi Sains, juga karena keterpihakannya secara filosofis. Filsafat inkuiri berimplikasi bahwa guru memandang siswa sebagai orang yang berfikir, beraktivitas dan bertanggungjawab serta termilikinya sikap ilmiah lainnya. B. MANFAATModul pembelajaran ini, akan memberikan manfaat
sebagai berikut: 1. Sebagai informasi hakekat sains2. Sebagai informasi pembelajaran inkuiri3. Sebagai informasi ketrampilan roses sains. C. TUJUAN

Setelah selesai pembahasan materi Filosofi Sains dan Teknologi Pembelajaran Sains, peserta diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi landasan filosofi sains.2. Menjelaskan hakekat sains.3. Mengutarakan teori konstruktivisme.4. Mengklasifikasi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.5. Menjelaskan konsep inkuiri dan Discovery Learning.6. Menjelaskan pengertian pembelajaran sains terpadu.7. 6 Memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan penentuan stategi pembelajaran yang meliputi pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran Sains di Sekolah, disesuaian dengan 1) pemilihan materi, 2) penyaji materi, 3) cara penyajian materi, 4) sasaran penerima. 8. Memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan perancangan strategi pembelajaran Sains di Sekolah dengan menggunakan berbagai

metode pembelajaran. D. RUANG LINGKUP KAJIAN Ruang lingkup pembahasan Filosofi Sain dan Teknologi pembelajaran IPA meliputi hal-hal berikut:1. Landasan Filosofis dan Hakekat Sains 2. Landasan Teori (Karakteristik siswa, Teori konstruktivisme) 3. Keterampilan Proses, Inquiry dan Discovery Learning4. Pembelajaran Sains Terpadu E. SKENARIO PEMBELAJARAN Skenario yang digunakan dalampembelajaran adalah sebagai berikut :1. Pembahasan materi 2. Diskusi kelompok untuk a. 7 Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan penentuan stategi pembelajaran yang meliputi pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran IPA di Sekolah.b. Memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan perancangan strategi pembelajaran IPA di Sekolah dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran IPA.3. Presentasi kelompok F. METODE PEMBELAJARAN Beberapa metode yang
digunakan dalam pembelajaran meliputi :1. Ceramah2. Diskusi3. Tugas kelompok4. Presentasi kelas G. MEDIA PEMBELAJARANMedia yang digunakan dalam pembelajaran ini berupa :1. Power point 2. Bahan diskusi (lembar kegiatan)

2
Pembelajaran TEORI DAN KONSEPFILOSOFI SAINS DAN TEKNOLOGI A. LANDASAN FILOSOFIS Landasan filosofis
pembelajaran Sains adalah filsafat pendidikan progresivisme yang dikembangkan ahliahli pendidikan John Dewey, Kilpatrick, George Counts, dan Harorld Rugg. Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata dan lebih dari itu berbagi pengalaman di antara sebaya. 9 Teknologi pembelajaran berkembang dengan mengambil empat ciri utama yaitu: menerapkan pendekatan sistem, menggunakan sumber belajar seluas mungkin, bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia, serta berorientasi kepada kegiatan instruksional individual (Mukminan, 2003: 12). Berkaitan dengan pernyataan itu maka perlu kita kaji dalam filosifisnya adalah Hakekat Sains, Karakteristik siswa, Teori konstruktivisme, Teori Kognitif, Keterampilan Proses, inkuiri dan Discovery Learning, dan Pembelajaran Sains Terpadu. B. HAKEKAT SAINSSains yang berupa pengetahuan, khususnya fakta atau prinsip yang diperoleh melalui kajian sistematik; sebuah cabang khusus pengetahuan yang berkaitan dengan fakta-fakta atau kebenaran yang diatur secara sistematik. Carl Sagan menyatakan bahwa Sains lebih bermakna sebagai sebuah cara berpikir daripada satu kumpulan pengetahuan. Dalam pembelajaran Sains perlu lebih menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis, dengan metode pembelajaran yang mengarah untuk menggali proses-proses berpikir dalam Sains. Pembelajaran Sains dilakukan seperti

bagaimana Sains itu ditemukan, pembelajaran Sains dilaksanakan melalui sebuah proses yang berbasis pada penyelidikan ilmiah. 10 10 Pembelajaran sains pada prinsipnya mengembangkan tiga ranah kompetensi, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berupa konsep, prinsip, hukum dan teori. Ranah afektif berupa sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkapi rahasia alam. Sedangkan ranah psikomotor merupakan proses ilmiah, baik fisik maupun mental, dalam mencermati fenomena alam. Tiga ranah di atas menggiring ke arah pengertian hakikat sains yang meliputi apa yang dikaji, bagaimana cara memperoleh, dan sikap serta nilai-nilai apa yang terbentuk. Ketiga komponen penting dalam hakikat sains adalah sebagai berikut: (1) sains merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan sistematis, hal ini yang menunjukkan sains sebagai produk; (2) sains diperoleh melalui proses ilmiah. Proses ilmiah berupa langkah-langkah ilmiah yang berdasarkan pada metode ilmiah. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya (Alit Mariana, 2004:10); (3) sains dapat mengembangkan sikap dan nilainilai. Dalam pembelajaran sains diharapkan tumbuh kembang sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam dan sikap ilmiah lainnya. Dalam berproses menemukan pengetahuan individu siswa sebagai subjek belajar, terkembangkan sikap mentalnya untuk memperoleh penjelasan tentang fenomena alam. Seiring dengan kegiatan itu, dalam diri siswa muncul sebagai penampilan nilai-nilai ilmiah. Hal itu akan terbentuk sikap dan nilai-nilai ilmiahnya. 11 Tiga ranah kompetensi yang terkandung pada pelajaran sains ini sangat erat dengan hakikat sains yaitu sains sebagai pengetahuan, sains sebagai proses dan sains sebagai nilai-nilai serta sikap ilmiah. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan dengan cara penilaian kelas, yaitu dilakukan selama proses pembelajaran secara terintegrasi atau tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses dan pada akhir periode. C. LANDASAN PEMBELAJARANLandasan teoritik pembelajaran Sains adalah teori konstruktivisme yang dikembangkan berdasarkan ide dan hasil kerja secara terpisah oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky yang keduanya tertarik pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Teori konstruktivisme tersebut menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturanaturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori ini, guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Guru dapat memberi kempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide sendiri dan siswa menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 12 Menurut Piaget, terdapat empat fase dalam perkembangan kognitif, yaitu: (1) sensori motor (usia 0 2 tahun), (2) pra operasional (2 7 tahun), (3) operasional konkrit (7 11 tahun) dan (4) operasi formal (11 dewasa) yang merupakan tahap final perkembangan kognitif. Menurut teori ini, usia SD (7 12 tahun) merupakan usia dalam fase operasional konkrit dan tahap awal operasi formal. Dalam tahap operasi konkrit,

perkembangan intelektual anak bersifat berpikir konkret, karena daya otak terbatas pada obyek melalui pengamatan langsung. Dalam tahap ini anak dapat mengembangkan operasi mental, seperti menambah dan mengurangi. Anak mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep dan mulai melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. Dalam operasi formal, anak telah mengembangkan kemampuan terlibat dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan situasi hipotesis dan memonitor jalan pikirannya sendiri. Ciri lain berpikir secara formal erat kaitannya dengan operasi matematika, yaitu berpikir secara logika matematika. Pengertian tentang konsep waktu dan ruang telah meningkat secara signifikan. 13 Belajar fisika misalnya, berarti harus mengembangkan cara berpikir abstrak, deduksi, berhipotesa, berpikir luas dan meneluruh menggunakan pengetahuan yang sudah ada, melihat hubungan antar variabel dan berpikir secara terarah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Dalam pembelajaran perlu ditekankan penggunaan berpikir formal sehingga diperoleh konsep formal. Hal ini bukan berarti untuk mempersulit anak belajar Sains, namun melatih anak untuk belajar formal. Dengan konsep yang lebih formal maka akan terbentuk struktur ilmu yang lebih kokoh, terhindar dari penyerapan konsep yang salah dan terbentuk kesetimbangan baru yang lebih tinggi. Dengan demikian akan terbentuk potensi belajar mandiri, mengkuti perkembangan ilmu yang maju dengan pesat.Pemikiran Piaget sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, mestinya ditunjang oleh pemikiran para ahli pengembangan kurikulum. Berkaitan dengan hal tersebut, Piaget telah mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:(1) harus lebih memberikan penekanan terhadap keaktifan siswa dan terbentuknya motivasi intrinsik(2) memberikan pengalaman tidak hanya mempelajari fenomena, tetapi menemukan bagaimana caranya menggunakan pikiran(3) kembangkan kurikulum sehingga memungkinkan terjadinya pengembangan dari berpikir konkret ke berpikir abstrak(4) 14 jangan hanya mengembangkan materi pembeljaran berdasarkan organisasi materi menurut logika tetapi harus juga mempertimbangkan juga strategi pengembangan kognitif (menurut Ausubel, kebermaknaan logika dan kebermaknaan psikologis)(5) kurikulum harus memberi kesempatan kepada anak/siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya(6) menyiapkan pengetahuan yang siap untuk digunakan di samping hanya pengetahuan materi pelajaran. Proses pembelajaran Sains yang sesuai dengan tuntutan di atas, dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan penemuan (discovery), inkuiri, keterampilan proses, pendekatan Salingtemas dan lainnya. Menurut Bruner, bahwa dengan pendekatan tersebut, maka guru dapat mengembangkan intelegensi anak karena mereka dilatih berpikir dalam arti lebih umum. D. RANGKUMAN1. Landasan filosofis pembelajaran Sains adalah filsafat pendidikan progresivisme, yang berpusat pada siswa dan menekankan kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, belajar dunia nyata dan berbagi pengalaman di antara sebaya. 2. 15 Teknologi pembelajaran berkembang dengan menerapkan pendekatan sistem, menggunakan sumber belajar seluas mungkin, bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia, serta berorientasi kepada kegiatan instruksional individual.3. Sains merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan sistematis

(produk), diperoleh melalui proses ilmiah (proses), dan untuk mengembangkan sikap dan nilai-nilai. 4. Sains bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1). Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam; 4) Mengembangkan pemahaman dan kemampuan IPA untuk menunjang kompetensi produktif. E. LATIHANSetelah Anda memahami uraian di atas, cobalah kerjakan latihan di bawah ini! 1. 16 Landasan filosofis pembelajaran Sains adalah filsafat pendidikan progresivisme yang dikembangkan ahli-ahli pendidikan John Dewey, Kilpatrick, George Counts, dan Harorld Rugg. Berilah penjelasan tentang isi landasan filosofis yang mereka kemukakan! 2. Kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik saja, tetapi juga bermodal pada intelektual, sosial dan kepercayaan. Berdasarkan hal tersebut tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan penguasaan sains adalah suatu keharusan. Kurikulum sains (pengetahuan alam) dikembangkan untuk merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, pengetahuan (ilmu) dan teknologi, serta tuntutan reformasi. Dengan memahami pernyataan di atas berilah penjelasan tentang keterkaitannya dengan :a. Hakekat sainsb. Keterampilan proses dasar dan keteramilan proses terpaduc. Teori kontruktivisme 17

3
Pembelajaran KETRAMPILAN PROSES,INQUIRY DAN DISCOVERY LEARNING A. PENDEKATAN
KETRAMPILANPROSES Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilanketerampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Mukminan (2003:2) menyatakan bahwa pendekatan yang sekarang dikenal dengan keterampilan proses dan cara belajar siswa aktif (CBSA) masih belum banyak terwujud, serta pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. 18 18 Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuankemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:138)

memuat ulasan pendekatan keterampilan proses yang diambil dari pendapat Funk (1985) sebagai berikut: (1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan Keterampilan Proses sains memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002:139). Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. 19 19 Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Bila kita kaji lebih lanjut sebagai berikut.1. Observasi 20 20 Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek yang diamati. 2. KlasifikasiSejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. 3. Komunikasi

21 Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual. 21 4. Pengukuran Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran. 5. Prediksi Predeksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan. 6. Inferensi 22 Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.1. Identifikasi variabelKeterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang ikut menentukan perubahan 2. TabulasiKeterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan hubungan antarkomponen (penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia) 3. GrafikKeterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu keadaan.4. Diskripsi hubungan variabelKeterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan perubahan. 5. Perolehan dan proses data Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk meperoleh data. 6. 23 Analisis penyelidikanKeterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip -prinsip dasar. 7. HipotesisKeterampilan merumuskan dugaan sementara.8. Ekperimen Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran. Keterampian proses seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan keterampilan proses yang harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh guru. Pembelajaran sains menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses baik keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi (terpadu) seperti terungkap di atas.

24 Keterampilan memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya pikir dan kreasi. Daya pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan kognitif. Para ahli psikologi pendidikan menemukan bahwa pekembangan kognitif bukan merupakan akumulasi kepingan informasi atau kepingan perubahan informasi yang terpisah, tetapi merupakan pembentukan oleh anak suatu kerangka atau jaringan mental untuk memahami lingkungan. 25 Seperti diuraikan berikut ini bahwa salah satu alternatif teori pembelajaran yang melandasi pendidikan sains adalah Teori Kognitif, tentang model pemrosesan informasi. Iformasi secara terus menerus masuk ke dalam otak manusia melalui indera. Pembelajaran hendaknya membantu siswa melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar. Proses urutan pemrosesan informasi ini diilustrasikan pada diagram sebagai berikut.
tidak
YA

Gambar 1: Urutan Pemrosesan Informasi (adaptasi Muhamad Nur, dkk 1998: 2).Alur

pembelajaran di atas sangat cocok untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sesuai dengan topik yang dibahas. Salah satu alternatif teori pembelajaran yang meladasi pendidikan sains adalah Teori Kognitif. Dari Teori Kognitif itu dapat diungkapkan beberapa hal penting di antaranya tentang model pemrosesan informasi. Indera kita menerima informasi seara terus-menerus masuk ke dalam otak. Dari sekian banyak informasi hampir semuanya terbuang secara cepat. Sebagian informasi itu tersimpan di dalam memori kita dalam waktu yang pendek dan kemudian dilupakan, tetapi ada juga sejumlah informasi diingat lebih lama dan mungkin selama sisa hidup kita. Pendidikan sains, khususnya dalam pembelajaran sains sangat diperlukan alat bantu untuk siswa. Fungsi alat bantu dalam pembelajaran sains ini adalah memperagakan berbagai fenomena alam karena secara alamiah fenomena tersebut dapat berlangsung sangat lama atau sangat cepat, atau memang tidak terobservasi dengan mata telanjang sehingga hanya terobservasi melalui tanda-tandanya saja. 26 Agar siswa dapat membangun abstrasi suatu fenomena alam tersebut dalam struktur kognitifnya, diperlukan objek langsung atau objek tiruan, ataupun sumber belajar lainnya. Yang dimaksud dengan abstrasi adalah metode untuk mendapatkan ketentuan hukum atau pengertian dengan melakukan penyaringan terhadap gejala atau peristiwa sehingga didapatkan hubungan sebab akibat atau pengertian umum yang jelas.Penelitian tentang memori manusia oleh Atkinson dan Shiffin, Bransford et al, Case, Siegler (Muhamad Nur, dkk,1998: 2) telah membantu para ahli teori belajar. Berawal dari itu para ahli teori belajar kognitif telah melahirkan teori pemrosesan informasi dan tentang proses bagaimana informasi itu diingat. Informasi yang akan diingat pertama tama harus sampai pada indera seseorang. Kemudian, diterima dan ditransfer dari register penginderaan ke memori jangka pendek. Selanjutnya, diproses lagi untuk ditransfer ke memori jangka panjang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi yang penting dalam pembelajaran. Pertama, subjek belajar harus menaruh perhatian pada satu informasi bila informai itu harus diingat. Kedua, subjek belajar memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran.

Informasi dapat tersimpan di dalam memori jangka pendek dengan jalan memikirkan tentang informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali. 27 28 Proses mempertahankan suatu butir informasi dalam memori jangka pendek dilakukan dengan cara mengulang-ulang. Salah satu contoh hal itu adalah dengan menghafal. Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal di dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan ditransfer ke memori jangka panjang. Jika tidak terjadi pengulangan, kemungkinan butir informasi itu tidak akan tinggal di memori jangka pendek lebih dari sekitar 30 detik. Karena memori jangka pendek berkapasitas terbatas, maka informasi itu dapat hilang karena terdesak oleh informasi lainnya. Apabila pada pembelajaran sains informasi disampaikan terlalu cepat maka cenderung tidak efektif. Jika informasi-informasi yang disampaikan pada subjek belajar tidak mendapat kesempatan untuk singgah selama kurang lebih 30 detik, maka akan mendorong informasi pertama keluar dari memori jangka pendek mereka. Guru perlu memberikan waktu untuk berpikir ulang, maka akan terjadi kondisi mental mengulang tentang apa yang baru saja dipelajarinya. Kondisi ini membantu siswa untuk memproses informasi dalam memori jangka pendek dan selanjutnya menempatkannya ke dalam memori jangka-panjang. Kerja mental ini penting bagi siswa dalam mempelajari materi baru yang sulit. 28 29 Pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan untuk pembelajaran sains akan sangat baik apabila diciptakan iklim yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinnya belajar pada siswa. Hal ini dapat diciptakan dengan hadirnya multimedia. Dengan adanya multimedia kondisi pengolahan dan atau pemrosesan informasi akan sempurna karena terjadi kerja mental pada diri subjek belajar. Selain itu prinsip pengulanganpun sangat dimungkinkan, yaitu dengan memutar kembali bagian mana yang dikehendaki oleh subjek belajar dari multimedia tersebut. B. INQUIRY 29 Menurut Supriyono Koes H (2003), inkuiri dapat dikatakan sebagai suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Oleh karena Sains merupakan cara berpikir dan bekerja yang setara dengan kumpulan pengetahuan, maka dalam pembelajaran Sains perlu menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis melalui metode inkuiri. Wayne Welch, telah memberikan argumentasi, bahwa teknik-teknik yang diperlukan untuk pembelajaran Sains sama dengan teknik-teknik yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah. Metode-metode yang digunakan oleh para saintis harus menjadi bagian integral dari metode pembelajaran Sains. Metode ilmiah dapat dianggap sebagai proses inkuiri. Dengan demikian inkuiri seharusnya menjadi roh pembelajaran Sains.Welch telah mengidentifikasi lima sifat pembelajaran inkuiri, yaitu:a. Pengamatan; Sains diawali dengan pengamatan materi atau gejala. Pengamatan merupakan langkah awal dalam proses inkuiri.b. Pengukuran; Dalam Sains diperlukan deskripsi kuantitatif suatu objek dan gejala melalui pengukuran.c. Eksperimentasi; Eksperimen melibatkan pertanyaan-pertanyaan, pengamatan-pengamatan dan pengukuran. Eksperimen merupakan landasan Sains yang dirancang untuk menguji pertanyaan-pertanyaan dan ide-

ide.d. Komunikasi; Komunikasi merupakan bagian yang esensial dari proses inkuiri. e. Proses-proses mentalWelch mendeskripsikan beberapa proses berpikir yang merupakan bagian integral dari inkuiri ilmiah, yaitu: penalaran induktif, merumuskan hipotesis dan teori, penalaran deduktif, analogi, ekstrapolasi, sintesis dan evaluasi. 30 31 Terdapat beberapa model inkuiri, yaitu: inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Sebagai contoh, seorang guru yang membawa siswanya keluar kelas dan meminta mereka untuk menentukan titik api sebuah lensa cembung merupakan aktivitas yang melibatkan siswa untuk melakukan inkuiri induktif terbimbing. Inkuiri induktif terbimbing merupakan bentuk pembelajaran yang berpusat pada guru. Sebaliknya, inkuiri induktif tak terbimbing merupakan inkuiri yang berpusat pada siswa. Metode ini memungkinkan siswa memilih gejala dan metode penyelidikan. Dalam bentuk inkuiri induktif, siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran tentang konsep dan gejala Sains melalui pengamatan, pengukuran dan pengumpulan data untuk menarik kesimpulan. Dalam inkuiri deduktif, siswa mengawali belajarnya melalui topik yang besar, kesimpulan, atau konsep umum dan bergerak menuju ke asus-kasus khusus. Memecahkan masalah merupakan bentuk lain pembelajaran inkuiri. Guru yang menerapkan metode pemecahan masalah akan menggunakan perspektif bahwa siswasiswa akan mengusulkan penyelesaian masalah dan mengajukan rekomendasi ke arah apa yang harus dikerjakan agar terjadi perubahan, peningkatan, pembetulan, pencegahan atau situasi yang lebih baik. 31 Dalam pembelajaran Sains, guru diharapkan memiliki filosofi inkuiri, sehingga akan lebih berperilaku sebagai fasilitator pembelajaran, sedangkan siswa ditempatkan sebagai pusat pembelajaran. Oleh arena itu inkuiri merupakan filosofi utama dalam proses pembelajaran sains. Namun demikian, dalam pembelajaran Sains perlu juga digunakan metode pembelajaran lainnya. C. DISCOVERY LEARNING 32 J. Bruner telah mengembangkan belajar penemuan (discovery learning) yang berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip. Menurut Carin (1985), discovery merupakan suatu proses di mana anak atau individu mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental itu melibatkan perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah).Discovery learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) pengetahuan ang diperoleh dapat bertahan lebih lama dalam ingatan, atau lebih mudah diingat, dibandingkan dengan cara-cara lain, (2) dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi

informasi untuk memecahkan permasalahan, (3) dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi sisa untuk bekerja terus sampai mereka menemukan jawabannya. C. RANGKUMAN1. Pembelajaran Sains dilandasi teori kognitif, dengan pembelajaran Inquiry dan discovery learning .2. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, menyatakan siswa dalam pembelajaran harus menemukan sendiri dan mentrasformasikannya. 3. Keterampilan proses merupakan model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) menyebutkan dua ketrampilanproses yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). 33 D. LATIHANSetelah Anda memahami uraian di atas, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!1. Salah satu alternatif teori pembelajaran yang meladasi pendidikan sains adalah Teori Kognitif. Dari Teori Kognitif itu dapat diungkapkan beberapa hal penting di antaranya tentang model pemrosesan informasi. Beri penjelasan disertai bagannya! Dan bagaimana saran Anda apabila tentang tentang model pemrosesan informasi tersebut diaplikasikan pada penentuan stategi pembelajaran yang meliputi pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran Sains di Sekolah, disesuaian dengan 1) pemilihan materi, 2) penyaji materi, 3) cara penyajian materi, 4) sasaran penerima. 2. Teori konstruktivisme yang dikembangkan berdasarkan ide dan hasil kerja secara terpisah oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky yang keduanya tertarik pada pertumbuhan dan perkemban gan anak. Bahwa:Siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagaimana tanggapan Anda sebagai guru menyikapi pernyataan tersebut! 34 3. Inkuiri merupakan suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Model inkuiri dapat diklasifikasikan menjadi 1) inkuiri induktif terbimbing , 2) tak terbimbing, 3) inkuiri deduktif dan 4) pemecahan masalah. Beri penjelasan tentang tanggapan terhadap pernyataan tersebut. 4. J. Bruner mengembangkan belajar penemuan (discovery learning) berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Beri gambaran kegiatan subjek belajar dalam mengaplikasikan belajar penemuan tersebut. 35

4
Pembelajaran PEMBELAJARAN SAINS TERPADU A. PENGERTIAN SAINS PERPADUSains yang
terdiri atas Fisika, Kimia, Biologi dan Ilmu bumi sekilas kelihatan sangat berbeda satu

dengan lainnya. Secara historis, cabang-cabang Sains telah disajikan sebagai satu kesatuan yang diskrit dan masing-masing terpisah-pisah menurut realismenya sendirisendiri. Perkembangan selanjutnya ternyata banyak kerja penting dan menakjubkan. Sains saat ini berada pada batas di mana beberapa cabang Sains bertemu sehingga hasil kerja tersebut sudah tidak jelas lagi apakah murni Fisika, Biologi, Kima atau Geologi. Dari sifat materi yang dipadukan, sekurang-kurangnya terdapat dua macam bentuk implementasi pembelajaran Sains terpadu, yaitu: 1. Pembelajaran Sains terpadu intra disiplin ilmu, jika materi yang dipadukan adalah materi-materi seperti: pokok bahasan, konsep, keterampilan, atau nilai-nilai dalam satu disiplin ilmu (misalnya dalam biologi).2. 36 Pembelajaran Sains terpadu antar disiplin ilmu, jika materi yang dipadukan adalah konsep atau pokok bahasan suatu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain. Pembelajaran Sains terpadu jenis ini dapat terjadi antara Fisika dan Kimia, atau Biologi dan Kimia, Fisika dan Kimia, atau Fisika, Kimia dan Biologi sekaligus. B. PETA KOMPETENSI C. RANGKUMAN 1. Pembelajaran Sains terpadu dibedakan antara sains terpadu intra disiplin ilmu, dan inter disiplin ilmu.2. Pengembangan pembelajaran dengan menggunakan peta kompetensi yang disusun berdasar hirarkhis keterkaitan kompetensi. D. LATIHAN Setelah Anda memahami uraian di atas, cobalah kerjakan latihan di bawah ini!5. 35 Secara historis, cabang-cabang Sains telah disajikan sebagai satu kesatuan yang diskrit dan masing-masing terpisah-pisah menurut realismenya sendiri-sendiri. Dalam perkembangannya, ternyata banyak kerja yang penting dan menakjubkan dalam Sains saat ini berada pada batas di mana beberapa cabang Sains bertemu sehingga hasil kerja tersebut sudah tidak jelas lagi apakah murni fisika, biologi, kima atau geologi. Dari sifat materi yang dipadukan, sekurang-kurangnya terdapat dua macam bentuk implementasi pembelajaran Sains terpadu, yaitu: Pembelajaran Sains terpadu intra disiplin ilmu dan Pembelajaran Sains terpadu antar disiplin ilmu, jelaskan pengertian dua pengertian pembelajaran sains terpadu tersebut http://lpmpjogja.diknas.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=234&Itemid=112

Anda mungkin juga menyukai