Anda di halaman 1dari 30

KONSEP TEORISTIS TENTANG LANDASAN TEORI TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk tugas mata kuliah Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Fiki Rahmita

Disusun oleh :

1. Wahyunita Husnawati 201220319


2. Wisnu Gading H. 201220328
3. Zahrotul Luaylia 201220336

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teknologi pendidikan muncul menjadi isu seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia dan kebutuhan akan pendidikan dan pembelajaran. Awalnya
Teknologi Pendidikan dianggap sebagai bidang garapan yang terlibat dalam
penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran, pengembangan, organisasi,
dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber-sumber belajar; dan melalui pengelolaan
seluruh proses ini. Dan pada akhirnya diartikan sebagai studi dan praktek etis dalam
memfasilitasi proses pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan mencipatakan,
menggunakan, dan mengatur proses teknologi dan sumber daya yang cocok.
Teknologi pendidikan adalah proses pemecahan masalahnya menyangkut
semua aspek belajar peserta didik dan seluruh manusia. Sedangkan teknologi
pembelajaran adalah cara penyampaian belajarnya menggunakan media. Jadi
pembelajaran itu sangat penting jika digabungkan dengan teknologi pembelajaran dan
pendidikan dikarenakan saling mempunyai perasan penting untuk mencapai
keberhasilan peserta didik. Jika kedua sistem tersebut tidak ada maka proses belajar
mengajar kutang maximal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari landasan teori teknologi pendidikan?
2. Bagaimana konsep teoristis tentang landasan teori teknologi pendidikan?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian landasan teori teknologi pendidikan
2. Untuk mengetahui kosep teoristis tentang landasan teori teknologi pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Teknologi Pendidikan dan AECT


Pengertian Landasan Teknologi Pendidikan Menurut KBBI landasan adalah
asas dan dasar. Secara etimologis, teknologi berasal dari dua kata yaitu, teknikhos dan
logos. Teknikhos berarti metode, yaitu suatu teknik untuk mencapai tujuan praktis,
sedangkan Logos mempunyai makna ilmu. Berikut ini beberapa definisi Teknologi
Pendidikan:
1. Menurut Nasution, Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan,
dan penilaian sistem- sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan Proses belajar manusia
2. Menurut Miarso ,Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari jalan pemecahannya,melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua
aspek belajar manusia.

AECT merupakan singkatan dari Association for Educational Com-


munications Technology. Ini merupakan organisasi intemasional yang mewakili
profesional di bidang teknologi pendidikan yang bekerja disekolah,perguruan tinggi
dan universitas, serta sektor-sektor seperti perusahaan, pemerintahan, dan militer.
Definisi teknologi pendidikan oleh AECT dimulai dari tahun 1963, 1972, 1977, 1994,
2004, 2008, dan 2012 sebagai berikut:

a. AECT (1963) teknologi pendidikan adalah cabang dari teori dan praktik
pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan
menggunakan pesan untuk mengendalikan proses belajar.
b. AECT (1972) Teknologi pendidikan adalah suaru bidang garapan yang
berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha
sistematis dalam: identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan
pemanfaatan berbagai macam sumber belajar, serta dengan pengelolaan
atas keseluruhan proses tersebut.
c. AECT (1977) Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan
terintegrasi, meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi
untuk
2
menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
d. AECT (1994) Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik dalam
Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi Tentang
proses dan sumber untuk belajar.
e. AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktik dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran, dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses
dan sumber-sumber teknologi yang tepat.
f. AECT (2008) Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktik
untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatan kinerja melalui
penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya.
g. AECT (2012) Teknologi Pendidikan adalah studi dan penerapan etika.

Teori, penelitian dan praktik terbaik untuk memajukan pengetahuan serta


memediasi dan meningkatan pembelajaran dan kinerja melalui desain strategis,
pengelolaan dan implementasi proses belajar dan pembelajaran dan sumber belajar.

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Landasan teknologi pendidikan
adalah asas atau dasar dalam pengembangan, penerapan, dan penelitian sistem-sistem,
teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar dan
mengajar manusia.1

B. Konsep Teoristis Landasan Teori Teknologi Pembelajaran


1. TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Teori pembelajaran melibatkan pemahaman bagaimana individu belajar
dengan mempertimbangkan faktor psikologis, antropologis, biologis, dan sosiologis
dalam proses pembelajaran. Dalam konteks teknologi pendidikan, prinsip-prinsip dari
teori belajar dan pembelajaran menjadi landasan penting untuk pengembangan
pengetahuan di bidang ini. Teori belajar membahas bagaimana peserta didik
belajar berdasarkan

1
Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi (2018) Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan Akses Pendidikan (Jakarta:
3
Prenada Media Grup) hal 2-5

4
pengalaman dan penelitian yang teruji, sementara prinsip-prinsip pembelajaran lebih
fokus pada langkah-langkah konkret untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang efektif. Paradigma dalam penelitian teori pembelajaran bisa deduktif-induktif,
dan meskipun ada kesamaan teoretis dengan teknologi pendidikan, teknologi
pembelajaran merupakan hasil implementasi prinsip-prinsip pembelajaran yang
berasal dari teori pembelajaran. Dalam keseluruhan, teori belajar menjelaskan proses
belajar individu, sementara teori pembelajaran memberikan pedoman praktis dalam
mencapai tujuan dan target pembelajaran. Keduanya memiliki peran penting dalam
pemahaman tentang pembelajaran dan perkembangan teknologi pendidikan.

a. Teori Belajar
Dalam pembahasan buku ini, teori belajar secara kritis dikemukakan berlandaskan pada
aliran-aliran psikologi yang pernah ada, misalnya aliran psikoanalisis, asosiasi, behaviorisme,
gestalt, dan sebagainya. Dari tiap aliran tersebut membahas konsep belajar sebagaimana
pandangannya masing-masing. Diantara teori belajar yang dibahas di dalam buku ini antara
lain:

1). Teori Belajar Behaviorisme


Teori behaviorisme, yang dicetuskan oleh Edward L. Thorndike, membahas
bagaimana kita belajar melalui stimulus dan respon. Thorndike merumuskan tiga hukum
belajar utama: hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum akibat.2 Hukum kesiapan
menekankan pentingnya kesiapan fisik dan psikis peserta didik dalam belajar. Hukum latihan
mengatakan bahwa semakin sering kita berlatih, semakin mahir kita dalam suatu
keterampilan. Hukum akibat menggarisbawahi pentingnya memberikan penghargaan atas
prestasi positif peserta didik untuk meningkatkan motivasi mereka.

Teori behaviorisme melihat belajar sebagai perubahan perilaku yang dipicu oleh
stimulus dari lingkungan eksternal. Lingkungan ini dapat mempengaruhi bagaimana kita
merespons dan belajar. Proses belajar bisa dimanipulasi melalui pengaturan lingkungan
belajar.

Pendekatan behaviorisme juga mencakup konsep pengkondisian klasik oleh Ivan


Pavlov, yang menunjukkan bagaimana stimulus tertentu dapat menghasilkan respon tertentu.

2
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 68-70.

4
2
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 68-70.

4
B.F. Skinner juga mengembangkan konsep pengkondisian operan, di mana penguatan positif
atau negatif digunakan untuk memodifikasi perilaku.3

Meskipun teori behaviorisme memiliki kelebihan dalam pembiasaan dan pengukuran


perilaku, ada juga kritik terhadapnya. Beberapa menganggap bahwa teori ini terlalu fokus
pada perilaku yang dapat diamati dan tidak memperhitungkan pemikiran kompleks manusia.
Meskipun begitu, teori ini tetap menjadi dasar dalam desain pembelajaran di berbagai bidang.

2). Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif berbeda dari behaviorisme karena lebih menekankan pada
proses belajar yang terjadi di dalam pikiran setiap individu. Proses ini berpusat pada
bagaimana kita memahami dan mengubah persepsi kita, yang tidak selalu dapat dilihat dalam
tingkah laku yang terlihat dari luar. Teori ini melihat belajar sebagai aktivitas berpikir yang
kompleks. Prinsip utamanya adalah bahwa belajar melibatkan perubahan dalam pemahaman
dan persepsi, bukan hanya tindakan fisik. Para ahli dalam teori ini percaya bahwa belajar
melibatkan proses berpikir yang rumit, dan pemahaman adalah kunci utama dalam belajar,
terutama ketika menyelesaikan masalah.Secara garis besar, terdapat percabangan dari teori
kognitif yang apabila diidentifikasi dapat dibagi dalam beberapa teori, antara lain: teori
perkembangan Jean Piaget; teori Gestalt; teori kognitif Bruner; teori Medan (Lewin); teori
belajar Gagne; serta teori belajar bermakna Ausubel. Berikut akan dipaparkan secara garis
besar mengenai beberapa teori tersebut.4

a). Teori Perkembangan Jean Piaget


Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif individu muncul sebagai sebuah
proses genetis, yakni proses yang dilandaskan pada mekanisme biologis dengan pelibatan
sistem saraf manusia. Teori Piaget memandang proses belajar manusia akan mengikuti suatu
tahap dan pola perkembangan tertentu yang menyesuaikan dengan usia peserta didik.
Pelevelan usia ini bersifat hirarkis, artinya ia melewati level-level tertentu sesuai dengan
umurnya.

Menariknya di dalam teori perkembangan Piaget mengkategorikan perkembangan


kognitif manusia ke dalam empat tahap: pertama, yaitu tahap sensorimotorik (0-2 tahun).
Kedua, yaitu tahap preoperasional (2-6 tahun). Ketiga, yakni tahap operasional konkret (6-12
tahun), dan keempat ialah tahap operasional formal (12-18 tahun).

3
4
Dale H. Schunk, Learning Theories an Educational Perspective, (terj. Eva Hamidah dan
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 70-
77.
5
Rahmat Fajar), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 103.

4
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 70-
77.
5
Piaget melalui teori ini mencetuskan satu istilah yakni "schemata" yang dapat
didefinisikan sebagai pemerolehan pengetahuan baru di dalam diri individu pebelajar dengan
jalan menghubungkannya dengan struktur kognitif yang telah ada sebelumnya. Schemata
merupakan unit pokok dari perkembangan kognitif manusia. Melalui schemata, informasi
yang diterima oleh panca indera akan melalui proses identifikasi, pemrosesan, dan
penyimpanan sehingga dapat dikembangkan menjadi klasifikasi objek. Kaitannya dengan
proses pembelajaran, Piaget mengemukakan tahap-tahap dalam merancang pembelajaran,5 di
antaranya ialah: penentuan tujuan pembelajaran yang diinginkan dari proses pendidikan;
pemilihan materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik; penentuan topik-topik
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh peserta didik secara aktif; penentuan dan
perancangan pembelajaran disesuaikan dengan topik tersebut, contohnya simulasi, diskusi,
problem solving, melakukan riset, dan sejenisnya; pengembangan metode pembelajaran
dengan tujuan untuk menstimuli pola berpikir dan kreativitas peserta didik; dan menilai
proses serta hasil belajar yang diraih oleh masing-masing peserta didik.

b). Teori Gestalt


Teori belajar Gestalt dikembangkan oleh pakar seperti Kohler, Koffka, dan
Wertheimer. Mereka berpendapat bahwa belajar adalah proses di mana kita mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah, yang disebut sebagai "insight." Insight
adalah pemahaman tentang bagaimana bagian-bagian masalah saling terkait. Beberapa hal
penting dalam teori ini adalah bahwa kemampuan insight seseorang tergantung pada
pengetahuan dasarnya, pengalaman masa lalu yang relevan, dan pemahaman yang
mendalam tentang masalah. Selain itu, lingkungan belajar juga berperan dalam
mengembangkan insight. Insight digunakan untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran.

