Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknolgi informasi berjalan sangat cepat. Seiring dengan
perkembangan teknologi, penyimpanan dan pengiriman data semakin
murah dan semakin baik kualitasnya. Baik individu, institusi, lembaga
pendidikan, maupun pemerintah ikut melakukan berbagai upaya untuk
memanfaatkan perkembangan teknologi. Bahkan dalam dunia pendidikan
Islam, sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi tersebut.
Teknologi akan memberikan nilai tambah dalam proses
pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak semuanya diperoleh dalam
lingkungan sekolah. Demikian pula pada saat melakukan pertukaran data
dan informasi antar sekolah, sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan
pemerintah daerah dan pusat, utamanya dalam pendidikan Islam dan lain-
lain, semuanya akan lebih efektif dan efisien jika memanfaatkan teknologi
dalam kemjuan pendidikan tersebut.[1]
Dalam dunia pendidikan,  penggunaan teknologi memberikan
dampak positif dan negatif. Adapun dampak positifnya, antara lain adalah
dapat mempermudah pengajar dalam menyampaikan materi dengan cara
yang tidak manual lagi. Dengan menggunakan teknologi, kita juga dapat
memberikan gambaran yang lebih konkret ketika menyampaikan materi
tentang suatu hal. Dan dampak yang lain adalah dapat mempermudah kita
dalam memproses informasi, misalnya dengan pemanfaatan internet.
Sedangkan dampak negatif dari penggunaan teknologi dalam
pendidikan antara lain adalah, adanya gangguan teknis yang menjadikan
proses pembelajaran menjadi terganggu. Dalam hal ini bila ternyata
teknologi yang kita gunakan tidak lagi membantu. Misalnya jika dalam
proses pembelajaran yang memanfaatkan LCD tiba-tiba listrik mati, maka
akan menyulitkan kita untuk menyampaikan materi yang telah disiapkan.
Dampak negatif lainnya adalah, akibat kemajuan teknologi, individu
cenderung bersifat individualis dan kurang dalam kehidupan bersosialisasi.
Dan terkadang sebagian individu sering menyalah gunakan teknologi,
sehingga membuang waktunya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat
1. RUMUSAN MASALAH
 Apa teknologi pendidikan itu ?
 apa saja ruang lingkupnya ?
 apa teknologi dalam pengembangan pendidikan islam itu ?
1. TUJUAN
 Mengetahui teknologi pendidikan
 Mengetahui apa saja ruang lingkupnya
 Mengetahui teknologi dalam pengembangan pendidikan islam
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang
menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau
penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar
kata teknologi berarti art, skilll, science atau keahlian, ketrampilan,
ilmu.[2]
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang
dapatdiartikan 
upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran), instruction (perint
ah), pedagogy (pembinaankepribadian), breeding (memberi
makan), raising (of animal) (menumbuhkan). Dalam bahasa Arab, kata
pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat
diartikan proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang
terdapat pada diri seseorang, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat berarti menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, memperbaiki (ashlaha), menguasai
urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna,
mengasuh, memiliki, mengatur, dan menjaga kelangsungan maupun
eksistensi seseorang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan
terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi
untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar
manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan
masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain
dan/ atau dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar sumber-
sumber belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan
latar (setting).[3]
Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan
pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan
penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk
membuat pembelajaran lebih efektif.
Secara historis, istilah teknologi pendidikan (educational technology) dan
teknologi pembelajaran (instructional technology) dimaknai oleh sebagian ahli
pendidikan secara terpisah. Ada yang menyetujui penggunaan istilah “teknologi
pendidikan”, dengan alasan bahwa kata “pendidikan” memberikan cakupan yang
lebih luas daripada sekedar menggunakan kata “pembelajaran”. Selain itu mereka
juga beranggapan bahwa kata “pendidikan” tersebut merujuk pada aneka ragam
lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan
sebagainya, sementara kalau hanya menggunakan istilah “pembelajaran”, tentu
cakupannya hanya sebatas di lingkungan sekolah saja. Sedangkan bagi yang
setuju dengan menggunakan istilah “teknologi pembelajaran” berpendapat bahwa
kata pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi, yakni berkenaan dengan
permasalahan belajar dan mengajar, termasuk juga mencakup situasi pelatihan
(training). Kedua kelompok ini sepertinya menggunakan alasan yang seimbang
untuk membenarkan pendapat mereka masing-masing. [4]
Namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, perbedaan istilah tersebut
telah menghilang. Sejak tahun 1994 istilah “Teknologi Pendidikan” dan
“Teknologi Pembelajaran” dianggap sinonim dan digunakan secara bergantian
oleh kebanyakan ahli pendidikan untuk menjelaskan penerapan proses dan sarana
(tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan belajar dan pembelajaran.
 
