Anda di halaman 1dari 31

Pengertian Teknologi Pendidikan

Istilah teknologi muncul dari bahasa Yunani “Technologis”. Kata “technie” sendiri
mempunyai arti seni, keahlian dan sains, sedangkan logos adalah ilmu. Gaibraith mengartikan
teknologi sebagai penerapan yang sistematik dari pengetahuan ilmiah dan terorganisasikan
pada hal-hal praktis. Dalam arti sempit teknologi pendidikan adalah media pendidikan, yakni
teknlogi yang digunakan sebagai alat bantu dalam pendidikan supaya lebih efektif, efisien
dan berhasil guna.

Sedangkan menurut (AECT) Association for Educational Communication and Technology,


teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu denga melibatkan
peralatan, ide, prosedur, orang dan organisasi untuk menganalisis permasalahan, menemukan
problem solving, melakukan evaluasi serta mengelola pemecahan masalah yang berkaitan
dengan semua aspek belajar manusia.

Pengertian teknologi pendidikan ialah kajian serta praktik yang dapat membantu proses
belajar untuk meningkkatkan kinerja dengan cara membuat, menggunakan dan mengelola
segala proses dan sumber teknologi. Banyak yang menghubungkan antara istiah teknologi
pendidikan dengan teori belajar dan
pembelajaran. Perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah teori belajar dan pembelajaran
meliputi proses serta sistem dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, sedangkan
teknologipendidikan adalah proses untuk mengembangkan kemampuan manusia.

Teknologi pembelajaran mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan belajar


dan memfasilitasi pembelajaran, serta untuk menigkatkan kinerja. Pendekatan yang dilakukan
dalam teknologi pendidikan atau pembelajaran adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem
adalah pendekatan holistic, komprehensif bukan pendekatan parsial. Di dalam teknologi
pendidikan, teknologi memiliki arti yang luas (tidak terbatas pada teknologi fisik hardtech,
tapi juga teknologi lunak softtech.

Teknologi pendidikan lebih menekankan pada proses pengajaran atau alat yang berfungsi
untuk membantu guru dalam mencapai tujuan pengajaran dan pembelajaran yang berkesan.
Teknologi sama halnya dengan objek kebendaan, misal mesin dan perkakas. Namun, bisa
juga diartikan yang lebih luas yang mencangkup sistem, kaedah, teknik dan penyusunan.

Teknologi pendidikan merupakan proses kompleks yang sudah terintegrasi, di dalamnya


terdapat orang, prosedur, sarana, gagasan untuk menganalisis masalah dan memecahkan
masalah yang berhubungan dengan segala aspek belajar manusia. Dapat disimpulkan bahwa
obyek formal dari teknologi pendidikan adalah untuk membantu memecahkan masalah
belajar manusia. Cara yang dilakukan adalah dengan menganalisis masalah, kemudian
melakasanan,menilai serta mengelola

Dalam sebuah lembaga pendidikan yang modern pada saat sekarang ini, tentunya perubahan
zaman yang semakin kompleks serta perubahan secara sistimatis, maka sebuah institusi
pendidikan akan mengikuti hal demikan, hal ini tidak terlepas dari produk-produk pendidikan
itu sendiri, contohnya saja dari hasil pendidikan terciptanya sebuah alat yang canggih. Bagi
mahasiswa fakultas pendidikan tentunya sudah memahami hal demikian. Dalam mata kuliah
teknologi pendidikan tentunya secara teoritis sudah memahaminnya, berikut ini ada beberapa
pengertian teknologi pendidikan menurut para ahli:

Comission on Instructional Technology, 1970:


A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process of of learning
and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and
communication and employing a combination of human and non human resources to bring
about more effective instruction. (Suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam
bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan
komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia
maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.)

Jadi, menrut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu
pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar
tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non-
manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam
hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.
AECT (1972):
Educational tehcnology is a field involved in the facilitation of human learning through the
systematic identification, development, organization and utilization of full range of learning
resources and through the management of these process.
Teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia
melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis
seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu.
Serupa tapi tak sama, bukan? Berdasarkan pengertian ini, jelas dikatakan bahwa teknologi
pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi
belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah
bagaimana memfasilitasi belajar. Dengan cara apa? Melalui identifikasi, pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu,
melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses daripada pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.

AECT (1977):
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.

Ini adalah definisi yang paling “ribet” menurut saya. Tapi, sudah jelas menurut pengertian ini
bahwa obyek formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah belajar manusia.
Dilakukan dengan cara menganalisis maslah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.

AECT (1994):
Teknologi Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang menurut saya terlalu rumit.
Definisi ini menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu
kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan
kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog pembelajaran
bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.

Tom Cutchall (1999)


Instructional technology is the research in and application of behavioral science and learning
theories and the use of a systems approach to analyze, design, develop, implement, evaluate
and manage the use of technology to assist in the solving of learning or performance
problems.
Definisi menurut Cutchal ini sama seperti definisi AECT 1994. Dia menekankan bahwa
teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar
dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan,
implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan
masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology
maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja
manusia.

AECT (2004):
Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and
resources.

Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan
praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber
teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran
(agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.

Sumber:http://uhangdusun.blogspot.com/2009/06/pengertian-teknologi-pendidikan-
menurut_22.html

Pengertian Teknologi Pendidikan


dan Pembelajaran
Ditulis pada April 5, 2012

Teknologi pendidikan bisa dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993).
Sebagai suatu produk, teknologi pendidikan mudah dipaha-mi karena sifatnya lebih kongkrit
seperti radio, televisi, proyektor, OHP, dan sebagainya. Sebagai sebuah proses, teknologi
pendidikan bersifat abstrak. Da-lam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai suatu
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi perma-salahan,
melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang menyangkut semua
aspek belajar manusia (AECT, 1977). Sejalan de-ngan hal tersebut, maka lahirlah teknologi
pendidikan dari adanya permasa-lahan dalam pendidikan.

Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan


memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevan-si, dan efisiensi pendidikan.
Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi adalah ma-salah kualitas, tentu saja ini dapat dipecahkan melalui
pendekatan teknologi pendidikan.

Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan
pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada
sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan
pendidikan dan pembela-jaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan
pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural
me-liputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan
pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model,
1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya
memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat,
potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa
hendaknya dapat memanfa-atkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu
bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa.

Teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk men-distribusikan pesan,


termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Pada
bahan diklat ini, pengertian teknologi di-dasarkan pada definisi ini. Mungkin Anda bertanya,
kalau begitu apa yang di-sebut media? Pengertian media dalam materi diklat ini ialah diambil
dari CISAER (2003). CISAER mendefinisikan media dalam pembelajaran seba-gai pesan
yang didistribusikan melalui teknologi, terutama teks dalam bahan ajar cetak dan dalam
jaringan komputer, bunyi dalam audio-tape dan siaran radio, serta teks, suara dan/atau
gambar pada telekonferensi.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan
komputer. Petherbridge dan Chapmen (2007) melapor-kan bahwa teknologi internet yang
digunakan dalam pembelajaran tumbuh dari 4.000 satuan kredit semester pada tahun 2000
menjadi lebih dari 19.000 satuan kredit semester pada tahun 2005. Sedangkan penggunaan
teknologi la-innya dalam pembelajaran, seperti siaran TV dan radio, DVD, video, relatif tetap
setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena teknologi internet mampu me-nyampaikan pesan
secara mutimedia, baik teks, suara, gambar diam, maupun gambar bergerak. Selain itu,
teknologi internet memungkinkan penyampaian pesan secara langsung (synchronous) seperti
siaran TV atau radio atau pe-nyampaian pesan secara tidak langsung (asynchronous) seperti
video, kaset, dan buku. Dengan fleksibilitas yang dimiliki teknologi internet, tidak meng-
herankan bila perkembangan penggunaan teknologi dalam pembelajaran me-ngarah pada
penggunaan internet. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan intenet untuk pembelajaran. Oleh karena
itu, dalam paparan ini akan lebih ba-nyak dibahas mengenai penggunaan internet untuk
pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidi-kan adalah


bagaimana siswa dapat belajar dengan cara mengidentifikasi, me-ngembangkan,
mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Upaya pemecahan
masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber
belajar. Hal ini sesuai dengan ditan-dai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan
menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa
tek-nologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam hal rancangan, pengembang-an,
pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses un-tuk belajar (Barbara,
1994).

Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan inter-aksi tatap muka antara guru dan
siswa baik di kelas maupun di luar kelas se-hingga teknologi dalam pembelajaran diartikan
sebagai media untuk mendis-tribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi,
telepon, satelit dan jaringan komputer.

Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pem-belajaran adalah
disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Su-herlan (2000: 48)
mengemukakan bahwa pembelajaran teknologi pada haki-katnya merupakan komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa dan lingkungan be-lajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari
makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung
unsur ko-munikasi dan Informasi.

pengertian media dan teknologi dalam pembelajaran

nurut Gagne : Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut .

nurut Duncan : menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini
hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya,
semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan
penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya.

ngertian Teknologi :

nurut Nana Syaodih S menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu, memecahkan kemiri dengan batu atau
memetik budah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi
sederhana.

urut Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu – ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain.
Secara bersistem dengan menyistem untuk memecahkan masalah.

nurut Tom Burns mengartikan teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, tetapi pengetahuan itu dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni pengetahuan yang masih terdapat pada bangsa yang terbelakang atau kurun
masa sebelum industrialisasi zaman modern dan pengetahuan yang telah bersangkut paut dengan
masyarakat‐masyarakat industri. Atau dapat dikatakan, pengertian teknologi sebagai kumpulan
pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang masih bersifat
tradisional sebelum terjadinya industrialisasi dan pengetahuan yang telah bercorak modem dalam
masyarakat industri untuk produksi berbagai barang dan jasa.
nologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga
seakan – akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancai
ndra, dan otak manusia.

arah Perkembangan Media dan Teknologi

Perkembangan teknologi komunikasi diawali oleh penemuan sebuah alat cetak pada tahun
1041. Meskipun Johann Gutenberg, seorang yang berkebangsaan Jerman, dikenal sebagai orang
yang membuat cetak-mencetak menjadi poses yang jauh lebih cepat dan ekonomis di tahun 1436,
namun pemikiran Gutenberg ini bercikal dari sebuah penemuan awal alat cetak di Cina pada tahun
1041 tadi.

Seorang bernama Bi Zheng di Cina diakui secara umum sebagai pencipta keterampilan cetak-
mencetak. Tahun 1041, ia mencetak dokumen-dokumennya yang pertama dengan menggunakan
cetakan huruf yang sudah ia bakar dalam tanah liat dan kemudian dibentuk menjadi kalimat. Proses
Bi Zheng diperbaiki oleh Wang Zhen pada tahun 1298, yang membuat huruf-hurufnya dari kayu
keras dan selanjutnya mencetak buku-buku dan bahkan surat kabar.

Dengan demikian di Asia, cetak-mencetak sudah berlangsung sejak sekitar 100 tahun yang
lalu, terutama di Cina dan Korea. Teks dan gambar diukirkan pada kepingan papan, logam atau tanah
liat, kemudian acuan stempel itu diberi tinta, ditumpangi selembar kertas lalu di tekan rata.

Di Eropa cara mencetak semacam itu pertama kali disempurnakan oleh Johann Gutenberg,
yang hasil penyempurnaannya itu merupakan salah-satu hasil karya terbesar dalam sejarah sampai
saat ini. Sejak saat itu industri percetakan pun mulai dan terus berkembang.

Masa Renaisans yang dikenal sebagai masa kebangkitan Romawi dan Yunani Kuno, yang
merupakan masa hidupnya hampir sebagian besar tokoh-tokoh penemu bersejarah, termasuk masa
di mana Johan Gutenberg lahir dan mematenkan hasil karyanya, akhirnya berakhir. Kehidupan terus
berjalan dan penciptaan-penciptaan tidak berhenti bermunculan.

Dari keempat jenis media massa maka pers dalam artian surat kabar dan majalah
merupakan media tertua. Film, radio, televisi adalah media yang lahir setelah surat kabar dan
majalah. Menurut sejarah pers, surat kabar yang tertua adalah Notizie Scritte di Vinesia yang terbit
pada tahun 1566. Sedangkan majalah yang pertama diterbitkan adalah Gentelman’s Megazine pada
tahun 1731 di London.
Sampai akhir abad 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh suratkabar dan
majalah. Media Massa lainnya belum lahir.sekarang suratkabar dan majalah sudah mengalami
kemajuan sangat pesat sesuai dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih. Kalau pada
mulanya suratkabar dan majalah hanya dicetak dengan tinta hitam saja, sekarang dicetak dengan
banyak warna atau disebut full-colour.

Teknik percetakan yang sudah semakin maju telah mngantarkan bentuk suratkabar dan
majalah semakin baik dan indah. Selain dari itu, tekhnik penulisan isi redaksionalnya sudah semakin
baik pula.

Perkembangan terakhir adalah diperlukannya teknik percetakan jarak jauh. Cetak jarak jauh
ini telah diterapkan oleh beberapa suratkabar besar di dunia. Suratkabar yang dulunya hanya dicetak
di London, sekarang dalam waktu bersamaan juga dicetak di Hongkong. Teknik ini juga akan berlaku
di Indonesia. Tekhnik cetak jarak jauh tentu akan memudahkan pendistribusian media cetak ke
daerah, sehingga waktu pengiriman bisa dipangkas.

Sementara itu, juga di abad ke-19, saat mesin uap mampu menaikkan kecepatan yang
ditempuh kendaraan baik di darat ataupun di laut, dengan jelas muncul kebutuhan sebuah sarana
komunikasi langsung jarak jauh. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
menunjang terciptanya komunikasi secara jelas meski berada pada tempat-tempat yang begitu jauh
dari pandangan mata. Dalam pengertian bahwa komunikasi itu harus lebih cepat dari kecepatan
kapal maupun kilat.

Tahun 1791, Abbe Claude Chappe (1763-1805) menyatukan dua kata menjadi sebuah istilah,
telegram optik, untuk menggambarkan digunakannya sederet menara untuk mengirimkan sebuah
pesan yang kasat mata oleh satu menara dari satu menara sebelumnya. Sistem Chappe ini
membutuhkan 120 menara berjajar yang mampu mengirimkan sebuah pesan antara Paris dan Laut
Tengah dalam waktu kurang dari satu jam, yang berarti lebih cepat dari kuda tunggang yang
tercepat.

Semua sistem ini bergantung pada sinyal-sinyal yang kasat mata. Telegram merupakan sebuah
terobosan dalam komunikasi karena ini memungkinkan terjadinya komunikasi instan antara dua
orang yang tidak berhadapan muka. Gagasan untuk mengirimkan pesan-pesan sandi dengan sarana
kabel yang masing-masing mewakili setiap huruf dalam abjad.

Selanjutnya perkembangan dari telegram ini adalah penemuan yang dilakukan oleh Michael Faraday
(1791-1867) yang mampu membuktikan bahwa getaran-getaran logam dapat diubah menjadi
impuls-impuls listrik. Inilah yang menjadi cikal-bakal diciptakannya telepon oleh dua orang yang
bekerja secara terpisah di Amerika Serikat. Mereka adalah Alexander Graham Bell (1847-1922)
kelahiran Skotlandia dan Elisha Gray (1835-1901).

