Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Teknologi Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan dan Pelatihan

Friday, 08 April 2011 By istana ilmu. Under: Dunia Pendidikan

Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupaka suatu “kawasan” yang dapat membantu
memecahkan persoalan kehidupan umat manusia dari masa ke masa. Dalam kehidupan sehari-
hari, peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk teknologi, baik yang
dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi seperti
ini, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi
guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”, yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti,
memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi
sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.

Maka bagi lembaga pendidikan dan pelatihan yang langsung melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran, perlu kiranya menerapkan teknologi pendidikan secara sistematis
dengan cara mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari kegiatan
belajar-mengajar dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, dan dengan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif. Dan perlu ditekankan bahwa Teknologi Pendidikan dapat dilihat
sebagai bidang yang mempunyai perhatian khusus terhadap aplikasi, meskipun prinsip dan
prosedurnya berdasar teori. Kawasan Teknologi pendidikan telah berkembang melalui pergulatan
antara pengaruh nilai, penelitian, dan pengalaman dalam pembelajaran.

Untuk itulah, dalam kesempatan ini penulis akan membahas seputar pengaruh teknologi
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan pelatihan. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat
merumuskan bagaimana sebenarnya posisi teknologi pendidikan/pembelajaran dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.

Semoga makalah ini beroleh manfaat., amin.

A- Definisi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran

Secara historis, istilah teknologi pendidikan (educational technology) dan teknologi


pembelajaran (instructional technology) dimaknai oleh sebagian ahli pendidikan secara terpisah.
Ada yang menyetujui penggunaan istilah “teknologi pendidikan”, dengan alasan bahwa kata
“pendidikan” memberikan cakupan yang lebih luas daripada sekedar menggunakan kata
“pembelajaran”. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa kata “pendidikan” tersebut merujuk
pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan
sebagainya, sementara kalau hanya menggunakan istilah “pembelajaran”, tentu cakupannya
hanya sebatas di lingkungan sekolah saja. Sedangkan bagi yang setuju dengan menggunakan
istilah “teknologi pembelajaran” berpendapat bahwa kata pembelajaran lebih sesuai dengan
fungsi teknologi, yakni berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar, termasuk juga
mencakup situasi pelatihan (training). Kedua kelompok ini sepertinya menggunakan alasan yang
seimbang untuk membenarkan pendapat mereka masing-masing. Bahkan  pada tahun 1977,
AECT memberikan definisi yang berbeda terhadap kedua istilah ini.

Namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, perbedaan istilah tersebut telah
menghilang. Sejak tahun 1994 istilah “Teknologi Pendidikan” dan “Teknologi Pembelajaran”
dianggap sinonim dan digunakan secara bergantian oleh kebanyakan ahli pendidikan untuk
menjelaskan penerapan proses dan sarana (tools) teknologi dalam memecahkan permasalahan
belajar dan pembelajaran.[1]

Definisi teknologi pendidikan/pembelajaran yang direvisi dan dikeluarkan pada tahun


1994 menjelaskan sebagai berikut:

“Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.”[2]
Dari definisi di atas jelas bahwa tujuan dari teknologi pendidikan adalah untuk membantu,
memperbaiki serta meningkatkan proses belajar manusia. Maka di sini yang diutamakan adalah
“proses belajar” itu sendiri, di samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar tersebut.
Jadi, pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis
tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang persoalan kegiatan belajar-mengajar
sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah.

Secara umum, pengertian Teknologi Pendidikan dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

 Bahwa tujuan utama Teknologi Pendidikan adalah membuat agar suatu pembelajaran
lebih efektif, yaitu dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara
sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala
sumber baik yang bersifat manusia maupun non-manusia.
 Bahwa fakus utama Teknologi Pendidikan adalah memfasilitasi belajar pada manusia,
yakni melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat
terhadap proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar tersebut.
 Bahwa penekanan utama Teknologi Pendidikan adalah pada penelitian dan aplikasi ilmu
prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan
analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan
teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja, yaitu dengan
memanfaatkan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu
memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.

B- Perkembangan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan telah berkembang dan muncul sebagai bidang ilmu tersendiri
dengan kawasan penelitian dan praktik yang beragam. Keberagaman aktivitas yang tercakup
dalam tradisi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran yang terdiri dari: [desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian].

Berbicara tentang perkembangan Teknologi Pendidikan, tentu tidak lepas dari


perkembangan peradaban manusia yang menyertai dunia pendidikan itu sendiri. Ketika dahulu
media pembelajaran yang digunakan hanya dalam bentuk buku teks dan bahan visual cetak, maka
pada tahap perkembangan selanjutnya manusia mulai menemukan dan menggunakan teknologi
audiovisual untuk memanfaatkan penemuan-penemuan mekanis dan elektronis dalam lingkungan
pendidikan. Kemudian saat ini, bidang teknologi pendidikan menghadapi berbagai kemungkinan
pembelajaran dengan hadirnya komputer sebagai medium belajar-mengajar, sekaligus digunakan
sebagai alat yang dapat mengintegrasikan berbagai media ke dalam sebuah unit pembelajaran.

Sejalan dengan pengenalan dan pengembangan media pembelajaran sebagai suatu bidang
studi, pengetahuan tentang pembelajaran juga berkembang. Para psikolog pembelajaran
menyodorkan basis teori yang berfokus pada peubah-peubah yang mempengaruhi kegiatan
belajar dan pembelajaran. Menurut pakar-pakar terdahulu, karakteristik pebelajar dan proses
belajar itu sendiri menentukan karakteristik metoda penyampaiannya.[3] Sehingga tak heran,
meskipun alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan sangat modern dan lengkap, tidak
dengan sendirinya mempermudah cara belajar atau memperdalam dan memperluas hasil belajar
itu. Artinya, dengan alat-alat itu tidak secara otomatis pelajaran yang diberikan akan bermutu
tinggi. Hal ini karena alat-alat yang dihasilkan oleh teknologi pendidikan, seperti alat-alat
audiovisual, bukan esensial. Tanpa alat-alat itu pun teknologi pendidikan tetap dapat
dilaksanakan.

Dan dalam hal ini,  – menurut Prof. Dr. Nasution – perlulah dicari pegangan yang lebih
mantab untuk mengajar yang diperoleh berdasarkan fakta dan bukti-bukti yang nyata dan
dihasilkan berkat percobaan dan penelitian. Maka diselidikilah secara sistematis hal-hal yang
berkenaan dengan unsur-unsur mengajar, yakni tujuan, metode penyampaian, bahan pelajaran
dan penilaian. Dengan pegangan demikian dapat ditingkatkan efektivitas mengajar-belajar.[4]
Inilah sebenarnya esensi Teknologi Pendidikan, yaitu menemukan formula yang tepat dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, bukan menggunakan teknologi yang ada dan
‘memaksakannya’ untuk digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut. Karena pada
dasarnya, Teknologi Pendidikan itu bersikap skeptis, yakni menyangsikan kebenaran prinsip-
prinsip mengajar atau asas-asas didaktik sebelum diperoleh bukti akan kebenarannya.

Oleh sebab itu tak heran bila Teknologi Pendidikan merupakan suatu ekspresi dari
scientific movement atau gerakan ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles dan bergerak terus
melalui Wundt, Pavlov, Thorndike, Skinner, hingga masa kini. Teknologi Pendidikan berusaha
untuk menerapkan dalam kelas hasil-hasil eksperimentasi dalam laboratorium psikolog.[5]
Bahkan teknologi pendidikan lahir dan berkembang hingga sekarang ini adalah merupakan hasil
dari penelitian dan pemikiran ilmiah tentang pendidikan yang dilakukan oleh para pakar
pendidikan. Mereka berusaha sekuat tenaga mempelajari soal belajar secara sistematis.

Kita ambil contoh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wood dan Freeman (1929),
Knowlton dan Tilton (1929) serta Carpenter dan Greenhill (1956) yang akhirnya menyimpulkan
bahwa peran media dalam proses belajar mengajar sangat penting.[6] Ada lagi Edward L.
Thorndike (1874 – 1949) yang menghasilkan sejumlah “hukum” belajar, di antaranya Law of
Effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respons murid terhadap suatu stimulus
segera disertai oleh rasa senang atau rasa puas dengan memberikan pujian atau hadiah, yang
disebut reiforcement. Reiforcement ini memperkuat hubungan antara S (Stimulasi) dan R
(Response) sehingga hasil belajar menjadi permanen.[7] Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh
dalam pengembangan teknologi pendidikan yang menemukan formula proses pembelajaran
setelah melakukan berbagai penelitian serta pemikiran ilmiah tentang pembelajaran tersebut.

Di antara para tokoh psikolog dan pendidik tersebut dalam mengembangkan teori-teori
mereka ada yang tidak langsung dicoba/diujikan kepada manusia di sekolah, melainkan
menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaannya akan
dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia. Baru pada tingkat perkembangan
berikutnya, para ahli tersebut mencurahkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk
manusia di sekolah. Penelitian-penelitian tersebut akhirnya melahirkan berbagai teori baru, ada
yang mereka sebut dengan Programmed Text, Teaching Machiness, Associaton Theory, dan lain-
lain.[8]

Dalam era teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini, perkembangan teknologi
pendidikan lebih difokuskan pada pengembangan media pembelajaran. Hal ini tak lain karena
media pembelajaran dewasa ini dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
proses pembelajaran.[9] Dalam proses pembelajaran, media[10] memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar
dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambnah pada kegiatan
pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal, ataupun
media yang sangat sederhana dan murah. Heinich, dkk (1996) sebagaimana yang dikutip oleh
Prof. Hamzah B. Uno, mengklasifikasikan jenis media pembelajaran sebagai berikut:[11]

1) Media yang tidak diproyeksikan (non projected media)

Media ini sering disebut media pameran atau displayed media. Jenis media yang tergolong media
yang tidak diproyeksikan yaitu:

1.
1. Realia; yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar.
2. Model; yaitu benda nyata yang dimodifikasikan, atau gambaran yang berbentuk
tiga dimensi dari sebuah benda nyata (pengganti media realia)
3. Bahan grafis (grafhic materials); yaitu benda visualisasi yang bersifat simbol.
Contoh: poster, globe, peta, kartun, diagram, dll.
4. Papan display; yaitu media yang dapat dipajang.
2) Media yang diproyeksikan (projected media)

Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan, antara lain:

1.
1. OHT (overhead transparancy);
2. Slide, dll

3) Media Audio (audio)

Media audio merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah, praktis dan ringkas, serta
mudah dibawa (portable). Media ini dapat digunakan untuk kegiatan belajar individu maupun
kelompok. Misalnya audio kaset.

4) Media Vidio (vidio)

Media ini sebagai audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, yang biasa
dipergunakan di dalam ruangan kelas. Media vidio dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar
pada berbagai bidang studi.

5) Media berbasis komputer (computer based media)

6) Multimedia Kit

Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media
yang digunakan untuk menjelaskan suatu materi tertentu. Biasanya multimedia kit digunakan
untuk mata pelajaran fisika, kimia dan biologi pada saat praktikum.

 C- Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Perlu diketahui bahwa setiap saat dalam kehidupan manusia terjadi suatu proses belajar-
mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Proses belajar-
mengajar adalah merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Hal ini mudah dipahami,
karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya. Maka wadah yang menaungi proses belajar-mengajar tersebut dapat disebut lembaga
pendidikan (formal) atau pun lembaga pelatihan (non-formal). Dan proses penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan ini, mau tidak mau akan dituntut berbagai kualifikasi; baik yang
berhubungan dengan hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi
lainnya yang dihasilkan oleh peserta didik. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan dinilai dari out-put yang dihasilkan. Maka agar out-put tersebut
dapat berhasil dengan baik, perlu dilakukan proses-proses yang efektif dan efisien di dalam
mengembangkan pengelolaan pendidikan dan pengajaran.

Di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, perlu ditetapkan tujuan utama


proses belajar itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar guru ketika mengajar, sudah mampu memilih
dan memiliki rencana serta menetapkan strategi belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tadi. Di antara tujuan belajar adalah:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan


2. Penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap.[12]

Ketiga tujuan belajar tersebut di atas dalam pembelajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan
merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar-mengajar,
masing-masing direncakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran (content). Karena semua itu
bermuara kepada peserta didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu
kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan dan sarana yang
mendukung.
Perlu ditekankan bahwa adanya tujuan yang jelas sekaligus memberikan ukuran tentang
keberhasilan pelajaran. Bila tujuan itu tidak dapat tercapai maka ada kekurangan dalam proses
mengajar-belajar itu. Secara empiris dapat dicari melalui percobaan, cara manakah yang paling
serasi untuk mencapai hasil yang ditentukan. Maka, dengan pendekatan teknologi pendidikan di
dalam melaksanakan penyelenggaran pendidikan dan pelatihan, kita dapat menggunakan metode
ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis tentang cara yang paling efektif guna mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Usaha itu pada hakekatnya tidak berbeda dengan metode
pemecahan masalah (method of problem solving) yang dilakukan dalam bidang ilmu lainnya.

Dewasa ini, pelaku pendidikan dihadapkan kepada berbagai persoalan, baik ekonomi,
sosial, budaya, politik, maupun arus globalisasi. Khusus untuk tantangan globalisasi, dunia
pendidikan dihadapkan pada perkembangan teknologi yang sangat pesat. Sehingga mau tidak
mau, tugas dan tanggungjawab penyelenggara pendidikan dan pelatihan harus mampu
memecahkan berbagai persoalan yang berkembang di era globalisasi ini melalui jalur pendidikan.
Berdasarkan situasi ini, maka pengelolaan pendidikan perlu menyesuaikan diri terhadap arus
perubahan itu. Dan dalam pengelolaan pendidikan perlu dilakukan repositioning bagaimana
sebaiknya pendidikan dikelola.

Menurut Prof. Dr. H. Hamzah B.Uno, bahwa penyelenggaraan pendidikan saat ini harus
mampu mengenali siapa pelanggannya, dan dari penganalan ini, pendidikan memahami apa
aspirasi dan kebutuhannya (need assessment). Setelah mengetahui aspirasi dan kebutuhan
tersebut, baru ditentukan sistem pendidikan, macam kurikulumnya, dan persyaratan pengajarnya.
[13]

Lebih lanjut Prof Hamzah menyebutkan bahwa salah satu visi pendidikan yang perlu
mendapatkan perhatian adalah meletakkan information technology, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Hal ini berarti mulai dari tingkat pendidikan rendah
sampai ke perguruan tinggi merupakan jalur linier pendidikan, pengenalan, pemahaman, dan
pengamalan ilmu dan teknologi di lembaga pendidikan.[14]

Untuk itu, dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, perlu dilaksanakan


pengajaran yang efektif dan sistematis. Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya
proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung apabila seseorang sekarang dapat
mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diketahui atau tidak dapat
dilakukan oleh peserta didik. Jadi, hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru
dalam tingkat pengetahuan berfikir atau kemampuan jasmaniah seorang peserta didik.
Dikarenakan tugas perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, maka
dalam penyelenggaraan pendidikan harus dapat memanfaatkan kondisi dan asas yang telah
terbukti mendukung proses belajar tersebut dengan baik.

Berikut ini akan penulis rangkumkan tentang kondisi dan asas belajar yang harus
diperhatikan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, yaitu: (1) Persiapan
sebelum mengajar; (2) Sasaran belajar; (3) Susunan bahan ajar; (4) Perbedaan individu; (5)
Motivasi; (6) Sumber pengajaran; (7) Keikutsertaan; (8) Balikan; (9) Penguatan; (10) Latihan
dan pengulangan; (11) Urutan kegiatan belajar; (12) Penerapan; (13) Sikap mengajar; (14)
Penyajian di depan kelas.[15]

D- Pengaruh Teknologi Pendidikan Dalam Lembaga Pendidikan dan Pelatihan

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu manfaat dari Teknologi Pendidikan adalah untuk
menetapkan pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, menerapkan metode problem solving
dalam pendidikan, yang dapat dilakukan dengan alat-alat komunikasi modern, dan dapat juga
dilakukan tanpa alat-alat tersebut. Dan melihat tujuan ini, maka Teknologi Pendidikan sangat
berpengaruh dalam sebuah lembaga Pendidikan dan Pelatihan, terutama dalam melakukan uji-
coba hipotesis penggunaan metode pembelajaran yang paling efektif yang dapat diterapkan.
Dalam hal ini misalnya, kita dapat mengikuti beberapa langkah yang dapat diikuti dalam metode
teknologi pendidikan, yaitu:
1. merumuskan tujuan yang jelas yang harus dicapaii yang dapat dipandang sebagai
masalah;
2. menyajikan pelajaran menurut cara yang dianggap “serasi” yang kita pandang sebagai
“hipotesis” yang perlu dite;
3. menilai hasil pelajaran untuk memuji hipotesis itu.
4. mencari perbaikan andaikata hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang
ditentukan dan melangsungkan percobaan dengan cara lain sampai tercapai apa yang
diharapkan.[16]

Perlu diketahui bahwa salah satu perubahan yang sangat besar dalam teknologi
pendidikan adalah perluasan arena di mana dilakukan praktik. Meskipun teknologi pendidikan di
mulai di lingkungan pendidikan dasar dan menengah, bidang ini kemudian dipengaruhi oleh
pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan tinggi, bahkan sebagian besar
kegiatan bidang teknologi pendidikan pada saat ini berupa pelatihan karyawan di sektor swasta.
Sebagai konsekuensinya, dalam lingkungan saat ini terdapat peningkatan konsentrasi pada isu-isu
yang berhubungan dengan perubahan organisasi, perbaikan kinerja, dan analisa manfaat biaya.

Prinsip, produk, dan prosedur Teknologi Pendidikan tetap penting bagi efektifitas sekolah,
khususnya pada saat dilakukan restrukturisasi sekolah. Akan tetapi, banyak pakar Teknologi
Pendidikan merasa tidak mendapat sambutan di lingkungan sekolah, demikian juga gagasannya
merasa tidak diperhatikan. Bagaimanapun, berbagai teknologi baru dan metode penyampaian
baru menawarkan berbagai cara memadukan kebutuhan individu peserta didik dengan sekolah.
Salah satu contoh fenomena adalah munculnya peranan sistem pembelajaran jarak jauh dalam
berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai pengembangan staf dan pelatihan
karyawan.

Teknologi pembelajaran, khususnya prosedur perancangan pembelajaran, juga menjadi


semakin umum di lingkungan pendidikan dan pelatihan kesehatan dan pendidikan luar sekolah.
Masing-masing lingkungan pembelajaran ini membuktikan beragamnya kebutuhan peserta didik
untuk berbagai rentang usia dan dengan berbagai minat, serta organisasi dengan berbagai tujuan.
Berbagai keragaman lingkungan ini merupakan laboratorium percobaan untuk penyempurnaan
penggunaan teknologi baru. Keragaman konteks Teknologi Pendidikan juga mencerminkan
keragaman nilai dan sikap organisasi dan individu.

Di antara pengaruh Teknologi Pendidikan dalam lembaga pendidikan adalah:

1. Teknologi pendidikan berpengaruh pada peningkatan profesi guru dalam sebuah lembaga
pendidikan dan pelatihan.

Teknologi pendidikan mengharuskan guru merumuskan tujuan yang jelas memikirkan


metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan yang jelas
merupakan pegangan untuk memilih metode yang tepat. Dan bila para guru menerapkan prinsip-
prinsip teknologi pendidikan secara konsekuen, maka terbuka baginya jalan untuk memperbaiki
mutunya sebagai guru, ia akan memandang proses mengajar-belajar sebagai problema yang tak
berkesudahan yang dihadapinya secara objektif dan ilmiah. Dengan sikap guru seperti ini, maka
mengajar akan dapat dikembangkan dan ditingkatkan menjadi profesi dalam arti yang
sebenarnya.[17]

2. Teknologi pendidikan berpengaruh pada peningkatan pemahaman peserta didik.

Belajar adalah berubah. Artinya belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Jadi belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.[18] Maka dalam hal ini,
Teknologi Pendidikan berperan menjembatani proses kegiatan belajar siswa tersebut secara
efektif dan efisien.
3. Teknologi pendidikan berpengaruh pada keberhasilan lembaga pendidikan dan pelatihan.

Teknologi pendidikan bukan merupakan kunci ke arah sukses yang pasti dalam
pendidikan. Akan tetapi teknologi pendidikan menunjukkan suatu prosedur atau metodologi yang
dapat diterapkan dalam setiap lembaga pendidikan dan pelatihan.[19] Dengan adanya teknologi
pendidikan, diharapkan lembaga pendidikan dan pelatihan dapat benar-benar berfungsi sebagai
wadah pencetak peserta didik yang berdaya saing tinggi, karena telah mampu melaksanakan
pendekatan belajar melalui empat pilar, yaitu: learing to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.

4. Teknologi pendidikan berpengaruh dalam pengenalan awal teknologi kepada peserta didik.

Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah
adanya perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun, yang
pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah
satunya berwujud teknologi.[20] Maka dengan melaksanakan teknologi pendidikan, adalah sama
artinya dengan memperkenalkan teknologi dasar yang terus berkembang kepada peserta didik.

E- Penutup

Sebagai penutup, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, di antaranya:

1. Definisi teknologi pendidikan/pembelajaran yang direvisi dan dikeluarkan pada tahun


1994 menjelaskan bahwa “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber
untuk belajar.
2. Teknologi Pendidikan merupakan suatu ekspresi dari scientific movement atau gerakan
ilmiah yang telah dirintis oleh Aristoteles dan bergerak terus melalui Wundt, Pavlov,
Thorndike, Skinner, yang telah berkembang pesat hingga masa kini.
3. Sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan dapat mengukur keberhasilan pelajaran dengan
ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Bila tujuan itu tidak dapat tercapai maka ada
kekurangan dalam proses mengajar-belajar itu. Secara empiris dapat dicari melalui
percobaan, cara manakah yang paling serasi untuk mencapai hasil yang ditentukan, hal ini
dapat dilakukan dengan pendekatan teknologi pendidikan. Lembaga tersebut dapat
menggunakan metode ilmiah untuk menguji-cobakan hipotesis-hipotesis tentang cara
yang paling efektif guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
4. Peranan teknologi pendidikan sangat besar yang tidak hanya dipraktikkan di lingkungan
pendidikan dasar dan menengah saja, tapi dewasa ini sudah merambah ke dalam pelatihan
militer, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan tinggi, termasuk juga dikembangkan
pada pelatihan karyawan di sektor swasta. Sebagai konsekuensinya, dalam lingkungan
saat ini terdapat peningkatan konsentrasi pada isu-isu yang berhubungan dengan
perubahan organisasi, perbaikan kinerja, dan analisa manfaat biaya.
5. Teknologi pendidikan sangat berpengaruh positif bagi terciptanya situasi pendidikan
kondusif yang efektif dan efisien. Sedikitnya hal ini dapat berpengaruh pada beberapa
lini, baik berpengaruh pada peningkatan profesi guru dalam sebuah lembaga pendidikan
dan pelatihan; peningkatan pemahaman peserta didik; hingga berpengaruh pada
keberhasilan lembaga pendidikan dan pelatihan. Termasuk yang paling utama adalah
bahwa teknologi pendidikan berpengaruh dalam pengenalan awal teknologi kepada
peserta didik.
Pengaruh Teknologi Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupaka suatu “kawasan” yang dapat membantu
memecahkan persoalan kehidupan umat manusia dari masa ke masa. Dalam kehidupan sehari-
hari, peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk teknologi, baik yang
dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi seperti
ini, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi
guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”, yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti,
memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi
sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.

Maka bagi lembaga pendidikan dan pelatihan yang langsung melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran, perlu kiranya menerapkan teknologi pendidikan secara sistematis
dengan cara mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari kegiatan
belajar-mengajar dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, dan dengan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif. Dan perlu ditekankan bahwa Teknologi Pendidikan dapat dilihat
sebagai bidang yang mempunyai perhatian khusus terhadap aplikasi, meskipun prinsip dan
prosedurnya berdasar teori. Kawasan Teknologi pendidikan telah berkembang melalui pergulatan
antara pengaruh nilai, penelitian, dan pengalaman dalam pembelajaran.

Untuk itulah, dalam kesempatan ini penulis akan membahas seputar pengaruh teknologi
pendidikan dalam lembaga pendidikan dan pelatihan. Semoga dengan pembahasan ini kita dapat
merumuskan bagaimana sebenarnya posisi teknologi pendidikan/pembelajaran dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.

 zaman sekarang ini. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat.
Teknologi bisa di jumpai dan di pakai oleh setiap masyarakat. contohnya saja internet . akses
internet sekarang bisa di gunakan oleh siapa saja dan dimana saja. Perkembangan dan
penggunaan teknologi juga mempengaruhi proses pembelajaran siswa/mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Perkembangan teknologi khususnya di bidang pendidikan dapat memeju motivasi
siswa/mahasiswa agar lebih unggul dan lebih maju dalam penggunaan teknologi.

Motivasi dalam pendidikan juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran yang di langsungkan. Motivasi berguna untuk menyemangatkan siswa yang
menyerah dan putus asa dalam kemajuaan teknologi yang terjadi. Tanpa di sadari ada juga dari
beberapa siswa yang langsung mengangap dirinya tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi
dalam dunia pendidikan . dan di sini lah guna motivasi.

Penggunaan teknologi yang berkembang dalam pendidikam dan proses pembelajraan ,


sedikit banyaknya membawa perubahan yang positif dan negative. Contohnya saja yang
berkembang saat ini di dalam pembelajaran ialah internet. Internet memiliki dampak positif dan
negative dalam penggunaan nya. Menurut Rosenberg (2001),penggunaan teknologi dan
komunikasi khususnya di bidang pendidikan ada terjadi lima penggeseran di dalam proses
pembelajaraan yaitu

· Pergeseran dari pelatihan ke penampilan,

· Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dankapan saja,

· Pergeseran dari kertas ke “on line” atau saluran,

· Pergeseran fasilitasfisik ke fasilitas jaringan kerja,

· Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata


Di dalam menghadapi perkembangan teknologi siswa di tuntut untuk lebih kreatif lagi
dalam memanfaatkan teknologi yang berkembang. Bukan hanya siswa yang di tuntut untuk lebih
kreatif, tetapi guru atau dosen juga di tuntut agar lebih memahani segala yang ada. Sekarang saja
internet menjadi suatu hal yang banyak di gunakan dalam proses pembelajaran. Saya saja, dalam
proses perkuliahan banyak menggunakan internet sebagai media pmbelajaran. Bukan sebagai
factor utama , tetapi internet dapat memudahkan dalam belajar. Banyak juga materi kuiah yang
harus di download dari internet . contohnya saja di dalam materi kuliah psikologi pendidikan di
dalam materi nya ada di tuntut agar seorang mahasiswa memiliki sebuah blog. Di sini lah
mahasiswa di tuntut agar lebih up to date. Dengan kemajuan teknologi yang pesat dalam
pendidikan , sekarang Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber
teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran
dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran


dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:

· E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan,


mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,

· Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan


teknologi internet yang standar,

Pada saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).

Teknologi yang berkmbang pesat saat ini ,pasti memiliki dampak positif maupun dampak
negatifnya. Dampak positif nya dalam bidang pendidikan dan proses pembelajaran ialah ,
pengajaran dan proses belajar mengajar lebih efektif dan kita pun dapat lebih up to datae dalam
mendapatkan informasi yang ada, dampak negatfnya di antaranya , sering di salah gunakan untuk
melakukan kegiatan yang di anggap tak pantas di lakukan. Perkembangan penggunaan teknologi
dalam pendidikan juga saya rasakan . yang awalnya saya tidak begitu pandai menggunakan
internet, sekarang saya bisa menggunakannya , itu pun termotivasi karena perubahan Zaman
sekarang yang yang semuanya serba canggih. Mulai dari tugas kuliah pun melalui internet . dan
dapat di simpulkan bahwa di zaman sekarang kita harus lebih memanfaatkan tekniologi yang ad
dan harus bisa dalam penggunaanya. Karena kalau tidak kita akan ketinggalan zaman. Dan kita
juga bisa memulai pembelajaran dengan e-learning di proses pembelajaran kita .
PERANAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
23 April 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi,


teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana
perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus
berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat
mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu
besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan
dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur
operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena
itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia
(SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan
dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan,
pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan
dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun
bagi semua sektor kehidupan (Pikiran Rakyat, 2005:Mei).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap
dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan
berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:

1. dari pelatihan ke penampilan

2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja

3. dari kertas ke “on line” atau saluran,

4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,

5. dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-
mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut
(Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung penyerapan informasi
sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan jaman, maka teknologi informasi berperan penting
sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan
materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi
dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan Permesinan, namun sesungguhnya teknologi
pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan
dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian
tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan
dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).
Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan
dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses
(Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya
lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan
bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan,melaksanakan,menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut
yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka
lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan
pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,
peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih
dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah
kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologipendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan
pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan
sumber belajar (Sadiman,1984:44).
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu
diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran
diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan,
identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi
pembelajaran (IDI model, 1989) . Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam
pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan
karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam
pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan
adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran
yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar,
dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala
macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi
pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai
dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam
definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ” teknologi pendidikan adalah teori dan
praktek dalam hal desain, pengembanga
2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan
modernisasi pendidikan:
1. bagaimana kita belajar (how people learn);
2. apa yang kita pelajari (what people learn); dan
3. kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban
atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan
sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran.
Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait
dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait
dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi
lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru
juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator
atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning
dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik
termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM
(Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi
pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam
pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan
nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua:
komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan
pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI,
sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini,
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning
sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan
jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar :
1. pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar
bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan
2. pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang,
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkugan, dan memanfaatkannya untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang
dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi
yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas 1)teknologi dan masyarakat (berintikan
teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk
teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan
karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini
antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi
(Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun
namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam
hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun
semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau
“distance is dead” Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based
Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin
nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat
terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu
juga” dan kompetitif.

2.4 Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran


Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu
1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi
pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata,
mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif
untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai
bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari
oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu
komputer. dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK
sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya.
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini
teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai
sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian
rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas
untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang
berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya sel dua,
tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:
1. Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi informasi global
dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )
2. Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi
itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ), dan
3. Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi
agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen
dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di
Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu
1. memperbaiki competitive positioning;
2. meningkatkan brand image;
3. meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
4. meningkatkan kepuasan siswa;
5. meningkatkan pendapatan;
6. memperluas basis siswa;
7. meningkatkan kualitas pelayanan;
8. mengurangi biaya operasi; dan
9. mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini
banyak institusi pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI
untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan
pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel
satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam
menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi
yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
5. Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat
,pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan
kecepatan yang mencukupi.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi.
Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak
pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial
membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang
disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor
pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama,
harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi
dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau
latihan penggunaan komputer.
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat kerasnya
(Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan
dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan
ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang
semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-
government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang
lainnya lagi yang berbasis elektronika (Mason R. 1994)
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R. (1994) berpendapat
bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM
Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya
perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah
dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online,
mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan
sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan (Mason R. 1994).
2.6 Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain
membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya
Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap
informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga
perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan
menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan
dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas
(lihat juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten
di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan
bahwa akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih
baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan Gunungkidul). Jika hanya
sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta
di Kota Yogyakarta terhadap komputer
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMU swasta di
Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan
digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun
tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK
telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah
terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam
pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal
teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian
media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri
(PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis
teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses
terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004
menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang
memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI
dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan
b. bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini,
semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan
industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan aksesterhadap
teknologi informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan
komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program
seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan
meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang
lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program
untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai
media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang
diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan
(www.sekolah200.co.id)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi
pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam
belajar kemudian dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang
sesuai.Upaya pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan dengan
kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan
penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar
hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah
pencarian informasi tersebut.
3.2 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran.
Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi
penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai