Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Dasar Pemikiran Adanya Teknologi Pendidikan


Dosen Pembimbing : Jessica Devis S.Ikom, M.Kes

Disusun Oleh

Nama : AGNESIA APRISELTU ZUKRI


NIM : (15011171)
PEMINATAN : PKIP (Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku)
Semester : 5 (Lima)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa
yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat
dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Dalam zaman kemajuan ilmu
pengetahuan ini para ahli berusaha untuk meningkatkan pengajaran itu menjadi suatu ilmu
atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah diharapkan, proses belajar mengajar itu
lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan memberi pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar
mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi
secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Penerapan Teknologi di
lembaga pendidikan merupakan jawaban persoalan yang sekarang ini dialami oleh dunia
pendidikan kita. Sebagai salah satu bagian dari sistem yang ada, teknologi pendidikan
sebenarnya adalah suatu cara atau teknis bagaimana agar anak didik secara maksimal mampu
menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru-gurunya atau anak dengan cara
belajar dari proses alam sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian teknologi pendidikan?
2. Bagaimana konsep teknologi pendidikan?
3. Bagaimana pemahaman konsep pendidikan?
4. Apa fungsi atau kegunaan teknologi pendidikan?
5. Apa dasar pemikiran adanya teknologi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknologi Pendidikan


Teknologi secara bahasa asal katanya techne, bahasa Yunani, dengan makna seni, kerajinan
tangan, atau keahlian. Teknologi bagi bangsa Yunani kuno diakui sebagai suatu kegiatan
khusus, dan sebagai pengetahuan. Teknologi terkait dengan sifat rasional dan ilmiah,
menunjuk suatu keahlian, baik itu seni, atau kerajinan tangan, dapat diterjemahkan sebagai
tehnik atau cara pelaksanaan suatu kegiatan, atau sebagai suatu proses serta teknologi yang
mengacu pada penggunaan mesin-mesin dan perangkat keras. Menurut AECT, Teknologi
pendidikan dirumuskan sebagai bidang garapan yang terlibat dalam penyiapan fasilitas
belajar (manusia) melalui penelusuran, pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan
sistematis seluruh sumber-sumber belajar dan melalui pengelolaan seluruh proses ini.
Teknologi pendidikan mempunyai aplikasi praktis, dengan adanya sumber-sumber belajar,
berperannya tugas-tugas pengembangan dan pengelolaan. Lebih jauh, teknologi pendidikan
mempengaruhi struktur organisatoris pendidikan, sebab:
1. Ia mempengaruhi secara langsung pengembangan kurikulum.
2. Ia memberi alternatif bentuk pengajaran, yaitu mempergunakan sumber manusia,
mempergunakan sumber-sumber lain kecuali manusia, mempergunakan manusia dan
sumber-sumber lain yang dikombinasikan dalam sistem pengajaran dengan media
pengajaran dan media pengajaran atau guru media saja.
3. Ia memberi kemungkinan terbentuknya kelembagaan alternatif yang dapat
menyediakan fasilitas belajar dan dapat melayani semua bentuk kelembagaan
pendidikan.
Teknologi pendidikan juga bermakana suatu proses yang terintegrasi, yang melibatkan
manusia, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah
pendidikan dan cara-cara pemecahannya, mencobakan model-model pemecahan,
mengadakan penilaian, dan mengelolanya. Dalam pemecahan masalah-masalah
kependidikan, semua sumber belajar yang dirancang, dipilih dan digunakan untuk
menciptakan kegiatan belajar. Sumber-sumber tersebut dinyatakan sebagai pesan, orang,
material, peralatan, metode, dan lingkungan atau situasi.
Selain itu , teknologi adalah Ilmu Cara
Dunia pendidikan tanpa teknologi, apa dapat berjalan? Jawabannya, tidak dapat. Karena,
kegiatan sekecil apapun membutuhkan teknologi (ilmu cara). Di depan telah disebutkan
bahwa teknologi adalah ilmu cara. Hal ini berarti bahwa setiap kita melakukan suatu kegiatan
memerlukan cara atau teknik bagaimana melakukan sesuatu tersebut agar memperoleh hasil
yang bagus. Contoh, jika seorang ibu akan memasak nasi. Teknologi memasak harus
dikuasai. Bagaimana agar nasi yang diolah atau dimasak ini menghasilkan nasi yang enak
dimakan. Rancangan kegiatan ini membutuhkan cara atau teknis dan perangkat sistem yang
jelas dan media serta alat penunjang ke arah kegiatan masak tersebut..
Seorang ibu dalam memasak, disadari atau tidak disadari, pertama pasti ada rumusan tujuan
agar nasi yang akan dimasak enak dan lezat. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu dirancang
atau didesain mengenai beras, air dan api (materi/bahan), proses, sumber bahan, alat atau
media yang digunakan, teknik atau metode yang digunakan dan lain-lainya sudah
dirumuskannya dengan jelas.
Aplikasi atau penerapan untuk memasak nasi di dapur, dapat diurai secara sederhana;
1. Beras yang akan dimasak harus ada,
2. Proses atau langkah-langkah kerja secara berurutan,
3. Sumber materi atau bahan diambil dari mana,
4. Alat atau media yang digunakan untuk masak memakai apa
5. Teknik atau cara memasak bagaimana, dan seterusnya.
Kegiatan memasak ini akhirnya menghasilkan produk nasi seperti yang diharapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka semua yang terkait dengan aktifitas memasak disiapkan
secara lengkap, terstrukrtur, sistematis dan terprogra
Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat relevan bagi kepentingan
pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya:
1. Penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam, dan terintegrasi, sehingga
dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud.
2. Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis
serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip
atau proposisi materi pelajaran.
3. Teknologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan proses belajar
mengajar yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
anak didik.
4. Teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan
materi secara lebih menarik, lebih-lebih jika disertai dengan kemampuan
memanfaatkannya.
2.2 Teknologi Pendidikan Sebagai Sebuah Konsep
Konsep pendidikan sendiri mempuyai arti yang luas, ia merupakan keseluruhan proses
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan berbagai bentuk prilaku lain yang
mempunyai dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi tertentu, maka proses itu disebut
pembelajaran/instruksional. Berdasarkan perkembangan paradigma (kerangka berpikir) para
ahli dapat dirumuskan gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap
pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam nilai
positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Proses itu sengaja dikelola agar sumber belajar
yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi serta
keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungannnya.
Rumusan teknologi pendidikan membentuk sebuah teori karena telah memenuhi kriteria
adanya fenomena, penguraian dan penjelasan, pengikhtisaran, orientasi, sistematisasi,
identifikasi keputusan, menciptakan strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya asas-
asas atau prinsip-prinsip. Di samping itu, teknologi pendidikan mengandung teknik
intelektual yang unik, yaitu suatu cara pendekatan terhadap masalah. Metode berpikir
menurut konsep teknologi pendidikan mencakup pengintegrasian yang sistematis dari tiap
metode yang dipakai bagi setiap fungsi berikut kesaling bergantungannya, diintegrasikan
dalam satu susunan yang dipergunakan untuk menganalisis keseluruhan masalah guna
menemukan jawaban-jawaban baru.
Beberapa konsep teknologi pendidikan, dari beberapa pendapat, sebagaimana dikutip
Yusufhadi, diantaranya:
1. Konsepsi teknologi pendidikan dapat kita pahami melalui pendekatan teknologi atau
pendidikan. Melalui pendekatan teknologi diartikan sebagai teknologi yang
diterapkan dalam bidang pendidikan.
2. Definisi yang dibuat Galbraith (1967) tentang teknologi masih sangat populer hingga
kini, yaitu aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal. Bila
difinisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan, maka teknologi pendidikan merupakan
aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas kependidikan. Definisi ini
terlalu luas, karena dengan demikian semua tugas kependidikan dapat dianggap
sebgai bidang teknologi pendidikan.
3. Association for Educational Communication and Technology/AECT, 1986),
Tekonologi pendidikan merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
4. Konsep pendidikan sendiri mempuyai arti yang luas, ia merupakan keseluruhan
proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan berbagai bentuk prilaku
lain yang mempunyai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Apabila
proses itu sengaja dikelola agar dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi
tertentu, maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.

5. Commission on Instructional Technology, 1970. Teknologi Instruksional (sebagai


bagian dari teknologi pendidikan), merupakan cara yang sistematis dalam merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan khusus yng didasarkan pada penelitian terhadap belajar dan berkomunikasi
pada manusia, serta dengan menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan non-
insani agar menghasilkan pembelajaran yang efektif.

2.3 Pemahaman Konsep Teknologi Pendidikan


Pemahaman konsep teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Teknologi pendidikan merupakan ilmu cara yang terbentuk dalam proses panjang
untuk membangun sistem pendidikan, agar mampu mewujudkan terbentuknya
manusia yang berkualitas.
2. Teknologi pendidikan dalam sistem aplikasinya dilakukan secara terpadu, dan
melibatkan banyak komponen di antaranya adalah unsur manusianya, prosedur, ide
atau gagasan, bahan dan peralatan serta organisasi pengelolaannya.
3. Teknologi pendidikan merupakan sebuah produk pemikiran untuk mencari jalan
pengembangan, pendayagunaan semua sumber daya yang ada, dalam rangka untuk
memecahkan problem pendidikan, baik problem yang menyangkut kuantitas dan
kualitas pendidikan yang muncul.
4. Teknologi pendidikan memakai pendekatan sistematis dalam rangka, menganalisa dan
memecahkan masalah proses belajar.
5. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan
pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di
dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber belajar.
6. Tekonologi pendidikan merupakan suatu bidang profesi yang terbentuk dengan
adanya usaha terorganisasikan dalam mengembangkan teori, melaksanakan penelitian
dan aplikasi praktis perluasan serta peningkatan sumber belajar.
7. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang secara integratif yaitu secaraa
rasional berkembang dan berintegrasi dengan berbagai bidang pendidikan.
2.4 Kegunaan Teknologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Yusufhadi, pada umumnya teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi
untuk:
1. Meningkatkan produktifitas pendidikan
2. Memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih individual
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran.
4. Lebih memantapkan pengajaran
5. Menungkinkan belajar secara seketika (immediacy of learning)
6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas, terutama adanya media masa

Sedangkan secara umum teknologi pendidikan mempunyai kegunaan-keguanaan sebagai


berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi ketebatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
anak didik.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan
sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kusilatan bilamana semuanya
itu haru diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru
dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan teknologi pendidikan,
yaitu dengan kemampuannya dalam:
A. Memberikan perangsang yang sama.
B. Mempersamakan pengalaman.
C. Menimbulkan persepsi yang sama.
2.5 Dasar Pemikiran Teknologi Pendidikan
Mencetak manusia agar dapat mempunyai kemampuan keimanan dan ketaqwaan, cerdas,
trampil, percaya diri, taggung jawab, berkepribadian dan sejenisnya, harus dibentuk lewat
pendidikan. Sejarah peradaban manusia, secara hakiki hidup-tumbuhnya selalu terkait erat
dengan pendidikan. Dalam arti, proses pendidikan sekecil apapun, selalu dibutuhkan teknik
atau cara mendidiknya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kapan manusia itu hidup pada
zamannya.
Teknologi pendidikan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan peradaban dan
budayanya saat itu. Landasan berpikir, mengapa pendidikan dilakukan dengan pendekatan
teknologis? Latar belakang pemikiran adanya teknologi pendidikan didasarkan atas landasan:

1. Landasan Historis (Sejarah)


Yusufhadi (2004:124), Pendidikan telah berkembang sejak awal peradaban dan budaya
manusia. Bentuk dan cara pendidikan itu telah mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para orang tua bersama-
sama kelompoknya bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka hingga mencapai
kedewasaan. Bila orang tua atau keluarganya hidup dengan bertani, maka anak-anaknya juga
diajari bertani melalui pengalaman langsung. Demikian juga kalau orang tuanya berdagang,
maka akan-anaknya juga diajarkan berdagang. Pada masa itu belum ada program pendidikan
yang dilaksanakan di luar lingkugan keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar
keluarga/kelompok atau pendidikan yang terstruktur.
Kapan pendidikan yang terstruktur mulai dilaksanakan, apa tujuan dan bagaimana caranya?
Tidak ada yang dapat memastikan kapan pendidikan terstruktur dimulai. Dokumen tertulis
mengenai perkembangan pendidikan sejak awal peradaban lebih banyak berdasarkan
pendapat para sejarawan yang mengkaji perkembangan kebudayaan Barat. Dalam kurun
waktu yang berbeda beberapa penulis seperti Thomson (1951), Saettler (1968), Ashby (1972),
serta Ornstein dan Levine (1981) berpendapat tentang awal pendidikn terstruktur dimulai
pada sekitar 500 SM oleh kaum Sufi (Shophist). Mereka disebut sebagai penjaga
pengetahuan (knowledge peddlers) atau guru pengelana (wandering teachers- Ornstein &
Levine), karena mereka menawarkan pendidikn secara berkeliling dan tidak menetap di suatu
tempat. Oleh Ashby berlangsungnya pendidikan yang dilaksankan kaum sufi itu dinyatakan
sebagai terjadinya revolusi pertama dalam bidang pendidikan. Revolusi ini terjadi dengan
diserahkannya pendidikan anak dari orang tua kepada orang lain yang berprofesi sebagai
guru.
Dari apa yang ditulis oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. tokoh Teknologi Pendidikan
Indonesia di atas, maka dapat dipahami bahwa pola pegembangan pendidikan sejak awal
peradaban manusia, pendidikan berlangsung sejak manusia ada. Bahkan mulai zaman Nabi
Adam AS, proses pendidikn sudah berlangsung atas bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
Pendidikan yang dilakukan dan dikemas oleh Nabi Adam, sesuai dengan proses alam.
Kehidupan berjalan sesuai dengan putaran waktu, dari masa ke masa, pendidikan sudah
dilakukan dan dibangun sesuai dengan pola peradaban yang dimiliki. Bahan ajar, proses,
sumber, pendekatan dan metode dicukupkan sesuai dengan kebutuhan lingkungannya. Tetapi
yang jelas, jika mereka saat itu sudah melakukan aktifitas pendidikan, berarti secara otomatis
teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah ada. Karena secara intrinsik,
teknologi itu melekat pada bidang garapan setiap kegiatan. Kalau ada kegiatan pendidikan,
maka teknologi pendidikan muncul di dalamnya. Pendek kata, dalam dunia pendidikan,
antara teknologi dan pendidikan ibarat dua sisi pada mata uang, ia tidak dapat dipisahkan.
Sebagai orang yang berpegang pada agama, kita mempunyai keyakinan bahwa ilmu
pengetahuan itu ada, selalu berbarengan dengan lahirnya manusia. Manusia itu ciptaan Allah
yang dilengkapi dengan perangkat potensi secara utuh, secara fisik dan psikhis. Secara
psikhis manusia dilegkapi dengan pengindraan (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan perabaan), pikiran, kemauan, daya cipta dan karya, serta hati-nurani.
Perangkat potensi manusia seperti itu, oleh Allah juga menciptakan bumi dengan segala
isinya sebagai tempat belajar. Proses pendidikan dari sang pencipta yaitu Allah, memberi
petunjuk lewat wahyu, hidayah dan simbol-simbol kehidupan di lingkungan di mana manusia
hidup. Manusia disuruh memfungsikan indra dan pikirannya, untuk mencari bentuk-bentuk
pembelajaran, mencari sumber-sumber pembelajaran dan juga disuruh mencarai cara
bagaimana mengolah sumber kehidupan yang ada di sekitarnya.
Lewat manusia yang mampu menggunakan akal-pikiran inilah, muncul berbagai ilmu yang
sering kita sebut dengan filsafat. Peragkat potensi indrawi dan pikiran dikerahkan untuk
meneliti da menganalisa alam raya ini, untuk dijadikan sebuah teori keilmuan yang dikemas
dalam bidang kajian. Para filosuf, selalu mengidentifikasi dan pengelompokkan bidang
kajian, dari masa ke masa menjadi sebuah disiplin ilmu, yang akhirnya kita sebut cabang-
cabang ilmu, antara lain ilmu filsafat, teknologi, sejarah, pendidikn, sosial, budaya, ekonomi,
bahasa, kesenian, kesehatan, hukum dll.
Peristiwa sejarah kehidupan mulai dari peradaban awal adanya manusia hingga sampai
penghujung tahun di mana buku ii ditulis, tidaklah pernah lepas dari proses pendidikan. Baik
pendidikan otodidak atau terstruktur , semua proses pendidikan yang dibangun adalah
memakai teknologi pendidikan. Makanya secara historis, munculnya teknologi pendidikan
sebenarnya, bersamaan munculnya manusia menerima pendidikan dari Sang Maha
mempunyai ilmu, yaitu Allah SWT.

2. Landasan Filosofis (Filsafat)


. Munculnya teknologi diterapkan dalam pendidikan, karena pendidikan merupakan proses
kegiatan untuk memberikan pengertian kepada seseorang dalam bentuk ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang posistif, agar mereka menjadi dewasa. Untuk melakukan proses
itu, tidak mungkin bisa, kalau tidak dengan menggunakan teknologi. Selain sumber bahan
atau materi pembelajaran, maka dibutuhkan perangkat yang lain seperti metode, pendekatan,
teknik penyampaian dan juga dilengkapi dengan alat bantu yang dinamakan media
pembelajaran.
Untuk memikirkan agar tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat tercapai dengan maksimal,
maka selalu dicari pemecahannya. Berbgai sumbang pemikiran terus dimunculkan agar
pencapaian target sesuai dengan rumusan tujuan awal. Landasan filosofi munculnya teknologi
pendidikan ini, adalah karena dengan adanya rancangan pendidikan yang mampu menjawab
tantangan zaman, maka dibutuhkan peragkat sistem, dan salah satunya adalah pemberdayaan
teknologi dengan berbagai aspeknya.
Penelitian demi penelitian dalam rangka pengembangan program pendidikan nasional agar
pendidikan yang dibangunnya ini mampu menjawab, atau setidak-tidaknya mampu mengejar
ketinggalan kemajuan zaman. Di mana kemajuan ilmu pengetahuan dengan berbagai
konsekuensi kemajuan lainnya, menuntut lebih besar peran dunia pendidikan untuk
menerapkan teknik, metode dan pendekatan dalam mentranformasikan materi atau nilai-nilai
kepada anak didik, yang diharapkan setelah selesai menempuh jenjang pendidikan mampu
menyesuaikan diri, bahwa mampu memenej kehidupannya dengan bekal pengetahuan yang
dimiliki.
Landasan filsafat pendidikan kita, menghendaki agar hasil pendidikan yang dilaksanakan
mampu mengubah keterbelakangan menjadi kemajuan yang pesat untuk dapat mengolah
sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia, baik manusianya dan potensi sumber daya
alamnya. Inilah mengapa sistem pendidikan nasional, tidak henti-hentinya selalu mencari
pola-pola pengembangan dan inovasi di berbagai bidang. Tenaga kependidikan sebagai ujung
tombak dalam melaksanakan tugas demi kemajuan pendidikan, tidak mungkin dapat berbuat
banyak kalau hanya dibekali minat dan semangat bekerja saja, tanpa dibekali kemampuan
ilmu pengetahuan, sumber-sumber bahan, media dan teknologi yang handal.
Yusufhadi, (2004:103), sejumlah asumsi dijadiakn dasar untuk menentukan gejala yang
diamati dan atau teori yang dirumuskan.
Asusmsi-asumsi itu adalah:
a. Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat dengan implikasi bagi kebanyakan orang
untuk mengikuti perkembangan itu.
b. Pertambahan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat perbandingan
yang kian mengecil. Perkembngan penduduk ini membawa implikasi makin banyaknya
mereka yang perlu memperoleh pendidikan.
c. Terjadinya perubahan perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang sosial, politik,
ekonomi, industri atau secara luas kebudayaan, yang menghendaki re-edukasi atau
pendidikan terus-menerus bagi semua orang,
d. Penyebaran teknologi ke dalam kehidupan masyarakat yang makin meluas. Masyarakat
mengandung budaya teknologi yang mempengaruhi segenap bidang kehidupan termasuk di
dalamnya bidang pendidikan.
e. Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber-sumber
baru dan sementara itu memanfaatkan sumber yang makin terbatas itu secara lebih berdaya
guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber tradisional ini adalah sumber insani untuk
keperluan pendidikan.
Dengan keragka berpkir tersebut, agar duinia pendidikan dapat menyesuaikan kondisi
objektif kemajuan ilmu dan pengetahuan, maka pendidikan harus dibangun dengan pilar yang
kuat dan dengan perangkat bantu media yang sempurna. Untuk dapat mrmbangun pendidikan
yang demikian harus menggunakan kerangka berpikir teknologis. Pendidikan yang selalu dan
tidak pernah berhenti untuk dipikirkan oleh semua orang, maka harapan untuk mewujudkan
cita-cita bangsa yang beradab dan berbudaya tinggi adalah sesuatu yang mudah.

3. Landasan Psikologis (Kejiwaan)


Pendidikan akan dapat mewujudakn hasil produk (out put) yang berkualitas, apabila
dilakukan dengan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem dan
menggunakan aplikasi teknologi. Proses pendidikan yang mampu mengedepankan penerapan
teori-teori keilmuan, yang langsung dapat dirasakan kemanfaatannya di masyarakat
lingkungannya, menjadikan pendidikan ini sangat diminani anak didik.
Sumber-sumber belajar yang disampaikan kepada peserta didik tidak hanya berorientasi pada
kalimat-kalimat verbal yang monotone dan cenderung membosankan. Untuk menciptakan
iklim segar dan daya rangsang anak untuk selalu mengikuti proses pembelajaran yang
disampaikan oleh guru, maka variasi bentuk metode, pendekatan dan teknologi yang
digunakan diupayakan dapat mempersuasif atau membujuk anak agar tertarik mengikuti
setiap kegiatan. Hal ini, pendidikan dalam penentuan program kegitan haruslah yang
memberi manfaat langsung pada diri anak didik dan memberi motivasi rasa senang.
Thorndike dalam Miarso (2004: 111), ada tiga dalil yang diajukan antara lain:
a. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stiumulus
tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
b. Dalil akibat: menyatakn prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat
bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti oleh rasa tidak senang.
c. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit prilaku tertentu akan lebih
mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit prilaku yang lain.
Selanjutnya menurut Saettler kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah
dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip:
a. aktivitas diri,
b. minat/motivasi;
c. kesiapan mental;
d. individualisasi dan
e. sosialisasi.
Konsep dalil Thorndike mengenai proses belajar bagi siswa, menunjukkan bahwa unsur
senang mengikuti pelajaran sangat memberi pengaruh keberhasilan. Pendidikan dalam
konsep yang sebenarnya bertujuan agar peserta didik ini merasa dihargai dan ditumbuhkan
potensinya dengan diberi fasilitas dan sumber-sumber pembelajaran yang menyenangkan.
Dalam hal ini, para perencana dan praktisi pendidikan, perlu mendesain bagaimana agar
proses pembelajaran ditumbuhkan ke arah itu. Pemenuhan kebutuhan psikologis bagi peserta
didik diharapkan dapat diberikan.
Menurut Maslow, kebutuhan psikologis bagi manusia, di antaranya adalah:
a. Kebutuhan cinta kasih,
b. Kebutuhan rasa aman, dan
c. Kebutuhan aktualisasi diri.
Pertumbuhan kejiwaan pada anak yang sudah mulai belajar berpikir realistis, maka dalam
proses pembelajaran harus juga ditunjukkan yang realistis pula. Selain butuh perhatian dan
rasa aman dalam mengkiti pelajaran, anak cenderung ingin menonjolkan kemampuan atau
potensi dirinya. Pada kondisi ini, peserta didik akan lebih berkembang kemampuannya kalau
mereka dilibatkan langsung dan secara nyata ditunjukkan pada sumber objek riil.
Menurut para ahli psikolgi secara umum berkesimpulan, bahwa anak pada masa realisme,
sudah mulai terpusat pada benda-benda kongkrit. Kehidupan fantasi dan verbalisme mulai
ditinggalkan. Dan secara umum, anak yang mulai sekolah dasar, sudah mempunyai ciri-ciri:
a. Adanya kegemaran mengumpulkan barang-barang yang mempunyai daya tarik
perhatiannya.
b. Adanya hasrat untuk berkomunikasi langsung degan dudia luas di lingkungan sekitarnya.
c. Adanya keinginan untuk menentukan pilihan hidup yang disalurkan dengan hobby.
d. Adanya hasrat untuk mencari bentuk pengakuan dan perhatian khusus dalam bidang
kemampuan (potensi dasar) yang dimiliki.
e. Adanya hasrat kemandirian untuk menetukan pilihan hidup dari alternatif-alternatif yang
ada di sekitarnya.
Untuk dapat mengacu pada pencapian pemenuhan kebutuhan psikologis tersebut, maka
program pendidikan yang dikemas dan dirancang agar peserta didik merasa senang atau cinta.
Setiap program kegiatan pendidikan diharapkan memberi kemanfaatan dan sekaligus
meragsang untuk mengembangkan materi ajar yang dipelajarinya. Oleh karena itu teknologi
pendidikan dengan berbagai variasi bentuknya, diterapkan secara optimal. Setiap peserta