Keduanya mematenkan karyanya di New York pada tanggal 14 Februari 1876. Namun, karaya Bell
mampu mengalahkan karya Gray . Meskipun Gray yang pertama kali membuat diafragma/alat
penerima elektromagnit baja pada tahun 1874, tapi ia tidak menguasai desain pemancar yang
mudah digunakan sebelum Bell berhasil membuatnya.

Sebelum berkembangnya televisi sebagai media massa, dunia telah lebih dulu dipikat oleh
kemunculan film.

Film dimasukkan ke dalam kelompok Komunikasi Massa. Selain mengandung aspek hiburan,
juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada suratkabar atau
mserta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta terjadi. Fakta dalam film
ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah
masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa
baru dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film “The Story of Crime” di
Perancis dan Edwar S. Porter membuat film “The Life of an American Fireman” tahun 1992.

Film yang mempunyai suara baru ditemukan pada tahun 1927. Dari masa ke masa, film mengalami
perkembangan, termasuk soal warna yang semula hitam putih sekarang sudah berwarna. Namun
sekarang ini, film tidak populer disebut sebagai komunikasi atau media massa, karena media massa
lebih berkonotasi kepada media yang memuat berita yang digarap oleh para reporter atau
wartawan. Film lebih banyak difahami sebagai media hiburan semata yang diputar di bioskop dan
televisi.

Baru setelah tahun 1946, kegiatan dalam bidang televisi tersebut tampak dimulai lagi. Pada
waktu itu, di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar. Tetapi kemudian,
karena situasi dan kondisi yang mengizinkan serta perkembangan tekhnologi, maka jumlah
studio/pemancar televisi pun meninglat dengan hebatnya.

Pekembangan ini dimulai dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan


gagasan seseorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nikov, untuk mengirim
gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884.
Akhirnya Nikov diakui sebagai “Bapak Televisi”.
Televisi mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat (AS) pada tahun 1939, yaitu ketika
berlangsungnya “World’s Fair” di New York, namun sempat terhenti ketika terjadi Perang Dunia II.

Sekarang , sudah sekitar 750 stasiun televisi terdapat di negara Paman Sam itu. Tak heran,
bila televisi akhirnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di seluruh penjuru AS dan merupakan
kekuatan yang luar biasa dalam komunikasi massa. Lebih dari 75 juta pesawat televisi digunakan
secara tetap.

Pada tahun 1946, televisi dinikmati sebagai media massa ketika khalayak dapat menonton
siaran Rapat Dewan Keamanan PBB di New York. Dewasa ini, setiap negara telah mempunyai
pemancar televisi. Bahkan melalui parabola sebagai sambungan satelit, pemirsa dapat menikmati
siaran dari luar negaranya seperti yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian arus berita dan
informasi lewat televisi semakin beragam.

Namun demikian, penyiaran televisi ke rumah pertama dilakukan pada tahun 1928 secara
terbatas ke rumah tiga orang eksekutif General Electric, menggunakan alat yang sederhana.
Sedangkan penyiaran televise secara elektrik pertama kali dilakukan pada tahun 1936 oleh British
Broadcasting Coorporation. Semenata di Jerman penyiaran TV pertama kali terjadi pada tanggal 11
Mei 1939. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai pengahargaan terhadap Paul
Nikov.

Televisi selain menyajikan aspek hiburan, juga menyiarkan berita, yang ada antaranya bersifat sosial
kontrol. Karena itu, televisi sebagai media massa telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat di
rumah tangga masing-masing.

Sebagai media massa yang muncul belakangan dibandingkan media cetak, televisi baru
berperan selama tiga puluh tahun. ‘Kotak ajaib’ ini sendiri lahir setelah adanya beberapa penemuan
tekhnologi, seperti telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak) serta rekaman
suara. Terlepas dari semua itu, pada kenyataannya media televisi kini dapat dibahas secara
mendalam, baik dari segi isi pesan maupun penggunaannya.

Selang seabad kemudian, pada malam tanggal 30 oktober 1938, ribuan masyarakat Amerika
panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk mars yang mengancam
peradaban manusia. Karena belum pernah terjadi maka serentak seluruh masyarakat Amerika
tegang dan kalang kabut.

Akibat peristiwa tersebut para pakar peneliti sosial tertarik untuk meneliti masalah tersebut.
Karena hal tersebut menggambarkan keperkasaan media dalam hal mempengaruhi khalayaknya.
Karena dengan media orang bisa berebut kekuasaan dengan mudah seperti yang dilakukan oleh
Hitler, Musolini, dan Lenin.

Guglielmo Marconi (Griffone, dekat Bologna, 25 Aprl 1874-Roma, 20 Juli 1937). Insinyur
lektro Italia; adalah orang pertama yang pada tahun 1895 berhasil melakukan pengiriman sinyal
tanpa kawat melewati jarak + 2 km, dengan suatu pesawat pemancar dan pengirim buatannya
sendiri,kedua-duanya dilengkapi dengan antena penemuannya sendiri pula. Pada tahun 1898
berhasil dijalin hubungan telegraf tanpa kawat antara Inggeris dan Perancis; tahun 1909 dia
menerima hadiah Nobel untuk ilmu alam bersama K. F. Braun, penemu tabung sinar elektron dan
penerap lingkaran getaran pada radio telegrafi penemuan Marconi.

Penyiar informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio dimulai hampir
bersamaan. Tetapi yang terkenal ialah penyiaran kegiatan pemilihan umum presidan Amerika Serikat
pada tanggal 2 November 1920 yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan
teratur kepada masyarakat.

Sementara di Amerika Serikat orang yang dinilai berjasa dalam penemuan radio adalah Dr.
Lee De Forest dan Dr. Frank Conrad, yang berperan dalam penemuan radio di tahun 1920.

Usaha Marconi ketika itu baru berhasil pada tahap mengirimkan gelombang radio secara on
dan off (nyala dan mati), sehingga baru bisa menyiarkan kode telegraf. Lee De Frost lalu menemukan
vacumm tube yang berfungsi menangkap sinyal radio walaupun lemah. Sementara Frank Conrad
secara regular menyiarkan produk-produk sebuah department store di AS. Akibat siaran ini, angka
penjualan pesawat radio meningkat tajam hingga 500 ribu buah pada tahu 1923, atau meningkat 5
kali lipat dibangingkan tahun berikutnya.

Radio sebagai media elektronik, dimasukkan kepada komunikasi massa, karena ada berita
yang disiarkan secara luas dan dapat di dengar oleh orang banyak. Untuk berita, radio mempunyai
reporter khusus yang mencari dan mengolah berita.

Sekarang radio masih tetap memainkan perannya sebagai media massa, meskipun televisi dan surat
kabar atau majalah mengalami kemajuan pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Tapi radio
mempunyai kelebihan tersendiri, sebab seorang dapat mengikuti sambil tetap melakukan
pekerjaannya. Berbeda dengan surat kabar atau televisi yang memerlukan penglihatan.

Perkembangan mutakhir dari teknologi komunikasi adalah kemunculan internet yang


merebak dengan cepat. Sebelum membahas tentang internet, terlebih dahulu kita bahas mengenai
penemuan komputer sebagi sarana yang digunakan untuk emngakses internet.
Komputer pertama yang bernama Colossus 1, dibuat di Amerika Serikat pada awal tahun
1941. Perkembangan-perkembangan sebelumnya, yang merintis lahirnya komputer modern adalah
dimulai dari berkembangnya aljabar logik dari George Boole (Inggris), yang dikembangkan oleh
Charles Babbage yang menghasilkan kalkulator manikal yang dinamakan ‘Differential Engine’.

Dari perkembangan tersebutlah, lalu pada tahun 1937 seorang insyinyur Amerika, howard
Aiken merancang IBM Mark 7, yang menjadi cikal-bakal dari komputer besar masa kini, yang
mengunakan tabung hampa udara dan memiliki tombol-tombol elektromagnetik, bukan elektronik.

Komputer elektronik yang pertama yang telah dituliskan bernama Colossus 1, akhirnya
dibuat oleh Alan Turing dan M.H.A Neuman, untuk pemerintah Britania di universitas Manchester.

Dari kemunculan komputer inilah yang di kemudian hari terus mengembang dan akhirnya
lahirlar fasilitas internet. Internet adalah sejenis media massa yang agak baru.

Tahun 1972 merupakan awal kelahiran jaringan internet, yaitu dengan adanya proyek yang
menghubungkan antara jaringan komunikasi pada jaringan komputer ARPANET. Proyek tersebut
telah menetapkan sebuah metoda baru untuk menghubungkan berbagai macam jaringan yang
berbeda yang dikenal sebagai konsep gateway. Pada tahun 1973-1977, dikembangkan protokol
TCP/IP (Transmission Control/Internetworking Protocol). Protokol ini digunakan untuk pengiriman
informasi yang dikenal sebagai paket (packet).

Internet baru dimanfaatkan di Indonesia pada tahun 1996. Seseorang yang mempunyai
pesawat komputer dapat menyambungkannya dengan jaringan komputer lainnya lewat satelit.
Perbedaannnya dengan teknologi komunikasi lainnya bahwa internet dapat dibuat oleh orang
perorang, bukan hanya oleh satu lembaga yang bergerak dalam penyiaran informasi.

Informasi yang dibuat seseorang dapat diketahui oleh banyak orang sepanjang orang lain
tersebut mempunyai jaringan. Karena dapat diakses oleh publik inilah, maka internet dapat
dikategorikan sebagai media massa.

Lebih dari lima orang Amerika dewasa mengggunakan internet di rumah, kantor atau
sekolah, dan di atas 10% menggunakannya setiap hari. Dari karakteristik jenis kelamin hampir sama
banyaknya lelaki dengan perempuan yang menggunakan web (situs).

Internet merupakan aktivitas mereka sehari-hari. Situs juga menjadi sumber informasi untuk
hiburan dan informasi untuk perjalanan wisata. Pengguna internet bergantung pada situs untuk
memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita
terbaru setiap minggunya.

Namun demikian kehadiran internet yang mewabah dengan cepat serta mampu membuat
para penggunaya menjadi ketagihan telah memberikan dampak mengejutkan terutama pada
perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet. Seirng berjalannya waktu internet menjadi seperti
media komunikasi yang lazim ditemukan. Siapapun nyaris bisa mengakses layanan internet kapan
dan di manapun. Sehingga tarif internet menjadi murah. Sebagaimana yang dituliskan Joseph
Straubhaar dan Robert LaRose dalam buku.

Menurut Lord Ritchie‐Calder, dari masa yang tertua dan mulai dengan alat‐alat yang paling
sederhana, setiap penemuan dan penciptaan berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia bukan
hanya suatu makhluk perseptual melainkan juga suatu makhluk konseptual yang mampu
mengamati, mengingat, dan menjajarkan gambaran angan‐angan. Ia dapat membuat suatu
perancangan mental, suatu khayalan tekno‐puitis, bahkan bilamana sarana untuk senyatanya
membuatnya tidak tersedia.

Menurut sejarahnya, ada dua titik waktu yang sangat penting dalam perkembangan teknologi

menurut A. Gehlen (Man in the Age of Technology), yaitu:

• Revolusi neolitik: mulai titik waktu ini manusia beralih dari hidup mengembara dan berburu

ke keadaan hidup menetap dengan mengembangkan pertanian dan pemeliharaan hewan.

• Revolusi industri: berkembangnya kebudayaan mesin yang memenuhi kebutuhan manusia

dan mengubah tatanan hidupnya.

Teknologi sebagai barang buatan manusia memiliki tiga ragam dasar yang sekaligus menunjukkan
perkembangan historis yang berlainan. Hal ini adalah pendapat dari seorang ahli yaitu Ladislav

Tondl. Ragam dasar itu adalah:

• Alat

Suatu benda yang bergerak semata‐mata berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada umumnya
manusialah yang membimbing dan mengendalikan alat‐alat, dengan demikian manusia jugalah yang
menjadi sumber informasi.

• Mesin
Sesuatu sistem peralatan yang tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan sumbersumber
tenaga di luar manusia, tetapi masih tetap memerlukan manusia untuk membimbing dan
mengendalikannya.

• Automaton

Perlengkapan teknologi yang paling tinggi ragamnya dan paling canggih. Perlengkapan ini

(berdasarkan asas sibernetika yang menggantikan fungsi pengendalian : manusiawi) mampu


membuat keputusan dan mengatur sendiri.

B. Fungsi Media Pembelajaran

1. Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar

Fungsi media adalah untuk memberikan pengalaman baru kepada siswa dengan lebih
mengkonkritkan konsep yang masih bersifat abstrak, menambah motivasi belajar, menambah
semangat belajar, dan mempertinggi daya serap belajar.

Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip perinsip pengelolaan sumber belajar (1992 :
1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakekatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tehknik dan lingkungan . yang mana hal itu
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat di pahami sebagai
segala macam sumber yang ada di luar dirui seseorang dan mungkin memudahkan peroses belajar
mengajar.

Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, anak didik telah
mencapai tingkat kecerdasan sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannnya dengan keluargannya.
Kawan sekolahnnya, kelompok kelompojk keagamaan dan masyarakat. Dan media sosialnnya.

2. Fungsi Semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol variabel) yang
makna atau maksudnya benar benar di pahami oleh anak didik.
Bahasa meliputi lambang (simbol) dari isi. Yaknoi pikiran atau perasaan yamg keduannya telah
menjadi totalitas pesan.yang tidak dapat di pisahkan. Unsur unsur dasar dari bahasa itu adalah
”kata”. Simbol adalah suatu yang di gunakan untuk atau uang di pandang sebagai wakil suatu
lainnya. Jadi, gambar harimau di pakai sebagai simbol keberanian. Kata hanya akan bermakna bila
telaj di rujukan kepada sejumlah relefan. Manusia lah yang memberi mkana kepada kata pada
konteks pendidikan dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada setiap kata yang di
sampaikannya. Bila simbol simbil kata variabel tersebut hanya merujuk pada benda, maka masalah
komusnikasi akan menjadi masalah yang sederhana. Artinga guru tidak terlalu sulit untuk
menjelaskan.

3. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini di dasarkan pada ciri ciri (karakteristik) umum yang sebagai mana
tersebut di atas. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni
mengatasi batas betas ruang dan waktu. Dan mengatasi keterbatasan indrawi.

1. Kemampuan media pembelajaran yang mengatasi ruang dan waktu, yaitu :

a. Kemampuan media dalam menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit di hadirkan dalam bentuk
aslinya.

b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat.

c. Kemempuan media dalam menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi.

2. Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu :

a. Membentu siswa memahami objek yang sulit di amati karena terlalu kecil, seperti molekul, atom,
dan sel.

b. Membentu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat. Seperti
prosesm etem or fos is .

c. Membentu siswa dalam memahamiobjek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara
membeca al qur’an sesuai dengan kaidah tajuwid.

d. Membantu siswa memahami objek yang terlalu komleks, misalnya menggunakan diagram, peta, dan
gerafik.
4. Fungsi Psikologis

a. Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.
Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus yang berfungsi membuang sejumlah
sensasi yang datang. Dengan adanya sel penghambat ini para siswa dapat memfokuskan.

b. Fungsi Efektif

Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan penerimaanatau penolakan
siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan
kesadaran.ia berwujud pencurahan perasaan minat, dan sikap penghargaan, nilai nilai, atau
perangkat emosi dan kecenderungan kecenderuangan batin.

Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan dan penerimaan siswa
terhadap setimulus tertentu. Sambutan dan penerimaan tersebut berupa kemauan.dengan adannya
media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk
itu perhatiannya akan tertuju pada pembelajaran yang di ikutinnya. Hal lain dari penerimaan itu
adalah munculnya tanggapan yakni partisipasi siswa dalam keselurukan peroses pemeblajaran siswa
secara suka rela, ini merupakan relaksasi siswa terhadap rangsangan yang di terimannya. Pabila
siswa tersebut di lakukan dengan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jiwannya
melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai nilai atau norma norma yang di perolehnnya.
Pada tingkat tertentu nilai nilai atau norma norama itu akan di terimannya dan di yakininnya.
Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai nilai norma norma, kepercayaan, ide, dan sikap yang
menjadi sistem batin yang konsisten yag di sebut dengan karakteristik.

c. Fungsi Kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk
bentu reperensiyang mewakili objek objek yang di hadapi, baik objek berupa orang, benda, atau
kejadian/peristiawa. Objek objek itu di reperensikan atau di hadirkan dalam diri sesorang melalui
tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuannya merupakan sesuatu yang
bersifat mental.
Belajar melalui peristiwa seprti darmawisata, ia mempu menceritakan pengalamannya selama
melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempet tempat yang ia kunjungi selama berdarma wisata
tidak di bawa pulang, dirinya sendiri juga tidak hadir di tempat darmawisata itu saat ia bercerita
pada temannya tersebut. Tetapi semua pengalaman tercatat di dalam benaknya. Dalam bentuk
gagasan gagasan dan tanggapan tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata kata
yang di sampaikan kepada temannya yang mendengarkan ceritannya. Dengan demikian pengalaman
selama berkunjung ke tempat darma wisata di wakilkan atau di persentasikan dalam betuk gagasan
atau tanggapan yang kedua dalam bentuk mental. Jelaslah kirannya, media pembelajaran itu telah
andil delam mengembangkan kognitif siswa. Semakin banyak ia di hadapkan dengan obkek objek
akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang di milikinya, atau semakin kaya dan luas pikiran
kognitifnya.

d. Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinatif siswa. Imajinatif


dalam kamus lengkap psikologi adalah peroses menciptakan objek atau peristiwatanpa pemenfaatan
data sensoris. Imajinatif ini mencakup penimbuln atau kereasi objek objek baru sebagai rencana di
masa mendatang, atau dapat pula mengambil bentuk fantasi (khayal) yang di dominasi kuat sekali
oleh pikiran pikiran autisik.

e. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan seni yang mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian mitivasi merupakan usah dari pihak luar
dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswannya untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.

Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnnya dan dengan
cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donald O. Hebb (aminnudin Rasyid 2003 : 93)
menyebutkan cara pertama dalam arousal dan kedua dalam expectancy. Yang pertama, aurosal
adalah suatu usaha guru untuk membengkitkan intrinsic motive siswannya.sedangkan dengan
expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhi suatu harapan yang
mendorong seseorag untuk melakukan kegiatan. Harapan akan tercapainnya hasrat dan tujuan
dapat menjadi motivasi yang di timbukan guru kedalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu
yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang di anggap lemah sekalipun dalam memahami
dan menerima isi pelajaran yaknu melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

5. Fungsi Sosial Kultural

Fungsi media pembelajaran di lihat dari social cultural, yakni mengatasi hambatan sosio
cultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para
siswa yang memiliki jumlah yang cukup banyak (paling tidak dalam satu kelas berjumlah 40 orang).
Masing masing memiliki karakteristik yang berbeda beda apalagi di hubungkan dengan adapt,
keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain lain. Sedangkan dari pihalk lain, kurikulum dan materi
ajar ditentukan dan di lakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan menghadapi
kesulitan terlebih guru harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinnya (guru) baik
adat, budaya, lingkungan, dan pengalaman yang berbeda dari para siswannya.

Hal ini dapat di atasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki
kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan pesepsi yang sama.

C. Manfaat Media

1.         Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata kata )

2.         Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya inderawi, seperti objek yang terlalu besar, objek
yang kecil, gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, kejadian yang terjadi di masa lalu, objek
yang terlalu kompleks, atau konsep yang terlalu luas.

3.         Mengatasi sikap pasif anak didik dengan penggunaan media yang tepat dan bervariasi.

4.         Memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi


yang sama diantara anak didik, karena perbedaan latar belakang guru dan siswa yang berbeda
mengakibatkan sulitnya menyamakan persepsi anak didik mengenai suatu konsep jika tidak
menggunakan media pendidikan.

5.         Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang
kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.

6.         Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran.


7.         Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar.

8.         Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan.

9.         Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain
dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.

10.     Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian
melalui media menerima pesan yang sama.

11.     engajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat
siswa tetap terjaga dan memperhatikan.

12.     Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip
psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

13.     Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan
isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

14.     Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan

15.     Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan.

16.     Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat
ditingkatkan.

17.     Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Pengertian Teknologi Pembelajaran


Pada hakikatnya teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan
pemecahan masalah belajar dengan berlandaskan pada serangkaian prinsip dan
menggunakan berbagai macam pendekatan. Masalah belajar terdapat di mana saja, pada
siapa saja (orang maupun organisasi), kapan saja dan mengenai apa saja. Pengertian atau
definisi teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem untuk
belajar.

Prinsip-prinsip yang dijadikan landasan teknologi pembelajaran adalah :


1. Lingkungan kita senantiasa berubah. Perubahan itu ada yang direkayasa, ada yang
dapat diperkirakan, namun sebagian besar tidak dapat kita ketahui sebelumnya.
2. Jumlah penduduk semakin bertambah, meskipun dengan prosentase yang mengecil.
Mereka semua perlu belajar, dan belajar itu berlangsung untuk seumur hidup dan di
mana saja, darimana saja.
3. Sumber-sumber semakin terbatas, karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan
seoptimal mungkin. Selain itu harus diciptakan sumber baru, dan didayagunakan
sumber yang belum terpakai (idle).
4. Adalah hak setiap pribadi untuk dapat berkembang semaksimal mungkin, selaras
dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.
5. Masyarakat berbudaya teknologi, yaitu bahwa teknologi merupakan bagian yang
tertanam dan tumbuh dalam setiap masyarakat dengan kadar yang berbeda.

  
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam teknologi pembelajaran adalah :

1. Pendekatan isomeristik, yaitu yang menggabungkan berbagai kajian / bidang


keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain-
lain) ke dalam suatu kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha
memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergestik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan
kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Pendekatan sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh atau komprehensif.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa teknologi pembelajaran tidak hanya
berkepentingan dengan masalah belajar pada persekolahan atau lembaga kependidikan dan
latihan, melainkan juga masalah belajar pada organisasi termasuk keluarga, masyarakat,
dunia usaha, bahkan pemerintahan.

Semua bentuk teknologi, termasuk teknologi pembelajaran, adalah sistem yang diciptakan
manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia
dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber
daya yang ada. Pada hakikatnya, teknologi itu bebas nilai namun dalam penggunaannya sarat
dengan aturan nilai dan estetika.

Menurut Habibie (1991) teknologi agar dapat menghasilkan nilai tambah harus memenuhi
tiga kriteria, yaitu :

 Mempunyai landasan teori untuk pengembangannya


 Mengandung cara khusus
 Dapat digunakan untuk mengatasi problem kongkret.
Dalam hal teknologi pembelajaran, problem kongkret yang dihadapi adalah masalah belajar
pada manusia sebagai pribadi/individu. Karena setiap individu mempunyai cara/pola belajar
yang berbeda-beda, yaitu :

1. Pola belajar visual, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
suatu informasi melalui indra penglihatan .
2. Pola belajar auditorial, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
informasi melalui indra pendengaran.
3. Pola belajar kinestetik, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
informasi melalui sentuhan dan gerakan. 

