Disusun Oleh :
NOVITA ANGGRAENI
NPM : 2388203P002
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita Rasulullah Muhammad SAW,
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Teknologi Pendidikan” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Novita Anggraeni
BAB I
PENDAHULUAN
Dan pada akhirnya diartikan sebagai studi dan praktek etis dalam memfasilitasi proses
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan mencipatakan, menggunakan, dan mengatur
proses teknologi dan sumber daya yang cocok (AECT, 2004).
Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu budaya,
makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih
banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu. Sebenarnya 25 tahun yang lalu
Menteri Pendidikan Daoed Joesoef telah menyatakan bahwa Teknologi diterapkan di semua
bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya
beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional
berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang penididikan”.
(Sumber Pengertian Teknologi Pendidikan : Siyamta,MT. – Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garap
Menurut AECT 1994 – “PENDAHULUAN” | ITB)
2.1.2 Landasan Teknologi Pendidikan
2.1.2.1 Landasan filosofis teknologi pendidikan
Landasan falsafah penelitian teknologi pendidikan terdiri atas 3
komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso.
Ada 3 jenis komponen dalam teknologi pendidikan yaitu ontology
(merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan
sebagai ilmu maka bidang kajiannya apa), epistemology (pendekatan
yang digunakan dalam suatu ilmu itu bagaimana), dan aksiology
(menelaah tentang nilai guna baik secara umum maupun secara khusus,
baik secara kasat mata atau secara abstrak). Kurikulum teknologi
berorientasi ke masa depan yang memandang teknologi sebagai dunia
yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu dalam
pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku lahirnya atau
eksternal dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah
yang secara kharakteristik menuju ke arah komputerisasi program
pengajaran yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip Gybeructis. Dalam
proses belajar mengajar, model teknologi pendidikan lebih menitik
beratkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran
sesuai ketingkatan kesiapan sehingga siswa mampu menunjukan
perilaku tertentu yang diharapkan. Manfaat yang sangat besar dari
model kerikulum teknologi ini adalah materi pelajaran dapat disajikan
kepada siswa dalam berbagai bentuk multimedia, para siswa menerima
pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa
lebih yakin dalam menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran
lebih hidup, lebih realitis serta lebih impresif.
(Sumber Landasan, Ruang lingkup, Aplikasi, & Analisis Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP –
Pengantar Teknologi Pendidikan – “PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | UNP)
2.2 FALSAFAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan istilah “falsafah” disini adalah rangkaian pernyataan yang
didasarkan pada keyakinan, konsepsi, dan sikap seseorang, yang menunjukkan arah atau
tujuan diambilnya. Rumusan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ely, dimana
seseorang memberikan arti atas suatu gejala seobjektif mungkin. Usaha memberikan arti itu
dalam tulisan ini didasarkan oleh pengalaman empirik atas sejumlah data yang diamati,
merupakan generalisasi dari berbagai gagasan yang berkaitan dengan rujukan tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan Teknologi Pendidikan adalah studi
dan etika prektek yang melibatkan orang, gagasan, prosedur, peralatan dan organisasi untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan
pengaturan proses dan sumber daya teknologi dalam rangka untuk memecahkan masalah
belajar manusia.
Semua bentuk teknologi adalah system yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu
tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan
usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.
Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya akan sarat dengan
aturan nilai dan estetika. Teknologi merupakan suatu bidang yang tak terpisahkan dengan
ilmu pengetahuan, seperti misalnya teknologi pertanian, teknologi kesehatan, teknologi
komunikasi, dan tentunya juga teknologi pendidikan.
Setiap teknologi, tak terkecuali teknologi pendidikan, merupakan proses untuk
menghasilkan nilai tambah, sebagai produk atau piranti untuk dapat digunakan dalam aneka
keperluan, dan sebagai sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berkaitan
untuk suatu tujuan tertentu.
Berbicara tentang landasan falsafah teknologi pendidikan, maka kita tidak bisa lepas
dari filsafat pendidikan karena teknologi pendidikdn merupakan bagian dari teknologi
pendidikan. Adapun filsafat yang dikembangkan akhir-akhir ini, dipengaruhi oleh filsafat
analitik sehingga disiplin ilmu pendidikan dalam konteks dasar-dasar pendidikan
(foundations of educations) dihubungkan dengan bagian-bagian lain dalam disiplin ilmu
pendidikan,yaitu sejarah pendidikan, psikologi pendidikan, dan sosiologi.
Ada beberapa aliran filsafat yang begitu mempengaruhi filsafat pendidikan sampai
saat ini, yakni:
(Sumber Falsafah Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan – “FALSAFAH TP
VISI, MISI, & TUJUAN TP” | UNP)
Tahun 1994 AECT mengeluarkan definisi lagi yang ditulis oleh Seels dan
Richey dalam buku Instructional technology: The definition and domains of the field.
Menyebutkan “instructional technology is the thory and practice of design,
development, utilization, management, and evaluastion of process and resources for
learning”. Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dari perancangan
pengembangan, pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada proses dan sumber untuk
belajar.
Definisi terbaru pada tahun 2004 dikeluarkan lagi oleh AECT Instructional
Technology yaitu “the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources” (AECT, 2004). Konsep definisi versi AECT 2004, bahwa
Teknologi Pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi
yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran
(agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja. Definisi pada tahun
2008 juga masih sama yang dikeluarkan oleh AECT pada tahun 2004 yang
dikemukakan oleh Januszewski, & M. Molenda pada buku Definition. In A.
Januszewski, & M. Molenda (Eds.), Educational Technology: A Definition with
Commentary.
Konsep teknologi pendidikan telah berkembang sepanjang bidang dimiliki,
dan mereka terus berkembang. Dalam konsep hari ini, Teknologi Pendidikan dapat
didefinisikan sebagai suatu konsep abstrak atau sebagai bidang praktik atau garapan.
(Sumber Konsep Teknologi Pendidikan : Siyamta, MT. – Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garap Menurut
AECT 1994 – “KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | ITB)
Penggunaan istilah teknologi dalam pendidikan tidak terlepas dari kajian Finn
( 960) pada seminar tentang peran teknologi dalam masyarakat, dengan judul
makalahnya “Technology and the Intructional Procsess”. Melalui makalahnya dikaji
antara hubungan teknologi dengan pendidikan. Argument utama yang
disampaikannya didasarkan atas gejala pemanfaatan teknologi dalam kehidupan
masyarakat yang memiliki kemiripandengan kondisi yang terdapat dalam pendidikan.
Oleh karena itu, penggunaan istilah teknologi yang digandengkan dengan pendidikan
merupakan suatu hal yang tepat dan wajar.
Lumsdaine (1964) dalam Romiszoswki (1981 :12) menyebutkan bahwa
penggunaan istilah teknologi pada pendidikan memiliki keterkaitan dengan konsep
produk dan proses. Konsep produk berkaitan dengan perangkat keras atau hasilhasil
produksi yang dimanfaatkan dalam proses pengajaran. Pada tahapan yang sederhana
jenis teknologi yang digunakan adalah papan tulis, bagan objek nyata, dan model-
model sederhana. Pada tahapan teknologi menengah digunakannya OHP, slide, film
proyeksi, peralatan elektronik yang sederhana untuk pengajaran, dan peralatan
proyeksi (LCD). Sedangkan tahapan teknologi yang tinggi berkiatan dengan
penggunaan paket-paket yang kompleks seperti belajar jarak jauh yang menggunakan
radio, televise, modul, computer assisted instruction, serta pengajaran atau stimulasi
yang komplek, sistem informasi dial acces melalui telepon dan sebagainya.
Penggunaan perangkat keras ini sejalan dengan perkembangan produk industry dan
perkembangan masyarakat, seperti e-learning yang memanfaatkan jaringan internet
untuk kegiatan pembelajaran.konsep proses atau perangkat lunak, dipusatkan pada
pengembangan substansi pengalaman belajar yang disusun dan diorganisir dengan
menerapkan pendekatan ilmu untuk kepentingan penyelenggaraan program
pembelajaran. Pengembangan pengalaman belajar ini diusahakan secara sistematik
dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Konsep proses dan
konsep produk pada hakekatnay tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pemberian pengalaman belajar optimal kepada peserta didik. Pengembangan program
belajar diawali dengan analisis tingkah laku (tingkah laku yang perlu dipelajari dan
keadaan tingkah laku belajar peserta didik) yang perlu dikuasai peserta didik dalam
proses belajar dan pelahiran tingkah laku setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tahapan analisis tingkah laku ilmu atau sejumlah pengetahuan untuk mengungkap
kemampuan yang harus dimiliki calon peserta didik, disamping kemampuan yang
harus diinginkannya untuk memperoleh kemamapuan hasil belajar. Romiszwoski
(1986 : 15-17) memasukkan kegiatan tersebut kedalam istilah “behavioral
technology”. Selanjutnya, kemampuan-kemampuan hasil analisis dikembangkan ke
dalam pengembangan program pembelajaran yang terpilih, atau tahapan “instructional
rechnology”. Konsep dan prinsip teknologi pembelajaran kemudian diperkaya oleh
ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner (1966), dan Gagne (1974), ahli Cybernetic
seperti Landa (1976), dan Horn (1969) serta lembagalembaga pendidikan pendidikan
yang memiliki ketertarikan atas pengembangan program pembelajaran. Walaupun
teknologi pembelajaran termasuk masih premature, akan tetapi usaha
pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, sampai kepada hal-hal
mikro dalam tahapan tingkah laku belajar peserta didik.
Konsep yang berkembang pada masa permulaan terus dikaji ulang dan
disesuaikan dengan perkembangan pemanfaatan audiovisual dalam pendidikan. Hasil
kajian tahun 1965 melahirkan adannya beberapa pilihan, yaitu; 1) dimungkinankan
untuk menggunakan kembali label audiovisual; 2) merubah nama audiovisual menjadi
educational communication; 3) merubah nama audiovisual menjadi learning
resources; 4) merubah nama audiovisual menjadi instruction technology or
educational technology. Sejalan dengan perubahan Departement of Audiovisual
Instruction (DAVI) menjadi Assocaition for Educational Communication and
Technology (AECT), maka secara serempak bidang kajian audiovisual berubah
menjadi Instructional techlogoy atau educational technology. Bahkan mencakup
kajian educational communication. Silber (1972), mnegungkapkan bahwa perubahan
ini memiliki implikasi terhadap cakupan pekerjaan educational technology yang akan
menghasilkan keanekaragaman program dan rancangan pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
Terdapat tiga konsep utama yang memrikan kontribusi terhadap perumusan
defenisi versi tahun 1972 sehingga teknologi pendidikan dijadikan sebagai kajian,
yaitu:
(Sumber Perkembangan Kerangka & Sejarah Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan : Corry Purba –
Konsep Teknologi Pendidikan di Indonesia – “URAIAN TEORITIS” | USI)
Definisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu defenisi yaitu teknologi
pembelajaran,kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi
pembelajaran. Namun dalam penjelasannya,defenisi tersebut memilah antar teori dan praktek.
Teori yang disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan terkait
pembelajaran,sedangkan praktik atau terapan menyediakan kesempatan untuk memvalidasi
teori,selanjutnya teori ini dapat dikaji ulang dan diperbaiki. Dengan demikian,terjadi
simbiosis mutualisme antara peran teori bagi terapan atau praktik dalam bidang teknologi
pembelajaran.Terapan atau praktik akan dijelaskan dibagian lain dalam kegiatan belajar ini.
Gambar 2.5
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan
pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah
menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem
yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek,
yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi pembelajaran; dan
(4) karakteristik pembelajar.
pemanfaatan media,
difusi inovasi,
implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan),
serta kebijakan dan regulasi
Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat sangat
bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relatif tetap sama
apapun kasusnya.
Para manager program dan projek Teknologi Pembelajaran yang mencari mber
tentang cara bagaimana merencanakan dan mengelola berbagai model perubahan pada
tingkat makro, pada umumnya akan mengalami kekecewaan. (Greer, 1992; Hannum
dan Hansen, 1989; smiszowski, 1981 ).Secara singkat,Ada empat kategori dalam
kawasan pengelolaan :
pengelolaan proyek,
pengelolaan sumber,
pengelolaan sistem penyampaian dan
pengelolaan informasi.
Di dalam setiap subkategori tersebut ada seperangkat tugas yang sama yang
harus lakukan. Organisasi harus dimantapkan, personil harus diangkat dan
supervisi.dana harus direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus
dikembangkan serta dipelihara.
2.5.5 Kawasan Penilaian
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidabiya pembel-ajaran dan belajar.
Penilaian mulai dengan analisis masalah.Ini merupakan langkah awal yang penting
dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan
dijelaskan pada langkah ini.
Dalam pendidikan, hal itu berarti penentuan secara formal mengenai kualitas.
efektivitas atau nilai dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan, atau
kurikulum. Penilaian menggunakan metoda inkuiri dan pertimbangan, termasuk :
Seperti terlihat pada konsep dasar dari kata ‗penilaian‘, kunci konsep tersebut
terletak pada penentuan ‗nilai‘.Bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara teiiti,
akurat, dan sistematis merupakan urusan bersama antara evaluator dan klien.Suatu
cara yang penting untuk membedakan penilaian ialah dengan mengklasifikasikannya
menurut obyek yang sedang dinilai. Pembedaan yang lazim ialah menurut program,
proyek, dan produk bahan.
(Sumber Kawasan Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan – “KAWASAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | UNP
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu hasil produktivitas dari
manusia yang memiliki pengetahuan yang didapat dari pendidikan. Dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan manusia
sehingga diharapkan manusia-manusia tersebut perlu mendalami untuk mengambil
manfaatnya secara optimal dan mereduksi implikasi negatif yang ada. Teknologi Pendidikan
hanya mungkin dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik bilamana ada tenaga yang
menanganinya.
Sebagai salah satu disiplin ilmu, teknologi pendidikan juga berorientasikan kepada
perubahan (perkembangan) cara hidup dan kebutuhan manusia. Inilah yang menyempurnakan
teknologi pendidikan setaraf dengan disiplin ilmu lainnya, dengan perubahan konsep
teknologi pendidikan telah terjadinya perubahan paradigma dalam batang tubuh teknologi
pendidikan. Paradigma tersebut merupakan cara pandang teknologi pendidikan terhadap
perkembangan manusia.
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu terapan, artinya ia berkembang
karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar. Belajar lebih efektif,
lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada usaha dan
produk yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan.
Dengan paradigma dan trend seperti ini, sudah sepantasnya sumber daya teknologi
pendidikan menjadi prioritas dalam pengembangan pembelajaran di lembaga atau instansi
manapun yang mengadakan kegiatan pembelajaran dan para sumber daya teknologi
pendidikan akan memiliki potensi berkarya yang tidak terbatas, baik pada institusi formal
(lembaga pendidikan) maupun di lembaga lainnya.
Tentunya pemerintah dan pihak-pihak yang lain sudah waktunya melirik teknologi
pendidikan sebagai faktor yang potensial, dimana ketika ingin memperbaiki kualitas manusia
melalui pembelajaran, maka teknologi pendidikan merupakan solusi paling tepat.
3.2 SARAN
Tim Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh
karna itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA