Anda di halaman 1dari 7

RANCANGAN INTERVENSI MENGGUNAKAN METODE MODIFIKASI

PERILAKU PEMBENTUKAN (SHAPING) UNTUK MEMBENTUK


PERILAKU SOSIAL ANAK DENGAN KETIDAK-MAMPUAN
INTELEKTUAL RINGAN

A. Penetapan Baseline

Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara


sebanyak tiga kali yang diformulasikan berdasarkan analisa fungsi permasalahan
menggunakan Tes Intelegensi Standford Binet, menunjukkan IQ partisipan
berfungsi pada taraf 61 dan berada pada mental age 6 tahun 8 bulan. Berdasarkan
hasil penilaian secara keseluruhan kecerdasan F termasuk kategori mild mental
retardation serta Child Behavioral Check List (CBCL), dimana hasil menunjukkan
partisipan cenderung memiliki masalah sosial dan kecenderungan menarik diri.

B. Evidence Based

Intervensi akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan behavioristik


terbukti cukup signifikan dalam mengubah perilaku anak dengan disabilitas
(Neely-Barnes & Dia, 2008). Intervensi meliputi dari modifikator dan intervensi
perilaku saat pulang sekolah maupun saat jalan-jalan dengan modifikator di Jalan
Margonda Raya yang dilakukan secara bersamaan.

Pendekatan modifikasi perilaku sendiri merupakan perilaku yang lumrah


diberikan untuk memunculkan atau memperkuat suatu perilaku lemah,
mengurangi perilaku yang berlebihan, memunculkan perilaku baru dan
menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki (Martin et al, 2010). Ada
berbagai macam teknik di dalam modifikasi perilaku, namun dalam program ini
digunakan teknik shaping dimana sebelumnya partisipan tidak pernah
memunculkan perilaku meminta bantuan pada orang lain yang tidak dikenalnya
untuk membantu menyeberang jalan.

Shaping merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk


membentuk suatu perilaku yang belum pernah ditampilkan oleh individu di dalam
modifikasi perilaku. Di dalam shaping pembentukan perilaku baru dilakukan
dengan cara memberikan reinforcement pada setiap tahapan perilaku sehingga
semakin lama semakin mendekati target perilaku yang diinginkan (Martin et al,
2010). Reinforcement diberikan diawal untuk menumbuhkan motiviasi dan
penguatan perilaku, namun seiring waktu dihilangkan agar terdapat proses
generalisasi. Pengkondisian perilaku reinforcement ini dapat dilakukan untuk
perilaku saat pulang sekolah dan di Jalan Margonda Raya.

C. Pelaksanaan Intervensi

1. Teknik Shaping

Waktu: 7 sesi

Tujuan:

a) Membentuk perilaku sosial baru pada partisipan yaitu dengan


meminta tolong ke orang lain untuk membantunya menyebrang
jalan.

Prosedur:

a) Modifikator membentuk kontrak dengan partisipan mengenai tugas


(meminta tolong kepada orang lain untuk membantunya
menyebrang jalan) yang akan dilakukan bersama partisipan, waktu
dan tempat yang perlu partisipan gunakan ketika mengerjakan
suatu kegiatan serta ketentuan untuk memperoleh stiker.

b) Modifikator bersama dengan partisipan menentukan reward yang


partisipan inginkan jika dapat mencapai suatu kegiatan yang telah
disepakati bersama. Sehingga partisipan menyampaikan apa yang
diinginkan dari tuntutan kegiatan yang dibuat.

c) Pada sesi pertama, modifikator memberikan edukasi pada


partisipan bagaimana cara meminta bantuan kepada orang lain
secara verbal serta melakukan roleplay.

d) Modifikator mendampingi partisipan meminta bantuan kepada


orang lain yaitu mulai dari sesi dua sampai sesi tiga.

e) Modifikator berjarak lebih dari 2 km, partisipan tetap meminta


bantuan kepada orang lain yaitu mulai dari sesi empat sampai sesi
lima.

f) Modifikator berada di sebrang jalan, dan partisipan meminta


bantuan kepada orang lain yaitu mulai dari sesi enam sampai sesi
tujuh.

g) Pada sesi intervensi, modifikator memberikan prompt (baik verbal


maupun fisik) dan reinforcement positif berupa pujian maupun
pujian dan stiker secara bergantian yaitu mulai dari sesi satu
sampai sesi lima.

h) Praktikan melakukan fading secara berkala dengan mengurangi


prompt dan positive reinforcement (tidak dicatat dan direncanakan
secara detail oleh modifikator).

i) Dilakukan sesi follow-up setelah sesi intervensi selesai diberikan.

j) Proses generalisasi sendiri oleh partisipan.

Pelaksanaan Intervensi:
3. Penerapan Reinforcement

Intervensi yang dilakukan terhadap partisipan dilakukan di rumah


saat siang hari setelah pulang sekolah di Jalan Juanda dan di Jalan
Margonda Raya. Intervensi berupa pendampingan di tempat partisipan
akan melakukan intervensi untuk mengoptimalkan pendampingan belajar
klien dengan memberikan reinforcement positif dengan memberikan
pujian dan stiker. Intervensi diberikan langsung oleh modifikator pada
penerapannya.

4. Hasil Intervensi

Tabel Hasil Pelaksanaaan Program Modifikasi Perilaku Dengan


Teknik Shaping
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil
perubahan pada diri target

Target Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

Partisipan Dalam memunculkan Perilaku meminta tolong


perilaku meminta tolong dilakukan secara mandiri
partisipan masih didampingi
modifikator
Partisipan tidak mampu Partisipan mampu
meminta tolong pada orang memunculkan perilaku
lain untuk membantunya meminta tolong pada orang
menyebrang jalan lain untuk membantunya
menyebrang jalan

Partisipan hanya Perilaku meminta tolong


menunjukkan perilaku dilakukan dengan lebih
diam,ekspresi ketakutan, yakin dan percaya diri
menatap modifikator, dan
sulit melakukan apapun
sesuai intruksi

Partisipan membutuhkan Proses partisipan meminta


waktu yang cukup lama tolong pada orang lain lebih
menuju ke tempat orang cepat
yang akan dimintai tolong

5. Evaluasi Proses dan Dampak Intervensi

Target Pendukung Partisipan Penghambat

Partisipan selalu berhasil Partisipan cenderung meminta


mendapatkan bantuan tolong pada orang yang sudah
dikenalnya

Pada sesi-sesi terakhir partisipan Partisipan kembali menunjukkan


lebih santai dan langsung keragu-raguannya pada sesi ke
mendatangi seseorang untuk empat
meminta tolong

6. Rekomendasi

Berdasarkan hal tersebut maka adapun rekomendasi yang diberikan bagi


pelaksana modifikasi perilaku berikutnya adalah sebagai berikut:

a) Perlunya perencanaan dan pencatatan mengenai arahan/prompt,


misalnya bermula dari prompt fisik,verbal hingga gestural dengan
frekuensi yang semakin dikurangi.
b) Sebaiknya pelaksana program berbeda dengan pembuat program,
sehingga perilaku pelaksana program selama kegitan dapat
diobservasi dan dievaluasi secara objektif oleh pembuat program.

c) Buatlah keragaman setting situasi pelakasanaan program untuk


menghindari kecenderungan partisipan meminta tolong pada orang
yang sama.

d) Untuk di masa yang akan datang diharapkan berbagai perilaku


sosial lain pada anak dengan ketidakmampuan intelektual dapat
menjadi perhatian penting bagi para pelaksana modifikasi perilaku.
Hal ini karena banyak perilaku sosial anak dengan
ketidakmampuan intelektual dapat menjadi perhatian bagi para
pelaksana modifikasi perilaku. Hal ini karena banyak perilaku
sosial anak dengan ketidakmampuan intelektual yang perlu
dimodifikasi untuk memudahkan mereka lebih adaptif dalam
berbagai tantangan sehari-hari.

Nama : Nur Adisty Putri

Kelas:4PA02

NPM:14517563

Anda mungkin juga menyukai