Anda di halaman 1dari 19

NAMA : ATASYAH ADRIANO

KELAS : 3G PGSD
NIM : E1E022226

TUGAS INDIVIDU APRESIASI SASTRA ANAK


1. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-VI
CERITA 1 : AKU ANAK INDONESIA
KELEBIHAN:
1. Multikulturalisme dan Toleransi: Cerita ini mengangkat tema multikulturalisme dengan
menggambarkan tokoh utama, Hana, yang berasal dari Jepang dan beradaptasi dengan kehidupan di
Indonesia. Ini memberikan pesan positif tentang toleransi, menghargai perbedaan budaya, dan
mengajarkan bahwa identitas bukan hanya tentang tempat kelahiran tetapi juga pengalaman hidup dan
akulturasi.
2. Perkembangan Karakter: Hana mengalami perasaan cemas dan ketidakpastian pada awalnya, tetapi
melalui interaksi dengan teman-teman dan guru, dia mulai merasa diterima dan bahkan diakui sebagai
bagian dari komunitas baru. Ini menciptakan narasi perkembangan karakter yang kuat dan memotivasi.
3. Pesan Positif: Cerita ini menyampaikan pesan positif tentang keberanian dalam menghadapi
perubahan, menerima tantangan baru, dan berusaha untuk beradaptasi. Ayah Hana memberikan
dukungan moral dengan memberikan semangat dan keyakinan pada anaknya, sehingga menciptakan
atmosfer positif dalam cerita.
4. Penggunaan Bahasa Indonesia: Penulis berhasil menggambarkan perasaan dan perjalanan Hana dalam
belajar berbahasa Indonesia. Ini memperkaya cerita dengan menyoroti tantangan yang dihadapi oleh
siswa yang baru saja pindah ke lingkungan dengan bahasa yang berbeda.
5. Kelucuan dan Keterlibatan Siswa: Adegan hantu yang ternyata ayah Hana yang baru saja mencukur
rambutnya memberikan sentuhan humor pada cerita dan menciptakan keterlibatan siswa. Hal ini
membuat cerita menjadi lebih menarik dan menghibur.
6. Pemberian Cendera Mata: Pengenalan cendera mata khas Jepang oleh ayah Hana tidak hanya
menambahkan elemen budaya dalam cerita tetapi juga menunjukkan kebaikan hati dan niat baik dari
keluarga Hana untuk berbagi dengan teman-teman barunya.
7. Pengenalan Karakter Siswa: Meskipun hanya dalam sedikit waktu, cerita memberikan gambaran
karakter beberapa siswa seperti Juna, Salim, Melodi, dan Agni. Ini membuka peluang untuk
pengembangan karakter lebih lanjut dalam perkembangan cerita.

KEKURANGAN:
1. Klise dan Prediktabel: Cerita ini mengikuti pola yang cukup klise, di mana seorang siswa baru yang
cemas akhirnya diterima dengan baik oleh teman-teman dan guru. Hal ini membuat cerita menjadi
terasa cukup prediktabel dan kurang inovatif dalam penyampaian cerita.
2. Penggunaan Klise tentang Kebiasaan Budaya: Penggambaran tentang kebiasaan budaya, seperti
mencari teman, berbicara tentang asal-usul, dan memberikan cendera mata, terasa klise dan kurang
mendalam. Hal ini dapat mengurangi daya tarik cerita, terutama bagi pembaca yang sudah terbiasa
dengan naratif serupa.
3. Kurangnya Konflik yang Signifikan: Cerita ini cenderung kurang memiliki konflik yang signifikan
atau puncak dramatik. Meskipun ada kekhawatiran awal Hana, semuanya segera diselesaikan dengan
penerimaan positif dari teman-teman dan guru. Penambahan konflik atau tantangan yang lebih besar
dapat membuat cerita lebih menarik.
4. Dialog yang Terlalu Dijelaskan: Beberapa dialog terasa terlalu dijelaskan, seperti penjelasan Bu
Pertiwi tentang definisi anak Indonesia. Hal ini dapat membuat cerita terasa kurang alami dan
mengganggu kelancaran narasi.
5. Pengulangan Penjelasan: Beberapa elemen cerita dijelaskan secara berulang-ulang, seperti kecemasan
Hana, perkenalan, dan pemahaman tentang identitas anak Indonesia. Pengulangan ini dapat dianggap
berlebihan dan mempengaruhi aliran cerita.
6. Kurangnya Pengembangan Karakter Sampingan: Meskipun ada beberapa karakter sampingan yang
dienamkan, pengembangan karakter mereka terasa kurang. Mengembangkan karakter sampingan dapat
menambah kedalaman dan dimensi pada cerita.
7. Potensi Lebih Banyak pada Tantangan Budaya: Cerita memberikan gambaran tentang tantangan
bahasa yang dihadapi Hana, tetapi potensi untuk mengeksplorasi lebih banyak tantangan budaya dan
adaptasi budaya bisa lebih dikembangkan.
8. Kurangnya Variasi dalam Penceritaan: Gaya penceritaan yang digunakan dalam cerita ini cenderung
monoton. Penambahan variasi dalam gaya penceritaan atau sudut pandang dapat meningkatkan daya
tarik cerita.
9. Cerita yang Terfokus pada satu Adegan: Cerita ini terfokus pada adegan pertama hari sekolah Hana.
Pengembangan cerita dengan menjelajahi lebih banyak aspek kehidupan sekolah dan interaksi dengan
karakter lain dapat membuat cerita lebih menarik.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


1. Penerimaan dan Keberagaman: Cerita menyoroti tema penerimaan dan keberagaman. Meskipun Hana
datang dari latar belakang budaya yang berbeda, teman-teman dan guru di sekolah baru menerima
Hana dengan hangat dan bersedia memahami keunikan setiap individu.
2. Kesederhanaan dan Kebaikan Hati: Cerita menunjukkan kesederhanaan dan kebaikan hati anak-anak
di sekolah, yang dengan cepat menyambut Hana dan berbagi keceriaan mereka. Ini mencerminkan
nilai-nilai positif seperti kebaikan hati, keramahan, dan keterbukaan terhadap perbedaan.
3. Tantangan Beradaptasi: Meskipun Hana menghadapi tantangan beradaptasi dengan bahasa dan budaya
baru, cerita menekankan pentingnya dukungan dari teman-teman, guru, dan keluarga dalam mengatasi
rasa canggung dan ketidakpastian.
4. Identitas Nasional dan Budaya: Dialog di kelas menggambarkan diskusi tentang identitas nasional dan
budaya, menunjukkan kompleksitas dan keberagaman masyarakat Indonesia. Cerita menggarisbawahi
bahwa identitas seseorang tidak selalu dapat disederhanakan menjadi satu asal-usul atau daerah
tertentu.
5. Optimisme dan Solidaritas: Pesan optimisme dan solidaritas terlihat dari respons positif teman-teman
terhadap Hana, serta tawaran Juna untuk mengajari Hana bahasa Jawa. Ini menciptakan atmosfer
positif di kelas dan menunjukkan semangat untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain.
6. Kesalahan dan Belajar dari Mereka: Cerita mencakup momen ketika Hana lupa membawa oleh-oleh
untuk teman-temannya. Ini memberikan pesan bahwa setiap orang bisa membuat kesalahan, tetapi
yang penting adalah belajar dari mereka dan berusaha untuk memperbaikinya.
7. Hubungan Keluarga yang Hangat: Hubungan antara Hana dan ayahnya, Pak Rizal, tergambar sebagai
hubungan yang hangat. Pesan tentang pentingnya dukungan keluarga dalam menghadapi perubahan
besar dan tantangan dalam hidup terlihat dari interaksi antara Hana dan ayahnya.

APA SAJA YANG HARUS DIPERBAIKI ATAU DIUBAH ?


1. Deskripsi Karakter dan Lingkungan: Perlu adanya deskripsi lebih rinci tentang karakter-karakter
utama dan lingkungan sekitar, terutama saat Hana memasuki sekolah. Ini dapat membantu pembaca
membayangkan dengan lebih jelas.
2. Penggunaan Bahasa: Sebaiknya perlu dipertimbangkan dalam penggunaan bahasa. Meskipun cerita
ditujukan untuk anak-anak, tetapi beberapa kalimat mungkin perlu disederhanakan atau dijelaskan
lebih lanjut agar lebih mudah dipahami oleh pembaca target.
3. Pemahaman Konteks Budaya: Penjelasan lebih lanjut tentang budaya Indonesia dan Jepang dapat
menambah kekayaan cerita. Misalnya, deskripsi tentang tradisi penyambutan di sekolah Indonesia,
atau perbandingan kebiasaan di sekolah Jepang dan Indonesia.
4. Konflik atau Tantangan: Menambahkan elemen konflik atau tantangan yang dihadapi Hana dapat
membuat cerita lebih menarik. Ini bisa berupa situasi di sekolah yang memerlukan keberanian Hana
atau interaksi dengan teman-teman yang memberikan dinamika baru pada cerita.
5. Puncak dan Penyelesaian: Memperjelas puncak cerita dan penyelesaian. Apakah ada momen klimaks
yang menegangkan atau resolusi dari konflik yang dihadapi Hana? Ini dapat memberikan struktur yang
lebih jelas pada cerita.
6. Penggunaan Bahasa Asing: Penggunaan kata-kata asing seperti "Arigato" dapat dijelaskan atau
diberikan catatan kaki untuk membantu pemahaman pembaca yang mungkin tidak familiar dengan
istilah tersebut.
7. Dukungan Ilustrasi: Jika cerita ini ditujukan untuk buku anak-anak, ilustrasi dapat menjadi tambahan
yang baik untuk membantu pemahaman dan memberikan daya tarik visual.
8. Pengembangan Karakter Tambahan: Memperkenalkan karakter tambahan atau memperdalam karakter-
karakter sekunder dapat memberikan dimensi ekstra pada cerita.
9. Pengenalan Nama dan Peran Karakter: Memberikan pengenalan yang lebih baik terhadap nama dan
peran karakter akan membantu pembaca untuk mengikuti cerita dengan lebih baik.
10. Rincian lebih lanjut tentang oleh-oleh: Saat Pak Rizal menyusulkan oleh-oleh dari Jepang, bisa
diperjelas apa yang sebenarnya dibawanya dan bagaimana reaksi teman-teman Hana terhadapnya.

KRITIK TERHADAP CERITA TERSEBUT


1. Penggunaan Bahasa. Pastikan konsistensi penggunaan tanda baca dan ejaan, seperti "ramahramah"
yang seharusnya "ramah-ramah.". Perhatikan juga penggunaan kata "Apa lagi yang membuat kita
Indonesia?" yang bisa diganti menjadi "Apa yang membuat kita menjadi warga Indonesia?" agar lebih
formal.
2. Deskripsi dan Detail. Tambahkan lebih banyak deskripsi tentang suasana sekolah, penampilan Bu
Pertiwi, dan reaksi teman-teman Hana. Ini akan membantu pembaca merasakan atmosfer cerita dengan
lebih kuat. Berikan lebih banyak detail tentang karakter-karakter di cerita ini, termasuk ekspresi wajah
mereka, untuk menambah kedalaman dan keterlibatan pembaca.
3. Puncak Cerita dan Resolusi. Puncak cerita (climax) bisa diperjelas atau diperkuat untuk memberikan
ketegangan atau rasa ingin tahu lebih besar kepada pembaca. Hal ini akan membuat cerita lebih
menarik. Resolusi konflik juga bisa dijelaskan lebih lanjut, misalnya, bagaimana Hana mengatasi
kekhawatirannya dan bagaimana reaksi teman-teman barunya terhadap cendera mata dari Jepang.
4. Penambahan Dialog. Dialog yang lebih banyak atau variasi dalam dialog dapat menambah dinamika
dan kehidupan pada cerita. Ini bisa membantu karakter-karakter lebih bersinar dan membuat
percakapan lebih menarik.
5. Gaya Bercerita. Pertimbangkan untuk menggambarkan pikiran dan perasaan Hana dengan lebih dalam
untuk memberikan wawasan yang lebih baik kepada pembaca tentang perjalanan emosionalnya.

CERITA 2 :
KELEBIHAN:
1. Pemahaman tentang Keragaman. Cerita ini menunjukkan bahwa diskusi di kelas tentang keragaman
anak-anak Indonesia telah memberikan pemahaman kepada Hana. Ini menciptakan kesadaran akan
keberagaman di Indonesia, yang merupakan aspek positif dalam membangun rasa persatuan.
2. Pentingnya Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu. Cerita menyoroti arti penting bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu bangsa. Bahasa merupakan elemen kunci dalam membentuk identitas bangsa,
dan kesadaran Hana terhadap hal ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang peran bahasa dalam
memperkuat persatuan.
3. Pengalaman Pribadi. Cerita ini menggambarkan pengalaman pribadi Hana ketika diajak ibunya
berjalan-jalan di pusat Kota Kyoto. Pengalaman langsung ini memperkuat konsep tentang pentingnya
bahasa sebagai penanda identitas, dan pengamatan Hana terhadap perbincangan bahasa Indonesia para
wisatawan menambah dimensi personal dalam cerita.
4. Pemberdayaan Melalui Pendidikan. Cerita menggambarkan bahwa pengetahuan Hana tentang
pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa diperoleh melalui kegiatan diskusi di kelas. Ini
menekankan peran pendidikan dalam memberdayakan individu untuk memahami dan menghargai
keberagaman dalam masyarakat.
5. Toleransi dan Penghargaan terhadap Keragaman. Cerita ini secara implisit merayakan toleransi dan
penghargaan terhadap keragaman. Hana tidak mengenali wisatawan Indonesia dari ciri fisik, tetapi
dari bahasa yang digunakan. Ini menunjukkan bahwa cerita ini mendorong orang untuk melihat dan
menghargai perbedaan budaya melalui aspek-aspek yang bersifat lebih mendalam, seperti bahasa.

KEKURANGAN:
1. Kurangnya Rincian dan Kedalaman Karakter. Cerita ini memberikan gambaran umum tentang
pengalaman Hana, tetapi tidak memberikan rincian atau kedalaman karakter yang memadai.
Kekurangan ini dapat mengurangi keterlibatan pembaca dan membuat cerita terasa kurang mendalam.
2. Tidak Adanya Konflik atau Perkembangan Cerita. Cerita ini kurang memiliki elemen konflik atau
perkembangan cerita yang signifikan. Tanpa adanya tantangan atau perubahan yang mencolok dalam
cerita, pembaca mungkin kehilangan ketertarikan atau tidak merasakan ketegangan yang memotivasi
mereka untuk terus membaca.
3. Kelanjutan Tema yang Berulang. Cerita ini memiliki duplikasi kalimat dan tema yang hampir identik
dalam dua kalimat pertama dan terakhir. Hal ini dapat dianggap sebagai kekurangan dalam hal variasi
dan kreativitas penulisan.
4. Pendekatan Stereotip. Cerita ini fokus pada pengenalan wisatawan Indonesia melalui bahasa mereka,
yang meskipun valid, dapat menciptakan stereotip. Menekankan bahwa semua orang dari suatu negara
dapat diidentifikasi hanya melalui bahasa dapat menjadi pendekatan yang terlalu umum dan tidak
selalu akurat.
5. Keterbatasan Konteks dan Latar Belakang. Cerita ini tidak memberikan banyak konteks atau latar
belakang tentang keragaman anak-anak Indonesia atau diskusi di kelas. Ini dapat mengurangi
pemahaman pembaca tentang konteks sosial atau pendidikan yang mungkin mempengaruhi pemikiran
Hana.
6. Kurangnya Pengembangan Tema. Meskipun cerita menyentuh tema pentingnya bahasa Indonesia
sebagai pemersatu bangsa, ini tidak dikembangkan lebih lanjut. Pengembangan tema ini dapat
memberikan dimensi tambahan pada cerita dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pentingnya bahasa sebagai elemen pemersatu.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


Pentingnya bahasa sebagai elemen pemersatu dalam konteks keragaman di Indonesia. Diskusi di kelas
telah membuka pemahaman Hana tentang keragaman anak-anak Indonesia, dan pengalaman pribadinya
di pusat Kota Kyoto mengilustrasikan bagaimana bahasa Indonesia menjadi faktor kunci dalam
mengidentifikasi sesama wisatawan dari tanah airnya.
Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi
juga pemersatu bangsa. Meskipun Indonesia memiliki keragaman etnis, budaya, dan bahasa daerah yang
besar, bahasa Indonesia berperan sebagai alat yang dapat mempersatukan orang-orang dari berbagai latar
belakang ini. Pemahaman Hana tentang hal ini mencerminkan rasa kebanggaan akan identitas nasional
dan pemahaman akan keberagaman yang memperkuat persatuan.
Cerita ini juga mencoba menyampaikan pesan tentang cara melihat keragaman di luar ciri fisik, yang
sering kali dapat menjadi sumber stereotip atau prasangka. Menggunakan bahasa sebagai penanda
identitas membawa pesan positif bahwa elemen budaya, seperti bahasa, dapat menjadi jembatan yang
kuat untuk membangun pemahaman dan persatuan di antara masyarakat yang beragam.

APA SAJA YANG HARUS DIPERBAIKI ATAU DIUBAH ?


1. Variasi Kalimat. Cerita ini memiliki duplikasi kalimat dalam dua paragraf terakhir. Sebaiknya,
gunakan variasi kata dan kalimat untuk menghindari kesan monoton dan memberikan dinamika pada
narasi.
2. Kedalaman Karakter. Perlu memberikan lebih banyak rincian tentang pemikiran dan perasaan Hana
setelah diskusi di kelas. Ini dapat memberikan kedalaman karakter dan membantu pembaca lebih
terhubung dengan protagonis.
3. Konteks Lebih Lanjut. Tambahkan konteks lebih lanjut tentang diskusi di kelas. Apa yang dibahas?
Apa pandangan anak-anak Indonesia tentang keragaman? Dengan memberikan konteks ini, cerita akan
lebih informatif dan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan pandangan
Hana.
4. Pengembangan Tema. Meskipun cerita menyentuh pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu
bangsa, pengembangan tema ini bisa lebih mendalam. Misalnya, bagaimana bahasa dapat menjadi
pemersatu dalam situasi tertentu, atau apakah ada tantangan atau kontroversi terkait dengan hal ini.
5. Konflik atau Perkembangan Cerita. Tambahkan elemen konflik atau perkembangan cerita yang dapat
memberikan dinamika lebih lanjut. Hal ini akan membuat cerita lebih menarik dan memberikan
momentum kepada pembaca untuk terus membaca.
6. Deskripsi Lebih Lanjut tentang Kota Kyoto. Berikan sedikit deskripsi tentang suasana di pusat Kota
Kyoto. Bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi pengalaman Hana dan membuatnya lebih
mudah mengenali sesama wisatawan Indonesia?
7. Penggunaan Imajinatif dan Deskriptif. Gunakan lebih banyak detail deskriptif dan imajinatif untuk
memberikan warna pada cerita. Ini dapat menciptakan gambaran yang lebih hidup dan menarik
pembaca ke dalam pengalaman Hana.
KRITIK TERHADAP CERITA TERSEBUT:
1. Keterbatasan Detail dan Deskripsi. Cerita ini kurang memberikan detail dan deskripsi yang cukup.
Pembaca mungkin menginginkan lebih banyak informasi tentang isi diskusi di kelas, suasana Kota
Kyoto, atau bahkan karakter Hana dan ibunya. Penambahan detail dapat membuat cerita lebih hidup
dan terasa lebih nyata.
2. Keterulangan Kalimat. Ada pengulangan kalimat yang signifikan dalam dua paragraf terakhir. Ini
menciptakan kesan kurang variasi dan kekreativan dalam penulisan. Variasi kalimat akan
meningkatkan kualitas naratif dan membantu menjaga ketertarikan pembaca.
3. Kurangnya Pengembangan Tema. Meskipun tema bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa
disentuh, cerita mungkin lebih kuat dengan pengembangan tema yang lebih mendalam. Bagaimana
bahasa tersebut mempengaruhi persatuan bangsa?
4. Keterbatasan Karakterisasi. Hana sebagai karakter tampaknya belum sepenuhnya dikembangkan.
Pembaca mungkin ingin tahu lebih banyak tentang pemikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi Hana
dalam memahami arti bahasa sebagai pemersatu. Karakterisasi yang lebih mendalam akan membuat
cerita lebih memikat.
5. Pesan yang Agak Terlalu Langsung. Pesan tentang bahasa sebagai pemersatu bangsa disampaikan
secara langsung dan terbuka. Beberapa pembaca mungkin lebih menghargai jika pesan ini
disampaikan dengan lebih halus melalui situasi atau dialog yang lebih kompleks.
6. Kurangnya Kebangsaan Lokal. Meskipun cerita menyebutkan pusat Kota Kyoto, cerita ini belum
menonjolkan unsur kebangsaan atau budaya lokal yang dapat memberikan warna lebih pada
pengalaman Hana. Penambahan elemen lokal dapat membuat cerita lebih kaya dan berwarna.

2. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-V
CERITA 1 : RANA DAN RANI
KELEBIHAN:
1. Kembar Identik dengan Perbedaan Karakter. Cerita menyoroti keunikan hubungan antara kembar
identik, Rana dan Rani, yang memiliki kemiripan fisik yang luar biasa, tetapi memiliki sifat dan hobi
yang berbeda. Hal ini menambah dimensi kecerdasan emosional dan pengembangan karakter dalam
cerita.
2. Keberagaman Hobi dan Minat. Cerita menggambarkan keberagaman dalam hobi dan minat antara
kedua karakter utama, Rana yang suka olahraga senam, dan Rani yang memiliki ketertarikan pada
merangkai bunga. Ini menunjukkan kepada pembaca bahwa setiap individu dapat memiliki minat yang
unik dan berbeda.
3. Cita-Cita dan Tujuan Mulia. Cerita menekankan cita-cita mulia Rana dan Rani untuk mengabdi pada
negara Indonesia, masing-masing melalui karier sebagai atlet dan pengusaha ternama. Ini merangsang
inspirasi dan memberikan pesan positif kepada pembaca tentang arti memiliki tujuan hidup yang mulia
dan berkontribusi pada masyarakat.
4. Motivasi dan Etos Kerja. Dengan menyebutkan bahwa mereka belajar rajin dan tekun, cerita ini
menyampaikan pesan tentang pentingnya motivasi dan kerja keras untuk mencapai tujuan. Hal ini
dapat memberikan inspirasi kepada pembaca untuk mengejar impian mereka dengan tekun dan gigih.
5. Penekanan pada Nilai Keluarga. Walaupun memiliki perbedaan, Rana dan Rani tetap bersaudara dan
memiliki cita-cita yang mencerminkan nilai-nilai positif. Ini menekankan pentingnya hubungan
keluarga dan dukungan satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup.

KEKURANGAN:
1. Pola Cerita yang Klise. Cerita ini mengikuti pola cerita yang cukup klise, di mana dua karakter kembar
identik memiliki perbedaan fisik dan kepribadian yang mencolok. Keterlaluan pada klise bisa
membuat cerita terasa kurang orisinal dan tidak menarik bagi pembaca yang mencari sesuatu yang
baru dan segar.
2. Penggambaran Karakter yang Terlalu Stereotip. Sifat Rana yang pendiam dan Rani yang periang, serta
minat mereka yang sangat kontras (olahraga senam vs. merangkai bunga), terkesan stereotip dan dapat
dianggap terlalu sederhana. Memperkenalkan dimensi tambahan pada karakter dapat membuat cerita
lebih mendalam dan menarik.
3. Pembagian Peran Gender yang Terlalu Klasik. Rana sebagai atlet dan Rani sebagai pengusaha ternama
mengikuti pembagian peran gender yang terlalu klasik dan stereotip. Menyertakan variasi peran atau
menciptakan karakter dengan peran yang tidak terlalu terikat pada stereotip gender dapat membuat
cerita lebih inklusif.
4. Tidak Ada Konflik yang Signifikan. Cerita ini terlihat cukup linear tanpa adanya konflik yang
signifikan. Menambahkan elemen konflik yang baik dapat meningkatkan ketegangan dalam cerita dan
membuat pembaca lebih terlibat.
5. Ketidakhadiran Karakter Pendukung atau Latar Belakang yang Kuat. Cerita fokus pada Rana dan Rani
tanpa memperkenalkan karakter pendukung yang kuat atau memberikan latar belakang yang memadai.
Ini dapat membuat cerita terasa datar dan kurang bervariasi.
6. Kurangnya Pengembangan Tema dan Plot yang Lebih Kompleks. Cerita ini mencakup tema-tema
umum seperti perbedaan, cita-cita mulia, dan usaha keras tanpa memberikan pengembangan yang
lebih kompleks atau mendalam. Menambahkan lapisan-lapisan tambahan pada tema dan plot dapat
membuat cerita lebih menarik.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


1. Keunikan dalam Persamaa. Meskipun Rana dan Rani kembar identik dengan penampilan fisik yang
hampir identik, pesan yang disampaikan adalah bahwa keunikan individu tidak hanya terletak pada
penampilan luar, tetapi juga dalam sifat, minat, dan aspirasi hidup masing-masing.
2. Perbedaan dalam Persatuan. Cerita menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam sifat dan
minat di antara Rana dan Rani, mereka tetap bersaudara dan memiliki cinta serta dukungan satu sama
lain. Ini menggambarkan pesan tentang bagaimana perbedaan dapat bersatu dalam hubungan keluarga
yang kuat.
3. Cita-Cita dan Pengabdian. Cita-cita mulia Rana dan Rani untuk mengabdi pada negara mereka
mencerminkan semangat pengabdian kepada masyarakat dan negara. Ini dapat menjadi inspirasi bagi
pembaca untuk memiliki tujuan hidup yang bermakna dan berkontribusi pada kebaikan bersama.
4. Kerja Keras dan Ketekunan. Dengan menyebutkan bahwa belajar rajin dan tekun adalah ikhtiar
mereka, cerita ini menyampaikan pesan tentang pentingnya usaha keras dan ketekunan dalam
mencapai tujuan hidup. Ini merangsang motivasi dan semangat kerja keras di tengah tantangan.
5. Kemajemukan dalam Pilihan Karier. Cerita menyoroti bahwa meskipun kembar identik, Rana dan
Rani memiliki pilihan karier yang berbeda sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Pesan ini
menghormati kebebasan individu dalam mengejar jalannya sendiri untuk mencapai kesuksesan.

APA SAJA YANG HARUS DIPERBAIKI ATAU DIUBAH ?


1. Pengembangan Karakter. Tambahkan lapisan lebih pada karakter Rana dan Rani agar mereka tidak
terlalu stereotip. Misalnya, jelaskan lebih banyak tentang kehidupan pribadi, mimpi, atau ketakutan
mereka. Perkenalkan karakter pendukung atau teman yang dapat menambah dimensi cerita.
2. Diversifikasi Minat dan Hobi. Berikan Rana dan Rani minat dan hobi tambahan untuk membuat
karakter mereka lebih kompleks. Ini dapat membantu membentuk identitas mereka di luar perbedaan
fisik dan kepribadian.
3. Penggambaran Karakter yang Lebih Dinamis. Jelaskan bagaimana perbedaan sifat mereka
berkontribusi pada hubungan mereka sebagai saudara. Misalnya, bagaimana mereka saling
mendukung atau belajar satu sama lain.
4. Pilihan Karier yang Lebih Varied. Berikan Rana dan Rani pilihan karier yang lebih variatif atau
tambahkan lapisan pada pilihan mereka. Misalnya, mengapa Rana memilih menjadi atlet dan Rani
memilih menjadi pengusaha ternama? Apakah pengalaman masa kecil mereka memengaruhi pilihan
ini?
5. Konflik dan Tantangan. Tambahkan elemen konflik atau tantangan dalam cerita untuk membuat alur
lebih menarik. Hal ini dapat menciptakan ketegangan yang akan membuat pembaca terlibat lebih
dalam dalam cerita.
6. Penggunaan Bahasa yang Lebih Kreatif. Cobalah menggunakan bahasa yang lebih kreatif dan
deskriptif untuk menarik pembaca lebih jauh ke dalam dunia cerita. Ini dapat meningkatkan daya tarik
naratif.
7. Penjelasan Lebih Mendalam tentang Cita-Cita. Jelaskan lebih mendalam tentang cita-cita Rana dan
Rani, termasuk motivasi mereka dan bagaimana mereka berencana mencapainya.
8. Menghindari Stereotip Gender. Jika mungkin, hindari memasukkan karakter ke dalam peran gender
yang terlalu stereotip. Berikan pilihan karier yang tidak terlalu terikat pada konvensi gender.

KRITIK TERHADAP CERITA TERSEBUT:


1. Klise dan Stereotip. Cerita ini dapat dianggap klise karena mengikuti pola umum tentang kembar
identik dengan perbedaan mencolok dalam sifat dan minat. Menambahkan elemen yang lebih unik
atau memutar klise ini dapat membuat cerita lebih menarik.
2. Ketidakseimbangan dalam Karakter. Sementara Rana dan Rani memiliki perbedaan sifat dan hobi,
karakter mereka mungkin terasa cukup sederhana. Mungkin perlu ditambahkan lapisan karakter atau
konflik internal untuk membuat mereka lebih dinamis dan realistis.
3. Penjelasan yang Terlalu Singkat. Beberapa aspek cerita, seperti cita-cita mereka untuk mengabdi pada
negara, dan alasan di balik pilihan karier masing-masing, mungkin perlu dijelaskan lebih mendalam.
Ini dapat memberikan kejelasan lebih pada motivasi dan tujuan karakter.
4. Pengembangan Tema dan Plot yang Lebih Kompleks. Cerita ini mungkin mendapatkan nilai tambah
dengan menambahkan lapisan-lapisan tambahan pada tema atau plot. Misalnya, apakah ada konflik
atau rintangan yang harus mereka hadapi dalam mencapai cita-cita mereka?
5. Bahasa yang Lebih Deskriptif. Penggunaan bahasa yang lebih deskriptif dan imajinatif dapat
membantu membangun gambaran yang lebih hidup tentang dunia dan karakter-karakter dalam cerita.
6. Ketidakseimbangan Gender dalam Pilihan Karier. Pilihan karier yang diambil oleh Rana (atlet) dan
Rani (pengusaha) mungkin mencerminkan stereotip gender. Menyajikan pilihan karier yang lebih
beragam untuk keduanya dapat memberikan pesan lebih inklusif.
7. Kelengkapan Konflik atau Tantangan. Cerita ini dapat menjadi lebih menarik dengan memasukkan
konflik atau tantangan yang perlu diatasi oleh Rana dan Rani dalam perjalanan mencapai cita-cita
mereka.

CERITA 2 : DARMAN DAN DARMIN - Cerita Rakyat dari DKI Jakarta


KELEBIHAN:
1. Pesan Moral yang Jelas. Cerita ini memberikan pesan moral yang jelas tentang pentingnya pendidikan,
perilaku baik, dan tanggung jawab dalam hidup. Memberikan gambaran bahwa pilihan yang baik
dalam hidup dapat membawa keberhasilan dan kebahagiaan, sementara perilaku buruk dapat
mengakibatkan konsekuensi negatif.
2. Keanekaragaman Karakter. Cerita ini menggambarkan perbedaan karakter anak-anak Pak Salim
dengan sangat jelas. Dengan cara ini, cerita memperkaya pengalaman pembaca dengan menunjukkan
bahwa setiap individu memiliki jalan hidup dan pilihan sendiri. Menyoroti peran pendidikan dan
pengaruh lingkungan dalam membentuk kepribadian seseorang.
3. Pemberian Contoh Positif dan Negatif. Melalui karakter Darman, cerita memberikan contoh tentang
bagaimana seseorang bisa memiliki bakat atau keahlian tertentu, tetapi jika tidak dikelola dengan baik,
bisa mengakibatkan masalah. Melalui karakter Darmin, cerita memberikan contoh tentang bagaimana
ketekunan, ketaatan, dan kebaikan hati dapat membawa keberhasilan dan mendukung kehidupan yang
positif.
4. Pentingnya Pendidikan. Cerita menekankan pentingnya pendidikan melalui perbandingan antara
Darman yang sering bolos sekolah dan Darmin yang rajin mengikuti pengajian serta menjadi anak
yang pintar di sekolah. Memberikan pemahaman bahwa pendidikan dapat menjadi kunci untuk
membangun masa depan yang lebih baik.
5. Keteladanan Keluarga. Dengan mengangkat Amini sebagai anak perempuan yang diadopsi, cerita
menunjukkan keteladanan keluarga yang peduli dan mendukung satu sama lain, bahkan dalam situasi
sulit. Menyoroti nilai-nilai seperti kebaikan hati, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam hubungan
keluarga.

KEKURANGAN:
1. Stereotip dan Generalisasi. Cerita ini mungkin terlalu sederhana dalam menggambarkan karakter
dengan memberikan stereotip pada anak-anak, seperti Darman yang senang bermain silat dan sering
terlibat perkelahian, sementara Darmin rajin mengikuti pengajian dan pintar di sekolah. Ini dapat
mereduksi kompleksitas karakter dan mengarah pada generalisasi yang tidak selalu mencerminkan
keberagaman manusia.
2. Pemaksaan Kehendak Terhadap Darman. Keputusan Pak Salim untuk membiarkan Darman memilih
jalan hidupnya sendiri tanpa upaya lebih lanjut untuk membimbing atau memberikan alternatif lain,
mungkin terkesan sebagai pemaksaan kehendak yang tidak bijaksana. Mengapa tidak ada upaya lebih
lanjut untuk membantu Darman menemukan jalur yang lebih positif?
3. Penggambaran Karakter Amini Kurang Mendalam. Meskipun Amini disebut sebagai anak perempuan
yang diangkat oleh Pak Salim, cerita tidak memberikan gambaran yang mendalam tentang perannya
dalam keluarga atau bagaimana pengaruhnya terhadap kisah ini. Pengembangan karakter Amini
mungkin dapat meningkatkan kekayaan cerita.
4. Keterbatasan Konteks dan Latar Belakang. Cerita memberikan gambaran yang sangat singkat tentang
kehidupan Pak Salim dan keluarganya. Latar belakang tentang bagaimana mereka hidup, interaksi
sehari-hari, atau tantangan yang dihadapi mungkin dapat memberikan konteks yang lebih baik untuk
pemahaman pembaca.
5. Penyelesaian Cepat dan Tidak Terelaborasi. Penyelesaian cerita terasa cepat dan tidak terelaborasi.
Misalnya, bagaimana kehidupan Darman setelah memilih jalan hidup sendiri tidak dijelaskan dengan
rinci. Pengembangan lebih lanjut tentang akibat dari pilihan hidupnya dapat memberikan lebih banyak
wawasan.
6. Kurangnya Alternatif Pendidikan untuk Darman. Upaya Pak Salim untuk memasukkan Darman ke
sekolah mungkin terlalu sederhana. Lebih banyak eksplorasi tentang alternatif pendidikan atau
pendekatan lain untuk membantu Darman bisa meningkatkan kedalaman cerita.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


1. Keberagaman Karakter dan Pilihan Hidup. Setiap individu memiliki sifat dan minat yang berbeda.
Cerita ini mencerminkan keberagaman dalam kepribadian anak-anak Pak Salim, dari Darman yang
suka bermain silat hingga Darmin yang rajin mengikuti pengajian. Ini menyoroti bahwa setiap orang
memiliki pilihan hidupnya sendiri.
2. Pentingnya Pendidikan dan Pengembangan Diri. Melalui perbedaan antara Darman dan Darmin, cerita
menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan diri. Meskipun Darman memiliki keahlian
dalam silat, kurangnya pemanfaatan ilmu tersebut mengarah pada konsekuensi negatif.
3. Tanggung Jawab Orang Tua. Cerita menyoroti tanggung jawab seorang orang tua, seperti yang
ditunjukkan oleh Pak Salim. Meskipun dia berusaha memasukkan Darman ke sekolah, tetapi pada
akhirnya, keputusan untuk membiarkan anaknya memilih jalan hidup sendiri juga mencerminkan
tanggung jawab dan kebebasan yang diberikan kepada anak-anaknya.
4. Keteladanan dalam Keluarga. Pengangkatan Amini oleh Pak Salim menunjukkan nilai-nilai
keteladanan dalam keluarga. Meskipun kemiskinan menjadi tantangan, orang tua Amini
mempercayakan anak mereka kepada Pak Salim untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
5. Pentingnya Peran Pendidikan Agama. Peran Darmin yang rajin mengikuti pengajian dan membantu
dalam kegiatan keagamaan menekankan pentingnya pendidikan agama dan peran positifnya dalam
membentuk karakter.
6. Konsekuensi Perilaku dan Pilihan Hidup. Perilaku Darman yang sering terlibat dalam perkelahian
menggambarkan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Meskipun memiliki keahlian tertentu,
ketidakmampuan untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan baik membawa dampak negatif.

APA SAJA YANG HARUS DIPERBAIKI ATAU DIUBAH ?


1. Pengembangan Karakter. Karakter Darman mungkin perlu lebih banyak pengembangan untuk
menjelaskan mengapa dia cenderung terlibat dalam perkelahian dan mengapa ilmu silatnya tidak
dimanfaatkan dengan baik. Pengenalan latar belakang atau motivasi karakter dapat membuat cerita
lebih kuat dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca.
2. Konsekuensi Pilihan Hidup Darman. Cerita mungkin dapat mengeksplorasi lebih lanjut konsekuensi
dari pilihan hidup Darman. Apakah keputusannya memilih jalan hidup sendiri menghasilkan
pembelajaran atau perubahan positif? Bagaimana pengaruh keputusannya terhadap hubungan keluarga
atau komunitasnya?
3. Pemaknaan Lebih Mendalam untuk Amini. Meskipun disebutkan bahwa orang tua Amini
mempercayakan anak mereka kepada Pak Salim untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, cerita
mungkin dapat memberikan pemaknaan yang lebih mendalam tentang peran Amini dalam keluarga
dan hubungannya dengan Pak Salim serta saudara-saudaranya.
4. Pengenalan Lebih Lanjut tentang Motivasi Pak Salim. Mengapa Pak Salim memutuskan untuk
membiarkan Darman memilih jalan hidup sendiri? Apakah ada pertimbangan atau motivasi khusus
yang mendasarinya? Penjelasan lebih lanjut tentang pemikiran dan perasaan Pak Salim dapat
menambah kedalaman karakter.
5. Penjelasan Lebih Lanjut tentang Pengasuhan Amini. Bagaimana Pak Salim mengasuh Amini, terutama
mengingat perbedaan sifat antara Darman dan Darmin? Apakah ada tantangan atau momen penting
dalam pengasuhan Amini yang dapat menambah dimensi pada cerita?
6. Pengembangan Lebih Lanjut terhadap Hubungan Antar Karakter. Hubungan antara karakter, terutama
hubungan antara Darmin dan Amini, mungkin perlu lebih banyak pengembangan. Bagaimana
hubungan ini berkembang seiring waktu? Apakah ada konflik atau peristiwa yang memperkuat ikatan
mereka?
7. Pemilihan Kata dan Istilah yang Tepat. Beberapa istilah, seperti "saudagar kaya," mungkin dapat
digantikan dengan kata-kata atau frasa yang lebih sesuai dan memberikan gambaran yang lebih rinci
tentang kehidupan karakter utama.

KRITIK TERHADAP CERITA TERSEBUT:


1. Karakter Darman. Meskipun cerita menyajikan sifat Darman yang suka bermain silat, kurangnya
penjelasan tentang motif atau latar belakang yang mendorong perilakunya dapat membuat karakter ini
terasa kurang mendalam. Sebaiknya diberikan lebih banyak konteks atau motivasi untuk perkelahian
dan ketidakmampuan Darman untuk memanfaatkan ilmu silatnya.
2. Peran dan Pengembangan Amini. Meskipun Amini disebut sebagai anak perempuan yang diangkat
oleh Pak Salim, peran dan pengembangan karakter Amini terasa kurang. Cerita bisa memberikan
gambaran yang lebih baik tentang pengalaman Amini dan bagaimana dia berinteraksi dengan keluarga
angkatnya.
3. Alur Cerita yang Cepat. Beberapa elemen cerita, seperti keputusan Pak Salim untuk membiarkan
Darman memilih jalan hidupnya sendiri, terasa cepat dan kurang mendalam. Lebih banyak eksplorasi
terhadap perasaan dan pertimbangan karakter utama dapat menambah kekayaan pada cerita.
4. Penyelesaian Cerita yang Terlalu Singkat. Cerita memiliki penyelesaian yang relatif singkat, terutama
terkait dengan nasib Darman setelah memilih jalan hidup sendiri. Menambahkan beberapa baris atau
adegan tentang konsekuensi pilihan hidup Darman dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap.
5. Keterbatasan Deskripsi Lokasi dan Waktu. Meskipun cerita dimulai dengan "Dahulu kala, di suatu
daerah di Jakarta," masih ada keterbatasan dalam memberikan deskripsi yang lebih rinci tentang lokasi
dan waktu. Penambahan detail dapat membantu pembaca membayangkan lebih jelas pengaturan cerita.
6. Tema yang Lebih Dalam. Cerita dapat mengeksplorasi tema-tema yang lebih dalam, seperti peran
pendidikan dalam mengubah nasib seseorang, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan karakter,
atau nilai-nilai keluarga dan tanggung jawab.
7. Pertimbangan Etika dan Moral. Meskipun cerita menyajikan perbedaan antara Darman dan Darmin,
mungkin ada kebutuhan untuk menggali lebih dalam tentang pertimbangan etika dan moral dalam
mengasuh anak-anak. Misalnya, apakah keputusan Pak Salim untuk membiarkan Darman memilih
jalan hidupnya sendiri adalah tindakan yang bertanggung jawab?

3. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-IV
CERITA 1 : TAK MUAT LAGI
KELEBIHAN:
1. Empati dan Kepedulian. Kiki menunjukkan sikap empati dan kepedulian terhadap kakaknya, Lala,
dengan menyodorkan segelas air dingin ketika melihat Lala haus. Hal ini mencerminkan pentingnya
sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain.
2. Kesadaran akan Kebesaran Hati. Meskipun awalnya Lala kesal melihat adiknya memakai baju
favoritnya, namun cerita ini menggambarkan bahwa Lala akhirnya menyadari kebesaran hati dan
mengalah untuk memberikan baju tersebut kepada adiknya. Ini merupakan nilai moral penting, di
mana seseorang belajar untuk menghargai kebahagiaan orang lain di atas keinginan pribadi.
3. Kesadaran Diri dan Penerimaan. Lala pada akhirnya menyadari bahwa baju tersebut tidak lagi cocok
untuknya dan menyebabkan ketidaknyamanan. Ini menggambarkan pentingnya kesadaran diri dan
penerimaan terhadap perubahan yang alami dalam kehidupan.
4. Pentingnya Berbagi dan Kepuasan. Cerita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan Kiki saat menerima
baju tersebut lebih penting daripada kesenangan Lala dalam memakainya. Memberikan baju tersebut
kepada adiknya memberikan Lala kepuasan yang lebih besar daripada hanya menyimpannya untuk
dirinya sendiri.
5. Hubungan Keluarga. Cerita ini juga menyoroti hubungan positif antara kakak dan adik, di mana
mereka saling menghargai dan mendukung satu sama lain. Ini menciptakan suasana harmonis dalam
keluarga.

KEKURANGAN:
1. Kurangnya Pengembangan Karakter. Cerita ini kurang mengembangkan karakter-karakternya,
sehingga pembaca mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang latar belakang dan
motivasi masing-masing karakter. Misalnya, mengapa Kiki begitu ingin memakai baju tersebut dan
bagaimana perasaan Lala tentang baju tersebut seiring waktu.
2. Keterlaluan dalam Reaksi Emosional. Reaksi emosional Lala terhadap penggunaan baju oleh adiknya
terkesan berlebihan. Sebuah konflik yang lebih realistis atau pemahaman yang lebih mendalam tentang
perasaan karakter-karakter dapat membuat cerita lebih kuat.
3. Penyelesaian Terlalu Cepat. Konflik dalam cerita dipecahkan dengan cepat dan tanpa pertimbangan
yang cukup. Meskipun Kiki mengalah, penyelesaian cerita ini bisa lebih baik jika mempertimbangkan
perasaan dan pemahaman yang lebih dalam antara kedua karakter.
4. Tidak Ada Pembelajaran yang Jelas. Meskipun ada potensi untuk pembelajaran dan pertumbuhan
karakter, cerita ini kurang menyoroti pembelajaran yang jelas. Misalnya, Lala bisa lebih mendalam
memahami bahwa perubahan ukuran tubuhnya adalah bagian dari tumbuh dewasa.
5. Potensi Tema yang Kurang Dieksplorasi. Cerita memiliki potensi untuk mengeksplorasi tema-tema
seperti penerimaan diri, perubahan dalam hubungan keluarga, dan komunikasi yang lebih baik.
Namun, tema-tema ini tidak sepenuhnya dieksplorasi atau diterapkan dengan baik dalam cerita.
6. Penggunaan Klise. Beberapa elemen cerita, seperti baju yang sobek, termasuk dalam kategori klise.
Penggunaan elemen-elemen yang lebih unik atau cara penyelesaian konflik yang lebih kreatif dapat
membuat cerita lebih menarik.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


1. Penerimaan Diri dan Perubahan. Pesan utama yang disampaikan adalah tentang penerimaan diri dan
kesadaran terhadap perubahan. Lala pada akhirnya menyadari bahwa baju tersebut tidak lagi cocok
untuknya karena tubuhnya sudah tumbuh besar. Hal ini mencerminkan pentingnya menerima
perubahan dalam diri sendiri.
2. Kompromi dalam Hubungan Keluarga. Meskipun awalnya Lala marah dan ingin mempertahankan
haknya atas baju favoritnya, namun cerita menunjukkan pentingnya kompromi dalam hubungan
keluarga. Kiki mengalah untuk membuat kakaknya senang, menciptakan suasana saling pengertian di
antara mereka.
3. Pentingnya Empati dan Kepedulian. Sikap baik Kiki yang langsung menawarkan air minum kepada
kakaknya menunjukkan pentingnya empati dan kepedulian antaranggota keluarga. Kiki tidak hanya
memikirkan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi juga memberikan perhatian kepada kakaknya yang haus.
4. Kesadaran akan Kesejahteraan Orang Lain. Cerita menggambarkan bagaimana Lala akhirnya
menyadari bahwa memakai baju yang sempit tidak hanya tidak nyaman baginya sendiri, tetapi juga
dapat menyebabkan kerusakan pada baju tersebut. Ini mencerminkan kesadaran akan kesejahteraan
orang lain dan bagaimana tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
5. Keseimbangan Antara Kepuasan Pribadi dan Kesejahteraan Orang Lain. Meskipun awalnya Lala ingin
mempertahankan baju favoritnya untuk dirinya sendiri, ia akhirnya memutuskan untuk
memberikannya kepada adiknya sebagai bentuk keseimbangan antara kepuasan pribadi dan
kebahagiaan orang lain.

APA SAJA YANG HARUS DIPERBAIKI ATAU DIUBAH ?


1. Pengembangan Karakter. Karakter dalam cerita bisa lebih dikembangkan untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang motif dan perasaan mereka. Misalnya, mengapa Kiki begitu ingin
memakai baju tersebut dan bagaimana perasaan Lala berkembang seiring cerita.
2. Alasan dan Klarifikasi. Penyebab Lala tidak pernah lagi memakai baju tersebut dapat dijelaskan lebih
rinci. Mungkin ada alasan khusus yang membuatnya tidak nyaman atau tidak cocok, selain dari
sekadar ukuran yang telah berubah.
3. Konflik yang Lebih Mendalam. Konflik dalam cerita dapat diintensifkan atau diperdalam untuk
menambah ketegangan dan menarik minat pembaca. Misalnya, dapat ada pertimbangan lebih dalam
mengenai bagaimana perasaan Lala terhadap baju tersebut sepanjang waktu.
4. Penggunaan Detail Lebih Lanjut. Cerita bisa lebih diperkaya dengan penggunaan detail, seperti
deskripsi suasana, ekspresi wajah karakter, atau lingkungan sekitar. Ini akan membantu membentuk
citra yang lebih hidup bagi pembaca.
5. Pesan atau Moral yang Lebih Jelas. Meskipun cerita menyampaikan pesan tentang penerimaan diri dan
pemberian kepada orang lain, pesan atau moral ini dapat diperjelas atau ditekankan dengan lebih kuat
melalui dialog atau refleksi karakter.
6. Kelancaran Narasi. Beberapa bagian cerita mungkin dapat disusun ulang agar alur cerita menjadi lebih
lancar. Misalnya, beberapa transisi antar adegan bisa lebih mulus untuk meningkatkan pemahaman
pembaca.
7. Variasi dalam Bentuk Kalimat. Beberapa kalimat dalam cerita memiliki struktur yang serupa.
Penggunaan variasi dalam bentuk kalimat dapat membuat cerita lebih menarik dan enak dibaca.

KRITIK TERHADAP CERITA TERSEBUT:


1. Predictability (Kemampuan untuk Diprediksi). Alur cerita ini cenderung mudah diprediksi. Sejak awal,
pembaca mungkin sudah dapat menebak bahwa Lala akan mendapatkan kembali baju favoritnya.
Menambahkan elemen kejutan atau perubahan yang tidak terduga dapat membuat cerita lebih menarik.
2. Pengembangan Karakter. Karakter dalam cerita ini mungkin dapat lebih dikembangkan untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang motivasi dan perasaan mereka. Sebagai
contoh, mengapa Lala begitu terikat pada baju tersebut atau apa yang mendorong Kiki untuk
mengenakan baju itu.
3. Kesesuaian Reaksi Emosional. Reaksi emosional karakter, terutama Lala, mungkin bisa disesuaikan
agar terlihat lebih proporsional terhadap konflik yang muncul. Saat ini, reaksi Lala terhadap melihat
adiknya memakai baju favoritnya terkesan sangat dramatis.
4. Penyampaian Pesan Moral. Meskipun cerita memiliki potensi pesan moral tentang penerimaan diri dan
berbagi, pesan tersebut bisa diperkuat agar lebih jelas dan mendalam. Mungkin dapat mengeksplorasi
lebih lanjut tentang bagaimana penerimaan diri dan pengorbanan untuk kebahagiaan orang lain dapat
membawa kedamaian.
5. Pemilihan Kata. Beberapa pilihan kata atau frase mungkin dapat divariasikan untuk menghindari
repetisi dan memberikan warna yang lebih kaya pada cerita.
6. Pemilihan Detail yang Lebih Kaya. Deskripsi suasana, ekspresi wajah karakter, atau lingkungan
sekitar bisa ditambahkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mendalam kepada
pembaca.
7. Pertimbangkan Pilihan Kata dalam Dialog. Dialog antara karakter mungkin dapat disempurnakan
untuk membuatnya terdengar lebih alami dan menggambarkan kepribadian dan karakter mereka
dengan lebih baik.
8. Resolusi yang Cepat. Meskipun konflik diatasi pada akhir cerita, resolusi mungkin terjadi dengan
terlalu cepat dan tanpa pertimbangan yang cukup. Menambahkan lapisan emosional atau pemikiran
karakter yang lebih dalam selama resolusi dapat membuatnya lebih kuat.

4. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-III
CERITA 1 : LOMPAT TALI
KELEBIHAN:
Kebersamaan anak-anak yang sedang bermain sangat elok dilihat, perempuan dan laki-laki bermain
lompat tali bersama tidak saling membedakan permainan berdasarkan jenis kelamin.

KEKURANGAN:
Diceritakan bahwa tio terjatuh saat bermain tapi bukannya menangis tio malah tertawa dan teman-
temannya ikut tertawa. Seharusnya teman-temannya langsung membantu saat tio terjatuh bukan malah
ikut tertawa.

5. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-II
CERITA 1 : MENGENAL PERASAAN
KELEBIHAN:
Pada cerita tersebut diceritakan tentang adik kakak yang memperebutkan mainan dan tidak ada yang mau
mengalah tapi pada akhirnya sang adik yang mendapatkan mainan tersebut, sehingga kakaknya marah
dan masuk kamar begitu saja. Adik yang melihat sang kakak marah merasa sedih sehingga sang adik
menunggu kakaknya di depan kamarnya untuk bermain bersama.

KEKURANGAN:
Seharusnya pada cerita tersebut si kakak harus mengalah kepada adiknya untuk berbagi mainan supaya
hal tersebut memacu perasaan anak-anak untuk mengalah dan saling menghargai. Kekurangannya juga
pada dialognya yang kurang.
6. Bahasa-Indonesia-BS-KLS-I
CERITA 1 : BUNYI APA
KELEBIHAN:
1. Ilustrasi yang dipaparkan cukup bagus dan menarik.
2. Alur ceritanya juga jelas dan mudah dipahami.
3. Penggunaan bahasa Indonesia sudah baik.
4. Ilustrasinya jelas dan relevenesi dengan alur ceritanya.
5. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

KEKURANGAN:
1. Ilustrasi/gambarnya terlalu banyak daripada teks ceritanya.
2. Penokohannya kurang.
3. Konfliknya kurang.
4. Alur cerita yang berfokus pada satu adegan.
5. Penggunaan bahasa Indonesia yang berat untuk anak usia kelas 1 SD.

CERITA 2 : AYO BERMAIN


KELEBIHAN:
1. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami.
2. Persahabatan yang elok disematkan dalam cerita tersebut.
3. Penggunaan karakter juga banyak.
4. Ilustrasi yang memadai.
5. Alur cerita sederhana sehingga mudah dipahami.

KEKURANGAN:
1. Menurut saya kekurangannya ada pada penokohan, tokohnya banyak berbagai macam hewan tapi
posturnya hamper sama semua sedangkan yang anak-anak ketahui jika gajah badannya besar kelinci
badannya kecil, tpi di cerita tersebut postur badan gajah dan kelinci hanya berbeda sedikit yang
seharusnya berbeda jauh.
2. Konfliknya kurang.
3. Alur cerita terlalu sederhana.
4. Berfokus pada satu adegan.

PESAN YANG DISAMPAIKAN:


1. Penggunaan Bahasa Indonesia pada cerita tersebut cukup baik sehingga mampu membantu anak-anak
memahami huruf, kata, dan kalimat dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
2. cerita tersebut juga berfokus pada pengembangan keterampilan membaca, menulis, dan pemahaman
Bahasa Indonesia sehari-hari.
KENAPA LAYAK DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR ?
1. Pendekatan Pembelajaran yang menarik
2. Pengembangan keterampilan Bahasa yang sederhana
3. Aspek kreatif dan interaktif
4. Ilustrasi yang digunakan sederhana sehingga mampu memicu kreatifitas siswa

Anda mungkin juga menyukai