Teori Gestalt juga menekankan bahwa pembelajaran harus dimulai dari permasalahan
atau masalah yang memerlukan pemecahan. Guru memiliki peran penting dalam menyajikan
masalah-masalah ini kepada peserta didik. Peserta didik kemudian mencoba memahami dan
mencari solusi untuk masalah tersebut dengan bimbingan guru. Pemahaman dan pemecahan
masalah adalah inti dari pembelajaran dalam teori ini.

6
5
Suciati & Irawan Prasetya, Teori Belajar dan Motivasi, (Jakarta: Ditjen Dikti PAU-UT Depdiknas, 2001), hlm. 37.

7
c). Teori Kognitif Bruner
Teori kognitif Bruner menyatakan bahwa belajar adalah tentang bagaimana kita
mengubah cara kita memahami dan mempersepsikan dunia. Ada tiga tahap penting dalam
teori ini:
 Tahap Enaktif: Ini adalah saat kita belajar melalui pengalaman langsung dan
pengamatan di dunia nyata.
 Tahap Ikonik: Pada tahap ini, kita menciptakan visualisasi dalam bentuk gambaran
kata-kata dan konsep.
 Tahap Simbolik: Ini melibatkan pemahaman abstrak melalui bahasa dan logika.

Teori kognitif Bruner mengatakan bahwa belajar melibatkan tiga proses sekaligus:
penerimaan informasi baru, transformasi pengetahuan yang ada, dan penilaian kritis terhadap
informasi tersebut. Ini dilakukan melalui pemecahan masalah dengan menggunakan
pengetahuan umum dan khusus yang dimiliki.

Teori Bruner banyak digunakan dalam pendidikan, terutama dengan pendekatan


kurikulum spiral. Ini berarti materi diajarkan dalam tingkat yang lebih dalam sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa. Proses belajar melibatkan pengulangan, pemahaman konsep,
pemahaman makna, dan pemahaman tentang hubungan antar konsep. Proses ini mengarah
pada pemahaman yang lebih mendalam yang disebut "free discovery learning."

Dalam desain pembelajaran, langkah-langkah mencakup penentuan tujuan,


identifikasi karakteristik siswa, pemilihan materi, pemilihan topik pembelajaran, pengaturan
topik berdasarkan kompleksitas, dan evaluasi hasil belajar siswa.

d). Teori Medan (Lewin)

Teori ini dicetuskan oleh seorang tokoh bernama Kurt Lewin. la memandang bahwa
tiap manusia berada dalam medan kompetensi yang sifatnya psikologis. Medan ini disebut
oleh Lewin dengan istilah life space (ruang hidup). Ruang lingkup life space meliputi manifes
dari lingkungan dimana seseorang melangsungkan proses belajarnya; ia juga berada dalam
lingkup objek materiil yang ada di hadapan manusia, dan ia juga merupakan sebuah fungsi
kejiwaan yang ada dalam diri tiap manusia.

Teori medan beranggapan bahwa belajar dapat terjadi sebagai implikasi dari
perubahan struktur kognitif dalam diri sendiri manusia yang terbentuk sebagai hasil dari dua
jenis kekuatan. Pertama, struktur medan kognitif itu sendiri, serta kedua ialah kebutuhan
motivasi internal dari dalam diri individu itu sendiri.

8
e). Teori Belajar Gagne

Teori belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert M. Gagne pada tahun 1974,
berfokus pada ide bahwa belajar melibatkan perubahan dalam kemampuan dan kompetensi
yang dapat dipertahankan. Ini tidak hanya berkaitan dengan pertumbuhan alami, tetapi
melibatkan proses pembelajaran yang disengaja.

Gagne mengklasifikasikan hasil dari proses belajar ini menjadi lima jenis kemampuan,
yaitu:

 Keterampilan Intelektual: Ini mencakup penguasaan terhadap tindakan berdasarkan


pengetahuan.
 Informasi Verbal: Ini mencakup pengetahuan yang dapat diungkapkan dalam bentuk
bahasa lisan atau tulisan.
 Sikap: Ini melibatkan bagaimana seseorang merespons atau memutuskan sesuatu.
 Strategi Kognitif: Ini adalah kemampuan dalam mengelola pemikiran dan menyelesaikan
masalah.
 Keterampilan Motorik: Ini berkaitan dengan kemampuan fisik dalam melakukan gerakan
yang diperlukan.

Gagne juga mengelompokkan cara berpikir atau tipe belajar siswa menjadi delapan
kategori yang berbeda, seperti:

1) Belajar Melalui Isyarat: Ini adalah respons umum terhadap stimulus.


2) Belajar Stimulus-Reaksi: Ini adalah respons khusus terhadap stimulus.
3) Belajar Merangkai: Ini melibatkan pembentukan rangkaian reaksi dari beberapa stimulus.
4) Belajar Asosiasi Verbal: Ini adalah pembentukan asosiasi verbal.
5) Belajar Diskriminasi: Ini melibatkan respons yang berbeda terhadap stimulus yang mirip.
6) Belajar Konsep: Ini adalah identifikasi objek atau kejadian serta bagian-bagiannya.
7) Belajar Kaidah: Ini melibatkan penggabungan dua atau lebih konsep.
8) Belajar Memecahkan Masalah: Ini adalah kemampuan untuk menggabungkan berbagai
aturan untuk menyelesaikan masalah.

Pentingnya kondisi internal seperti motivasi, perhatian, dan perkembangan dalam


proses belajar diakui dalam teori Gagne. Selain itu, lingkungan belajar dan sumber-sumber
pembelajaran juga memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,

9
belajar dianggap terjadi ketika individu memenuhi kondisi-kondisi ini dan terlibat dalam
aktivitas belajar yang disengaja.

f). Teori Belajar Bermakna Ausubel

Seorang tokoh bernama Ausubel menilai bahwa belajar haruslah memiliki makna
tersendiri. Makna tersebut menurut Ausubel dapat berasal dariasimilasi yang terjalin antara
materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya.
Oleh karenanya, Ausubel menyatakan bahwa terdapat persyaratan-persyaratan untuk dapat
membuat suatu materi pembelajaran menjadi bermakna. Syarat tersebut antara lain: pertama,
pendidik sudah sepatutnya memilih materi ajar yang berpotensi memiliki kebermaknaan di
dalamnya. Selanjutnya, meteri tersebut diatur sesuai dengan level pengetahuan dan
perkembangan peserta didik sebelumnya. Kedua, materi ajar sepatutnya diberikan kepada
para peserta didik dalam kondisi belajar yang bermakna.

Poin utama yang dapat diambil dari teori Ausubel terletak pada esensi makna yang
dikandung oleh tiap pesan pembelajaran. Karenanya, prinsip proses pembelajaran dalam teori
belajar bermakna Ausubel terdiri atas beberapa tahap, yakni:

1) Tahap penentuan kompetensi dan struktur kognitif peserta didik melalui tes awal,
wawancara, review, serta teknik penentuan kompetensi lainnya.
2) Tahap pemilihan materi-materi inti yang pola penyajiannya diatur sedemikian rupa
sehingga dimulai dari permisalan yang bersifat fisik-konkrit menuju contoh-contoh materi
yang sifatnya abstrak.
3) Tahap pengidentifikasian konsep-konsep yang seharusnya dapat dipahami oleh peserta
didik dari materi-materi baru tersebut.
4) Tahap penyajian paradigma tertentu dalam lingkup global mengenai tema-tema yang
harus dipahami oleh para peserta didik.
5) Tahap pengimplementasian advance organizer.
6) Tahap pembelajaran peserta didik dalam memahami tema-tema konseptual yang terlah
disediakan, melalui jalan pemfokusan relasi-relasi yang muncul dari tema tersebut.

3). Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme menekankan pentingnya motivasi dan dorongan dalam


pembelajaran. Ini berfokus pada pemahaman diri, pengembangan diri, dan pencapaian
potensi terbaik peserta didik sebagai bagian dari proses belajar. Teori ini menganggap
bahwa belajar
1
0
seharusnya membantu manusia menjadi lebih manusiawi. Dalam teori humanisme, yang
terpenting adalah apa yang dipelajari daripada bagaimana belajar itu sendiri. Teori ini sangat
fleksibel, mengizinkan berbagai teknik pembelajaran asalkan peserta didik mencapai tujuan
mereka. Keberhasilan pembelajaran bergantung pada potensi individu yang dapat
diaktualisasikan dengan optimal.

Teori ini mendorong peserta didik untuk berpikir secara induktif. Ini berarti mereka
mulai dengan hal-hal yang konkret dan spesifik, kemudian bergerak menuju pemahaman
yang lebih abstrak dan umum. Selain itu, teori ini menekankan keterlibatan kreatif peserta
didik dalam proses pembelajaran dan pengalaman belajar yang mereka dapatkan. Beberapa
langkah pembelajaran yang berbasis pada teori humanism ini, di antaranya adalah:

a) Penentuan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


b) Penentuan materi-materi pembelajaran untuk para peserta didik.
c) Penentuan identifikasi kemampuan awal dari para peserta didik.
d) Penentuan identifikasi topik yang dapat mengaktifkan para peserta didik selama proses
belajar.
e) Proses perancangan media fasilitas pembelajaran yang mendukung terbentuknya
lingkungan belajar yang kondusif.
f) Pembimbingan para peserta didik agar mampu belajar secara aktif, serta
g) Pembimbingan para peserta didik agar bisa memahami makna atas pengalaman belajar
yang dialaminya.

4). Teori Belajar Sibernetik

Teori sibernetik adalah konsep yang berasal dari kata "cybernetics," yang berarti
kontrol atau pemantauan. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli bernama Norbert
Wiener dalam bukunya yang berjudul "Cybernetics." Wiener mendefinisikan sibernetik
sebagai sistem kontrol dan komunikasi dalam dunia binatang dan mesin.

Pandangan awal teori sibernetik digunakan untuk menjelaskan bagaimana umpan


balik (feedback) memungkinkan komunikasi terjadi. Dalam konteks pembelajaran, teori
sibernetik menganggap bahwa belajar adalah proses pengolahan informasi dan pesan
pembelajaran dari guru ke siswa. Artinya, belajar melibatkan pemrosesan informasi. Teori
sibernetik juga menekankan pentingnya bagaimana informasi dan pesan pembelajaran
disampaikan dengan efektif kepada siswa. Ini berarti bahwa cara informasi disampaikan sama
pentingnya dengan apa yang dipelajari.

10
Teori sibernetik banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik,
dan pemikiran filosofis. Dalam pendidikan, teori ini dapat ditemukan dalam berbagai metode
pembelajaran, termasuk pendekatan heuristik (berpikir kreatif dan divergen) dan algoritmik
(berpikir sistematis dan konvergen) untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
mereka.

5). Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme, seperti yang dijelaskan oleh Schunk, adalah cara pandang
tentang bagaimana kita memahami pembelajaran. Ini tidak hanya teori, tetapi juga filosofi
tentang bagaimana pengetahuan dibangun. Teori ini berpendapat bahwa pengetahuan
bukanlah sesuatu yang diberikan kepada kita dari luar, tetapi sesuatu yang kita bangun dalam
pikiran kita sendiri. Dalam kata lain, apa yang kita anggap benar mungkin tidak benar bagi
orang lain, karena pengetahuan itu bersifat pribadi dan subjektif.

Konsep penting dalam konstruktivisme adalah "skema," yang merupakan struktur


kognitif dalam pikiran kita. Proses pembelajaran adalah cara kita menghubungkan struktur
kognitif ini dengan pengetahuan baru. Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri,
yang bisa berbeda dari orang lain. Teori ini menekankan bahwa peserta didik aktif dalam
memahami dunia dan cenderung fokus pada pemecahan masalah, penggunaan teknologi, dan
pembelajaran berkelompok.

Keberhasilan dalam pembelajaran konstruktivis sangat bergantung pada motivasi dan


keinginan peserta didik untuk belajar. Proses pembelajaran sering kali penuh dengan
ketidakpastian dan kebebasan, tetapi tujuannya adalah untuk memahami dan menghasilkan
pengetahuan yang bermakna. Beberapa masalah yang sering muncul dalam pembelajaran
konstruktivis termasuk lingkungan pembelajaran yang beragam, interpretasi keberhasilan,
penekanan pada pemahaman, dan kebebasan dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, urgensitas pembelajaran menurut teori konstruktivisme ini terletak
pada kebermaknaan penerapan pengetahuan dalam diri seorang pelajar. Tahapan
pembelajaran sebaiknya mengikuti persepsi peserta didik, dan yang paling penting juga
adanya penekanan pada sisi proses kegiatan belajar melalui lingkungan riil. Pengalaman
belajar yang dialami peserta didik di dalam lingkungan belajar akan memberikan pemaknaan
dalam bentuk pengetahuan baru bagi diri peserta didik itu sendiri. Dalam konteks inilah,
maka peserta didik setidaknya memerlukan empat hal, yakni: memiliki pola berpikir divergen
yang tidak hanya berfokus pada satu jawaban semata; memiliki beragam jenis kegiatan

11
belajar yang

12
mendorongnya untuk mengeksplor lingkungan belajar secara optimal; memiliki kepekaan
dalam menggunakan informasi dalam situasi pembelajaran yang baru; serta senantiasa
mendorong lahirnya pengetahuan baru melalui forum-forum diskusi.6

b. Teori Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha untuk membuat seseorang belajar. Ini melibatkan interaksi
antara guru, peserta didik, dan lingkungan belajar. Teori pembelajaran membantu kita
memahami cara mengajar dengan efektif. Pada dasarnya, pembelajaran adalah proses di mana
seseorang belajar hal-hal baru. Ini bisa melibatkan banyak jenis interaksi, termasuk antara
peserta didik, guru, dan sumber-sumber belajar. Tujuannya adalah membuat peserta didik
memahami dan belajar dengan baik. Ada tiga variabel penting dalam pembelajaran: kondisi
pembelajaran (lingkungan), metode pembelajaran (cara mengajar), dan hasil pembelajaran
(apa yang dipahami peserta didik).

Teori pembelajaran membantu guru merumuskan cara mengajar yang efektif dan
menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan memotivasi peserta didik. Ada beberapa
jenis teori pembelajaran, seperti teori konstruktivisme, teori modifikasi tingkah laku, teori
analisis tugas, teori prinsip-prinsip belajar, dan teori psikologi humanistis. Setiap teori ini
memiliki pendekatan yang berbeda dalam memahami dan mengajar pembelajaran. Dengan
memahami teori-teori pembelajaran ini, guru dapat menjadi lebih efektif dalam membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

1). Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif

Teori konstruk kognitif memfokuskan pada pentingnya memperhatikan perubahan


situasi internal yang dialami oleh peserta didik selama peserta didik tersebut berhadapan
dengan pengalaman belajar yang baru. Secara teknis, pembelajaran yang dilangsungkan
dengan pendekatan teori ini akan memberikan penekanan pada discovery (penemuan) yang
bisa memungkinkan para peserta didik mendapatkan keterampilan dan pengalaman baru dari
pengalaman yang telah diterima sebelumnya.

6
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 78-92.

13
2). Teori Modifikasi Tingkah Laku

Teori modifikasi tingkah laku memiliki pancangan prinsip melalui konsep yang
disebut dengan reinforcement atau penguatan. Konsep ini digunakan untuk melakukan
identifikasi ranah kondisi pendidikan yang dirasa memiliki posisi urgen dalam sistem
pembelajaran.

Teori ini berupaya untuk mengatur situasi menjadi sedemikian rupa sehingga
memberikan kemungkinan bagi para peserta didik untuk meraih target atau tujuan belajarnya.
Secara teknis-implementatif, teori modifikasi tingkah laku merupakan aplikasi dari teori
belajar behaviorisme, khususnya dalam sisi operant conditioning yang dicetuskan oleh
Skinner. Dalam konsep operant conditioning tersebut, sisi penguatan (reinforcement)
memiliki peran yang sangat penting dan berperan dalam menghasilkan situasi kondusif bagi
proses belajar peserta didik.

3). Teori Pembelajaran Berdasar Analisis Tugas

Teori pembelajaran berdasar analisis tugas atau disebut dengan task analysis
merupakan teori pembelajaran yang berfokus pada penyajian tugas-tugas pembelajaran secara
sistematis. Sistematika tugas yang dimaksud berkenaan dengan pengalaman belajar yang
dialami oleh tiap peserta didik, kemudian diurutkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan di dalam sistem pendidikan.

Implementasi dari teori ini dapat dilihat pada proses pembelajaran procedural yang
memiliki penekanan pada tahap-tahap aktivitas yang harus dilalui oleh para peserta didik
dalam upayanya untuk mencapai target pembelajaran. Karena sifatnya yang menjabarkan
tugas pembelajaran berdasar pengalaman belajar peserta didik, maka pada tahapan pre-
pembelajaran sebaiknya dilakukan proses analisis kegiatan dan penentuan tahapan yang akan
dilakukan agar dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan dengan hasil yang optimal.

4). Teori Pembelajaran Berdasar Prinsip-Prinsip Belajar

Teori ini berkembang dari basis pemikiran bahwa pada tiap teori pembelajaran, selalu
akan ada prinsip-prinsip belajar yang dapat diambil. Dengan kata lain, pada setiap teori
belajar selalu ada penjelasan khusus tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam teori
tersebut. Melalui pemaparan tersebut, secara umum dapat diidentifikasi empat prinsip di
dalam teori pembelajaran yang acapkali digunakan dalam dunia pendidikan. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain:

14
 Proses belajar apapun, akan selalu memerlukan durasi waktu mulai tahap perencanaan
hingga evaluasi.
 Peserta didik diharuskan memiliki persiapan berupa perhatian dan respon aktif terhadap
materi ajar yang disampaikan oleh pendidik.
 Faktor penting yang berposisi sebagai sisi pengontrol dalam proses belajar terletak pada
pengetahuan yang diperoleh para peserta didik setelah melampaui proses
pembelajarannya.
 Individu yang melakukan tugasnya sebagai peserta didik, senantiasa mempunyai
instrumen dalam dirinya yang berfungsi untuk mengontrol motivasi internal dan
menentukan arah perilaku belajar mereka dalam situasi dan kondisi tertentu.

5). Teori Pembelajaran Berdasar Psikologi Humanistis

Dalam perspektif teori psikologi humanistis, suatu pembelajaran dikatakan berhasil


dalam menopang sistem pendidikan apabila ada uapya belajar yang dilakukan oleh peserta
didik secara mandiri. Dalam teori ini, peran guru berada pada posisinya untuk membimbing
dan memperhatikan karakteristik tertentu serta pengalaman emosional tiap peserta didiknya.
Kedua hal tersebut (karakteristik dan pengalaman emosional peserta didik) akan mengarah
pada lahirnya aktualisasi peserta didik dan menentukan ke sisi mana mereka akan
berkembang.7

2. TEORI ILMU KOMUNIKASI DAN INFORMASI


A. Teori Ilmu Komunikasi

Dalam pembelajaran, komunikasi sangat penting. Pembelajaran adalah proses di mana


informasi dan pesan-pesan pembelajaran disampaikan dari guru ke peserta didik. Ini
melibatkan interaksi antara pembicara (guru) dan pendengar (peserta didik). Komunikasi ini
harus efektif agar peserta didik dapat memahami dan belajar dengan baik. Komunikasi adalah
cara orang berbicara, berbagi informasi, atau bertukar gagasan. Ini bisa dilakukan dengan
kata- kata, gerakan, suara, atau bahkan ekspresi wajah. Tujuannya adalah agar pesan yang
disampaikan bisa dimengerti oleh orang lain. Ada empat komponen utama dalam
komunikasi:

1) Pengirim Pesan (Komunikator): Orang yang menyampaikan pesan.


2) Pesan (Message): Informasi atau gagasan yang ingin disampaikan.
3) Saluran (Channel): Cara pesan disampaikan, bisa melalui berbicara, tulisan, atau

7 Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 92-
96.
14
media lain.

8 Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 92-
96.
14
4) Penerima Pesan (Komunikan): Orang yang menerima dan memahami pesan.

Komunikasi efektif harus disengaja, memiliki tujuan, bersifat simbolis, dan


melibatkan partisipasi dari semua pihak yang terlibat. Ini juga bisa terjadi dalam berbagai
situasi dan tidak terbatas oleh waktu atau tempat. Dalam pembelajaran, komunikasi bisa
berjalan dua arah. Artinya, baik guru maupun peserta didik bisa menjadi pembicara dan
pendengar. Ini dikenal sebagai komunikasi timbal balik, di mana semua pihak terlibat dalam
berbicara dan mendengarkan. Pemahaman komunikasi yang baik membantu dalam proses
pembelajaran, karena guru harus menyampaikan informasi dengan efektif kepada peserta
didik. Dengan komunikasi yang baik, pembelajaran dapat berjalan lebih lancar dan peserta
didik dapat lebih baik memahami pelajaran.

Secara harfiah, komunikasi berasal dari kata “communicare” yang berarti “sama”.
Makna “sama” dalam bahasa Latin “communicare” tersebut yakni kesamaan yang terbangun
antara komunikator (subjek yang memberikan informasi) dan komunikan (subjek yang
menerima informasi). Apabila ditilik dari asal kata “to communicate”, maka dapat dipahami
makna komunikasi sebagai usaha dalam mengutarakan pendapat, menyampaikan informasi,
menegaskan perasaan, atau sejenisnya dengan tujuan untuk dipahami dan diketahui oleh
orang lain. Melalui aktivitas komunikasi, komunikator atau pembicara memiliki keinginan
untuk menyampaikan gagasan, ide, perasaan, atau pikirannya kepada individu lain yang
menjadi lawan bicaranya-baca: komunikan. Sehingga dengan adanya interaksi tersebut maka
maksud yang dikemukakan oleh pembicara akan dapat dimengerti.