Cakupan dalam teknologi pembelajaran lebih kecil dan merupakan bagian dari suatu sistem
pendidikan. Jika teknologi pendidikan sebagai suatu sistem kita ibaratkan sebagai tubuh kita,
maka teknologi pembelajaran sebagai sub sistem dapat kita ibaratkan sebagai anggota tubuh
dan organ-organ yang ada di dalamnya. Apabila salah satu sub sistem mengalami gangguan
maka sub sistem yang lainpun akan mengalami gangguan pula sebagai dampak dari
terganggunya salah satu sub sistem tadi. Yang pada akhirnya akan menyebabkan
terganggunya sistem sehingga tidak dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pembelajaran secara


konseptual mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan organisasi belajar dalam
bentuk :

 Pengetahuan tentang pemecahan masalah belajar baik pada perorangan maupun pada
keseluruhan organisasi.
 Penyediaan tenaga kerja profesi (praktisi maupun akademisi) yang mampu
mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar.
 Aneka sumber belajar yang sengaja dikembangkan sesuai kebutuhan organisasi.
 Sistem informasi yang diperlukan agar organisasi dapat memperoleh akses atas
informasi yang terbaru secara tepat.

1. Istilah teknologi pendidikan dipakai bergantian dengan istilah teknologi


pembelajaran, karena mempunyai pengertian yang sama. Yang membedakan
adalah cakupan pemecahan masalahnya, dimana cakupan teknologi pendidikan
lebih luas (skala nasional) sedangkan teknologi pembelajaran cakupan pemecahan
masalah hanya pada aspek-aspek di kelas / sekolah (perorangan dan organisasi).
Jadi inti dari teknologi pembelajaran adalah pemecahan masalah belajar pada
individu. Oleh karenanya disiplin ilmu yang paling berpengaruh pada teknologi
pembelajaran adalah ilmu psikologi, baru diikuti oleh ilmu-ilmu yang lain.
2. Tujuan utama teknologi pendidikan / pembelajaran adalah untuk memecahkan
masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran, dan untuk meningkatkan kinerja.
Untuk itu digunakan pendekatan sistemi (pendekatan yang holistik /
komprehensif) bukan pendekatan yang bersifat parsial.
3. Teknologi pendidikan / pembelajaran meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan
evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
4. Teknologi pendidikan / pembelajaran bergerak dalam semua aktifitas manusia
sejauh masih berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan
peningkatan kinerja.
5.  Teknologi yang dimaksud di sini adalah teknologi dalam arti yang luas, yaitu
teknologi fisik (hardware) dan teknologi lunak (software).

PENGERTIAN, SEJARAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN 


dan PENINGKATAN PROFESI GURU

A. Pengertian Teknologi Pendidikan

Istilah teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu technologia yang menurut Webster
Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan
techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, ketarampilan dan
ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan
pendidikan secara sistematis.

Sedangkan dalam pengertian lain teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks
dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk menganalisis
masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah
yang berhubungan dengan segala aspek belajar.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Teknologi Pendidikan adalah suatu cara
yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari
belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan
penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi
sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran
lebih efektif.

B. Sejarah Teknologi Pendidikan dan Peningkatan Profesi Guru

1. Sejarah Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai media. Akar terbentuknya
pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi media pendidikan pada awal abad dua
puluhan. Media ini, sebagai media pembelajaran visual yang berupa film, gambar dan
tampilan yang mulai ramai pada tahun 1920. Pembelajaran visual terfokus pada media yang
digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran. Pandangan ini berlanjut sampai 1950.
Teknologi pendidikan sebagai disiplin ilmu, pada awalnmya berkembang sebagai bidang
kajian di Amerika Serikat. Kalau mengacu pada konsep teknologi sebagai cara, maka awal
perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban. Usaha
untuk merumuskan Teknologi pendidikan secara terorganisasi dimulai sejak tahun 1960.

- Tahun 1960 

Teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak menjadi perhatian dilingkungan
ahli pendidikan, teknologi pendidikan merupakan kelanjutan perkembangan dari kajian-
kajian tentnag penggunaan audio visual dan program belajar dalam penyelenggaraan
pendidikan.

- Tahun 1963

Di tahun 1963 teknologi pendidikan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah media. Hal ini
merupakan suatu hal yang berangkat dari pandangan “tradisional” terhadap teknologi
pendidikan Perubahan disini yang mencerminkan bahwa, bagaimana lingkungan dan
kemajuan zaman dapat mengubah sebuah definisi dan praktek dari teknologi pendidikan.

- Tahun 1970

Tahun 1970-an yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawas Teknologi Pendidikan. Komisi
pengawas ini dibentuk dan dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menguji
permasalahan dan manfaat potensial yang berhubungan dengan teknologi pendidikan di
sekolah-sekolah.

- Tahun 1977

Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegerasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah dan merancang. Melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.

2. Peningkatan Profesi Guru

Dalam kaitannya dengan pendidikan, bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang
dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau
efisiensi eksternal, dan manajemen. Lebih lanjut harapan perbaikan pendidikan belum bisa
kita rasakan. Terbukti dari hasil komporasi Internasional, Indonesia justru menduduki
peringkat yang sangat rendah dan cenderung menurun.

Menyadari hal tersebut, Mendiknas telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu


Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002, namun belum menunjukan peningkatan yang berarti
dan masih memperihatinkan. Setidaknya ada tiga faktor penyebabnya yaitu;

1. Kebijakan pendidikan tidak dilaksanakan secara merata


2. Adanya birokratik-sentralistik.
3. Peran serta masyarakat masih rendah.

Berkaitan dengan kebijaksanaan pembangunan nasional yang berfokus pada pengembangan


Sumber Daya Manusia (SDM), Maka kualifikasi sumberdaya manusia yang perlu dimiliki
dan cocok dengan kebutuhan dimasa datang adalah:
1. Sumberdaya manusia yang memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas dan
kooperatif dalam memberikan kontribusi kepada pencapaian tujuan
2. Menguasai IPTEK yang relevan dengan jenis ragam kondisi fisik sosial ekonomi dan
budaya Indonesia, dan cocok dalam menghadapi IPTEK
3. Mampu belajar cepat dan beradaptasi dengan perkembangan IPTEK
4. Profesional sesuai dengan bidang study dan strata pendidikan yang ditekuni ditandai
dengan pengetahuan dasar memadai, kemampuan dan keterampilan menangani
permasalahan teknis administratif dan bertanggung jawab serta berprilaku sesuai etika
standar yang berlaku
5. Komunikatif dalam menyampaikan gagasan dan hasil kerjanya kepada orang lain
dalam kaitan hubungan antar sesama, kepada bawahan dan kepada atasan;
6. Inovatif dan kreatif dalam mencari dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan;
7. Kompetitif dalam menghadapi persaingan baik pada tingkat lokal, nasional maupun
regional;
8. Berjiwa kewirausahaan sehingga tidak saja mencari kerja tetapi juga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan.

Dalam perkembangan yang demikian pesatnya mutu pendidikan menjadi prioritas utama
dalam menyimak setiap perubahan, sehingga secara langsung atau tidak langsung
profesionalisme guru sedang teruji. Orang bijak menyatakan pendidikan itu adalah perhiasan
di waktu senang dan tempat berlindung di waktu susah. Untuk meningkatkan profesionalisme
guru dikutip dalam jurnal Taskif H.M. Idris: 2004, dibutuhkan peran serta semua pihak untuk
saling memberikan keteladanan sehingga guru yang belum profesional menjadi profesional
dan yang sudah profesional menjadi lebih profesional.

Paling tidak ada empat program yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, yaitu:

1. Program Pre Service Education yaitu upaya meningkatkan profesionalisme dengan


penyaringan yang selektif terhadap calon guru dengan mcmperhatikan kualitas dan
moralnya. Negeri ini butuh pegawai berkualitas, bukan pegawai kacangnn yang lolos
karena KKN mereka yang masuk secara tidak jujur ketika proses seleksi, dalam kerja
kesehariannya kelak kejujuran itu akan terbawa sehingga tidak ubahnya mereka
adalah calon koruptor masa datang. Negeri ini harus bebas dari korupsi, karena itu
rekrutlah orang-orang yang lewat seleksi yang adil dan transparan.
2. Program In Service Education yaitu memotivasi guru agar dapat memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan. Tentu hal ini berangkat dari
guru yang bersangkutan dalam artian lembaga sekolah mengusahakan agar para guru
mendapatkan kesempatan untuk belajar yang lebih tinggi baik melalui program
beasiswa atau atas inisiatif sendiri. Guru harus didorong untuk meningkatkan
pengetahuannya tentang perkembangan masalah-masalah pendidikan, untuk
menghindari kemungkinan bahwa guru akan ketinggalan dari kemajuan-kumajuan
dibidang pendidikan. Karena itu guru wajib memperbarui dan meningkatkan
pendidikannya untuk mempertinggi taraf keprofesionalnya.
3. Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa pelatihan-pelatihan,
penataran, workshop, kursur-kursus, seminar, diskusi atau mimbar, baik yang
dilakukan oleh intern kelembagaan atau ekstern kelembagaan. Tentunya tidak hanya
sebatas menjadikan pelatihan, pelatihan dan seminar tetapi perla dipikirkan
bagaimana format suatu kegiatan agar menjadi lebih efektif. Selain itu organisasi
profesi PGRI hendaknya menyediakan majalah Ilmiah atau jurnal kepandidikan untuk
memuat tulisan guru untuk pengembangan kreativitas dan kemampuan guru.
4. Program On Service Training yaitu melalui kegiatan tindak lanjut atau Follow Up
yang dilakukan dengan mengadakan pertemuan berkala atau rutin diantara para guru
dan agar selalu memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat kekeluargaan
dan kesetiakwanan sosial.

Mengingat guru merupakan salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan maka pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan dari hidup mereka dengan
memberikan gaji tambahan atau tunjangan kesejahteraan karena dengan gaji yang memadai
akan dapat meningkatkan motivasi serta konsentrasi pada kegiatan mendidiknya. Lagipula
jika penghasilan guru membaik maka generasi muda akan tertarik menjadi guru dan akan
mendapat tempat di hati masyarakat, paling tidak, sosok guru tidak lagi dilecehkan gara-gara
lemah ekonominya.

Konsep Dasar Teknologi Pendidikan


Filed under: Bahan Kuliah — damsku88 @ 1:11 am

DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 1963-2004


1. Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama
berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses
belajar. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara
efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”

2. Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970


“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang
lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran
di samping guru, buku teks, dan papan tulis. Bagian yang membentuk teknologi pembelajaran
adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”

1. Definisi Silber 1970


“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-
pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan,
teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara
sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.

3. Definisi MacKenzie dan Eraut 1971


“Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan
pendidikan dapat dicapai”. Dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan
perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
4. Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971),
dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi
belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan,
pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan
atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu
bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan
merupakan suatu profesi.

5. Definisi AECT 1977


“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan
profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi
pendidikan sebagai suatu teori.

6. Definisi AECT 1994


“Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang
dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan praktek yang kokoh.
Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan dari
teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses
dan produk.

7. Definisi AECT 2004


“Teknologi pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran
dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan
sumber daya teknologi.”
Perbedaan antara definisi 1994 dan 2004 adalah :
Definisi 2004
1. Menekankan pada teori dan praktek.
2. Menekankan pada Studi dan etika praktek
3. Pokok kegiatan adalah desain, pengembangan, Penciptaan, pengaturan, penggunaan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
4. Tujuan untuk keperluan belajar
5. Tujuan memfasilitasi pembelajaran
6. Utilisasi proses & sumber belajar
7. Utilisasi proses & sumber daya teknologi

Untuk poin 1, definisi 2004 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika
praktek. Poin 2, definisi 2004 memiliki kekurangan karena tidak mencakup untuk penilaian.
Poin 3 sudah berkenaan dengan perubahan paradigma, dimana teknologi pembelajaran hanya
memfasilitasi pembelajaran – artinya faktor-faktor lain dianggap sudah ada. Poin 4, definisi
2004 sudah lebih luas karena yang dikelola bukan hanya semata proses dan sumber belajar,
tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa definisi 2004 sudah mencakup aspek etika dalam
profesi , peran sebagai fasilitator, dan pemanfaatan proses dan sumber daya teknologi.

II.2 LANDASAN FALSAFAH DAN TEORI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Falsafah adalah rangkaian pernyataan yang didasarkan pada keyakinan, konsepsi, dan sikap
seseorang yang menunjukkan arah atau tujuan yang diambilnya. Rumusan ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Ely (1980, h. 81), di mana seseorang memberikan arti atas suatu
gejala seobjektif mungkin, yang didasarkan pengalaman empirik atas sejumlah data yang
diamati jadi merupakan generalisasi dari berbagai gagasan yang berkaitan dengan rujukan
tertentu. Pendekatan ini sengaja diambil untuk memperoleh pembenaran atau pengakuan akan
gejala yang diamati dan bukan mengembangkan gejala itu sendiri.
Pengertian teori secara umum diartikan sebagai segala aspek ilmu yang tidak semata-mata
bersifat empirik. Sedangkan secara khusus, teori adalah ringkasan pernyataan yang
melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik.
Sejumlah asumsi dijadikan dasar untuk menentukan gejala yang diamati dan teori yang akan
dirumuskan. Asumsi-asumsi itu adalah :
1. Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat dengan implikasi bagi kebanyakan orang
untuk mengikuti perkembangan itu.
2. Pertambahan penduduk akan membawa implikasi bahwa mereka perlu memperoleh
pendidikan.
3. Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang sosial, politik,
ekonomi, industri, dan kebudayaan, yang menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus
menerus bagi semua orang.
4. Penyebaran teknologi ke dalam kehidupan masyarakat yang semakin luas yang
mempengaruhi segala aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
5. Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber baru dan
sementara itu sumber yang terbatas tersebut harus dimanfaatkan seoptimal mungkin agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Pendekatan Filsafati
Setiap pengetahuan, mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh
pengetahuan yang didukungnya (Suriasumantri). Ketiga komponen tersebut yaitu ontologi
(apa), epistimologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa).
Suriasumantri mengemukakan bahwa ontologi merupakan asas dalam menetapkan ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelahaan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari
objek tersebut. Epistimologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan
asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh
pengetahuan tersebut.
Serangkaian pertanyaan yang timbul adalah: “Apa yang menjadi objek penelaahan dalam
teknologi pendidikan? Sampai mana ruang lingkup wujud objek yang ditelaah itu? Bukankah
pendidikan sudah seusia hidup itu sendiri? Dan karena itu apakah masih mungkin adanya
objek telaah baru?”
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka terlebih dulu dikutip pernyataan Sir
Eric Ashby tentang terjadinya empat revolusi dalam dunia pendidikan. Revolusi-revolusi ini
terjadi karena adanya masalah yang tak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, yaitu
masalah “belajar”.
Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan
anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang
secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik.
Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik
dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai
ketentuan yang dibakukan.
Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi
iconic dan numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat
membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap
sebagai media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan.
Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik.
Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan
semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang
bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat”
dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu
menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.
Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih berdaya guna
bagi si penerima.
Pada awalnya, guru menghadapi anak didiknya dengan bertatap muka langsung dan bertindak
sebagai satu-satunya sumber untuk belajar. Perkembangan berikutnya, ia menggunakan
sumber lain berupa buku sehingga membagi perannya kepada media lain dalam menyajikan
ajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, media komunikasi mampu menyalurkan pesan
yang dirancang khusus agar dapat diterima langsung kepada anak didik tanpa dapat
dikendalikan oleh guru.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan adanya masalah-masalah baru, yaitu :
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang, pesan, media, alat, cara-
cara tertentu dalam mengolah atau menyajikan pesan, serta lingkungan di mana proses
pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun secara
faktual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber belajar agar dapat
digunakan seoptimal mungkin untuk keperluan belajar.
Ketiga masalah di atas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (ontologi)
teknologi pendidikan.
Ciri-ciri pendekatan baru landasan epistimologi teknologi pendidikan adalah :
1. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dielaah secara simultan.
2. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu roses kompleks secara
sistemik untuk memecahkan masalah.
3. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks atas gejala secara menyeluruh.
Sedangkan kegunaan potensial teknologi pendidikan (aksiologi), antara lain meningkatkan
produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih
individual, memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, lebih memantapkan
pembelajaran, memungkinkan belajar lebih akrab, serta memungkinkan penyajian pendidikan
lebih luas dan merata.

Landasan Teori dari Ilmu Perilaku


Lumsdaine (1964) berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan
ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (1965)
menyatakan bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu
untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran. Tujuan
perilaku menurut Mager perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan
pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Apa yang
dikemukakan oleh Mager ini dikenal dengan rumusan tujuan ABCD (Audience, Behaviour,
Conditions, and Degree). Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap
model pengembangan pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi
pendidikan.
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan
pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :
1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus
tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat
bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih
mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan
rumusannya tentang pinsip-prinsip: (1) aktivitas diri, (2) minat atau motivasi, (3) kesiapan
mental, (4) individualisasi, dan (5) sosialisasi. Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini
memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan
merancang produk pembelajaran.
Menurut Snelbecker, perkembangan beberapa posisi psikologi terhadap pendidikan yang
sistematis dan ilmiah berlangsung sekitar tahun 1950-an. Perkembangan ini diberi nama teori
pembelajaran atau teknologi pembelajaran. Tokoh-tokoh utama dalam penyusunan teori
belajar ini menurut Snelbecker adalah Bruner, Skinner, Glaser, dan Ausubel.

Landasan Teori dari Ilmu Komunikasi


Edgar Dale menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling
berguna dalam usaha meningkatkan efektifitas bahan audiovisual (1953).
Teori komunikasi Berlo merupakan suatu pendekatan baru karena implikasinya dalam
teknologi pendidikan yang menyebabkan dimasukkannya orang dan bahan sebagai sumber
yang merupakan bagian integral dari teknologi pendidikan. Isi pesan serta struktur
penggarapannya juga merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Segala bentuk pesan
(lambang, verbal, taktil, dan wujud nyata) merupakan bagian dari keseluruhan proses
komunikasi, sehingga juga bagian dari teknologi pendidikan.
Berbagai teori dan model komunikasi telah membawa pengaruh dalam bidang pendidikan,
seperti (1) pendidikan seumur hidup, (2) pendidikan gerak cepat dan tepat, (3) pendidikan
yang mudah dicerna dan diresapi, (4) pendidikan yang menarik perhatian dengan cara
penyajian yang bervariasi, (5) pendidikan yang menyebar, (6) pendidikan yang tepat saat,
yaitu pada saat ada kekosongan pikiran. Semua ini merupakan landasan strategis dalam
perkembangan teknologi pendidikan.
Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya bagi teknologi
pendidikan adalah media. Sehingga tak jarang hingga saat ini masih banyak orang yang
menanggap bahwa identitas teknologi pendidikan adalah media – suatu pendapat yang
sebenarnya kurang tepat.

Landasan Teori dari Disiplin Lain


Lumsdaine (1964) menyatakan tentang pengaruh teknologi dan kerekayasaan dalam bidang
teknologi pendidikan. Misalnya, dari kimia ditemukan litografi dan fotografi (yang juga
dipengaruhi optik); dari rekayasa mekanik ditemukan mesin cetak dan peralatan proyeksi;
sedangkan penggabungan dari mekanik, optik, elektrik, dan elektronik maka dihasilkan
gambar hidup, alat perekam, radio, televisi, mesin pembelajaran dan komputer. Adalah tugas
bidang teknologi pendidikan untuk menjabarkan keserasian perangkat keras teknologi
tersebut dengan hasil-hasil penelitian dalam ilmu perilaku dan teori belajar.

II.3 PERKEMBANGAN KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Pengertian teknologi secara umum adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah; produk
yang digunakan atau dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja; struktur atau
sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan
tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya,
meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi pada
hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya sarat dengan nilai dan estetika. Dalam
bidang pendidikan, juga diperlukan teknologi antara lain untuk menjangkau peserta didik
yang berada di tempat jauh dan terasing dan melayani sejumlah besar dari mereka yang
belum memperoleh kesempatan pendidikan.
Keseluruhan hal inilah yang merupakan landasan pembenaran atau falsafi teknologi
pendidikan sebagai suatu cabang pengetahuan. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi:
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Gejala yang merupakan landasan ontologi teknologi pendidikan adalah :
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang
diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun diperoleh secara mandiri.
2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat direkayasa, tetapi
belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-
sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang.
4. Perlu adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan
sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.

Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan
pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan
berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja
(orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Adapun cara untuk mengatasi
masalah-masalah belajar itu ialah melalui pendekatan yang merupakan landasan epistemologi
dari teknologi pendidikan berikut ini :
1. Pendekatan isomorfis, yaitu menggabungkan berbagai kajian atau bidang keilmuan
(psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain-lain) ke dalam suatu
kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha
memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan
kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh atau komprehensif.
Inovatif, yaitu suatu ide, gagasan atau perubahan yang dianggap baru. Orisinil dan ada nilai
tambah. Mengandung pembaharuan sehingga belajar dapat mengalami akselerasi &
menyenangkan.
Setelah dua prasyarat falsafati telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, masih ada satu
pertanyaan terakhir mengenai kegunaan dari pengetahuan yang telah diperoleh dan dihimpun
tersebut. Inilah yang disebut sebagai landasan aksiologi. Adapun landasan aksiologi teknologi
pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan :
2. Memperlaju penahapan belajar
3. Membantu guru untuk menggunakan waktunya dengan lebih baik.
4. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
5. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan :
a. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional
b. Memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya
c. Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan :
6. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis
7. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
8. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan :
-Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
-Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
9. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat :
-Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
-Memberikan pengetahuan tangan pertama
10. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan :
-Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
Penyajian informasi menembus batas geografi
Perkembangan yang sangat penting dari teknologi pendidikan tetapi sering kali diacuhkan
ialah bahwa ia berusaha memecahkan masalah belajar pada manusia di mana saja, kapan saja,
dengan cara apa saja, dan oleh siapa saja. Apa yang telah berlangsung selama ini, terutama di
Indonesia, masih menitikberatkan pada pemecahan masalah dalam bidang persekolahan.
Gambar berikut menunjukkan di mana bidang garapan teknologi pendidikan itu seharusnya
berkembang.

PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena
adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif, lebih
efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Beberapa bentuk penerapan
teknologi pendidikan secara menyeluruh, yaitu meliputi semua komponen dan karena itu
merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut :
1. Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan Anak Oleh Masyarakat, Orang tua, dan
Guru) di Kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan disebarkan di Kabupaten
Malang dan Gianyar pada tahun 1978.
2. Permasyarakatan P4 melalui permainan yang diujicobakan di Kabupaten Batu, Malang.
3. Proyek Pendidikan Melalui Satelit di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur
(BKSPT INTIM).
4. Program pendidikan karakter melalui serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia).
5. Program KEJAR Paket A dan B.
6. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
7. SLTP Terbuka.
8. Universitas Terbuka.
9. Sistem Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan
pelatihan.
10. Jaringan sistem belajar jarak jauh yang berkedudukan di Pustekkom Diknas.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak bentuk penerapan lain. Berbagai kegiatan
memang sudah terhenti karena berbagai alasan kebijakan maupun pendanaan.

Reference : Menyemai Benih Teknologi Pendidikan


Prof. Yusuf Miarso

Anda mungkin juga menyukai