2. Ruang Lingkup Teknologi Pendidikan
Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian adalah 5
kawasan teknologi pendidikan yang harus dikembangkan untuk mengidentifikasi
hubungan timbal balik dari teori dan praktik pembelajaran serta penelitian yang
dilakukan untuk melihat kebenaran teori yang ada. Setiap kawasan dalam
teknologi pendidikan memberikan kontribusi kepada pengembangan teori dan
praktik dan sebaliknya teori dan praktik dijadikan pengembangan kawasan. Tiap
kawasan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sebagai suatu kegiatan
yang sistematik. Hubungan antar kawasan ini bersifat saling melengkapi.
Penjelasan mengenai masing-masing kawasan/ ruang lingkup teknologi
pendidikan adalah sebagai berikut:[5]
1. Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi
belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain
paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: desain
sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik
pembelajar.
1. Kawasan Pengembangan
Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk
fisik, di dalamnya meliputi: teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi
berbasis komputer, dan teknologi terpadu.
1. Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara
pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.
1. Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan bermula
dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran
perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli media sekolah.
Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak
sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam
kurikulum.
1. Penilaian
Penilaian dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian
berdasarkan kepada sistem penilaian tertentu. Penilaian merupakan proses
penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar, mencakup analisis
masalah, pengukuran acuan patokan, penilaian formatif, dan  penilaian sumatif.
3. 3. Teknologi dalam Pengembangan Pendidikan Islam
Kemajuan teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakkan pengaruhnya
pada setiap dan semua kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat
dikatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menghindar dari pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), IPTEK bukan saja
dirasakan individu, akan tetapi dirasakan pula oleh masyarakat, bangsa dan
negara.
Kehadiran IPTEK di negara-negara maju, sudah lama dirasakan pengaruhnya,
karena pada negara-negara tersebutlah kemajuan itu mula-mula dicapai.
Sebaliknya bagi negara-negara berkembang, pengaruh tersebut baru mulai
dirasakan antara lain seperti dalam bidang informasi, buku-buku, media TV,
radio, video, internet dan lain sebagainya.
Sekarang yang menjadi persoalan sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah
bagaimana dengan eksistensi pendidikan Islam dalam menghadapi arus
perkembangan IPTEK yang sangat pesat tersebut. Bagaimanapun tampaknya
pendidikan Islam (terutama lembaganya) dituntut untuk mampu mengadaptasikan
dirinya dengan kondisi yang ada. Disamping dapat mengadaptasi dirinya,
pendidikan Islam juga dituntut untuk menguasai IPTEK, dan kalau perlu
merebutnya.[6]
Kenyataan untuk merebut teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat
penting, sebab sekarang pembangunan nasional diarahkan dengan orientasi pada
teknologi industri, dalam hal ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, ada lima prinsip yang harus diikuti untuk
mencapai penguasaan IPTEK yaitu:
1. Melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) dalam
bidang IPTEK yang relevan dengan pembangunan bangsa.
2. Mengembangkan konsep masyarakat teknologi dan industri serta melakukan
usaha serius dalam merealisasikan konsep tersebut.
3. Adanya transfer, aplikasi dan pengembangan lebih jauh dari teknologi yang
diarahkan pada pemecahan masalah-masalah nyata.
4. Kemandirian teknologi, tanpa harus bergantung ke luar negeri.
5. Perlu adanya perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkan di dalam
negeri hingga mampu bersaing di arena internasional.
Sementara itu pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis
serta mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang
sama sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam dituntut harus mampu
mengetengahkan perencanaan program-program dan aktivitas-aktivitas
operasional kependidikan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan
pemanfaatan IPTEK sebagaimana digambarkan diatas.
Pendidikan Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat signifikan
dipertahankan atau dikembangkan. Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran
filosofis atau konseptual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang dari waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-
tengah dinamika masyarakat.
1. Motivasi kreatifitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri,
dimana nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
2. Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi kesejahteraan
hidup umat manusia  pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
3. Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan
yang akrab  dengan para ilmuwan yang memegang otoritas IPTEK dalam
bidang masing-masing.
4. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan
umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari
sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual dengan masa depan kehidupan
manusia.[7]
Jadi kesanalah pendidikan Islam diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. Strategi tersebut merupakan
sebagian solusi bagi pendidikan Islam untuk bisa lebih banyak berbuat.
Kendatipun demikian, pendidikan Islam tentu saja tidak boleh lepas dari Idealitas
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berorientasikan kepada hubungan manusia
dengan Allah SWT. (Hablumminallah), hubungan manusia dengan sesamanya
(Hablumminannas) dan dengan alam sekitarnya.
Dari ketiga orientasi tersebut, tampaknya hubungan dengan alam sekitar menjadi
dasar pengembangan IPTEK, sedang Hablumminallah menjadi dasar
pengembangan sikap dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan
IPTEK, sedang Hablumminannas menjadi dasar pengembangan hidup
bermasyarakat yang berpolakan atas kesinambungan, keserasian, dan keselarasan
dengan nilai-nilai moralitas yang berfungsi menentramkan jiwa manusia, sehingga
terciptalah kedamaian.
 
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu
proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan
dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar
manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan
masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma
dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/ atau dipilih dan/atau
digunakan untuk keperluan belajar sumber-sumber belajar ini meliputi: pesan,
orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (setting).
Untuk menerapkan, teknologi pendidikan ini memiliki beberapa ruang lingkup
atau kawasan yang terbagi menjadi 5 bagian, yaitu desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian. Berdasarkan kawasan-kawasan tersebut,
maka seorang pakar teknologi pendidikan dapat berprofesi atau memiliki bidang
garapan sebagai berikut:
1. Perancang proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi
perancangan sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan
karakteristik pebelajar.
2. Pengembangan proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya
meliputi pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi
berbasis computer, teknologi terpadu.
3. Pemanfaatan/penggunaan proses dan sumber belajar; dimana lingkup
pekerjaannya meliputi pemanfaatan media pembelajaran, difusi inovasi
pendidikan, implementasi dan institutionalisasi serta penerapan kebijakan dan
regulasi pendidikan.
4. Pengelola proses dan sumber belajar; dengan lingkup pekerjaan meliputi
pengelolaan proyek, pengelolaan sistem informasi pendidikan.
5. Evaluasi/ penilaian; dengan lingkup pekerjaan meliputi melakukan analisis
masalah, pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Hadimiarsa, Yusuf. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 1986.
 
Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
 
Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam Berbasisi Kompetensi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004.
 
 
Soejoeti. Al-Islam dan Iptek. Jakarta: Raja Grafindo, 1998
[1] Yusuf Hadimiarsa, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali,
1986), 4
[2] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2.
[3] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 4
[4] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),10
[5] Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), 161.
 
[6] ] Soejoeti, al-Islam dan IPTEK, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 105-115
[7] ] Soejoeti, al-Islam dan IPTEK, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 105-115

Anda mungkin juga menyukai