Istilah teknologi muncul dari bahasa Yunani “Technologis”. Kata “technie” sendiri
mempunyai arti seni, keahlian dan sains, sedangkan logos adalah ilmu. Gaibraith mengartikan
teknologi sebagai penerapan yang sistematik dari pengetahuan ilmiah dan terorganisasikan
pada hal-hal praktis. Dalam arti sempit teknologi pendidikan adalah media pendidikan, yakni
teknlogi yang digunakan sebagai alat bantu dalam pendidikan supaya lebih efektif, efisien
dan berhasil guna.
Pengertian teknologi pendidikan ialah kajian serta praktik yang dapat membantu proses
belajar untuk meningkkatkan kinerja dengan cara membuat, menggunakan dan mengelola
segala proses dan sumber teknologi. Banyak yang menghubungkan antara istiah teknologi
pendidikan dengan teori belajar dan
pembelajaran. Perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah teori belajar dan pembelajaran
meliputi proses serta sistem dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, sedangkan
teknologipendidikan adalah proses untuk mengembangkan kemampuan manusia.
Teknologi pendidikan lebih menekankan pada proses pengajaran atau alat yang berfungsi
untuk membantu guru dalam mencapai tujuan pengajaran dan pembelajaran yang berkesan.
Teknologi sama halnya dengan objek kebendaan, misal mesin dan perkakas. Namun, bisa
juga diartikan yang lebih luas yang mencangkup sistem, kaedah, teknik dan penyusunan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan yang modern pada saat sekarang ini, tentunya perubahan
zaman yang semakin kompleks serta perubahan secara sistimatis, maka sebuah institusi
pendidikan akan mengikuti hal demikan, hal ini tidak terlepas dari produk-produk pendidikan
itu sendiri, contohnya saja dari hasil pendidikan terciptanya sebuah alat yang canggih. Bagi
mahasiswa fakultas pendidikan tentunya sudah memahami hal demikian. Dalam mata kuliah
teknologi pendidikan tentunya secara teoritis sudah memahaminnya, berikut ini ada beberapa
pengertian teknologi pendidikan menurut para ahli:
Jadi, menrut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu
pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar
tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non-
manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam
hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.
AECT (1972):
Educational tehcnology is a field involved in the facilitation of human learning through the
systematic identification, development, organization and utilization of full range of learning
resources and through the management of these process.
Teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia
melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis
seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu.
Serupa tapi tak sama, bukan? Berdasarkan pengertian ini, jelas dikatakan bahwa teknologi
pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi
belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah
bagaimana memfasilitasi belajar. Dengan cara apa? Melalui identifikasi, pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu,
melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses daripada pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.
AECT (1977):
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Ini adalah definisi yang paling “ribet” menurut saya. Tapi, sudah jelas menurut pengertian ini
bahwa obyek formal teknologi pendidilkan adalah memecahkan masalah belajar manusia.
Dilakukan dengan cara menganalisis maslah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
AECT (1994):
Teknologi Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang menurut saya terlalu rumit.
Definisi ini menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu
kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan
kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog pembelajaran
bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.
AECT (2004):
Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and
resources.
Ini adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan
praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber
teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran
(agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.
Sumber:http://uhangdusun.blogspot.com/2009/06/pengertian-teknologi-pendidikan-
menurut_22.html
Teknologi pendidikan bisa dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993).
Sebagai suatu produk, teknologi pendidikan mudah dipaha-mi karena sifatnya lebih kongkrit
seperti radio, televisi, proyektor, OHP, dan sebagainya. Sebagai sebuah proses, teknologi
pendidikan bersifat abstrak. Da-lam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai suatu
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi perma-salahan,
melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang menyangkut semua
aspek belajar manusia (AECT, 1977). Sejalan de-ngan hal tersebut, maka lahirlah teknologi
pendidikan dari adanya permasa-lahan dalam pendidikan.
Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan
pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada
sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan
pendidikan dan pembela-jaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan
pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural
me-liputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan
pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model,
1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya
memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat,
potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa
hendaknya dapat memanfa-atkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu
bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa.
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan
komputer. Petherbridge dan Chapmen (2007) melapor-kan bahwa teknologi internet yang
digunakan dalam pembelajaran tumbuh dari 4.000 satuan kredit semester pada tahun 2000
menjadi lebih dari 19.000 satuan kredit semester pada tahun 2005. Sedangkan penggunaan
teknologi la-innya dalam pembelajaran, seperti siaran TV dan radio, DVD, video, relatif tetap
setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena teknologi internet mampu me-nyampaikan pesan
secara mutimedia, baik teks, suara, gambar diam, maupun gambar bergerak. Selain itu,
teknologi internet memungkinkan penyampaian pesan secara langsung (synchronous) seperti
siaran TV atau radio atau pe-nyampaian pesan secara tidak langsung (asynchronous) seperti
video, kaset, dan buku. Dengan fleksibilitas yang dimiliki teknologi internet, tidak meng-
herankan bila perkembangan penggunaan teknologi dalam pembelajaran me-ngarah pada
penggunaan internet. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan intenet untuk pembelajaran. Oleh karena
itu, dalam paparan ini akan lebih ba-nyak dibahas mengenai penggunaan internet untuk
pembelajaran.
Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan inter-aksi tatap muka antara guru dan
siswa baik di kelas maupun di luar kelas se-hingga teknologi dalam pembelajaran diartikan
sebagai media untuk mendis-tribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi,
telepon, satelit dan jaringan komputer.
Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pem-belajaran adalah
disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Su-herlan (2000: 48)
mengemukakan bahwa pembelajaran teknologi pada haki-katnya merupakan komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa dan lingkungan be-lajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari
makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung
unsur ko-munikasi dan Informasi.
nurut Gagne : Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut .
nurut Duncan : menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini
hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya,
semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan
penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya.
ngertian Teknologi :
nurut Nana Syaodih S menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu, memecahkan kemiri dengan batu atau
memetik budah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi
sederhana.
urut Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu – ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain.
Secara bersistem dengan menyistem untuk memecahkan masalah.
nurut Tom Burns mengartikan teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, tetapi pengetahuan itu dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni pengetahuan yang masih terdapat pada bangsa yang terbelakang atau kurun
masa sebelum industrialisasi zaman modern dan pengetahuan yang telah bersangkut paut dengan
masyarakat‐masyarakat industri. Atau dapat dikatakan, pengertian teknologi sebagai kumpulan
pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang masih bersifat
tradisional sebelum terjadinya industrialisasi dan pengetahuan yang telah bercorak modem dalam
masyarakat industri untuk produksi berbagai barang dan jasa.
nologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga
seakan – akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancai
ndra, dan otak manusia.
Perkembangan teknologi komunikasi diawali oleh penemuan sebuah alat cetak pada tahun
1041. Meskipun Johann Gutenberg, seorang yang berkebangsaan Jerman, dikenal sebagai orang
yang membuat cetak-mencetak menjadi poses yang jauh lebih cepat dan ekonomis di tahun 1436,
namun pemikiran Gutenberg ini bercikal dari sebuah penemuan awal alat cetak di Cina pada tahun
1041 tadi.
Seorang bernama Bi Zheng di Cina diakui secara umum sebagai pencipta keterampilan cetak-
mencetak. Tahun 1041, ia mencetak dokumen-dokumennya yang pertama dengan menggunakan
cetakan huruf yang sudah ia bakar dalam tanah liat dan kemudian dibentuk menjadi kalimat. Proses
Bi Zheng diperbaiki oleh Wang Zhen pada tahun 1298, yang membuat huruf-hurufnya dari kayu
keras dan selanjutnya mencetak buku-buku dan bahkan surat kabar.
Dengan demikian di Asia, cetak-mencetak sudah berlangsung sejak sekitar 100 tahun yang
lalu, terutama di Cina dan Korea. Teks dan gambar diukirkan pada kepingan papan, logam atau tanah
liat, kemudian acuan stempel itu diberi tinta, ditumpangi selembar kertas lalu di tekan rata.
Di Eropa cara mencetak semacam itu pertama kali disempurnakan oleh Johann Gutenberg,
yang hasil penyempurnaannya itu merupakan salah-satu hasil karya terbesar dalam sejarah sampai
saat ini. Sejak saat itu industri percetakan pun mulai dan terus berkembang.
Masa Renaisans yang dikenal sebagai masa kebangkitan Romawi dan Yunani Kuno, yang
merupakan masa hidupnya hampir sebagian besar tokoh-tokoh penemu bersejarah, termasuk masa
di mana Johan Gutenberg lahir dan mematenkan hasil karyanya, akhirnya berakhir. Kehidupan terus
berjalan dan penciptaan-penciptaan tidak berhenti bermunculan.
Dari keempat jenis media massa maka pers dalam artian surat kabar dan majalah
merupakan media tertua. Film, radio, televisi adalah media yang lahir setelah surat kabar dan
majalah. Menurut sejarah pers, surat kabar yang tertua adalah Notizie Scritte di Vinesia yang terbit
pada tahun 1566. Sedangkan majalah yang pertama diterbitkan adalah Gentelman’s Megazine pada
tahun 1731 di London.
Sampai akhir abad 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh suratkabar dan
majalah. Media Massa lainnya belum lahir.sekarang suratkabar dan majalah sudah mengalami
kemajuan sangat pesat sesuai dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih. Kalau pada
mulanya suratkabar dan majalah hanya dicetak dengan tinta hitam saja, sekarang dicetak dengan
banyak warna atau disebut full-colour.
Teknik percetakan yang sudah semakin maju telah mngantarkan bentuk suratkabar dan
majalah semakin baik dan indah. Selain dari itu, tekhnik penulisan isi redaksionalnya sudah semakin
baik pula.
Perkembangan terakhir adalah diperlukannya teknik percetakan jarak jauh. Cetak jarak jauh
ini telah diterapkan oleh beberapa suratkabar besar di dunia. Suratkabar yang dulunya hanya dicetak
di London, sekarang dalam waktu bersamaan juga dicetak di Hongkong. Teknik ini juga akan berlaku
di Indonesia. Tekhnik cetak jarak jauh tentu akan memudahkan pendistribusian media cetak ke
daerah, sehingga waktu pengiriman bisa dipangkas.
Sementara itu, juga di abad ke-19, saat mesin uap mampu menaikkan kecepatan yang
ditempuh kendaraan baik di darat ataupun di laut, dengan jelas muncul kebutuhan sebuah sarana
komunikasi langsung jarak jauh. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
menunjang terciptanya komunikasi secara jelas meski berada pada tempat-tempat yang begitu jauh
dari pandangan mata. Dalam pengertian bahwa komunikasi itu harus lebih cepat dari kecepatan
kapal maupun kilat.
Tahun 1791, Abbe Claude Chappe (1763-1805) menyatukan dua kata menjadi sebuah istilah,
telegram optik, untuk menggambarkan digunakannya sederet menara untuk mengirimkan sebuah
pesan yang kasat mata oleh satu menara dari satu menara sebelumnya. Sistem Chappe ini
membutuhkan 120 menara berjajar yang mampu mengirimkan sebuah pesan antara Paris dan Laut
Tengah dalam waktu kurang dari satu jam, yang berarti lebih cepat dari kuda tunggang yang
tercepat.
Semua sistem ini bergantung pada sinyal-sinyal yang kasat mata. Telegram merupakan sebuah
terobosan dalam komunikasi karena ini memungkinkan terjadinya komunikasi instan antara dua
orang yang tidak berhadapan muka. Gagasan untuk mengirimkan pesan-pesan sandi dengan sarana
kabel yang masing-masing mewakili setiap huruf dalam abjad.
Selanjutnya perkembangan dari telegram ini adalah penemuan yang dilakukan oleh Michael Faraday
(1791-1867) yang mampu membuktikan bahwa getaran-getaran logam dapat diubah menjadi
impuls-impuls listrik. Inilah yang menjadi cikal-bakal diciptakannya telepon oleh dua orang yang
bekerja secara terpisah di Amerika Serikat. Mereka adalah Alexander Graham Bell (1847-1922)
kelahiran Skotlandia dan Elisha Gray (1835-1901).
Keduanya mematenkan karyanya di New York pada tanggal 14 Februari 1876. Namun, karaya Bell
mampu mengalahkan karya Gray . Meskipun Gray yang pertama kali membuat diafragma/alat
penerima elektromagnit baja pada tahun 1874, tapi ia tidak menguasai desain pemancar yang
mudah digunakan sebelum Bell berhasil membuatnya.
Sebelum berkembangnya televisi sebagai media massa, dunia telah lebih dulu dipikat oleh
kemunculan film.
Film dimasukkan ke dalam kelompok Komunikasi Massa. Selain mengandung aspek hiburan,
juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada suratkabar atau
mserta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta terjadi. Fakta dalam film
ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah
masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa
baru dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film “The Story of Crime” di
Perancis dan Edwar S. Porter membuat film “The Life of an American Fireman” tahun 1992.
Film yang mempunyai suara baru ditemukan pada tahun 1927. Dari masa ke masa, film mengalami
perkembangan, termasuk soal warna yang semula hitam putih sekarang sudah berwarna. Namun
sekarang ini, film tidak populer disebut sebagai komunikasi atau media massa, karena media massa
lebih berkonotasi kepada media yang memuat berita yang digarap oleh para reporter atau
wartawan. Film lebih banyak difahami sebagai media hiburan semata yang diputar di bioskop dan
televisi.
Baru setelah tahun 1946, kegiatan dalam bidang televisi tersebut tampak dimulai lagi. Pada
waktu itu, di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar. Tetapi kemudian,
karena situasi dan kondisi yang mengizinkan serta perkembangan tekhnologi, maka jumlah
studio/pemancar televisi pun meninglat dengan hebatnya.
Sekarang , sudah sekitar 750 stasiun televisi terdapat di negara Paman Sam itu. Tak heran,
bila televisi akhirnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di seluruh penjuru AS dan merupakan
kekuatan yang luar biasa dalam komunikasi massa. Lebih dari 75 juta pesawat televisi digunakan
secara tetap.
Pada tahun 1946, televisi dinikmati sebagai media massa ketika khalayak dapat menonton
siaran Rapat Dewan Keamanan PBB di New York. Dewasa ini, setiap negara telah mempunyai
pemancar televisi. Bahkan melalui parabola sebagai sambungan satelit, pemirsa dapat menikmati
siaran dari luar negaranya seperti yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian arus berita dan
informasi lewat televisi semakin beragam.
Namun demikian, penyiaran televisi ke rumah pertama dilakukan pada tahun 1928 secara
terbatas ke rumah tiga orang eksekutif General Electric, menggunakan alat yang sederhana.
Sedangkan penyiaran televise secara elektrik pertama kali dilakukan pada tahun 1936 oleh British
Broadcasting Coorporation. Semenata di Jerman penyiaran TV pertama kali terjadi pada tanggal 11
Mei 1939. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai pengahargaan terhadap Paul
Nikov.
Televisi selain menyajikan aspek hiburan, juga menyiarkan berita, yang ada antaranya bersifat sosial
kontrol. Karena itu, televisi sebagai media massa telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat di
rumah tangga masing-masing.
Sebagai media massa yang muncul belakangan dibandingkan media cetak, televisi baru
berperan selama tiga puluh tahun. ‘Kotak ajaib’ ini sendiri lahir setelah adanya beberapa penemuan
tekhnologi, seperti telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak) serta rekaman
suara. Terlepas dari semua itu, pada kenyataannya media televisi kini dapat dibahas secara
mendalam, baik dari segi isi pesan maupun penggunaannya.
Selang seabad kemudian, pada malam tanggal 30 oktober 1938, ribuan masyarakat Amerika
panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk mars yang mengancam
peradaban manusia. Karena belum pernah terjadi maka serentak seluruh masyarakat Amerika
tegang dan kalang kabut.
Akibat peristiwa tersebut para pakar peneliti sosial tertarik untuk meneliti masalah tersebut.
Karena hal tersebut menggambarkan keperkasaan media dalam hal mempengaruhi khalayaknya.
Karena dengan media orang bisa berebut kekuasaan dengan mudah seperti yang dilakukan oleh
Hitler, Musolini, dan Lenin.
Guglielmo Marconi (Griffone, dekat Bologna, 25 Aprl 1874-Roma, 20 Juli 1937). Insinyur
lektro Italia; adalah orang pertama yang pada tahun 1895 berhasil melakukan pengiriman sinyal
tanpa kawat melewati jarak + 2 km, dengan suatu pesawat pemancar dan pengirim buatannya
sendiri,kedua-duanya dilengkapi dengan antena penemuannya sendiri pula. Pada tahun 1898
berhasil dijalin hubungan telegraf tanpa kawat antara Inggeris dan Perancis; tahun 1909 dia
menerima hadiah Nobel untuk ilmu alam bersama K. F. Braun, penemu tabung sinar elektron dan
penerap lingkaran getaran pada radio telegrafi penemuan Marconi.
Penyiar informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio dimulai hampir
bersamaan. Tetapi yang terkenal ialah penyiaran kegiatan pemilihan umum presidan Amerika Serikat
pada tanggal 2 November 1920 yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan
teratur kepada masyarakat.
Sementara di Amerika Serikat orang yang dinilai berjasa dalam penemuan radio adalah Dr.
Lee De Forest dan Dr. Frank Conrad, yang berperan dalam penemuan radio di tahun 1920.
Usaha Marconi ketika itu baru berhasil pada tahap mengirimkan gelombang radio secara on
dan off (nyala dan mati), sehingga baru bisa menyiarkan kode telegraf. Lee De Frost lalu menemukan
vacumm tube yang berfungsi menangkap sinyal radio walaupun lemah. Sementara Frank Conrad
secara regular menyiarkan produk-produk sebuah department store di AS. Akibat siaran ini, angka
penjualan pesawat radio meningkat tajam hingga 500 ribu buah pada tahu 1923, atau meningkat 5
kali lipat dibangingkan tahun berikutnya.
Radio sebagai media elektronik, dimasukkan kepada komunikasi massa, karena ada berita
yang disiarkan secara luas dan dapat di dengar oleh orang banyak. Untuk berita, radio mempunyai
reporter khusus yang mencari dan mengolah berita.
Sekarang radio masih tetap memainkan perannya sebagai media massa, meskipun televisi dan surat
kabar atau majalah mengalami kemajuan pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Tapi radio
mempunyai kelebihan tersendiri, sebab seorang dapat mengikuti sambil tetap melakukan
pekerjaannya. Berbeda dengan surat kabar atau televisi yang memerlukan penglihatan.
Dari perkembangan tersebutlah, lalu pada tahun 1937 seorang insyinyur Amerika, howard
Aiken merancang IBM Mark 7, yang menjadi cikal-bakal dari komputer besar masa kini, yang
mengunakan tabung hampa udara dan memiliki tombol-tombol elektromagnetik, bukan elektronik.
Komputer elektronik yang pertama yang telah dituliskan bernama Colossus 1, akhirnya
dibuat oleh Alan Turing dan M.H.A Neuman, untuk pemerintah Britania di universitas Manchester.
Dari kemunculan komputer inilah yang di kemudian hari terus mengembang dan akhirnya
lahirlar fasilitas internet. Internet adalah sejenis media massa yang agak baru.
Tahun 1972 merupakan awal kelahiran jaringan internet, yaitu dengan adanya proyek yang
menghubungkan antara jaringan komunikasi pada jaringan komputer ARPANET. Proyek tersebut
telah menetapkan sebuah metoda baru untuk menghubungkan berbagai macam jaringan yang
berbeda yang dikenal sebagai konsep gateway. Pada tahun 1973-1977, dikembangkan protokol
TCP/IP (Transmission Control/Internetworking Protocol). Protokol ini digunakan untuk pengiriman
informasi yang dikenal sebagai paket (packet).
Internet baru dimanfaatkan di Indonesia pada tahun 1996. Seseorang yang mempunyai
pesawat komputer dapat menyambungkannya dengan jaringan komputer lainnya lewat satelit.
Perbedaannnya dengan teknologi komunikasi lainnya bahwa internet dapat dibuat oleh orang
perorang, bukan hanya oleh satu lembaga yang bergerak dalam penyiaran informasi.
Informasi yang dibuat seseorang dapat diketahui oleh banyak orang sepanjang orang lain
tersebut mempunyai jaringan. Karena dapat diakses oleh publik inilah, maka internet dapat
dikategorikan sebagai media massa.
Lebih dari lima orang Amerika dewasa mengggunakan internet di rumah, kantor atau
sekolah, dan di atas 10% menggunakannya setiap hari. Dari karakteristik jenis kelamin hampir sama
banyaknya lelaki dengan perempuan yang menggunakan web (situs).
Internet merupakan aktivitas mereka sehari-hari. Situs juga menjadi sumber informasi untuk
hiburan dan informasi untuk perjalanan wisata. Pengguna internet bergantung pada situs untuk
memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita
terbaru setiap minggunya.
Namun demikian kehadiran internet yang mewabah dengan cepat serta mampu membuat
para penggunaya menjadi ketagihan telah memberikan dampak mengejutkan terutama pada
perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet. Seirng berjalannya waktu internet menjadi seperti
media komunikasi yang lazim ditemukan. Siapapun nyaris bisa mengakses layanan internet kapan
dan di manapun. Sehingga tarif internet menjadi murah. Sebagaimana yang dituliskan Joseph
Straubhaar dan Robert LaRose dalam buku.
Menurut Lord Ritchie‐Calder, dari masa yang tertua dan mulai dengan alat‐alat yang paling
sederhana, setiap penemuan dan penciptaan berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia bukan
hanya suatu makhluk perseptual melainkan juga suatu makhluk konseptual yang mampu
mengamati, mengingat, dan menjajarkan gambaran angan‐angan. Ia dapat membuat suatu
perancangan mental, suatu khayalan tekno‐puitis, bahkan bilamana sarana untuk senyatanya
membuatnya tidak tersedia.
Menurut sejarahnya, ada dua titik waktu yang sangat penting dalam perkembangan teknologi
• Revolusi neolitik: mulai titik waktu ini manusia beralih dari hidup mengembara dan berburu
Teknologi sebagai barang buatan manusia memiliki tiga ragam dasar yang sekaligus menunjukkan
perkembangan historis yang berlainan. Hal ini adalah pendapat dari seorang ahli yaitu Ladislav
• Alat
Suatu benda yang bergerak semata‐mata berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada umumnya
manusialah yang membimbing dan mengendalikan alat‐alat, dengan demikian manusia jugalah yang
menjadi sumber informasi.
• Mesin
Sesuatu sistem peralatan yang tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan sumbersumber
tenaga di luar manusia, tetapi masih tetap memerlukan manusia untuk membimbing dan
mengendalikannya.
• Automaton
Perlengkapan teknologi yang paling tinggi ragamnya dan paling canggih. Perlengkapan ini
Fungsi media adalah untuk memberikan pengalaman baru kepada siswa dengan lebih
mengkonkritkan konsep yang masih bersifat abstrak, menambah motivasi belajar, menambah
semangat belajar, dan mempertinggi daya serap belajar.
Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip perinsip pengelolaan sumber belajar (1992 :
1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakekatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tehknik dan lingkungan . yang mana hal itu
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat di pahami sebagai
segala macam sumber yang ada di luar dirui seseorang dan mungkin memudahkan peroses belajar
mengajar.
Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, anak didik telah
mencapai tingkat kecerdasan sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannnya dengan keluargannya.
Kawan sekolahnnya, kelompok kelompojk keagamaan dan masyarakat. Dan media sosialnnya.
2. Fungsi Semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol variabel) yang
makna atau maksudnya benar benar di pahami oleh anak didik.
Bahasa meliputi lambang (simbol) dari isi. Yaknoi pikiran atau perasaan yamg keduannya telah
menjadi totalitas pesan.yang tidak dapat di pisahkan. Unsur unsur dasar dari bahasa itu adalah
”kata”. Simbol adalah suatu yang di gunakan untuk atau uang di pandang sebagai wakil suatu
lainnya. Jadi, gambar harimau di pakai sebagai simbol keberanian. Kata hanya akan bermakna bila
telaj di rujukan kepada sejumlah relefan. Manusia lah yang memberi mkana kepada kata pada
konteks pendidikan dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada setiap kata yang di
sampaikannya. Bila simbol simbil kata variabel tersebut hanya merujuk pada benda, maka masalah
komusnikasi akan menjadi masalah yang sederhana. Artinga guru tidak terlalu sulit untuk
menjelaskan.
3. Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini di dasarkan pada ciri ciri (karakteristik) umum yang sebagai mana
tersebut di atas. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni
mengatasi batas betas ruang dan waktu. Dan mengatasi keterbatasan indrawi.
a. Kemampuan media dalam menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit di hadirkan dalam bentuk
aslinya.
b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat.
c. Kemempuan media dalam menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi.
a. Membentu siswa memahami objek yang sulit di amati karena terlalu kecil, seperti molekul, atom,
dan sel.
b. Membentu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat. Seperti
prosesm etem or fos is .
c. Membentu siswa dalam memahamiobjek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara
membeca al qur’an sesuai dengan kaidah tajuwid.
d. Membantu siswa memahami objek yang terlalu komleks, misalnya menggunakan diagram, peta, dan
gerafik.
4. Fungsi Psikologis
a. Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.
Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus yang berfungsi membuang sejumlah
sensasi yang datang. Dengan adanya sel penghambat ini para siswa dapat memfokuskan.
b. Fungsi Efektif
Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan penerimaanatau penolakan
siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan
kesadaran.ia berwujud pencurahan perasaan minat, dan sikap penghargaan, nilai nilai, atau
perangkat emosi dan kecenderungan kecenderuangan batin.
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan dan penerimaan siswa
terhadap setimulus tertentu. Sambutan dan penerimaan tersebut berupa kemauan.dengan adannya
media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk
itu perhatiannya akan tertuju pada pembelajaran yang di ikutinnya. Hal lain dari penerimaan itu
adalah munculnya tanggapan yakni partisipasi siswa dalam keselurukan peroses pemeblajaran siswa
secara suka rela, ini merupakan relaksasi siswa terhadap rangsangan yang di terimannya. Pabila
siswa tersebut di lakukan dengan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jiwannya
melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai nilai atau norma norma yang di perolehnnya.
Pada tingkat tertentu nilai nilai atau norma norama itu akan di terimannya dan di yakininnya.
Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai nilai norma norma, kepercayaan, ide, dan sikap yang
menjadi sistem batin yang konsisten yag di sebut dengan karakteristik.
c. Fungsi Kognitif
Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk
bentu reperensiyang mewakili objek objek yang di hadapi, baik objek berupa orang, benda, atau
kejadian/peristiawa. Objek objek itu di reperensikan atau di hadirkan dalam diri sesorang melalui
tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuannya merupakan sesuatu yang
bersifat mental.
Belajar melalui peristiwa seprti darmawisata, ia mempu menceritakan pengalamannya selama
melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempet tempat yang ia kunjungi selama berdarma wisata
tidak di bawa pulang, dirinya sendiri juga tidak hadir di tempat darmawisata itu saat ia bercerita
pada temannya tersebut. Tetapi semua pengalaman tercatat di dalam benaknya. Dalam bentuk
gagasan gagasan dan tanggapan tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata kata
yang di sampaikan kepada temannya yang mendengarkan ceritannya. Dengan demikian pengalaman
selama berkunjung ke tempat darma wisata di wakilkan atau di persentasikan dalam betuk gagasan
atau tanggapan yang kedua dalam bentuk mental. Jelaslah kirannya, media pembelajaran itu telah
andil delam mengembangkan kognitif siswa. Semakin banyak ia di hadapkan dengan obkek objek
akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang di milikinya, atau semakin kaya dan luas pikiran
kognitifnya.
d. Fungsi Imajinatif
e. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan seni yang mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian mitivasi merupakan usah dari pihak luar
dalam hal ini adalah guru untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswannya untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnnya dan dengan
cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donald O. Hebb (aminnudin Rasyid 2003 : 93)
menyebutkan cara pertama dalam arousal dan kedua dalam expectancy. Yang pertama, aurosal
adalah suatu usaha guru untuk membengkitkan intrinsic motive siswannya.sedangkan dengan
expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhi suatu harapan yang
mendorong seseorag untuk melakukan kegiatan. Harapan akan tercapainnya hasrat dan tujuan
dapat menjadi motivasi yang di timbukan guru kedalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu
yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang di anggap lemah sekalipun dalam memahami
dan menerima isi pelajaran yaknu melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.
Fungsi media pembelajaran di lihat dari social cultural, yakni mengatasi hambatan sosio
cultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para
siswa yang memiliki jumlah yang cukup banyak (paling tidak dalam satu kelas berjumlah 40 orang).
Masing masing memiliki karakteristik yang berbeda beda apalagi di hubungkan dengan adapt,
keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain lain. Sedangkan dari pihalk lain, kurikulum dan materi
ajar ditentukan dan di lakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan menghadapi
kesulitan terlebih guru harus mengatasinya sendirian. Apalagi bila latar belakang dirinnya (guru) baik
adat, budaya, lingkungan, dan pengalaman yang berbeda dari para siswannya.
Hal ini dapat di atasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki
kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan pesepsi yang sama.
C. Manfaat Media
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata kata )
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya inderawi, seperti objek yang terlalu besar, objek
yang kecil, gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, kejadian yang terjadi di masa lalu, objek
yang terlalu kompleks, atau konsep yang terlalu luas.
3. Mengatasi sikap pasif anak didik dengan penggunaan media yang tepat dan bervariasi.
5. Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang
kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya.
9. Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain
dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam.
10. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian
melalui media menerima pesan yang sama.
11. engajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat
siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
12. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip
psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
13. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan
isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
16. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat
ditingkatkan.
17. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam teknologi pembelajaran adalah :
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa teknologi pembelajaran tidak hanya
berkepentingan dengan masalah belajar pada persekolahan atau lembaga kependidikan dan
latihan, melainkan juga masalah belajar pada organisasi termasuk keluarga, masyarakat,
dunia usaha, bahkan pemerintahan.
Semua bentuk teknologi, termasuk teknologi pembelajaran, adalah sistem yang diciptakan
manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia
dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber
daya yang ada. Pada hakikatnya, teknologi itu bebas nilai namun dalam penggunaannya sarat
dengan aturan nilai dan estetika.
Menurut Habibie (1991) teknologi agar dapat menghasilkan nilai tambah harus memenuhi
tiga kriteria, yaitu :
1. Pola belajar visual, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
suatu informasi melalui indra penglihatan .
2. Pola belajar auditorial, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
informasi melalui indra pendengaran.
3. Pola belajar kinestetik, yaitu lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
informasi melalui sentuhan dan gerakan.
Cakupan dalam teknologi pembelajaran lebih kecil dan merupakan bagian dari suatu sistem
pendidikan. Jika teknologi pendidikan sebagai suatu sistem kita ibaratkan sebagai tubuh kita,
maka teknologi pembelajaran sebagai sub sistem dapat kita ibaratkan sebagai anggota tubuh
dan organ-organ yang ada di dalamnya. Apabila salah satu sub sistem mengalami gangguan
maka sub sistem yang lainpun akan mengalami gangguan pula sebagai dampak dari
terganggunya salah satu sub sistem tadi. Yang pada akhirnya akan menyebabkan
terganggunya sistem sehingga tidak dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Pengetahuan tentang pemecahan masalah belajar baik pada perorangan maupun pada
keseluruhan organisasi.
Penyediaan tenaga kerja profesi (praktisi maupun akademisi) yang mampu
mengintervensi organisasi agar dapat dan mau belajar.
Aneka sumber belajar yang sengaja dikembangkan sesuai kebutuhan organisasi.
Sistem informasi yang diperlukan agar organisasi dapat memperoleh akses atas
informasi yang terbaru secara tepat.
Istilah teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu technologia yang menurut Webster
Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan
techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, ketarampilan dan
ilmu. Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan
pendidikan secara sistematis.
Sedangkan dalam pengertian lain teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks
dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk menganalisis
masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah
yang berhubungan dengan segala aspek belajar.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Teknologi Pendidikan adalah suatu cara
yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari
belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan
penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi
sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran
lebih efektif.
Teknologi pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai media. Akar terbentuknya
pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi media pendidikan pada awal abad dua
puluhan. Media ini, sebagai media pembelajaran visual yang berupa film, gambar dan
tampilan yang mulai ramai pada tahun 1920. Pembelajaran visual terfokus pada media yang
digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran. Pandangan ini berlanjut sampai 1950.
Teknologi pendidikan sebagai disiplin ilmu, pada awalnmya berkembang sebagai bidang
kajian di Amerika Serikat. Kalau mengacu pada konsep teknologi sebagai cara, maka awal
perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban. Usaha
untuk merumuskan Teknologi pendidikan secara terorganisasi dimulai sejak tahun 1960.
- Tahun 1960
Teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak menjadi perhatian dilingkungan
ahli pendidikan, teknologi pendidikan merupakan kelanjutan perkembangan dari kajian-
kajian tentnag penggunaan audio visual dan program belajar dalam penyelenggaraan
pendidikan.
- Tahun 1963
Di tahun 1963 teknologi pendidikan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah media. Hal ini
merupakan suatu hal yang berangkat dari pandangan “tradisional” terhadap teknologi
pendidikan Perubahan disini yang mencerminkan bahwa, bagaimana lingkungan dan
kemajuan zaman dapat mengubah sebuah definisi dan praktek dari teknologi pendidikan.
- Tahun 1970
Tahun 1970-an yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawas Teknologi Pendidikan. Komisi
pengawas ini dibentuk dan dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menguji
permasalahan dan manfaat potensial yang berhubungan dengan teknologi pendidikan di
sekolah-sekolah.
- Tahun 1977
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegerasi meliputi orang, prosedur,
gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah dan merancang. Melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang
dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau
efisiensi eksternal, dan manajemen. Lebih lanjut harapan perbaikan pendidikan belum bisa
kita rasakan. Terbukti dari hasil komporasi Internasional, Indonesia justru menduduki
peringkat yang sangat rendah dan cenderung menurun.
Dalam perkembangan yang demikian pesatnya mutu pendidikan menjadi prioritas utama
dalam menyimak setiap perubahan, sehingga secara langsung atau tidak langsung
profesionalisme guru sedang teruji. Orang bijak menyatakan pendidikan itu adalah perhiasan
di waktu senang dan tempat berlindung di waktu susah. Untuk meningkatkan profesionalisme
guru dikutip dalam jurnal Taskif H.M. Idris: 2004, dibutuhkan peran serta semua pihak untuk
saling memberikan keteladanan sehingga guru yang belum profesional menjadi profesional
dan yang sudah profesional menjadi lebih profesional.
Paling tidak ada empat program yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, yaitu:
Mengingat guru merupakan salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan maka pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan dari hidup mereka dengan
memberikan gaji tambahan atau tunjangan kesejahteraan karena dengan gaji yang memadai
akan dapat meningkatkan motivasi serta konsentrasi pada kegiatan mendidiknya. Lagipula
jika penghasilan guru membaik maka generasi muda akan tertarik menjadi guru dan akan
mendapat tempat di hati masyarakat, paling tidak, sosok guru tidak lagi dilecehkan gara-gara
lemah ekonominya.
Untuk poin 1, definisi 2004 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika
praktek. Poin 2, definisi 2004 memiliki kekurangan karena tidak mencakup untuk penilaian.
Poin 3 sudah berkenaan dengan perubahan paradigma, dimana teknologi pembelajaran hanya
memfasilitasi pembelajaran – artinya faktor-faktor lain dianggap sudah ada. Poin 4, definisi
2004 sudah lebih luas karena yang dikelola bukan hanya semata proses dan sumber belajar,
tetapi lebih jauh sudah mencakup proses dan sumber daya teknologi.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa definisi 2004 sudah mencakup aspek etika dalam
profesi , peran sebagai fasilitator, dan pemanfaatan proses dan sumber daya teknologi.
Pendekatan Filsafati
Setiap pengetahuan, mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh
pengetahuan yang didukungnya (Suriasumantri). Ketiga komponen tersebut yaitu ontologi
(apa), epistimologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa).
Suriasumantri mengemukakan bahwa ontologi merupakan asas dalam menetapkan ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelahaan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari
objek tersebut. Epistimologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan
asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh
pengetahuan tersebut.
Serangkaian pertanyaan yang timbul adalah: “Apa yang menjadi objek penelaahan dalam
teknologi pendidikan? Sampai mana ruang lingkup wujud objek yang ditelaah itu? Bukankah
pendidikan sudah seusia hidup itu sendiri? Dan karena itu apakah masih mungkin adanya
objek telaah baru?”
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka terlebih dulu dikutip pernyataan Sir
Eric Ashby tentang terjadinya empat revolusi dalam dunia pendidikan. Revolusi-revolusi ini
terjadi karena adanya masalah yang tak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, yaitu
masalah “belajar”.
Revolusi pertama, terjadi karena orang tua atau keluarga tidak mampu lagi membelajarkan
anak-anaknya sendiri sehingga menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain yang
secara khusus diberi tanggung jawab untuk mendidik.
Revolusi kedua, karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik
dengan cara yang lebih cepat sehingga kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai
ketentuan yang dibakukan.
Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi
iconic dan numeric dalam bentuk buku dan media cetak lain, sehingga guru dapat
membelajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi. Buku hingga saat ini masih dianggap
sebagai media utama di samping guru untuk kegiatan pendidikan.
Revolusi keempat, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik.
Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan
semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang
bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat”
dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu
menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak.
Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih berdaya guna
bagi si penerima.
Pada awalnya, guru menghadapi anak didiknya dengan bertatap muka langsung dan bertindak
sebagai satu-satunya sumber untuk belajar. Perkembangan berikutnya, ia menggunakan
sumber lain berupa buku sehingga membagi perannya kepada media lain dalam menyajikan
ajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, media komunikasi mampu menyalurkan pesan
yang dirancang khusus agar dapat diterima langsung kepada anak didik tanpa dapat
dikendalikan oleh guru.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan adanya masalah-masalah baru, yaitu :
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang, pesan, media, alat, cara-
cara tertentu dalam mengolah atau menyajikan pesan, serta lingkungan di mana proses
pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun secara
faktual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber belajar agar dapat
digunakan seoptimal mungkin untuk keperluan belajar.
Ketiga masalah di atas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (ontologi)
teknologi pendidikan.
Ciri-ciri pendekatan baru landasan epistimologi teknologi pendidikan adalah :
1. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dielaah secara simultan.
2. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu roses kompleks secara
sistemik untuk memecahkan masalah.
3. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks atas gejala secara menyeluruh.
Sedangkan kegunaan potensial teknologi pendidikan (aksiologi), antara lain meningkatkan
produktivitas pendidikan, memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih
individual, memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, lebih memantapkan
pembelajaran, memungkinkan belajar lebih akrab, serta memungkinkan penyajian pendidikan
lebih luas dan merata.
Pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan
pemecahan masalah belajar yang berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan
berbagai macam pendekatan. Masalah belajar itu terdapat di mana saja dan pada siapa saja
(orang maupun organisasi, kapan saja, dan mengenai apa saja). Adapun cara untuk mengatasi
masalah-masalah belajar itu ialah melalui pendekatan yang merupakan landasan epistemologi
dari teknologi pendidikan berikut ini :
1. Pendekatan isomorfis, yaitu menggabungkan berbagai kajian atau bidang keilmuan
(psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain-lain) ke dalam suatu
kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha
memecahkan persoalan.
3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan
kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh atau komprehensif.
Inovatif, yaitu suatu ide, gagasan atau perubahan yang dianggap baru. Orisinil dan ada nilai
tambah. Mengandung pembaharuan sehingga belajar dapat mengalami akselerasi &
menyenangkan.
Setelah dua prasyarat falsafati telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, masih ada satu
pertanyaan terakhir mengenai kegunaan dari pengetahuan yang telah diperoleh dan dihimpun
tersebut. Inilah yang disebut sebagai landasan aksiologi. Adapun landasan aksiologi teknologi
pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan :
2. Memperlaju penahapan belajar
3. Membantu guru untuk menggunakan waktunya dengan lebih baik.
4. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi
5. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan :
a. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional
b. Memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya
c. Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan :
6. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis
7. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
8. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan :
-Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
-Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
9. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat :
-Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
-Memberikan pengetahuan tangan pertama
10. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan :
-Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
Penyajian informasi menembus batas geografi
Perkembangan yang sangat penting dari teknologi pendidikan tetapi sering kali diacuhkan
ialah bahwa ia berusaha memecahkan masalah belajar pada manusia di mana saja, kapan saja,
dengan cara apa saja, dan oleh siapa saja. Apa yang telah berlangsung selama ini, terutama di
Indonesia, masih menitikberatkan pada pemecahan masalah dalam bidang persekolahan.
Gambar berikut menunjukkan di mana bidang garapan teknologi pendidikan itu seharusnya
berkembang.