Anda di halaman 1dari 35

KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Tiknulujiya Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah

Dosen Pengampu: Dr. Suja’i, M.Ag. dan Dr. Zukhaira, S.S., M.Pd.

Disusun oleh:

M. Aziz Himawan Akbar : 2203028011


Layla Imroatus Sholekhah : 2203028014

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia pendidikan kita mengalami kemajuan yang begitu pesat beriringan dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dibidang pendidikan. Era globalisasi
pendidikan yang yang lebih menekankan pada kreativitas dan hubungan-hubungan antara
manusia yang bernilai ekonomi tinggi menjadi lebih menonjol daripada intelektualitas
dalam bidang matematika dan sains.
Fakta ini menunjukkan bahwa pendidikan bersifat dinamis yang mengikuti
perkembangan zaman, dan peranan pendidikan untuk memajukan bangsa Indonesia tertera
dalam Pembukaan UUD 1945, menyebutkan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan yang pelaksanaanya telah diatur dalam pasal 31. Oleh karena itu menjadi
seorang pendidik di era kekinian dituntut menciptakan proses pembelajaran yang menarik,
kreatif dan inovatif untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi.
Teknologi pembelajaran dirumuskan dengan berlandaskan bidang garapan bagi
teknologi pembelajaran yaitu desain, pengelolaan, penilaian, pengembangan, dan manfaat.
Kelima hal ini merupakan kawasan bidang teknologi pembelajaran. Tiap kawasan dari
bidang memberikan sumbangsih pada teori dan praktik yang menjadi landasan profesi.
Tiap kawasan tersebut berdiri sendiri walaupun saling berkaitan.
Masyarakat Indonesia saat ini dan masa yang akan mendatang merupakan
masyarakat yang berbudaya teknologi, yaitu bahwa perkembangan teknologi telah
berlangsung sedemikian rupa hingga tersebr luas dan mempengaruhi segenap bidang
kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana pengertian teknologi pendidikan ?
b. Bagaimana klasifikasi kawasan pengembangan teknologi pendidikan?
c. Bagaimana implementasi pembelajaran bahasa Arab menurut perspektif kawasan
pengembangan teknologi pendidikan?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian teknologi pendidikan.

1
b. Untuk mengetahui klasifikasi kawasan pengembangan teknologi pendidikan.
c. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran bahasa Arab menurut perspektif
kawasan pengembangan teknologi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Teknologi Pendidikan


Teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun
profesi terus mengalami perkembangan yang pesat. Rumusan tentang pengertian
teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan
sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri.  Teknologi
Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi  tentang proses dan sumber untuk
belajar. Berikut dikemukakan beberapa definisi tentang teknologi Pendidikan
yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan teknologi Pendidikan.
a. Definisi Association for educiational communication technology (AECT,
1963) atau asosiasi komunikasi dan teknologi Pendidikan. “Komunikasi
sudio visual adalah cabang dari teori dan praktek Pendidikan yang teritama
berkepintingan dengan mendesain dan menggunakan pesan untuk
mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan: (1) mempelajari
kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar, (2)
pengstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrument dalam
lingkungan pendidikan meliputi: perencanaan, prosukdi, pemilihan,
manajemen dan kemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan system
pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan setiap metode dan
media komunikasi secara efektif untuk membantu pengambangan potensi
peserta didik secara maksimal”.1
Definisi diatas masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual,
namun telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan teknologi
Pendidikan berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan
kualitas dan efesiensi kegiatan pembelajaran.
b. Definisi Commission on Instruction Technology (CIT 1970)
“teknologi Pendidikan diartikan sebagai media yang terlahir sebagai akibat
revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran
disamping guru, buku teks, dan papan tulis, bagian yang membentuk

1
Barbara B. Seels & Rita C.Richey, 1994, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta,
Unit Penerbitan Universitas Negeri Jakarta, 17

3
teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, computer dan bagian
perangkat keras maupun lunak lainnya”.
“ teknologi Pendidikan merupakan usaha sistematik dalam merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu
tujuan pembelajaran khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses
belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunkan kombinasi sumber
manusia dan non manusia agar belajar dapat berlangsung efektif”.2
c. Definisi teknologi Pendidikan menurut Kenneth silber 1970
“teknologi pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi,
evaluasi, pemanfaatan) komponen system pembelajaran (pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan
(organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk
memecahkan masalah belajar”.
Definisi diatas menyebutkan istilah pengembangan yang memuat 2
pengertian, yaitu pengembangan potensi manusia dan pengembangan
teknologi pembelajaran itu sendiri, yang mencakup: perancangan, produksi,
penggunaan dan pemanfaatan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.3
d. Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“teknologi Pendidikan merupakan suatu studi yang sistematik mengenai
cara bagaimana tujuan Pendidikan dapat dicapai”.
Definisi ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat
keras, tetapi lebih berorientasi pada proses dalam mencapai tujuan
Pendidikan.4
e. Definisi AECT 1972
“teknologi Pendidikan adalah suatu bidang Garapan yang berkepentingan
dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam:
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan berbagai
macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses
tersebut”.5

2
Bambang w, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta Perannya dalam
Pemecahan Masalah Pembelajaran”, Jurnal KWANGSAN, Vol 1, No 2, (Desember, 2013), 75
3
Bambang w, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta Perannya dalam
Pemecahan Masalah Pembelajaran”, 75
4

5
AECT, The Field of Educational Technology: A Statement of Definition dalam Audiovisual Instruction,
17 (1972), 36

4
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-
visual sebagai suatu bidang studi, dan teknologi Pendidikan merupakan
suatu proses.
f. Definisi AECT 1977
“teknologi Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi
meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk
menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola
pe,ecahan masalah dalam segala aspek be;ajar pada manusia”.6
Dengan pengertian ini, AECT berusaha mengidentifikasi teknologi
Pendidikan sebagai teori, bidang dan profesi. Definisi sebelumnya tidak
menekankan teknologi Pendidikan sebagai suatu teori.7
g. Definisi AECT 1994
“instructional technology is the theory and practice of design, development,
utilization, management and evaluation of processes and resources for
learning (teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses
dan sumber untuk belajar)”.8
Meskipun sederhana dan singkat, namun definisi ini pada dasarnya
adalah definisi yang sangat penting dalam perkembangan teknologi
Pendidikan, karena menjadikan teknologi Pendidikan ini sebagai bidang
Garapan dan profesi yang perlu didukung oleh landasan teori dan praktik.
Selain itu definisi ini menyempurnakan Kawasan bidang kegiatan teknologi
pembelajaran melalui kajian teori dan penelitian, serta berusaha
menekankan adanya proses dan produk dalam aplikasi teknologi
Pendidikan.9 Definisi inilah yang akan dijadikan patokan dalam
memperluas pemahaman tentang teknologi Pendidikan nanti.
h. Definisi menurut anglin 1995

6
AECT, The Definition of Educational Technology, (Washington, AECT, 1977), 1
7
Barbara B. Seels & Rita C.Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, penerj. Dewi s
prawiradilaga, raphael raaharjo, dan yusufhadi miarso, (Jakarta: ikatan profesi teknologi Pendidikan Indonesia
(IPTPI) dan lembaga pengembangan teknologi kinerja (LPTK) Universita9s Negeri Jakarta, 1994), 22
8
. Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, penerj. Dewi s prawiradilaga,
raphael raaharjo, dan yusufhadi miarso 1
9
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
16

5
“teknologi Pendidikan adalah kombinasi dari pembelajaran, belajar,
pengembangan, pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan untuk
memecahkan masalah Pendidikan”
Definisi ini memandang teknologi Pendidikan sebagai salah satu cabang dari
disiplin ilmu Pendidikan yang berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi. Sejak dimasukannya unsur teknologi ke dalam kajian dan praktek
pendisikan, semenjak itulah lahir disiplin ilmu teknologi Pendidikan.
i. Definisi menurut hackbarth 1996
Teknologi Pendidikan adalah konsep multidimensional yang meliputi: 1) suatu
proses sistematis yang melibatkan penerapan pengetahuan dalam upaya mencari
solusi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah belajar dan
pembelajaran, 2) produk seperti buku teks, program audio, program televisi,
softwere computer, dan lain-lain 3) suatu profesi yang terdiri dari berbagai
kategori pekerjaan, dan 4) suatu profesi yang terdiri dari berbagai kategori
pekerjaan, dan 4) meruoakan bagian spesifik dari Pendidikan.”
Berdasarkan definisi ini teknologi Pendidikan mempunyai dua bidang kajian
utama, yaitu a) mengkaji tentang teori belajar dan perilaku manusia lainnya (soft
technology) dan, b) mengkaji teknologi terapan yang diaplikasikan untuk
memecahkan masalah pembelajaran (hard technology). Focus dari teknologi
pendidikan bukan pada proses psikologis bagaimana peserta didik belajar,
melainkan pada prosesbagaimana teknologi perangkat lunak dan keras digunakan
mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, atau sikap kepada peserta didik
sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku seperti yang di harapkan.
j. Definisi menurut AECT 2004
“educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning
and improving performance by creating, using, and managing appropriate
technology processes and resources”
Definisi terbaru teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses sumber-
sumber teknologi yang tepat.10 Tujuannya masih tetap untuk memfasilitasi
pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menarik serta mampu meningkatkan
kinerja. Selain itu, ada sebuah sentuhan etika dalam menggunakan teknologi
10
Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 17

6
dalam praktik Pendidikan dalam upaya untuk memfasilitasi proses Pendidikan dan
meningkatkan kinerja Pendidikan.
Selai itu, dari pengertian teknologi Pendidikan menurut AECT 2004 ini, ada
beberapa unsur yang sangat penting dari definisi tersebut, pertama, elemen studi,
yaitu penelitian dan praktik reflektif. Kedua, elemen praktik etis yang ada di
dalamnya sehingga dalam praktik ada kode etik tertentu yang harus dijalankan.
Ketiga, elemen fasilitasi, yaitu bagaimana memberikan kemudahan dalam proses
belajar. Keempat, elemen pembelajaran yang mengandung makna bahwa objek
formal yang menjadi pokok permasalahan yang harus dipecahkan melalui
teknologi Pendidikan. Kelima, perbaikan kinerja yang berarti bahwa harus ada hal
bermanfaat yang bisa diyawarkan, harus ad acara-cara terbaik dalam mencapai
tujuan, dan harus ada proses perbaikan yang mengarah pada kualitas hasil/produk
yang dapat diprediksi. Keenam, elemen kinerja (performance), yang mengundang
makna bahwa kinerja adalah kamampuan pembelajar untuk menggunakan dan
menerapkan kemampuan baru yang diperolehnya, dan tidak hanya meningkatkan
kemampuan untuk dapat diterapkan dalam dunia nyata. Ketujuh, elemen
menciptakan (to create), yang berkaitan dengan penelitian, teori dan praktik dalam
menciptakan lingkungan belajar dalam latar yang berbeda-beda. Kede;apan,
elemen penggunaan (using) berkaitan dengan teori dan praktik untuk membawa
pembelajar berhubungan dengan kondisi belajar untuk sumber-sumber belajar.
Kesembilan, pengaturan (managing) yang mengatur dan merencanakan dan
mengevaluasi serta mengontrol dan menjamin kualitas dari jalnnya setiap profram
pembelajaran.11

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya


semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu bagaimana memanfaatkan teknologi
dengan baik dalam ranah Pendidikan, khususnya untuk teknologi pembelajaran.
Karena Teknologi menjadi sebuah system, maka penggunaan teknologi dalam
dunia Pendidikan ini merupakan sebuah proses yang terintegrasi yang melibatkan
banyak orang, prosedur, sarana, gagasan, ide dan sumber daya dalam menganalisis

11
Teknologi Pendidikan: definisi ICT 2004, Definisi ICT 2004,
http://www.teknologipendidikan.net/2011/08/13/teknologi-pendidikan-definisi-ict-2004. Diakses pada 01 maret
2023.

7
masalah dan memecahkan masalah yang bersumber dengan segala aspek belajar
manusia.12

2. Klasifikasi Kawasan Pengembangan Teknologi Pendidikan

Mengacu pada definisi dari teknologi pendidikan menurut Association for


Educational Communications Technology (AECT, 1994) bahwa domain atau bidang
garapan yang masyhur disebut sebagai kawasan dari teknologi pendidikan terklasifikasi
menjadi lima kategori, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan
penilaian.13 Berikut ini, kami elaborasikan kelima kawasan tersebut dengan sub kategori
dan konsep yang berkaitan:

a. Kawasan Desain

Yang dimaksud dengan desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar
dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk dari pembelajaran. 14 Definisi ini
sesuai dengan definisi desain terbaru sekarang ini yang berorientasi pada penentuan
spesifikasi. Berbeda dengan definisi sebelumnya yang berfokus pada komponen-
komponen dalam suatu sistem pembelajaran, definisi di atas lebih menekankan pada
ranah kondisi belajar. Maka, ruang lingkupnya pun diperluas dari sumber belajar atau
sistem komponen individual ke pertimbangan maupun lingkungan yang sistematis.15

Kawasan desain berawal dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama yang


disandarkan pada gagasan dari B. F. Skinner yang mengemukakan teori pembelajaran
terprogram (programmed instructions). Pembelajaran terprogram adalah sebuah metode
yang menyuguhkan materi pembelajaran baru kepada siswa dengan cara siswa
mengaplikasikan materi tersebut secara otodidak dan setelahnya pemahaman mereka
akan diuji dengan menjawab pertanyaan atau mengisi sebuah diagram yang hasilnya
akan segera diketahui dengan menampilkan jawaban yang benar atau informasi
tambahan. Komputer atau jenis mesin pengajaran lainnya sering digunakan dalam
menjalankan materi tersebut. Skinner menciptakan pembelajaran terprogram ini untuk
memperbaiki pembelajaran. Teori dasar dari konsep ini adalah tentang perilaku verbal

12
Haryanto, Teknologi Pendidikan, (YOGYAKARTA: UNY Press, 2015), 18
13
Bambang Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta Perannya
dalam Pemecahan Masalah Pembelajaran,” Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan 1 Nomor 2 (2013): 79.
14
Salekun, “Teknologi Pendidikan: Ruang Lingkup dan Telaah dalam Perspektif Pendidikan Islam,” An-
Nafah: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 1 Nomor 2 (2021): 74.
15
Haryanto, Teknologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2015), 58-59.

8
(verbal behavior) sebagai instrumen untuk mempercepat dan meningkatkan
pembelajaran dalam pendidikan konvensional.16

Dari konsep wilayah desain di atas, lahirlah empat cakupan utama dalam teori
dan praktiknya, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) desain
strategi pembelajaran; (4) desain karakteristik peserta didik.17

1) Desain Sistem Pembelajaran

Desain sistem pembelajaran merupakan prosedur yang dirancang secara


terorganisasi dan sistematis yang meliputi beberapa langkah berikut:

a) Penganalisaan (proses perumusan apa saja yang akan dipelajari),


b) Perancangan (proses elaborasi tentang bagaimana cara mempelajarinya),
c) Pengembangan (proses penulisan atau produksi bahan ajar),
d) Pelaksanaan atau aplikasi (pemanfaatan bahan ajar dan strateginya),
e) Penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).18

2) Desain Pesan

Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan
agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima pesan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap.19 Maka, desain pesan juga
berarti sebuah proses untuk bisa menghadirkan sebuah pesan dalam bentuk fisiknya
sehingga bisa dipahami dan dimengerti oleh penerima pesan dengan baik dan
mudah.20

Dari pemahaman di atas, desain pesan pada dasarnya adalah bagaimana


menyampaikan pesan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pembelajaran
oleh penyampai pesan kepada penerima pesan dengan menggunakan bahan, alat,
teknik, dan dalam lingkungan tertentu.21 Tujuannya adalah untuk mencapai atau
16
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
22.
17
Ishak Abdulhak & Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
176.
18
Barbara B. Seels & Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, terj. Dewi S.
Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, dan Yusufhadi Miarso, (Jakarta: Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia (IPTPI) dan Lembaga Pengembangan Teknologi Kinerja (LPTK) Universitas Negeri Jakarta, 1994),
33.
19
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 80.
20
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 63.
21
Abdul Gafur, Desain Instruksional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan
Belajar dan Mengajar, (Surakarta: Tiga Serangkai, 1986), 5.

9
menemukan solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan
sejumlah informasi yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang timbul dalam
pembelajaran secara umum. Dengan demikian, suatu desain muncul karena adanya
faktor kebutuhan dari manusia untuk memecahkan suatu persoalan.

3) Strategi Pembelajaran

Desain strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta


mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.
Penelitian dalam strategi pembelajaran memberikan kontribusi terhadap
pengetahuan tentang komponen pembelajaran. Seorang desainer menggunakan teori
atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip pembelajaran. 22 Strategi
instruksional ini merupakan proses memilih dan menyusun kegiatan pembelajaran
dalam suatu unit pembelajaran seperti urutan, sifat materi, ruang lingkup materi,
metode, dan media yang paling sesuai untuk mencapai kompetensi pembelajaran.23

Strategi pembelajaran ada kaitannya dengan pendekatan pembelajaran dalam


mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran
secara sistematis sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta
didik secara efektif dan efisien.24 Dalam aplikasinya, ada empat aspek yang harus
diperhatikan dalam desain strategi pembelajaran, yaitu: pertama, urutan kegiatan
pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan materi atau isi
pelajaran kepada peserta didik; kedua, metode pembelajaran, yaitu cara guru
mengorganisasikan materi pelajaran dengan peserta didik agar terjadi proses belajar
yang efektif dan efisien; ketiga, media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan
pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran;
keempat, waktu yang digunakan guru dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap
langkah kegiatan pembelajaran.25

4) Desain Karakteristik Peserta Didik

Desain karakteristik peserta didik adalah aspek latar belakang pengalaman


peserta didik yang berpengaruh pada efektivitas proses belajarnya. Karakteristik
peserta didik mencakup keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik. Secara psikologis,

22
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 34.
23
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 81.
24
M. Alwi Suparman, Desain Instruksional, (Jakarta: PAU Universitas Terbuka, 2004), 206.
25
Warsita, Teknologi Pembelajaran, 25.

10
yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik peserta didik adalah aspek yang
berkaitan dengan kemampuannya, baik yang bersifat potensional maupun kecakapan
nyata dan kepribadiannya seperti sikap, emosi, motivasi, serta aspek-aspek
kepribadian lainnya.26

Karakteristik pembelajaran mempengaruhi komponen pembelajaran yang


diteliti dalam ruang lingkup strategi pembelajaran. Hal tersebut berinteraksi bukan
hanya dengan stategi, tetapi juga dengan situasi atau konteks dan isi. Analisis
terhadap karakteristik peserta didik adalah titik awal dalam merumuskan strategi
pembelajaran. Bila tidak, maka teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
dikembangkan sama sekali tidak akan ada gunanya bagi pelaksanaan pembelajaran.
Oleh karena itu, karakteristik peserta didik menjadi salah satu variabel yang paling
berpengaruh dalam pengembangan strategi pembelajaran.27

b. Kawasan Pengembangan

Kawasan pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam


bentuk fisik. Kawasan ini mencakup berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran, namun hal ini tidaklah berarti lepas dari teori dan praktik yang
berhubungan dengan belajar dan desain. Tidak pula kawasan pengembangan ini
berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan, melainkan timbul karena
adanya dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian
formatif dan praktik pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.28

Di dalam kawasan pengembangan, terdapat keterkaitan yang kompleks antara


teknologi dan teori yang mendorong aspek desain pesan dan strategi pembelajaran.
Pada dasarnya, kawasan pengembangan terjadi karena beberapa faktor yang muncul
dan melandasinya. Faktor-faktor tersebut adalah: (a) pesan yang didorong oleh isi; (b)
strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; (c) manifestasi atau pengejawantahan
fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. 29
Kawasan pengembangan itu sendiri terdiri dari empat kategori, yaitu: (1) teknologi
cetak; (2) teknologi audiovisual; (3) teknologi berbasis komputer; (4) teknologi terpadu

26
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 81.
27
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 69.
28
Abdulhak & Darmawan, Teknologi Pendidikan, 183.
29
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 82.

11
atau multimedia.30 Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan kita bahas keempat kategori
tersebut:

1) Teknologi Cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,


seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses
pencetakan mekanis atau fotografis. Sub kategori ini mencakup representasi dan
reproduksi teks, grafis, dan fotografis. Bahan cetak dan bahan visual menggunakan
teknologi yang paling dasar dan membekas. Teknologi ini menjadi dasar untuk
pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lainnya. Hasil
dari teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah salah
satu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut
dicetak dalam bentuk cetakan guna keperluan pembelajaran, maka hal tersebut
merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.31

Dua komponen dalam teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual.
Sedangkan pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat
bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh
manusia, dan teori belajar. Secara khusus, teknologi cetak atau visual mempunyai
karakterisktik sebagai berikut:

a) Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang,


b) Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif,
c) Keduanya berbentuk visual yang statis,
d) Pengembangannya sangat bergantung pada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi
visual,
e) Kedua berpusat pada peserta didik,
f) Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakainya.32

2) Teknologi Audiovisual

Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan


bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audiovisual dapat dikenal dengan

30
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 39.
31
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 71-72.
32
Warsita, Teknologi Pembelajaran, 28.

12
mudah karena menggunakan peralatan keras di dalam proses pembelajaran.
Peralatan audiovisual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran
kembali suara, dan penanyangan visual yang berukuran besar. Pembelajaran
audiovisual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan belajar yang
berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara
eksklusif tidak selalu bergantung pada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol
yang sejenis lainnya.33

Tujuan utama dari teknologi audiovisual adalah untuk memperbaiki


komunikasi, memperbaiki cara yang kita inginkan untuk memberikan informasi dan
cara untuk mengirimkan informasi tersebut kepada orang lain. Teknologi ini tentu
sangat bermanfaat untuk sektor pendidikan. Teknologi ini tidak harus menggunakan
peralatan yang mahal, yang tidak pernah digunakan sebelumnya. Penggunaannya
bisa melalui peralatan yang bervariasi, seperti proyektor, papan tulis interaktif, layar
plasma, hingga layar LCD melalui peralatan digital.34

Oleh karena itu, teknologi audiovisual atau sering disebut dengan media video
mempunyai potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam
menarik minat dan perhatian peserta didik. Video sendiri merupakan teknologi
penangkapan, perekaman, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan
perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam
gerak elektronik. Video menyediakan sumber daya yang kaya dan hidup bagi
aplikasi multimedia. Video merupakan gabungan dari gambar-gambar yang bergerak
atau disebut dengan frame.35

Secara khusus, teknologi audiovisual cenderung memiliki karakteristik sebagai


berikut:

a) Bersifat linier,
b) Menampilkan visual yang dinamis,
c) Secara khas digunakan cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer atau
pengembang,
d) Cenderung merupakan representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak,
e) Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif,
33
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 41.
34
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 74.
35
Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), 289-290.

13
f) Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaksi dengan peserta
didik.36

3) Teknologi Berbasis Komputer

Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan


menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada
mikroprosesor. Teknologi berbasis komputer dibedakan dari teknologi lain, karena
menyimpan informasi secara elektronis dalam bentuk digital, bukan sebagai bahan
cetak atau visual. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan
informasi kepada peserta didik melalui tayangan di layar monitor. Ada beberapa
jenis aplikasi komputer, di antaranya adalah Computer Based Instruction (CBI),
Computer Assisted Instruction (CAI), dan Computer Managed Instruction (CMI).
Berbagai aplikasi tersebut hamper seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori
perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak
berlandaskan pada teori kognitif.37

Beberapa aplikasi di atas dapat bersifat: (1) tutorial, pembelajaran utama


diberikan; (2) latihan dan pengulangan untuk membantu peserta didik
mengembangkan kefasihan dalam bahan belajar yang telah dipelajari sebelumnya;
(3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan
yang baru dipelajari; dan (5) sumber data yang memungkinkan peserta didik untuk
mengakses sendiri susunan data melalui cara pengaksesan (protocol) data yang
ditentukan secara eksternal.38

Teknologi berbasis komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun


perangkat lunak biasanya mempunyai beberapa karakter berikut:

a) Dapat digunakan secara acak, di samping secara linier,


b) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, di samping menurut cara
seperti yang dirancang oleh pengembangnya,
c) Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan
kata, simbol maupun grafis,
d) Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan,

36
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 42.
37
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 42-43.
38
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 79.

14
e) Pembelajaran dapat berpusat atau berfokus pada peserta didik dengan tingkat
interaksinya yang tinggi.39
4) Teknologi Terpadu atau Multimedia

Teknologi terpadu adalah cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan


belajar dengan memadukan berbagai jenis media yang dikendalikan oleh komputer. 40
Dengan pengertian ini, teknologi terpadu bisa disebut juga dengan multimedia.
Karena bersifar multimedia, maka tentu saja harus menggunakan dan memanfaatkan
berbagai media yang terhubung atau dikendalikan oleh komputer. Karena itulah,
komputer multimedia sendiri adalah sebuah komputer yang dilengkapi dengan
perangkat keras dan lunak sehingga memungkinkan data berupa teks, gambar,
animasi, suara, dan video dapat dikelola dengan baik.41

Pembelajaran multimedia atau teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik


berupa:

a) Dapat digunakan secara acak, di samping secara linier,


b) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, di samping menurut cara
seperti yang dirancang oleh pengembangnya,
c) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman
peserta didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan di bawah kendali peserta
didik,
d) Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstrukstivisme diterapkan dalam
pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran,
e) Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga
pengetahuan terbentuk pada saat digunakan,
f) Bahan belajar menunjukkan interaksi peserta didik yang tinggi,
g) Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber
media.42

c. Kawasan Pemanfaatan

39
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 83-84.
40
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru
Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2012), 128.
41
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 82.
42
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 84.

15
Pemanfaatan adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar.
Sedangkan proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga
dikaitkan dengan karakteristik peserta didik. Seseorang yang belajar mungkin
memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan
dari praktik atau sumber belajar.43

Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara peserta


didik dan bahan belajar atau sistem pembelajaran. Mereka yang telibat dalam
pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan peserta didik dengan
bahan belajar dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan peserta didik agar dapat
berinteraksi dengan bahan belajar dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan
selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai peserta didik, serta
memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.44

Dalam kawasan pemanfaatan ini, ada beberapa kategori yang relevan, yaitu: (1)
pemanfaatan media; (2) difusi inovasi; (3) implementasi dan institusionalisasi; dan (4)
kebijakan dan regulasi yang akan dijabarkan di bawah ini:

1) Pemanfaatan Media

Pemanfataan media adalah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk


belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan yang
didasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya, bagaimana suatu film
diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang
diinginkan.45 Pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran bisa menggunakan
media apa saja, mulai dari video, audio, audiovideo, komputer dan jaringan internet,
dan media lainnya. Yang penting dalam hal ini adalah bagaiman media tersebut
dapat dijadikan sarana untuk bisa membantu, mempermudah, dan memperlancar
proses pembelajaran sehingga peserta didik bisa belajar dengan baik.46

Dalam menggunakan media dalam pembelajaran, ada pedoman yang harus


diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

43
Richard E. Mayer, Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi, terj. Teguh Wahyu Utomo,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan ITS Press, 2009), 32.
44
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 85.
45
Abdulhak & Darmawan, Teknologi Pendidikan, 192.
46
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 86.

16
a) Tidak ada satu media terbaik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran karena
masing-masing media pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
b) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai,
c) Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan
karakteristik materi pelajaran,
d) Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan,
e) Penggunaan media harus disertai dengan persiapan yang cukup seperti
mempreview media yang akan digunakan, mempersiapkan berbagai peralatan
yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta
didik masuk,
f) Peserta didik perlu dipersiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar
mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama presentasi
materi dengan media berlangsung,
g) Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif
dari peserta didik.47

2) Difusi Inovasi

Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi terencana dengan


tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah untuk terjadinya
perubahan. Tahapan pertama dalam proses ini adalah membangkitkan kesadaran
melalui diseminasi atau penyebaran informasi. Proses tersebut dilakukan melalui
tahap-tahap seperti kesadaran, minat, percobaan, dan adopsi.48

Melalui proses difusi tersebut, suatu inovasi akan bisa diketahui oleh banyak
orang dan bisa dikomunikasikan sehingga tersebar luas dan akhirnya digunakan di
masyarakat. Proses difusi biasanya terjadi karena ada pihak-pihak yang
menginginkannya, atau secara sengaja merencanakan dan mengupayakannya. Dalam
proses difusi, terjadi interaksi antar empat elemen, yaitu karakteristik, inovasi itu
sendiri, bagaimana informasi tentang inovasi dikomunikasikan, waktu, dan sifat
sistem sosial di mana inovasi diperkenalkan.49
47
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media bekerja
sama dengan Pustekkom Diknas, 2013), 67.
48
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 51.
49
Warsita, Teknologi Pembelajaran, 48.

17
Menurut Rogers, langkah-langkah difusi yaitu pengetahuan, persuasi atau
bujukan, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Secara khusus, proses tersebut
mengikuti model komunikasi yang menggunakan alur multi-langkah termasuk
komunikasi yang menggunakan penjaga arus informasi (gatekeepers), misalnya,
sekretaris, perantara, dan opinion leaders atau tokoh panutan.50

3) Implementasi dan Institusionalisasi

Implementasi dan institusionalisasi yaitu penggunaan bahan dan strategi


pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan
institusionalisasi adalah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi
pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Begitu produk inovasi
telah diadopsi, proses implementasi dan pemanfaatan dimulai. Untuk menilai
pemanfaatan harus ada implementasi. Bidang implementasi dan institusionalisasi
(pelembagaan) yang didasarkan pada penelitian, belum berkembang sebaik
bidangbidang yang lain. Tujuan dari implementasi dan institusionalisasi adalah
menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Tujuan
institusionalisasi adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur kehidupan
organisasi. Keduanya bergantung pada perubahan individu maupun organisasi.51
Ada beberapa langkah dasar dalam melakukan sebuah implementasi media
pembelajaran,yaitu

a) Mengulas tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, audiensi, dan strategi pengajaran,


b) Menentukan media terbaik bagi komponen pelajaran,
c) Mencari dan mengulas bahan-bahan atau media yang ada,
d) Mengadaptasi media atau bahan-bahan yang ada jika diperiukan,
e) Jika media atau materialnya adalah media atau material yang baru, maka harus
dilakukan terlebih dahulu hal-hal seperti: (a) menentukan format, teks, visual, dan
semacamnya; (b) draft bahan dan media yang digunakan; (c) periksa kejelasan
dan aliran idenya,
f) Lakukan evaluasi formatif,
g) Implementasikan atau terapkan,
h) Lakukan evaluasi atau revisi.52
50
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 89.
51
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 86.
52
Dina Indriani, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran: Mengenal, Merancang, dan Mempraktikkannya,
(Yogyakarta: Diva Press, 2011), 20.

18
Dengan langkah-langkah di atas, diharapkan bahwa tujuan pembelajaran akan
semakin bisa diwujudkan dengan baik sehingga akan ada peningkatan pemahaman,
kemampuan, dan keterampilan dalam diri peserta didik dalam mempelajari suatu
ilmu pengetahuan. Yang lebih penting adalah bagaimana membuat peserta didik
merasa nyaman, mudah, terbantukan, menyenangkan, dan memahami dengan lebih
cepat dengan bantuan media pembelajaran.53

4) Kebijakan dan Regulasi

Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi
dan pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah
mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat
oleh permasalahan etika dan ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan
pada pengguna teknologi, baik untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual,
teknologi berbasis komputer, maupun teknologi terpadu.54
Keduanya timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan oleh individu
atau kelompok dalam maupun luar. Dampak pengaruh tersebut lebih pada praktek
daripada teori, seperti pada bidang tentang televisi pembelajaran dan televisi
masyarakat, hukum hak cipta, standar peralatan dan program, serta pembentukan
unit administrasi yang mendukung teknologi pembelajaran.55

d. Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan merupakan sebuah pengendalian teknologi pembelajaran melalui


proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan. Kawasan
pengelolaan bermula dari pengaturan pusat media, program media, dan pelayanan
pemanfaatan media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan
pusat dan ahli media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan
bahan cetak dan non-cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber
teknologi dalam kurikulum.56
Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi
pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori
pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran.
53
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 91-92.
54
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 87.
55
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 51.
56
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 92.

19
Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam
dari bidang lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.57
Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya,
karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan
tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi. Akibatnya, pengetahuan tentang
pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Dasar teoretis pengelolaan informasi
berasal dari disiplin ilmu informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak
kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.58
Dalam kawasan pengelolaan ini, ada empat kategori garapan, yaitu: (1)
pengelolaan proyek; (2) pengelolaan sumber; (3) pengelolaan sistem penyampaian; dan
(4) pengelolaan informasi yang akan dijabarkan berikut ini:

1) Pengelolaan Proyek

Pengelolaan proyek meliputi: perencanaan, monitoring, dan pengendalian


proyek desain dan pengembangan. Pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan
tradisional (line and staff management) karena: (a) staf proyek mungkin baru, yaitu
anggota tim untuk jangka pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki
wewenang jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara, dan
(c) pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang
biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.59
Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain. Peran
pengelola proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek dan
memberi saran perubahan internal.60

2) Pengelolaan Sumber

Pengelolaan sumber mencakup perencanaan, pemantauan dan pengendalian


sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber memliki arti penting
karena mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup, personil
keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber
57
Warsita, Teknologi Pembelajaran, 50-51.
58
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 87.
59
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 55.
60
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 88.

20
pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan
pengembangan. Efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua
karakteristik penting dari pengelolaan sumber.61

3) Pengelolaan Sistem Penyampaian

Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan


pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan.” Hal
tersebut merupakan suatu gabungan antara medium dan cara penggunaan yang
dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada pembelajar.62
Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan
produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan teknis terhadap
pengguna maupun operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan permasalahan
proses seperti pedoman bagi desainer dan instruktur dan pelatih. Keputusan
pengelolaan penyampaian sering bergantung pada sistem pengelolaan sumber.63

4) Pengelolaan Informasi

Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pengawasan, dan pengendalian


cara penyimpanan, pengiriman atau pemindahan atau pemrosesan informasi dalam
rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar. Dalam konteks ini, terjadi cukup
banyak tumpang tindih antara penyimpanan, pengirimnan/pemindahan, dan
pemrosesan, karena fungsi yang satu sering diperlukan untuk melakukan fungsi yang
lain.64
Teknologi yang dijelaskan dalam kawasan pengembangan merupakan metode
penyimpanan dan penyampaian. Penyaluran atau transfer informasi sering terjadi
melalui teknologi terpadu. Pengelolaan informasi ini penting untuk memberikan
akses dan keakraban pemakai. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada
potensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran.
Pertumbuhan jlmu maupun industri pengetahuan di luar yang saat ini dapat
diakomodasikan menunjukkan bahwa hal ini merupakan bidang yang sangat penting
bagi teknologl pembelajaran di masa yang akan datang. Pengelolaan sistem

61
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 55-56.
62
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 94.
63
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 88.
64
H. Ellington & D. Harris, Dictionary of Instructional Technology, (London: Kogan Page, 1986), 47.

21
penyimpanan informasi untuk tujuan pembelajaran tetap akan menjadi komponen
penting dari teknologi pembelajaran.65

e. Kawasan Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan pengukuran, kuantifikasi,


dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh, Dalam pengertian ini,
diisyaratkan bahwa penilaian harus terintegrasi dalam proses pembelajaran dan
menggunakan beragam bentuk penilaian. Namun, secara umum penilaian merupakan
salah satu proses penting dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar
mengajar. Hakikat penilaian dalam pendidikan adalah proses yang sistematik dan
sistemik, mengumpulkan data dan atau informasi, menganalisis dan selanjutnya
menarik kesimpulan tentang tingkat pencapaian hasil dan tingkat efektivitas serta
efisiensi suatu program pendidikan. Karena itu, kegiatan penilaian dapat dilakukan
terhadap programnya sendiri, terhadap proses pelaksanaannya, dan terhadap pencapaian
hasil pelaksanaannya. Penilaian terhadap program pendidikan ini sangat berkaitan
dengan ketepatan dan relevansi program dengan kebutuhan nyata masyarakat.66
Dengan demikian, kawasan penilaian merupakan kawasan yang penting dan
menjadi pengontrol akan sebuah keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran atau
bahkan pendidikan. Dalam hal ini, penilaian yang dilakukan adalah penilaian formal,
dan penilaian ini harus membandingkan hasil dengan tujuan. Jadi, lingkup penilaian
mencakup penelusuran kebutuhan (need assessment). Karena itu, kawasan penilaian
tumbuh bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metodologi.
Keduanya sering berjalan seiring atau bersamaan. Perbedaan yang penting antara
penelitian pendidikan tradisional dengan penilaian menjadi semakin jelas dalam masa
pertumbuhan tersebut.67
Menurut jenisnya, teknik penilaian dibedakan menjadi tes dan non-tes. Tes adalah
metode yang sangat penting untuk memperoleh informasi tentang apa yang dapat
dilakukan dan diketahui peserta didik. Untuk menjamin diperolehnya hasil yang otentik
dari setiap peserta didik, tes dilaksanakan dalam situasi yang khusus, yaitu:

65
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 56-57.
66
Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas: Sebuah Panduan Lengkap dan Praktis,
(Yogyakarta: Diva Press, 2011), 15-16.
67
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 58.

22
a) Waktu terbatas. Peserta didik menyelesaikan dan menjawab soal tes dalam waktu
yang telah ditentukan.
b) Tanpa bantuan dari buku, orang lain atau sumber-sumber yang lain, kecuali jika res
merupakan open book test.
c) Pengawasan. Hal ini dilakukan agar tes dapat berjalan dengan tertib dan
mendapatkan hasil yang otentik.68

Bentuk tes sendiri adalah seperti pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan,


jawaban singkat, uraian terstruktur, uraian bebas, dan unjuk kerja. Tes yang digunakan
guru seringkali berupa kombinasi dari beberapa macam bentuk. Porsi dari masing-
masing bagian sangat bervariasi, bergantung pada tingkatan, subjek tes, dan
kecenderungan pembuat tes.
Jenis non-tes terbagi pula menjadi dua bagian, yaitu penilaian hasil karya
(produk) dan penilaian sikap. Penilaian hasil karya atau produk sendiri bisa berupa: (1)
bentuk tertulis, yang biasanya berwujud laporan, jurnal, drama, karya ilmiah, dan
tulisan tentang suatu topik tertentu; (2) bentuk tidak tertulis, yang biasanya berbentuk
tiga dimensi seperti pahatan, diorama, dan semacamnya; (3) kombinasi antara bentuk
tertulis dan tidak tertulis. Contohnya adalah karya ilmiah tentang teknologi tepat guna
dalam suatu bidang tertentu yang terdiri dari alat dan deskripsi prinsip-prinsip ilmiah
yang merupakan dasar cara kerja dari alat tersebut. Sedangkan penilaian sikap bisa
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan, pengisian angket, atau menggunkan
checklist.69
Dalam kawasan penilaian ini, terdapat empat kategori penilaian, yaitu: (1) analisis
masalah; (2) pengukuran acuan patokan (PAP); (3) penilaian formatif, dan (4) penilaian
sumatif yang akan kita bahas berikut ini:

1) Analisis Masalah

Analisis masalah mencakup cara penentuan sikap dan parameter masalah


dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, para evaluator berargumentasi bahwa penilaian yang saksama dimulai
pada saat program tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun baiknya

68
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 97.
69
Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, 17-19.

23
anjuran orang, program yang diarahkan pada tujuan yang tidak atau kurang dapat
diterima akan dinilai gagal memenuhi kebutuhan.70
Dengan demikian, analisis masalah ini sangat penting untuk dilakukan pada
saat melakukan perumusan dan perencanaan suatu program. Jadi, penilian sudah bisa
dilakukaan saat suatu kegiatan masih dalam tahap perumusan dan perencanaan,
sehingga akan bisa dilihat cara, upaya, dan tujuan apa yang ingin dicapai yang
dianalisis sedemikian rupa sehingga akan mampu memberikan gambaran tentang
apa yang akan dilakukan, bagaimana mengupayakannya, dan apa yang akan
dihasilkan.71
Yang dilakukan dalam analisis masalah ini adalah berusaha mengidentifikasi
kebutuhan, menentukan sejauh mana masalah dapat diklasifikasikan sebagai
pembelajaran, mengidentifikasi berbagai tantangan dan hambatan serta sumber dan
karakteristik pembelajaran dan bagaimana menentukan tujuan dan prioritas.72

2) Pengukuran Acuan Patokan (PAP)

Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan


kemampuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya. PAP yang sering berupa tes juga dapat disebut dengan acuan isi, acuan
tujuan, dan acuan kawasan. Sebab, kriteria tentang cukup atau tidaknya hasil belajar
ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar telah mencapai tujuan. PAP memberikan
informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang berkaitan dengan tujuan. Keberhasilan dalam tes acuan patokan
berarti dapat melaksanakan kemampuan tertentu. Biasanya ditentukan skor minimal,
dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor tersebut dinyatakan lulus tes.
Batas jumlah pengikut tes yang dapat lulus atau dapat mengerjakan tes dengan baik
tidak ada, karena PAP tidak membandingkan antar pengikut tes.73
Dengan demikian, sudah jelas bahwa PAP menjadi patokan dasar tentang
seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam memahami suatu pembelajaran dan
mencapai standar yang telah ditentukan. PAP akan memberikan standar-standar
tertentu dalam bentuk sedemikian rupa sehingga peserta didik akan menjalaninya

70
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 61.
71
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 99.
72
Warsita, Teknologi Pembelajaran, 55.
73
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 61-62.

24
untuk bisa mengukur apakah peserta didik sudah mencapai prasyarat yang telah
ditentukan atau belum.74

3) Penilaian Formatif dan Sumatif

Penilaian formatif ini berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang


kecukupan dan penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya.
Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang
kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.75
Dalam hal ini, ada perbedaan yang kontras antara penilaian formatif dan
sumatif. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan
produk atau program atau orang. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf
dalam lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern. Akan tetapi, penilaian ini
dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam maupun luar atau lebih baik lagi secara
kombinasi. Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan
pihak luar atau para pengambil keputusan. Untuk alasan kredibilitas, lebih baik
evaluator luar dilibatkan daripada sekadar merupakan penilaian formatif. Hendaknya
jangan dikacaukan dengan penilaian hasil yang sekadar menilai hasil dan bukan
pada proses.76
Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian
sumatif. Penilaian formatif mengandalkan kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam
kelompok kecil atau kelompok besar. Metode pengumpulan data bersifat informal,
seperti wawancara, observasi, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif
memerlukan prosedur dan metode pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian
sumatif sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi
eksperimental.77

3. Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab menurut Perspektif Kawasan


Pengembangan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan mengalami pengembangan yang signifikan dari aspek teori


dan praktiknya. Pengembangan dalam teknologi pendidikan dibersamai dengan
berkembangnya pula dunia teknologi elektronik yang saat ini seluruh disiplin ilmu
74
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 100.
75
Seels & Richey, Teknologi Pembelajaran, 62.
76
Haryanto, Teknologi Pendidikan, 101-102.
77
Warsita, “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran,” 90-91.

25
pendidikan memanfaatkannya untuk menjadikan pembelajaran semakin mangkus dan
sangkil. Manfaat pengembangan teknologi pendidikan ini pun turut dirasakan oleh para
pengajar dan pembelajar bahasa Arab.
Inovasi dan kreativitas dalam menghadirkan pembelajaran yang efektif memiliki
andil besar dalam tercapainya tujuan dari pendidikan secara umum. Yang mulanya,
pembelajaran bahasa Arab di dalam kelas didominasi oleh metode langsung yang
mengandalkan kekuatan orasi dan retorika pengajarnya dan metode gramatikal terjemah
yang fokusnya hanya pada penerjemahan tata bahasa Arab yang disajikan oleh guru baik
secara lisan maupun tulisan, kini peserta didik dapat merasakan variasi dari metode dan
strategi pembelajaran bahasa Arab dengan media-media pembelajaran yang bermacam-
macam. Mulai dari penggunaan metode audio lingual dengan media pembelajaran berbasis
rekaman penutur asli Arab, penggunaan metode audio visual yang menampilkan gambar
bergerak atau video berbahasa Arab, dan metode dan media pembelajaran bahasa Arab
lainnya yang lebih menyenangkan dan membuat peserta didik nyaman dalam belajar.
Berikut ini, kami sajikan beberapa terobosan baru dalam ranah pembelajaran bahasa
Arab untuk didiskusikan bersama yang didasarkan pada perspektif kawasan
pengembangan teknologi pendidikan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

a. Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Aplikasi WhatsApp

WhatsApp merupakan salah satu media sosial yang paling banyak penggunanya
karena fitur yang terdapat di dalamnya mudah untuk dijalankan dan sangat memenuhi
kebutuhan komunikasi masyarakat saat semuanya telah terdigitalisasi. Ada tiga fitur
utama yang menjadi alasan masyarakat memilih WhatsApp sebagai aplikasi utama,
yaitu fitur chat untuk berkirim pesan tulisan dan visual, fitur voice note untuk berkirim
pesan lisan atau suara, dan fitur video call untuk melakukan panggilan dengan video
untuk bisa saling menatap satu sama lain.
Ketiga fitur tersebut, selain bisa dijadikan sebagai alternatif alat komunikasi
kekinian, juga bisa digunakan sebagai media dalam pembelajaran bahasa Arab. Dalam
fitur chat, kita bisa saling bertukar informasi menggunakan bahasa Arab dengan
mengubah jenis setelan keyboard dari huruf abjad menjadi huruf hijaiyyah. Sangat
dimungkinkan untuk kita dapat melakukan praktik dan improvisasi dalam berbahasa
Arab menggunakan fitur ini dengan mengubah bahasa keseharian menjadi bahasa Arab.

26
Selanjutnya, pada fitur voice note kita dapat meningkatkan kemahiran berbicara
berbahasa Arab dengan mengirim pesan suara dan dapat kita perdengarkan kembali
apakah bahasa Arab yang kita gunakan sudah sesuai dengan kaidah gramatikal Arab
atau belum, khususnya pada aspek lahjah ‘arabiyyah kita. Kita juga akan
mendengarkan pesan suara dari lawan bicara kita pada fitur ini dan terjadilah
komunikasi berbahasa Arab transaksional berbasis kiriman penggalan suara, karena
pada fitur ini suara yang dihasilkan atau dikirimkan cenderung singkat dan padat. Juga
karena voice note ini adalah alternatif lain pengganti fitur chat yang memudahkan kita
apabila sedang kesulitan mengetik pesan pada fitu chat dan mentransformasikannya ke
dalam pesan suara singkat.
Kemudian pada fitur video call, selain kita bisa bertatap muka langsung dengan
lawan bicara, kita juga bisa melihat ekspresi lawan bicara kita saat berkomunikasi
dengan bahasa Arab. Transaksi komunikasi pada fitur ini bisa langsung dirasakan tanpa
menunggu jeda lawan bicara untuk mengirim pesan suara. Inilah yang menjadi
perbedaan fitur video call dengan fitur voice note. Pada dasarnya, fitur video call ini
merupakan bentuk komunikasi langsung namun dilakukan secara virtual yang
memungkinkan kita melakukan komunikasi dua arah dari bahkan tempat yang
berjauhan.

Prinsip dasar penggunaan aplikasi WhatsApp dipandang sesuai dengan konsep


dari kawasan pengembangan teknologi pendidikan. Berikut ini kami paparkan
kolaborasi dari kedua aspek tersebut:

1) Dari aspek kawasan desain, penggunaan WhatsApp dalam pembelajaran memenuhi


kriteria dari desain pesan dan desain karakteristik peserta didik. Di era digitalisasi
ini, rasanya hampir semua peserta didik memiliki gawai yang digunakan sehari-hari.
Kami memandang bahwa WhatsApp bisa dijadikan sebagai instrumen pembelajaran
di kelas maupun di luar kelas. Kita bisa mengirimkan materi atau bahan ajar kepada
peserta didik melalui WhatsApp dan melakukan diskusi dalam forum menggunakan
bahasa Arab. Selain itu, kita juga bisa membuat regulasi berkomunikasi dengan
peserta didik dengan mewajibkan mereka untuk menggunakan bahasa Arab apabila
ingin berkomunikasi dengan kita melalui WhatsApp.
2) Dari aspek kawasan pengembangan, penggunaan WhatsApp selaras dengan konsep
teknologi audiovisual dan teknologi multimedia. Dari tiga fitur yang telah
disebutkan di atas, dapat kita rasakan manfaat dari pengembangan teknologi yang

27
kita adopsi cara kerjanya dan kita terapkan dalam pendidikan. Walaupun terkesan
ringan, namun dalam aspek teknologi audiovisual dan multimedia, WhatsApp sangat
berguna dalam peningkatan penguasaan bahasa Arab bagi kita sebagai pendamping
belajar dan bagi peserta didik yang kiranya akan lebih antusias untuk belajar bahasa
Arab dengan catatan, kita sebagai guru harus selalu mencontohkan apa yang kita
wajibkan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai.
3) Dari aspek kawasan pemanfaatan, penggunaan WhatsApp merupakan manifestasi
dari pemanfaatan media dan difusi inovasi. Seperti yang telah kita sepakati bersama
bahwa WhatsApp merupakan media sosial, maka penggunaannya pun tidak akan
terlepas dari pemanfataannya sebagai salah satu media beinteraksi secara virtual.
Adopsi cara kerjanya pun turut menegaskan adanya difusi inovasi pada
pembelajaran yang dilakukan menggunakan WhatsApp. Selebihnya, kita kembalikan
pada diri kita sendiri sebagai guru apakah ingin menyambut pemanfaatan tersebut
atau tidak, karena di era yang serba digital ini kita dituntut untuk terus melakukan
inovasi demi terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
4) Dari aspek kawasan pengelolaan, penggunaan WhatsApp mengisyaratkan terjadinya
hubungan antara pemanfaatan media dengan pengelolaan sistem penyampaian dan
informasi. Penyampaian informasi dapat kita rancang sedemikian rupa melalui
penggunaan WhatsApp dalam pembelajaran. Pada fitur chat, saat ini kita dapat
menyampaikan informasi kepada peserta didik baik berupa bahan ajar maupun
instrumen pembelajaran lainnya yang bisa berbentuk file gambar, word, pdf, dan lain
sebagainya. Segala bentuk informasi cetak dapat kita distribusikan kepada peserta
didik dengan mengubahkan ke dalam bentuk virtual sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran.

5) Dari aspek kawasan penilaian, setelah kita menggunakan WhatsApp sebagai media
pembelajaran, kita dapat melakukan penilaian formatif berupa kecukupan informasi
yang kita berikan kepada peserta didik dan capaian apa yang akan diterima oleh
masing-masing peserta didik. Kita juga dapar menganalisis masalah yang terjadi
pada saat penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran bahasa Arab. Masalah
yang dianalisis yaitu dari segi pemahaman peserta didik tentang informasi yang
diberikan melalui WhatsApp. Sejauh mana antusias peserta didik dalam menerima
informasi dan peningkatan penguasaan bahasa Arab mereka yang ditinjau minimal
dari empat aspek keterampilan bahasa Arab. Penilaian ini bersifat persuasif agar

28
peserta didik dapat mengekspresikan kesulitan mereka dalam pembelajaran bahasa
Arab menggunakan WhatsApp.

Gambar 1: Fitur chat WhatsApp menggunakan bahasa Arab.

b. Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Aplikasi Perekam Suara dan YMusic

Indonesia terkenal dengan asas keterbukaan informasi yang dibuktikan dengan


pesatnya perkembangan teknologi informasi dan elektronik. Segala jenis gawai mulai
dari yang harganya murah sampai yang harganya melambung tinggi dapat kita temui.
Namun, terkadang kita memilih gawai yang sebenarnya memiliki potensi untuk dapat
kita jadikan alat untuk mengembangkan diri tetapi kita hanya menggunakannya untuk
memenuhi kebutuhan hiburan saja. Sebut saja aplikasi perekam suara pada gawai kita.
Merk gawai apapun pasti akan menyediakan fitur ini. Semuanya dapat merekam suara
kita dan dapat diperdengarkan kembali bahkan bisa kita bagikan kepada orang lain
melalui beberapa platform digital. Dalam kesempatan ini, kami menawarkan alternatif
penggunaan fitur perekam suara yang dikombinasikan dengan aplikasi YMusic sebagai
media pembelajaran bahasa Arab.
Fitur perekam suara ini dapat kita jadikan media pembelajaran bahasa Arab
khususnya untuk meningkatkan kemahiran dan kefasihan berbahasa Arab. Caranya
dengan merekam suara kita dan kita lakukan evaluasi dengan mendengarkan kembali
suara yang telah kita rekam dan coba kita nilai seberapa fasih lahjah ‘arabiyyah kita.
Materi berbicaranya dapat kita ambil dari materi-materi pembelajaran yang ada pada
buku atau dapat kita akses di internet.

29
Setelah kita evaluasi lahjah ‘arabiyyah yang kita rekam, lalu kita buka aplikasi
YMusic untuk mendengarkan suara kita dengan versi yang berbeda. Dalam hal ini,
pitch atau nada dasar suara kita dapat kita ubah dengan menurunkannya agar nada
dasarnya lebih rendah. Hal ini untuk menguji kefasihan lahjah ‘arabiyyah kita.
Setelah kita dengarkan hasilnya, lalu kita dapat membandingkannya dengan
lahjah asli orang Arab dalam berbicara melalui YMusic. YMusic sendiri adalah
aplikasi seperti YouTube yang bisa memutar video dalam bentuk audio saja tanpa
diperlihatkan visualisasinya. Aplikasi ini hadir untuk kita yang ingin mendengarkan
konten di YouTube namun hanya audionya saja. Di fitur pencariannya pun akan
langsung terhubung dengan mesin pencarian yang persis seperti yang ada pada
YouTube.

Gambar 2: Aplikasi Perekam Suara.

30
Gambar 3 dan 4: Aplikasi YMusic.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi
terus mengalami perkembangan yang pesat. Rumusan tentang pengertian teknologi
pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan
perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Teknologi Pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi
tentang proses dan sumber untuk belajar. Berikut dikemukakan beberapa definisi tentang
teknologi Pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan teknologi
Pendidikan.

Mengacu pada definisi dari teknologi pendidikan menurut Association for


Educational Communications Technology (AECT, 1994) bahwa domain atau bidang
garapan yang masyhur disebut sebagai kawasan dari teknologi pendidikan terklasifikasi
menjadi lima kategori, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan
penilaian.

Teknologi pendidikan mengalami pengembangan yang signifikan dari aspek teori


dan praktiknya. Pengembangan dalam teknologi pendidikan dibersamai dengan
berkembangnya pula dunia teknologi elektronik yang saat ini seluruh disiplin ilmu
pendidikan memanfaatkannya untuk menjadikan pembelajaran semakin mangkus dan
sangkil. Manfaat pengembangan teknologi pendidikan ini pun turut dirasakan oleh para
pengajar dan pembelajar bahasa Arab.

Inovasi dan kreativitas dalam menghadirkan pembelajaran yang efektif memiliki


andil besar dalam tercapainya tujuan dari pendidikan secara umum. Yang mulanya,
pembelajaran bahasa Arab di dalam kelas didominasi oleh metode langsung yang
mengandalkan kekuatan orasi dan retorika pengajarnya dan metode gramatikal terjemah
yang fokusnya hanya pada penerjemahan tata bahasa Arab yang disajikan oleh guru baik
secara lisan maupun tulisan, kini peserta didik dapat merasakan variasi dari metode dan
strategi pembelajaran bahasa Arab dengan media-media pembelajaran yang bermacam-
macam. Mulai dari penggunaan metode audio lingual dengan media pembelajaran berbasis

32
rekaman penutur asli Arab, penggunaan metode audio visual yang menampilkan gambar
bergerak atau video berbahasa Arab, dan metode dan media pembelajaran bahasa Arab
lainnya yang lebih menyenangkan dan membuat peserta didik nyaman dalam belajar.

WhatsApp merupakan salah satu media sosial yang paling banyak penggunanya
karena fitur yang terdapat di dalamnya mudah untuk dijalankan dan sangat memenuhi
kebutuhan komunikasi masyarakat saat semuanya telah terdigitalisasi. Ada tiga fitur utama
yang menjadi alasan masyarakat memilih WhatsApp sebagai aplikasi utama, yaitu fitur
chat untuk berkirim pesan tulisan dan visual, fitur voice note untuk berkirim pesan lisan
atau suara, dan fitur video call untuk melakukan panggilan dengan video untuk bisa saling
menatap satu sama lain.

Selain itu, aplikasi perekam suara pada setiap gawai kita juga bisa menjadi alternatif
lain yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Arab yang dikombinasikan
dengan aplikasi YMusic yang merupakan aplikasi pemutar audio dari tayangan video yang
terdapat pada entri pencarian di aplikasi YouTube.

33
DAFTAR PUSTAKA

Warsita, Bambang. “Perkembangan Definisi dan Kawasan Teknologi Pembelajaran serta


Perannya dalam Pemecahan Masalah Pembelajaran,” Kwangsan: Jurnal Teknologi
Pendidikan 1 Nomor 2 (2013).
Salekun. “Teknologi Pendidikan: Ruang Lingkup dan Telaah dalam Perspektif Pendidikan
Islam,” An-Nafah: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 1 Nomor 2 (2021).
Haryanto. Teknologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, 2015.
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya,. Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Abdulhak, Ishak & Deni Darmawan. Teknologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Seels, Barbara B. & Rita C. Richey. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya,
terj. Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, dan Yusufhadi Miarso. Jakarta: Ikatan
Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) dan Lembaga Pengembangan
Teknologi Kinerja (LPTK) Universitas Negeri Jakarta, 1994.
Gafur, Abdul. Desain Instruksional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar
Kegiatan Belajar dan Mengajar. Surakarta: Tiga Serangkai, 1986.
Suparman, M. Alwi. Desain Instruksional. Jakarta: PAU Universitas Terbuka, 2004.
Munir. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013.
Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme
Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta, 2012.
Mayer, Richard E.. Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi, terj. Teguh Wahyu
Utomo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan ITS Press, 2009.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
bekerja sama dengan Pustekkom Diknas, 2013.
Indriani, Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran: Mengenal, Merancang, dan
Mempraktikkannya. Yogyakarta: Diva Press, 2011.
Ellington H. & D. Harris. Dictionary of Instructional Technology. London: Kogan Page,
1986.
Hamid, Moh. Sholeh. Standar Mutu Penilaian dalam Kelas: Sebuah Panduan Lengkap dan
Praktis. Yogyakarta: Diva Press, 2011.

34

Anda mungkin juga menyukai