Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SISTEM KARAKTERISTIK SISWA DAN

LINGKUNGAN

Mata Kuliah : Desain Sistem Pembelajaran

Oleh :
Rusfi Rama Dini
06032682226004

Dosen Pengampu:
Dr. L.R. Retno Susanti, M.Hum.
Prof. Dr. Fuad Abd Rahman, M.Pd.
Dr. Adeng Selamet, M.Pd
Dr. Erna Retna Safitri, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara


lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik.
Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami
perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku.
Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai
psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Dalam proses belajar dan pembelajaran didunia pendidikan, individu memiliki
karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain baik ditinjau dari segi
tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta
karakteristik-karakteristik individu lainnya. Hal ini membutuhkan pengelolaan
yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menguasai ilmu
pengetahuan psikologi.
Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapatkan
perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah
dan “menjejali” anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum.
Akibatnya hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan sesuai kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik mulai berbenah diri
agar beberapa kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh
terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan
memahami kejiwaan seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu
berobyek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan
perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.
Kajian ahli-ahli psikologi membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan
pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran, memahami peserta
didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar, dan penilaian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu :
1. Apa pengertian landasan psikologi?
2. Bagimana aplikasi teori psikologi dalam teknologi pendidikan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian landasan psikologi dan
2. Untuk mengetahui aplikasi teori psikologi dengan teknologi pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISWA


Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak,
pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius
Partanto, Dahlan, 1994) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya
hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.(Moh. Uzer Usman,1989)
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan Anak didik
adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok
persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Karakteristik siswa Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada
pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga
menentukan pola aktivitas dalam meraih citacitanya (Sudirman,1990)
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang
terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan
kemampuan awal yang dimiliki (Hamzah. B Uno.2007)

2.1.1. MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA


a. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan
dalam memberikan materi baru dan lanjutan
b. Guru dapat mengatahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal
ini berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan
disampaikan
c. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi
tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga
guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien
d. Guru dapat Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi
dan kebutuhan siswa
e. Mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa sebelumnya
Adapun klasifikasi karakteristik siswa yakni : Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah,
Lingkungan tempat tinggal Psikis Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak,
Modalitas belajar, Motivasi, Bakat dan minat

2.1.2.KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN


POTENSI
Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan
1. Nativisme Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir
membawa bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata
ditentukan oleh dunia di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris
dengan teorinya “Tabula Rasa”
3. Konvergensi William Stern (1871-1938), yang mengatakan :
“kemungkinan-kemungkinan yang dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk
nasib dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya
pendidikan dalam arti seluas-luasnya Klasifikasi Kecerdasan > 140 = Genius
130 – 139 = Sangat Pandai 120 – 129 = Pandai 110 – 119 = Di atas Normal
90 –109 = Normal/Sedang 80 – 89 = Di bawah Normal 70 – 79 = Bodoh 50 –
69 = Feeble Minded: Moron < 49 = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

2.2. MODALITAS BELAJAR


SISWA VISUAL N : - Rapi dan teratur - Berbicara dengan cepat -
Mementingkan penampilan, baik dlm pakaian maupun presentasi - Biasanya tidak
terganggu oleh keributan - Lebih suka membaca daripada dibacakan -
Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telpon/kuliah - Lebih suka
demonstrasi daripada berpidato - Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban
singkat, ya/tidak! - Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali
jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya -
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, dll
SISWA AUDITORIAL O : - Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja -
Mudah terganggu oleh keributan - Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan
di buku saat membaca - Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam
bercerita - Lebih suka gurauan lisan daripada komik - Berbicara dalam irama
terpola - Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat - Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu
panjang lebar - Dapat menirukan warna, irama dan nada suara, dll
SISWA KINESTETIK N : - Berbicara dengan perlahan - Menanggapi
perhatian fisik - Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka - Berdiri
dekat ketika berbicara dengan orang - Selalu berorientasi pada fisik dan banyak
bergerak - Menghafal dengan cara berjalan dan melihat - Menggunakan jari
sebagai petunjuk saat membaca - Banyak menggunakan isyarat tubuh -
Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar - Sulit mengingat peta
kecuali jika dirinya pernah berada di tempat itu - Kemungkinan tulisannya jelek -
Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

Pengertian Lingkungan Pendidikan


Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam
konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang
berada di luar diri anak.Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti
tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-ekonomi, binatang, kebudayaan,
kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusiatermasuk di dalamnya
pendidikan.Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa
yang terjadi termasuk kondisimasyarakat terutama yang dapat memberikan
pengaruh kuat kepada individu. Seperti lingkungantempat pendidikan
berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini
kemudiansecara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan
jenis dan tanggungjawab yangsecara khusus menjadi bagian dari karakter
lembaga tersebut.Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak,
lingkungan ada yang sengajadiadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar
dari orang dewasa yang normatif disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut
pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja diciptakanuntuk mempengaruhi anak
ada tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, danlingkungan
masyarakat. Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau satuan
pendidikan.Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang
Karena satu dan lainhal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan.
Badan pendidikan itu bertugasmemberi pendidikan kepada si terdidik
(Marimba,1980). Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan
situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung.Menurut
Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :

Menurut Candiasa, teori faktor tunggal dari Binet-Simon mendeskripsikan


kecerdasan dalam satu skor umum tunggal (overall single score) yang disebut
intelligence quotient (IQ), sedangkan Spearman dengan teori dua faktor
mendeskripsikan kecerdasan menjadi dua faktor kemampuan yang berdiri sendiri,
yaitu faktor umum (general) dan faktor khusus (specific). ''Sekalipun teori faktor
tunggal dan teori dua faktor memungkinkan penyeragaman proses pembelajaran,
namun akan lebih baik jika individu dengan IQ yang berbeda mendapatkan
layanan pembelajaran yang berbeda,'' kata Candiasa. Bahkan, lanjut Candiasa,
pemberagaman pembelajaran akibat perbedaan kecerdasan menguat setelah
Thurstone mendeskripsikan kecerdasan dan keberbakatan (aptitude) menjadi
beberapa faktor kemampuan yang dikenal dengan faktor ganda (multiple factors),
yaitu kemampuan verbal (verbal comprehension), kemampuan berhitung
(number), kemampuan geometris (spatial relation), kelancaran kata (word
fluency), ingatan (memory), dan penalaran (reasoning). Selanjutnya, tuntutan
keberagaman pembelajaran lebih tampak lagi pada teori kecerdasan ganda
(multiple intelligence) dari Gardner. Teori kecerdasan ganda menyatakan bahwa
kecerdasan dan keberbakatan manusia terdiri atas tujuh komponen yang
semiotonom, yaitu kecerdasan musik (musical intelligence), kecerdasasan
bodi-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence), kecerdasan logika-matematika
(logical-mathematical intelligence), kecerdasan ruang (spatial intelligence),
kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), dan kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intelligence). Nah, agar diperoleh hasil belajar yang optimal,
kecerdasan yang berbeda harus mendapatkan layanan pembelajaran yang berbeda
pula. Selain kecerdasan, menurut Candiasa, gaya kognitif juga cukup kuat
pengaruhnya terhadap proses pembelajaran. Sebagaimana disebutkan oleh Witkin
yang membedakan individu berdasarkan gaya kognitifnya menjadi individu field
independent dan individu field dependent. Individu field independent cenderung
berpikir analisis, mereorganisasi materi pembelajaran menurut kepentingan
sendiri, merumuskan sendiri tujuan pembelajaran secara internal dan lebih
mengutamakan motivasi internal. Di lain pihak, individu field dependent
cenderung berpikir global, mengikuti struktur materi pembelajaran apa adanya,
mengikuti tujuan pembelajaran yang ada dan lebih mengutamakan motivasi
eksternal. Gejala psikologis lain yang dapat membedakan individu dalam proses
belajarnya adalah gaya berpikir. Gaya berpikir erat kaitannya dengan fungsi
belahan otak. Candiasa mengutip Koestler dan Clark yang menyebut bahwa
belahan otak kanan lebih bersifat lateral dan divergen, sedangkan belahan otak
kiri lebih bersifat vertikal dan konvergen. Masing-masing belahan otak
bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan masingmasing mempunyai
spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa
persilangan dan interaksi tertentu. Proses berpikir otak kiri bersifat logis,
sekuensial, linier, dan rasional, sedangkan proses berpikir otak kanan bersifat
acak, tidak teratur, intuitif, divergen, dan holistik. Daya adopsi individu juga
berbeda dan juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Rogers, menurut
Candiasa, membedakan individu berdasarkan daya adopsinya menjadi empat
kelompok, yaitu adopter, mayoritas awal (early majority), mayoritas akhir (late
majority), dan pembelot (laggard). Individu yang masuk kelompok adopter selalu
mempelopori penerimaan inovasi. Kelompok mayoritas awal memerima inovasi
apabila sudah sekitar 30 persen individu lainnya menerima. Kelompok individu
mayoritas akhir bersedia menerima inovasi setelah 60 persen individu lainnya.
Kelompok individu pembelot adalah kelompok individu yang paling sukar
menerima inovasi. Setelah itu, berawal dari kegagalan individu cerdas dan
berbakat dalam usahanya, ditemukan variabel ketahan-malangan (adversity) yang
dapat mempengaruhi aktivitas individu, termasuk belajar. Ketahan-malangan
adalah daya tahan individu untuk menghadapi tantangan. Di sini Candiasa
mengutip Stoltz yang membedakan individu berdasarkan ketahan-malangan yang
dimiliki menjadi tiga kelompok, yaitu penjelajah (climber), penunggu (camper),
dan penyerah (quitter). Individu penjelajah selalu ingin maju seberapa pun
hambatan yang dialami. Individu penunggu, untuk berbuat sesuatu selalu
menunggu keberhasilan individu lainnya. Individu penyerah adalah individu yang
tidak berusaha untuk maju dan cenderung menyerah sebelum berusaha.
Kemampuan awal peserta juga harus mendapat pertimbangan dalam proses
pembelajaran. Kemampuan awal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan lingkungan
dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan awal. Perbedaan kemampuan awal
mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk
membangun struktur kognitif. Dengan melihat perbedaan-perbedaan itu rupanya
dalam belajar juga dituntut individualisasi agar diperoleh hasil belajar yang
optimal. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengakomodasi perbedaan
karakteristik individu dalam pembelajaran. Permasalahan berikutnya adalah
komponen-komponen pembelajaran yang mana saja dapat diadaptasikan dengan
karakteristik individu yang amat beragam.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Landasan psikologi merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan. Landasan psikologi memiliki peran dalam dunia
pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang
psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik,
pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik
kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis
peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki
kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan
sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
2. Dalam teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi pendidikan
dan psikologi belajar ), karena subjek dalam teknologi pendidikan adalah manusia
( peserta didik ). Setiap peserta didik memiliki karateristik tersendiri yang berbeda
satu sama lain. Oleh sebab itu diperlukanlah teori psikologi. Selain itu juga, dalam
membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka
terlabih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin. dan Wahyuni, Nur Esa. Teori Belajar & Pembelajaran. 2008.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
Khadijah, Nyayu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta :
Kencana
Mustaqim, dkk. 2010. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sukardjo,M dan Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pres
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/landasan-psikologi-pendidikan.html
http://laisalax.multiply.com/journal/item/13. Aplikasi Psikologi Pendidikan Pada
Teknologi Pendidikan
( http: // mjescholl.multjay.com/ jurnal/item/36).

DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Fuad. 2005.


Dasar-Dasar Kependidikan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 1997.
Landasan Kependidikan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kiswan. 2012.
Dasar-Dasar Pendidikan.
Ciamis : Darussalam.
Hasbullah. 2003.
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
TIM Dosen FIP-IKIP Malang. 1988.
Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan.
Surabaya : Usaha
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai