KELAS : 3G PGSD
NIM : E1E022226
KEKURANGAN:
1. Klise dan Prediktabel: Cerita ini mengikuti pola yang cukup klise, di mana seorang siswa baru yang
cemas akhirnya diterima dengan baik oleh teman-teman dan guru. Hal ini membuat cerita menjadi
terasa cukup prediktabel dan kurang inovatif dalam penyampaian cerita.
2. Penggunaan Klise tentang Kebiasaan Budaya: Penggambaran tentang kebiasaan budaya, seperti
mencari teman, berbicara tentang asal-usul, dan memberikan cendera mata, terasa klise dan kurang
mendalam. Hal ini dapat mengurangi daya tarik cerita, terutama bagi pembaca yang sudah terbiasa
dengan naratif serupa.
3. Kurangnya Konflik yang Signifikan: Cerita ini cenderung kurang memiliki konflik yang signifikan
atau puncak dramatik. Meskipun ada kekhawatiran awal Hana, semuanya segera diselesaikan dengan
penerimaan positif dari teman-teman dan guru. Penambahan konflik atau tantangan yang lebih besar
dapat membuat cerita lebih menarik.
4. Dialog yang Terlalu Dijelaskan: Beberapa dialog terasa terlalu dijelaskan, seperti penjelasan Bu
Pertiwi tentang definisi anak Indonesia. Hal ini dapat membuat cerita terasa kurang alami dan
mengganggu kelancaran narasi.
5. Pengulangan Penjelasan: Beberapa elemen cerita dijelaskan secara berulang-ulang, seperti kecemasan
Hana, perkenalan, dan pemahaman tentang identitas anak Indonesia. Pengulangan ini dapat dianggap
berlebihan dan mempengaruhi aliran cerita.
6. Kurangnya Pengembangan Karakter Sampingan: Meskipun ada beberapa karakter sampingan yang
dienamkan, pengembangan karakter mereka terasa kurang. Mengembangkan karakter sampingan dapat
menambah kedalaman dan dimensi pada cerita.
7. Potensi Lebih Banyak pada Tantangan Budaya: Cerita memberikan gambaran tentang tantangan
bahasa yang dihadapi Hana, tetapi potensi untuk mengeksplorasi lebih banyak tantangan budaya dan
adaptasi budaya bisa lebih dikembangkan.
8. Kurangnya Variasi dalam Penceritaan: Gaya penceritaan yang digunakan dalam cerita ini cenderung
monoton. Penambahan variasi dalam gaya penceritaan atau sudut pandang dapat meningkatkan daya
tarik cerita.
9. Cerita yang Terfokus pada satu Adegan: Cerita ini terfokus pada adegan pertama hari sekolah Hana.
Pengembangan cerita dengan menjelajahi lebih banyak aspek kehidupan sekolah dan interaksi dengan
karakter lain dapat membuat cerita lebih menarik.
CERITA 2 :
KELEBIHAN:
1. Pemahaman tentang Keragaman. Cerita ini menunjukkan bahwa diskusi di kelas tentang keragaman
anak-anak Indonesia telah memberikan pemahaman kepada Hana. Ini menciptakan kesadaran akan
keberagaman di Indonesia, yang merupakan aspek positif dalam membangun rasa persatuan.
2. Pentingnya Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu. Cerita menyoroti arti penting bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu bangsa. Bahasa merupakan elemen kunci dalam membentuk identitas bangsa,
dan kesadaran Hana terhadap hal ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang peran bahasa dalam
memperkuat persatuan.
3. Pengalaman Pribadi. Cerita ini menggambarkan pengalaman pribadi Hana ketika diajak ibunya
berjalan-jalan di pusat Kota Kyoto. Pengalaman langsung ini memperkuat konsep tentang pentingnya
bahasa sebagai penanda identitas, dan pengamatan Hana terhadap perbincangan bahasa Indonesia para
wisatawan menambah dimensi personal dalam cerita.
4. Pemberdayaan Melalui Pendidikan. Cerita menggambarkan bahwa pengetahuan Hana tentang
pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa diperoleh melalui kegiatan diskusi di kelas. Ini
menekankan peran pendidikan dalam memberdayakan individu untuk memahami dan menghargai
keberagaman dalam masyarakat.
5. Toleransi dan Penghargaan terhadap Keragaman. Cerita ini secara implisit merayakan toleransi dan
penghargaan terhadap keragaman. Hana tidak mengenali wisatawan Indonesia dari ciri fisik, tetapi
dari bahasa yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa cerita ini mendorong orang untuk melihat dan
menghargai perbedaan budaya melalui aspek-aspek yang bersifat lebih mendalam, seperti bahasa.
KEKURANGAN:
1. Kurangnya Rincian dan Kedalaman Karakter. Cerita ini memberikan gambaran umum tentang
pengalaman Hana, tetapi tidak memberikan rincian atau kedalaman karakter yang memadai.
Kekurangan ini dapat mengurangi keterlibatan pembaca dan membuat cerita terasa kurang mendalam.
2. Tidak Adanya Konflik atau Perkembangan Cerita. Cerita ini kurang memiliki elemen konflik atau
perkembangan cerita yang signifikan. Tanpa adanya tantangan atau perubahan yang mencolok dalam
cerita, pembaca mungkin kehilangan ketertarikan atau tidak merasakan ketegangan yang memotivasi
mereka untuk terus membaca.
3. Kelanjutan Tema yang Berulang. Cerita ini memiliki duplikasi kalimat dan tema yang hampir identik
dalam dua kalimat pertama dan terakhir. Hal ini dapat dianggap sebagai kekurangan dalam hal variasi
dan kreativitas penulisan.
4. Pendekatan Stereotip. Cerita ini fokus pada pengenalan wisatawan Indonesia melalui bahasa mereka,
yang meskipun valid, dapat menciptakan stereotip. Menekankan bahwa semua orang dari suatu negara
dapat diidentifikasi hanya melalui bahasa dapat menjadi pendekatan yang terlalu umum dan tidak
selalu akurat.
5. Keterbatasan Konteks dan Latar Belakang. Cerita ini tidak memberikan banyak konteks atau latar
belakang tentang keragaman anak-anak Indonesia atau diskusi di kelas. Ini dapat mengurangi
pemahaman pembaca tentang konteks sosial atau pendidikan yang mungkin mempengaruhi pemikiran
Hana.
6. Kurangnya Pengembangan Tema. Meskipun cerita menyentuh tema pentingnya bahasa Indonesia
sebagai pemersatu bangsa, ini tidak dikembangkan lebih lanjut. Pengembangan tema ini dapat
memberikan dimensi tambahan pada cerita dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pentingnya bahasa sebagai elemen pemersatu.
2. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-V
CERITA 1 : RANA DAN RANI
KELEBIHAN:
1. Kembar Identik dengan Perbedaan Karakter. Cerita menyoroti keunikan hubungan antara kembar
identik, Rana dan Rani, yang memiliki kemiripan fisik yang luar biasa, tetapi memiliki sifat dan hobi
yang berbeda. Hal ini menambah dimensi kecerdasan emosional dan pengembangan karakter dalam
cerita.
2. Keberagaman Hobi dan Minat. Cerita menggambarkan keberagaman dalam hobi dan minat antara
kedua karakter utama, Rana yang suka olahraga senam, dan Rani yang memiliki ketertarikan pada
merangkai bunga. Ini menunjukkan kepada pembaca bahwa setiap individu dapat memiliki minat yang
unik dan berbeda.
3. Cita-Cita dan Tujuan Mulia. Cerita menekankan cita-cita mulia Rana dan Rani untuk mengabdi pada
negara Indonesia, masing-masing melalui karier sebagai atlet dan pengusaha ternama. Ini merangsang
inspirasi dan memberikan pesan positif kepada pembaca tentang arti memiliki tujuan hidup yang mulia
dan berkontribusi pada masyarakat.
4. Motivasi dan Etos Kerja. Dengan menyebutkan bahwa mereka belajar rajin dan tekun, cerita ini
menyampaikan pesan tentang pentingnya motivasi dan kerja keras untuk mencapai tujuan. Hal ini
dapat memberikan inspirasi kepada pembaca untuk mengejar impian mereka dengan tekun dan gigih.
5. Penekanan pada Nilai Keluarga. Walaupun memiliki perbedaan, Rana dan Rani tetap bersaudara dan
memiliki cita-cita yang mencerminkan nilai-nilai positif. Ini menekankan pentingnya hubungan
keluarga dan dukungan satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup.
KEKURANGAN:
1. Pola Cerita yang Klise. Cerita ini mengikuti pola cerita yang cukup klise, di mana dua karakter kembar
identik memiliki perbedaan fisik dan kepribadian yang mencolok. Keterlaluan pada klise bisa
membuat cerita terasa kurang orisinal dan tidak menarik bagi pembaca yang mencari sesuatu yang
baru dan segar.
2. Penggambaran Karakter yang Terlalu Stereotip. Sifat Rana yang pendiam dan Rani yang periang, serta
minat mereka yang sangat kontras (olahraga senam vs. merangkai bunga), terkesan stereotip dan dapat
dianggap terlalu sederhana. Memperkenalkan dimensi tambahan pada karakter dapat membuat cerita
lebih mendalam dan menarik.
3. Pembagian Peran Gender yang Terlalu Klasik. Rana sebagai atlet dan Rani sebagai pengusaha ternama
mengikuti pembagian peran gender yang terlalu klasik dan stereotip. Menyertakan variasi peran atau
menciptakan karakter dengan peran yang tidak terlalu terikat pada stereotip gender dapat membuat
cerita lebih inklusif.
4. Tidak Ada Konflik yang Signifikan. Cerita ini terlihat cukup linear tanpa adanya konflik yang
signifikan. Menambahkan elemen konflik yang baik dapat meningkatkan ketegangan dalam cerita dan
membuat pembaca lebih terlibat.
5. Ketidakhadiran Karakter Pendukung atau Latar Belakang yang Kuat. Cerita fokus pada Rana dan Rani
tanpa memperkenalkan karakter pendukung yang kuat atau memberikan latar belakang yang memadai.
Ini dapat membuat cerita terasa datar dan kurang bervariasi.
6. Kurangnya Pengembangan Tema dan Plot yang Lebih Kompleks. Cerita ini mencakup tema-tema
umum seperti perbedaan, cita-cita mulia, dan usaha keras tanpa memberikan pengembangan yang
lebih kompleks atau mendalam. Menambahkan lapisan-lapisan tambahan pada tema dan plot dapat
membuat cerita lebih menarik.
KEKURANGAN:
1. Stereotip dan Generalisasi. Cerita ini mungkin terlalu sederhana dalam menggambarkan karakter
dengan memberikan stereotip pada anak-anak, seperti Darman yang senang bermain silat dan sering
terlibat perkelahian, sementara Darmin rajin mengikuti pengajian dan pintar di sekolah. Ini dapat
mereduksi kompleksitas karakter dan mengarah pada generalisasi yang tidak selalu mencerminkan
keberagaman manusia.
2. Pemaksaan Kehendak Terhadap Darman. Keputusan Pak Salim untuk membiarkan Darman memilih
jalan hidupnya sendiri tanpa upaya lebih lanjut untuk membimbing atau memberikan alternatif lain,
mungkin terkesan sebagai pemaksaan kehendak yang tidak bijaksana. Mengapa tidak ada upaya lebih
lanjut untuk membantu Darman menemukan jalur yang lebih positif?
3. Penggambaran Karakter Amini Kurang Mendalam. Meskipun Amini disebut sebagai anak perempuan
yang diangkat oleh Pak Salim, cerita tidak memberikan gambaran yang mendalam tentang perannya
dalam keluarga atau bagaimana pengaruhnya terhadap kisah ini. Pengembangan karakter Amini
mungkin dapat meningkatkan kekayaan cerita.
4. Keterbatasan Konteks dan Latar Belakang. Cerita memberikan gambaran yang sangat singkat tentang
kehidupan Pak Salim dan keluarganya. Latar belakang tentang bagaimana mereka hidup, interaksi
sehari-hari, atau tantangan yang dihadapi mungkin dapat memberikan konteks yang lebih baik untuk
pemahaman pembaca.
5. Penyelesaian Cepat dan Tidak Terelaborasi. Penyelesaian cerita terasa cepat dan tidak terelaborasi.
Misalnya, bagaimana kehidupan Darman setelah memilih jalan hidup sendiri tidak dijelaskan dengan
rinci. Pengembangan lebih lanjut tentang akibat dari pilihan hidupnya dapat memberikan lebih banyak
wawasan.
6. Kurangnya Alternatif Pendidikan untuk Darman. Upaya Pak Salim untuk memasukkan Darman ke
sekolah mungkin terlalu sederhana. Lebih banyak eksplorasi tentang alternatif pendidikan atau
pendekatan lain untuk membantu Darman bisa meningkatkan kedalaman cerita.
3. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-IV
CERITA 1 : TAK MUAT LAGI
KELEBIHAN:
1. Empati dan Kepedulian. Kiki menunjukkan sikap empati dan kepedulian terhadap kakaknya, Lala,
dengan menyodorkan segelas air dingin ketika melihat Lala haus. Hal ini mencerminkan pentingnya
sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain.
2. Kesadaran akan Kebesaran Hati. Meskipun awalnya Lala kesal melihat adiknya memakai baju
favoritnya, namun cerita ini menggambarkan bahwa Lala akhirnya menyadari kebesaran hati dan
mengalah untuk memberikan baju tersebut kepada adiknya. Ini merupakan nilai moral penting, di
mana seseorang belajar untuk menghargai kebahagiaan orang lain di atas keinginan pribadi.
3. Kesadaran Diri dan Penerimaan. Lala pada akhirnya menyadari bahwa baju tersebut tidak lagi cocok
untuknya dan menyebabkan ketidaknyamanan. Ini menggambarkan pentingnya kesadaran diri dan
penerimaan terhadap perubahan yang alami dalam kehidupan.
4. Pentingnya Berbagi dan Kepuasan. Cerita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan Kiki saat menerima
baju tersebut lebih penting daripada kesenangan Lala dalam memakainya. Memberikan baju tersebut
kepada adiknya memberikan Lala kepuasan yang lebih besar daripada hanya menyimpannya untuk
dirinya sendiri.
5. Hubungan Keluarga. Cerita ini juga menyoroti hubungan positif antara kakak dan adik, di mana
mereka saling menghargai dan mendukung satu sama lain. Ini menciptakan suasana harmonis dalam
keluarga.
KEKURANGAN:
1. Kurangnya Pengembangan Karakter. Cerita ini kurang mengembangkan karakter-karakternya,
sehingga pembaca mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang latar belakang dan
motivasi masing-masing karakter. Misalnya, mengapa Kiki begitu ingin memakai baju tersebut dan
bagaimana perasaan Lala tentang baju tersebut seiring waktu.
2. Keterlaluan dalam Reaksi Emosional. Reaksi emosional Lala terhadap penggunaan baju oleh adiknya
terkesan berlebihan. Sebuah konflik yang lebih realistis atau pemahaman yang lebih mendalam tentang
perasaan karakter-karakter dapat membuat cerita lebih kuat.
3. Penyelesaian Terlalu Cepat. Konflik dalam cerita dipecahkan dengan cepat dan tanpa pertimbangan
yang cukup. Meskipun Kiki mengalah, penyelesaian cerita ini bisa lebih baik jika mempertimbangkan
perasaan dan pemahaman yang lebih dalam antara kedua karakter.
4. Tidak Ada Pembelajaran yang Jelas. Meskipun ada potensi untuk pembelajaran dan pertumbuhan
karakter, cerita ini kurang menyoroti pembelajaran yang jelas. Misalnya, Lala bisa lebih mendalam
memahami bahwa perubahan ukuran tubuhnya adalah bagian dari tumbuh dewasa.
5. Potensi Tema yang Kurang Dieksplorasi. Cerita memiliki potensi untuk mengeksplorasi tema-tema
seperti penerimaan diri, perubahan dalam hubungan keluarga, dan komunikasi yang lebih baik.
Namun, tema-tema ini tidak sepenuhnya dieksplorasi atau diterapkan dengan baik dalam cerita.
6. Penggunaan Klise. Beberapa elemen cerita, seperti baju yang sobek, termasuk dalam kategori klise.
Penggunaan elemen-elemen yang lebih unik atau cara penyelesaian konflik yang lebih kreatif dapat
membuat cerita lebih menarik.
4. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-III
CERITA 1 : LOMPAT TALI
KELEBIHAN:
Kebersamaan anak-anak yang sedang bermain sangat elok dilihat, perempuan dan laki-laki bermain
lompat tali bersama tidak saling membedakan permainan berdasarkan jenis kelamin.
KEKURANGAN:
Diceritakan bahwa tio terjatuh saat bermain tapi bukannya menangis tio malah tertawa dan teman-
temannya ikut tertawa. Seharusnya teman-temannya langsung membantu saat tio terjatuh bukan malah
ikut tertawa.
5. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-II
CERITA 1 : MENGENAL PERASAAN
KELEBIHAN:
Pada cerita tersebut diceritakan tentang adik kakak yang memperebutkan mainan dan tidak ada yang mau
mengalah tapi pada akhirnya sang adik yang mendapatkan mainan tersebut, sehingga kakaknya marah
dan masuk kamar begitu saja. Adik yang melihat sang kakak marah merasa sedih sehingga sang adik
menunggu kakaknya di depan kamarnya untuk bermain bersama.
KEKURANGAN:
Seharusnya pada cerita tersebut si kakak harus mengalah kepada adiknya untuk berbagi mainan supaya
hal tersebut memacu perasaan anak-anak untuk mengalah dan saling menghargai. Kekurangannya juga
pada dialognya yang kurang.
6. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-I
CERITA 1 : BUNYI APA
KELEBIHAN:
1. Ilustrasi yang dipaparkan cukup bagus dan menarik.
2. Alur ceritanya juga jelas dan mudah dipahami.
3. Penggunaan bahasa Indonesia sudah baik.
4. Ilustrasinya jelas dan relevenesi dengan alur ceritanya.
5. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
KEKURANGAN:
1. Ilustrasi/gambarnya terlalu banyak daripada teks ceritanya.
2. Penokohannya kurang.
3. Konfliknya kurang.
4. Alur cerita yang berfokus pada satu adegan.
5. Penggunaan bahasa Indonesia yang berat untuk anak usia kelas 1 SD.
KEKURANGAN:
1. Menurut saya kekurangannya ada pada penokohan, tokohnya banyak berbagai macam hewan tapi
posturnya hamper sama semua sedangkan yang anak-anak ketahui jika gajah badannya besar kelinci
badannya kecil, tpi di cerita tersebut postur badan gajah dan kelinci hanya berbeda sedikit yang
seharusnya berbeda jauh.
2. Konfliknya kurang.
3. Alur cerita terlalu sederhana.
4. Berfokus pada satu adegan.