didik agar dapat termotivasi pada setiap mengikuti kegiatan dalam proses pembelajaran,
maka desain intruksional harus mengenai sasaran kebutuhan kejiwaan peserta didik.
Yusufhadi, (2004: 55), teknologi pendidikan diperlukan dalam pengembangan sumber daya
manusia, khususnya yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Prosedur pendidikan
dan latihan sumber daya manusia (PLSDM) dalam garis besarnya meliputi kegiatan
identifikasi kebutuhan, identifikasi kondisi, perumusan tujuan, pengembangan jadwal dan
materi pendidikan, pelaksanaan pendidikan, evaluasi dan umpan balik.
Enam di antara peranan itu adalah sebagai penilai, pengkaji kebutuhan, pengembang bahan
belajar, pengembang media, penyusun program pembelajaran, serta pengembang strategi
latihan dan pendidikan. Keenam peranan ini sesuai dengan kompetensi yang sekarang ini
dikembangkan dalam program pendidikan dengan keahlian teknologi pendidikan.
Keterkaitan dengan pengembangan teknologi pendidikan aplikasi dalam proses pembelajaran
yang diterapkan di sekolah, agar peserta didik tertarik mengikuti kegiatan yang disuguhkan
oleh guru, maka konsekuesiya guru atau praktisi pendidikan di lembaga pendidikan harus
selalu mencari pola-pola sistematis. Dalam hal ini untuk membantu memecahkan masalah
mutu pendidikan diperlukan upaya sinergistik untuk memadukan kemajuan ilmu
pengetahuan, komunikasi-informasi dan bidang lain, dengan bidang teknologi pendidikan
yang sekarang ini sedang dibangun.
Daoed Joesoef (dalam Miarso:2004:64), bahwa Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan
dibahas terus-menerus karena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya, seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu: (1) tekad mengadakan
perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; (2) keharusan meningkatkan mutu pendidikan
berupa antara lain penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbgai sarana pendidikan dan
peningkatan kemmpuan tenaga pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan latihan; (3)
penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai dengan
tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan; (4) peningkatan prestasi masyarakat deengan
pengembangan dan permanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan; (5)
penyempurnaan pelaksanan interaksi antra pendidikan dan pembangunan di mana manusia
dijadikan pusat perhtian pendidikan.
Tugas guru dalam mengaplikasikan teknologi pendidikan untuk kepentingan tugas mengajar,
agar peserta didik dapat merasa tertarik dan senang megikuti apa yang disampaikan, maka
harus dicari sumber-bumber belajar yang menarik, metode, pendekatan dan taktik yang tepat.
Dengan demikian pencapaian target pemberdayaan dengan segala potensi peserta didik dapat
terwujud. Peningkatan mutu pendidikan yang menjadi issu sentral pembangunan pendidikan
nasional dapat tercapai. Ini tantangan tugas seorang guru , bagaimana guru dapat mendesain
pengajaran, dan mampu mengaplikasikan teknologi pendidikan secara profesional.
Hal lain yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas adalah
mampu mengkomunikasikan pesan-pesan dalam struktur kalimat, baik secara lisan maupun
tertulis. Penguasaan materi (pesan) yang dikemas dalam wacana lisan dan tulis (artikel,
diktat, buku dsb) seorang guru, haruslah menguasainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan masalah yang
menyangkut semau aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah
itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan dipilih atau digunakan
untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar lingkungan. Gagasan dasar atau falsafah teknologi pendidikan
yaitu agar setiap pribadi dapat berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan
segala macam sumber belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungannnya. Asosiasi menyadari bahwa dewasa ini ada beberapa kerangka konseptual
yang dikemukakan oleh orang yang dalam banyak hal juga bergerak dibidang teknologi
pendidikan. Konsep-konsep ini antara lain meliputi pengajaran audio visual, media
pendidikan, sumber belajar, dan komunikasi pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai