Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
NOVITA ANGGRAENI
NPM : 2388203P002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
Jl. Hasan Kepala Ratu No.1052, Sindang Sari, Kotabumi Lampung Utara
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita Rasulullah Muhammad SAW,
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Teknologi Pendidikan” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kotabumi, 27 Desember 2023

Penyusun

Novita Anggraeni
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teknologi pendidikan muncul menjadi isu seiring dengan perkembangan kehidupan
manusia dan kebutuhan akan pendidikan dan pembelajaran. Awalnya Teknologi Pendidikan
dianggap sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas belajar (manusia)
melalui penelusuran , pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh
sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan seluruh proses ini (AECT 1972).

Dan pada akhirnya diartikan sebagai studi dan praktek etis dalam memfasilitasi proses
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan mencipatakan, menggunakan, dan mengatur
proses teknologi dan sumber daya yang cocok (AECT, 2004).

Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu budaya,
makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih
banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu. Sebenarnya 25 tahun yang lalu
Menteri Pendidikan Daoed Joesoef telah menyatakan bahwa Teknologi diterapkan di semua
bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya
beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional
berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang penididikan”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan Masalah dalam Makalah ini anatara lain :
1). Apa Pengertian Teknologi Pendidikan ?
2). Bagaimana Landasan Teknologi Pendidikan ?
3). Apa itu Falsafah Teknologi Pendidikan ?
4). Bagaimana Visi, Misi, dan Tujuan Teknologi Pendidikan ?
5). Apa itu Konsep Teknologi Pendidikan ?
6). Bagaimana Kawasan Teknologi Pendidikan ?
1.3 TUJUAN
Tujuan Makalah ini disusun untuk :
1). Untuk mengetahui tentang Pengertian Teknologi Pendidikan
2). Untuk mengetahui tentang Landasan Teknologi Pendidikan
3). Untuk mengetahui tentang Falsafah Teknologi Pendidikan
4). Untuk mengetahui tentang Visi, Misi, dan Tujuan Teknologi Pendidikan
5). Untuk mengetahui tentang Konsep Teknologi Pendidikan
6). Untuk mengetahui tentang Kawasan Teknologi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENGENAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN


2.1.1 Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengeva-luasi, dan mengelola
pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Teknologi
pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi
langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan
dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi. Masing-
masing sudut pandang memiliki syarat-syarat tersendiri dan teknologi pendidikan
sudah memenuhi seluruh persyaratan ditinjau dari ketiga visi tadi.

Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan oleh


kawasan dan bidang garapan. Bidang garapan mengembangkan, menerapkan,
membuktikan dan memperbaiki teori berdasarkan masukan dari lapangan.

Teknologi pendidikan dalam arti sempit dapat merupakan media pendidikan


yaitu hasil teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil guna, efisien
dan efektif. Teknologi dalam arti luas menurut Association for Educational
Communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan terpadu
yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.

Dari pengertian Teknologi Pembelajaran tersebut dapat dipahami bahwa ruang


lingkupnya sangat luas, mencakup semua faktor yang terkait dan terlibat dalam proses
pendidikan.

(Sumber Pengertian Teknologi Pendidikan : Siyamta,MT. – Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garap
Menurut AECT 1994 – “PENDAHULUAN” | ITB)
2.1.2 Landasan Teknologi Pendidikan
2.1.2.1 Landasan filosofis teknologi pendidikan
Landasan falsafah penelitian teknologi pendidikan terdiri atas 3
komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso.
Ada 3 jenis komponen dalam teknologi pendidikan yaitu ontology
(merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan
sebagai ilmu maka bidang kajiannya apa), epistemology (pendekatan
yang digunakan dalam suatu ilmu itu bagaimana), dan aksiology
(menelaah tentang nilai guna baik secara umum maupun secara khusus,
baik secara kasat mata atau secara abstrak). Kurikulum teknologi
berorientasi ke masa depan yang memandang teknologi sebagai dunia
yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu dalam
pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku lahirnya atau
eksternal dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah
yang secara kharakteristik menuju ke arah komputerisasi program
pengajaran yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip Gybeructis. Dalam
proses belajar mengajar, model teknologi pendidikan lebih menitik
beratkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran
sesuai ketingkatan kesiapan sehingga siswa mampu menunjukan
perilaku tertentu yang diharapkan. Manfaat yang sangat besar dari
model kerikulum teknologi ini adalah materi pelajaran dapat disajikan
kepada siswa dalam berbagai bentuk multimedia, para siswa menerima
pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa
lebih yakin dalam menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran
lebih hidup, lebih realitis serta lebih impresif.

2.1.2.2 Landasan psikologi teknologi pendidikan


Dalam pandangan modern, belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dianggap
melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni
terjadinya perubahan tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu. Pola tingkah laku tersebut meliputi aspek rohani dan jasmani.
Menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan dan
menyangkut sikap nilai. Siswa yang belajar dipandang sebagai
organisme yang hidup sebagai satu keseluruhan yang bulat. Ia bersifat
aktif dan senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya,
memerima, menolak, mencari sendiri dapat pula mengubah
lingkungannya. Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam
kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran
selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta
didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar
selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil
belajar dengan kebutuhan belajar. Menurut Lumsdaine (dalam Miarso
2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam
perkembangan teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi
belajar, sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009)
berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan
ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan untuk
menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara
sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri.
Sedangkan Harless (1968) menyebutnya dengan ―front-end analysis‖,
sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya ―performance
problem analysis‖. Dan Romizwoski (1986) mengistilahkan kegitan
tersebut sebagai ―performance technology‖. Belajar berkaitan dengan
perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu
diperoleh, kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar,
lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan
fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Untuk
itu, Malcolm Warren (1978) mengungkapkan bahwa diperlukan
teknologi untuk mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai
sumber manusiawi. Romizowski (1986) menyebutnya dengan
―Human resources management technology‖. Penanganan berbagai
pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian terhadap pengembangan
program belajar dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
memerlukan satu teknik tertentu yang dapat mengkoordinir dan
mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian masing-
masing.

2.1.2.3 Landasan sosiologis teknologi pendidikan


Peranan teknologi dalam belajar yang dirancang sebagai tujuan
pengajaran yang lebih efektif dan ekonomis merupakan peranan
komunikasi yang sangat penting sebab hakikat teknologi pengajaran
adalah upaya mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan
pendidikan. Oleh sebab itu landasan sosial teknologi pengajaran ada
pada komunikasi insani.

Seorang ahli komunikasi dari Amerika Wilbur schramm


menjabarkan pengertian ilmu komunikasi itu kedalam 3 kategori pokok
dengan berbagai istilah yaitu : Encoder yaitu komunikasi, guru
mempunyai informasi tertentu dan benar, kecepatan yang optimal dan
sampai pada penerima informasi yaitu para siswa. Signal yaitu pesan,
berita pernyataan yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang
atau kelompok orang penerima pesan itu yang dilukiskan dalam bentuk
gerak tangan, mimic, wajah, gambaran, foto, grafik, peta, diagram dll.
Decodes yaitu komunikasi yang dalam konteks pendidikan adalah
siswa yang menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesan yang
diterimanya.

2.1.2.3 Landasan religius teknologi pendidikan


Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada landasan
keagamaan, seorang guru diharapkan bisa mengubah moral peserta
didiknya, agar dalam pembelajaran nantinya bisa berjalan sesuai yang
diharapkan. Maka disini seorang guru, ketika ada seorang peserta
didiknya yang tidak memahami apa yang disampaikan, guru dapat
menggunakan teknik atau cara pembelajaran lain dengan tanpa
mempersulit caranya tersebut agar pemahaman peserta didiknya tidak
menyimpang, yang nantinya dapat mempengaruhi moral peserta
didiknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur‘an.
Dari penjelasan tersebut sudahlah jelas bahwa dalam proses
pembelajaran, agama sendiri tidak mempersulit tentang cara yang akan
dipakai oleh seorang guru dalam penyampaian pelajarannya.

Selain itu, pesan yang disampaikan lewat interaksi antara guru


dan peserta didiknya harus bisa mengimbangi keadaan peserta
didiknya, sehingga bisa diterima materinya. Dengan kata lain guru
harus bisa mengajarkan materinya sesuai dengan ukuran akal peserta
didiknya sehingga mampu diserap dan diamalkan apa yang
disampaikannya.

2.1.3 Peran dan Ruang Lingkup Teknologi Pendidikan


2.1.3.1 Peran Teknologi
Teknologi pendidikan sangat bermanfaat bagi manusia dalam
pendidikan. Dalam teknologi pendidikan akan melibatkan prosedur,
ide, peralatan dan organisme untuk menganalisis masalah pendidikan
mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola
pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran
dalam pendidikan.

Teknologi secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan


sebagai berikut :

 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


verbalis (tertulis dan lisan).
 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
 Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat
dan variasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik
kurikulum dan materi pendidikan.

2.1.3.2 Ruang Lingkup Teknologi


Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, teknologi
pendidikan merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian sistem
teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
belajar manusia, dengan demikian aspek-aspeknya meliputi
pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penilaian, perangkat dan
peralatan teknis atau hardware dan perangkat lunak software.

Aspek-aspek tersebut difungsikan untuk mendesign,


melaksanakan penilaian pendidikan dengan pendekatan yang
sistematis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ruang lingkup
teknologi pendidikan sangat luas yaitu mencakup semua faktor yang
terkait dan terlibat dalam proses pendidikan, faktor-faktor itu adalah
orang, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi.

2.1.4 Aplikasi Teknologi Pendidikan


Hasil penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat bantu
sangat membantu aktivitas proses belajar mengajar di kelas, terutama peningkatan
prestasi belajar siswa atau mahasiswa. Keterbatasan media teknologi pendidikan
disatu pihak dan lemahnya kemampuan dosen atau guru menciptakan media tersebut
di sisi lain membuat penerapan metode ceramah makin menjamur. Kondisi ini jauh
dari menguntungkan. Terbatasnya alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai di kelas
diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu studi pelajar atau masyarakat pada
umumnya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi
komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat dan untuk selanjutnya
berpengaruh terhadap pola komunikasi dimasyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi
komunikasi seperti satelit, TV, radio, video-tapedan komputer memberi arti tersendiri
bagi proses komunikasi antar manusia. Seperti halnya teknologi pada umumnya,
teknologi komunikasi tidak mengenal batas-batas wilayah, ideologi, agama, dan suku
bangsa, teknologi telah mengurangi secara drastis jarak dalam waktu dan ruang.

Aplikasi teknologi pendidikan sangat relevan bagi pengelolaan pendidikan


pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya. Aplikasi yang
dimaksud yaitu:

 Teknologi pendidikan memungkinkan adanya perubahan kurikulum


baik strategi, pengembangan maupun aplikasinya. Teknologi
pendidikan mempunyai fungsi luas, tidak hanya terbatas pada
kebutuhan kegiatan belajar mengajar di kelas melainkan dapat
berfungsi sebagai masukan bagi pembinaan dan pengembangan
kurikulum yang dikaji secara ilmiah, logis, sistematis dan rasional
sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Teknologi pendidikan menghilangkan kalaupun tidak secara
keseluruhan pola pengajaran tradisional. Ia berperan penuh dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, meskipun sebenarnya dia tidak
dapat menggantikan posisi guru secara mutlak. Guru mempunyai
kemampuan yang terbatas dan dengan teknologi pendidikan pulalah
keterbatasan itu tertolong.
 Teknologi pendidikan membuat pengertian kegiatan belajar menjadi
luas, lebih dari hanya sekedar interaksi guru dengan murid di dalam
ruang dan waktu yang sangat terbatas. Teknologi pendidikan dapat
dianggap sebagai sumber belajar dan biasanya memberikan rangsangan
positif dalam proses pendidikan.
 Aplikasi teknologi pendidikan dapat membuat peranan guru berkurang,
meskipun teknologi pendidikan tidak mampu menggantikan guru
secara penuh. Teknologi pendidikan adalah teknologi pendidikan dan
guru adalah guru.
 Meskipun demikian bagi guru dan murid, teknologi pendidikan
memberikan sumbangan yang sangat positif.

2.1.5 Analisis Teknologi Pendidikan


Teknologi pendidikan merupakan suatu cara mengajar dengan menggunakan
skill atau keahlian yang dimiliki oleh seorang guru agar dalam proses pembelajaran
bisa diterima oleh para peserta didiknya sehingga bisa mencapai pada tujuan
pendidikan itu sendiri. Jadi sebenarnya teknologi pendidikan itu tidak seperti halnya
yang kita ketahui tentang teknologi pada umumnya yang ada kaitannya dengan
masalah-masalah permesinan atau yang lainnya, tetapi dalam masalah teknologi
pendidikan itu bisa dikaitkan dengan sebuah cara atau strategi yang dimiliki seorang
guru dalam proses pembelajaran baik itu menggunakan media yang ada dalam kelas
atau ataupun cara lain agar dalam pembelajaran menjadi mudah diserap oleh para
peserta didiknya..

(Sumber Landasan, Ruang lingkup, Aplikasi, & Analisis Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP –
Pengantar Teknologi Pendidikan – “PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | UNP)
2.2 FALSAFAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan istilah “falsafah” disini adalah rangkaian pernyataan yang
didasarkan pada keyakinan, konsepsi, dan sikap seseorang, yang menunjukkan arah atau
tujuan diambilnya. Rumusan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ely, dimana
seseorang memberikan arti atas suatu gejala seobjektif mungkin. Usaha memberikan arti itu
dalam tulisan ini didasarkan oleh pengalaman empirik atas sejumlah data yang diamati,
merupakan generalisasi dari berbagai gagasan yang berkaitan dengan rujukan tertentu.

Januszewski (2008:1) menyatakan bahwa: Educational technology is the study and


ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and
managing appropriate technological processes and resources. (Teknologi pendidikan adalah
studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui
penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi). Sementara itu,
Miarso (2009:240) menyatakan ―Teknologi Pendidikan dapat diartikan suatu bidang yang
berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha sistematik dalam
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan berbagai sumber belajar
serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan Teknologi Pendidikan adalah studi
dan etika prektek yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan
pengaturan proses dan sumber daya teknologi dalam rangka untuk memecahkan masalah
belajar manusia.

Semua bentuk teknologi adalah system yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu
tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan
usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.
Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya akan sarat dengan
aturan nilai dan estetika. Teknologi merupakan suatu bidang yang tak terpisahkan dengan
ilmu pengetahuan, seperti misalnya teknologi pertanian, teknologi kesehatan, teknologi
komunikasi, dan tentunya juga teknologi pendidikan.
Setiap teknologi, tak terkecuali teknologi pendidikan, merupakan proses untuk
menghasilkan nilai tambah, sebagai produk atau piranti untuk dapat digunakan dalam aneka
keperluan, dan sebagai sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berkaitan
untuk suatu tujuan tertentu.

Berbicara tentang landasan falsafah teknologi pendidikan, maka kita tidak bisa lepas
dari filsafat pendidikan karena teknologi pendidikdn merupakan bagian dari teknologi
pendidikan. Adapun filsafat yang dikembangkan akhir-akhir ini, dipengaruhi oleh filsafat
analitik sehingga disiplin ilmu pendidikan dalam konteks dasar-dasar pendidikan
(foundations of educations) dihubungkan dengan bagian-bagian lain dalam disiplin ilmu
pendidikan,yaitu sejarah pendidikan, psikologi pendidikan, dan sosiologi.

Ada beberapa aliran filsafat yang begitu mempengaruhi filsafat pendidikan sampai
saat ini, yakni:

 Filsafat analitik, menganalisis serta menguraikan istilsh-istilah dan konsep-


konsep pendidikan seperti pembelajaran (learning), kemampuan (ability),
pendidikan (education), dan sebagainya.
 Progresivisme,berpendapat bahwa pendidikan bukan sekedar mentransfer
pengetahuan kepada anak didik, melainkan melatih kemampuan dan
ketrampilan berpikir dengan memberikan rangsangan yang tepat.
 Eksistensialisme, menyatakan bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan
bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana menanggulangi
masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar dapat mengalami secara
penuh eksistensi mereka.
 Rekonstruksionisme, terutama merupakan reformasi sosial yang menghendaki
renaisans sivilasi modern. Para pendidik rekonstruksionisme melihat bahwa
pendidikan dan reformasi sosial sesungguhnya sama.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa implikasi meluasnya


cakrawala manusia dalam berbagai bidang pengetahuan sehingga setiapgenerasi penerus
harus belajar lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan perkembangan
zaman. Untuk itu dirasakan perlunya sistem baru dalam mengkomunikasikan segala macam
pengetahuan dan pesan, baik secara verbal maupun non verbal.
(Sumber Falsafah Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan – “FALSAFAH TP
VISI, MISI, & TUJUAN TP” | UNP)

2.3 VISI, MISI, dan TUJUAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


2.3.1 Visi Teknologi Pendidikan
Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan
dikembangkan dan dimanfaatkannya aneka proses dan sumber belajar sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan. Sebagai pusat pengembangan iptek pendidikan dan pusat
penyiapan teknolog pendidikan/pembelajaran serta pendidik dan tenaga kependidikan
yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan multimedia.

2.3.2 Misi Teknologi Pendidikan


 Dilakukannya pendekatan integratif dengan semua kegiatan pembangunan
dibidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.
 Tersedianya tenaga ahli untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan.
 Diusahakannya pertambahan nilai sosial ekonomi.
 Dihindari adanya gejolak negatif.
 Dikembangkannya pola dan sistem yang memungkinkan keterlibatan
jumlah sasaran maksimal,perluasan pelayanan,dan desentalisasi kegiatan.
 Dihasilkannya inovasi sistem pembelajaran yang efektif.
 Menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk menghasilkan teknolog
pendidikan/pembelajaran, pendidik,dan tenaga kependidikan yang
mengusai TIK dan multimedia, unggul dan memiliki daya saing yang
tinggi.
 Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi
pendidikan/pembelajaran untuk menghasilkan karya akademik yang
unggul dan menjadi rujukan.
 Menerapkan berbagai hasil karya dalam bidang teknologi
pendidikan/pembelajaran untuk memberdayakan masyarakat.

2.3.3 Tujuan Teknologi Pendidikan


 Menghasilkan teknolog pendidikan/pembelajaran yang mampu merancang,
mengembangkan, memanfaatkan dan mengelola serta mengevaluasi
program, proses dan produk pendidikan/pembelajaran dan pelatihan.
 Menghasilkan tenaga pendidik yang mengusai teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dan multimedia dijenjang pendidikan dasar dan
menengah.
 Menghasilkan tenaga kependidikan sebagai pengembang
kurikulum,pengelola atau teknisi sumber belajar termasuk perpustakaan
sekolah,dan tenaga administratif yang menguasai teknologi informasai dan
komunikasi.
 Menghasilkan karya akademik melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan dalam bidang teknologi pendidikan/pembelajaran.
 Memberdayakan masyarakat melalui penerapan berbagai hasil karya
tenologi pendidikan/pembelajaran.

(Sumber Falsafah Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan – “FALSAFAH TP
VISI, MISI, & TUJUAN TP” | UNP)

2.4 KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN


2.4.1 Teori Konsep Teknologi Pendidikan
Definisi awal Teknologi Pendidikan adalah komunikasi audiovisual. Ely
(1963) mengemukakan “Audiovisual communication is that branch of educational
theory and practice primarily concerned with the design and use of messages, which
control the learning process.” Audiovisual adalah cabang teori pendidikan dan praktik
utama terfokus dengan perancangan dan penggunaan pesan, dimana mengatur proses
pembelajaran. Konsep ini umumnya memandang Teknologi Pendidikan sebagai
sinonim dengan pengajaran dan komunikasi audiovisual. Dari AECT Komite Definisi
(1972) “Educational Technology is a field involved in the facilitation of human
learning through the systematic identification, development, organization, and
utilization of learning resources and through the management of these processes”
(AECT 1972).

Teknologi pendidikan adalah bidang garapan yang dilibatkan dalam


memfasilitas belajar manusia melalui indentifikasi sistematis, pengembangan,
oraganiasai dan penggunaan sumber belajar dan melalui manajemen dalam prosesnya.
Mitchele (1972) menjelaskan Teknologi pendidikan “suatu studi praktek tentang
(dalam hal pendidikan) dengan semua aspek organisasi dan potensinya untuk diikuti
hasil pendidikan” (Luppicini, R. 2005). Selanjuutnya rumusan pada tahun 1977
Educational technology is a complex and integrated process, involving people,
procedures, ideas, devices, and organization for analyzing problems and devising,
implementing, evaluating, and managing solutions to those problems, involved in all
aspects of human learning (AECT 1977, Luppicini, R. 2005 ).

Teknologi Pendidikan adalah proses yang rumit dan terpadu, melibatkan


orang, prosedur, peralatan, dan organisasi untuk megnanalisis dan mengolah masalah,
kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemeahan masalah pada situasi
dimana proses belajar terarah dan terpantau.

Tahun 1994 AECT mengeluarkan definisi lagi yang ditulis oleh Seels dan
Richey dalam buku Instructional technology: The definition and domains of the field.
Menyebutkan “instructional technology is the thory and practice of design,
development, utilization, management, and evaluastion of process and resources for
learning”. Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dari perancangan
pengembangan, pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada proses dan sumber untuk
belajar.

Definisi terbaru pada tahun 2004 dikeluarkan lagi oleh AECT Instructional
Technology yaitu “the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources” (AECT, 2004). Konsep definisi versi AECT 2004, bahwa
Teknologi Pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi
yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran
(agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja. Definisi pada tahun
2008 juga masih sama yang dikeluarkan oleh AECT pada tahun 2004 yang
dikemukakan oleh Januszewski, & M. Molenda pada buku Definition. In A.
Januszewski, & M. Molenda (Eds.), Educational Technology: A Definition with
Commentary.
Konsep teknologi pendidikan telah berkembang sepanjang bidang dimiliki,
dan mereka terus berkembang. Dalam konsep hari ini, Teknologi Pendidikan dapat
didefinisikan sebagai suatu konsep abstrak atau sebagai bidang praktik atau garapan.

(Sumber Konsep Teknologi Pendidikan : Siyamta, MT. – Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garap Menurut
AECT 1994 – “KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | ITB)

2.4.2 Perkembangan Kerangka Konsep Teknologi Pendidikan


Istilah teknologi berasal dari kata textere (bahasa latin) yang artinya “to weave
or construct”, menenun atau membangun. Teknologi tidak selamanya harus
menggunakan mesin sebagaimana terbayangkan dalam pikiran kita selama ini, akan
tetapi merujuk pada setiap kegaiatan praktis yang menggunakan ilmu atau
pengetahuan tertentu. Bahkan disbeutkan bahwa teknologi itu merupakan usaha untuk
memecahkan masalah manusia (Salisbury, 2002). Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Romiszoewski (1981, h.11) menyebutkan bahwa teknologi berkaitan dengan
produk dan proses. Sedangkan Roger ( 1986, h.1) mempunyai pandangan bahwa
teknologi biasanya menyangkut aspek perangkat keras (terdiri dari material atau objek
fisik), dan aspek perangkat lunak (terdiri dari informasi tang terkandung dalam
perangkat keras). Didasarkan atas pemahaman-pemahaman tersebut secara gamblang
Salisbury (2002, 7) mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu atau
pengetahuan yang terorganisir secara sistematis untuk penyelesaian tugas-tugas secara
praktis.

Penggunaan istilah teknologi dalam pendidikan tidak terlepas dari kajian Finn
( 960) pada seminar tentang peran teknologi dalam masyarakat, dengan judul
makalahnya “Technology and the Intructional Procsess”. Melalui makalahnya dikaji
antara hubungan teknologi dengan pendidikan. Argument utama yang
disampaikannya didasarkan atas gejala pemanfaatan teknologi dalam kehidupan
masyarakat yang memiliki kemiripandengan kondisi yang terdapat dalam pendidikan.
Oleh karena itu, penggunaan istilah teknologi yang digandengkan dengan pendidikan
merupakan suatu hal yang tepat dan wajar.
Lumsdaine (1964) dalam Romiszoswki (1981 :12) menyebutkan bahwa
penggunaan istilah teknologi pada pendidikan memiliki keterkaitan dengan konsep
produk dan proses. Konsep produk berkaitan dengan perangkat keras atau hasilhasil
produksi yang dimanfaatkan dalam proses pengajaran. Pada tahapan yang sederhana
jenis teknologi yang digunakan adalah papan tulis, bagan objek nyata, dan model-
model sederhana. Pada tahapan teknologi menengah digunakannya OHP, slide, film
proyeksi, peralatan elektronik yang sederhana untuk pengajaran, dan peralatan
proyeksi (LCD). Sedangkan tahapan teknologi yang tinggi berkiatan dengan
penggunaan paket-paket yang kompleks seperti belajar jarak jauh yang menggunakan
radio, televise, modul, computer assisted instruction, serta pengajaran atau stimulasi
yang komplek, sistem informasi dial acces melalui telepon dan sebagainya.
Penggunaan perangkat keras ini sejalan dengan perkembangan produk industry dan
perkembangan masyarakat, seperti e-learning yang memanfaatkan jaringan internet
untuk kegiatan pembelajaran.konsep proses atau perangkat lunak, dipusatkan pada
pengembangan substansi pengalaman belajar yang disusun dan diorganisir dengan
menerapkan pendekatan ilmu untuk kepentingan penyelenggaraan program
pembelajaran. Pengembangan pengalaman belajar ini diusahakan secara sistematik
dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Konsep proses dan
konsep produk pada hakekatnay tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pemberian pengalaman belajar optimal kepada peserta didik. Pengembangan program
belajar diawali dengan analisis tingkah laku (tingkah laku yang perlu dipelajari dan
keadaan tingkah laku belajar peserta didik) yang perlu dikuasai peserta didik dalam
proses belajar dan pelahiran tingkah laku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tahapan analisis tingkah laku ilmu atau sejumlah pengetahuan untuk mengungkap
kemampuan yang harus dimiliki calon peserta didik, disamping kemampuan yang
harus diinginkannya untuk memperoleh kemamapuan hasil belajar. Romiszwoski
(1986 : 15-17) memasukkan kegiatan tersebut kedalam istilah “behavioral
technology”. Selanjutnya, kemampuan-kemampuan hasil analisis dikembangkan ke
dalam pengembangan program pembelajaran yang terpilih, atau tahapan “instructional
rechnology”. Konsep dan prinsip teknologi pembelajaran kemudian diperkaya oleh
ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner (1966), dan Gagne (1974), ahli Cybernetic
seperti Landa (1976), dan Horn (1969) serta lembagalembaga pendidikan pendidikan
yang memiliki ketertarikan atas pengembangan program pembelajaran. Walaupun
teknologi pembelajaran termasuk masih premature, akan tetapi usaha
pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, sampai kepada hal-hal
mikro dalam tahapan tingkah laku belajar peserta didik.

Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan pada hakekatnya


mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan peserta didik untuk dapat
menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk
memcahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang
program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik
menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilkaukan analisis umpan balik untuk melihat
kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.

2.4.2 Sejarah Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan


Didasarkan atas pendekatan historik, Januszewski (2001: 2-15)
mengungkapkan bahwa tahap awal sebagai pengantar kearah pengembangan konsep
dan istilah teknologi pendidikan dilandasi dan dipertajam oleh tiga faktor berikut :
pertama, engineering (Bern, 1961 : Szabo, 1968); kedua, science (Finn, 1953;Ely,
1970; Jorgenson, 1981; Saettler, 1990; Shorck, 1990), dan ketiga, the development of
the Audio Visual education movement (Ely, 1963; Ely 1970; Jogerson, 1981; Saettler,
1990; Shrock, 1990). Dari hasil kajiannya menunjukkan bahwa teknologi pendidikan
memiliki keterkaitan dan saling keterrgantungan dengan ketiga faktor tersebut
(engineering science dan audiovisual education).

Dalam kaitannya dengan engineering pengkajian diawali dari makna


engineering yang menggambarkan kegiatan riset dan pengembangan serta usaha
menghasilkan teknologi untuk digunakan secara praktis, yang kebanyakan terdapat di
bidang industry. Saettler (1990) menyatakan bahwa Franklin Bobbit dan W.W.
Charters menjadi perintis penggunaan istilah “educational engineering” pada tahun
1920-an, khususnya pada pendekatan yang digunakan untuk pengembangan
kurikulum. Penggunaan istilah engineering ini digunakan pula oleh Munroe (1912)
dalam mengikat konsep ilmu management dalam setting pendidikan dan educational
engineering. Munroe beralasan bahwa istilah beralasan bahwa istilah educational
engeering diperlukan dalam mengkaji tentang usaha memasuki kehidupannya, mana
yang lebih baik, mana yang harus dihindari, persyaratan apa yang perlu dipersiapkan,
dimana dan mengapa mereka mengalami ketidakberhasilan. Charters (1941) yang
dinyatakan T.J Hoover dan J.C.L Fish mengungkapkan bahwa engineering adalah
kegiatan professional dan sistematik dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memanfaatkan sumber alam secara efesien dalam meng-hasilkan kesejahteraan.

Selanjutnya dari hasil diskusi antara konsep engineering yang diungkapkan


Charters dan konsep teknologi yang dikembangkan Noble menghasilkan empat
kesamaan, yaitu ; 1) keduannya memerlukan usaha yang sistematik; 2) keduannya
menyatakan aplikasi ilmu; 3) keduanya menekankan pada efesiensi pemanfaatan
sumber; dan 4) tujuan dari keduannya adalah untuk memproduksi sesuatu. Dalam
penerapannya pada pendidikan, digambarkan bahwa usaha sistematik perlu dilakukan
setiap teknologi pendidikan dalam setiap mengembangkan program, dan dalam
penyelenggara pembelajaran. Dalam kaitannya dengan aplikasi ilmu, Charters
menyatakan bahwa ilmu merupakan dasar dalam pendidikan, dan setiap usaha dalam
pendidikan perlu dilandasi oleh kejelasan ilmu yang digunakan. Untuk hsal tersebut,
diyakini bahwa adannya titik yang sama antara educational engineering dengan
industrial engineering keduanya menggunakan metode riset yang dilandasi oleh dasar
keilmuan.

Selanjutnya, penyelenggara pendidikan perlu menetapkan efesiensi dalam


setiap usaha yang dilkukanya, pengajar perlu menetapkan bagaimana cara yang
efesien supaya peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang maksimal. Dalam
kaitannya dengan memproduksi setiap program pembelajaran pada hakekatnya
ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara
maksimal sehingga masalah belajar dapat terpecahkan.

Perkembangan selanjutnya adalah termasuk “fase permulaan” disusunnya


konsep teknologi pendidikan secara sistematis, berlangsung pada tahun 1963 dengan
bercirikan pergeseran audiovisual kearah teknologi pendidikan. Pada masa ini mulai
disusun defenisi secara formal teknologi pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh
AECT, walaupun perumusan defenisinya masih kental dengan kandungan audiovisual
communication. Formulasi defenisi yang disusun dengan berfokus pada pemahaman
bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan reorientasi konsep yang
membedakannya dengan konsep audiovisual.
Keterkaitan teori belajar ini terus dikaji oleh para ahli teknologi pendidikan,
sehingga tidak hanya psikologi behavior saja yang memiliki kontribusi terhadap
teknologi pendidikan akan tetapi bergeser kearah psikologi kognitif sebagaimana
dikembnagkan oleh Robert M. Gagne (The Conditions of Learning and theory of
instruction, 1916). Kedudukan teori belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam
pengembangan model pembelajaran, terutama di dalam penetapan tingkah laku yang
harus dikuasai peserta didik, karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran
yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat
pengalaman belajar peserta didik. Kajian teaching machine and programmed
instruction dilakukan melalui studi science in education ( Skinner, 1954; Saettler,
1990), gerakan efesiensi pendidikan ( Stolurow, 1961; Dale, 1967; Saettler, 1990).
Walaupun teaching machine ini sangat popular dan diawali kajiannya oleh Skinner
akan tetapi E L Thorndike (1912) yang mulai mengembangkan konsep kearah
pemanfaatan teaching dan programmed instruction ( Dale, 1967; Ely 1970; Saettler,
1990). Dasar-dasar pemahaman teaching machine programmed instruction
diantaranya pemahaman tentang perbedaan individual, pengorganisasian
pembelajaran dan hasil penilaian hasil belajar.

Konsep yang berkembang pada masa permulaan terus dikaji ulang dan
disesuaikan dengan perkembangan pemanfaatan audiovisual dalam pendidikan. Hasil
kajian tahun 1965 melahirkan adannya beberapa pilihan, yaitu; 1) dimungkinankan
untuk menggunakan kembali label audiovisual; 2) merubah nama audiovisual menjadi
educational communication; 3) merubah nama audiovisual menjadi learning
resources; 4) merubah nama audiovisual menjadi instruction technology or
educational technology. Sejalan dengan perubahan Departement of Audiovisual
Instruction (DAVI) menjadi Assocaition for Educational Communication and
Technology (AECT), maka secara serempak bidang kajian audiovisual berubah
menjadi Instructional techlogoy atau educational technology. Bahkan mencakup
kajian educational communication. Silber (1972), mnegungkapkan bahwa perubahan
ini memiliki implikasi terhadap cakupan pekerjaan educational technology yang akan
menghasilkan keanekaragaman program dan rancangan pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
Terdapat tiga konsep utama yang memrikan kontribusi terhadap perumusan
defenisi versi tahun 1972 sehingga teknologi pendidikan dijadikan sebagai kajian,
yaitu:

 keluasan pemaknaan learning resources,


 kontribusi program individual or personal instruction,
 pemanfaatan system approach.

Ketiga konsep ini digabungkan ke dalam suatu pendekatan untuk


memfasilitasi belajar, menciptakan keunikan dan memiliki alasan untuk kepentingan
pengembangan dalam bidang teknologi pendidikan.

Perubahan dari AV communications ke teknologi pendidikan yang


berlangsung pada tahun 1972 melahirkan defenisi teknologi pendidikan versi 1972
yang mengarah pada suatu bidang kajian dalam pendidikan. Konsep yang terkandung
dalam memaknai teknologi pendidikan ini terus dikritisi para ahli pendidikan dan
dihasilkan pemahaman bahwa teknologi pendidikan itu merupakan suatu proses
bukan hanya untuk bidang kajian saja, bahkan termasuk teori dan profesi teknologi
pendidikan. Secara konsep perkembangan kajian ini melahirkan defenisi versi 1977
yang didukung oleh tiga konsep utama yaitu : learning resources, management, dan
pengembangan.

Association of Educational and Communication Technology (AECT) pada


tahun 1977 menerbitkan buku the defenition Of educational technology yang
mengungkapkan: 1) hasil analisis yang sistematis dan menyeluruh tentang ide dan
konsep bidang teknologi pendidikann; dan 2) keterkaitan antara ide dan konsep yang
satu dan lainnya. Buku tersebut mengungkapkan sejarah dari bidang kajian, alasan
perumusan defenisi, kerangka teoritis yang melandasi defenisi, diskusi mengenai
aplikasi praktis, kode etik profesi organisasi, dan glossary peristilahan yang memiliki
keterkaitan dengan defenisi. Termasuk bahasan yang menjawab kontroversi antara
istilah educational technology dan instructional technology sebagai bagian “subset”
dari educational technology yang merupakan realitas pengajaran dalam pendidikan.

Heinich (1970) memiliki konsep bahwa manajemen telah dikembangkan


bersamaan dengan prinsip-prinsip sistem di dalam merancang pembelajaran bahkan
konsepnya sejalan dengan pendapat Hoban (1965) walaupun dalam peristilah yang
berbeda. Ia menyebutnya dengan istilah “management of instruction”, sedangkan
Hoban menggunakan istilah “management of learning”. Menurutnya bahwa
management of instruction tidak hanya mengembangkan dan menggunakan.

(Sumber Perkembangan Kerangka & Sejarah Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan : Corry Purba –
Konsep Teknologi Pendidikan di Indonesia – “URAIAN TEORITIS” | USI)

2.5 KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Kawasan merupakan suatu realisasi dari defenisi dari bidang teknologi pembelajaran.
Rumusan kawasan yang dikembangkan dalam disiplin teknologi pendidikan dan
pembelajaran disiapkan melalui rumusan AECT tahun 1977 dan 1994. Kedua defenisi
tersebut menghasilkan kawasan sesuai dengan rumusan defenisi. Tahun 1977 satgas dari
AECT menghasilkan dua defenisi yang secara khusus membedakan antara teknologi
pembelajaran.

Dengan demikian,tahun 1977 menghasilkan dua defenisi dan dua kawasan,teknologi


pendidikan dan Teknologi pembelajaran. Defenisi sebelumnya,yaitu tahun 1963 dan 1972
tidak menghasilkan kawasan. Pada masa tersebut,para ahli sedang berusaha membentuk
konsep yang lebih mendalam dan bermanfaat bagi perkembangan disiplin teknologi
pendidikan.

Definisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu defenisi yaitu teknologi
pembelajaran,kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi
pembelajaran. Namun dalam penjelasannya,defenisi tersebut memilah antar teori dan praktek.
Teori yang disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan terkait
pembelajaran,sedangkan praktik atau terapan menyediakan kesempatan untuk memvalidasi
teori,selanjutnya teori ini dapat dikaji ulang dan diperbaiki. Dengan demikian,terjadi
simbiosis mutualisme antara peran teori bagi terapan atau praktik dalam bidang teknologi
pembelajaran.Terapan atau praktik akan dijelaskan dibagian lain dalam kegiatan belajar ini.
Gambar 2.5

( Skema Kawasan Teknologi Pendidikan )

2.5.1 Kawasan Desain


Kawasan pertama teknologi pembelajaran adalah desain atau perancangan
yang mencakup penerapan berbagai teori, prinsip dan prosedur dalam melakukan
perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan pembelajaran yang
dilakukan secara sistemik dan sistematik. Yang dimaksud dengan desain disini adalah
proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi
dan produk (Seels & Richey, 2000 dalam Bambang Warsito, 2008: 22). Strategi dan
produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro,
seperti pelajaran dan modul.

Kawasan desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran.


Beberapa faktor pemicunya adalah :
 Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and the Art
of Teaching” disertai teorinya tentang pembelajaran berprogram.
 Buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of Artificial” yang
membahas karakteristik umum dari pengetahuan preskriptif tentang
desain; dan
 Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti
"Learning Resouce and Development Center" di Universitas Pittsburgh
pada tahun 1960an.

Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi


pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem
pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai
memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.

Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan
pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah
menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem
yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.

Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek,
yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan
(4) karakteristik pembelajar.

2.5.2 Kawasan Pengembangan


Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam
bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang
digunakan dalam pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan
praktek yang berhubungan dengan belajar dan desain.Tidak pula kawasan tersebut
berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan.Melainkan timbul
karena dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian
formatif dan praktek.Pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.Begitu pula, kawasan
pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran, melainkan juga
mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta program atau
paket yang merupakan paduan berbagai bagian.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara
teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi pembelajaran.
Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya :

 pesan yarig didorong oleh isi;


 strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan
 manifestasi ilsik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan
bahan pembelajaran.

Ciri yang terakhir ini, yaitu teknologi.merupakan tenaga penggerak dari


kawasan pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, kita dapat merumuskan dan
menjelaskan berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Akan tetapi,
janganlah proses ini diartikan hanya sebagai suatu pengkategorisasian. Sebaliknya,
sebagai elaborasi dari karakteristik prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan
oleh teknologi.

Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori :

 teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain),


 teknologi audiovisual,
 teknologi berbasis komputer, dan
 teknologi terpadu.

Karena kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan


penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan satu jenis
teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang lain, dan disampaikan dengan
menggunakan yang lain lagi.

2.5.3 Kawasan Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.


Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung-jawab untuk
mencocokkan pebelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan
pebelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih,
memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang
dicapai pebelajar, serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang
berkelanjutan.
Fungsi pemanfaatan penting karena membicarakan kaitan pebelajar dengan
bahan atau sistem pembelajaran.Jelas fungsi ini sangat kritis karena penggunaan oleh
pebelajar merupakan satu-satunya raison d‘etre dari bahan pembelajaran. Mengapa
kita hams bersusah-payah dengan pengadaan dan pembuatan bahan apabila tidak akan
digunakan ?Kawasan pemanfaatan ini mempunyai jangkauan aktivitas dan strategi
mengajar yang luas.

Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan,


deseminasi.difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Hal tersebut
dihambat oleh kebijakan dan peraturan.Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini
memperjelas hubungan pebelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran.

Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :

 pemanfaatan media,
 difusi inovasi,
 implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan),
 serta kebijakan dan regulasi

2.5.4 Kawasan Pengelolaan


Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang teknologi
Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknolog pembelajaran. Secara
perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
pengelolaan dalam berbagai latar.seorang teknolog pembelajaran mungkin terlibat
dalam usaha pengelolaan projek pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat
media sekolah.

Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat
bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relatif tetap sama
apapun kasusnya.

Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program


media dan pelayanan media Pembauran perpustakaan dengan program media
membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media sekolah. Program-program media
sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non-cetak sehingga timbul peningkatan
penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum. Pada tahun 1976
Chisholm dan Ely menulis buku Media Personnel in Education: A Competency
Approach yang menekankan bahwa administrasi program media memegang peran
sentral dalam khasanah teknologi pembelajaran.

Definisi AECT tahun 1977 membagi fungsi pengelolaan dalam pengelolaan


organisasi dan pengelolaan personil, seperti halnya yang dilakukan oleh para
administrator dari program dan pusat media.Pengelolaan meliputi pengendalian
Teknologi Pembelajaran ilalui perencanaan.pengorganisasian. pengkoordinasian dan
supervisi.

Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan atu sistem nilai.


Kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber, personil, usaha desain maupun
pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah
sekolah atau bagian kantor yang kecil menjadi kegiatan pembelajaran berskala
nasional atau menjadi perusahaan multi-nasional dengan skala global.

Terlepas dari besamya program atau proyek Teknologi Pembelajaran yang


ditangani. salah satu kunci keberhasilan yang esensial adalah pengelolaan. Perubahan
jarang terjadi hanya pada tingkat pembelajaran yang mikro.Untuk menjamin
keberhasilan dari tiap intervensi mbelajaran, proses perubahan perilaku kognitif
maupun afektif harus terjadi bersamaan dengan perubahan pada tingkat makro.

Para manager program dan projek Teknologi Pembelajaran yang mencari mber
tentang cara bagaimana merencanakan dan mengelola berbagai model perubahan pada
tingkat makro, pada umumnya akan mengalami kekecewaan. (Greer, 1992; Hannum
dan Hansen, 1989; smiszowski, 1981 ).Secara singkat,Ada empat kategori dalam
kawasan pengelolaan :

 pengelolaan proyek,
 pengelolaan sumber,
 pengelolaan sistem penyampaian dan
 pengelolaan informasi.

Di dalam setiap subkategori tersebut ada seperangkat tugas yang sama yang
harus lakukan. Organisasi harus dimantapkan, personil harus diangkat dan
supervisi.dana harus direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus
dikembangkan serta dipelihara.
2.5.5 Kawasan Penilaian
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidabiya pembel-ajaran dan belajar.
Penilaian mulai dengan analisis masalah.Ini merupakan langkah awal yang penting
dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan
dijelaskan pada langkah ini.

Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program,


penilaian projek dan penilaian produk.Masing-masing merupakan jenis penilaian
penting untuk perancang pembelajaran, seperti halnya penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Menurut Worthen dan Sanders (1987):Penilaian merupakan
penenluan nilai dari suatu barang.

Dalam pendidikan, hal itu berarti penentuan secara formal mengenai kualitas.
efektivitas atau nilai dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan, atau
kurikulum. Penilaian menggunakan metoda inkuiri dan pertimbangan, termasuk :

 penentuan standar untuk mempertimbangkan kualitas dan menentukan


apakah standar tersebut harus bersifat relatif atau absolut;
 pengumpulan informasi; dan
 menerapkan penggunaan standar untuk menentukan kualitas.

Seperti terlihat pada konsep dasar dari kata ‗penilaian‘, kunci konsep tersebut
terletak pada penentuan ‗nilai‘.Bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara teiiti,
akurat, dan sistematis merupakan urusan bersama antara evaluator dan klien.Suatu
cara yang penting untuk membedakan penilaian ialah dengan mengklasifikasikannya
menurut obyek yang sedang dinilai. Pembedaan yang lazim ialah menurut program,
proyek, dan produk bahan.

(Sumber Kawasan Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan – “KAWASAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | UNP
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu hasil produktivitas dari
manusia yang memiliki pengetahuan yang didapat dari pendidikan. Dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan manusia
sehingga diharapkan manusia-manusia tersebut perlu mendalami untuk mengambil
manfaatnya secara optimal dan mereduksi implikasi negatif yang ada. Teknologi Pendidikan
hanya mungkin dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik bilamana ada tenaga yang
menanganinya.
Sebagai salah satu disiplin ilmu, teknologi pendidikan juga berorientasikan kepada
perubahan (perkembangan) cara hidup dan kebutuhan manusia. Inilah yang menyempurnakan
teknologi pendidikan setaraf dengan disiplin ilmu lainnya, dengan perubahan konsep
teknologi pendidikan telah terjadinya perubahan paradigma dalam batang tubuh teknologi
pendidikan. Paradigma tersebut merupakan cara pandang teknologi pendidikan terhadap
perkembangan manusia.
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu terapan, artinya ia berkembang
karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar. Belajar lebih efektif,
lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada usaha dan
produk yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan.
Dengan paradigma dan trend seperti ini, sudah sepantasnya sumber daya teknologi
pendidikan menjadi prioritas dalam pengembangan pembelajaran di lembaga atau instansi
manapun yang mengadakan kegiatan pembelajaran dan para sumber daya teknologi
pendidikan akan memiliki potensi berkarya yang tidak terbatas, baik pada institusi formal
(lembaga pendidikan) maupun di lembaga lainnya.
Tentunya pemerintah dan pihak-pihak yang lain sudah waktunya melirik teknologi
pendidikan sebagai faktor yang potensial, dimana ketika ingin memperbaiki kualitas manusia
melalui pembelajaran, maka teknologi pendidikan merupakan solusi paling tepat.

3.2 SARAN
Tim Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh
karna itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

- BUKU & MODUL


1. Siyamta, MT. 2013, Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garap
Menurut AECT 1994, Malang, Institut Teknologi Bandung. (Ebook)
2. Drs. Syafril, M.Pd. dan Dra.Eldarni, M.Pd., 2013, Pengantar Teknologi
Pendidikan, Padang, Universitas Negeri Padang. (Ebook)
3. Corry Purba, Konsep Teknologi Pendidikan di Indonesia, Pematangsiantar,
Universitas Simalungun. (Jurnal)

1. ( Akhmad Sudrajat, 2008, Teknologi Pembelajaran: Latar Belakang,


Definisi dan Kawasan. 21/11/2015 )
 https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-
pembelajaran/
2. ( Wahyu Darmadji, Makalah Perkembangan Teknologi Pendidikan
Sebagai Disiplin Keilmuan. 21/11/2015 )
 http://pta.kemenag.go.id/portal/download/userfiles/file/dokumen
%20web/Perkembangan%20Teknologi%20Pendidikan%20Sebagai
%20Disiplin%20Keilmuan.rtf
- GAMBAR
1. Kawasan Teknologi Pendidikan
 http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2008/09/
kawasan-tp.jpg

Anda mungkin juga menyukai