Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“GLOBALISASI DAN ORANG MELAYU”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Tamaddun Melayu

Dosen Pengampu: Yozi Rahmadeni S.Sos., M.Si

Disusun oleh:

E. Sylvi Widya Rahmi (211959)

Muhammad Khairin (211975)

Rabiatul Oktaviani (211869)

Suza Herpika (211973)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang mana sudah
melimpahkan rahmat, dan ridho-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Globalisasi dan Orang Melayu” dengan baik serta tepat waktu. Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Tamddun
Melayu dari Ibu Yozi Rahmadeni S.Sos., M.Si. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh globalisasi terhadap orang melayu, bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pada era globalisasi ini, budaya melayu mulai
pudar akibat pengaruh dari luar. Banyaknya masyarakat, terutama orang melayu sendiri
sudah tidak meninggalkan adat melayu, bahkan lupa akan sejarah-sejarah mengenai
kemelayuan. Oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwasanya makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas
perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Bintan, 24 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Pengertian Orang Melayu ................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Pengertian Globalisasi ................................................................................................... 3
C. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Melayu ............................................................. 4
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 7
A. Kesimpulan................................................................................................................... 7
B. Saran............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melayu adalah sub ras yang datang dari daratan Cina Selatan yang tersebar dari
pulau Pas di timur (Pasifik) ke barat sampai Madagaskar dan juga di Selandia Baru
bagian selatan. Masyarakat Melayu dengan seiring berjalannya waktu dan kemajuan era
globalisasi ini telah mengalami proses perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya
Melayu yang islami. Sepanjang perubahan dan pergeseran nilai yang dimaksud
mengarah kepada kebaikan dan tidak menyimpang dari asas keislamannya, tentulah tidak
menjadi masalah. Namun di banyak tempat khususnya Pekanbaru, perubahan dan
pergeseran itu justru mengarah kepada pergeseran nilai budaya Melayu yang Islami,
sehingga menimbulkan krisis moral dan akhlak.

Keterbukaan yang dimiliki oleh masyarakat Melayu baik secara fisik dan kultural
tentu memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tradisi
Melayu. Pengaruh tersebut tentu memiliki sejumlah keuntungan sekaligus memberikan
sejumlah tantangan. Keuntungan yang dimiliki dari keterbukaan itu antara lain
terhubungnya masyarakat Melayu dengan dunia luar sekaligus lebih mudah menyerap
informasi-informasi baru, serta masyarakat Melayu menjadi semakin dekat dengan
modernitas. Selain keuntungan tadi, sejumlah tantangan juga harus dilalui oleh
masyarakat Melayu, sebagai dampak keterbukaan yang dimiliki tersebut. Ruang
kontestasi menjadi semakin terbuka, tidak hanya sebatas orang Melayu, tetapi juga
dengan orang-orang dari luar Melayu bahkan komunitas yang lebih luas.

Tekanan-tekanan yang berasal dari dinamika internal Melayu, penetrasi Negara, dan
globalisasi budaya telah menjadi tekanan penting untuk direspons yang membutuhkan
adaptasi masyarakat Melayu secara luas. Tekanan-tekanan yang muncul dapat
melahirkan konflik atau ketegangan di dalam masyarakat yang antara lain dimungkinkan
oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan oleh perbedaan nilai yang mencolok
antara nilai-nilai luar dengan nilai-nilai dalam masyarakat Melayu. Ketegangan tersebut
paling tidak terjadi dalam hubungan antara manusia, hubungan manusia dengan alam,
dan hubungan manusia dengan kekuasaan yang secara langsung memberi tekanan
kebijakan bagi masyarakat. Jika tidak terkelola dengan baik, bukan tidak mungkin

1
tekanan-tekanan tersebut akan terus berakumulasi menjadi ancaman bagi keharmonisan
kehidupan sosial masyarakat Melayu.

Kebutuhan dan persoalan kehidupan yang dihadapi masyarakat tentu berjalan secara
dinamis dan seiring waktu akan semakin kompleks, begitu pula dengan kehidupan dunia
Melayu. Westernisasi yang kita anggap sebagai bagian dari kemodernan seringkali kita
melupakan bahwa kita memiliki basis-basis sosiokultural yang sebenarnya mampu
menghadapi sejumlah tantangan dan persoalan yang di masa kini dan mendatang akan
kita hadapi. Orientasi terhadap dunia luar khususnya barat ditambah sikap kita yang
pragmatis membuat kita tidak percaya diri atas kemampuan yang kita miliki, basis-basis
sosiokultural yang seharusnya menjadi kekuatan akhirnya tidak memberi dampak apa-
apa. Sehingga akan memiliki arti yang sangat penting jika studi kemelayuan diarahkan
pada peluang revitalisasi dan rekayasa budaya, sehingga budaya melayu menemukan
kebaruannya. Revitalisasi dan rekayasa budaya bukanlah menghilangkan nilai-nilai
substansi atau makna dari kebudayaan Melayu itu, namun yang dilakukan adalah
meneguhkan kembali budaya Melayu sebagai suatu kekuatan kultural yang mampu
menjawab sejumlah tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh para pelaku budayanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Orang Melayu?
2. Apa Pengertian Globalisasi?
3. Apa Pengaruh Globalisasi terhadap budaya Melayu?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian orang melayu.
2. Mengetahui pengertian globalisasi
3. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap budaya Melayu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Orang Melayu


Melayu merupakan suatu entitas dan identitas yang tidak tunggal, kerjasama dari
berbagai Negara yang terikat dalam berbagai rumpun Melayu. Di Indonesia yang
dimaksud dengan Suku bangsa Melayu adalah orang-orang yang mempunyai adat
istiadat Melayu, terutama yang bermukim di sepanjang pantai Timur Sumatera, di
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Menurut Isjoni, Kebudayaan Melayu merupakan
salah satu pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan
dunia umumnya, di samping aneka budaya lainnya. 1Jika dipotret dari perjalanan sejarah
Melayu itu, sebenarnya orang melayu harus menyadari bahwa salah kaprah dalam
pendefinisian melayu itu sudah berawal dan berakar dari doktrin Barat yang
dihembuskan secara terusmenerus, pada periode Barat berkuasa di Nusantara. Ratusan
tahun, orang Barat/Eropa—terutama Belanda, Inggris, Portugis dan Spanyol, melakukan
emperialisme dan kolonialisme, memonopoli sekaligus membangun hegemoni di semua
aspek kehidupan pribumi. Akibatnya, Melayu hampir selalu dilihat dari perspektif Barat
atau Eropa saja—bahkan orang Melayupun ikut terseret dari generasi ke generasi melihat
Melayu dengan pola Barat-sentris/Eropasentris.

B. Pengertian Globalisasi
Globalisasi menyebabkan terjadinya integrasi politik, ekonomi, dan juga budaya.
Peristiwa peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia manapun dapat diketahui
dalam waktu hampir bersamaan. Demikian juga, keberadaan orang-orang dalam sebuah
wilayah atau Benua, dapat merasakan apa yang sedang terjadi dan dialami oleh
masyarakat di wilayah atau benua lain. Globalisasi itu dipicu oleh kecepatan informasi
yang telah disajikan setip detiknya oleh berbagai media, seperti Cyber, televisi, radio dan
lain-lain. Berbagai media informasi tersebut telah mengaburkan batas-batas fisik dan
budaya, atau yang di istilahkan sekarang dengan deteritorialisasi, sehingga menciptakan
dunia baru dengan batas-batas wilayah dan nilai yang bersifat relatif. Proses
deteritorialisasi ini penting karena ia menjadi titik balik peradaban kontemporer yang
memiliki implikasi yang luas dalam proses sosial dan budaya.

1
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok” . (Bandung: Alfabeta), h. 41.

3
C. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Melayu
Menurut Bambang Purwanto, ketika globalisasi menjadi salah satu kosa kata utama
dalam kehidupan sehari-hari, pada saat yang sama kata kearifan local dalam hal ini
budaya Melayu hadir sabagai budaya tandingan untuk membangun keseimbangan agar
tidak terjadi goncangan dalam kehidupan. Globalisasi yang cenderung dimaknai sebagai
intervensi asing atau elemen luar kekinian yang mengancam masa depan, sementara
budaya lokal merupakan representasi warisan masa lalu dari dalam, yang diposisikan
sebagai benteng yang dapat menjaga dan menetralisir yang dapat ditimbulkan oleh
keberadaan globalisasi. 2

Dalam konteks isu di atas, maka masyarakat Melayu juga mengalaminya.


Globalisasi Melayu juga telah terjadi (berlangsung), sedang terjadi, dan akan terus
terjadi. Fenomena globalisasi melayu ini setidaknya ditandai oleh beberapa hal
antaranya, telah menyebarnya orang-orang Melayu segala penjuru dunia, sehingganya
mereka juga membawa nilai-nalai keMelayuannya. Kedatangan orang-orang dengan
berbagai etnis tersebut ke wilayah Melayu secara langsung atau tidak telah berperan
memperkaya kebudayaan Melayu. Misalnya, budaya tulis menulis yang ada pada dunia
Melayu hari ini pada dasarnya adalah hasil dari kedatangan orang-orang Arab (Islam) ke
dunia Melayu.

Hal lain, yang tentunya perlu dipahami, bahwa dalam arus globaliasi ini dalam
Melayu bukan saja terjadi tansformasi orang, tetapi Melayu juga tempat terjadi sekaligus
pertarungan informasi. Berkat kemajuan teknologi, masyarakat Melayu mempunyai
akses yang lebih luas terhadap berbagai sumber informasi. Dampak dari semua hal itu
terajdi perubahan mindset (pola pikir dan cara pandang) terhadap dunianya. Dalam
konteks di ataslah dapat dilihat bagaimana peran yang bisa dilakukan oleh orang Melayu
dalam era globalisasi agar bisa mempertahankan identitas keMelayuannya. Budaya
Melayu perlu dilestarikan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang tinggi,
sebagaimana juga ada dalam budaya lain, apalagi dalam era modern ini.

Globalisasi terang-terangan memberikan pengaruh terhadap budaya Melayu.


Globalisasi telah melahirkan suatu ideologi yang menjadi dasar dari pembentukan,

2
Bambang Purwanto, “Kesadaran Kebangsaan Indonesia Dalam Perspektif Histori Penyerbukan Silang
Antar Budaya,” in Penyerbukan Antar Budaya Membangun Manusia Indonesia, ed. Sahrul Mauludi ( Jakarta:
Elex Media Kaputindo, 2015), h. 69.

4
pelestarian, dan perubahan masyarakat melayu, yang bertumpu pada identifikasi dirinya.
Negatifnya ialah budaya Melayu sudah mulai rusak karena pengaruh dari luar.

Sampai pada batas ini jika dilihat Melayu via Globalisasi, maka benar apa yang
dikatakan Irwan Abdullah, 3 bahwa ada tantangan besar yang dihadapi sekarang oleh
komunitas Melayu, yakni sedang “melayu-nya” budaya Melayu karena
diskontekstualisasi, misrepresentasi, mainstreaming Melayu. Kondisi ini dapat dilihat
dari beberapa gejala yaitu bahasa, sastra dan budaya mengalami diskontekstualisasi :

1. bahasa dianggap kuno,


2. sastra kurang berkembang,
3. tidak dipakai,
4. budaya dikembangkan hanya pada tataran luar/ performance tanpa filosofi

Misrepresentasi, kekuatan-kekuatan budaya/ filosofi Melayu tidak direpresentasikan


dengan baik karena :

1. kurangnya penggalian naskah secara kontekstual,


2. lemahnya bargaining posision Melayu dalam struktur politik,
3. serta kearifan dan kecerdasan yang terlupakan, ia tidak lebih hanya dijadikan sebagai
dongeng.

Mainstreaming, melayu tidak menjadi arus utama (salah satu arus dari arus global
dan Jawa), Melayu bersifat diasporik tersebar tidak memusat sehingga tidak memiliki
kekuatan bersama/kolektif, Melayu tidak memiliki kesadaran kolektif, dimana tidak ada
marga, tidak ada “alasan kultural” yang menyatukan Melayu di berbagai daerah. Melayu
telah berubah menjadi Indonesia, sehingga Melayu menjadi hilang. Misalnya kalau
disebut bahasa Indonesia mendasarkan diri (sumber), tetapi kenyataannya sekarang
bukan Bahasa Melayu. Ujungnya adalah hilangnya identitas Melayu.

Globalisasi Melayu secara garis besar ada dua macam, yaitu: pertama, orang-orang
Melayu menyebar keberbagai penjuru dunia. Ketika orang-orang Melayu menyebar ke
berbagai penjuru dunia (tentunya dengan motif dan tujuan yang berbeda), disadari atau
tidak mereka akan membawa serta nilai-nilai kemelayuan mereka. Nilai-nilai

3
Irwan Abdullah, Materi Kuliah, disampaikan dalam diskusi Lokal pada mata kuliah Genelogi dan
Etnologi Peradaban Islam, UIN Raden Fatah Palembang, 5 November 2016.

5
kemelayuan yang mereka bawa akan berdialektika dengan kondisi lingkungan dimana
mereka menetap.

Untuk menangkal pengaruh tersebut budaya Melayu perlu dilestarikan. Pelestarian


budaya Melayu bukanlah dengan mengurung diri dari pengaruh luar. Akan tetapi,
pengertian lestari disini mempunya sifat dinamis. Dengan sifat yang dinamis budaya
Melayu memiliki lentur terhadap perubahan, tetapi tetap kukuh.

Sistem nilai yang telah terbangun dalam kehidupan Melayu harus tetap lestari dan
menemukan momentumnya kembali, sehingga tidak terpengaruh oleh tantangan zaman.
Sistem nilai tersebut telah terbukti mampu menjadikan Melayu menguasai peradaban di
Nusantara, bukti konkritnya adalah digunakannya bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia yang kita gunakan pada hingga hari ini. Kejayaan yang pernah diraih tersebut
tidaklah serta merta menjamin langgengnya peradaban Melayu di masa yang akan datang
sekiranya Melayu itu sendiri meninggalkan sistem nilai yang telah ditancapkan oleh para
founding father bangsa Melayu.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Suku bangsa Melayu
adalah orang-orang yang mempunyai adat istiadat Melayu, terutama yang bermukim di
sepanjang pantai Timur Sumatera, di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.

Globalisasi adalah proses terjadinya integrasi politik, ekonomi, dan juga budaya.
Peristiwa peristiwa yang terjadi diberbagai belahan dunia manapun dapat diketahui
dalam waktu hampir bersamaan.

Pengaruh globalisasi terhadap Budaya Melayu terbagi menjadi dua yaitu pengaruh
globalisasi positif dan negatif. Pengaruh globalisasi positif yaitu globalisasi telah
melahirkan suatu ideologi yang menjadi dasar dari pembentukan, pelestarian, dan
perubahan bagi masyarakat melayu, yang bertumpu pada identifikasi dirinya. Pengaruh
negatif dari globalisasi terhadap budaya Melayu adalah bahasa Melayu dianggap bahasa
kuno dan budaya Melayu sudah mulai rusak karena pengaruh dari luar.

B. Saran
Terkait perihal globalisasi dan orang Melayu banyak sekali hal-hal yang perlu kita
ketahui seperti apa itu Melayu, sejarah dan peninggalan budaya kemelayuan, serta
bagaimana peranan globalisasi bagi orang Melayu. Dengan adanya pembahasan seputar
tentang globalisasi dan orang Melayu ini, kami berharap materi yang kami paparkan
dapat menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca agar menjadi lebih luas lagi.

Dan di sini kami sangat menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Tentunya, kami sebagai seorang penyusun akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sebagai seorang penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Bambang. “Kesadaran Kebangsaan Indonesia Dalam Perspektif Histori


Penyerbukan Silang Antar Budaya,.” In Penyerbukan Antar Budaya Membangun
Manusia Indonesia, edited by Sahrul Mauludi. Jakarta: Elex Media Kaputindo, 2015.

Dahlan, Saidat. "Budaya Melayu Riau Pada Era Globalisasi". dalam Jurnal Ilmu Budaya.
Vol 1(1). 2004

Irwan Abdullah. “Genelogi Dan Etnologi Peradaban Islam.” Mata Kuliah presented at the
Materi Kuliah Genelogi dan Etnologi Peradaban Islam, UIN Raden Fatah Palembang,
Oktober 2016.

Sanusi, Ihsan. "Globalisasi Melayu: Peluang dan Tantangan Membangun Identitas Melayu
dalam Konteks Modernitas". dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol 1(1). 2017

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai