Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupaka suatu “kawasan” yang dapat membantu
memecahkan persoalan kehidupan umat manusia dari masa ke masa. Dalam kehidupan sehari-
hari, peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk teknologi, baik yang
dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi seperti
ini, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi
guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”, yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti,
memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi
sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Maka bagi lembaga pendidikan dan pelatihan yang langsung melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran, perlu kiranya menerapkan teknologi pendidikan secara sistematis
dengan cara mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari kegiatan
belajar-mengajar dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, dan dengan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif. Dan perlu ditekankan bahwa Teknologi Pendidikan dapat dilihat
sebagai bidang yang mempunyai perhatian khusus terhadap aplikasi, meskipun prinsip dan
prosedurnya berdasar teori. Kawasan Teknologi pendidikan telah berkembang melalui pergulatan
antara pengaruh nilai, penelitian, dan pengalaman dalam pembelajaran.
Untuk itulah, dalam kesempatan ini penulis akan membahas seputar pengaruh teknologi
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan pelatihan. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat
merumuskan bagaimana sebenarnya posisi teknologi pendidikan/pembelajaran dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.
Namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, perbedaan istilah tersebut telah
menghilang. Sejak tahun 1994 istilah “Teknologi Pendidikan” dan “Teknologi Pembelajaran”
dianggap sinonim dan digunakan secara bergantian oleh kebanyakan ahli pendidikan untuk
menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan
belajar dan pembelajaran.[1]
“Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.”[2]
Dari definisi di atas jelas bahwa tujuan dari teknologi pendidikan adalah untuk membantu,
memperbaiki serta meningkatkan proses belajar manusia. Maka di sini yang diutamakan adalah
“proses belajar” itu sendiri, di samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar tersebut.
Jadi, pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis
tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang persoalan kegiatan belajar-mengajar
sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah.
Secara umum, pengertian Teknologi Pendidikan dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
Bahwa tujuan utama Teknologi Pendidikan adalah membuat agar suatu pembelajaran
lebih efektif, yaitu dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara
sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala
sumber baik yang bersifat manusia maupun non-manusia.
Bahwa fakus utama Teknologi Pendidikan adalah memfasilitasi belajar pada manusia,
yakni melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat
terhadap proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar tersebut.
Bahwa penekanan utama Teknologi Pendidikan adalah pada penelitian dan aplikasi ilmu
prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan
analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan
teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja, yaitu dengan
memanfaatkan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu
memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.
Teknologi pendidikan telah berkembang dan muncul sebagai bidang ilmu tersendiri
dengan kawasan penelitian dan praktik yang beragam. Keberagaman aktivitas yang tercakup
dalam tradisi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran yang terdiri dari: [desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian].
Sejalan dengan pengenalan dan pengembangan media pembelajaran sebagai suatu bidang
studi, pengetahuan tentang pembelajaran juga berkembang. Para psikolog pembelajaran
menyodorkan basis teori yang berfokus pada peubah-peubah yang mempengaruhi kegiatan
belajar dan pembelajaran. Menurut pakar-pakar terdahulu, karakteristik pebelajar dan proses
belajar itu sendiri menentukan karakteristik metoda penyampaiannya.[3] Sehingga tak heran,
meskipun alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan sangat modern dan lengkap, tidak
dengan sendirinya mempermudah cara belajar atau memperdalam dan memperluas hasil belajar
itu. Artinya, dengan alat-alat itu tidak secara otomatis pelajaran yang diberikan akan bermutu
tinggi. Hal ini karena alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan, seperti alat-alat
audiovisual, bukan esensial. Tanpa alat-alat itu pun teknologi pendidikan tetap dapat
dilaksanakan.
Dan dalam hal ini, – menurut Prof. Dr. Nasution – perlulah dicari pegangan yang lebih
mantab untuk mengajar yang diperoleh berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang nyata dan
dihasilkan berkat percobaan dan penelitian. Maka diselidikilah secara sistematis hal-hal yang
berkenaan dengan unsur-unsur mengajar, yakni tujuan, metode penyampaian, bahan pelajaran
dan penilaian. Dengan pegangan demikian dapat ditingkatkan efektivitas mengajar-belajar.[4]
Inilah sebenarnya esensi Teknologi Pendidikan, yaitu menemukan formula yang tepat dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, bukan menggunakan teknologi yang ada dan
‘memaksakannya’ untuk digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut. Karena pada
dasarnya, Teknologi Pendidikan itu bersikap skeptis, yakni menyangsikan kebenaran prinsip-
prinsip mengajar atau asas-asas didaktik sebelum diperoleh bukti akan kebenarannya.
Oleh sebab itu tak heran bila Teknologi Pendidikan merupakan suatu ekspresi dari
scientific movement atau gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles dan bergerak terus
melalui Wundt, Pavlov, Thorndike, Skinner, hingga masa kini. Teknologi Pendidikan berusaha
untuk menerapkan dalam kelas hasil-hasil eksperimentasi dalam laboratorium psikolog.[5]
Bahkan teknologi pendidikan lahir dan berkembang hingga sekarang ini adalah merupakan hasil
dari penelitian dan pemikiran ilmiah tentang pendidikan yang dilakukan oleh para pakar
pendidikan. Mereka berusaha sekuat tenaga mempelajari soal belajar secara sistematis.
Kita ambil contoh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wood dan Freeman (1929),
Knowlton dan Tilton (1929) serta Carpenter dan Greenhill (1956) yang akhirnya menyimpulkan
bahwa peran media dalam proses belajar mengajar sangat penting.[6] Ada lagi Edward L.
Thorndike (1874 – 1949) yang menghasilkan sejumlah “hukum” belajar, di antaranya Law of
Effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respons murid terhadap suatu stimulus
segera disertai oleh rasa senang atau rasa puas dengan memberikan pujian atau hadiah, yang
disebut reiforcement. Reiforcement ini memperkuat hubungan antara S (Stimulasi) dan R
(Response) sehingga hasil belajar menjadi permanen.[7] Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh
dalam pengembangan teknologi pendidikan yang menemukan formula proses pembelajaran
setelah melakukan berbagai penelitian serta pemikiran ilmiah tentang pembelajaran tersebut.
Di antara para tokoh psikolog dan pendidik tersebut dalam mengembangkan teori-teori
mereka ada yang tidak langsung dicoba/diujikan kepada manusia di sekolah, melainkan
menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaannya akan
dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia. Baru pada tingkat perkembangan
berikutnya, para ahli tersebut mencurahkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk
manusia di sekolah. Penelitian-penelitian tersebut akhirnya melahirkan berbagai teori baru, ada
yang mereka sebut dengan Programmed Text, Teaching Machiness, Associaton Theory, dan lain-
lain.[8]
Dalam era teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini, perkembangan teknologi
pendidikan lebih difokuskan pada pengembangan media pembelajaran. Hal ini tak lain karena
media pembelajaran dewasa ini dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
proses pembelajaran.[9] Dalam proses pembelajaran, media[10] memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar
dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambnah pada kegiatan
pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal, ataupun
media yang sangat sederhana dan murah. Heinich, dkk (1996) sebagaimana yang dikutip oleh
Prof. Hamzah B. Uno, mengklasifikasikan jenis media pembelajaran sebagai berikut:[11]
Media ini sering disebut media pameran atau displayed media. Jenis media yang tergolong media
yang tidak diproyeksikan yaitu:
1.
1. Realia; yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar.
2. Model; yaitu benda nyata yang dimodifikasikan, atau gambaran yang berbentuk
tiga dimensi dari sebuah benda nyata (pengganti media realia)
3. Bahan grafis (grafhic materials); yaitu benda visualisasi yang bersifat simbol.
Contoh: poster, globe, peta, kartun, diagram, dll.
4. Papan display; yaitu media yang dapat dipajang.
2) Media yang diproyeksikan (projected media)
1.
1. OHT (overhead transparancy);
2. Slide, dll
Media audio merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah, praktis dan ringkas, serta
mudah dibawa (portable). Media ini dapat digunakan untuk kegiatan belajar individu maupun
kelompok. Misalnya audio kaset.
Media ini sebagai audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, yang biasa
dipergunakan di dalam ruangan kelas. Media vidio dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar
pada berbagai bidang studi.
6) Multimedia Kit
Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media
yang digunakan untuk menjelaskan suatu materi tertentu. Biasanya multimedia kit digunakan
untuk mata pelajaran fisika, kimia dan biologi pada saat praktikum.
Perlu diketahui bahwa setiap saat dalam kehidupan manusia terjadi suatu proses belajar-
mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Proses belajar-
mengajar adalah merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Hal ini mudah dipahami,
karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya. Maka wadah yang menaungi proses belajar-mengajar tersebut dapat disebut lembaga
pendidikan (formal) atau pun lembaga pelatihan (non-formal). Dan proses penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan ini, mau tidak mau akan dituntut berbagai kualifikasi; baik yang
berhubungan dengan hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi
lainnya yang dihasilkan oleh peserta didik. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan dinilai dari out-put yang dihasilkan. Maka agar out-put tersebut
dapat berhasil dengan baik, perlu dilakukan proses-proses yang efektif dan efisien di dalam
mengembangkan pengelolaan pendidikan dan pengajaran.
Ketiga tujuan belajar tersebut di atas dalam pembelajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan
merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar-mengajar,
masing-masing direncakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran (content). Karena semua itu
bermuara kepada peserta didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu
kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan dan sarana yang
mendukung.
Perlu ditekankan bahwa adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang
keberhasilan pelajaran. Bila tujuan itu tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses
mengajar-belajar itu. Secara empiris dapat dicari melalui percobaan, cara manakah yang paling
serasi untuk mencapai hasil yang ditentukan. Maka, dengan pendekatan teknologi pendidikan di
dalam melaksanakan penyelenggaran pendidikan dan pelatihan, kita dapat menggunakan metode
ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Usaha itu pada hakekatnya tidak berbeda dengan metode
pemecahan masalah (method of problem solving) yang dilakukan dalam bidang ilmu lainnya.
Dewasa ini, pelaku pendidikan dihadapkan kepada berbagai persoalan, baik ekonomi,
sosial, budaya, politik, maupun arus globalisasi. Khusus untuk tantangan globalisasi, dunia
pendidikan dihadapkan pada perkembangan teknologi yang sangat pesat. Sehingga mau tidak
mau, tugas dan tanggungjawab penyelenggara pendidikan dan pelatihan harus mampu
memecahkan berbagai persoalan yang berkembang di era globalisasi ini melalui jalur pendidikan.
Berdasarkan situasi ini, maka pengelolaan pendidikan perlu menyesuaikan diri terhadap arus
perubahan itu. Dan dalam pengelolaan pendidikan perlu dilakukan repositioning bagaimana
sebaiknya pendidikan dikelola.
Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B.Uno, bahwa penyelenggaraan pendidikan saat ini harus
mampu mengenali siapa pelanggannya, dan dari penganalan ini, pendidikan memahami apa
aspirasi dan kebutuhannya (need assessment). Setelah mengetahui aspirasi dan kebutuhan
tersebut, baru ditentukan sistem pendidikan, macam kurikulumnya, dan persyaratan pengajarnya.
[13]
Lebih lanjut Prof Hamzah menyebutkan bahwa salah satu visi pendidikan yang perlu
mendapatkan perhatian adalah meletakkan information technology, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Hal ini berarti mulai dari tingkat pendidikan rendah
sampai ke perguruan tinggi merupakan jalur linier pendidikan, pengenalan, pemahaman, dan
pengamalan ilmu dan teknologi di lembaga pendidikan.[14]
Berikut ini akan penulis rangkumkan tentang kondisi dan asas belajar yang harus
diperhatikan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, yaitu: (1) Persiapan
sebelum mengajar; (2) Sasaran belajar; (3) Susunan bahan ajar; (4) Perbedaan individu; (5)
Motivasi; (6) Sumber pengajaran; (7) Keikutsertaan; (8) Balikan; (9) Penguatan; (10) Latihan
dan pengulangan; (11) Urutan kegiatan belajar; (12) Penerapan; (13) Sikap mengajar; (14)
Penyajian di depan kelas.[15]
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu manfaat dari Teknologi Pendidikan adalah untuk
menetapkan pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, menerapkan metode problem solving
dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern, dan dapat juga
dilakukan tanpa alat-alat tersebut. Dan melihat tujuan ini, maka Teknologi Pendidikan sangat
berpengaruh dalam sebuah lembaga Pendidikan dan Pelatihan, terutama dalam melakukan uji-
coba hipotesis penggunaan metode pembelajaran yang paling efektif yang dapat diterapkan.
Dalam hal ini misalnya, kita dapat mengikuti beberapa langkah yang dapat diikuti dalam metode
teknologi pendidikan, yaitu:
1. merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapaii yang dapat dipandang sebagai
masalah;
2. menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap “serasi” yang kita pandang sebagai
“hipotesis” yang perlu dite;
3. menilai hasil pelajaran untuk memuji hipotesis itu.
4. mencari perbaikan andaikata hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang
ditentukan dan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tercapai apa yang
diharapkan.[16]
Perlu diketahui bahwa salah satu perubahan yang sangat besar dalam teknologi
pendidikan adalah perluasan arena di mana dilakukan praktik. Meskipun teknologi pendidikan di
mulai di lingkungan pendidikan dasar dan menengah, bidang ini kemudian dipengaruhi oleh
pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan tinggi, bahkan sebagian besar
kegiatan bidang teknologi pendidikan pada saat ini berupa pelatihan karyawan di sektor swasta.
Sebagai konsekuensinya, dalam lingkungan saat ini terdapat peningkatan konsentrasi pada isu-isu
yang berhubungan dengan perubahan organisasi, perbaikan kinerja, dan analisa manfaat biaya.
Prinsip, produk, dan prosedur Teknologi Pendidikan tetap penting bagi efektifitas sekolah,
khususnya pada saat dilakukan restrukturisasi sekolah. Akan tetapi, banyak pakar Teknologi
Pendidikan merasa tidak mendapat sambutan di lingkungan sekolah, demikian juga gagasannya
merasa tidak diperhatikan. Bagaimanapun, berbagai teknologi baru dan metode penyampaian
baru menawarkan berbagai cara memadukan kebutuhan individu peserta didik dengan sekolah.
Salah satu contoh fenomena adalah munculnya peranan sistem pembelajaran jarak jauh dalam
berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai pengembangan staf dan pelatihan
karyawan.
1. Teknologi pendidikan berpengaruh pada peningkatan profesi guru dalam sebuah lembaga
pendidikan dan pelatihan.
Belajar adalah berubah. Artinya belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Jadi belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.[18] Maka dalam hal ini,
Teknologi Pendidikan berperan menjembatani proses kegiatan belajar siswa tersebut secara
efektif dan efisien.
3. Teknologi pendidikan berpengaruh pada keberhasilan lembaga pendidikan dan pelatihan.
Teknologi pendidikan bukan merupakan kunci ke arah sukses yang pasti dalam
pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau metodologi yang
dapat diterapkan dalam setiap lembaga pendidikan dan pelatihan.[19] Dengan adanya teknologi
pendidikan, diharapkan lembaga pendidikan dan pelatihan dapat benar-benar berfungsi sebagai
wadah pencetak peserta didik yang berdaya saing tinggi, karena telah mampu melaksanakan
pendekatan belajar melalui empat pilar, yaitu: learing to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
4. Teknologi pendidikan berpengaruh dalam pengenalan awal teknologi kepada peserta didik.
Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah
adanya perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun, yang
pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah
satunya berwujud teknologi.[20] Maka dengan melaksanakan teknologi pendidikan, adalah sama
artinya dengan memperkenalkan teknologi dasar yang terus berkembang kepada peserta didik.
E- Penutup
Maka bagi lembaga pendidikan dan pelatihan yang langsung melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran, perlu kiranya menerapkan teknologi pendidikan secara sistematis
dengan cara mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari kegiatan
belajar-mengajar dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, dan dengan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif. Dan perlu ditekankan bahwa Teknologi Pendidikan dapat dilihat
sebagai bidang yang mempunyai perhatian khusus terhadap aplikasi, meskipun prinsip dan
prosedurnya berdasar teori. Kawasan Teknologi pendidikan telah berkembang melalui pergulatan
antara pengaruh nilai, penelitian, dan pengalaman dalam pembelajaran.
Untuk itulah, dalam kesempatan ini penulis akan membahas seputar pengaruh teknologi
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan pelatihan. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat
merumuskan bagaimana sebenarnya posisi teknologi pendidikan/pembelajaran dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.
zaman sekarang ini. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat.
Teknologi bisa di jumpai dan di pakai oleh setiap masyarakat. contohnya saja internet . akses
internet sekarang bisa di gunakan oleh siapa saja dan dimana saja. Perkembangan dan
penggunaan teknologi juga mempengaruhi proses pembelajaran siswa/mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Perkembangan teknologi khususnya di bidang pendidikan dapat memeju motivasi
siswa/mahasiswa agar lebih unggul dan lebih maju dalam penggunaan teknologi.
Motivasi dalam pendidikan juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran yang di langsungkan. Motivasi berguna untuk menyemangatkan siswa yang
menyerah dan putus asa dalam kemajuaan teknologi yang terjadi. Tanpa di sadari ada juga dari
beberapa siswa yang langsung mengangap dirinya tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi
dalam dunia pendidikan . dan di sini lah guna motivasi.
Pada saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).
Teknologi yang berkmbang pesat saat ini ,pasti memiliki dampak positif maupun dampak
negatifnya. Dampak positif nya dalam bidang pendidikan dan proses pembelajaran ialah ,
pengajaran dan proses belajar mengajar lebih efektif dan kita pun dapat lebih up to datae dalam
mendapatkan informasi yang ada, dampak negatfnya di antaranya , sering di salah gunakan untuk
melakukan kegiatan yang di anggap tak pantas di lakukan. Perkembangan penggunaan teknologi
dalam pendidikan juga saya rasakan . yang awalnya saya tidak begitu pandai menggunakan
internet, sekarang saya bisa menggunakannya , itu pun termotivasi karena perubahan Zaman
sekarang yang yang semuanya serba canggih. Mulai dari tugas kuliah pun melalui internet . dan
dapat di simpulkan bahwa di zaman sekarang kita harus lebih memanfaatkan tekniologi yang ad
dan harus bisa dalam penggunaanya. Karena kalau tidak kita akan ketinggalan zaman. Dan kita
juga bisa memulai pembelajaran dengan e-learning di proses pembelajaran kita .
PERANAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
23 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5. dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-
mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut
(Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung penyerapan informasi
sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan jaman, maka teknologi informasi berperan penting
sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan
materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi
dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan Permesinan, namun sesungguhnya teknologi
pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan
dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian
tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan
dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).
Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan
dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses
(Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya
lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan
bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan,melaksanakan,menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut
yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka
lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan
pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,
peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih
dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah
kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologipendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan
pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan
sumber belajar (Sadiman,1984:44).
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu
diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran
diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan,
identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi
pembelajaran (IDI model, 1989) . Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam
pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan
karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam
pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan
adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran
yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar,
dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala
macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi
pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai
dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam
definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ” teknologi pendidikan adalah teori dan
praktek dalam hal desain, pengembanga
2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan:
1. bagaimana kita belajar (how people learn);
2. apa yang kita pelajari (what people learn); dan
3. kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban
atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan
sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran.
Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait
dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait
dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi
lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru
juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator
atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning
dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik
termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM
(Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi
pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam
pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan
nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua:
komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan
pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI,
sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini,
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning
sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan
jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar :
1. pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar
bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan
2. pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang,
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkugan, dan memanfaatkannya untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang
dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi
yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas 1)teknologi dan masyarakat (berintikan
teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk
teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan
karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini
antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi
(Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun
namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam
hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun
semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau
“distance is dead” Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based
Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin
nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat
terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu
juga” dan kompetitif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi
pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam
belajar kemudian dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang
sesuai.Upaya pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan dengan
kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan
penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar
hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah
pencarian informasi tersebut.
3.2 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran.
Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi
penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.