Makna lain yang bisa didapatkan dari pengertian komunikasi ialah “to share” yang
berarti berbagi, atau “to exchange” yang berarti bertukar (infromasi, pendapat, perasaan, dan
sebagainya). Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari isyarat (gesture),
kata-kata (words), suara (voices), atau gerakan badan (act), atau juga raut wajah (expression).
Demikian kompleksnya permasalahan yang melingkupi kehidupan masyarakat, maka peran
penyampaian gagasan lewat komunikasi antara individu perlu dilakukan secara efektif. Hal
ini tidak terlepas dari keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, termasuk pula dalam
pendidikan-baca pembelajaran.8

Para pakar pendidikan memberikan beragam tesis untuk menformulasikan format


komunikasi yang efektif. Salah satu diantara tesis tersebut menyatakan formula komunikasi

8
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 63-
64.
15
efektif dalam beberapa karakteristik pokok, antara lain: pertama, komunikasi merupakan
sebuah usaha yang memang disengaja dan memiliki tujuan tertentu. Kedua, komunikasi
merupakan suatu proses tertentu. Ketiga, komunikasi memiliki makna yang simbolis.
Keempat, komunikasi memiliki sifat yang transaksional. Kelima, komunikasi menuntut pola
Kerjasama dan partisipasi dari para subjek yang terlibat di dalamnya. Keenam, komunikasi
merupakan aktivitas yang tidak tersekat oleh ruang dan waktu.9

a. Model Komunikasi David Berlo

Model komunikasi ini dipelopori oleh seorang pakar bernama David Berlo. Dalam
teorinya, Berlo mengembangkan model komunikasi yang bertumpu pada empat konsep
utama, yaitu source (sumber), message (pesan), channel (saluran), serta receiver (penerima).
Visualisasi dari model komunikasi Berlo dapat dilihat melalui gambar berikut ini.

Dalam model komunikasi David Berlo ini, diperkenalkan empat konsep yang sering
disebut dengan S-M-C-R model, yang terdiri atas sources (S); message (M); channel (C);
serta receiver (R). Ke empat unsur yang tercakup di dalam model S-M-C-R ini merupakan
satu rangkaian yang dilaksanakan dalam jangkauan teknologi pendidikan.

b. Model Komunikasi W. Weaver dan C. Shannon

Model komunikasi yang dicetuskan oleh Warren Weaver dan Claude Shannon
merupakan salah satu di antara model komunikasi yang sering dijadikan acuan konsep
pengembangan bidang teknologi pendidikan. Secara visual, model komunikasi ini dapat
dideskripsikan melalui gambar berikut ini.

9
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 99.

16
Model Shannon dan Weaver merupakan suatu model komunikasi yang berbasis pada
konsep linearitas dalam teori matematika. Artinya, model yang memiliki arah tertentu yang
bersifat tetap dari sumber komunikator menuju penerima. Di dalam model komunikasi ini,
aka nada informasi khusus apabila ada sumber gangguan yang dapat mereduksi kelancaran
dan keberhasilan dalam proses komunikasi yang sedang berlangsung. Sehingga, apabila
terjadi gangguan komunikasi maka komunikator menjadi pihak yang bertanggungjawab
untuk menghadirkan bentuk-bentuk sinyal agar dapat mengatasi problematika berupa
gangguan tadi. Dari deskripsi tersebut, maka jelas terlihat adanya peran ganda dari seorang
komunikator yang tidak hanya bertindak sebagai subjek pelaku komunikasi, akan tetapi juga
turut bertanggungjawab apabila terjadi gangguan selama proses komunikasi berlangsung.

c. Model Komunikasi W. Schramm

Model komunikasi yang dicetuskan oleh Wilbur Schramm ini merupakan bentuk
modifikasi dari model yang telah dilahirkan oleh Weaver dan Shannon, berbasis pada hasil
risetnya dalam bidang kajian media pembelajaran. Hasil riset yang dilakukannya tersebut
menjadi menyokong keilmuan tentang media dalam teknologi pendidikan. Sebagai bahan
deskripsi, model komunikasi Schramm ini dapat dilihat melalui gambar berikut ini.

Beberapa model komunikasi yang telah dipaparkan deskripsi di atas, pada hakikatnya
memberikan gambaran tentang konsep pembelajaran sebagai suatu proses komunikasi.

17
Penerapan kegiatan pembelajaran yang ada kaitannya dengan relasi antara peserta didik dan
pendidik, tentu saja melakukan apa yang disebut dengan komunikasi. Dalam konteks ini,
yang bertindak sebagai komunikator ialah para pendidik, sedangkan para peserta didik
berperan sebagai komunikan.

Komunikasi yang dijalankan dalam proses pembelajaran tentu harus memiliki


efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Dengan kata lain, komunikasi yang baik harus dapat
menangkap, mengetahui, dan memahami pesan pembelajaran yang disampaikan oleh
pendidik melalui materi ajar. Bruner dalam teorinya mengungkapkan strategi-strategi yang
dapat dilakukan untuk membuat suatu komunikasi dapat berjalan secara efektif. Strategi yang
dimaksud antara lain:

 Komunikator (pendidik) selayaknya melengkapi diri dengan kapabilitas melakukan


komunikasi yang baik dengan komunikan (peserta didik). Komunikasi yang dipahami
dalam konteks ini ialah kapabilitas berbicara, memakai bahasa, serta kapabilitas untuk
menulis.
 Komunikan (peserta didik) selayaknya memiliki kemampuan merespon serta menerima
materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Pesan pembelajaran yang terurai
melalui materi ajar tersebut dapat direspon dalam bentuk melihat, mendengar, atau
menerjemahkan pesan pembelajaran yang oleh komunikator (pendidik).
 Komunikator (pendidik) serta komunikan (peserta didik) selayaknya memiliki pemikiran
yang senantiasa positif (positive thinking). Artinya, pendidik maupun peserta didik sama-
sama memiliki komitmen saling menghargai satu sama lainnya.
 Antara komunikator dengan komunikan keduanya memiliki I’tikad untuk saling
merendahkan satu sama lain. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada berbagai
macam perbedaan yang melatari keduanya, misalkan pada faktor budaya, ekonomi,
maupun adat-istiadat.10
B. Teori Informasi
a. Pengertian Informasi

Informasi merupakan data, fakta atau apa pun yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
dapat menghasilkan informasi. Data, fakta, yang ada tersebut diolah untuk dijadikan bahan
dalam informasi. Menurut Rusman, dkk. (2012: 79) menjelaskan bahwa “informasi ialah

10
Mundir, Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar, (Jember: EDULITERA, 2022), hlm. 64-68.

18
sejumlah data yang diolah melalui pengolahan data dalam rangka menguji tingkat
kebenarannya dan ketercapaiannya sesuai dengan kebinformas.

Data yang diperoleh harus diteliti dan diolah untuk dijadikan sebagai bahan informasi.
Rusman, dkk. (2012: 79) menjelaskan bahwa “ada tiga hal penting yang harus diperhatikan
dari informasi, yaitu: (1) informasi merupakan hasil pengolahan data; (2) memberikan
makna;
(3) berguna atau bermanfaat.” Tidak semua data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
bahan informasi, jika data tersebut tidak akurat, atau maknanya tidak ada. Oleh sebab itu,
data yang akan digunakan sebagai bahan informasi harus diuji keakuratannya serta
manfaatnya sebagai informasi yang disampaikan.

b. Pengertian Teknologi Informasi

Bentuk dari teknologi adalah kumpulan pengetahuan (knowledge) yang


diimplementasikan dalam tumpukan kertas (stacked of papers), atau seka. Rang dalam bentuk
CD room. Teknologi informasi adalah alat yang digunakan untuk mengelola informasi.
Teknologi informasi melibatkan perangkat keras (seperti komputer), perangkat lunak
(hardware, software, dan useware), dan cara kita menggunakannya untuk membuat,
menyimpan, mengirim, dan mengorganisir informasi. Ini juga mencakup langkah-langkah
seperti menciptakan sumber informasi, menjaga saluran informasi, memilih dan mengirim
informasi, menerima informasi dengan selektif, menyimpan dan mencari informasi, serta
menggunakannya untuk berbagai tujuan. Jadi, teknologi informasi membantu kita mengambil
data dan mengubahnya menjadi informasi yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Landasan Teori Teknologi Informasi

Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran diawali oleh Burrhus Frederick


Skinner (1954) dengan konsep pembelajaran terprogram tahun 1958. Skinner membuat
sebuah mesin pembelajaran. Mesin ini tidak mengajar, tetapi diprogram dengan
menggunakan logika tertentu, sehingga mesin dapat menyajikan materi pembelajaran dan
seolah-olah berinteraksi dengan peserta didik. Berdasarkan teori tersebut diperoleh prinsip-
prinsip pembelajaran, sebagai berikut:

1. Respons peserta didik harus diperkuat secepatnya dan sesering mungkin;


2. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya
sendiri;
3. Perhatikan bahwa peseta didik mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan;
19
dan

11
0
4. Beritahukan kemajuan belajar peserta didik.

Di samping itu dalam pengembangan sistem dan model pembelajaran berbasis


teknologi informasi baik bersifat offline maupun online diperlukan pertimbangan, sebagai
berikut:

1. Keuntungan, sejauh mana sistem akan memberikan keuntungan bagi institusi, staf
pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh peserta didik dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran;
2. Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan dan software, tidaklah
sedikit;
3. Biaya operasional dan peralatan, suatu sistem akan berjalan apabila dikelola secara baik;
4. Diperlukan sumber daya manusia, yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi
untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan sistem pembelajaran.11

11
Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi, Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan Akses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Grup, 2018), hlm. 62-63.

20
BAB III
KESIMPULAN
Landasan Teknologi Pendidikan adalah dasar dalam mengembangkan, menerapkan, dan
meneliti sistem, teknik, dan alat bantu untuk meningkatkan proses belajar manusia melalui
penggunaan teknologi praktis. AECT (Association for Educational Communications
Technology) merupakan organisasi internasional yang mewakili profesional di bidang
teknologi pendidikan, dan mereka telah memberikan berbagai definisi yang menyoroti
penggunaan teknologi untuk mengendalikan proses belajar dan meningkatkan pembelajaran.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan
peserta didik secara holistik, mencakup aspek spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk masyarakat, bangsa, dan
negara. Teori Pembelajarn ini mencakup berbagai pendekatan seperti Behaviorisme,
Kognitif, Humanisme, Sibernetik, dan Konstruktivisme, yang membentuk dasar dalam
pengembangan pengetahuan di bidang teknologi pendidikan. Teori ilmu komunikasi penting
dalam konteks pembelajaran, dengan model komunikasi seperti S-M-C-R oleh David Berlo
yang menyoroti elemen-elemen penting dalam proses komunikasi. Model Shannon dan
Weaver model komunikasi berbasis prinsip linearitas dengan arus informasi dalam satu arah.
Model Schramm model yang menekankan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam
pembelajaran, terutama melalui media pembelajaran. Teknologi informasi terdiri dari alat,
perangkat keras, perangkat lunak, dan cara penggunaannya untuk mengelola informasi.
Landasan teori teknologi informasi dalam pembelajaran melibatkan konsep pembelajaran
terprogram, penguatan respons peserta didik, kontrol peserta didik atas kecepatan belajar,
urutan pembelajaran yang terkendalikan, dan umpan balik tentang kemajuan belajar peserta
didik. Semua elemen ini menciptakan dasar yang penting dalam pemahaman teknologi
pendidikan, teori pembelajaran, komunikasi, dan teknologi informasi dalam konteks
pembelajaran.

21
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Warsita. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.

Dale H. Schunk. Learning Theories an Educational Perspective. terj. Eva Hamidah dan
Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Mundir. Teknologi Pendidikan Suatu Pengantar. Jember: EDULITERA, 2022.

Suciati & Irawan Prasetya. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Ditjen Dikti PAU-UT
Depdiknas, 2001.

Syafril, Eldarni, Ulfia Rahmi. Teknologi Pendidikan Peningkatan Kualitas dan Akses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup, 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai