Anda di halaman 1dari 9

AL-MAHKUM FIH DAN

AL-MAHKUM ALAIH
A. PENGERTIAN AL-MAHKUM FIH

secara bahasa adalah objek


hukum, atau sasaran hukum.
DEFINISI PARA ULAMA

Sementara secara istilah, adalah perbuatan


1 Wahba
h al-
2 Abdul
Wahab
seorang mukallaf yang berkaitan dengan
perintah syari’ yang bersifat wajib, haram, zuhaili Khallaf
makruh, mubah, dan sunah. Mahkum fih/bih adalah Mahkum fih
perbuatan mukallaf
yang terkait dengan adalah perbuatan
khitab Allah baik dalam seorang mukallaf
bentuk tuntutan yang terkait
(iqtidha), pilhan
(tahyir), atau dengan hukum
penetapan (wadh’iy). syara’
secara bahasa adalah
subjek hukum, pelaku
hukum, atau pemikul
Adapun secara terminologis pengertian
Jelasnya, pengertian dari mahkum ‘alaih tanggung jawab hukum,
secara istilah adalah orang yang
mahkum ‘alaih adalah orang-orang yang
dituntut oleh Allah untuk berbuat, dan dianggap telah mampu bertindak
hukum dan layak mendapatkan beban
orang yang dibebani
segala tingkah lakunya telah
diperhitungkan berdasarkan tuntutan
Allah
hukum (taklif), baik yang berhubungan
dengan perintah Allah maupun
hukum.
larangan-Nya.
B. PENGERTIAN AL-MAHKUM ALAIH

DEFINISI DARI ULAMA USHUL FIQIH :

Syarat-syarat Mukallaf Wahbah al-Zuhaili menyatakan


Abdul Wahab Khallaf
Mahkum alaih adalah manusia
a. Mukalaf dapat memahami dalil taklif(pembebanan hukum) baik itu berupa
nas-nas Al-Quran atau sunah secara langsung maupun melalui perantara.
yang mana perbuatannya Mahkum alaih adalah seorang
Orang yang tidak mengerti taklif , maka ia tidak dapat melaksanakan dengan terkait dengan khitab Allah mukallaf yang perbuatannya
benar apa yang diperintahkan. Dan alat yang dapat memahami dalil itu adalah atau hukum-hukumnya. Dan terkait dengan hukum syara’
akal. (manusia) yang demikian itu
disebut sebagai mukallaf
b. Mukalaf adalah orang yang ahli dengan sesuatu yang dibebankan kepadanya
Syarat mahkum fih

Mukallaf harus mengetahui


– Seseorang dikatakan mukalaf jika perbuatan yang akan dilakukan,
sehingga tujuan dapat tangkap
telah memenuhi syarat-syarat dengan jelas dan dapat dilaksanakan
berikut:

Mukallaf harus mengetahui sumber


taklif. Seseorang harus mengetahui
bahwa tuntutan itu dari Allah swt.

Perbuatan harus mungkin untuk


dilaksanakan atau ditinggalkan.
maka dalam melaksanakannya diperlukan beberapa syarat:
Agar suatu perbuatan dapat ditaklifkan kepada mukallaf,
Mungkin dapat diketahui, oleh
orang yang diberi tugas bahwa
Dapat dikerjakan dengan ketaatan, pekerjaan itu perintah Allah,
yakni bahwa pekerjaan itu dilakukan sehingga ia mengerjakannya
untuk menunjukkan sikap taat. mengikuti sebagaimana
diperintahkan.
Perbuatan atau
pekerjaan itu
mungkin terjadinya

Diketahui bahwa perbuatan itu Dapat diusahakan oleh hamba, dan


dapat dibedakan oleh orang yang pekerjaan itu menurut ukuran bisa
diberi tugas, baik secara pribadi sanggup dilakukan oleh orang yang
maupun bersama orang lain menerima khitab itu.
dengan jelas.
Syarat mahkum alaih

Mempunyai ahliyatul
‘ada (kemampuan
untuk menunaikan
kewajiban). Dengan
Memahami khitab demikian, seluruh
hukum dan dalil perbuatan orang yang
menyebutkan syara’ baik secara belum atau tidak
bahwa seorang mandiri atau mampu bertindak
melalui bantuan hukum, belum atau
mukallaf menjadi tidak bisa di
subjek hukum, orang lain. pertanggungjawabkan.
harus memenuhi
dua persyaratan,
yaitu:
2
Selain dari kedua syarat ini, di dalam
hukum syara’ ada satu hal yang menjadi
pertimbangan bagi Mukallaf yaitu ahliyah.
Ahliyah secara etimologis berarti
shalahiyyah yang memiliki makna
kepantasan, kecocokan, kebaikan dan
kecakapan. Dengan demikian, ahliyah
adalah suatu sifat (karakter) yang dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan
seseorang telah cakap dikenai tuntutan
hukum syara’.

Para ahli ushul membedakan


ahliyah dalam dua macam yaitu:
ahliyat al-ada’ dan ahliyah al-wujub.
Ahliyatul ada’ adalah sifat
kecakapan untuk bertindak
hukum bagi seorang yang telah
Ahliyah al-Ada
dianggap sempurna untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatanya.

Ahliyah al- Ahliyatul wujub adalah


kepantasan (kompetensi)
Wujub sebagai manusia, dimana dia
memiliki hak dan kewajiban.

Ada manusia yang memiliki Ada manusia yang tidak


kompetensi terbatas. memiliki komptensi sama
Kelompok manusia ini adalah sekali. Ini misalanya, seorang
anak-anak yang sudah anak kecil selama masa
mencapai mumayiz tetapi kecilnya; seorang yang gila
belum mencapai umur baligh. selama masa kegilaanya itu.

Ahliyatul wujub al-naqishah, adalah


Manusia dengan kompetensi mereka memiliki hak-hak yang menjadi
ahliyatul wujub al-kamilah, adalah hak mereka secara terbatas, dan
mereka menerima hak secara mereka tidak terkena beban kewajiban.
sempuran dari ketika dia Misalnya janin yang masih dalam
dilahirkan di dunia ini. kandungan ibunya, mereka itu memiliki
hak seperti hak menerima warisan. Ada manusia yang memiliki
kompetensi sempurna untuk
menunaikan kewajibanya.
Mereka ini adalah orang-orang
yang telah mencapai umur
baligh, berakal.

Anda mungkin juga menyukai