Anda di halaman 1dari 9

Teknologi Pendidikan 

adalah studi dan etika praktik untuk memfasilitasi dan meningkatkan


kinerja belajar. Studi dan etika praktik tersebut dapat melalui penciptaan, penggunaan,
pengaturan proses, dan sumber daya teknologi.
Teknologi Pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan
pengelolaannya. Teknologi Pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini Teknologi Pendidikan
bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, mengelola pemecahan masalah yang
mencakup semua aspek belajar manusia.
Teknologi Pendidikan juga merupakan suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam
betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan
komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia
maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.

Definisi menurut Para Ahli[sunting | sunting sumber]

 Menurut Prof. Dr. Nasution, M.A. (1987: 20) Teknologi Pendidikan adalah media


yang lahir dari perkembangan alat informasi yang digunakan untuk tujuan
pendidikan.
 Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-
sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar manusia.
 Menurut Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc. (1986: 1) Teknologi Pendidikan
merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur,
ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah mencari jalan
pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah
yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
 Teknologi Pendidikan merupakan suatu bidang garapan khusus yang
berkepentingan mengatasi permasalahan belajar pada manusia, dengan
memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan
konsep sistem dalam usasha pemecahannya itu.
 Definisi awal Teknologi Pendidikan (1920), Teknologi Pendidikan dipandang
sebagai media, media ini sebagai media pembelajaran visual yang berupa film,
gambar, dan tampilan media ini menampilkan suatu mata pelajaran.
 Teknologi Pendidikan (1960) dipandang sebagai suatu cara untuk melihat
masalah pendidikan dan menguji kemungkinan- kemungkinan solusi dari
permasalahan tersebut.
 Teknologi Pendidikan (1970) adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan
pembelajaran dalam bentuk tujuan belajar yang spesifik.
 Menurut AECT (1972) Teknologi pendidikan adalah satu bidang atau disiplin
dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan,
pengorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan
melalui pengelolaan proses kesemuanya itu.
 Menurut AECT (1977) Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang
terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk
menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
 Menurut AECT (2004) Teknologi pendidikan adalah studi dan praktik etis dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat.
 Menurut AECT (2008) Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktik untuk
memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan,
menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang sesuai dan sumber daya.

DESAIN
1. Desain Sistem Pembelajaran

Desain sistem pembelajaran yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi langkah-langkah;


penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari); perancangan (proses penjabaran
bagaimana cara mempelajarinya); pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau
produksi bahan pelajaran); pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan
penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran). Desain sistem pembelajaran biasanya
merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar
dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah-langkah tersebut harus
tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab
kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses.

2. Desain Pesan

Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi
komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, dan daya tangkap. Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau
simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan
berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan, halaman dan layar secara
terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini
mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis
medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret,
film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pembentukan konsep,
pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.

Ada tiga langkah pokok dalam mendesain pesan bila menggunakan pendekatan system,
yaitu : menentukan masalah, mengembangkan alternative pemecahan masalah dan menilai
pelaksanaan alternative yang dipilih untuk di revisi. Penyususnan rancangan pesan
dihubungkan dengan pertemuan tatap muka untuk pencapaian tujuan belajar tertentu saja.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar
atau kegiatan pembelajarandalam dalam suatu mata pelajaran (Seels & Richey). Teori tentang
strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang
desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi
pendidikan. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi
belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki. Dalam menerapkan strategi
pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan
pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yakni:
kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi siswa, tes, dan
kegiatan lanjutan. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen
dalam strategi pembelajaran adalah: memberikan motivasi atau menarik perhatian,
menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, mengingatkan kompetensi prasyarat,
memberi stimulus (masalah, topic, konsep), memberi petunjuk belajar (cara mempelajari),
menimbulkan penampilan siswa, memberi umpan balik, menilai penampilan, dan yang terahir
adalah menyimpulkan (Warsita, 2008: 112).

. Karakteristik Peserta didik

Karakteristik peserta didik yaitu aspek latar belakang pengalaman peserta didik yang
mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik peserta didik mencakup
keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian
dari karakteristik peserta didik yaitu  berkaitan dengan kemampuannya (ability), baik yang
bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi,
motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.

Analisis karakteristik peserta didik merupakan suatu pendekatan psikologis dalam rangka
menggambarkan keadaan peserta didik. Karakter yang dimiki dapat berupa usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman, pengalaman yang relevan, persepsi,
kebutuhan yang dirasakan, dan berbagai kemugkinan yang lain terkait dengan peserta didik.

Analisis karakteristik peserta didik merupakan titik awal dalam mempreskripsikan strategi
pembelajaran. Bila tidak, maka teori-teori dan prinsip pembelajaran yang dikembangkan
sama sekali tidak akan ada gunakanya bagi pelaksanaan.

PENGEMBANGAN
1. Teknologi Cetak, bahan ajar cetak muncul seiring dengan kemunculan pembelajaran
terprogram. Teknologi cetak menjadi awal kemunculan teknologi lain (AV, berbasis
komputer atau terpadu). Pengertian umum teknologi cetak adalah, “cara untuk mem-produksi
atau menyampaikan bahan seperti buku-buku dan bahan visual yang statis, terutama melalui
proses pencetakan mekanis atau fotografi”. Dua komponen utama teknologi cetak adalah teks
(verbal) dan bahan visual.
2. Teknologi Audiovisual, menurut batasannya, “ teknologi audiovisual merupakan cara
memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan
elektronis untuk menyajikan pesan audio dan visual”. Teknologi AV dinilai lenih aktif karena
sifatnya memerlukan indra pendengaran dan indra penglihatan peserta didik. Pesan dalam
program video mencakup tidak hanya visual, namun juga gerak atau mampu menyajikan
proses melalui potensi time-lapse.
3. Teknologi Berbasis Komputer, berdasarkan definisinya, “teknologi berbasis kom-
puter merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan enggan menggu-nakan
perangkat yangbersumber mikroprosesor”. Teknologi ini merupakan teknologi berbasis
digital, dengan monitor sebagai tumpuan penyajian pesan kepada peserta di-dik. Kekhususan
teknologi inidi antaranya adalah penyajian materi yang linear, dapat menyajikan sesuatu yang
abstrak menjadi sesuatu yang terlihat fisik, menerapkan teo-ri belajar kognitif serta
menimbulkan interaktivitas tinggi bagi peserta didik.
4. Teknologi Terpadu, definisi teknologi tepadu adalah, “...merupakan cara untuk
mem-produksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan oleh komputer.” Hypermedia, adalah istilah yang dimunculkan bagi tek-nologi
terpadu ini. Kekhususan teknologi terpadu diantaranya terkait dengan penya-jian secara acak,
digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, adanya adopsi teo-ri kognitivistik dan
kontruktivistik serta tuntutan interaktivitas yang tinggi dari peserta didik.

PEMANFAATAN

5. 1.      Kawasan Pemanfaatan
6. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Kawasan pemanfaatan sering terkena “imbas” kemajuan teknologi dan kebijakannya.
Banyak pihak yang memiliki ide untuk memanfaatkan apa pun teknologi untuk dunia
pendidikan. Padahal, prosedur pemanfaatan memerlukan rangkaian kegiatan yang
panjang, proses yang memerlukan kerja keras dan kerja sama pihak terkait, guru,
pemerintah, pelaksana di lapangan dan lainnya. Kawasan pemanfaatan meliputi
pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi, dan kebijakan
dan regilasi.
7. a.      Pemanfaatan Media
8. Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk  belajar.
Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan
pada spesifikasi desain pembelajaran, dalam hal ini, urutan, karakteristik peserta
didik, lingkungan belajar merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan.
9. b.      Difusi Inovasi
10. Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan
tujuan untuk diadopsi. Tujuan difusi inovasi ini adalah agar suatu medium dapat
diterima dan digunakan dalam pembelajaran sehari-hari, tanpa ada keterpaksaan dari
pihak manapun. Komunikasi yang mulus menjadi kunci dari suatu difusi, dampaknya
adalah perubahan, atau penerimaan suatu inovasi.
11. c.       Implementasi dan Pelembagaan
12. Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan
yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah penggunaan secara
rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi. Tujuan dari implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh
individu dalam oraganisasi. Tujuan dari pelembagaan adalah untuk mengintregasikan
inovasi dalam struktur dan kehidupan organisasi.
13. d.      Kebijakan dan Regulasi
14. Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya
yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.
 KAWASAN PENILAIAN

1.      Kawasan Penilaian

Penilaian adalah kegiatan untuk mengkaji serta memperbaiki suatu produk atau program
(Prawiradilaga, 2012: 54). Perbaikan dilakukan berdasarkan masukan atau informasi yang
diterima. Masih banyak pihak yang melakukan evaluasi belajar dengan cara membandingkan
kemampuan seorang peserta didik dengan temannya, seharusnya penilaian yang diharapkan
adalah merujuk pada tujuan pembelajaran. Kawasan penilaian meliputi analisis masalah,
pengukuran acuan patokan, dan penilaian formatif dan sumatif.

a.      Analisis Masalah.

Analisis masalah Termasuk penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan


pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan strategi. Dalam membuat keputusan.
Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan untuk menentukan sejauh
mana masalah dapat dikelaskan sebagai pembelajaran, mengindetifikasi kendala, sumber
daya, karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels dan Glasgow
dalam Seels dan Richey, 1994: 61).

b.      Pengukuran Acuan-Patokan (Criterion-Referenced Measurement).

Kriteria  pengukuran penilaian melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan materi


pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyediakan
informasi tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan relatif

terhadap tujuan. Kesuksesan pada kriteria referensi penilalan sering berpedoman pada
dapat melakukan suatu kompetensi tertentu.

c.       Penilaian Formatif dan Sumatif.

Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan


menggunakan informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif
melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini untuk
membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif dan formatif berbeda.
Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelomok kecil atau
besar. Metode pengumpulan data biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test
pendek. Evaluasi sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode
pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok dalam desain
quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif membutuhkan pertimbangan
perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan kuantitatif (Seels dan Richey,
1994: 62).
KAWASAN PENGELOLAAN

Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi (Seels. & Richey, 2000:54).

Kawasan pengelolaan bermula dari aministrasi pusat media, program media, dan pelayanan

pemanfaatan media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan

ahli media sekolah.

Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan noncetak sehingga

timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologi dalam kurikulum. Oleh karena itu,

kawasan pengelolaan menurut Seels & Richey (2000: 53) meliputi:

1. Pengelolaan Proyek

2. Pengelolaan Sumber

3. Pengelolaan Sistem Penyampaian

4. Pengelolaan Informasi

Dengan semakin rumitnya praktik pengelolaan dalam bidang teknologi

pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori

pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik

atau cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan dengan meminjam dari bidang lain.
Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.

Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya,

karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan tersedianya

cara baru untuk mendapatkan informasi. Akibatnya, pengetahuan tentang pengelolaan

informasi menjadi sangat potensial. Dasar teoretis pengelolaan informasi berasal dan disiplin

ilmu informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk desain

pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan

pembelajaran yang dirancang sendiri.


a. Pengelolaan Proyek

Pengelolaan Proyek meliputi: perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek

desain dan pengembangan (Seels & Richey, 2000:55). Pengeloiaan proyek berbeda dengari

pengelolaan tradisional (line and staff management) karena: (a) staf proyek mungkin baru,

yaitu anggota tim untuk jangka pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memilild

wewenang jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara; dan (c)

pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebis luas dan yang biasa terdapat

pada organisasi garis dan staf.

Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan, dan

pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain. Peran pengelola

proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek dan memberi saran

perubahan internal.

b. Pengelolaan Sumber

Pengelolaan sumber mencakup perencanaan pemantauan dan pengendalian sistem

pendukung dan pelayanan sumber (Seels & Richey, 2000: 55). Pengelolaan sumber memiliki

arti penting karena mengatur pengend alian akses. Pengertian sumber dapat mencakup,

personel keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber
pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan

pengembangan. Efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua

karakteristik penting dan pengelolaan sumber.

c. Pengelolaan Sistem Penyampaian.

Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan dan

pengendalian. “Cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan...” Hal

tersebut merupakan suatu gabungan antara medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam

menyajikan informasi pembelajaran kepada peserta didik. (Ellington & Harris, 1986: 47) dan

(Seels & Richey, 2000: 56).


Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan produk

seperti persyaratan perangkat keras! lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun

operator. Pengelolaan mi juga memperhatikan permasalaan proses seperti pedoman bagi

desainer, instruktur, dan pelatih. Keputusan pengelolaan penyampaian sering bergantung

pada sistem pengelolaan sumber.

d. Pengelolaan Informasi

Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara

penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya

sumber untuk kegiatan belajar (Seels & Richey, 2000:56). Pentingnya pengelolaan informasi

terletak pada potensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain

pembelajaran.

Referensi:

Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan

Kawasannya (Intructional Technology: The Definition and Domains of the Filed)

Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ

TUGAS
MENDESKRIPSIKAN 5 KAWASAN YANG BERKAITAN DENGAN
PERMASALAHAN SEKOLAH MTS. AL MASRURIYYAN

1. LATAR BELAKANG SEKOLAH


MTs ALmasruriyah berada di kp kebonkolot desa Padaawas kecamatan Pairwangi
Kabupaten Garut, Mts Almasruriyyah didirikan oleh Drs. Asep Burhanusin, M.Pd
Pada tahun 2005. Yang didasari kepedulian terhadap masyarakat yang tidak bisa
melanjutkan pendidikan kejenjang SLTP plus agama si karenakan biaya dan jaarak
yang lumayan jauh ke sekolah sejenis. Juga di dasarkan dukungan masyarakat
khususnya masyarakat desa Padaawas dan desa Barusari.

5 Kawassan teknologi pembelajaran

1. DESAIN
`
permasalHn DesainPembelajaranyang berada di Mts.Almasruriyya

Anda mungkin juga menyukai